View
245
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
Kurs dollar AS dan Indeks Dow Jones mempengaruhi IHSG karena Amerika merupakan negara adidaya yang mempengaruhi negara-negara lainnya. Dollar Amerika juga merupakan salah satu mata uang yang dapat diterima di negara manapun. Dow Jones Industrial Average yang merupakan salah satu index dalam NYSE (New York Stock Exchange) dari 30 saham perusahaan blue chip yang secara umum menjadi pemimpin di dalam industri Amerika Serikat yang akan berpengaruh pada pergerakan index negara-negara lain, oleh karena itu apakah adanya pengaruh kurs dollar dan indeks dow jones terhadap IHSG di BEI. Dan untuk melihat bagaimana keadaan indeks di Asia Tenggara Saya mengambil salah satu sampel indeks yang ada di asia yaitu indeks Singapura.
Citation preview
ANALISIS PENGARUH KURS DOLLAR (USD/IDR),
DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE DAN STRAITS TIMES
INDEX TERHADAP PERGERAKAN IHSG DI BURSA EFEK
INDONESIA
PERIODE 2010-2014
SKRIPSI
Disusun Oleh :
YULIA IMAGIAR
1112110169
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMI
INFORMATICS & BUSINESS INSTITUTE DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak
negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar
modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal
dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan.
Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara
nasional akan membentuk Gross Domestic Product (GDP). Perkembangan
pasar modal akan menunjang kegiatan peningkatan GDP. Dengan kata lain,
berkembangnya pasar modal akan mendorong pula kemjuan ekonomi suatu
negara.
Melalui pasar modal, dunia usaha akan dapat memperoleh sebagian atau
seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Selain itu, pengaktifan
ini juga dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil pembangunan melalui
kepemilikan saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan kerja dan
pemerataan kesempatan usaha.
Setiap waktu harga saham dapat berubah-ubah. Perubahan harga saham tidak
selalu positif namun dapat juga negatif tergantung banyaknya permintaan dan
banyaknya penawaran harga saham. Sehingga terbentuk pergerakan harga
saham yang naik turun tidak beraturan. Namun ada juga harga saham yang
berubah yang disebabkan karena tidak adanya permintaan dan penawaran
dengan kata lain, tidak likuid karena volumenya sedikit atau bahkan tidak ada
sama sekali, sehingga harga saham stagnan dari waktu ke waktu.
Pergerakan harga saham yang acak (tidak beraturan) dapat dianalisa dengan
pendekatan fundamental, misalnya dengan mengetahui laporan keuangan
suatu perusahaan terbuka, jika laporannya positif maka kemungkinan harga
sahamnya akan bergerak positif. Analisa kedua adalah pendekatan teknikal
yang dilakukan menggunakan chart (grafik) pergerakan harga saham. Dengan
bantuan beberapa indikator kemudian dianalisa awal sebuah tren yang
terbentuk dalam hal ini tentunya diharapkan awal uptrend (tren naik) sehingga
trader atau investor melakukan pembelian(trading) atau investasi, dan ketika
harga saham berubah menjadi downtrend (tren turun) maka dilakukanlah
penjualan.
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu
saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak
negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah
terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga
saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan
menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika.
Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami
penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena
dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif
atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya.
Pergerakan mata uang bisa memiliki dampak yang luas tidak hanya pada
ekonomi domestik, tetapi juga pada ekonomi global. Kurs merupakan salah
satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun di pasar
uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi
portofolio. Terdepresiasinya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya
dolar Amerika memiliki pengaruh yang negatif terhadap ekonomi dan pasar
modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
Menurut Novita dan Nachrowi (2010) secara umum, ada dua pendekatan
untuk menganalisa hubungan IHSG dengan kurs. Kedua pendektan itu adalah
pendekatan pasar barang tradisional, juga dikenal sebagai model kurs
berorientasi aliran flow-oriented) yang dikembangkan (Dombusch dan
fischer,1980). Pendekatan portofolio atau stock oriented yang dikembangkan
(Branson dan Frankel,1983). Pendetakan tradisional menyatakn pergerakan
kurs (nilai tukar( akan mempengaruhi daya saing internasional dan neraca
pemabayaran. Pendekatan portofolio berpendapat lain bahwa pasar modallah
yang justru mempengaruhi kurs melalui permintaan akan uang. Pendekatan ini
menekankan ada hubungan positif antara harga saham dan kurs, bahwa
fluktuasi harga saham dan kurs,bahwa fluktuasi harga sahamlah yang
mempengaruhi fluktuasi kurs. Harga saham yang turun akan membuat
permintaan uang turun, yang pada akhirnya menyebabkan pelemahan nilai
tukar.
Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
masih mengandalkan impor dari luar negeri (www.kompas.com). Ketika mata
uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahan
baku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi tingkat keuntungan
perusahaan. Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba tersebut akan
dipandang negatif (A.K Coleman dan K.A Tettey, 2008). Hal ini akan
mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang
dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan
mendorong penurunanIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersebut dipengaruhi baik
oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi terutama akibat
melemahnya nilai tukar, dan melemahnya kinerja bursa regional. Sementara
faktor non ekonomi yang mempengaruhi melemahnya Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) terutama bersumber dari meningkatnya kekhawatiran pasar
terhadap stabilitas keamanan dan politik.
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar, pengaruh Amerika (AS) sangat
besar bagi negara-negara lain, hal ini juga termasuk pengaruh dari perusahaan-
perusahaan dan investornya. Seperti DJIA (Dow Jones Industrial Average)
yang merupakan salah satu index dalam NYSE (New York Stock Exchange)
akan berpengaruh pada pergerakan index negara-negara lain. Salah satu
contoh, pada tanggal 8 november 2012 Dow Jones ya terjun bebas lebih dari
300 poin. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito melihat,
indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terkoreksi tipis sekitar 1 persen
pada pembukaan perdagangan pagi ini, tidak lepas dari kondisi pasar modal di
Amerika Serikat. Perdagangan saham turun karena sentimen Dow Jones. Hal
ini dikarenakan ada masalah jurang fiscal. Secara tidak langsung Indeks Dow
Jones menjadi stimulus negatif terhadap IHSG dan bursa regional
(finance.detik.com)
Dow Jones adalah nama penerbit surat kabar The Wall Street Journal.
Penerbit inilah yang menyusun indeks saham 30 perusahaan besar industri
yang mereka namakan Dow Jones Industrial Average. . Ketigapuluh saham
yang tercakup dalam DJIA bisa dikategorikan sebagai perusahaan blue-chip
Amerika.
Charles Dow, salah seorang pendiri Dow Jones, adalah pencetus ide memakai
indeks saham sebagai tolok ukur kondisi pasar saham secara keseluruhan.
Logika Charles Dow : Naik-turunnya satu saham memang tidak
mencerminkan pergerakan pasar saham secara keseluruhan, tapi rata-rata dari
naik-turunnya beberapa saham bisa menjadi cermin pergerakan pasar saham
secara keseluruhan. Karena Dow Jones Industrial Average adalah salah satu
indeks saham yang paling awal dikenal di bursa saham Amerika, indeks ini
terkenal ke seantero dunia sampai saat ini (terusbelajarsaham.blogspot.com)
Indeks harga saham luar negeri lainnya di benua asia yang menjadi acuan
dalam proses pengambilan keputusan investor di bursa efek Indonesia adalah
strait times index yang mewakili bursa saham singapura. Singapura
merupakan Negara yang secara geografis berdekatan dengan Indonesia.
Menurut moh. Mansur (2005:2069), kejadian dan dinamika harga saham di
satu bursa dapat mempengaruhi bursa yang lain terutama dari bursa yang
berdekatan dengan Negara-negara yang berdekatan. Singapura juga
merupakan salah satu Negara maju di kawasan regional asia tenggara.
Penelitian Frensidy (2009) menguji analisis pengaruh aksi beli-jual asing,kurs
dan indeks hang seng terhadap IHSG di BEI. Variabel yang digunakan dalam
penelitian adalah aliran dana, Dollar USD, indeks regional dengan proksi hang
seng dan IHSG dari januari 2006 sampai oktober 2007. Hasil penelitian
menyatakan aliran dana dan indeks regional dengan proksi hangseng secara
signifikan berpengaruh positif terhadap IHSG. Terakhir hasil penelitian
menyatakan bahwa kurs Dollar USD secara signifikan berpengaruh negatif
terhadap IHSG.
Penelitian Novita Yuriantini (2010), menguji Pengaruh Indeks Dow Jones
Industrial Average (DJIA), Indeks Hang Seng (HSI) dan Kurs Rupiah
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh secara tidak langsung antara DJIA
terhadap IHSG melalui kurs rupiah; (2) terdapat pengaruh langsung antara
indeks DJIA terhadap IHSG; (3) terdapat pengaruh langsung antara indeks
DJIA terhadap kurs rupiah; (4) terdapat pengaruh langsung antara kurs rupiah
terhadap IHSG; (5) terdapat pengaruh secara tidak langsung antara indeks
Hang Seng terhadap IHSG melalui kurs rupiah; (6) terdapat pengaruh
langsung antara indeks Hang Seng terhadap IHSG; dan (7) terdapat pengaruh
langsung antara indeks Hang Seng terhadap kurs rupiah.
Penelitian lainnya dilakukan oleh M. Yunus Kasim (2010). Kesimpulan
penelitiannya adalah selama periode 2005-2008 terdapat pengaruh silmutan
dan parsial indeks saham regional terhadap ihsg di bursa efek Indonesia, yakni
melalui indeks harga saham di kuala lumpur dan indeks harga saham di
singapura. Selain itu straits times index memiliki pengaruh yang dominan
terhadap indeks harga saham gabungan dengan pengaruh sebesar 39,83%.
