View
141
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
KEHIDUPAN MASYARAKAT DONGGO DI NUSA TENGGARA BARAT
DITINJAU DARI SEGI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI TAHUN 1990-
2000
Proposal Penelitian Oleh :
LESTARI
Nomor Pokok Mahasiswa 2011 131 140
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PALEMBANG
2013
PROPOSAL PENELITIAN
KEHIDUPAN MASYARAKAT DONGGO DI NUSA TENGGARA BARAT
DITINJAU DARI SEGI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI TAHUN 1990-
2000
1. Latar Belakang
Daerah Bima dikenal sebagai daerah kabupaten dan Kota administratif
sekarang dan daerah swapraja Bima dahulunya, daerah swapraja menurut undang-
undang adalah daerah sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia atau
dengan kata lain daerah yang berpemerintahan sendiri (Mariam dalam samudera
1999:19).
Daerah Bima adalah daerah yang memiliki corak dan cirikhas tersendiri
dalam segi sosial, budaya dan ekonomi, sehinga memiliki cerita dan sejarah yang
begitu unik yang dalam hal ini termuat dalam kategori sejarah lokal. Sejarah lokal
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengayaan sejarah yang terbentuk
untuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan suatu daerah
atau dimana sejarah lokal tersebut menjadi ada memiliki fakta serta data yang
mendukung dari peristiwa tersebut.
Kajian sejarah lokal sendiri tidak terlepas bagaimana peristiwa terjadi secara
kelokaan disuatu daerah terkait dengan bidang-bidang sosial, budaya dan
ekonomi, dengan begitu maka sejarah lokal dengan dapat dirumuskan sebagai
kisah kelampauan dari kelompok masyarakat yang berada pada daerah geografis
yang terbatas (Abdullah, 1985:15). Salah satu kajian sejarah lokal yang menarik
1
adalah sejarah Bima terutama mengenai kehidupan masyarakat Donggo. Orang
Donggo dikenal sebagai penduduk asli yang telah menghuni tanah Bima sejak
lama. Mereka sebagian besar menempati wilayah pegunungan, karena letaknya
yang secara geografis di atas ketingian rata-rata tanah Bima, Dou
Donggo (sebutan bagi orang Bima dalam bahasa Bima) kehidupan mereka
sanggat jauh berbeda dengan kehidupan yang dijalani masyarakat Bima saat ini.
Masyarakat Donggo mendiami sebagian besar wilayah Kecamatan Donggo
sekarang yang dikenal nama Dou Donggo, dilihat dari aspek sosial, budaya dan
ekonomi, karena hampir 99% dari penduduk wilayah Bima adalah orang Donggo
atau Sasak (sensus pemerintahan daerah kabupaten Bima tahun 2007).
Masyarakat Bima di sebut dengan Dou Mbojo. Dou adalah orang
dan Mbojo berarti Bima, selain istilah Dou Mbojo ada juga istilsh Dana Mbojo.
Istilah ini menunjuk pada suatu wilayah yang dimiliki oleh kesatuan suku bangsa
Mbojo (Mariam dalam samudera 1999: 21). Daerah Bima mempunyai dua nama
yaitu ”Mbojo” dan ”Bima”. Lahirnya dua nama ini erat hubungannya dengan latar
belakang sejarah pada periode akhir kekuasaan para Ncuhi. Kemungkinan antara
dua nama itu yang lebih dikenal dulu adalah Mbojo. Dugaan itu berdasarkan
keyakinan, bahwa Mbojo berasal dari kata Babuju yaitu bukit yang menjadi
tempat berlangsungnya musyawarah para Ncuhi.
Keputusan yang dihasilkan dalam musyawarah itu sangat penting, maka
bukit itu menjadi tempat yang bersejarah. Sehingga di ambil nama daerah
kerajaan, yang menjadi wilayah kekuasaan mereka selama ini. Dari sinilah lahir
nama Mbojo. Saat sekarang, lokasi itu sudah ditempati oleh bangunan suci agama
2
Hindu Dharma. Sedangkan nama Bima merupakan gelar seorang pendatang dari
Jawa yang pertama kali datang kedaerah itu pada awal masa kerajaan. Pendatang
tersebut bergelar “Sang Bima”.
Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima
seperti wadu pa’a, wadu nocu, wadu tunti (Batu Bertulis) di dusun Padende
kecamatan Donggo menunjukkan bahwa derah ini sudah lama dihuni oleh
manusia. Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa
Melayu Purba dan Bangsa Melayu Baru. Demikian pula halnya dengan penduduk
yang mendiami daerah kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou
Mbojo, Nama Donggo berasal dari bahasa Bima kuno yang berarti gunung yang
tinggi (Doro Salunga). Penduduknya sekitar 2.200 jiwa. Luas Kecamatan ini ±
406 km2, yang meliputi 11 Desa dan 52 kampung. Sesuai dengan namanya orang
Donggo memiliki keberanian yang khas. Mereka juga terkenal menghargai
pemimpin dan orang tua, guru, dan menjunjung tinggi persahabatan.
Orang Donggo memang satu fenomena, hanya betapapun tegarnya mereka
perubahan ikut mengubah tatanan masyarakat Donggo. Dou Donggo yang
mendiami kawasan pesisir pantai atau sebelah barat teluk Bima. Di samping
penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi
selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku (Abdullah
A.G: 2004).
Kehidupan masyarakat Donggo pada tahun 1912 masih berlandaskan
hukum adat dan kepercayan yang masih kental dengan kepercayaan nenek
Moyang marafu atau lajim disebut Animisme dan Dinamisme. Makamba-
3
makimbi kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli penduduk Dou Mbojo.
Sebagai media penghubung manusia dengan alam lain dalam kepercayaan ini,
diangkatlah seorang pemimpin yang dikenal dengan nama Ncuhi Ro Naka.
Mereka percaya bahwa ada kekuatan yang mengatur segala kehidupan di alam ini,
yang kemudian mereka sebut sebagai “Marafu”. Sebagai penguasa
alam, Marafu dipercaya menguasai dan menduduki semua tempat seperti gunung,
pohon rindang, batu besar, mata air, tempat-tempat dan barang-barang yang
dianggap gaib atau bahkan matahari.
Mereka sering meminta manfaat terhadap benda atau tempat-tempat
tersebut. Selain itu, mereka juga percaya bahwa arwah para leluhur yang telah
meninggal terutama arwah orang-orang yang mereka hormati selama hidup
seperti Ncuhi, masih memiliki peran dan menguasai kehidupan dan keseharian
mereka. Mereka percaya, arwah-arwah tersebut tinggal bersamaMarafu di tempat-
tempat tertentu yang dianggap gaib. Masyarakat asli juga memiliki tradisi melalui
ritual untuk menghormati arwah leluhur, dengan mengadakan upacara pemujaan
pada saat-saat tertentu. Upacara tersebut disertai persembahan sesajen dan korban
hewan ternak yang dipimpin oleh Ncuhi. Tempat-tempat pemujaan tersebut biasa
dikenal dengan Nama “Parafu Ra Pamboro”.
Kehidupan sosial masyarakatnya sangat menghormati yang namanya ketua
adat mereka, seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan Modern semua
itu mulai ditinggalkan, akan tetapi hukum adat yang pernah diterapkan itu masih
dijalankan sampai sekarang walaupun hanya pada saat-saat tertentu dan pada
upacara adat, pada saat sekarang dapat dilihat benda-benda yang masih disimpan
4
dari tahun 1912 yang telah dijaga dan dilestarikan oleh penduduk sampai pada
saat sekarang. Sebagaimana umumnya mata pencaharian masyarakat yang masih
tergolong tradisional, mata Pencaharian orang Donggo masih terpaku pada
Berladang, bertani dan berternak. Sebelum mengenal cara bercocok tanam,
mereka biasanya melakukan ladang Berpindah-pindah karena itu tempat tinggal
merekapun selalu berpindah-pindah (nomaden).
