View
81
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG
OLEH TITUK INDRAWATI
H14094013
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
TITUK INDRAWATI. Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang (dibimbing oleh SRI MULATSIH). Keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah serta diperlukan perencanaan pembangunan yang menyeluruh dan terkoordinasi antar sektor. Perencanaan pembangunan disini bertujuan untuk mengukur efisiensi kinerja pemerintah daerah dalam memanfaatkan wewenang dan mengolah sumber keuangan daerah untuk mendorong dan meningkatkan proses pembangunan wilayah dan ekonomi. Untuk itu dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan pembangunan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara kepentingan ekonomi yang berkelanjutan dan kepentingan kelompok di masyarakat, sehingga menggunakan prinsip kebersamaan dalam pembangunan dan pemanfaatan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur ekonomi yang ada di Kota Pangkalpinang baik dari segi output, nilai tambah, permintaan dan penawaran maupun dari permintaan akhir. Menganalisis sektor ekonomi yang menjadi kunci atau unggulan dan dampaknya bagi perekonomian Kota Pangkalpinang dalam memprioritaskan pembangunan daerah supaya dapat bersaing di perekonomian nasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang ada pada tabel Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007, data PDRB Lapangan Usaha dan Penggunaan Kota Pangkalpinang Tahun 2007-2008, serta data-data sekunder lain yang relevan dengan tujuan penelitian skripsi ini. Hasil dari penelitian ini adalah sektor-sektor yang memiliki peranan besar dalam perekonomian Kota Pangkalpinang yang dilihat dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah terbesar dari keseluruhan sektor ekonomi. Sektor tersebut disebut juga dengan sektor-sektor kunci (key sectors) yang terdiri dari sektor Perdagangan, Bangunan, Pemerintahan Umum & Pertahanan dan Angkutan Jalan Raya. Namun jika dilihat dari analisis keterkaitan yaitu dari nilai indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan yang berada diatas rata-rata daya penyebaran dan derajat kepekaan secara keseluruhan, maka sektor yang menjadi kunci adalah sektor Bangunan dan Angkutan Jalan Raya. Sehingga disimpulkan bahwa yang menjadi unggulan di Kota Pangkalpinang adalah keempat sektor pertama yang telah disebutkan di atas. Melalui analisis dampak sektor-sektor tersebut diperoleh bahwa keempat sektor tersebut mempengaruhi penciptaan output dan nilai tambah yang besar diakibatkan oleh komponen-komponen permintaan akhir diantaranya adalah konsumsi rumahtangga, pemerintah, PMTB, perubahan stok dan ekspor. Serta keempat sektor tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri di Kota Pangkalpinang bahkan di ekspor keluar daerah sehingga tidak
memiliki ketergantungan untuk mengimpor dari daerah lain. Namun begitu dalam membangun daerah dan ekonomi sebaiknya juga menyertakan sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan seperti, industri pengolahan, usaha persewaan dan jasa-jasa khususnya hiburan dan rekreasi.
ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG
Oleh
Tituk Indrawati H14094013
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :
Nama : Tituk Indrawati
Nomor Registrasi Pokok : H14094013
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. NIP. 19640529 198903 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP.19641022 198903 1 003
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM
PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Oktober 2009
Tituk Indrawati H14094013
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Tituk Indrawati yang lahir pada tanggal 31 Maret 1980
di Bekasi Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari
pasangan Darwadji Moertopo PA dan Roeslinati. Penulis menamatkan sekolah
dasar pada SD Angkasa IX Halim Perdanakusuma Jakarta Timur dan lulus pada
tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP
Negeri 81 Lubang Buaya Jakarta Timur dan lulus tahun 1995. Tiga tahun
kemudian pada tahun 1998 penulis menamatkan pendidikannya di SMU Negeri
81 Duren Sawit Jakarta Timur.
Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta Timur dan lulus dengan ijazah
Diploma IV dan gelar sebagai Sarjana Sains Terapan (SST) pada tahun 2002.
Sekarang penulis sedang melalui Program Alih Jenjang S1 sebagai salah satu
syarat melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Mayor Ilmu Ekonomi Institut
Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang”.
Skripsi ini merupakan laporan tugas akhir Program Alih Jenjang S1 sebagai salah
satu syarat melanjutkan studi di Sekolah Pasca Sarjana Mayor Ilmu Ekonomi IPB.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Drs.H. Syafril, selaku Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan
sekolah di IPB.
2. Dedi Budiman Hakim, Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
3. Dr. Ir Sri Mulatsih, M.Sc. Agr., yang telah memberikan bimbingan dan
arahan sampai dengan selesainya skripsi ini.
4. Teman-teman penulis yang ikut memberikan sumbangsih ide, pikiran serta
saran dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Alih Jenjang S1 dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis pribadi dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Oktober 2009
Tituk Indrawati H14094013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI …...………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. xiii
I. PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2. Permasalahan ……………………………………………… 3
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 4
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………… 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………… 5
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …... 6
2.1. Definisi Pembangunan …………………………………….. 6
2.2. Teori Pembangunan Daerah ……………………………… 7
2.3. Sektor Unggulan …………………………………………... 8
2.4. Konsep Model Input-Output ………………………………. 10
2.5. Konsep Analisis Keterkaitan ……………………………… 15
2.6. Konsep Analisis Dampak …………………………………. 16
2.7. Penelitian Terdahulu ………………………………………. 16
2.8. Kerangka Pemikiran ………………………………………. 17
III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 19
3.1. Jenis dan Sumber Data ……………………………………. 19
3.2. Analisis Keterkaitan ………………………………………. 19
3.3. Analisis Dampak ………………………………………….. 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 26
4.1. Profil Kota Pangkalpinang ………………………………… 26
4.2. Kondisi Perekonomian ……………………………………. 26
4.2.1. Struktur Penawaran dan Permintaan ……………… 26
4.2.2. Struktur Permintaan Akhir ………………………... 28
4.3. Sektor Unggulan … ……………………………………….. 30
4.3.1. Struktur Output dan Nilai Tambah ……………….. 30
4.3.2. Analisis Keterkaitan………………………………. 33
4.4.Analisis Dampak …………………………………………… 37
4.4.1. Dampak Output …………………………………… 38
4.4.2. Dampak Nilai Tambah Bruto ……………………. 39
4.4.3. Dampak Kebutuhan Impor ……………………….. 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 42
5.1. Kesimpulan ………………………………………………… 42
5.2. Saran ………………………………………………………. 43
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 44
LAMPIRAN ………………………………………………………… 45
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
4.1. Struktur Permintaan dan Penawaran Kota Pangkalpinang Tahun 2007… 27
4.2. Komposisi Permintaan Akhir Dirinci Menurut Komponen
Kota Pangkalpinang Tahun 2007 ………………………………………. 28
4.3. Lima Sektor Penghasil Output Terbesar Kota Pangkalpinang
Tahun 2007……………………………………………………………… 31
4.4. Lima Sektor Penghasil Nilai Tambah Terbesar
Kota Pangkalpinang Tahun 2007 ………………………………………. 32
4.5. Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Indeks Daya Penyebaran Tertinggi … 34
4.6. Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Indeks Derajat Kepekaan Tertinggi ... 36
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Ilustrasi Tabel Input-Output ……………………………………… 12
2.2. Kerangka Pemikiran ……………………………………………..… 18
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Struktur Permintaan dan Penawaran Seluruh Sektor Ekonomi ……… 46
2 Struktur Permintaan Akhir Seluruh Sektor Ekonomi ……………….. 47
3 Dampak Output Yang Tercipta Akibat Pengaruh Permintaan Akhir
Di Kota Pangkalpinang……………………………………………… 48
4 Dampak Nilai Tambah Yang Tercipta Akibat Pengaruh Permintaan Akhir
Di Kota Pangkalpinang ……………………………………………… 49
5 Dampak Kebutuhan Impor Yang Tercipta Akibat Pengaruh
Permintaan Akhir Di Kota Pangkalpinang ………………………….. 50
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam menghadapi persaingan dunia yang semakin maju, Indonesia
dituntut untuk melakukan pembangunan di segala bidang dan di berbagai tempat.
Salah satunya dilakukan di daerah, karena pada hakekatnya pembangunan di
daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang membangun seluruh
masyarakat Indonesia. Kegiatan pembangunan di daerah dilakukan dalam rangka
meniadakan ketimpangan dan menyamakan serta memadukan seluruh kegiatan.
Sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah
melalui pembangunan yang menyeluruh pada tiap sektor.
Keberhasilan suatu pembangunan di daerah dapat dilihat dari berbagai
aspek, utamanya dapat dilihat dari pertumbuhan perekonomian daerah tersebut,
serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya baik primer
maupun sekunder. Dengan disesuaikan pada kondisi dan potensi yang dimiliki
oleh suatu daerah serta perencanaan pembangunan yang terkoordinasi antar sektor
dan lapisan masyarakat. Perencanaan pembangunan ini bertujuan untuk
menganalisis secara menyeluruh tentang potensi yang dimiliki serta sumber daya
yang diperlukan dalam melakukan pembangunan. Membantu mengetahui
keterbatasan sumber daya baik sumber daya alam, manusia maupun financial
sehingga lebih mengembangkan potensi daerah dengan tujuan menggerakkan
seluruh perekonomian untuk memacu laju pembangunan suatu daerah.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 sesuai
dengan Undang-undang No. 22 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang
2
No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,
pemerintahan dan pembangunan daerah diseluruh nusantara telah memasuki era
baru yaitu era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Sehingga Pemerintah
Daerah diberikan wewenang dan sumber keuangan baru dalam mendorong proses
pembangunan didaerahnya masing-masing yang selanjutnya akan mendorong
proses pembangunan nasional Indonesia secara keseluruhan (Sjafrizal, 2008).
Otonomi daerah pada kenyataanya memunculkan beberapa permasalahan
yang disebabkan perencanaan pembangunan di masing-masing daerah berjalan
sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi dan tanpa dilakukan pengawasan
pemerintah daerah. Sehingga dibutuhkan suatu kerangka keterpaduan
pembangunan yang berorientasi pada wilayah yang lebih luas, keterpaduan antar
sektor, antar wilayah dan antar pelaku pembangunan, keterpaduan antara
kepentingan ekonomi yang berkelanjutan dan kepentingan kelompok di
masyarakat, sehingga menggunakan prinsip kebersamaan dalam pembangunan
dan pemanfaatan bersama.