Dari informasi dan pergerakan IHSG sektor pertambangan yang berfluktuasi
sesuai faktor pendorongnya maka penulis tertarik untuk membuat skripsi
tentang ANALISIS PENGARUH KURS DOLLAR (USD/IDR), DOW
JONES INDUSTRIAL AVERAGE (IDJA) DAN STRAITS TIMES
INDEX (STI) TERHADAP PERGERAKAN IHSG DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2010-2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di berikan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kurs dollar
(usd/idr), dow jones industrial average dan straits times index terhadap
pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
1.3.1 Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup Subjek dalam penelitian ini adalah Kurs Dollar, Dow
Jones Industrial Average dan Straits Times Index terhadap pergerakan
IHSG di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah IHSG di Bursa Efek
Indonesia.
1.3.3 Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini yaitu Bursa Efek Indonesia
melalui penelusuran data sekunder yang berkaitan dengan Indeks Harga
Saham Gabungan.
1.3.4 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Oktober 2014
sampai bulan Januari 2015.
1.3.5 Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu : Pengantar Pasar Modal, Pasar Modal dan
Manajemen Portofolio, dan Teori Keuangan dan Analisis Sekuritas.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan diatas maka diambil tujuan dari penelitian
ini, yaitu :
1. Menguji pengaruh Kurs Dollar USD terhadap IHSG?
2. Menguji pengaruh Dow Jones Industrial Average terhadap IHSG ?
3. Menguji pengaruh Straits Times Index terhadap IHSG?
1.5 Manfaat penelitian
Dengan mengetahui pemecahan permasalahan, maka akan diperoleh beberapa
manfaat, antara lain :
1. Bagi Akademik dan Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi
bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang diimplementasikan
untuk mengetahui reaksi pasar modal terhadap peristiwa ekonomi.
2. Bagi emiten dan investor diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan pada
saat melakukan pembelian maupun penjualan saham.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berhubungan
dengan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian, jenis penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menerangkan tentang hasil dan pembahasan mengenai
pengaruh Kurs Dollar, Dow Jones Industrial Average dan Straits Times
Index terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
BAB V PENUTUP
Berisi simpulan dan saran yang diharapkan ada manfaatnya bagi
pihak yang bersangkutan dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar modal
Pasar modal adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang menerbitkan efek, dan
lembaga atau profesi yang berkaitan dengan efek (Setiyanto dan Prayogo,
2008). Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang
memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial
assets (dan hutang) pada saat yang sama, dan pasar modal memiliki fungsi
meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria
pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi
secara keseluruhan (Anoraga dan Pakarti, 2008:5).
Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta (Husnan, 2008:3).
Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara
pemilik modal dalam hal ini disebut pemodal (investor) dengan peminjam
dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public).
Pasar modal dapat mengalokasikan dana pada berbagai jenis perusahaan dan
milik siapa saja. Melalui pasar modal dapat diterapkan pemerataan
pemerolehan dana pada perusahaan. Setelah go public dia akan menjadi milik
publik. Jadi, pemilikan tidak berkonsentrasi dalam kelompoknya sendiri
(Anoraga dan Pakarti, 2008:5).
Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam
melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan
kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh
imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrower tersedianya dana
dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus
menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan (Husnan, 2009).
Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga
akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi
keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para
borrower dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung
dalam kepemilikan aktiva rill yang diperlukan untuk investasi tersebut
(Husnan, 2009). Kita harus memandang bahwa pasar modal adalah wadah
yang dapat menghilangkan monopoli sumber modal dan monopoli pemilikan
perusahaan.
2.1.1 Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten dan
pemerintah (Anoraga dan Prakarti, 2008:12). Manfaat Pertama manfaat
pasar modal bagi perusahan (emiten) yaitu masalah utama yang biasa
dihadapi perusahaan untuk mengembangkan usahanya adalah
permodalan. Walaupun dunia perbankan dan keuangan dan lembaga
keuangan lainnya telah menyediakan dan membuka kesempatan kepada
setiap pengusaha untuk memperoleh fasilitas modal, namun tidak setiap
perusahaan memperoleh kesempatan tersebut. Hambatan utama biasanya
menyangkut jaminan. Keterbatasan jaminan yang dimiliki perusahaan
memaksa terbukanya pasar bagi produk usahanya maupun kelonggaran
yang diberikan pemerintah tidak dapat sepenuhnya mereka manfaatkan.
Keadaan tersebut tidak menutup kesempatan berkembang bagi
perusahaan kecil atau menengah. Dilain pihak, jenis usaha tersebut akan
dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang kuat
permodalannya. Akhirnya, pengusaha dalam segala kecil terpaksa
mengalihkan usahanya ke bidang lain.