Pada dasarnya masyarakat Bima adalah masyarakat yang ulet dan rajin,
sesuai dengan yang diungkapkan oleh N. Marewo dalam samudera (1999:35),
mereka bangun sangat pagi, bergegas ke sawah dan ladang, mereka mengarap
tanah-tanah kering dan lembah tandus, mereka menyulap tanah kering menjadi
tanah yang subur. Masyarakat Bima adalah masyarakat yang ulet walau hanya
perekonomian pas-pasan, begitulah realitas orang Donggo sekarang ini, sehingga
tidak heran banyak di antara mereka yang naik haji dan menyekolahkan anaknya
sampai keperguruan tinggi yang ada di Bima maupun yang ada di kota-kota besar
di luar daerah Bima.
Perkembangan jaman yang berhadapan dengan gencarnya arus modernisasi
seiring itu pula pemahaman masyarakat akan kenyataan hidup yang berubah,
terutama dalam hal pendidikan dan teknologi saat ini, telah sekian banyak para
sarjana asli Donggo yang umumnya menimba ilmu di luar daerah seperti Ujung
Pandang, Mataram bahkan dipulau Jawa seperti Bandung, Yogyakarta, Jakarta
dan lain-lain demikian juga halnya dengan teknologi yang akhirnya merubah gaya
hidup mereka seperti cara-cara penggarapan sawah, penggunaan kendaraan, alat-
alat elektronik rumah tangga, karena hampir semua daerahnya telah di aliri listrik
5
bahkan tak jarang dari mereka yang menjadi penyiar agama seperti da’i, karena
telah begitu banyaknya mereka naik haji.
Topik yang cukup menarik bagi peneliti untuk diteliti adalah nuansa Donggo,
sehingga memilihnya sebagai objek kajian yaitu : pertama, Bagaimana kondisi
geogrrafis wilayah Donggo dan kehidupan masyarakatnya yang masih sangat
sederhana dan memiliki kepercayaan yang cukup menarik, kedua, Adanya data-
data tentang sejarah masyarakat Donggo membuat penulis ingin mencoba
menelusuri dan menyajikan informasi mengenai sosial, budaya dan ekonomi
masyatakat tersebut, Ketiga, seiring dengan terjadinya modernisasi penulis ingin
mengetahui bagaiman pekembangan masyarakat Donggo dalam bidang sosial,
budaya dan ekonomi, serta kemajuan yang terjadi sehingga dipandang perlu untuk
dikaji lebih dalam. Oleh karena itu penulis merumuskan judul ”KEHIDUPAN
MASYARAKAT DONGGO DI NUSA TENGGARA BARAT DITINJAU DARI
SEGI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI TAHUN 1990-2000”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari deskripsi singkat pada latar belakang yang telah
dipaparkan di atas, dengan mengacu pada judul penelitian ini, maka yang menjadi
permasalahan pokok adalahkehidupan masyarakat Donggo dari segi sosial,
budaya dan ekonomi. Permasalahan akan lebih terspesifikasi dalam sub masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana perubahan kehidupan masyarakat Donggo O’o, Mpili, dan Mbawa
dari segi sosial budaya tahun 1990-2000?
6
b. Bagaimana perubahan kehidupan masyarakat Donggo O’o, Mpili, dan Mbawa
dari segi ekonomi tahun 1990-2000?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka ruang lingkup
permasalahan dibatasi baik secara keilmuan, spasial maupun temporal hal ini
berdasarkan pertimbangan bahwa cakupan masalah dalam penelitian ini sangat
kompleks agar penelitian ini lebih terfokus pada titik persoalan, sehingga dapat
menjawab substansi permasalahan secara memadai.
Batas spasial penelitian dilakukan di Kabupaten Bima Kecamatan
Donggo tepatnya di Desa O’o, Mpili dan Mbawa, ketiga Desa ini merupakan
tempat yang akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian, karena merupakan
tempat yang memiliki perkembangan yang signifikan dalam bidang sosial budaya
dan ekonomi, namun tidak menutup kemungkinan daerah-daerah lain yang ada
disekitar Kecamatan Donggo Kabupaten Bima juga dijadikan sebagai lokasi
penelitian guna memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai obyek
kajian ini.
