PRINSIP DAN PRAKTIK PALUDIKULTUR UNTUK RESTORASI EKOSISTEM...

Preview:

Citation preview

PRINSIP DAN PRAKTIK PALUDIKULTUR UNTUK RESTORASI

EKOSISTEM GAMBUT

Dr. Nurul Qomar, S.Hut. MP.*Dosen Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian

*Peneliti Pusat Unggulan Iptek Restorasi Gambut (PUI-RG), LPPM, Universitas RiauEmail: nqomar@lecturer.unri.ac.id

Disampaikan pada Pelatihan Untuk Pelatih Berbasis LapanganDalam Pengembangan Budidaya Berkelanjutan Paludikultur

Siak, 26 – 27 Agustus 2020

Dampak Pengeringan (drainase) Lahan Gambut

Subsiden (penurunan permukaan) tanah

Emisi karbon dan GRK lainnya

Kebakaran lahan dan hutan

Sebaran Titik Panas (Hotspot) di Kabupaten Siak

1. Pembasahan kembali (Rewetting)

2. Revegetasi (Revegetation) PALUDIKULTUR

3. Revitalisasi ekonomi lokal (Revitilization of local economy)

Pemulihan (Restorasi) Gambut

• “Palus” = Rawa

• “Cultuur” = Budidaya

Apakah itu Paludikultur ?

• Pemanfaatan lahan rawa gambut dan gambut yang dibasahi kembalisecara produktif, dengan cara menyimpan stok karbon (gambut) dalamjangka waktu yang panjang, dengan mempertahankan tinggi muka airtanah sepanjang tahun (Wicthmann et al., 2016)

• Sistem budidaya tanaman di lahan rawa gambut tanpa pengeringanlahan dengan menggunakan jenis-jenis asli lahan rawa atau tanamanlahan basah (Tata & Susmianto, 2016)

• Sistem budidaya atau pemanfaatan tanaman asli rawa gambut di lahangambut basah atau yang dibasahi kembali dengan cara-caraberkelanjutan dalam rangka peningkatan produktivitas lahan ataupemulihan lingkungan (Wibisono & Tamrin, 2019)

1. Lahan rawa gambut selalu basah

2. Menggunakan jenis tanaman adaptif di lahan basah(tidak memerlukan drainase buatan)

3. Lingkungan pulih atau terjaga

4. Produktivitas lahan meningkat

Prinsip-prinsip Paludikultur

• Mempercepat penutupan vegetasi• Mempertahankan Tinggi Muka Air Tanah• Mengurangi Tingkat Emisi• Mencegah Kebakaran• Konservasi Jenis• Meningkatkan ekonomi masyarakat

Manfaat Paludikultur

No Komoditas Jenis

1 Penghasil pangan (buah,

karbohidrat, protein,

bumbu, minyak, lemak

Sagu (Metroxylon sago), Asam kandis (Garcinia xanthchymus), Kerantungan (Durio

oxleyanus), Pepaken (Durio kutejensis), Mangga kasturi (Mangifera casturi), Mangga

kueni (Mangifera odorata), Rambutan (Nephellium spp.), Kelakai (Stenochlaena

palustiris), Tengkawang (Shorea stenoptera, S. macrophylla)

2 Penghasil serat (pulp dan

kertas)

Geronggang (Cratoxylum arborescens), Terentang (Campnosperma auriculatum),

Gelam (Melleuca cajuputi)

3 Sumber bio energi Gelam (Melleuca cajuputi), Sagu (Metroxylon sago)

4 Penghasil getah/lateks Jelutung (Dyera polyphylla), Nyatoh (Palaquium lelocarpum), Sundi (Payena spp,

Madhuca spp)

5 Sumber obat Akar kuning (Coscinium fenestratum), Pulai (Alstonia pneumatophora)

6. Hasil hutan ikutan (HHBK)

lainnya

Gaharu (Aqualiria sp.), Gemor/Medang (Alseodaphne sp.), Purun tikus (Elaeocharis

dulcis), Rotan irit (Calamus trachycoleus)

7. Kayu bernilai konservasi Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti merah (Shorea macrantha, S. balangeran)

Sumber: Tata dan Susmianto (2016)

Tanaman Paludikultur(kedalaman gambut sedang (2-3 m)

No Komoditas Varietas/jenis

1. Padi

Padi varietas untuk lahan gambut

lokal : Talang, Ceko, Mesir, Jalawara, Siam pandak

Unggul : Kapuas, Cisanggarung, Sei Lilin, IR-42, Lematang,

Cisadane, Indragiri, Punggur

2. Kedelai varietas untuk lahan gambut Wilis, Rinjani, Lokon,dempo, galunggung, lamet, lawit dan

kerinci.

