View
215
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
survey dan pemetaan
Citation preview
PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG
A. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Melakukan pengukuran levelling dengan baik dan benar.
2. Mengetehaui jarak dan elevasi antar titik pengukuran menggunakan metode pulang
pergi dengan pengukuran alat levelling di antara pengukuran.
B. WAKTU PENGUKURAN
Pengukuran “Levelling Pulang Pergi” dilaksanakan pada:
Hari/ Tanggal : Selasa/ 06 Mei 2014
Pukul : 09.40 – 13.20 WIB
Tempat : Jalan depan rektorat baru menuju gedung FIK UNP
C. TEORI SINGKAT
Dalam pembuatan jalan maupun pembangunan diperlukan suatu pengukuran beda
tinggi agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah.
Sifat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di
permukaan tanah.
Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi diukur terhadap bidang
tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau ditambah dengan nilai yag
ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.
Selain menentukan beda tinggi antara dua titik, sifat datar juga dapat digunakan untuk
mengetahui jarak antara stasion (titik pantau) terhadap titik uji. Pengukuran pada percobaan
ini menggunakan beberapa instrumen, antara lain:
1. Dumpy Level/ Waterpass
Menurut Harmailis (2002), Dumpy level adalah alat penyipat datar Dalam pengukuran
tanah datar dumpy level dipasang diatas kaki tiga (tripod) dan pandangan dilakukan melalui
teropong, dalam hal ini memindahkan ketitik lainnya.
1
2. Levelling Tripods
Tripod merupakan kaki tiga yang digunakan sebagai dudukan posisi dumpy level.
3. Levelling Rods/ Rambu Ukur
Merupakan patokan pengukuran yang memiliki tingkat ketelitian hingga satuan milimeter.
4. Measuring Tools
Instrumen pengukur yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran manual dengan
panjang maksimal 50 m.
Pada pengukuran jalur lintas untuk jalan raya atau jalur pipa, elevasi diperlukan pada
setiap station pada jarak 100 ft (atau 30-an), titik sudut (titik yang menandai perubahan arah),
perubahan-perubahan kemiringan permukaan tanah dan pada titik-titik genting seperti jalan,
jembatan, dan gorong-gorong. Bila digambar, elevasi-elevasi ini menunjukan sebuah profil −
sebuah garis yang menggambarkan elevasi tanah pada irisan vertikal sepanjang jalur
pengukuran. Untuk kebanyakan proyek rekayasa, profil-profil diambil sepanjang garis pusat
yang dipancang pada statiun-statiun 100-ft atau, bila perlu karena tanah bergelombang, dalam
pertambahan jarak 50 atau 25-ft (15 atau 10 m).
Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan raya, saluran
air, pipa air minum dan riool. Dengan jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi
didapat irisan tegak lapangan yang dinamakan profil memanjang pada sumbu proyek. Di
lapangan dipasang pancang-pancang dari kayu yang menyatakan sumbu proyek, dan
pancang-pancang itu digunakan pada pengukuran penyipat datar yang memanjang untuk
mendapatkan profil memanjang. Penggambaran profil memanjang dengan menggunakan
hasil ukuran dapat dilakukan dengan menentukan skala untuk jarak dan tinggi terlebih
dahulu. Karena jarak jauh lebih panjang daripada beda tinggi, maka untuk jarak dan untuk
tinggi selalu diambil skala yang tidak sama dan skala untuk jarak akan lebih kecil daripada
skala beda tinggi.
D. PERALATAN PRAKTIKUM
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah sebagai berikut:
1. Leveling
2. Unting-unting
3. Tripod
4. Bak ukur
5. Payung
2
6. Meteran
7. Kompas
E. LANGKAH KERJA
Pengukuran “Levelling Pulang Pergi” dilaksanakan dengan langkah kerja sebagai berikut:
1. Tandai enam titik yang akan diukur jarak dan elevasinya (titik A – F).
2. Tempatkan tripod diantara dua titik yang berurutan, misalnya tripod diletakkan di
antara titik A dan B dengan jarak yang sembarang.
3. Sesuaikan posisi kaki tripod sedemikian rupa sehingga tripod berada pada posisi stabil
dan lurus.
4. Setelah posisi tripod sudah pas, tandai titik dibawah tripod dengan menggunakan
unting-unting.