Secara keilmuan mengenal kehidupan masyarakat Donggo untuk dewasa ini
sangat perlu karena dalam penelitian ini penulis akan menceritakan kehidupan
masyarakat Donggo dari segi sosial budaya dan ekonomi yang belum banyak
tersirat dalam buku-buku sejarah khususnya sejarah lokal daerah Bima, oleh
karena itu penulis akan coba membahas tentang kehidupan masyarakat Donggo
dari segi sosial budaya dan ekonomi yang terjadi akibat modernisasi dan
berkembangnya teknologi dalam kehidupan masyarakat Donggo.
7
Sedangkan batas temporalnya adalah tahun 1990-2000 karena pada tahun ini
merupakan awal terjadinya modernisasi yang merubah seluruh tatanan kehidupan
masyarakat Donggo dibidang sosial budaya dan ekonomi khususnya dalam
penelitian ini akan membahas tentang kehidupan masyarakat Donggo O’o, Mpili
dan Mbawa.
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir logis dan kritis,
analisis dan obyektif dalam mengkaji nuansa kehidupan masyarakat
Kecamatan Donggo khususnya Desa O’o, Mpili dan Mbawa dan memahami
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
2. Melatih penerapan metode penelitian dan penulisan sejarah yang
dikembangkan dalam dunia pendidikan khususnya sejarah lokal Bima daerah
Kecamatan Donggo.
3. Menambah wawasan peneliti tentang peristiwa kehidupan masyarakat Donggo
tahun 1990-2000 yang terjadi dalam segi sosial budaya dan ekonomi.
b. Tujuan khusus
1. Supaya dapat mengetahui bagaimana perubahan kehidupan masyarakat
Donggo ditinjau dari segi sosial budaya tahun 1990-2000.
2. Supaya dapat mengetahui bagaimana perubahan kehidupan masyarakat
Donggo ditinjau dari segi ekonomi tahun 1990-2000.
8
4. Manfaat Penelitian
a. Peneliti
1. Hasil penelitian ini dapat mengimplementasikan berbagai konsep dan teori
yang di peroleh diperkuliahan khususnya teori-teori sejarah dengan realitas
sosial khususnya pada masa lalu tentang kehidupan masyarakat Donggo dalam
segi sosial, budaya dan ekonomi pada tahun 1990-2000.
2. Selain dari itu peneliti dapat memperluas cakrawala berpikir secara
komprehensif dan menambah pemahaman berbagai ilmu yang terkait di
dalamnya tentang nuansa kehidupan masyarakat Kecamatan Donggo, serta
sebagai landasan dalam pengembangan tentang tulisan sejarah masyarakat
Donggo dalam segi sosial, budaya dan ekonomi pada tahun 1990-2000.
b. Pembaca
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca tentang sejarah kehidupan masyarakat Donggo.
2. Sebagai pengembangan dalam penelitian sejarah budaya lokal Bima
khususnya peruahan kehidupan masyarakat Donggo dalam segi sosial budaya.
3. Agar dapat mengetahui tentang perubahan kehidupan masyarakat Donggo dari
segi ekonomi.
c. Pemerintah Kabupaten Bima
1. Sebagai bahan referensi dan kajian dalam penelitian sejarah lokal Bima
tentang perubahan kehidupan masyarakat Donggo.
9
2. Menambah bahan-bahan atau referensi sejarah lokal Bima tentang sejarah
Donggo khususnya sejarah kehidupan masyarakat Donggo O’o, Mpili dan
Mbawa yang masih banyak belum di publikasikan secara umum.
3. Mendorong pemerintah Kabupaten Bima untuk mengetahui dan memahami
bagaimana kondisi dan keadaan kehidupan masyarakat Donggo dari segi
sosial budaya dan ekonomi.