3. Jagung varietas untuk lahan gambut Arjunakalingga, wiyasa, bisma bayu, antasena, C-3, C-5, semar,

sukmaraga, H-6 dan Bisi-2

4. Kacang hijau varietas untuk gambut Betet, walik, gelatik

5. Kacang tanah Gajah, pelanduk, kelinci, singa, jerapah, komodo dan mahesa

6. Sayuran Cabai, tomat, terung, kacangpanjang, buncis, timun, bawang

merah, sawi, selada, bayam dan kangkung

7. Buah-buahan Semangka, nenas

Sumber: Suriadikarta (2012)

Tanaman Sela Paludikultur(kedalaman gambut sedang (< 1 m)

• Adaptif pada lahan gambut tanpa drainase

• Ketahanan terhadap genangan sampai 50 cm,selama 6 bulan

• Dapat tumbuh campur dengan pohon lain

• Optimal tumbuh pada ketebalan gambut < 4m

• Varietas: sagu Duri, sagu Sangka (berdurijarang), dan sagu Bemban (tidak berduri)

• Jarak tanam bervariasi : 8 x 8 m – 10 x 10 m

• Populasi tanaman muda 100 – 150 rumpun/ha

• Umur panen 9-12 tahun

• Jumlah panen 40-80 pohon/hektar/2 tahun

• 1 batang = 7-9 tual (@100-125 cm)

Rumbia / Sagu (Metroxylon sagu Rottb)

• Sebaran alami : hutan rawa gambut pesisirtimur Pulau Sumatera dan Kalimantan(Middleton, 2004).

• Adaptif pada kondisi tergenang sampai 40 cm,memiliki akar nafas (Tata et al., 2015).

• Di Jambi, diameter batang pada umur umur 4tahun = 5,7 cm dan umur 20 tahun = 33,2 cm,rata-rata riap diameter 1,7 cm/tahun.

• Penghasil getah/lateks

Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook F.)

Jelutung (Dyera lowii) Umur 9 Tahun di Kabupaten OKI - SumSel

Penampilan Pertumbuhan

Riap Tinggi = 135 cm/tahun;

Riap Diameter = 2,38 cm/tahun;

Daya hidup = 95%

Serapan Karbon(Carbon sequestration)

= 56,15 ton CO2 /haper 8 tahun

= 7,02 ton CO2 /haper tahun

Sumber : Balitbang LHK Palembang

• Sebaran alami : hutan rawa gambut pesisirtimur Pulau Sumatera dan Kalimantan.

• Kayu untuk bahan bangunan, kelas awet II,kelas kuat II.

• Menjadi alternatif untuk bubur kertas(Biotifor, 2015)

Meranti Merah / Belangeran (Shorea balangeran)

Sumber : Balitbang LHK Palembang

Penampilan Pertumbuhan

Riap Tinggi = 115 cm/tahun;

Riap Diameter = 2,25 cm/tahun;

Daya hidup = 97%

Serapan Karbon(Carbon sequestration)

= 35,82 ton CO2 /haper 6 tahun

= 5,97 ton CO2 /haper tahun

Belangeran (Shorea balangeran) Umur 7 Tahun di Kab. OKI - SumSel

Sumber : Balitbang LHK Palembang

• Habitat: hutan rawa gambut dengankedalaman sedang - dalam

• Tahan terhadap genangan

• Pertumbuhan lambat, riap diameter 0,9 cm/tahun (Rusmana et al., 2006).

• Kayu indah dan bernilai tinggi.

• Kategori Appendix II CITES

Ramin (Gonystylus bancanus)

Foto : Nurul Qomar

• Sebaran alami : hutan rawa gambut Asia Tenggara.

• Adaptaif pada genangan periodik

• Pertumbuhan cepat

• Umur panen 15 tahun

• Diameter mencapai 30 cm dan tinggi bebascabang 8 m.

• Kayu pertukangan, tahan air da rayap.

Bira-bira (Fragaea sp.)

Foto : Abdul Rauf

• Adaptaif pada genangan periodic

• Tajuk ringan, dapat ditanam sebagai tanamansela di bawah kelapa dan dan karet

• Pertumbuhan cepat

• Umur panen 10 tahun

• Tinggi mencapai 28 m.

• Kayu bangunan (tiang jembatan dan rumahpanggung), keras, kuat, awet (tahan air laut).