Dengan dikembangkannya pasar modal di Indonesia, tidak hanya dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan besar dan kuat untuk memperoleh modal,
baik berupa equity maupun obligasi. Kedua, manfaat bagi investor yaitu
bila selama ini para pemodal relatif terbatas menanamkan dananya di
bank, seperti deposito dan intsrumen simpanan lainnya, dengan
perkembangan pasar modal di Indonesia yang menerbitkan saham,
obligasi, dan sekuritas, jelas membuka kesempatan lebih
mengoptimalkan perolehan dari dana yang dimilikinya. Memang bisa
saja, pemodalan tersebut menanamkan uangnya dalam investasi
langsung, tapi perlu melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang
sektor investasi apakah yang prospeknya menguntungkan dan siapa
partnernya. Sedangkan investasi dalam bentuk saham atau obligasi, tidak
memerlukan penelitian yang rumit. Sebab perusahaan yang telah go
public tersebut telah mempunyai track record sebelumnya. Ketiga,
manfaat bagi pemerintah dengan berkembangnya pasar modal,
perusahan-perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, hal ini akan
sejalan dengan tujuan pemerataan hasil pembangunan, membuka
kesempatan kerja, dan tidak kalah pentingnya adalah mengurangi
ketegangan sosial dikalangan masyarakat. Dana yang diperoleh
perusahaan yang go public dapat dipergunakan untuk memperluas
jaringan usaha, baik yang telah ada maupun usaha baru. Kondisi yang
demikian ini jelas akan membuka kesempatan kerja. Di lain pihak,
dengan dimilikinya saham-saham oleh pemodal perorangan,
memberikan kesempatan kepada masyarakat luas memiliki saham yang
selama ini dimiliki oleh kalangan tertentu.
2.1.2 Instrumen Pasar Modal
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang
berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran, dan produk turunan
atau disebut derivative. Produk derivative di pasar modal adalah indeks
harga saham dan indeks kurs obligasi (Samsul, 2008).
1. Saham
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau
stockholder). Buki bahwa seorang atau suatu pihak dapat dianggap
sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat
sebagai pemegag saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang
Saham (DPS). Pada umumnya, DPS disajikan beberapa hari sebelum
Rapat Umum Pemegang Saham diselenggarakan dan setiap pihak
dapat melihat DPS tersebut. Bukti bahwa seseorang adalah
pemegang saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar
saham yang sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum.
2. Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang jangka panjang yang
diterbitkan oleh perusahaan ataupun pemerintah. Dengan membeli
obligasi, pemilik obligasi tersebut berhak menerima bunga (yang
biasa dibayarkan setiap semester) yang ditunjukkan oleh coupon rate
yang tercantum di obligasi tersebut dan harga nominalnya pada
waktu obligasi tersebut jatuh tempo. Obligasi mempunyai
karateristik bermacam-macam. Diantaranya adalah obligasi yang
menawarkan bunga tetap dengan jangka waktu tertentu.
3. Sertifikat Right
Sertifikat right merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada
pemiliknya untuk membeli saham baru dengan harga tertentu.
Sertifikat ini diberikan kepada pemegang saham lama pada saat
dilakukan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama.
Dilakukannya penambahan modal melalui emisi right bertujuan
untuk memberikan kesempatan kepada pemegang saham lama dalam
usaha untuk mempertahankan persentase kepemilikannya dalam
aktiva perusahaan serta mencegah kerugian yang mungkin akan
dialami oleh pemegang saham karena penurunan harga saham. Untuk
mengetahui apakah emisi right yang dilakukan oleh suatu emiten
merugikan atau menguntungkan, maka pemegang saham harus
melakukan analisa secara akurat, kemudian pemegang saham harus
menentukan keputusan yang tepat untuk menindaklanjuti hasil
analisisnya. Dengan adanya hal tersebut pemegang saham sebaiknya
memahami cara perhitungan dan penilaian suatu right, sebab jika hak
tersebut dibiarkan berlalu begitu saja tanpa keputusan yang pasti
dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi pemegang saham.
4. Warrant
Warrant merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada
pemegang saham untuk membeli saham dari perusahaan yang
menerbitkan warrant tersebut dengan harga tertentu pada waktu
tertentu. Warrant biasanya diberikan sebagai pemanis penerbitan
obligasi dengan coupon rate yang lebih rendah dari tingkat
keuntungan yang berlaku umum.
5. Reksadana
Reksadana merupakan sekumpulan saham, obligasi, dan efek lainnya
yang dibeli sekelompok investor. Konsepnya adalah kumpulan
investor dibentuk dalam suatu wadah kolektif melakukan investasi
yang diharapkan dapat memilihkan dan mengelolakan dana secara
menguntungkan. Dalam aktivitasnya, manajer investasi tersebut
dibatasi dengan aturan, baik dari Bapepam sebagai lembaga
pengawas ataupun kesepakatan para pemegang saham yang
dituangkan dalam kontrak kerja.
