View
228
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kolokium Program Studi Desain Interior Universitas Tarumanagara
1. PengertianKolokium Desain Interior merupakan Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB)
tingkat akhir yang dilaksanakan dalam batasan waktu, tempat dan standar
akademik yang ketat. Kolokium Desain Interior merupakan bagian
persiapan memasuki tahap akhir dari proses belajar mahasiswa dalam
perancangan proyek desain interior. Kolokium Desain Interior merupakan
tahap perencanaan Konsep Programatik yang meliputi pengumpulan data
dan analisa data sebagai penelusuran masalah (problem seeking) desain
fasilitas publik yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan
proyek di mata kuliah Tugas Akhir.
2. Tujuan MKSetelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu melakukan
penelusuran masalah dengan metode programming, sehingga mampu
berfikir analitis, logis, obyektif dan mampu mempertanggung-jawabkan
secara ilmiah melalui latihan (drill) secara mandiri dan komprehensif.
3. Metode Kajian Kolokium / Pra-TAMata Kuliah Kolokium merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tugas
Akhir. Materi Mata Kuliah Kolokium merupakan penyusunan Konsep
Programatik yang meliputi pengumpulan data dan analisa data sebagai
penelusuran masalah (problem seeking) desain fasilitas publik yang
digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah (problem solving)
perancangan proyek di mata kuliah Tugas Akhir.
Agar tujuan proses belajar mengajar dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, maka dibutuhkan metode baku yang telah didefinisikan secara
jelas dan sistematis untuk diterapkan dalam pelaksanaan MK kolokium dan
tugas akhir.
1
Tahap proses desain menggunakan metode perancangan yang terdiri dari:
tahap programming, tahap space planning (sintesa masalah) dan tahap
pengambilan keputusan (design). Agar pelaksanaan setiap tahap proses
dapat dikaji secara obyektif, rasional dan ilmiah maka tahap programming
dilaksanakan di MK Kolokium, sedangkan tahap space planning (sintesa
masalah) dan tahap pengambilan keputusan (design) dilaksanakan di MK
Tugas Akhir. Tahapan proses desain diatas juga digunakan sebagai acuan
untuk evaluasi dan memonitor bimbingan asistensi kemajuan pelaksanaan
pekerjaan materi MK klokium dan tugas akhir mahasiswa.
Diagram I: Kerangka Berfikir
Pengertian Konsep Programatik dan Konsep Desain Konsep Programatik (programmatic concept)
adalah suatu bentuk persyaratan mengenai bagaimana suatu
masalah dapat dipecahkan, atau suatu kebutuhan dapat terpenuhi.
Konsep Desain (design concept)
adalah tanggapan fisik tertentu tentang bagaimana suatu konsep
programatik dapat dikembangkan ( Ballast, 1992:33).
4. Persyaratan akademik mengikuti mata kuliah Kolokium:- Peserta kuliah telah lulus mata kuliah Seminar
- Peserta kuliah telah lulus mata kuliah Metodologi Penelitian
- Peserta kuliah telah lulus mata kuliah Metodologi Desain Interior
- Peserta kuliah telah lulus mata kuliah Desain Interior I s/d Desain
Interior V
- Peserta kuliah telah lulus mínimum 120 SKS
5. Judul / Topik Kajian KolokiumJudul / topik kajian kolokium adalah desain interior bangunan fasilitas publik
(Public Facilities) yang memiliki kompleksitas tinggi baik organisasi ruang,
pemakainya, maupun bobot kajian filosofinya.
Secara umum, fasilitas publik (Public Facilities) tersebut memiliki bobot
kajian filosofi yang dikaitkan dengan budaya, gaya hidup atau realitas
kebudayaan yang berkembang di masyarakat.
Secara khusus, fasilitas publik (Public Facilities) tersebut dapat dikaji salah
satu bagiannya secara khusus dan dikembangkan dalam konsep desain yang
sistemik.