5. Kajian Pustaka
Masyarakat Donggo adalah masyarakat yang mendiami wilayah bagian
timur pesisir teluk Bima yang memiliki kehidupan dan peradaban tersendiri yang
dulunya terisolir dan mengasingkan diri pengaruh luar karena tidak mau
menerima budaya yang dibawa oleh pendatang hanya karena masih melekat
eratnya kepercayaan makamba-makimbi atau parafu tapi kini perlahan di
tingalkan karena berawal dari perkembangan dalam berbagai bidang dan
lahirnya kaum intelektual serta modernisasi dan perkembangan teknologi.
Masyarakat Donggo kini mulai meningalkan segala bentuk kehidupan masa
lampau yang diiringi oleh pekembangan dalam berbagai segi sosial budaya dan
ekonomi walaupun perlahan tatananan kehidupan masa lalu mulai dirubah dengan
tatananan kehidupan modern tetapibudaya, asas kebersamaan dan kekeluargaan
masih melekat kental lebih-lebih dalam hal hukum adat, sekarang masyarakat
Donggo tampil dan berkembang dalam bidang sosial budaya terutama dalam
bidang ekonomi.
10
Masayrakata Donggo yang berawal dari masyarakat yang mengalami
keterbelakangan dalam perkembangan akibat terisolir kini
mengalami perubahan akibat pengaruh modenisasi dan teknologi
akhirnya merubah paradigma berpikir sehingga masyarakat Donggo berkembang
dari berbagai aspek kehidupan sosial budaya dan ekonomi.
Masyarakat Donggo dalam hal kahidupan sosial masih memegang teguh
asas kebersamaan dan kekeluargaan walaupun hidup diantara dua agama yang
berbeda yaitu Islam dan Kristen, budaya dan kepecayaan masa lalu yang bersifat
primitive mulai ditinggalkan tingal sedikit dari masyarakat Donggo yang
tersisa memegang dan menganut kepercayaan yaitu Donggo Mbawa, tidak sedikit
juga dari mereka yang naik haji sejak masuknya budaya Islam yang mengantikan
kepercayaan marafu dan anak-anak mereka telah banyak menjadi sarjana,pejabat
birokrasi, pegusaha, militer karena majunya pendidikan bahkan banyak menjadi
mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi baik di Bima maupun di kota-
kota besar seperti Makassar, Yogyakarta, Malang, Surabaya,
Mataram. (Djamaludin S. 2004:102) walaupun mereka tidak sepenuhnya
mengabdi dalam membangun daerahnya sendiri, ini semua pertanda bahwa
masyarakat Donggo berkembang dan bersaing dalam berbagai bidang.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam menulis kehidupan
masyarakat Donggo dari segi sosial budaya dan ekonomi merupakan penelitian
yang pertama berkelanjutan dari penelitian yang sudah dipublikasi oleh peneliti
lain tentang masalah Donggo tekait dengan kebudayaan termuat dalam buku
Mengenal Donggo dengan pendidikan dan kebudayaan yangditerbitkan oleh
11
Kantor Depertemen P dan K Kecamatan Donggo karangan M. Nur Wahab,dalam
kesimpulannya bahwa kebudayaan masyarakat Donggo berawal dari kepercayaan
dan asas budaya yang menjujung tinggi dan menghormati roh nenek moyang dan
menghargai ketua kampung atau kepala suku karena yang menjadi kepala suku
hanyalah orang yang memeliki kekuatan kharismatik yang dipatuhi perintahnya
dan apabila ada yang melanggar asas-asas moral atau pebuatan yang melangar
peratuaran maka akan di hukum secara adat.