6. Indeks saham dan indeks obligasi
Angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan
lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak
memerlukan peyerahan barang secara fisik, melainkan hanya
perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual.
Berbeda dengan saham, obligasi, bukti right, dan waran, indeks
saham dan indeksa obligasi diperdagangka secara berjangka.
Mekanisme perdagangan produk derivative ini dilakukan secara
future atau option.
2.2 Kurs
Menurut Nopirin (1996) Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai atau harga antara kedua
mata uang tersebut. Sedangkan menurut Eng, Lees dan Mauer (1995),
pengertian dari valuta asing (foreign exchange) adalah : Setiap kalin aset
atau keuangan dalam mata uang asing. Menurut Abimanyu(2004) kurs
valuta asing adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang
negara lain. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurs valuta asing
adalah nilai pertukaran dari mata uang suatu negara terhadap negara lainya.
Menurut Kuncoro (1996), bila kurs meningkat berarti mata uang domestic
mengalami penurunan dan mata uang asing mengalami peningkatan .
sebaliknya penurunan kurs mencerminkan terjadi peningkatan mata uang
domestic dan penurunan mata uang asing. Salah satu faktor utama sentimen
negatif Eropa, bila nilai tukar dollar menguat terhadap mata uang lain di
seluruh dunia. Maka membuat investor memborong dollar dana yang
mempunyai dollar tidak mau menjual dollar ( Difi,2012). Jadi dapat
disimpulkan kurs meningkat, karena mengalami pertumbuhan yang positif.
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah
perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran
saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara
atau diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis
mata uang. Pemerintah Indonesia biasanya berperan dalm penentuan kurs agar
sampai pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha. Kurs khususnya kurs
rupiah per Dollar sangat berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan
jasa serta modal dari dalam dan keluar Indonesia. Ada 2 jenis perubahan kurs
valuta asing yaitu :
a. Apresiasi atau Depresiasi dimana naik turunya kurs suatu negara dengan
mata uang asing negara lain bergantung pada kekuatan pasar (permintaan
dan penawaran) baik yang timbul dari dalam maupun luar negeri.
b. Devaluasi atau Revaluasi dimana naik turunnya nilai tukar atau kurs mata
uang bergantung dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
2.3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris
disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan
salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia
(BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada
tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ,
Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham
preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah
tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan
Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.
Dari saham, ada angka indeks harga saham gabungan (IHSG). Menurut
Anoraga dan Pakarti (2001), IHSG merupakan indeks yang menunjukan
pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek dan menjadi
acuan tentang perkembangan kegiatan dipasar modal. Jadi suatu angka nilai
IHSG, mengikuti pergerakan harga saham yang tercatat di bursa efek IHSG
bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur
apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga
melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa efek. Menurut
Sunariyah (2003:101) IHSG adalah suatu rangkain informasi historis
mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu, dan
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukur kinerja suatu
IHSG dibursa efek.Informasi mengenai pergerakan IHSG, dapat dilihat
melalui pergerakan IHSG dari tanggal tertentu sampai tanggal tertentu.
Situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mngetahui indeks
harga saham gabungan. Untuk perhitungan indeks harga saham gabungan ini,
caranya hampir sama dengan menghitung indeks harga saham individual,
tetapi harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk
menghitung indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah sebagai berikut.
IHSG=(Ht/Ho) x 100%
Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
Ho= Total harga semua saham pada waktu dasar
Dari harga indeks inilah kita bisa mengetahui apakah kondisi pasar sedang
ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Angka IHSG menunjukan di atas 100
berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukan
dibawah 100 berarti kondisi pasar sedang lesu, IHSG menunjukan nilai 100
berarti pasar dalam keadaan stabil.
2.4 Bursa Efek Indonesia
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka (Samsul, 2008:45).
Istilah yang digunakan untuk mengekspresikan pasar pertama (first market),
yaitu pasar perdana (primary market) dan initial public offering (IPO). Pasar
kedua (secondary market) biasa disebut Bursa efek, sedangkan pasar ketiga
(ithird market) biasa disebut Over The Counter (OTC). Dalam pengertian
umum Bursa Efek disamakan dengan pasar sekunder atau pasar kedua karena
dilihat dari sudut pandang mekanisme perdagangan yang berbeda dengan
pasar ketiga ataupun pasar keempat (Samsul, 2008).
2.4.1 Indeks Sektoral
Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua emiten yang
tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut
klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI. Kesembilan sektor
tersebut adalah:
Sektor-sektor yang terdapat di Bursa Efek Indonesia antara lain :
1. Aneka Industri : industri yang dominan di sektor aneka industri
adalah otomotif. Lainnya seperti emiten tekstil, elektronik tidak
terlalu likuid. Karakter dari sektor ini sangat tergantung pada
bunga bank/inflasi untuk melakukan ekspansi.