Lingkup topik kajian Kolokium:Adapun ruang lingkup topik yang bisa diambil sebagai proyek Tugas Akhir,
mengacu pada Pengelompokan Tipologi Fungsi Bangunan sbb:
a. Sarana Perumahan dan Pemukiman (Residential)* Rumah Dinas Gubernur, Walikota, Wisma Indonesia di negara
Sahabat.
b. Sarana Pendidikan (Educational)Sekolah dengan jenjang pendidikan yang terintegrasi (Taman Kanak
kanak s / d SLTA), Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta (Iptek, Seni
dsb.) , Pusat Pengembangan Potensi Anak, SPLB., Planetarium
c. Sarana Kesenian dan Kebudayaan (Cultural)Museum, Perpustakaan, Teater, Community Theaters, Auditorium,
Amphitheaters, Music Facilities. Cultural Center
d. Sarana Kesehatan dan Kesejahteraan (Health)Rumah sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, Pusat Rehabilitasi, Pusat
Kesehatan Mental, panti werda
e. Sarana Keagamaan dan Peribadatan (Religious) Islamic Center, Catholic Center, Budhist Center, Masjid, Gereja Vihara,
Synagog.
f. Sarana Perkantoran (Govermental and Public Buildings) City and town halls, Courthouses, Fire Stations, Kantor Pemerintah,
Kantor Swasta, Police Stations, Jails and Prisons, Incinerator Plants,
Kedutaan Besar, Bank, Stasiun Televisi Nasional / Swasta dsb.
g. Sarana Bisnis dan Komersial (Commercial)Shopping Centers, Mall, Super Blocks, Supermakets, Hotel, Motel,
Restoran
h. Sarana Transportasi (Transportation)Airport dan Terminal, Terminal ferry, Stasiun MRT, Stasiun terpadu
dsb.
i. Sarana Hiburan dan Rekreasi (Recreation and Entertainment) Gedung Bioskop, Club House, Golf Courses, Pusat Informasi,
6. Prosedur Pelaksanaan MK Kolokiuma. Mengajukan 3 (tiga) alternatif judul /topik kepada Koordinator Kolokium
b. Mengajukan 2 (dua) alternatif denah arsitektur yang memiliki relevansi
dengan judul / topik
c. Proses Evaluasi progres pelaksanaan Kolokium Program Studi Desain
Interior dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu:
Evaluasi IEvaluasi pertama dilaksanakan oleh pembimbing masing-masing
Prasyarat Evaluasi I:
Materi telah melalui konsultasi (asistensi) dengan pembimbing minimal 2
kali.
Materi Evaluasi I:
Mengevaluasi tahap pengajuan proposal kajian kolokium dan
pengumpulan data literature dan survey lapangan yang tertuang dalam
kerangka berfikir, terdiri dari:
a. Mengevaluasi hasil studi literature dan studi lapangan (studi banding)
foto-foto pengamatan lapangan / studi banding (3 lokasi berbeda).
b. Penelusuran Masalah (pengertian, definisi, pengertian tambahan,
lingkup kajian)
c. Pengenalan Masalah (latar belakang permasalahan; tujuan
perencanaan; tuntutan waktu, tempat, ekonomi; klasifikasi proyek)
d. Kriteria / data proyek yang paling relevan (profil perusahaan/lembaga;
organisasi; pelayanan; kebutuhan aktifitas dan fasilitas; persyaratan
spatsial dan fungsional; persyaratan kondisional; peraturan pemerintah
dan ketentuan hukum lainnya)
e. Kendala / data fisik (tapak/site; arsitektur; interior; potensi daerah;
dampak terhadap lingkungan fisik; dampak terhadap lingkungan non-
fisik)
Evaluasi IIEvaluasi kedua dilaksanakan oleh pembimbing:
Prasyarat Evaluasi II:
Materi telah melalui konsultasi (asistensi) dengan pembimbing minimal 3 kali.
Materi Evaluasi II:
a. Mengevaluasi hasil perbaikan dan kelengkapan materi evaluasi I
b. Analisa masalah dalam bentuk image chart, skema/diagram (studi citra
/ image; studi potensi lingkungan / tapak; studi arsitektur; studi
fungsi, jumlah, besaran ruang; studi organisasi ruang; studi pola
sirkulasi; studi persyaratan ruang; studi kebutuhan fasilitas; studi
material dan warna)
c. Merumuskan pedoman desain (kriteria umum perencanaan; kriteria
organisasi ruang; kriteria lay-out furniture; kriteria pola sirkulasi; kriteria
Ergonomi; kriteria keamanan; kriteria material dan warna).
d. Menyusun draft final Laporan Kolokium
Ujian Akhir Kolokiummerupakan forum ujian secara komprehensif yang dilaksanakan oleh tim
penguji yang terdiri dari 2 orang evaluator yang merupakan dosen
pembimbing mahasiswa MK Kolokium yang lain dan 2 orang
pembimbing mahasiswa peserta MK Kolokium ybs. agar menambah
masukan dan menjamin obyektifitas dalam penilaian.