Kota Pangkalpinang merupakan daerah lama namun baru menjadi ibukota
provinsi pada tahun 2000 yaitu dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Sehingga pembangunan ekonominya terus meningkat sejak tahun tersebut,
semakin kompleks dan saling terkait antara sektor yang satu dengan lainnya.
Peningkatan perekonomiannya dapat terlihat dari Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) yang semakin meningkat nilainya dari tahun ke tahun. Pada tahun
2007 dan 2008, terjadi pertumbuhan PDRB sebesar 4.97 dan 5.12 persen atau
mencapai hingga 2 trilyun rupiah.
3
Untuk lebih meningkatkan pembangunan baik ekonomi maupun
manusianya diperlukan suatu gambaran yang dapat memperlihatkan keterkaitan
yang terjadi pada setiap sektor ekonomi, identifikasi sektor unggulan dan dampak
yang ditimbulkan dari sektor-sektor tersebut. Agar perencanaan pembangunan
yang disusun dapat lebih terarah dan tepat sasaran sehingga dapat memicu
pergerakkan ekonomi dan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
1.2. Permasalahan
Pembangunan dalam kerangka otonomi daerah menyebabkan biaya
pembangunan yang ditanggung oleh setiap daerah berbeda, dan dilakukan tanpa
adanya koordinasi dan pengawasan dari pemerintah daerah dan pusat. Sehingga
pembangunan tersebut tidak terencana dan tepat sasaran serta terkadang dilakukan
tanpa menghasilkan suatu manfaat.
Pada penulisan ini akan dilihat pada pembangunan yang dilakukan Kota
Pangkalpinang dengan pendekatan kondisi perekonomiannya serta sektor-sektor
yang menjadi penggerak ekonomi yaitu sektor yang mempunyai peranan besar
dalam memproduksi barang dan jasa, penciptaan pendapatan serta adanya usaha
mendorong (interaksi) kegiatan ekonomi sektor lainnya. Adapun permasalahan
yang akan dibahas pada penelitian ini, adalah :
1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kota Pangkalpinang dalam
memfokuskan pembangunan daerah agar dapat bersaing di perekonomian
nasional?
4
2. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor-sektor
unggulan tersebut pada keterkaitan ke depan, ke belakang serta pada
penciptaan output, nilai tambah dan kebutuhan impor?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Menentukan dan menganalisis sektor-sektor unggulan di Kota
Pangkalpinang dalam memfokuskan pembangunan daerah agar dapat
bersaing di perekonomian nasional.
2. Menganalisis dampak pembangunan ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor-
sektor unggulan tersebut dengan melihat keterkaitan kedepan dan
kebelakang serta terhadap output, nilai tambah dan kebutuhan impor.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya
sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah dan instansi-instansi terkait,
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan dalam rangka perencanaan pembangunan daerah,
dalam hal ini pembangunan ekonomi di Kota Pangkalpinang agar lebih
terarah dan berkesinambungan.
5
2. Hasil penelitian ini juga sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam
kaitan dengan perekonomian daerah Kota Pangkalpinang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kota Pangkalpinang yang terbentuk sebagai
ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 25 Februari 2003
sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2003 tentang Penetapan
Ibukota Provinsi Baru dengan luas wilayah 89.40 km2 dan terbagi atas 5
kecamatan.
Penelitian ini difokuskan pada pendekatan sektoral, yaitu seluruh kegiatan
ekonomi didalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor.
Pengelompokkan sektor ini dengan memperhatikan tehnologi pembuatan dan
prospek masa depan dari peranan dan kegunaan setiap produk dalam kegiatan
perekonomian secara menyeluruh, dalam hal ini terbagi atas 40 sektor. Alat
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis keterkaitan, analisis
dampak output, nilai tambah dan kebutuhan impor pada metode analisis Input
Output.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi Pembangunan
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap
masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan
kemiskinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu
kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin
(melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional) demi
mencapai kehidupan yang serba lebih baik (Todaro dan Stephen, 2006). Dengan
memiliki minimal tiga tujuan inti sebagai berikut :
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan
serta perlindungan keamanan,
2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja,
perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai
kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya memperbaiki
kesejahteraan materi melainkan juga menumbuhkan harga diri pada pribadi
dan bangsa yang bersangkutan.
3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan
7
sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap seseorang
atau bangsa-bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang
berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
2.2. Teori Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional
sebagai usaha yang terencana dalam meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah
sehingga dapat tercipta suatu kemampuan yang andal dan professional dalam
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, serta kemampuan untuk
mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna tepat dan berhasil
meningkatkan kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan
pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya tata
kepemerintahan yang baik. Pembangunan daerah juga merupakan upaya dalam
memberdayakan masyarakat daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang
memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik,
maju, tenteram, dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan
masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat dan harga diri, sesuai dengan tujuan
inti dari pembangunan (Todaro dan Stephen, 2006).
Pembangunan daerah dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi
pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan
melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah
dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah tersebut. Kedua, dari segi
8
pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan
lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan
daerah dilihat dari segi pemerintahannya, yaitu keberhasilan pembangunan daerah
ditentukan dengan kepemerintahan daerah yang berjalan baik. Oleh karena itu,
pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat
pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang
dinamis dan serasi serta bertanggung jawab.
Pembangunan daerah merupakan penjabaran dari pembangunan nasional,
oleh sebab itu kinerja pembangunan nasional merupakan agregat dari kinerja
pembangunan seluruh daerah hingga ke satuan pemerintahan daerah terkecil yaitu
pada tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu tanggung jawab untuk mencapai
tujuan dan sasaran dalam pembangunan nasional menjadi kewajiban bersama
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perencana pembangunan daerah adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional.
Keselarasan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sangat penting dalam
mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas
(Ambardi dan Socia, 2002).
2.3. Sektor Unggulan
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor produksi terdiri dari berbagai
jenis dan bentuk yang sangat beragam. Akibatnya setiap barang dan jasa yang
berbeda tersebut dapat dikelompokkan menjadi suatu kelompok sektor dalam
penyusunan Tabel Input-Output. Pengelompokkan barang dan jasa ini merupakan
9
basis dalam menentukan sektor-sektor yang menjadi perhatian utama dalam tabel
Input-Output. Dalam menentukan sektor-sektor ekonomi didasarkan pada asas
kesatuan komoditi dan kesatuan aktivitas.
Dalam sektor ekonomi tersebut terdapat sektor-sektor yang menjadi
unggulan, yang merupakan sektor yang keberadaannya pada saat ini telah
berperan besar pada perkembangan perekonomian suatu wilayah dikarenakan
mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu. Selanjutnya keunggulan ini
berkembang melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi.
Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam
perekonomian daerah (Ambardi dan Socia, 2002).
Sektor unggulan merupakan sektor yang biasa menjadi motor penggerak
pembangunan suatu daerah, yang didasarkan pada kriteria tertentu yaitu :
1. Sektor unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan
perekonomian. Artinya sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang
signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran.
2. Sektor unggulan mempunyai dampak keterkaitan yang kuat baik keterkaitan
ke depan maupun ke belakang, dan dengan sektor unggulan lain ataupun
dengan sektor ekonomi lainnya.
3. Sektor unggulan mampu bersaing dengan sektor yang sejenis dari wilayah
lain di pasar nasional dan internasional, baik dalam harga produk sektor
tersebut, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya.
10
4. Sektor unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik
dalam pasar maupun pemasukkan bahan baku.
5. Sektor unggulan memiliki tehnologi yang terus meningkat, terutama melalui
inovasi tehnologi.
6. Sektor unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal
sesuai dengan skala produksi yang dimiliki oleh sektor tersebut.
7. Sektor unggulan biasanya bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif
lama.
Apabila berdasarkan basis ekonomi, perekonomian suatu wilayah terbagi
atas dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis yang apabila dikaitkan dengan
sektor unggulan maka sektor basis termasuk dari salah satu kriteria sektor
unggulan. Sektor basis itu sendiri adalah kegiatan-kegiatan yang mampu
mengekspor barang dan jasa keluar batas perekonomian wilayah yang
bersangkutan. Sedangkan sektor non basis adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang
menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang
bertempat tinggal di dalam batas perekonomian wilayah tersebut.
2.4. Konsep Model Input-Output
Model Input-Output (I-O) pertama kali dirilis oleh W Leontief pada tahun
1930an. Tabel I-O merupakan suatu tabel yang menyajikan informasi tentang
transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi (BPS, 1999). Aspek
yang ingin ditonjolkan oleh tabel I-O adalah bahwa setiap sektor mempunyai
keterkaitan dan ketergantungan dengan sektor lain. Seberapa besar ketergantungan
11
suatu sektor ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses
produksinya. Dengan kata lain sasaran pengembangan suatu sektor tidak akan
tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain. Oleh karena itu
perencanaan suatu sektor harus memperhatikan prospek pengembangan sektor-
sektor terkait secara terintegrasi.
Analisis Input-Output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis
atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar
sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan (BPS, 2006). Tabel Input
Output memiliki beberapa kegunaan, yaitu :
1. Menggambarkan kaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan
terhadap perekonomian wilayah. Perekonomian wilayah bukan lagi sebagai
kumpulan sektor-sektor ekonomi melainkan merupakan satu sistem yang
saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan langsung
mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi
secara bertahap.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dan
daya mendorong (forward linkage) dari setiap sektor ekonomi sehingga
mudah dalam menetapkan sektor mana yang dapat dijadikan sebagai sektor
yang strategis dalam perencanaan pembangunan suatu daerah.
3. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan kemakmuran,
seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor ekonomi diketahui akan
meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan input
primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran).
12
4. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan
pembangunan ekonomi suatu daerah karena bisa melihat permasalahan
secara komprehensif.
Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks yang berukuran ‘n x n’
dimensi, yang apabila dibaca secara baris memperlihatkan bagaimana output suatu
sektor dialokasikan ke sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara
(intermediate demand) dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final
demand). Sedangkan apabila dibaca secara kolom dapat menunjukkan struktur
pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain
dalam pelaksanaan kegiatan produksi.