2. Sektor Pertanian : perusahaan di sektor ini bergerak di bidang
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Karakter dari
sektor ini sangat tergantung pada harga komoditas di luar negeri
(baik Crude Palm Oil / CPO atau jagung).
3. Sektor Pertambangan : sektor ini terdiri dari saham-saham di
bidang pertambangan minyak dan komoditas logam. Sejak tahun
2007 sektor pertambangan menjadi primadona Bursa Saham
Indonesia dengan mencatat pertumbuhan tinggi. Karakter dari
sektor ini adalah Industri ini sangat dipengaruhi harga minyak
dunia.
4. Industri Dasar dan Kimia : sektor ini terdiri dari industri hilir,
misalnya semen, keramik, logam, kimia, plastik dan kemasan, pulp
dan kayu. Karakter dari sektor ini adalah karena merupakan
industri hilir, saham di sektor ini bergerak secara independen,
biasanya terkait dengan ekspansi atau aksi korporasi. Saham di
sektor ini agak sulit ditebak pergerakannya, bahkan banyak saham
yang dikuasai bandar.
5. Industri Barang Konsumsi : industri yang ada di sektor ini antara
lain industri makanan, toiletries, dan farmasi. Motor utama saham
di sektor ini misalnya INDF, ICBP, UNVR. Saham di industri
rokok juga termasuk di dalamnya, misalnya GGRM. Produknya
dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak perduli harga mahal atau tidak
orang tetap butuh makan, minum dan mandi. Jadi saham di sektor
ini biasanya tetap tumbuh walau krisis .
6. Properti Dan Real Estate : sektor ini dihuni saham perumahan,
properti, apartemen. Karakter sektor ini sangat tergantung pada
kondisi ekonomi. Bila inflasi tinggi, bunga kredit naik, penjualan
perumahan juga turun. Sektor ini juga yang paling pertama terkena
pengaruh bila suku bunga naik, setelah bank.
7. Insfrastruktur, Utilitas dan Transportasi : sektor ini bergerak di
bidang pembangunan infrastruktur, jalan, dsb. Selain itu juga
dihuni oleh saham telekomunikasi. Karakter dari sektor ini kadang
suka bergerak secara independen.
8. Keuangan : sektor ini bergerak di bidang saham jasa perbankan dan
keuangan. Karakter dari sektor ini adalah sensitif pada isu
ekonomi, suku bunga dan inflasi tinggi akan mengakibatkan daya
beli turun, NPL (non performing loan) naik dan penyaluran kredit
terhambat. Padahal sektor ini hidup dari penyaluran kredit.
9. Perdagangan, Jasa dan Investasi : sektor ini dihuni emiten ritel,
distribusi, importir barang produksi, hotel, pariwisata. Selain itu
juga ada perusahaan investasi. Karakter dari sektor ini khususnya
untuk perusahaan ritel tergantung ekonomi makro. Sifatnya juga
musiman. Mendekati hari raya biasanya saham ritel ini naik
harganya. Untuk saham lain seperti distribusi, hotel, dll, cenderung
bergerak secara independen dan tidak terlalu likuid. Untuk
perusahaan investasi pergerakannya lebih banyak karena aksi
korporasi atau mengikuti pergerakan anak perusahaan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian Maryanti (2009) menguji analisis pengaruh nilai tingkat bunga
(SBI) dan nilai kurs Dollar USD terhadap IHSG.Variable yang digunakan
dalam penelitian adalah kurs Dollar USD, suku bunga dan IHSG dari bulan
januari 2007 sampai bulan desember 2007. Hasil penelitian menyatakan
bahwa kurs Dollar USD secara signifikan berpengaruh negatif terhadap IHSG,
untuk suku bunga hasil penelitian menyatakan secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap IHSG.
Penelitian Tobing (2009) menguji analisis pengaruh nilai tukar, inflasi dan
suku bunga sertifikat bank Indonesia terhadap pergerakan IHSG di BEI.
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah kurs Dollar USD, tingkat
inflasi, suku bunga, dan IHSG dari tahun 2004 sampai bulan desember 2008.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kurs Dollar USD secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap IHSG, untuk suku bunga hasil penelitian
menyatakan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap IHSG. Terakhir
untuk inflasi, hasil peneltian menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh
terhadap IHSG.