7. Ketentuan Laporan KolokiumBerbentuk laporan tertulis yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah penulisan
ilmiah dan mengikuti sistematika pembahasan berdasarkan metode
programming (penelitian by design)
Programming adalah melakukan analisa masalah (problem analysis), sedangkan design adalah sintesa masalah (problem synthesis) ( Ballast, 1992:33).
Programming adalah proses perencanaan yang meliputi pengumpulan data dan informasi mengenai suatu masalah untuk dianalisa, dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas untuk menghasilkan
landasan desain. Menetapkan suatu masalah terlebih dahulu sebelum sebuah solusi dilakukan ( Ballast, 1992:33).
Programming adalah penelusuran masalah (problem seeking), sedangkan desain adalah pemecahan masalah (problem solving) (Peña,1978:18).
Penyusunan laporan kolokium harus memenuhi ketentuan sbb.:
- Draft Laporan Kolokium sudah melalui proses asistensi / konsultasi
pembimbing.
- Draft Laporan Kolokium dikerjakan sesuai dengan kaidah penulisan
ilmiah.
- Draft final Laporan Kolokium diserahkan sebelum UAS berlangsung
sebagai salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi.
- Format dan warna cover laporan harus sesuai dengan ketentuan
pedoman pengantar MK Kolokium.
Mengacu pada metode programming yang digagas oleh William Pena dalam
buku yang berjudul Problem Seeking (Ballast, 1992:33), yaitu proses lima
tahap programming:
1. Menentukan sasaran / tujuan
2. Mengumpulkan fakta – fakta
3. Menjabarkan dan menguji konsep
4. Menentukan kebutuhan dan
5. Merumuskan masalah
Namun untuk sistematika penulisan Laporan Kolokium / Pra TA dilakukan
penyesuaian dengan struktuktur penulisan karya ilmiah sebagai berikut:
COVER (Lihat aturan yang berlaku)
JUDUL TOPIK KOLOKIUM / Pra-TA Nomor, nama matakuliah, semester-tahun. Nama & NIM Peserta Nama Lengkap (dan gelar) Pembimbing Logo Universitas Nama Program Studi, Fakultas, Universitas, Tahun.
LEMBAR PENGESAHAN (Lihat aturan berlaku)Berisi : JUDUL TOPIK KOLOKIUM / Pra-TA Nomor, nama matakuliah, semester, tahun Nama & NIM peserta Nama, Tandatangan, Tanggal : Pembimbing 1(& 2), Ketua program
Studi / Koordinator Kolokium.
Halaman & Daftar Halaman judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Pengantar (untuk apa laporan ini dibuat dan ucapan terimakasih
hanya kepada yang berhubungan akademis) Abstrak (Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan, Metode, Manfaat,
Kata kunci) Daftar Isi (Angka Judul.......... halaman ) Daftar Tabel (Tabel III.1; Judul, Sumber,halaman ) Daftar Gambar (Gambar III.1; Judul, Sumber, halaman ) Daftar Istilah Daftar Lampiran
KATA PENGANTAR (Satu halaman saja)Berisi :
Maksud penulisan laporan ini. Rasa syukur kepada Tuhan YME. Ucapan terimakasih kepada secukupnya, Academically Related
terutama pembimbing 1 & pembimbing 2, Ketua Program Studi Sebutkan nama dan gelarnya dengan benar.
Permohonan maaf secukupnya. Kota dan tanggal, Penulis
Abstrak (Tidak lebih dari 300 kata) Latarbelakang, permasalahan yang masih ada, cara pengumpulan
data, konsep dan strategi perancangan, manfaat hasil rancangan terutama untuk mengatasi permasalahan.
