View
58
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
RESPONSI
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
Pembimbing
dr. Ekko Suhito Suta, Sp.BA
Penulis :
Dwi Cipta Hermawan 2008.04.0.0098
ILMU KEDOKTERAN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH
RSAL DR RAMELAN SURABAYA
2015
RESPONSI ILMU PENYAKIT BEDAHPembimbing : dr. Ekko Suhito Suta Sp.BA
Penyusun : Dwi Cipta H (2008.04.0.0098)
I. IDENTITAS PENDERITANama : Tn. S
Umur : 45 tahun
BB : 78 kg
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Wonokromo
Tanggal masuk rumahsakit : 27 Juli 2015 pk. 18.02
Tanggal pemeriksaan : 28 Juli 2015
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
II. ANAMNESA1.KeluhanUtama Benjolan di daerah lipatan paha
2. KeluhanTambahan Nyeri di daerah benjolan
3. Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesa)Laki-laki usia 45 tahun datang ke poli bedah umum rumah sakit Dr.
Ramelan Surabaya dengan keluhan adanya benjolan di daerah lipatan
paha sebesar genggaman tangan dan dirasakan agak nyeri. Benjolan
pertama kali dirasakan pada bulan April, benjolan muncul di daerah lipatan
1
paha sebesar telur ayam, nyeri seperti terjepit, kulit seperti mengkilap,
benjolan di daerah lipatan paha ini setelah batuk yang terlalu keras dan
mengedan saat BAB. Benjolan dapat kembali secara spontan dengan
posisi tidur telentang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu Asma bronkhiale
Hipertensi : disangkal
Stroke : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat trauma dan kecelakaan : disangkal
Riwayat tumor : disangkal
Riwayat Alergi obat : Amoxicillin, Ampicillin
5. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan kakeknya meninggal karena hernia.
Paman pasien juga menderita hernia seperi yang pasien derita
III. Pemeriksaan Fisik Keadaanumum
Kesadaran/GCS : Composmentis/ 4-5-6
KU : Sakit sedang
BB : 78 kg
Status gizi : Baik
2
Vital signTensi : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5°C
Nadi : 80 x/menit
Respiratory rate : 20 x/menit
KepalaBentuk kepala : Normochepali
Rambut : Warna hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Dahi : Alis simetris
Mata : Palpebra tidak tampak oedema
Conjunctiva tidak tampak anemis
Sclera slight icteric -
Pupil bulat isokor, reflex cahaya +/+
Telinga : Daun telinga simetris
Tidak ada sekret / serumen / perdarahan
Hidung : Bentuk simetris
Tidak terdapat deviasi septum nasi
Tidak ditemukan pernafasan cuping hidung
Tidak ada sekret/ perdarahan
Mulut : Bibir tidak cyanosis
Mukosa tidak pucat
Faring tidak hiperemi
Lidah tidak kotor
Tidak ditemukan pembesaran tonsil.
Leher : Tidak ada kaku kuduk
Tidak ditemukan pembesaran KGB
Tidak ditemukan pembesaran tiroid
Bull neck (-)
3
Thorax Pulmo
- Inspeksi :Normochest, tidak ada retraksi suprasternal
/intercostals/subcostal, pemanjangan ekspirasi (-).
- Palpasi : Gerak nafas simetris, Fremitus raba normal simetris
- Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
- Auscultasi : Vesicular/vesicular, wheezing -/-, ronkhi -/-
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auscultasi : S1,S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
AbdomenInspeksi : Flat
Auscultasi : Bising usus (+)
Palpasi : soepel, nyeri tekan
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran
Extremitas-Akral hangat,
-Sianosis (-)
-Edema (-)
-CRT< 2 detik
4
- - -
- - -
- - -
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium tanggal 27 Juli 2015 :
Pemeriksaan Laboratorium (DL)- WBC : 5300 /ul (N)
- RBC : 5.44 x 106 /ul (N)
- HB : 15.7 g/dL(N)
- HCT : 45.8% (N)
- PLT : 110000/ul (L)
V. RESUME Pria usia 45 tahun, BB 78 kg, datang dengan keluhan benjolan di
daerah lipatan paha sebesar genggaman tangan dan dirasakan agak
nyeri. Benjolan disebakan karena berdiri terlalu lama, batuk, dan
mengejan saat BAB. Dimana benjolannya dapat masuk sendiri dengan
istirahat berbaring.