Selumar (Jackiopsis ornata)

Foto : Nurul Qomar

• Habitat : hutan rawa, rawa gambut, dan peralihanrawa dan dataran rendah

• Adaptif pada genangan periodic

• Tajuk lebar

• Pertumbuhan cepat

• Umur panen 10 tahun.

• Diamater mencapai 30 cm, tinggi bebas cabangmencapai 25 m (Heriyanto dan Subandono, 2007).

• Kayu konstruksi ringan di bawah atap, kapal, fufnitur, dll

• Kelas awet IV, kelas kuat III-IV.

• Alternatif untuk bahan baku bubur kertas

• Berkhasiat obat

Geronggang (Cratoxylon arborescens (Vahl.) Blume)

Foto : BP2TSH Kuok

Foto : Nurul Qomar

• Habitat : hutan rawa gambut dan tanah alluvial,sepanjang sungai berpasir dan tanah lempung(Alimah, 2014)

• Adaptif pada genangan (Rachmanadi et el., 2011)

• Diamater mencapai 60 cm, tinggi mencapai 37 m.

• Kayu berat, kelas kuat II.

• Kayu sulit diolah, mengandung silica (kalsium-oxalate) (Heyne, 1987)

• Kayu tahan rayap.

• Bahan baku konstruksi ringan – berat: kusen,dinding, lantai

• Bibit dari stek pucuk (Santosa et al., 2003)

Punak (Tetramerista glabra)

Foto : Nurul Qomar

Praktik Paludikultur

Mulyadi & Wihardjaka (2014)

Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru

Pola Surjan:Jelutung + Padi

Desa Mantaren, Kabupaten Pulang Pisau(Model Pak Rapingun)

Pola intensifGambut tipis sulfat masam +

drainase

Tipe Surjan:Jelutung, Karet, Durian, Nanas + Padi

Kelurahan Kalampangan, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah (Model Pak Tamanuruddin)

Pola Lorong:Jelutung dan Sayuran

Pola intensifGambut tebal dengan drainase

Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru

Desa Batunindan, Kabupaten Kapuas (Model Pak Damai)

Pola Tumpang Sari:Jelutung, Karet, Nenas

Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru

Pola Semi intensif

Desa Tumbang Nusa, Kabupaten PulangPisau (Model Pak Dio)

Jelutung dan Ikan Papuyu

Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru

Desa Taruna Jaya, Kabupaten Pulang Pisau(Model Taruna-Budidaya Papuyu)

Ikan Rawa di Kolam/Beje

Pola Silvofishery (Pohon dan Ikan)

Pola Rumbia/Sagu dan Pohon Batas:Sagu, selumar, geronggang, punak, dll

Desa Lukun, Kabupaten Kepulauan MerantiSumber : Qomar dkk (2017; 2018)

Desa Tanjung Leban, Kab. Bengkalis, Riau(Model Pak Nur)

Foto : Nurul Qomar

Pola Hutan Campuran:Jelutung, meranti bunga, meranti bakau, punak, geronggang, balam, dll

Pola Kebun Kelapa Campur: Kelapa, Kopi, Pinang + Kelulut

Desa Tanjung Sari, KabupatenKepulauan Meranti

Semi Paludikultur

Sumber : Qomar dkk (2017; 2018)

Semi Paludikultur

Pola Kebun Karet Campur:Karet, selumar, geronggang, punak, dll

Nenas di sela tanaman kelapa sawit

Nenas di sela tanaman karet

Semi Paludikultur

Pola Kebun Nenas Campur:Karet, kelapa swit dll

Rujukan

•Qomar, N., Muhammad, A., Idwar, Isnaini, Ronny, A. 2017. Pengembangan Model Penggunaan Lahan Gambut Berskala Kecil yang Produktif dan Ramah Lingkungan di KHG Pulau Tebing Tinggi, Kab. Kep. Meranti, Prov. Riau. Laporan Penelitian kerja sama Badan RestorasiGambut dengan Pusat Studi Bencana LPPM-UNRI. Pekanbaru.

•Qomar, N., Muhammad, A., Idwar, Isnaini, Rifai, A. 2018. Pilot Restorasi Gambut Terintegrasi; Pengembangan Model Penggunaan Lahan Gambut Ramah Lingkungan dan Layak Secara Ekonomi di KHG Pulau Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Laporan kerja sama Badan Restorasi Gambut dengan Pusat StudiBencana LPPM-UNRI. Pekanbaru.

•Tata, H.L, & Susmianto, A. 2016. Prospek Paludikultur EkosistemGambut Indonesia, Bogor, Indonesia: Forda Press.