Kata kunci
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan
(Kejadian, fenomena dan mengapa masalah tersebut diambil sebagai
topik perancangan)
1.2 Rumusan Masalah Perencanaan Seperti halnya penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan
masalah, maka pertanyaannya standar yaitu berkenaan dengan what,
who, why, where, when, dan how-nya obyek penelitian.
Dalam rumusan masalah perencanaan berangkat dari pertanyaan-
pertanyaan yang dijawab pada penentuan sasaran/tujuan
perencanaan, di tahap awal programming yang berisi uraian masalah-
masalah dalam perencanaan dan akan dipecahkan dalam desain
interiornya, sebagai contoh:
a. Bagaimana tema desain dapat diimplementasikan kedalam desain
interior.
b. Bagaimana citra lembaga/perusahaan dapat diterjemahkan ke
dalam desain interior.
c. Bagaimana organisasi dan atau pelayanan lembaga / perusahaan
dapat diterjemahkan ke dalam desain interiornya.
d. Bagaimana program aktifitas pemakai dapat terpenuhi dalam
desain program ruang.
Setiap proyek dapat memiliki fokus masalah yang berbeda untuk
diuraikan sebagai identifikasi masalah perancangan.
Sebagai contoh Rumusan Masalah Perencanaan untuk kajian kolokium proyek museum:
Rumusan masalah perencanaan diuraikan berdasarkan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan interior museum dapat menampilkan citra
benda koleksinya dan juga sesuai dengan citra lembaga
pengelolanya.
2. Bagaimana menguraikan program aktivitas yang dilakukan
pengunjung dan staff di dalam museum.
3. Bagaimana menentukan program ruang yang sesuai dengan
persyaratan dan kebutuhan Museum Kretek.
4. Bagaimana menyusun tata letak benda koleksi yang sesuai dengan
alur cerita/scenario yang direncanakan.
5. Bagaimana merencanakan pola alur sirkulasi yang memenuhi kriteria
antropometri dan sesuai dengan alur cerita/scenario yang
direncanakan.
6. Bagaimana merencanakan display fixture yang sesuai dengan
program penempatan benda koleksi museum.
7. Bagaimana merencanakan system tata cahaya buatan yang sesuai
fungsi dan tidak merusak benda koleksi museum.
8. Bagaimana merencanakan tata udara dan akustik yang sesuai
persyaratan dan kebutuhan museum.
1.3 Ruang Lingkup Proyek Perencanaan Uraian demarkasi permasalahan perancangan dan intensitas
hubungan yang ingin diselesaikan sebagai karya desain interior.
1.4 Tujuan Perencanaan Sesuai dengan tahap awal dari proses lima tahap programming yaitu
Menentukan sasaran / tujuan yang juga Menjawab Permasalahan
perencanaan:
a. Untuk dapat diimplementasikan tema desain ke dalam desain
interior.
b. Untuk menterjemahkan citra lembaga/perusahaan ke dalam desain
interiornya.
c. Untuk menterjemahkan organisasi dan atau pelayanan lembaga /
perusahaannya ke dalam desain interiornya.
d. Untuk dapat memenuhi program aktifitas pemakai ke dalam
program ruang desain interiornya.
Contoh Tujuan Perencanaan untuk kajian kolokium proyek museum:1. Untuk merencanakan interior museum yang dapat menampilkan citra
benda koleksinya dan juga sesuai dengan citra lembaga
pengelolanya.
2. Untuk mengetahui program aktivitas yang dilakukan pengunjung dan
staff di dalam museum.
3. Untuk menentukan program ruang yang sesuai dengan persyaratan
dan kebutuhan Museum Kretek.
4. Untuk menyusun tata letak benda koleksi yang sesuai dengan alur
cerita/scenario yang direncanakan.
5. Untuk merencanakan pola alur sirkulasi yang memenuhi kriteria
antropometri dan sesuai dengan alur cerita/scenario yang
direncanakan.
6. Untuk merencanakan display fixture yang sesuai dengan program
penempatan benda koleksi museum.
7. Untuk merencanakan system tata cahaya buatan yang sesuai fungsi
dan tidak merusak benda koleksi museum.
8. Untuk merencanakan tata udara dan akustik yang sesuai
persyaratan dan kebutuhan museum.