Dalam buku karangan M. Nur Wahab memaparkan dan menjelaskan tentang
Donggo dalam segi pendidikan dan budaya, penulis dalam menyusun tulisan ini
akan mengungkapkan Donggo dalam segi sosial budaya dan ekonomi dengan
demikian penulis menjadikan buku ini sebagai acuan untuk menyusun tulisan
dalam segi budaya. Buku kampung Orang Bima karangan Djamaluddin Sahidu
kesimpulanya mengungkapkan sosial budaya masyarakat Donggo juga masalah
potensi disekitar kampung Orang Bima dalam hal ekonomi dan Donggo adalah
bagian dari daerah yang berpotensi dalam penunjang ekonomi daerah, lebih
dominan lagi buku yang membahas tentang masalah ekonomi adalah buku
karangan Prof. H. Umar Nimran, MA., Ph.D yang berjudul Bima dalam
menyongsong dinamika global kesimpulanya masalah kehidupan ekonomi
masyarakat Bima yang masih hidup dibawah taraf kesejahteraan ungkapan ini
merupakan hasil pemikiran para intelektual dengan berbagai ide dan sudut
pandang demi merajut pembangunan masyarakat Bima kedepanya yang akan
dijadikan oleh penulis sebagai acuan dan referensi unuk menyusun tulisan ini
dalam hal ekonomi.
12
6. Historiografi yang Relevan
Penulisan peristiwa kehidupan masyarakat Donggo merupakan suatu
penulisan yang mengungkapkan suatu peristiwa kehidupan masa itu yang
menyangkut masalah sosial budaya dan ekonomi sehingga dalam penulisan ini
akan tersirat sebuah penulisan sejarah lokal Bima khususnya peristiwa kehidupan
masyarakat Donggo.
Menurut buku karangan M. Nur. Wahab yang ditebitkan oleh kantor P dan
K Kecamatan Donggo 1981 tentang mengenal Donggo dengan Pendidikan dan
Kebudayaanyamerupakan sebuah tulisan yang berdasarkan hasil penelitian
terdahulu yang menceritakan tentang rangkaian pendidikan dan kebudayaan
masyarakat Donggo tahun 1981 yang menyangkut masalah agama, sosial budaya,
pendidikan dan ekonomi, sedangkan penulisan yang dilakukan oleh peneliti hanya
menyangkut masalah sosial budaya dan ekonomi masyarakat Donggo tahun 1990-
2000 sehinga dangan adanya pembahasan mengenai budaya Donggo dalam buku
karangan M. Nur Wahab akan penulis jadikan sebagai referensi dan perbandingan
dalam menyusun tulisan yang berkaitan dengan budaya.
Buku yang berjudul Bima dalam menyongsong dinamika global oleh Prof.
H. UmarNimran, MA., Ph.D menceritakan tentang rentetan keadaan masyarakat
Bima yang kehidupanya masih jauh dibawah taraf kesejahteraan, banyak potensi
di Bima yang belum maksimal digunakan dan dimanfaakan oleh masyarakat
dalam memenuhi kehidupan ini lebih-lebih sarana dan prasarana yang belum
memedai dibandingkan daerah-daerah lain diluar daerah Bima sehingga
pekembangan yang terjadi di luar dareah Bima akan di jadikan sebagai landasan
13
dan suatu fenomena sosial yang melahirkan sebuah pemikiran apa dan
bagaimanayang harus dilakuakan dalam memajukan Bima disegala bidang
kehidupan masyarakat Bima khususnya masyarakat Donggo dalam meningkakan
taraf hidup dalam segi sosial budaya dan ekonomi, fenomena sosial dan ekonomi
termuat juga dalam buku karangan Djamaluddin Sahidu yang memebahas masalah
sosial ekonomi masyarakat Bima dan khususnya masyarakat Donggo.
Referensi tersebut akan digunakan dalam penulisan sejarah kehidupan
masyarakat Donggo dengan tujuan untuk mengkaji apakah peristiwa tersebut
mempunyai keterkaitan atau kemiripan, peristiwa tersebut akan dijadikan
sebagai acuan dalam penulisan sejarah kehidupan masyarakat Donggo
tahun tahun 1990-2000. Penulisan karya ilmiah historis yang sangat berbeda
dengan penulisan sebelumnya sesuai dengan penulisan proposal penelitian sejarah
kehidupan masyarakat Donggo yang merupakan penulisan berkelanjutan dari
penulisan sebelumnya yang termuat dalam buku mengenal Donggo
dengan pendidikan dan kebudayaanya.