Gambar 2.1. Ilustrasi Tabel Input Output
Struktur input Alokasi output
permintaan antara permintaan akhir
penyediaan sektor produksi impor output
input antara kuadran I kuadran II
sektor 1 x11 x12 x13 x1j F1 M1 X1
sektor 2 x21 x22 x23 x2j F2 M2 X2
sektor 3 x31 x32 x33 x3j F3 M3 X3
sektor i xi1 xi2 xi3 xij Fi Mi Xi kuadran III
input primer V1 V2 V3 Vj
input X1 X2 X3 Xj Sumber : BPS, 1999
13
Tabel I-O terbagi atas tiga kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan
suatu hubungan tertentu seperti terlihat pada gambar diatas. Kuadran I berisi sel-
sel yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.
Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa disini adalah penggunaan untuk
diproses kembali, baik sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Kuadran II
menggambarkan komponen permintaan akhir yang meliputi konsumsi
rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, stok neto,
ekspor dan impor, margin perdagangan dan biaya transpor. Kuadran III
menunjukkan nilai tambah bruto dan komponen-komponennya yang terdiri atas
upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto, subsidi dan penyusutan.
Secara keseluruhan, dilukiskan dalam bentuk persamaan aljabar :
x11 + x12 + …. + x1j + …. + x1n + F1 = X1 + M1 :
x21 + x22 + …. + x2j + …. + x2n + F2 = X2 + M2:
yang dirumuskan kembali menjadi :
xi1 + xi2 + …. + xij + …. + xin + Fin = Xi + Mi:
dan :
xn1 + xn2 + …. + xnj + …. + xnn + Fn = Xn + Mn
Apabila aij merupakan koefesien input dari sektor i yang digunakan oleh
sektor j, dan xij adalah penggunaan input sektor ke i oleh sektor j serta Xj adalah
output sektor ke j maka untuk menghitungnya adalah dengan :
maka persamaan di atas dapat disubstitusikan menjadi :
Xj
xijaij =
14
a11X1 + a12X2 + … + a1jXj + … + a1nXn + F1 = X1 + M1:
a21X1 + a22X2 + … + a2jXj + … + a2nXn + F2 = X2 + M2:
sehingga ai1X1 + ai2X2 + … + aijXj + … + ainXn + Fi = Xi + Mi:
dan menjadi
an1X1 + an2X2 + … + anjXj + … + annXn + Fn = Xn + Mn
Selanjutnya persamaan di atas dapat dibentuk menjadi persamaan matriks
sebagai berikut:
Dalam notasi matriks ditulis :
A.X + F = X + M atau F - M = X - A.X
dan dapat ditulis sebagai
X - A.X = F - M atau ( I - A ) . X = F - M
X = ( I – A )-1 . ( F - M )
Keterangan: X = matriks vector output I = matriks identitas A = matriks koefisien input antara F = matriks vector permintaan akhir M = matriks vector impor
a11 a12 …a1j …a1n X1 F1 X1 M1 a21 a22 …a2j …a2n X2 F2 X2 M2 . . .
. . .
.
.
.
.
+
.
.
.
=
.
.
.
+
.
.
. ai1 ai2 …aij …ain Xi Fi Xi Mi . . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
an1 an2 …anj …ann Xn F11 Xn Mn
15
Kuadran I merupakan kuadran yang terpenting dalam Tabel I-O, karena
dari sini nantinya disusun matriks koefisien input yaitu suatu matriks yang
dibentuk dengan membagi input antara dengan output. Dalam analisis, matriks
koefisien input disebut dengan matriks A, yang diturunkan menjadi matriks
kebalikan (inverse matrix) yang akan menjadi basis penggunaan tabel input-
output. Kedua matriks ini berguna untuk keperluan analisa ekonomi.
2.5. Konsep Analisis Keterkaitan
Matriks kebalikan dapat digunakan untuk mengukur pengaruh kenaikan
satu unit permintaan suatu sektor terhadap output sektor tersebut (pengaruh
langsung) dan terhadap output sektor lainnya (pengaruh tidak langsung). Dalam
mengukur besarnya pengaruh dan keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi
digunakan alat analisis daya penyebaran (DP) dan derajat kepekaan (DK). Daya
penyebaran disebut juga dengan keterkaitan ke depan (forward linkage) yaitu
yang berhubungan dengan penjualan barang jadi sedangkan derajat kepekaan
merupakan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan
bahan mentah dan bahan baku (BPS, 1999).
Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi memberikan indikasi
bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yang
cukup kuat dibandingkan terhadap sektor lainnya, begitupun dengan sektor yang
mempunyai derajat kepekaan yang tinggi yang berarti bahwa sektor tersebut
mempunyai ketergantungan (kepekaan) yang tinggi terhadap sektor lain. Dari
kedua ukuran ini dapat diturunkan total daya penyebaran dan total derajat
16
kepekaan untuk digunakan dalam menganalisa dan menentukan sektor-sektor
kunci (key sectors) yang akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi dalam
suatu wilayah serta indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang
digunakan untuk melihat keragaman ketergantungan antar sektor.
2.6. Konsep Analisis Dampak
Konsep analisis dampak adalah faktor yang menentukan besarnya
perubahan pada keseluruhan sektor seandainya jumlah produksi suatu sektor ada
yang berubah. Analisis dampak terbagi atas tiga jenis yaitu dampak output, nilai
tambah bruto, kebutuhan impor. Analisis dampak output memperlihatkan
pembentukan output sektoral yang dipengaruhi oleh permintaan akhir, yaitu
gambaran tentang perubahan output yang akan terjadi pada setiap sektor apabila
terjadi perubahan permintaan akhir dari suatu sektor (BPS, 1999).
Analisis dampak nilai tambah bruto memberikan petunjuk mengenai
pembentukan nilai tambah bruto yang dipengaruhi oleh perubahan permintaan
lain. Sedangkan analisis dampak kebutuhan impor adalah mengukur dampak
permintaan akhir terhadap kebutuhan impor sektoral di masing-masing sektor.
Jika terjadi peningkatan maupun perubahan pada permintaan akhir maka akan
terjadi perubahan di pada impor masing-masing sektor.
2.7. Penelitian Terdahulu
Bangun (2008) melakukan analisis peran sektor unggulan terhadap
perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian dengan menggunakan
17
analisis keterkaitan dan analisis dampak atau multiplier type I dan II,
menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki sektor unggulan industri
pengolahan. Terlihat bahwa sektor industri pengolahan di Sumatera Utara
memiliki kontribusi yang besar pada struktur output dan nilai tambah serta
keterkaitan yang kuat terhadap sektor lain dan dampak yang cukup besar sehingga
sektor tersebut dapat diandalkan untuk mendorong sektor hulu dan hilirnya.
BPS (2006) melakukan analisis sektor unggulan dan dampaknya pada
perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil penelitian dengan
menggunakan tabel I-O dan turunannya yaitu analisis keterkaitan dan analisis
dampak, menunjukkan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki
sektor unggulan yaitu sektor penambangan timah, industri peleburan timah,
perdagangan dan perikanan. Keempat sektor tersebut mempunyai dampak yang
sangat besar bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terlihat
bahwa dari keempat sektor tersebut merupakan produk utama yang dihasilkan dari
mata pencaharian masyarakat Bangka Belitung.
2.8. Kerangka Pemikiran
Perencanaan pembangunan ekonomi di suatu wilayah memerlukan suatu
data yang akurat yaitu dapat dilihat dari Tabel Input-Output yang menyajikan
sektor mana yang memiliki kontribusi dalam pembentukan output dan nilai
tambah terbesar dari seluruh sektor ekonomi di wilayah tersebut. Pembangunan
dibidang ekonomi diarahkan untuk saling memperkokoh struktur ekonomi dengan
keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor. Adapun sektor-sektor
18
ekonomi yang digunakan di Kota Pangkalpinang adalah sesuai dengan Tabel
Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007 yang terbagi atas 40 sektor.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kota Pangkalpinang
ditetapkan dengan melihat sektor-sektor kunci (key sectors), yang diketahui
melalui penghitungan analisis keterkaitan (daya penyebaran dan derajat
kepekaan). Dampak sektor-sektor tersebut terhadap perekonomian Kota
Pangkalpinang dapat dilihat menggunakan analisis dampak yang dalam hal ini
hanya dibatasi pada dampak output, nilai tambah bruto dan kebutuhan impor.
Seperti terlihat dalam gambar 2.2 diatas.
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Wilayah
Keterbatasan Sumber Daya dan Potensi Wilayah
Sektor Kunci (Key Sectors)
Analisis Dampak Yang Tercipta Akibat Permintaan Akhir
Sektor Unggulan Prioritas Pembangunan
Analisis Keterkaitan
Daya Penyebaran
Derajat Kepekaan
Nilai Tambah
Output Kebutuhan Impor
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian
ini adalah data Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007, PDRB Lapangan
Usaha dan Penggunaan Kota Pangkalpinang Tahun 2007, disertai dengan data
sekunder lain yang relevan dengan tujuan penulisan skripsi ini.
3.2. Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor
dalam suatu perekonomian, yang terbagi atas keterkaitan sederhana yang
merupakan suatu koefisien dan keterkaitan dengan sektor lain yaitu daya
penyebaran dan derajat kepekaan. Keterkaitan sederhana terdiri dari keterkaitan
input untuk suatu sektor, yang merupakan koefisien total input antara dan
keterkaitan output untuk suatu sektor, yang merupakan koefisien total permintaan
antara.
Daya penyebaran dan derajat kepekaan merupakan analisis lanjutan yang
menggunakan matriks kebalikan (I-Ad)-1, yang diperoleh dari persamaan :
20
dimana bij = sel matriks kebalikan (I-Ad)-1 pada baris i dan kolom j Xi = output sektor i Fdi= permintaan akhir sektor i i,j = 1,2,3,…n
Sehingga secara umum jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu
sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi adalah :
rj = b1j + b2j + ….. + bnj = Σi bij
dimana rj = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor j terhadap output seluruh sektor ekonomi.
bij= dampak yang terjadi terhadap output sektor I akibat perubahan permintaan akhir sektor j
Sehingga dapat dihitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap output
masing-masing sektor j akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor:
Yj =(rj / n) = (1/n) Σi bij
Ukuran yang diihasilkan dari proses ini atau turunan yang berupa total daya
penyebaran (αj) yaitu
b 11 b12 …b 1j …b1n
F1 X1
b 21 b 22 …b 2j …b2n
F2 X2 . . .