Penelitian Pramushinta (2011) menguji analisis pengaruh pergerakan indeks
bursa asing, tingkat inflasi, harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah atas
Dollar amerika terhadap IHSG di BEI. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah indeks bursa asing, tingkat inflasi, harga minyak mentah
dunia, nilai tukar rupiah atas dollar amerika terhadap IHSG dari bulan mei
2008 sampai juni 2011. Hasil penelitian menyatakan bahwa kurs Dollar USD
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Penelitian Frensidy (2009) menguji analisis pengaruh aksi beli-jual asing,kurs
dan indeks hang seng terhadap IHSG di BEI. Variabel yang digunakan dalam
penelitian adalah aliran dana, Dollar USD, indeks regional dengan proksi hang
seng dan IHSG dari januari 2006 sampai oktober 2007. Hasil penelitian
menyatakan aliran dana dan indeks regional dengan proksi hangseng secara
signifikan berpengaruh positif terhadap IHSG. Terakhir hasil penelitian
menyatakan bahwa kurs Dollar USD secara signifikan berpengaruh negatif
terhadap IHSG.
Penelitian Novita Yuriantini (2010), menguji Pengaruh Indeks Dow Jones
Industrial Average (DJIA), Indeks Hang Seng (HSI) dan Kurs Rupiah
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh secara tidak langsung antara DJIA
terhadap IHSG melalui kurs rupiah; (2) terdapat pengaruh langsung antara
indeks DJIA terhadap IHSG; (3) terdapat pengaruh langsung antara indeks
DJIA terhadap kurs rupiah; (4) terdapat pengaruh langsung antara kurs rupiah
terhadap IHSG; (5) terdapat pengaruh secara tidak langsung antara indeks
Hang Seng terhadap IHSG melalui kurs rupiah; (6) terdapat pengaruh
langsung antara indeks Hang Seng terhadap IHSG; dan (7) terdapat pengaruh
langsung antara indeks Hang Seng terhadap kurs rupiah.
Penelitian lainnya dilakukan oleh M. Yunus Kasim (2010). Kesimpulan
penelitiannya adalah selama periode 2005-2008 terdapat pengaruh silmutan
dan parsial indeks saham regional terhadap ihsg di bursa efek Indonesia, yakni
melalui indeks harga saham di kuala lumpur dan indeks harga saham di
singapura. Selain itu straits times index memiliki pengaruh yang dominan
terhadap indeks harga saham gabungan dengan pengaruh sebesar 39,83%.
2.6 Kerangka Pikir
Kerangka berpikir yang dimaksudkan untuk menggambarkan keterkaitan dan
kedudukan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
2.7 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitin
terdahulu serta kerangka pemikiran penelitian, maka hipotesis yang dapat
diambil yaitu:
1. Diduga kurs rupiah mempunyai pengaruh negatif terhadap IHSG di
Bursa Efek Indonesia.
2. Diduga IDJA mempunyai pengaruh negatif terhadap IHSG Bursa Efek
Indonesia.
3. Diduga STI mempunyai pengaruh positif terhadap IHSG Bursa Efek
Indonesia.
Kurs USD
IDJA
STI
IHSG
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang
kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulanya, artinya penelitian
yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
angka, dengan menggunakan metode penelitian ini menghasilkan kesimpulan
yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
3.2 Sumber Data
Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa
sesuatu yang dianggap atau anggapan, atau suatu fakta yang digunakan lewat
angka, simbol, kode dan lain-lain. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
data sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, yang dapat
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.
Dalam penelitian ini, data sekunder berupa data kurs dollar yang diperoleh
dari http://www.bi.go.id, Data IDJA, STI, dan IHSG diperoleh dari
http://www.yaho.finance.com.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini akan digunakan melalui beberapa metode pengumpulan data,
antara lain sebagai berikut :
a. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan
membaca atau mempelajari berbagai macam literatur dan tulisan ilmiah
yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Observasi
Suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan secara
sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.
1. Observasi Pasif
Penelitian dilaksanakan dengan cara mengadakan penelitian di Bursa
Efek Indonesia melalui website yahoo finance.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kegiatan mengumpulkan, menyusun dan mengolah
dokumen-dokumen yang mencatat semua aktivitas manusia dan yang
dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan dan penerangan
mengenai berbagai soal.
3.4 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda lainnya (Sugiyono, 2010 :
115). Populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga saham di seluruh
dunia. Hampir seluruh negara di dunia mempunyai bursa efek.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010 : 81). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu dengan menetapkan
beberapa criteria untuk menyaring populasi menjadi sampel. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG yang terdaftar di BEI. Kriteria
pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Merupakan yang menggunakan harga saham seluruh perusahaan emiten
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif time series (runtut
waktu).
3. Data yang diambil adalah data bulanan periode 2010-2014.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian
(arikunto, 1998:111). Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan
tiga variabel independen. Variabel independen atau variabel bebas (X) berupa
kurs dollar, DJIA, dan STI. Variabel dependen atau variabel terikat (Y) berupa
Indeks Harga Saham Gabungan.
