View
229
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
Presentasi Kasus
P R E M A T U R I T A S
Oleh :
M.Khalif Anfasa, S.Ked
Almuhir Yuliansyah, S.Ked
Ari Utama, S.Ked
Wildan Riswanto, S.Ked
Ibnu Kuncoro, S.Ked
Henri Azis, S.Ked
Lisa Septi Rita, S.Ked
Febrinata Mahadika, S.Ked
Pembimbing :
Dr. Kms. H. Yusuf Effendi, SpOG(K)
BAGIAN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSMH PALEMBANG
2006
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi Kasus dengan judul
Prematuritas
M.Khalif Anfasa, S.Ked
Almuhir Yuliansyah, S.Ked
Ari Utama, S.Ked
Wildan Riswanto, S.Ked
Ibnu Kuncoro, S.Ked
Henri Azis, S.Ked
Lisa Septi Rita, S.Ked
Febrinata Mahadika, S.Ked
Pembimbing :
Dr. Yusuf Effendi, SpOG(K)
Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSMH
Palembang
Palembang, Januari 2007
Pembimbing
Dr. Yusuf Effendi, SpOG(K)
PREMATURITAS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. N
Rekam Medik/Register : 407078/93472
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Talang Betutu No. 14
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
MRS : 03 Januari 2007
II. ANAMNESIS (autoanamnesis tanggal 03 Januari 2007)
Keluhan Utama :
Mau melahirkan dengan hamil kurang bulan dan keluar air-air
Riwayat perjalanan penyakit :
± 1 hari sebelum masuk rumah sakit parturient mengeluh nyeri perut yang
menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan kuat.. Riwayat keluar
lendir darah (+) 24 jam. Riwayat keluar air-air (+) 14 jam. Parturient
mengaku hamil kurang bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
Riwayat Perkawinan : 1 x lamanya 1 tahun
Riwayat Reproduksi : Menarche umur 14 tahun, haid teratur, siklus
28 hari, lamanya 7 hari, haid pertama hari
terakhir (HPHT)
12 Mei 2006.
Riwayat obstetri : G2P0A1
No Tempat
Bersalin
Tahun Hasil
kehamilan
Jenis
Persalinan
Penyulit Nifas Anak
Sex BB KU
1. - 2005 Abortus 3 bulan - - - - -
2. Hamil ini
Riwayat sosial ekonomi : Sedang
Riwayat gizi : Nafsu makan kurang baik dan tidak ada
gangguan pada miksi maupun defekasi
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
R/ DM disangkal
R/ Hipertensi disangkal
R/ Penyakit jantung disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,8oC
Anemia : -/-
Gizi : Sedang
Jantung : Murmur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler (+) N
Wheezing (-)
Ronkhi (-)
Hati/limfa : Sulit dinilai
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
BAK : Biasa
BAB : Biasa
Turgor kulit : Biasa
Mata cekung : -/-
Edema pretibial : -/-
B. Status Obstetri
Pemeriksaan luar: 03 Januari 2007, jam 22.15 BBWI
Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus xyphoideus, detak jantung
janin 144 kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kanan,
terbawah kepala, penurunan 4/5, his 2x/10 menit/30 detik, taksiran
berat janin 2200 gram.
Pemeriksaan Dalam Vagina: 03 Januari 2007, jam 22.15 BBWI
Portio konsistensi lunak, arah posterior, pendataran 100%, pembukaan
5 cm, ketuban (-), terbawah kepala, penurunan HI-II, penunjuk Sutura
Sagitalis lintang.
Pemeriksaan panggul:
Promontorium tidak teraba, KD >13 cm, KV >11,5 cm, linea
innominata teraba 1/3-1/3, sacrum konkaf, spina ischiadica tak
menonjol, arcus pubis >90o, dinding samping lurus.