. . .
.
*
.
.
.
=
.
.
.
b i1 b i2 …b ij …bin
Fi Xi . . .
. . .
. . .
. . .
b n1 b n2 …b nj …bnn
F11 Xn
21
Begitupun dengan derajat kepekaan yaitu didapat dari
ri = bi1 + bi2 + ….. + bin = Σj bij
dimana ri = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor i terhadap output seluruh sektor ekonomi.
Dilanjutkan dengan menghitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap
output masing-masing sektor i akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor.
Sehingga didapat total derajat kepekaan (βi) :
∑=
∑=
∑==
n
jij
n
i
n
iij
bn
bi
11
1
1α
∑=
∑=
∑=
=n
jij
n
i
n
ji j
bn
bi
11
1
1β
Keterangan :
∑=
n
j ij b
1 = derajat kepekaan sektor i
∑=
∑=
n
j ij
n
i bn 1 1
1 = rata-rata derajat kepekaan per sektor.
Keterangan :
∑=
n
i ij b
1 = daya penyebaran sektor j
∑=
∑=
n
j ij
n
i bn 1 1
1 = rata-rata daya penyebaran per sektor.
22
Dengan melihat keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi, selanjutnya
dapat diidentifikasi sektor-sektor kunci dalam suatu perekonomian. Key sectors
ini diharapkan dapat menarik perkembangan sektor-sektor lainnya atau disebut
juga memiliki keterkaitan yang tinggi baik keterkaitan ke depan maupun ke
belakang. Disamping itu juga dapat menunjukkan sektor-sektor yang mempunyai
prospek dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Namun ini semua tidaklah cukup tanpa mengetahui nilai keragaman indeks
daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan, yang berguna untuk melihat
keragaman ketergantungan antar sektor ekonomi. Apabila nilai indeks daya
penyebaran dan derajat kepekaan tinggi pada suatu sektor berarti sektor ekonomi
tersebut hanya bergantung pada satu atau beberapa sektor saja.
3.3. Analisis Dampak
Analisis yang menggambarkan terjadinya peningkatan aktivitas suatu
sektor yang diakibatkan adanya perubahan atau peningkatan permintaan akhir
pada sektor tersebut baik pada output, nilai tambah maupun impor.
a. Dampak Output
Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan
permintaan akhir dan output tersebut. Artinya jumlah output yang dapat
diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian dalam
keadaan tertentu, output justru yang menentukan besarnya permintaan akhir.
Output dalam model I-O dapat dihitung dengan rumus :
XFT = (I -A)-1 (F - M)
23
atau
XFD = (I – Ad)-1 Fd
Rumusan ini sekaligus mencerminkan bahwa pembentukan output (X)
dipengaruhi oleh permintaan akhir (F-M) atau Fd.
Output yang terbentuk sebagai akibat dari dampak seluruh permintaan
akhir (XFT) akan sama dengan output yang terbentuk sebagai akibat permintaan
akhir domestik (XFD). Dalam banyak analisis yang lebih sering digunakan adalah
XFD. Penggunaan persamaan tersebut di atas antara lain adalah untuk menghitung
porsi output yang terbentuk sebagai dampak dari masing-masing komponen
permintaan akhir dan memperkirakan output yang terbentuk akibat dampak
permintaan akhir yang diproyeksikan.
b. Dampak Nilai Tambah Bruto
Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian
dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam
penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier.
Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh
kenaikan dan penurunan NTB. Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam
persamaan berikut :
Dengan V = matriks NTB
^
V = matriks diagonal koefesien NTB
XVV .^
=
24
X = ( I – Ad )-1 Fd atau ( I - A)-1 F
Isian sel-sel diagonal adalah NTB sektor yang bersangkutan dibagi dengan
outputnya. Sedangkan sel-sel di luar diagonal adalah 0 (nol). Jadi bentuk matriks
adalah:
c. Dampak Kebutuhan Impor
Dasar penghitungan yang digunakan untuk melihat dampak permintaan
akhir terhadap kebutuhan impor adalah (I-Ad)-1. Hubungan antara permintaan
akhir terhadap kebutuhan impor dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan
berikut:
MK=Am(I-Ad)-1 FdK+ Fm
K ; K=301…304
ME=Am(I-Ad)-1FE ; E=305,306
MK = Matriks impor yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen permintaan akhir kecuali ekspor.
Am = Matriks koefisien impor, yang selnya (xmij), diperoleh dengan membagi
input komponen impor (xmij / Xj)
FdK = Matriks komponen permintaan akhir domestik, untuk pengeluaran
konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap dan perubahan stok
FmK = Matriks komponen permintaan akhir berasal dari impor
ME = Matrik impor yang dipengaruhi oleh ekspor
FE = Ekspor barang dan ekspor jasa
iorOutputsekt
iNTBsektorV −−
=^
25
Oleh karena penggabungan antara FdK dan FE sebenarnya merupakan
permintaan akhir pada transaksi domestik (Fd), maka kedua persamaan dapat
disederhanakan sebagai berikut:
M= Am (I-Ad)-1
Fd+Fm
M = Matrik impor yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen
permintaan akhir, termasuk ekspor
Fd = Permintaan akhir, termasuk komponen ekspor
Fm = Tansaksi impor pada permintaan akhir dengan nilai untuk semua sel pada
kolom ekspor sama dengan 0.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Kota Pangkalpinang
Kota Pangkalpinang merupakan salah satu daerah otonomi baru yang
terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Daerah ini berada pada garis
106o7’ Bujur Timur dan garis 2o4’ sampai dengan 2o10’ Lintang Selatan dengan
luas daerah seluruhnya 118.40 km2. Kota Pangkalpinang merupakan daerah yang
strategis di tinjau dari sudut geografisnya, karena merupakan ibukota provinsi
yaitu sebagai pusat pemerintahan, dan pusat pemukiman penduduk karena
memang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan daerah lain di
provinsi ini yaitu dengan jumlah penduduk 155,250 jiwa pada tahun 2007, serta
mempunyai pelabuhan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4.2. Kondisi Perekonomian
Berdasarkan Tabel Input-Output di Kota Pangkalpinang Tahun 2007
menghasilkan suatu gambaran mengenai struktur perekonomiannya yang meliputi
struktur penawaran dan permintaan serta struktur permintaan akhir.
4.2.1 Struktur Penawaran dan Permintaan
Interaksi yang terjadi antara pihak yang menyediakan dengan pihak yang
meminta dalam suatu perekonomian di suatu wilayah akan terakomodasi pada
tabel I-O, yang dalam istilah ekonomi sering disebut dengan penawaran dan
permintaan (supply and demand). Kedua sisi perekonomian ini terbentuk dari
akumulasi jenis kegiatan yang berbeda namun akan sama total nilai keduanya
sesuai dengan prinsip keseimbangan.
27
Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa total penawaran atau permintaan barang
dan jasa pada tahun 2007 sebesar 4,043,415 juta rupiah. Atau bisa diartikan bahwa
nilai tersebut merupakan perputaran barang dan jasa (interaksi yang terjadi antar
sektor ekonomi maupun dengan konsumen akhir) di Kota Pangkalpinang.
Kontribusi sektor terbesar terdapat pada sektor Perdagangan (22.74%), Bangunan
(10.07%), Pemerintahan Umum dan Pertahanan (8.81%), Angkutan Jalan Raya
(6.52%) dan Industri Peleburan Timah (6.10%), yang dapat dilihat Lampiran 1.
Tabel 4.1 Struktur Permintaan dan Penawaran Kota Pangkalpinang Tahun 2007
Uraian Nilai %
Permintaan 4,043,415.57 Antara 1,176,595.57 29.10 Domestik 1,965,250.46 48.60 Ekspor 901,569.54 22.30 Penawaran 4,043,415.57 Impor 821,378.85 20.31 Ouput Domestik 3,222,036.72 79.69
Pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa baik untuk proses produksi
maupun konsumsi akhir dibedakan menurut asal barang, yaitu dari impor
domestik dan produk domestik yang masing-masing sebesar 821,378 juta rupiah
(20.31%) dan 3,222,036 juta rupiah (79.69%). Dilihat dari persentasenya dapat
dikatakan bahwa Kota Pangkalpinang memiliki ketergantungan akan barang dan
jasa dari luar wilayah dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, terutama pada
sektor-sektor industri pengolahan.
28
Sebaliknya dalam sisi permintaan, dari total 4,043,415 juta rupiah
digunakan untuk kebutuhan konsumsi internal dan pembentukan modal sebesar
48.60 persen atau sebesar 1,965,250 juta rupiah Digunakan kembali dalam proses
produksi sebesar 29.10 persen atau 1,176,595 juta rupiah serta sisanya 22.30
persen atau sebesar 901,569 juta rupiah untuk di ekspor keluar wilayah.
4.2.2 Struktur Permintaan Akhir
Total permintaan akhir Kota Pangkalpinang sebesar 2,866,820 juta rupiah,
yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga sebesar 1,143,491 juta rupiah
(39.89%), konsumsi pemerintah sebesar 351,438 juta rupiah (12.26%),
pembentukan modal tetap bruto sebesar 463,681 juta rupiah (16.17%), serta
kebutuhan ekspor sebesar 901,570 juta rupiah (31.45%).