5. Pasangkan levelingpada tripod yang sudah stabil posisinya.
6. Sesuaikan posisi nivo mata sapi yang ada pada dumpy level sehingga posisi
gelembung udara berada di tengah lingkaran. Jika posisi nivo sudah pas, artinya
dumpy level sudah terpasang pada posisi yang datar.
7. Ukurlah tinggi alat.
8. Tempatkan bak ukur pada titik yang akan dipantau terlebih dahulu. bak ukur
detempatkan dengan posisi yang tegak lurus
9. Arahkan levelingke bak ukur untuk diamati angka pengukurannya.
10. Untuk pengamatan lebih jelas, sesuaikan fokus lensa yang terdapat pada sebelah
kanan leveling. Pada lensa, akan didapati tiga garis yang menunjukkan variabel yang
dibutuhkan dalam perhitungan jarak. Garis di tengah disebut batas tengah (bt), garis di
atas disebut batas atas (ba) dan garis di bawah disebut batas bawah (bb).
11. Hitunglah jarak stasion terhadap titik ukur. 12. Putar leveling180 ? searah jarum jam ke arah titik pengukuran yang lain.
13. Lakukan prosedur yang sama sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
14. Pindah ke titik acuan berikutnya.
15. Lakukan prosedur yang sama untuk mendapatkan variabel perhitungan berikutnya.
3
𝐉𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐃 = (𝐛𝐚−𝐛𝐛) X 𝟏𝟎𝟎
G. ANALISA DATA
Levelling yang telah dilakukan merupakan levelling yang menggunakan metoda
pulang pergi. Selain itu leveling diletakkan diantara titik-titik yang akan dihitung elevasi dan
jaraknya. Tujuh titik (A - F) telah diukur pada pengukuran awal dengan meletakkan dumpy
level diantara dua titik. Sehingga terdapat enam posisi alat ketika mengukur, yaitu posisi I -
V. Sedangkan pada pengukuran jalur pulang, titik-titik yang diukur merupakan titik-titik ukur
semula, akan tetapi dimulai dari F – A. Begitu juga dengan posisi alat pada pengukuran
pulang dimulai dari posisi V – I namun sedikit digeser dari posisi semula. Berdasarkan
efisiensinya pengukuran ini memang memakan lebih banyak waktu dan tenaga, akan tetapi
memiliki akurasi pengukuran yang lebih baik dibandingkan pengukuran tunggal karena
pengukuran dilakukan dua kali. Selain itu, posisi leveling yang berada di antara dua titik yang
akan diukur juga menambah akurasi dari data yang kita hitung.
1. Jarak Antar Titik
Jarak dari alat levelling terhadap titik bak ukur didapatkan dengan perhitungan:
dimana ba adalah bacaan ukur benang atas dan bb adalah bacaan ukur benang bawah.
Kemudian jarak antar titik didapatkan dengan menjumlahkan nilai d yang diperoleh dari alat
ke titik-titik yang mengapitnya.
Sehingga jarak antar titik diperoleh dengan perhitungan berikut:
Hasil pengukuran jarak antar titik dengan metode pulang pergi disajikan dalam tabel yang
dilampirkan.
2. Elevasi
Untuk perhitungan beda tinggi antar titik, maka titik A dijadikan sebagai acuan dalam
pengukuran tinggi titik yang lain. Tinggi titik A diasumsikan berada dua meter diatas
permukaan air laut rata-rata. Sehingga dituliskan pada tabel bahwa tinggi titik A adalah 2 m.
Tentu saja dalam pengukuran sebenarnya, nilai elevasi dihitung berdasarkan suatu titik yang
nilainya sudah ditetapkan berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh DPU. Akan
tetapi standar nilai A ditentukan hanya agar praktikan dapat memahami prosedur pengukuran
dan dapat menghitung nilai elevasi terhadap titik lain. Untuk mengetahui beda tinggi antara
titik A dan B maka digunakan perhitungan sebagai berikut:
4
d = (ba – bb)x 100
D A-B = dA + dB
Keterangan:
BT = Beda tinggi (Elevasi)
bt = Bacaan ukur batas benang tengah
Jika didapatkan nilai BT yang positif, artinya titik B berada pada titik yang lebih tinggi dari
titik A, dan apabila didapatkan BT dengan nilai negatif, artinya titik A yang berada pada
posisi yang lebih tinggi.
5
BT = btA – btB
Recommended