7. Metode dan Pendekatan Penelitian
a. Metode Penelitian
Penelitian mengenai “kehidupan masyarakat Donggo ditinjau dari
segi sosial budaya dan ekonomi” merupakan suatu penelitian historis karena
penelitian ini diarahkan untuk meneliti, mengungkapkan dan menjelaskan
peristiwa masa lalu sehingga jelas diarahkan kepada metode sejarah yang bersifat
kualitatif.
14
Tujuan dari penelitian historis ini yaitu menemukan dan mendeskripsikan
secara analisis serta menafsirkan tentang peristiwa kehidupan masyarakat Donggo
O’o, Mpili dan Mbawa.Selain itu penelitian yang saya lakukan terkait dengan
kehidupan masyarakat Donggo dari segi sosial budaya dan ekonomi tahun 1990-
2000 termasuk dalam penelitian sejarah lokal yang bersifat sosial budaya dan
ekonomi karena penelitian akan membahas kehidupan masyarakat Donggo tahun
1990-2000 yang sifatnya sosial budaya dalam penelitian ini pula akan dibahas
mengenai suatu kehidupan ekonomi masyarakat Donggo tahun 1990-2000
terhadap masyarakat Donggo kemudian hubungan sastra kedaerahan yang bersifat
sosial.
Penulisan peristiwa masa lampau dalam bentuk peristiwa atau kisah sejarah
yang dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah harus melalui prosedur kerja
sejarah. Pengisahan masa lalu tidak dapat dikerjakan tampa ada sumber yang
menyangkut masa lalu tersebut, sumber yang dimaksud adalah berupa data yang
melalui proses analisis menjadi sebuah fakta atau keterangan yang otentik
berhubungan dengan permasalahan dalam ilmu sejarah dikenal sumber-sumber
tertulis maupun tidak tertulis yang meliputi legenda, folklore, prasasti, monument,
alat-alat sejarah, dokumen, surat kabar dan keterangan yang bersumber dari tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan kaum-kaum intelektual.
Proses awal yang dilakukan oleh peneliti untuk menulis sejarah dengan
menentukan tema sesuai dengan minat dan keyakinan penulis. Hal ini diharapkan
dapat memacu semangat penulis untuk meneliti secara sungguh-sungguh dalam
15
menjawab permasalahan penelitian ini penulis menggunakan metode sejarah yang
terdiri dari empat langkah yaitu:
b. Heuristik
Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah Heuristik (pengumpulan
sumber). Sumber sejarah dapat berupa evidensio (bukti) yang ditinggalkan
manusiadengan menunjukan segala aktifitasnya di masa lalu berupa peninggalan-
peninggalan maupun catatan-catatan, sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan
daerah Bima, internet dan arsip dapat diperoleh di kantor-kantor atau instansi-
instansi tertentu serta penulis melakukan wawancara secara langsung dengan
informan (sumber lisan).
Penulisan sejarah kehidupan masyarakat Donggo 1990-2000 dikenal dua
macam sumber yaitu sumber primer dan sumber skunder. Sumber primer
merupakan sumber pertama yang dipakai oleh peneliti dalam penulisan sejarah
dan dianggap sebagai sumber yang asli (orisinil) sebagai bukti yang kontemporer
dengan peristiwa yang terjadi. Sumber kedua adalah sumber skunder merupakan
sumber berupa kesaksian dari siapa saja yang merupakan saksi mata atau sumber
yang berasal dari sumber aslinya yang berupa literatur.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data-data dan
informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni:
i. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang menekankan penggunaan data
primer yang diperoleh melalui wawancara dengan responden dalam rangka
16
mengetahui efektivitas dan efisiensi suatu masalah dengan kondisi tertentu atau
melakukan kajian terhadap Norma hukum tidak tertulis.
Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh penulis
dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data-data dan
informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas
berdasarkan informasi atau bukti data-data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang
digunakan penulis untuk mengumpulkan data-data dan informasi penelitian
lapangan, yaitu:
- Pengamatan (observasi)
Adalah suatu teknik yang dilakukan penulis untuk mengamati secara
langsung objek yang berkaitan kehidupan masyarakat Donggo tahun 1990-
2000 dan bukti-bukti sejarah kehidupan masyarakat Donggo tersebut.