Tabel 4.2 Komposisi Permintaan Akhir menurut Komponen Kota Pangkalpinang Tahun 2007
Sektor Nilai (Juta Rp) Distribusi
Permintaan Akhir (%)
Distribusi thd PDRB
(%) Konsumsi Rumah Tangga 1,143,491 39.89 55.90 Konsumsi Pemerintah 351,438 12.26 17.18 Pembentukan Modal Tetap Bruto 463,681 16.17 22.67 Perubahan Stok 6,641 0.23 0.32 Ekspor 901,570 31.45 44.08 Jumlah Permintaan Akhir 2,866,820 100.00 Impor 821,379 28.65 40.16
PDRB 2,045,441 71.35 100.00
29
Adapun jika dilihat dari kontribusi pembentukan PDRB, maka komponen
yang memberikan kontribusi terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga yang
mencapai sebesar 55.90 persen, menandakan bahwa masyarakat Kota
Pangkalpinang sangat konsumtif. Kontribusi yang cukup besar juga didapat dari
ekspor yaitu menyumbang sebesar 44.08 persen diikuti oleh komponen impor
yaitu sebesar 40.16 persen. Sedangkan komponen konsumsi pemerintah dan
pembentukan modal tetap bruto masing-masing menyumbang 17.18 persen dan
22.67 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Pangkalpinang dari segi
pengeluarannya.
Apabila dilihat per sektor untuk setiap komponen permintaan akhir maka
struktur konsumsi rumahtangga Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor
utama yaitu sektor industri makanan, minuman & tembakau lainnya dan sektor
perikanan, masing-masing 22.03 persen dan 17.87 persen, seperti pada Lampiran
2. Besarnya konsumsi rumahtangga terhadap produk perikanan terkait dengan
lokasi Kota Pangkalpinang yang berada di daerah kepulauan yang banyak terdapat
perairan, sehingga masyarakatnya banyak mengkonsumsi hasil perikanan yang
disebabkan bahan makanan lainnya sangat sulit diperoleh dikarenakan diimpor
dari luar wilayah dan harganya menjadi mahal. Sedangkan konsumsi pemerintah
seluruhnya digunakan untuk pembayaran gaji pegawai negeri di pemerintahan
daerah.
Pembentukan modal tetap bruto di dominasi oleh sektor bangunan sebesar
80.85 persen yang memang Kota Pangkalpinang hingga sekarang masih
melakukan pembangunan fisik atau sarana dan prasarana secara menyeluruh
30
sebagai konsekuensi menjadi ibukota provinsi yang baru berjalan selama tujuh
tahun. Struktur ekspor Kota Pangkalpinang didominasi oleh dua sektor, yaitu
sektor industri peleburan timah dan sektor angkutan jalan raya masing-masing
sebesar 27.36 persen dan 22.26 persen. Produk dari sektor industri peleburan
timah merupakan komoditi utama ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
yang memang kaya akan pertambangan pasir timah. Namun sejak
diberlakukannya undang-undang yang melarang adanya ekspor pasir timah ke luar
negeri mendorong peningkatan ekspor balok timah yang merupakan hasil
produksi dari sektor tersebut. Kota Pangkalpinang merupakan satu-satunya
wilayah yang memiliki pelabuhan terbesar di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, sehingga untuk memudahkan pengeksporan maka industri ini banyak
terdapat di Kota Pangkalpinang yang tidak terdapat pertambangan pasir timah.
4.3. Sektor Unggulan
Dalam menentukan sektor kunci ataupun sektor unggulan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan perbandingan penghasil output dan nilai tambah
terbesar serta dari analisis keterkaitan yaitu indeks daya penyebaran dan derajat
kepekaan.
4.3.1. Struktur Output dan Nilai Tambah
Output merupakan nilai produksi (baik barang maupun jasa) yang
dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang. Dari tabel I-O
terlihat bahwa lima sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam
pembentukan output keseluruhan di Kota Pangkalpinang adalah sektor
31
Perdagangan, Bangunan, Pemerintahan Umum dan Pertahanan, Angkutan Jalan
Raya, dan Industri Peleburan Timah.
Pada tabel 4.3 diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan sektor
ekonomi yang mempunyai output terbesar yaitu mencapai 919,631 juta rupiah
atau memberikan andil 28.54 persen dari seluruh output yang diciptakan di Kota
Pangkalpinang. Sektor terbesar berikutnya adalah sektor bangunan yang
memberikan kontribusi sebesar 12.64 persen atau 407,262 juta rupiah. Diikuti
oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 356,153 juta rupiah atau
berandil 11.05 persen. Sektor angkutan jalan raya memberikan output sebesar
263,109 juta rupiah atau 8.17 persen dari total output keseluruhan. Yang terakhir
dari lima sektor terbesar penghasil output adalah sektor industri peleburan timah
yang berkontribusi sebesar 7.66 persen dengan nilai output 246,646 juta rupiah.
Tabel 4.3 Lima Sektor Terbesar Penghasil Output Kota Pangkalpinang 2007
Kode Sektor Nilai (Juta Rp) Distribusi (%)
26 Perdagangan 919,631.15 28.5425 Bangunan 407,262.21 12.6436 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 356,153.07 11.0529 Angkutan Jalan Raya 263,109.63 8.1721 Industri Peleburan Timah 246,646.92 7.66
Sedangkan nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor
produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam tabel I-O, nilai
tambah bruto dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga dan
keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah
32
bruto di setiap sektor ekonomi ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi)
yang dihasilkan dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh
sebab itu, suatu sektor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai
tambah yang juga besar, tergantung dengan seberapa besar biaya produksinya.
Tabel 4.4 Lima Sektor Terbesar Penghasil Nilai Tambah Kota Pangkalpinang Tahun 2007
KODE SEKTOR NILAI (Juta
Rp) DISTRIBUSI
(%)
26 Perdagangan 706,023.63 34.52 36 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 312,169.29 15.26 29 Angkutan Jalan Raya 135,874.81 6.64 25 Bangunan 135,313.75 6.62 35 Real Estate, Usaha Persewaan, 134,774.88 6.59
dan Jasa Perusahaan
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa lima sektor terbesar penghasil nilai
tambah adalah sektor perdagangan dengan memberikan andil sebesar 34.52 persen
dari total pembentukan nilai tambah atau sebesar 706,023 juta rupiah. Diikuti
dengan sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menghasilkan nilai
tambah sebesar 312,169 juta rupiah atau berkontribusi dalam pembentukan NTB
sebesar 15.26 persen. Sektor berikutnya adalah sektor angkutan jalan raya yang
bernilai 135,874 juta rupiah yang memang sejak adanya kapal feri di pelabuhan
Kota Pangkalpinang yang dapat memuat kendaraan baik mobil maupun motor,
sektor ini memiliki kontribusi yang meningkat hingga member andil sebesar 6.64
persen. Sektor bangunan juga berkontribusi sebesar 6.62 persen atau 135,313 juta
33
rupiah. Dan yang terakhir adalah sektor real estate, usaha persewaan dan jasa
perusahaan yang memberikan nilai tambah tidak jauh berbeda dengan sektor
sebelumnya yaitu 134,774 juta rupiah atau memberikan andilnya sebesar 6.59
persen terhadap pembentukan nilai tambah keseluruhan di Kota Pangkalpinang.
Apabila dilihat dari lima sektor terbesar penghasil output dan nilai tambah,
ternyata dari kelima sektor hanya satu sektor yang tidak sama, keempat sektor
lainnya sama yaitu sektor Bangunan, Perdagangan, Angkutan Jalan Raya dan
Pemerintahan Umum & Pertahanan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
keempat sektor ini merupakan sektor utama atau sektor-sektor kunci (key sectors)
di Kota Pangkalpinang yang dapat menjadi sektor unggulan.
4.3.2. Analisis Keterkaitan
Dengan menggunakan model Input-Output kita dapat melakukan berbagai
analisis yaitu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan
antar sektor produksi yang merupakan suatu kelebihan dan keunggulan model I-O.
Ada tingkat keterkaitan teknis antara unsur aktif (dalam hal ini unsur yang
menunjang kegiatan ekonomi) yang merupakan kegiatan generator untuk memulai
sesuatu proses polarisasi teknis. Hubungan teknis tersebut di dapat dari turunan
daya penyebaran dan derajat kepekaan, yaitu indeks daya penyebaran yang
merupakan keterkaitan ke depan atau bisa di sebut daya dorong dan indeks derajat
kepekaan yang merupakan keterkaitan ke belakang atau dapat disebut suatu
tingkat ketergantungan dengan suatu sektor (BPS, 1999).
34
1. Daya Penyebaran
Menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya output suatu
sektor melalui mekanisme penggunaan input produksi. Keterkaitan yang terjadi
yaitu jika terjadi peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan
output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan
input sektor itu sendiri dan dari sektor-sektor lain. Oleh karena itu, sektor tersebut
akan meminta output sektor lain lebih banyak dari sebelumnya yang digunakan
sebagai input proses produksi dalam rangka meningkatkan output.
Tabel 4.5 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Daya Penyebaran Tertinggi
No Sektor Total Daya Penyebaran
Indeks Daya Penyebaran
1 Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan 1.38419 0.77277 2 Bangunan 1.27206 0.78128 3 Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga 1.19145 0.83250 4 Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat 1.17411 0.84904 5 Industri Kerupuk dan Sejenisnya 1.16716 0.85163 6 Industri Mesin, Alat angkutan & Perbaikannya 1.12551 0.87745 7 Angkutan Jalan Raya 1.12038 0.88376 8 Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan 1.10933 0.88980 9 Jasa Penunjang Angkutan 1.09509 0.89794
10 Jasa Perorangan & Rumahtangga 1.09222 0.90855
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa sektor yang memiliki total daya penyebaran
tertinggi adalah sektor industri pengolahan dan pengawetan ikan sebesar 1.38419
yang mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan satu unit output sektor
tersebut maka akan mendorong naiknya output sektor-sektor lain (termasuk
35
sektornya sendiri) secara keseluruhan sebesar 1.38419 unit. Diikuti oleh sektor
bangunan yang memiliki keterkaitan ke depan sebesar 1.27206 yaitu adanya
pertambahan total output sektor tersebut dan sektor-sektor lainnya sebesar
1.27206 unit dari adanya kenaikan satu unit output sektor bangunan. Begitupun
dengan sektor-sektor lainnya, yang apabila memiliki total daya penyebaran diatas
satu mempunyai arti bahwa sektor-sektor tersebut memiliki daya penyebaran
diatas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan.