3.6 Definisi Operasional Variabel
3.6.1 Kurs Dollar (X1)
Kurs atau nilai tukar adalah harga yang relatif suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah kurs tengah (middle rate) antara kurs jual dan kurs beli mata
uang nasional terhadap mata uang asing yang ditetapkan oleh bank
Indonesia pada suatu saat tertentu. Rumus perhitungan nilai tengah
Bank Indonesia adalah :
Nilai Tengah = Kurs Jual + Kurs Beli
2
3.6.2 Dow Jones Industrial Average (X2)
DJIA merupakam price weighted average dari 30 saham perusahaan
blue chip yang secara umum menjadi pemimpin di dalam industri
amerika serikat. Berdasarkan Guide To The Dow Jones Global Total
Stock Market Indexes (CME Group, 2012:16). Rumus perhitungan
dow jones industrial average adalah :
3.6.3 Straits Times Index (X3)
Sti adalah sebuah indeks pasar saham berdasarkan kapitalisasi yang
digunakan untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari 30
perusahaan terbesar di pasar saham singapura dan sebagai indikator
utama dari kinerja pasar singapura. Berdasarkan ground rules for the
management of the ftse st index series version 2.2 october 2012 (ftse,
et. al., 2012:20). Rumus perhitungan Straits Times Index adalah :
3.6.4 Indeks Harga Saham Gabungan (Y)
Ihsg di bursa efek Indonesia dihitung dengan menggunakan value
weighted berdasarkan nilai (value) kapitalisasi pasar. Perhitungan ihsg
mencakup seluruh saham yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Rumus perhitungan ihsg (jogiyanto, 2009:102) adalah :
3.7 Teknik Anlisis Data
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam penelitian dimana data yang
telah diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan kemudahan dalam
pemahaman dan interprestasi data. Teknik analisis data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif membahas mengenai cara pengumpulan data,
penyederhanaan angka-angka pengamatan yang diperoleh (meringkas dan
menyajikan) serta melakukan pengukuran pemusatan dan penyebaran
untuk memperoleh informasi yang lebih menarik, berguna dan lebih
mudah dipahami. Tujuan penggunaan analisis deskriftif ini adalah
mengetahui adanya pengaruh kurs rupiah per dollar AS, Dow Jones
Industrial Average (IDJA) dan Straits Times Index (STI) terhadap IHSG di
BEI sehingga dapat dinilai dan di bandingkan dengan penelitian
sebelumnya dan disesuaikan dengan teori yang telah ada.
2. Analisis Statistik
Analisis statistik pada penelitian ini antara lain :
a) Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi
yang digunakan benar-benar menunjukan hubungan yang signifikan
dan representatif. Jenis uji asumsi klasik yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak.
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat apakah model
regresi yang digunakan atas korelasi antara variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya bebas multikolinearitas atau tidak
terjadi kolerasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance
Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1
atau nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak
terjadi multikolinearitas pada data yang akan di olah.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi pada model ini akan digunakan uji Durbin-Watson
(DW-Test). Jika nilai DW-Test lebih lebih besar dari batas atas
(du), maka tidak terjadi autokorelasi. Untuk menguji autokorelasi
dalam penelitian ini digunakan statistik d dari Durbin-Watson
(DW test) dimana angka-angka yang diperlukan dalam metode
tersebut adalah dL (angka yang diperoleh dari tabel DW batas
bawah), dU (angaka yang diperoleh dari tabel DW batas atas), 4-
dL dan dU. Jika nilainya mendekati 2 maka tidak terjadi
autokorelasi, sebaliknnya jika mendekati 0 atau 4 terjadi
autokorelasi (+/-).
Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terjadi kesamaan variance atau residual satu pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
kepengamatan lain tetap, maka disebut heteoskedatisitas,
sebaliknya jika tetap disebut Homokesdatisitas. Dasar analisis
yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedatisitas adalah
sebagai berikiut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi
heterokesdatisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskerdatisitas.
b) Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi bergsnda bertujuan untuk meramalkan pengaruh dua
variabel prediktor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau
untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua
buah variabel bebas (X) atau lebih dari sebuah variabel terikat (Y).
Dalam penelitian ini analisis tersebut digunakan untuk mengetahui
pengaruh kurs rupiah per dollar AS, Dow Jones Industrial Average
(IDJA) dan Straits Times Index (STI) terhadap IHSG di BEI. Seberapa
besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung
dengan persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e
Keterangan :
Y = IHSG sektor pertambangan
a = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi Berganda
X1 = Kurs Rupiah
X2 = Dow Jones Industrial Average (IDJA)
X3 = Straits Times Index (STI)
e = Standart Error
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat
analisa statistik berupa uji t dan uji F.
1. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara individu masing-
masing variabel bebas dalam penelitian mempunyai pengaruh
terhadap variabel terikat dalam penelitian. Dasar pengambilan
keputusan adalah : Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan
t atau p value < 5%.
2. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Dasar pengambilan keputusan adalah : Ho ditolak atau Ha diterima
jika signifikan F atau p value < 5%.
Recommended