Kesan panggul: luas
IV. DIAGNOSIS KERJA
G2P0A1 hamil 33-34 minggu dgn KPSW 14 jam inpartu kala I fase aktif,
janin tunggal hidup, presentasi kepala
V. PROGNOSIS
Ibu dan janin: dubia
VI. PENATALAKSANAAN
- Rencana Partus Pervaginam
- Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu
- IVFD RL : NaCl = 1 : 1, gtt XX/menit
- Injeksi Ampicillin IV 3 x 1 gram
- Injeksi Dexamethason 2 x 6 gram
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, dan kultur urin
Follow up (03 Januari 2007, jam 22.15 BBWI)
Keluhan : Mau melahirkan dengan anak kurang bulan
Status present:
KU : baik Sense : CM
TD : 120/80 mmHg N : 82 kali/menit
T : 36,5oC RR : 22 kali/menit
Status Obstetrikus:
Pemeriksaan luar:
Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus xyphoideus, detak jantung janin
144 kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kanan, terbawah
kepala, penurunan 4/5, his 2x/10 menit/30 detik, taksiran berat janin 2200 gram.
Pemeriksaan dalam vagina:
Portio konsistensi lunak, posisi posterior, pendataran 100%, pembukaan 5 cm,
ketuban (-), terbawah kepala, penurunan HI-II, penunjuk Sutura Sagitalis lintang.
Diagnosa:
G2P0A1 hamil 33-34 minggu dgn KPSW 14 jam inpartu kala I fase aktif, janin tunggal
hidup, presentasi kepala
Penatalaksanaan:
- Rencana Partus Pervaginam
- Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu
- IVFD RL : NaCl = 1 : 1, gtt XX/menit
- Injeksi Ampicillin IV 3 x 1 gram
- Injeksi Dexamethason 2 x 6 gram
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, dan kultur urin
LAPORAN PERSALINAN
Tanggal: 04 Januari 2007, Pukul 01.05 BBWI
Tampak parturient ingin mengedan kuat
Pada pemeriksaan dalam didapatkan:
- Portio tak teraba
- Pembukaan lengkap
- Ketuban (-), jernih, bau (-)
- Penurunan HIII+
- Penunjuk UUK kanan depan
Diagnosis : G2P0A1 hamil 33-34 minggu inpartu kala II dengan KPSW, janin
tunggal hidup, presentasi kepala.
Penatalaksanaan:
- Pimpin persalinan
- Dilakukan episiotomi mediolateral
Pukul : 01.15 BBWI Lahir spontan hidup neonatus perempuan, BB 2000 gram, PB 45
cm, AS 8/9, PT AGA
Pukul 01.20 BBWI Lahir plasenta lengkap dengan BP 450 gram, PTP 50 cm dengan
diameter 16 – 17 cm.
Dilakukan eksplorasi jalan lahir. Dilakukan penjahitan pada
luka episiotomi dengan catgut 2.0, kemudian dikompres dengan
kasa betadine. Keadaan ibu dan bayi post partum baik.
EVALUASI
04 Januari 2007, Pukul 03.35 BBWI
Keluhan : (-)
ASI : (+)
BAK : (+)
BAB : (-)
Status present:
KU : baik Sense : CM
TD : 100/80 mmHg N : 84 x/menit
T : 36,6oC RR : 22 x/menit
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia
rubra (+), vulva tenang, luka episiotomi tenang
Diagnosis:
P1A1 post partum spontan neonatus perempuan, BB=2000 gram, PB= 45 cm, AS 8/9,
PT AGA
Terapi:
- Mobilisasi dini bertahap
- ASI sesuai kebutuhan
- Vulva hygiene pagi dan sore
- Amoxicillin tab 3 x 500 mg
- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
- Grahabion tab 2 x 1
04 Januari 2007, Pukul 06.30 BBWI
Keluhan : (-)
ASI : (+)
BAK : (+)
BAB : (+)
Status present:
KU : baik Sense : CM
TD : 100/80 mmHg N : 84 x/menit
T : 36,7oC RR : 20 x/menit
Status obstetrikus:
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia
rubra (+), vulva tenang, luka episiotomi tenang
Diagnosis:
P1A1 post partum spontan neonatus perempuan, BB=2000 gram, PB= 45 cm, AS 8/9,
PT AGA
Terapi:
- Mobilisasi dini bertahap
- ASI sesuai kebutuhan
- Vulva hygiene pagi dan sore
- Amoxicillin tab 3 x 500 mg
- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
- Grahabion tab 2 x 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat di-definisikan sebagai
persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena
potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan
dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm
dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena
dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas,
potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan
bangsa secara keseluruhan.