Pada tabel 4.5 juga diketahui bahwa sektor industri pengolahan dan
pengawetan ikan memiliki indeks yang terendah yaitu 0.77277 yang berarti bahwa
sektor tersebut mendorong sebagian besar dari seluruh sektor ekonomi. Diikuti
dengan sektor bangunan yang juga memiliki indeks terendah kedua sebesar
0.78128, mendorong sebagian besar sektor ekonomi.
2. Derajat Kepekaan
Adanya peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan
output sektor-sektor lainnya. Peningkatan output sektor-sektor lainnya tersebut
dapat terlaksana melalui dua cara. Pertama, peningkatan output akan
meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri. Input sektor tadi ada yang
berasal dari sektor itu sendiri, ada pula yang berasal dari sektor lain. Oleh
karenanya, sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak daripada
sebelumnya (untuk digunakan sebagai input proses produksi). Berarti, harus ada
peningkatan output sektor lain. Peningkatan output sektor tersebut, pada
gilirannya akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri yang berarti
36
harus ada peningkatan output sektor-sektor lainnya. Begitu seterusnya terjadi
keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi tersebut.
Tabel 4.6 Sepuluh Sektor Ekonomi Dengan Derajat Kepekaan Tertinggi
No Sektor Total
Derajat Kepekaan
Indeks Derajat
Kepekaan
1 Perdagangan 4.48745 0.23568 2 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.28010 0.70869 3 Bangunan 1.27853 0.71964 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.22956 0.74625 5 Perikanan 1.11000 0.82677 6 Angkutan Jalan Raya 1.03208 0.88360 7 Restoran, Rumah Makan, Bar, dan Jasa Boga 0.99826 0.91071 8 Industri Batu Bata & Genteng dari Tanah Liat 0.99627 0.92123 9 Industri Barang dari Kayu & Hasil Hutan 0.98538 0.94882
10 Pos dan Telekomunikasi 0.96475 0.95837
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa sektor yang memiliki total derajat kepekaan
tertinggi adalah sektor perdagangan dengan nilai 4.48745. Hal ini menunjukkan
bahwa kenaikan satu unit output pada sektor perdagangan maka akan
menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain termasuk sektornya sendiri secara
keseluruhan yang merupakan input dalam sektor perdagangan sebesar 4.48745
unit. Sektor ini mempunyai total yang sangat tinggi yang menandakan bahwa
sektor perdagangan memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan sektor-
sektor lain sebagai input. Sektor perdagangan memiliki indeks derajat kepekaan
yang sangat rendah yaitu sebesar 0.23568 yang berarti bahwa sektor ini memiliki
ketergantungan hampir seluruh sektor ekonomi karena memang dalam setiap
sektor ekonomi memiliki bagian sektor perdagangan yaitu nilai margin
37
perdagangan dan transportasi. Sektor ekonomi yang memiliki total derajat
kepekaan lebih dari satu yaitu memiliki derajat kepekaan diatas rata-rata derajat
kepekaan keseluruhan, diantaranya adalah sektor real estate, usaha persewaan &
jasa perusahaan; bangunan; listrik, gas & air bersih; perikanan; dan sektor
angkutan jalan raya.
Apabila dilihat dari total daya penyebaran dan derajat kepekaan maka yang
merupakan sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan adalah sektor yang
memiliki daya dorong dan keterkaitan dengan sektor lain yang cukup besar yaitu
yang memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang lebih dari satu.
Sehingga apabila sektor ekonomi tersebut lebih dikembangkan maka akan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sektor tersebut adalah sektor bangunan dan
angkutan jalan raya, yang memang pada dasarnya selalu mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun terutama sejak akses transportasi lebih terbuka.
4.4. Analisis Dampak
Analisis ini adalah untuk melihat dampak atau apa yang terjadi apabila ada
perubahan atau peningkatan permintaan akhir di sektor-sektor unggulan. Dengan
beberapa pembahasan sebelumnya, maka yang merupakan sektor-sektor unggulan
adalah sektor-sektor kunci baik dari struktur output dan nilai tambah maupun dari
daya penyebaran dan derajat kepekaan. Sektor tersebut adalah sektor
perdagangan, bangunan, angkutan jalan raya dan pemerintahan umum &
pertahanan.
38
4.3.1 Dampak Output
Suatu output sektor ekonomi terbentuk sebagai akibat dari permintaan
akhir yaitu konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap bruto, perubahan stok dan ekspor keluar wilayah. Dari lampiran 3 terlihat
bahwa ke empat sektor unggulan tersebut menciptakan output terbesar akibat
seluruh komponen permintaan akhir. Sektor yang memberikan dampak output
terbesar yang tercipta akibat pengaruh dari permintaan akhir adalah sektor
perdagangan yaitu 33.61 persen dari total output yaitu sebesar 1,053.9 milyar
rupiah dengan dengan masing-masing komponen yaitu untuk konsumsi
rumahtangga sebesar 482.6 milyar rupiah, konsumsi pemerintah sebesar 10.4
milyar rupiah, pembentukan modal sebesar 124.8 milyar rupiah, perubahan stok
sebesar satu milyar dan untuk pengiriman keluar kota yaitu ekspor sebesar 434.9
milyar rupiah. Dapat dikatakan bahwa komponen permintaan yang mengakibatkan
penciptaan output terbesar adalah dari komponen konsumsi rumahtangga.
Sektor bangunan memberikan kontribusi 13.01 persen dalam penciptaan
output akibat permintaan akhir dengan komponen pembentukan modal tetap bruto
yang menciptakan output terbesar yaitu mencapai 377.4 milyar rupiah dari total
yang hanya 408 milyar rupiah. Sektor pemerintahan umum dan pertahanan
menciptakan output sebesar 356.1 milyar rupiah atau sebesar 11.36 persen dari
keseluruhan output yang terbentuk akibat dari pengaruh permintaan akhir.
Sedangkan sektor angkutan jalan raya memberikan kontribusi 8.42 persen dari
keseluruhan total dampak output.
39
Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa tercipta output sebesar 3,136.1
milyar rupiah akibat pengaruh permintaan akhir. Dengan komponen ekspor yang
memberikan kontribusi terbesar yaitu 36.15 persen diikuti dengan konsumsi
rumahtangga yang menciptakan output sebesar 29.67 persen.
4.3.2 Dampak Nilai Tambah
Nilai Tambah Bruto menunjukkan bagian dari input secara keseluruhan.
Dalam tabel input output, nilai tambah mempunyai hubungan linier dengan
outputnya, sehingga perubahan permintaan akhir akan mengakibatkan terjadinya
perubahan secara proporsional terhadap nilai tambah dan outputnya. Berdasarkan
lampiran 4 , terlihat bahwa sektor perdagangan masih menciptakan nilai tambah
terbesar akibat dari pengaruh permintaan akhir yaitu sebesar 39.18 persen dari
total nilai tambah keseluruhan sektor dengan komponen pembentuk nilai tambah
terbesar adalah dari konsumsi rumahtangga.
Diikuti oleh sektor pemerintahan umum dan pertahanan yang menciptakan
nilai tambah sebesar 312.2 milyar rupiah atau memberikan andil 15.12 persen dari
keseluruhan penciptaan nilai tambah. Sektor bangunan dan angkutan jalan raya
masing-masing memberikan andilnya sebesar 6.57 dan 6.60 persen. Dengan
penciptaan terbesar dari pembentukan modal tetap bruto sebesar 125.4 milyar
rupiah untuk sektor bangunan dan dari komponen ekspor sebesar 116.7 milyar
rupiah untuk sektor angkutan jalan raya.
Setiap kolom menunjukkan pengaruh masing-masing komponen
permintaan akhir terhadap proses penciptaan nilai tambah di masing-masing
sektor perekonomian. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan pengaruh dari
40
konsumsi rumahtangga terhadap penciptaan nilai tambah seluruh sektor sebesar
659.3 milyar rupiah. Begitupun dengan pengaruh dari konsumsi pemerintah,
PMTB, perubahan stok, dan ekspor terhadap pembentukan nilai tambah seluruh
sektor masing-masing sebesar 338.5 milyar; 288.3 milyar; 2.3 milyar dan 776.4
milyar rupiah.
4.3.3 Dampak Kebutuhan Impor
Barang dan jasa yang berasal dari impor, disamping digunakan dalam
rangka proses produksi juga untuk penggunaan konsumsi akhir. Pada lampiran 5
terlihat bahwa barang dan jasa impor yang dibutuhkan pada suatu sektor ekonomi
akibat dari pengaruh konsumsi rumahtangga, pemerintah, pembentukan modal,
perubahan stok dan ekspor. Bila pengamatan dilakukan secara kolom dapat
diketahui total kebutuhan impor seluruh sektor ekonomi untuk setiap komponen
permintaan akhir.
Sektor yang menjadi unggulan adalah sektor yang tidak mempunyai
ketergantungan dengan wilayah lain dalam hal produksi barang tersebut sehingga
sektor unggulan adalah sektor yang tidak atau paling sedikit membutuhkan impor
barang dan jasa dari luar Pangkalpinang. Terbukti dari lampiran 3, sektor
unggulan yang mempunyai sedikit kebutuhan impor hanya sektor angkutan jalan
raya yaitu hanya sebesar 0.10 persen dari total impor yang diciptakan dari
permintaan akhir keseluruhan sektor yaitu dari konsumsi rumahtangga sebesar 1.6
milyar rupiah.
Sedangkan komponen permintaan akhir terbesar dari seluruh sektor
ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan impor adalah komponen konsumsi
41
rumahtangga seluruh sektor ekonomi di Kota Pangkalpinang yaitu 1,326 milyar
rupiah diikuti oleh komponen ekspor 1,133.8 milyar rupiah, komponen
pembentukan modal tetap bruto sebesar 691.4 milyar rupiah dan komponen
konsumsi pemerintah sebesar 395 milyar rupiah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Melalui analisis deskriptif dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah
terbesar diperoleh bahwa Kota Pangkalpinang memiliki empat sektor kunci
(key sectors) atau sektor yang dapat menjadi sektor unggulan yaitu sektor
perdagangan (28.54%), bangunan (12.64%), pemerintahan umum &
pertahanan (11.05%) dan angkutan jalan raya (8.17%).