1.5 Metode Programming Meliputi pengumpulan data dan informasi mengenai suatu masalah
untuk dianalisa, dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas untuk
menghasilkan landasan desain.
1.6 Sistematika Penulisan
(Gambaran singkat tiap bab penulisan laporan Kolokium)
BAB II DASAR PEMIKIRAN (Berisi Tinjauan Teori & Data Proyek)
Menjelaskan teori atau dasar pemikiran apa yang dipakai sebagai pijakan
untuk menganalisis / menguraikan masalah yang diteliti. Biasanya uraian dari
studi pustaka, berkaitan dengan definisi-definisi dan definisi tambahan yang
dikemukakan para ahli. Misalnya topik kajian proyek “ Perencanaan Interior
Hotel Bintang Lima di Jakarta”: Maka dicari landasan teori yang berkaitan
dengan unsur definisi hotel, klasifikasi hotel secara umum, khusus,
persyaratan-persyaratan teknis dan non teknis dsb.
2.1 Tinjauan umum:
Pengertian
Teori (kompilasi teori-teori yang disebut pada sub-bab kerangka teori)
Sejarah singkat (bila diperlukan)
Aspek Yuridis formal (bila ada)
2.2 Tinjauan khususData spesifik yang berkaitan dengan topik proyek yang akan dibahas:
Profil Lembaga / Perusahaan
- Visi, Misi, Filosofi Perusahaan
- Jenis Usaha /Pelayanan
- Sejarah (bila perlu)
Organisasi
- Struktur Organisasi / Hierarki
- Jumlah Personil dan deskripsi kerja
- Tata alur kerja dan hubungan kerja
Pelayanan
- Prosedur
- Persyaratan-persyaratan
Kebutuhan aktifitas dan fasilitas yang paling signifikan (berupa data,
bukan hasil analisis)
Persyaratan spatsial / standar arsitektur-interior
Persyaratan Fungsional
- Ergonomi
- Fire Safety, Security, Humadity
Persyaratan Kondisional
- Sosial, Adat Budaya, Politik, Ekonomi
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Hukum lainnya. Sebagai
contoh: untuk mendirikan sebuah rumah swasta di Indonesia,
pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Kesehatan
mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Rumah Sakit. Apabila
data yang spesifik tidak ditemukan di literatur, maka data tersebut
dapat mengadopsi dari data empiris yang diperoleh dari hasil survey
lapangan (hasil survey tipologi). Contoh: topik kajian proyek
”Perancangan Interior Rumah Sakit Taruma di Jakarta”, karena dalam
literatur tidak dijumpai struktur organisasi lembaga yang relevan
dengan topik diatas, maka dapat menggunakan data hasil survey
tipologi yang relevan dengan kelas rumah sakit yang akan dirancang.
BAB III ANALISA MASALAHBerisi Analisa masalah perancangan yang meliputi:
Analisa citra / image (visual / non visual)
Analisa potensi lingkungan / tapak
Analisa program aktifitas
Analisa kebutuhan fasilitas
Analisa fungsi dan besaran ruang
Analisa organisasi ruang
Analisa persyaratan ruang
Analisa pola sirkulasi
Analisa material dan warna
BAB IV PEDOMAN DESAINBerisi uraian konsep perancangan yang Meliputi:
Konsep umum perencanaan
Konsep organisasi ruang (zoning, blocking)
Konsep lay-out (perletakan furniture)
Konsep pola sirkulasi (horizontal-vertikal)
Konsep dinding (wall treathment, balustrade, dsb)
Konsep langit-langit
Konsep furniture
Konsep material dan warna
Konsep fisika bangunan / pengkondisian ruang (lighting, thermal,
akustik)
Konsep keamanan (terhadap pencurian, kebakaran, dsb)
Contoh Pedoman Desain:
BAB IVPEDOMAN DESAIN
A. Konsep Umum Perencanaan1. Konsep Citra
Berdasarkan analisis pada tabel 3.1, maka citra yang ingin
ditampilkan pada perancangan desain interior Museum Kretek
adalah Museum Kretek sebagai sebuah museum yang smart,
dengan menggunakan banyak elemen interaktif dan penyajian
suasana menggunakan stimulasi pada panca indera manusia.