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak diketahui.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,
seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan
kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm
bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada
kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel
limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus.
Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus
persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian
Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi
korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah menge-tahui hubungan antara infeksi
jalan lahir dengan kelahiran prematur. Bobbitt dan Ledger (1977) membuktikan
infeksi amnion subklinis sebagai penyebab kelahiran preterm. Dengan amniosentesis
didapati bakteri patogen pada + 20% ibu yang mengalami persalinan preterm dengan
ketuban utuh dan tanpa gejala klinis infeksi (Cox dkk.,1996 ; Watts dkk., 1992).
Cara masuknya kuman penyebab infeksi amnion, dapat sebagai berikut :
1) Melalui jalur transervikal masuk ke dalam selaput amniokorion dan cairan
amnion. E. coli dapat menembus membran korioamnion. (Gyr dkk ,1994)
2) Melalui jalur transervikal ke desidua/chorionic junction pada segmen bawah
rahim.
3) Penetrasi langsung ke dalam jaringan serviks.
4) Secara hematogen ke plasenta dan selaputnya.
5) Secara hematogen ke miometrium
Selain itu endotoksin dapat masuk ke dalam rongga amnion secara difusi tanpa
kolonisasi bakteri dalam cairan amnion.
FAKTOR RISIKO PREMATURITAS
MAYOR
1. Kehamilan multipel
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus
MINOR
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok lebih dari 10 batang perhari
5. Riwayat abortus pada trimester II
6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali Pasien tergolong risiko tinggi
bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor; atau dua atau lebih faktor risiko
minor; atau keduanya
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2. Kontraksi uterus (his) teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo adanya
pembukaan dan servisitis.
3. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
sedikitnya 2 cm
4. Selaput ketuban seringkali telah pecah
5. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang
6. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah
DIAGNOSIS BANDING
o Kontraksi pada kehamilan preterm
o Persalinan pada pertumbuhan janin terhambat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu:
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi
akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi
C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2) Amniosentesis
Hitung lekosit
Pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis
Kultur
Kadar IL-1, IL-6
Kadar glukosa cairan amnion
3) Pemeriksaan ultrasonografi
Oligohidramnion : Goulk dkk. (1985) mendapati hubungan antara
oligohidramnion dengan korioamnionitis klinis antepartum. Vintzileos dkk.
(1986) mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan koloni bakteri
pada amnion.
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm
(USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks
transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina
terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.
PENATALAKSANAAN
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm akibat
amnionitis dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani
seksama untuk meningkatkan keluaran neonatal.
Pada kasus-kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani ekspektatif, harus
dilakukan intervensi, yaitu dengan:
1) Akselerasi pematangan fungsi paru
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x selang
24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.
Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.
Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid
yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2) Pemberian antibiotika
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan bahwa pemberian antibiotika yang tepat
dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum.
Diberikan 2 gram ampicillin (iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG).
Peneliti lain memberikan antibiotika kombinasi untuk kuman aerob maupun
anaerob. Yang terbaik bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas.
Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko persalinan
preterm, bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
3) Pemberian tokolitik
a. Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya
hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
b. Golongan beta-mimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 µg/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 µg/menit, Subkutan: 250 µg setiap 6 jam.