Pemeriksaan Fisik
Keadaanumum Kesadaran/GCS : Composmentis/ 4-5-6
KU : Sakit sedang
BB : 78 kg
Status gizi : Baik
VI. DIAGNOSA KERJA Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
5
VII. PLANNINGTerapi :
◦ Non medikamentosa :
- Herniotomi dan Herniorafi
◦ Medikamentosa
- Infus D5 ½ NS 1000 cc/ 24 jam
- Inj Antrain 3 x 1/2 ampul (bila nyeri)
- Inj Ranitidin 2 x 1/2 ampul
- Paracetamol 3x250 mg oral
- Cefixim 2x100 mg oral
Operasi dilakukan pada tanggal 28 Juli 2015 pk. 09.00 WIB
Laporan operasi- Diagnosis pra bedah: Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra
- Diagnosis pasca bedah : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra
- Persiapan: Informed consent + KIE + Antibiotik profilaksis
- Posisi pasien : Supine
- Desinfeksi : Povidone Iodine
- Insisi : Sejajar Hernia Inguinalis
- Temuan operasi : Kantung Hernia Berisi Omentum yang sudah
mengalami perlekatan
- Tindakan operasi : Herniotomi dan Herniorafi
- Komplikasi/Perdarahan : kurang lebih 30 cc
6
- Instruksi pasien pasca operasi :
IVFD RL : D5 = 2 : 2
Inj Transamin 3x1 amp
Inj Ranitidin 2x1 amp
Inj Antrain 3x1 amp
Bising Usus (+) masukkan air gula
Ceftriaxone 2x1 gr
SOAP ( 29 Juli 2015)S :Pasien mengeluh nyeri di luka bekas operasi.
O : GCS : 4-5-6
Vital sign :
KU: baik Kesadaran/GCS:CM/4-5-6
Tensi : 130/90 Suhu : 36°C
Nadi : 88 x/menit RR : 20x /menit
` Kepala : A/I/C/D = -/-/-/-
Leher :Tidak ada pembesaran KGB
Thorax :1. Pulmo
Inspeksi :Normochest, tidak ada retraksi
Palpasi : Fremitus raba normal
Perkusi :
S S
S S
S S
Auscultasi : vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
7
2. CorInspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1,S2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen- Inspeksi : flat simetris
- Auscultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : nyeri pada luka bekas operasi
- Perkusi : Timpani
Extremitas- Akral hangat
- Edema (-)
- CRT < 2 detik
Status lokalis abdomen :Inspeksi : Tampak luka bekas operasi tertutup kassa di kuadran kanan
bawah abdomen, rembesan darah (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) di daerah sekitar operasi
A : Herniotomi dan Hernioplasti post op hari ke 1
P :
- Inf Futrolit 1500 cc dalam 24 jam
- Inj antrain 3 x 1 ampul
- Inj ceftriaxone 2 x 500 mg
- Inj ranitidin 2 x 1 ampul
- Minum air gula ketika bising usus (+), diet bubur halus
- Mobilisasi duduk
8
SOAP ( 30 Juli 2015)S :Pasien mengeluh nyeri di luka bekas operasi
O : GCS : 4-5-6
Vital sign :
KU: baik Kesadaran/GCS:CM/4-5-6
Tensi : 130/90 Suhu : 36°C
Nadi : 86 x/menit RR : 20x /menit
` Kepala : A/I/C/D = -/-/-/-
Leher :Tidak ada pembesaran KGB
Thorax :1. Pulmo
Inspeksi :Normochest, tidak ada retraksi
Palpasi : Fremitus raba normal
Perkusi :
S S
S S
S S
Auscultasi : vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
2. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auscultasi : S1,S2 normal, murmur (-), gallop (-)
9
Abdomen- Inspeksi : flat simetris
- Auscultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : nyeri pada luka bekas operasi
- Perkusi : Timpani
Extremitas-Akral hangat
- Edema (-)
- CRT < 2 detik
Status lokalis abdomen :Inspeksi : Tampak luka bekas operasi tertutup kassa di kuadran kanan
atas abdomen, rembesan darah (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) di daerah sekitar operasi
A : Herniotomi post op hari ke 2
P :
- Aff infus
- Cefixime 2x1 tab
- Asam mefenamat 2x1 tab
- Diet bebas TKTP
- Mobilisasi duduk berdiri
10
TINJAUAN PUSTAKAHERNIA INGUINALIS LATERALIS
A. DEFINISIHernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia.
B. ETIOLOGIHernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada lelaki ketimbang perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar itu.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur musculus oblicus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat
yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
antara lain:
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites,
11
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5. Defisiensi otot,
6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau
penyakit sistemik.
C. PATOGENESISLigamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole
inferior gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan
melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi
kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular
peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada
pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes
akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu
sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih
banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia
majus. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan
rongga peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini
akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus
vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan
terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak
semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya
processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia
ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.
12
D. GEJALA KLINISPasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang
adanya nyeri dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.