Museum Kretek selain menjadi sebuah museum yang smart
juga menampilkan berbagai hasil karya seni lokal sehingga bukan
hanya menjadi kebanggaan masyarakat Kudus, namun juga menjadi
sebuah cerminan budaya bagi wisatawan domestik maupun
mancanegara.
2. Konsep Tema
Dalam perancangan Museum Kretek, pemilihan tema dalam
perancangan dilakukan dengan beberapa pertimbangan mengenai
kretek dan budayanya, antara lain :
a. Kretek merupakan sebuah karya seni yang sangat kompleks. Terdiri
dari paduan puluhan jenis tembakau dengan berbagai resep rahasia
perusahaan rokok. Varietas tembakau Indonesia yang sangat
beraneka ragam dan kompleks menjadi salah satu penyebab
fenomena ini.
b. Budaya kretek yang telah lama ada dalam jiwa rakyat Indonesia,
bahwa kretek telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang
tidak dapat terlepas, dan hingga masa mendatang pun kretek akan
tetap menjadi sesuatu yang lumrah.
c. Kretek sebagai warisan budaya yang eksklusif, tidak terlepas dari
sejarah penemuannya di kota Kudus dan pengadaan pabrik rokok
komersil pertama di Kudus.
Dengan pertimbangan yang telah disebutkan di atas, maka pemilihan
tema yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah
” Art and Local Heritage”
Art – Berarti seni, tema ini diambil berdasarkan kenyataan bahwa kretek
itu sendiri merupakan sebuah karya seni. Kata kunci ini diwujudkan
dengan pengadaan sentuhan karya-karya seni yang berpadu dengan
interior museum, seperti karya seni untuk mengisi void, atau
pengaplikasian desain-desain grafis dalam interior.
Gambar 4.1 Contoh Aplikasi Desain Grafis dalam Interior
Local Heritage – Heritage memiliki arti warisan budaya. Kata kunci ini
diwujudkan dengan pengaplikasian elemen-elemen tradisional khas kota
Kudus dan sekitarnya.
Gambar 4.2 Contoh Aplikasi Budaya Kudus dalam Interior
3. Konsep Suasana
Suasana yang ingin ditampilkan dalam desain interior Museum
Kretek adalah :
1) Fokus
Fokus berarti perhatian pengunjung selalu terfokus pada cerita
dan benda-benda koleksi museum. Pengunjung akan lebih
merasa tertarik untuk menikmati koleksi museum dan menikmati
alur ceritanya.
Gambar 4.3 Suasana yang Terfokus pada Benda Koleksi
2) Atraktif
Atraktif berarti pengunjung selalu tertarik untuk menelusuri
Museum Kretek lebih dalam lagi, dan tidak bosan menikmati
koleksi museum. Untuk menciptakan suasana yang terus menarik
pengunjung, maka area-area sub pada ruang pameran tetap
dibuatn tematik sesuai dengan topik masing-masing bagian.
Dengan adanya perbedaan daya tarik pada setiap ruang,
pengunjung akan selalu ingin mengunjungi area berikutnya.
3) Interaktif
Museum Kretek banyak menggunakan media interaktif. Media
interaktif melibatkan interaksi pengunjung sehingga informasi
yang diberikan tidak membosankan dan sangat menarik.
Gambar 4.4 Suasana yang Interaktif
B. Konsep Organisasi RuangPengorganisasian ruang secara umum dalam Museum Kretek
dibagi menurut fungsinya, dengan pembagian sebagai berikut :
1. Area Penerima
4) Lobby
5) Resepsionis
6) Area tunggu
2. Area Leisure
a. Cafe
b. Restoran
3. Area Edukasi
a. Perpustakaan
b. Amphitheatre
c. Auditorium kecil
d. Auditorium besar
4. Area Pameran
a. Area pameran tetap
b. Area pameran temporer
5. Area Penunjang
a. Area workshop
b. Toko buku
c. Toko souvenir
6. Area Pengelola
a. Kantor pengelola museum
b. Kantor pengelola perpustakaan
7. Area Service
a. Laboratorium konservasi
b. Ruang petugas kebersihan
c. Ruang security
d. Janitor
150
C. Konsep Layout Pendekatan directed approach diaplikasikan pada museum agar
pengunjung dapat menikmati setiap koleksi museum sesuai alur
cerita tanpa ada yang terlewat dan tidak memungkinkan pengunjung
untuk melalui tempat yang sama dua kali sehingga tidak
membosankan dan membingungkan bagi pengunjung.