2. Namun melalui analisis keterkaitan yaitu dari nilai total daya penyebaran dan
derajat kepekaan yang tertinggi, Kota Pangkalpinang hanya memiliki dua
sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan yaitu sektor bangunan dengan
total daya penyebaran sebesar 1.27206 dan total derajat kepekaan sebesar
1.27853. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memiliki total daya
penyebaran dan derajat kepekaan masing-masing sebesar 1.12038 dan
1.03208.
3. Dari analisis dampak terlihat bahwa empat sektor kunci memiliki dampak
yang cukup besar akibat pengaruh dari permintaan akhir baik itu dampak
output dan nilai tambah. Sedangkan untuk dampak kebutuhan impor, sektor
kunci tersebut tidak atau mempunyai sedikit kebutuhan impor dari wilayah
lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat sektor tersebut merupakan
sektor unggulan yang dapat mempengaruhi perekonomian di Kota
Pangkalpinang.
43 5.2. Saran
1. Kedua sektor kunci berdasarkan nilai total daya penyebaran dan derajat
kepekaan yang tinggi yaitu sektor bangunan dan angkutan jalan raya patut
dikembangkan dan diprioritaskan dalam perekonomian Kota Pangkalpinang
karena kedua sektor tersebut akan dapat mendorong dan mempengaruhi
sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga dapat meningkatkan perekonomian
dan pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk kedua sektor kunci lainnya yaitu sektor perdagangan dan pemerintahan
umum & petahanan, diperlukan perhatian yang lebih dari pemerintah untuk
dapat tetap memberikan output serta nilai tambah yang besar bagi Kota
Pangkalpinang.
3. Walaupun begitu sektor-sektor ekonomi yang mempunyai potensi juga tetap
diikutsertakan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah seperti sektor
industri pengolahan, restoran, lembaga keuangan dan usaha persewaan serta
jasa-jasa.
4. Selain pengembangan sektor-sektor unggulan, peningkatan sarana dan
prasarana serta perencanaan dan kinerja pemerintah daerah yang lebih matang
sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi daerah
khususnya di Kota Pangkalpinang.
DAFTAR PUSTAKA
Ambardi, U.M dan Socia, P. 2002. “Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah”. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah (P2KTPW-BPPT), Jakarta
Badan Pusat Statistik, 1999. “Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output”. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. “Analisis Tabel Input-Output Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”. BPS, Pangkalpinang.
Badan Pusat Statistik. 2008. “Pangkalpinang Dalam Angka 2007/2008”. BPS, Pangkalpinang.
Bangun, O. 2008. Analisis Peran Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Provinsi Sumatera Utara [Skripsi]. IPB, Bogor.
Firmansyah. 2006. “Operasi Matriks dan Analisis Input Output Untuk Ekonomi: Aplikasi Praktis dengan Excel dan Matlab”. BP Undip, Semarang.
Junaidi. 2008. “Analisis Input-Output dengan Excel”. [FE-UNJA Online]. junaidichaniago.wordpress.com [17 September 2009]
Sjafrizal. 2008. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi”. Baduose Media, Padang.
Savitri, D. 2008. Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Struktur Ekonomi Pulau Sumatera [Skripsi]. IPB, Bogor.
Todaro, M.P dan Stephen, C.S. 2006. “Pembangunan Ekonomi”. Erlangga, Jakarta.
45
LAMPIRAN
46
Lampiran 1 : Struktur Permintaan dan Penawaran Seluruh Sektor Ekonomi
Kode Permintaan Total Penawaran Total
Antara Domestik Ekspor Permintaan Impor Output Domestik Penawaran 1 3,101.98 40,600.75 0.00 43,702.73 31,568.91 12,133.82 43,702.73 2 7,305.98 13,978.45 86.74 21,371.17 20,478.52 966.08 21,444.61 3 0.00 1,775.38 6,397.48 8,172.86 0.00 8,172.86 8,172.86 4 2,803.93 24,111.41 0.00 26,915.34 11,138.59 15,768.38 26,906.97 5 11,240.64 6.51 0.00 11,247.15 11,247.15 0.00 11,247.15 6 19,549.93 103,733.77 18,794.77 142,078.48 24,154.72 121,252.06 145,406.77 7 176,106.75 165.24 0.00 176,271.99 165,062.05 11,166.55 176,228.60 8 2,264.85 44,860.55 0.00 47,125.41 12,087.01 35,035.65 47,122.66 9 41.13 9,169.29 0.00 9,210.42 9,210.42 0.00 9,210.42 10 1,035.38 50,427.09 0.00 51,462.47 51,462.47 0.00 51,462.47 11 5.00 1,695.32 10,267.84 11,968.15 0.00 13,967.58 13,967.58 12 1,019.07 31,045.57 30,543.14 62,607.78 1,312.15 61,295.64 62,607.79 13 14,939.37 129,390.55 3,363.47 147,693.39 133,916.76 13,769.47 147,686.23 14 25,038.24 12,473.23 28,958.07 66,469.53 961.62 65,507.91 66,469.53 15 32,198.19 3,314.95 2,500.00 38,013.14 32,672.53 4,133.69 36,806.22 16 25,882.73 495.94 0.00 26,378.67 25,464.33 914.33 26,378.67 17 87,699.55 16,110.04 0.00 103,809.59 103,210.29 0.00 103,210.29 18 51,870.29 339.70 0.00 52,209.99 712.17 51,428.20 52,140.37 19 24,838.00 1,501.70 0.00 26,339.69 22,056.01 4,267.75 26,323.76 20 32,619.08 (2,545.99) 0.00 30,073.10 32,619.08 0.00 32,619.08 21 4,854.56 86,938.20 5,730.63 97,523.38 0.00 246,646.92 246,646.92 22 32,369.30 41,277.10 0.00 73,646.39 63,968.29 11,707.73 75,676.01 23 15,300.12 8,040.12 0.00 23,340.24 23,340.24 0.00 23,340.24 24 36,106.55 18,722.49 0.00 54,829.03 3,916.07 50,912.96 54,829.03 25 23,534.31 383,679.97 47.93 407,262.21 0.00 407,262.21 407,262.21 26 344,314.23 407,355.82 325,107.93 1,076,777.98 0.00 919,631.15 919,631.15 27 2,711.30 1,079.70 3,827.34 7,618.34 454.07 7,164.27 7,618.34 28 29,341.95 37,677.93 2,230.55 69,250.43 1,087.70 68,162.73 69,250.43 29 17,982.14 27,967.92 217,834.24 263,784.29 674.66 263,109.63 263,784.29 30 16,359.16 9,623.99 0.00 25,983.15 25,983.08 0.00 25,983.08 31 13,411.38 3,130.55 1,066.04 17,607.98 521.18 17,086.80 17,607.98 32 2,408.84 406.62 4,641.36 7,456.82 2,025.84 5,430.99 7,456.82 33 17,330.76 8,146.36 35,260.38 60,737.51 3,452.72 57,284.79 60,737.51 34 11,862.94 7,999.49 15,682.22 35,544.66 273.16 35,271.49 35,544.66 35 66,578.39 9,452.68 88,486.17 164,517.24 3,742.99 160,774.25 164,517.24 36 798.45 355,354.62 0.00 356,153.07 0.00 356,153.07 356,153.07 37 8,100.74 32,881.92 995.36 41,978.03 515.14 41,462.88 41,978.03 38 174.50 2,842.82 0.00 3,017.32 0.00 3,017.32 3,017.32 39 11,406.94 40,022.72 99,747.88 151,177.54 0.00 151,177.54 151,177.54 40 2,088.92 0.00 0.00 2,088.92 2,088.92 0.00 2,088.92
1,176,595.57 1,965,250.46 901,569.54 4,043,415.57 821,378.85 3,222,036.72 4,043,415.57
47
Lampiran 2 : Permintaan Akhir Seluruh Sektor Ekonomi
KODE 301 302 303 304 305 309 409 1 50,699.48 0.00 0.00 0.00 0.00 50,699.48 31,568.91 2 16,462.09 0.00 0.00 0.00 184.92 16,647.02 20,478.52 3 0.00 0.00 1,775.38 0.00 8,172.86 9,948.24 0.00 4 26,547.19 0.00 567.33 660.38 0.00 27,774.90 11,138.59 5 13.12 0.00 0.00 0.00 0.00 13.12 11,247.15 6 204,370.77 0.00 546.57 0.00 86,789.69 291,707.03 24,154.72 7 0.00 0.00 165.24 0.00 0.00 165.24 165,062.05 8 62,099.92 0.00 203.57 0.00 0.00 62,303.49 12,087.01 9 16,107.48 0.00 0.00 0.00 0.00 16,107.48 9,210.42 10 80,631.81 0.00 0.00 0.00 0.00 80,631.81 51,462.47 11 2,113.87 0.00 0.00 0.00 13,296.65 15,410.52 0.00 12 39,374.49 0.00 136.21 0.00 38,946.16 78,456.87 1,312.15 13 251,863.46 0.00 145.36 0.00 6,554.47 258,563.29 133,916.76 14 15,426.20 0.00 2,192.82 (58.09) 46,467.31 64,028.23 961.62 15 4,916.52 0.00 621.53 (47.31) 2,500.00 7,990.74 32,672.53 16 1,037.93 0.00 0.00 0.00 0.00 1,037.93 25,464.33 17 26,795.82 0.00 0.00 0.00 0.00 26,795.82 103,210.29 18 0.00 0.00 362.15 (22.45) 0.00 339.70 712.17 19 1,722.66 0.00 91.56 5.19 0.00 1,819.41 22,056.01 20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 32,619.08 21 0.00 0.00 80,651.61 6,286.59 246,646.92 333,585.12 0.00 22 119,404.15 0.00 1,328.63 (183.51) 0.00 120,549.27 63,968.29 23 16,062.59 0.00 0.00 0.00 0.00 16,062.59 23,340.24 24 18,722.49 0.00 0.00 0.00 0.00 18,722.49 3,916.07 25 8,786.45 0.00 374,893.52 0.00 47.93 383,727.90 0.00 26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 27 1,079.70 0.00 0.00 0.00 3,827.34 4,907.04 454.07 28 37,677.93 0.00 0.00 0.00 2,230.55 39,908.48 1,087.70 29 25,718.27 0.00 0.00 0.00 200,664.05 226,382.33 674.66 30 7,548.70 0.00 0.00 0.00 0.00 7,548.70 25,983.08 31 2,680.46 0.00 0.00 0.00 913.39 3,593.85 521.18 32 364.03 0.00 0.00 0.00 4,155.27 4,519.30 2,025.84 33 8,146.36 0.00 0.00 0.00 35,260.38 43,406.75 3,452.72 34 7,999.49 0.00 0.00 0.00 15,682.22 23,681.71 273.16 35 9,452.68 0.00 0.00 0.00 88,486.17 97,938.85 3,742.99 36 3,917.12 351,437.50 0.00 0.00 0.00 355,354.62 0.00 37 32,881.92 0.00 0.00 0.00 995.36 33,877.28 515.14 38 2,842.82 0.00 0.00 0.00 0.00 2,842.82 0.00 39 40,022.72 0.00 0.00 0.00 99,747.88 139,770.60 0.00 40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2,088.92