- Tradisi lisan / Wawancara
Adalah suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan
mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan
dapat memberikan keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk
mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut,
misalnya dengan mengadakan wawancara langsung dengan orang-orang
yang mengetahui tentang hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat Donggo tahun 1990-2000.
ii. Penelitian Kepustakaan
Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan
hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah
17
maupun yang belum dipublikasikan. Dalam kajian kepustakaan ini peneliti akan
mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasi-informasi serta
data-data yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Melalui penelitian
kepustakaan ini sumber-sumber buku yang dapat dijadikan sebagai referensi
dalam penulisan skripsi ini. Sumber perpustakaan yang akan di kaji adalah
perpustakaan STKIP taman siswa Bima, perpustakaan Daerah Bima (Samparaja),
Dinas Pendidikan Kecamatan Donggo, serta instansi-instansi yang berkaitan
dengan peristiwa tersebut terjadi.
b. Kritik sumber/Verifikasi
Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu pengujian kebenaran atau
ketepatan dari sumber sejarah. Kritik sumber ada dua macam yaitu kritik ekstern
dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber. Kritik ekstern dalam
penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslian atau keautentik bahan
yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah. Bentuk penelitian yang
dilakukan peneliti misalnya tentang waktu pembuatan dokumen (hari dan tanggal)
atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sendiri.
Kritik Intern merupakan penilaian keakuran atau keautentik terhadap materi
sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen,
peneliti harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu
sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur
tersebut paling dekan dengan apa yang telah terjadi, sejauh mana dapat diketahui
berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.
18
c. Interpretasi/ Analisis
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti
cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna
fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus
dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif,
harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa
sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.
d. Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah
merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis dan sistematis, menjadi
tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak,
karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus
ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya
sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan
karya ilmiah umumnya.
e. Pendekatan Penelitian.
Dalam perkembangan metodologi sejarah, peneliti harus berusaha untuk
saling mendekatkan antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial, maka ketika akan
menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lampau, peneliti
menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial yang relevan dengan
pokok kajian. Oleh karena itu tulisan ini melakukan pendekatan sosial,
pendekatan budaya.
19
Pendekatan sosial adalah hubungan antar sesama serta manusia dengan
lingkungannya yang ada pada suatu wilayah tertentu dengan berbagai bentuk
hubungan yang harmonis dan baik. Dan pendektan budaya adalah pendekatan
yang bekaitan hukum-hukum adat dan sesuatu peraturan dan tatanan kebiasaan
dalam kehidupan kasyarakat tersebut yang bekaitan dengan sosial kemasyarakatan
maupun hubungan dengan yang gaib. Sedangkan pendekatan ekonomi adalah
suatu pendekatan tentang realita kehidupan terkait dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Pendekatan Sosial dalam tulisan ini digunakan untuk mengetahui
tentang perubahan kehidupan masyarakat Donggo O’o, Mpili dan Mbawa tahun
1990-2000 terhadap bidang budaya dan ekonomi.
8. Sistematika Penulisan
Secara umum penelitian ini terdiri dari lima (5) bab, yaitu Bab I
pendahuluan yang terdiri dari sub bab: (a) Latar Belakang (b) Rumusan
Masalah/Batasan Masalah (c) Tujuan Penelitian (d) Manfaat Penelitian (e) Kajian
pustaka (f) Historiografi Yang Relevan (g) Metode dan Pendekatan Penelitian
yang terdiri dari: (i), Lokasi Penelitian (ii), Jenis Penelitian dan (iii), Pengumpulan
Data, (h) Sistematika Penulisan. Bab II pembahasan gambaran umum wilayah
penelitian. Bab III Membahas tentang perubahan kehidupan masyarakat Donggo
di tinjau dari segi sosial budaya tahun 1990-2000. Bab IV Membahas tentang
perubahan kehidupan masyarakat Donggo ditinjau dari segi ekonomi tahun 1990-
2000. Bab V Penutup yang terdiri dari: (a) Kesimpulan (b) kritik dan saran.
20
Recommended