Per oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru
c. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus
2-4gr/jam (maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada
ibu dan bayi)
KONTRAINDIKASI PENUNDAAN PERSALINAN
MUTLAK
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
RELATIF
Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat, pembukaan
serviks lebih dari 4 cm.
CARA PERSALINAN
Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
Indikasi seksio sesarea :
a. Janin sungsang
b. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
c. Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
d. Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak
terpenuhi
e. Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan
sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif
di bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan ( minum, nafas, tanpa cacat)
maka perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah
sakit berkurang.
PENYULIT
1. Sindroma gawat nafas (RDS)
2. Perdarahan intrakranial
3. Trauma persalinan
4. Paten duktus arteriosus
5. Sepsis
6. Gangguan neurologi
KOMPLIKASI
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi
preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan
bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas
4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing
enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
BAB II
PERMASALAHAN
1.Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2.Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
3.Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi pada kasus ini?
BAB IV
ANALISIS KASUS
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Pasien seorang wanita, 17 tahun, datang ke RSMH pada tanggal 03
Januari 2007, dengan keluhan hamil disertai nyeri perut yang menjalar ke
punggung makin lama makin sering dan kuat sejak 1 jam sebelum masuk rumah
sakit. Pada anamnesis didapatkan HPHT tanggal 12 Mei 2006 dan pemeriksaan
fisik didapatkan tinggi fundus uteri setinggi 3 jari dibawah prosesus xyphoideus.
Kehamilan sudah berusia ± 33-34 minggu. Dikatakan inpartu karena: his reguler,
effacement 100% dan pembukaan serviks 4 cm. Detak jantung janin 144
kali/menit teratur. Letak janin memanjang, punggung kanan, terbawah kepala,
penurunan 4/5, taksiran berat janin 2200 gram.
Pada tanggal 03 Januari 2007 parturient mengeluh perut mules dan
tampak ingin mengedan kuat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus
uteri 3 jari dibawah prosesus xyphoideus, letak janin memanjang, punggung
kanan, his 2 kali/10 menit/30 detik, detak jantung janin 144 kali/menit teratur,
taksiran berat janin 2200 gram. Pada pemeriksaan dalam vagina, portio lunak,
pembukaan 5 cm, ketuban (-), penurunan HI-II , terbawah kepala, penunjuk Sutura
Sagitalis lintang. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini
didiagnosis G2P0A1 hamil 33-34 minggu dengan KPSW 14 jam inpartu kala I fase
aktif, janin tunggal hidup, presentasi kepala.
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
Pada pasien ini diambil penatalaksanaan untuk mengakhiri persalinan
dengan pervaginam. Pada saat persalinan dilakukan episiotomi mediolateral untuk
menghindari trauma pada kepala janin.
Dalam menghadapi kasus PPI ada 3 kemungkinan, yaitu :
- Mempertahankan kehamilan sehingga janin dapat lahir se-aterm mungkin.
- Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat memberikan obat pematangan paru
janin
- Membiarkan terjadi persalinan
3. Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi pada kasus ini?
Hanya 40% etiologi partus prematurus yang diketahui, antara lain: (1) Sosial
ekonomi yang rendah; (2) Induksi persalinan karena kondisi patologis ibu, yaitu
eklampsia dan preeklampsi, plasenta previa dan solusio plasenta, DM,
inkompatibilitas darah, penyakit ginjal dan jantung; (3) Keadaan patologis
kehamilan, yaitu uterus tegang, ketuban pecah sebelum waktu (KPSW),
kelainan uterus, infeksi dan hiperpireksia pada penyakit akut.
Pada kasus ini yang menjadi kemungkinan penyebab adalah faktor sosial
ekonomi (gizi ibu kurang; tinggi badan 148cm, berat badan selama hamil 52
kg)
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat
2. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat
3. Etiologi pada kasus ini belum diketahui dengan jelas, pada kasus ini
kemungkinan pengaruh keadaan sosial ekonomi.
Recommended