1,143,490.69 351,437.50 463,681.48 6,640.80 901,569.54 2,866,820.00 821,378.85
48
Lampiran 3 : Dampak Output Akibat Pengaruh Permintaan Akhir
KODE Konsumsi R T Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan
Stok Ekspor Total
1 11,895.58 79.36 29.42 (0.94) 129.17 12,132.60 2 757.05 0.16 0.80 (0.09) 125.84 883.75 3 0.00 0.00 1,775.38 0.00 6,397.48 8,172.86 4 13,905.62 180.20 630.34 (184.04) 315.06 14,847.19 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 53,804.78 664.24 810.55 1.53 21,771.94 77,053.05 7 436.90 21.38 10,345.57 2.40 427.83 11,234.08 8 34,929.49 1.40 216.24 (0.03) 98.55 35,245.65 9 0.30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.31 10 8.21 0.00 0.00 13.68 0.00 21.89 11 1,698.50 0.66 0.21 0.00 10,268.80 11,968.18 12 30,137.78 16.84 143.61 0.14 30,998.00 61,296.37 13 9,931.32 53.06 174.64 (1.07) 3,740.19 13,898.15 14 12,651.81 927.43 19,132.14 (52.47) 32,917.88 65,576.79 15 1,099.35 501.26 873.34 (20.12) 3,403.24 5,857.08 16 384.44 16.75 200.84 2.40 330.82 935.25 17 0.15 (0.00) (0.00) 2.17 (0.00) 2.32 18 2,102.75 99.80 46,447.43 18.81 2,078.84 50,747.62 19 379.11 7.60 3,808.79 2.32 145.54 4,343.37 20 0.00 0.00 (6,739.96) (1,441.74) 0.00 (8,181.70) 21 0.00 0.00 82,270.88 6,412.81 5,845.69 94,529.37 22 7,250.95 65.19 (20,367.50) (105.66) 2,747.72 (10,409.31) 23 191.64 0.00 (191.73) 0.00 0.00 (0.09) 24 27,333.85 4,119.45 1,946.71 32.12 16,763.87 50,195.99 25 15,174.01 771.84 377,444.41 15.35 14,673.51 408,079.11 26 482,583.58 10,445.74 124,870.08 1,058.13 434,960.62 1,053,918.15 27 1,273.48 1,576.32 161.92 0.77 4,209.18 7,221.66 28 43,429.79 8,986.70 2,922.56 20.77 13,153.50 68,513.32 29 34,396.25 192.38 3,509.82 18.86 225,983.10 264,100.42 30 59.84 (0.00) (59.67) (0.00) (0.00) 0.16 31 6,566.62 112.86 1,175.15 16.15 9,515.96 17,386.74 32 275.08 8.47 178.74 0.48 4,982.50 5,445.27 33 10,572.42 5,276.14 1,778.13 11.15 40,103.62 57,741.48 34 11,262.63 596.06 2,438.06 7.53 21,195.37 35,499.64 35 31,332.31 6,094.37 12,863.55 58.40 115,204.12 165,552.75 36 4,250.16 351,485.42 49.05 0.29 390.10 356,175.03 37 35,102.96 2,209.49 1,227.24 3.64 3,363.23 41,906.55 38 2,900.15 7.12 25.89 0.06 89.34 3,022.55 39 42,460.79 570.51 756.59 0.97 107,481.08 151,269.94 40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
930,539.65 395,088.20 670,849.21 5,894.78 1,133,811.68 3,136,183.52
49
Lampiran 4 : Dampak NTB Akibat Pengaruh Permintaan Akhir
KODE Konsumsi R T Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan
Stok Ekspor Total
1 10,854.08 72.41 26.84 (0.85) 117.86 11,070.34 2 592.81 0.12 0.63 (0.07) 98.54 692.03 3 0.00 0.00 1,346.33 0.00 4,851.44 6,197.77 4 10,457.97 135.53 474.06 (138.41) 236.94 11,166.09 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 48,055.36 593.27 723.94 1.37 19,445.45 68,819.39 7 367.12 17.97 8,693.15 2.02 359.49 9,439.75 8 11,487.70 0.46 71.12 (0.01) 32.41 11,591.68 9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11 454.10 0.18 0.06 0.00 2,745.42 3,199.76 12 15,846.11 8.85 75.51 0.08 16,298.40 32,228.94 13 8,045.61 42.99 141.48 (0.87) 3,030.02 11,259.23 14 7,501.65 549.90 11,344.04 (31.11) 19,518.04 38,882.52 15 992.64 452.61 788.57 (18.16) 3,072.90 5,288.55 16 252.29 10.99 131.80 1.57 217.10 613.74 17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18 394.35 18.72 8,710.75 3.53 389.87 9,517.21 19 292.55 5.87 2,939.19 1.79 112.31 3,351.71 20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 21 0.00 0.00 20,940.27 1,632.24 1,487.89 24,060.40 22 3,705.00 33.31 (10,407.14) (53.99) 1,404.00 (5,318.82) 23 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 24 21,374.78 3,221.36 1,522.30 25.11 13,109.17 39,252.73 25 5,041.60 256.44 125,406.73 5.10 4,875.31 135,585.17 26 370,491.37 8,019.46 95,865.86 812.35 333,930.05 809,119.09 27 869.75 1,076.58 110.58 0.52 2,874.75 4,932.18 28 20,512.97 4,244.64 1,380.40 9.81 6,212.73 32,360.55 29 17,762.88 99.35 1,812.54 9.74 116,701.96 136,386.47 30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 31 4,180.11 71.85 748.06 10.28 6,057.58 11,067.87 32 191.55 5.90 124.46 0.33 3,469.46 3,791.70 33 8,280.10 4,132.17 1,392.60 8.73 31,408.32 45,221.92 34 8,506.78 450.21 1,841.49 5.69 16,009.08 26,813.24 35 26,265.45 5,108.83 10,783.34 48.96 96,574.05 138,780.62 36 3,725.28 308,078.08 42.99 0.25 341.93 312,188.53 37 23,722.10 1,493.14 829.35 2.46 2,272.82 28,319.87 38 1,849.21 4.54 16.51 0.04 56.97 1,927.26 39 27,299.95 366.81 486.45 0.63 69,104.42 97,258.26 40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
659,373.22 338,572.50 288,364.25 2,339.13 776,416.67 2,065,065.77
50
Lampiran 5 : Dampak Kebutuhan Impor Akibat Pengaruh Permintaan Akhir
Kode Konsumsi R T Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan
Stok Ekspor Total
1 46,114.26 1,546.79 574.98 (20.34) 2,617.99 50,833.68 2 17,407.16 24.02 110.85 (13.52) 10,491.72 28,020.23 3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4 16,136.96 895.91 323.72 844.96 1,788.36 19,989.90 5 11,576.63 758.28 32,205.44 (39.94) 26,962.73 71,463.14 6 90,372.98 1,338.02 573.97 3.08 6,806.95 99,095.00 7 4,471.38 221.21 184,630.55 6,137.49 9,940.82 205,401.44 8 17,191.97 6.06 48.93 (0.12) 427.31 17,674.15 9 9,457.67 7.93 12.22 (2.71) 12.68 9,487.79 10 57,390.25 455.10 259.09 (23.22) 922.84 59,004.06 11 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12 1,442.87 5.03 2.32 (0.09) 160.02 1,610.14 13 187,555.07 4,956.73 3,034.51 (113.98) 46,125.55 241,557.89 14 914.73 871.68 2,088.98 (0.79) 975.42 4,850.01 15 148,152.65 229,998.98 35,567.70 224.32 135,199.67 549,143.32 16 121,246.60 10,580.80 41,058.18 299.24 106,263.14 279,447.95 17 228,652.97 40,266.11 114,685.78 379.70 347,472.39 731,456.96 18 150.13 6.41 2,642.52 1.06 146.10 2,946.21 19 4,402.12 161.69 79,060.93 12.19 3,084.54 86,721.47 20 11,169.32 643.79 116,799.33 1,417.29 7,717.42 137,747.16 21 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 22 136,106.96 7,462.21 29,778.39 67.90 128,675.00 302,090.45 23 63,072.48 17,921.39 3,564.66 28.55 88,294.32 172,881.40 24 8,958.91 10,848.74 960.91 7.46 13,826.29 34,602.33 25 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 27 719.40 8,441.51 173.79 0.98 551.76 9,887.45 28 1,826.01 5,776.48 346.16 1.81 1,736.29 9,686.75 29 1,631.42 44.10 479.07 2.26 1,520.17 3,677.02 30 94,735.84 6,470.83 27,834.45 196.58 137,032.12 266,269.82 31 1,350.08 57.55 348.58 2.74 2,239.93 3,998.88 32 6,057.82 344.82 2,607.71 9.18 9,413.06 18,432.59 33 8,571.18 31,916.79 2,348.10 13.51 11,855.38 54,704.96 34 646.63 248.97 229.53 0.78 820.99 1,946.91 35 14,635.06 11,456.66 5,304.19 29.46 17,636.04 49,061.42 36 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 37 787.02 1,068.85 114.63 0.57 353.03 2,324.09 38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 40 13,155.17 284.75 3,649.45 28.84 12,741.66 29,859.87
1,326,059.70 395,088.20 691,419.61 9,495.25 1,133,811.68 3,555,874.44
Recommended