Gambar 4.5 Directed Approach (Sumber : David Dean, 1994:24)
Peletakkan furniture pada setiap area pameran adalah linear
dengan pengaturan benda pameran secara acak namun terarah.
Peletakkan furniture linear dipilih agar pengunjung dapat langsung
terarah menuju area berikutnya, namun peletakkan benda koleksi
dibuat acak agar tidak membosankan, sehingga pengunjung dapat
memilih koleksi yang ingin dilihat lebih dahulu pada setiap sub area.
D. Konsep Pola Sirkulasi1. Konsep Pola Sirkulasi Horizontal
Pola sirkulasi horizontal bangunan secara umum adalah
radial, karena bentuknya yang melingkat. Namun pola sirkulasi
area koleksi yang digunakan adalah linear mengikuti alur
melingkat bangunan, dengan tujuan agar pengunjung lebih
terarah, dapat melalui seluruh rangkaian koleksi dengan
sistematis, dan pengunjung lebih konsentrasi terhadap koleksi-
koleksi yang dihadirkan, bukan konsentrasi untuk memilih jalur
sirkulasi.
Diagram 4.1 Pola Sirkulasi Horizontal Museum Kretek
2. Konsep Pola Sirkulasi Vertikal
Pola sirkulasi vertikal dalam museum menggunakan ramp.
Ramp membuat pengunjung dapat terus berjalan mengikuti alur
koleksi yang dipamerkan tanpa terputus, namun pertimbangan
lainnya adalah harus terdapat cukup area untuk duduk, karena
jenis sirkulasi ini dapat menyebabkan kelelahan bagi pengunjung.
Selain ramp, sirkulasi vertikal dalam museum juga didukung
dengan elevator untuk mendukung sirkulasi barang dan orang
cacat, dan didukung pula oleh tangga untuk sirkulasi yang lebih
cepat dan mudah antar lantai.
Diagram 4.2 Jalur Sirkulasi Vertikal pada Museum Kretek
E. Konsep FurniturePada perancangan Museum Kretek, furniture yang akan
digunakan disesuaikan dengan fungsi dan tema setiap area. Fasilitas
dalam museum harus dapat memenuhi setiap kebutuhan aktivitas,
baik pengunjung maupun pengelola museum. Hal ini dilakukan untuk
mencapai kenyamanan dalam melakukan aktivitas.
Mengingat tema ruang yang berbeda-beda, maka konsep
furniture dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Area Lobby / Resepsionis
Untuk mencerminkan citra yang kontemporer dengan
sentuhan ukiran lokal, maka furniture yang digunakan pada area
lobby dan resepsionis adalah furniture yang bergaya
konsemporer dengan ukir-ukiran.
Gambar 4.6 Meja Resepsionis Kontemporer
Gambar 4.7 Ukiran Lokal Kudus
2. Area Pameran Tetap (Sub Area Bahan Baku)
Area ini mencerminkan citra tradisional dan sederhana.
Oleh karena itu material yang menonjol pada area ini adalah
material-material yang juga sederhana dan akrab di mata
masyarakat Kudus, yaitu kayu dan anyaman bambu dan pelepah
pisang. Material ini tentunya juga mempengaruhi material yang
digunakan pada furniture.
Gambar 4.8 Vitrine
Gambar 4.9 Vitrine Island
Gambar 4.10 Vitrine dalam Dinding
Gambar 4.11 Papan Informasi
Gambar 4.12 Keranjang-Keranjang Untuk Memajang Bahan
Baku
F. Konsep Material dan Warnaa. Area Lobby dan Resepsionis
Untuk mencapai citra dan suasana yang diinginkan, maka
material-material yang digunakan bernuansa abu-abu dengan
sentuhan ukiran kayu lokal berwarna coklat tua.
Material lantai menggunakan material yang kuat dan mampu
menahan beban sirkulasi yang tinggi. Sedangkan material dinding
dipilih yang menverminkan citra Museum Kretek yang membawa
hasil karya lokal (ukiran), dan diterapkan pada interior yang lebih
modern. Warna abu-abu dipilih sebagai warna yang mendominasi
dinding, namun diberi aksen-aksen ukiran kayu lokal. Material
plafon menggunakan gypsum dengan finishing cat tembok.
b. Area Pameran Tetap
Material pada area pameran tetap berbeda-beda tergantung
pada sub area, karena masing-masing sub area menampilkan
temanya sendiri.
Area introduction menggunakan warna gelap dari lantai
hingga plafon, hanya terfokus pada karya-karya seni yang
menggambarkan budaya kretek, dan memberi kesan misterius.
Sedangkan material lantai pada area bahan baku
menggunakan hardwood flooring untuk menampilkan suasana
yang sederhana, dan dindingnya menggunakan kombinasi cat
tembok warna krem dengan anyaman pelepah pisang. Plafonnya
menggunakan gypsum dengan finishing cat tembok dan border
yang terbuat dari kayu.
Lampiran Lampiran A: Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang
membantu penyusunan Laporan Kolokium ini, Yang tidak
tersebutkan dalam pengantar
Lampiran B : Wawancara dengan Pakar Perhotelan ...........
Lampiran C: Tabel Analisis Program Aktifitas, Fasilitas dan
Kebutuhan Ruang ............
Lampiran D: ............
Daftar PustakaI. Pustaka Utama
.Akiyama, Jiro, Small & Luxury Hotels as a Home, Process Architecture Co. Ltd., Japan, 1993
Lawson, Fred, Hotels & Resorts, Planning, Design and Refurbishment, Architectural Press, Oxford,1999.
Rutes, Walter A, Hotel Planning and Design, A guide for Architects, Interior Designer, and Hotel executives, The Architectural Press, London, 1988.
II. Pustaka Sekuder Ching, Francis DK, Interior Design Illustrated, , Van Nostrand
Reinhold, 1985. Reznikoff, S. C.,Interior Graphic and Design Standards, Whitney
Library of Design, New York, 1986. Mc. Guinnes, Stein, Reynolds, Mechanical and Electical Equipment
for Buildings, 6th ed., John Wiley & Sons, Inc., Singapore, 1981.
III. Pustaka Metodologi Pena, William, Problem Seeking, Washington D.C., AIA Press.
1989. Ballast, David K., A.I.A, Interior Design Reference Manual,
Professional Publications, Inc. Belmont, CA, 1992.
IV. Jurnal,majalah: Marga, Nama, (Tahun), Judul tulisan, nama jurnal/majalah, volume,
halaman
V. Website: Marga, Nama, Judul tulisan,www.............., tanggal dan jam diunduh
8. Deviasi PenilaianPenilaian berlandaskan pada pertimbangan yang rasional, obyektif dan
proporsional.
- Bobot nilai evaluasi I adalah 30 %;
- bobot nilai evaluasi II adalah 30 %;
- bobot laporan kolokium dan powerpoint presentasi adalah 30 %;
- bobot asistensi laporan Kolokium adalah 10 %
Nilai Akhir............. : A Sangat Baik
............. : B Baik
............. : C Cukup
............. : D Kurang
............. : E Tidak Lulus
PENYAJIAN TULISAN LAPORAN
Kertas A4, 80 gr (21,5 x 29,5 Cm)
Huruf : Times New Roman atau Palatino Linotype, ukuran 12 point.
Margin kiri dan atas: 4 Cm, margin kanan dan bawah: 3 Cm.
Kata-kata asing dicetak miring
Dibelakang kutipan ditulis sumbernya,
contoh : (Ballast, 1992 : Hal.18)
Daftar pustaka disusun menurut abjad, contoh: kalau nama orang
asing yang ditulis nama keduanya dahulu, sedangkan nama orang
indonesia ditulis utuh. Judul buku, nama penerbit,kota penerbit dan
tahun penerbit. Contoh:Ballast, David K., A.I.A, Interior Design
Reference Manual, Professional Publications Inc., Belmont, CA,
1992.
Hafidh indrawan Page 15 5/14/2023
Recommended