Seringnya hernia ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya
pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh
adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis
lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan
bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa
nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
E. DIAGNOSISa. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam
keadaan berdiri dan berbaring dan juga diminta untuk batuk pada
hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat.kita dapat mengetahui
besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika
cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan
sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada
saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan
jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi
kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.
Perbedaan hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis
medialis pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat
jenisnya. Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya
memberikan gambaran yang sama. Hernia yang turun hingga ke
skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.
Pada inspeksi, pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia
direct kebanyakan akan terlihat simetris,dengan tonjolan yang sirkuler
di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien
13
berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat
tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat
berbaring.
Pada palpasi, dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa
dan adanya tahanan pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada
hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding
posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi
jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia
ingunalis lateralis.
b. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan
strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat
muntah-muntah dan menjadi dehidrasi. Tes Urinalisis untuk
menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
b. Radiologi
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan
rutin hernia. Ultrasonografi dapat digunakan untuk
membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding
abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan
testis.
14
F. MANAJEMEN1. Konservatif
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas
hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari
berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah
direposisi dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak
dianjurkan karena merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan,
sedangkan strangulasi masih mengancam.
2. Operatif
-Herniotomy : Karena masalahnya pada kantong hernia,maka
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya,
dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan reposisi,
kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
-Herniorrhaphy : Tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis (secara Bassini,
Marcy Ferguson, Halsted / Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s
ligament repair), Shouldice, Tension free herniorrhaphy.
15
Herniorafi dengan cara Bassini
1. Disinfeksi lapangan pembedahan . tutup dengan kain steril
2. Irisan 2 cm medial spina iliaca anterior sampai tuberculum pubikum.
Irisan diperdalam sampai aponeurosis muskulus obliqus eksternus san
perdarahan dirawat. Tampak krus medial dan lateralis yang
merupakan annulus eksternus.
3. Dipasang kain lubang. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus
dibuka kecil dengan pisau dan dengan bantuan pinset anatomis dan
internus dibuka lebih lanjut ke kranial sampai annulus internus dan ke
kaudal sampai membuka annulus eksternus . hati-hati jangan sampai
melukai N.ileo inguinalis dan N. ileo hipogastrik. N.ileo inguinalis paling
sering terpotong dekat annulus eksternus.
4. Dengan menjepit aponeurosis muskulus obliqus eksternus dengan
kocher , aponeurosis muskulus obliqus eksternus di bebaskan , dari
dasar ke lateral sampai tampak ligamentum inguinalis pouparti dank e
medial sampai , tonjolan tendon (muskulus obliqus internus dan
transversus ). N. ileo inguinalis dapat disingkirkan ke lateral.
5. Funikulus spermatikus dibebaskan dan dipasang teugel.
6. Dengan bantuan 2 pinset chirugis muskulus kremaster dibuka untuk
mencapai kantung hernia yang terletak di sebelah medial fuikulus
spermarikus . biasanya kantong hernia mudah dibedakan dengan
jaringan sekitarnya karena warnanya putih.
7. Dengan bantuan 2 pinset chirugis dan gunting kantong dibyka .
setelah eksplorasi isi kantong , hernia isi dikembalika nn ke dalam
rongga abdomen. Dengan memasukkan jari kedua tangan kiri ke
dalam lubang dan sedikit tarikan , kantong dobebaskan secara tumpul
dan tajam . sebaiknya vas deferens dan pembulub darah dipisahkan
secara tajam.
16
8. Kantong hernia dibebaskan se-proksimal mungkin sampai tanpak
jaringan lemak pre-peritoneal . kantong diplintir dan diikat dengan plain
catgut no. 1 . bila mulut kantong , proksimal lebar , dapat ditutup
dengan tabakzaknaad. Kemudian kantong hernia dipotong.
Herniotomi selesai.
Bila kantong hernia bagian distal besar atau melekat dengan testis seperti
pada hernia kongenital pada anak-anak, maka setekah eksisi secukupnya ,
dilakukan marsupialisasi untuk mencegah timbulnya hidrokel dikemudian
hari.
9. Ujung proksimal kantong hernia dapat digunting pada muskulus
obliqus internus dan transversus abdominis dengan bantuan sonde
kocher,
10.Herniorafi bertujuan memperkuat dinding posterior kanalis inguinais .
teknik yang paling sering digunakan adalah plastic bassini.
11.Plastik bassini dilakukan dengan menjahit conjoin tendon dengan
ligamentum inguinalis pouparti dengan bahan non-absorbable (silk,
ethilon, nylon) no 1. Jahitan 1 dilakukan pada conjoin tendon dengfan
perios tuberkulum pubikum.
Jahitan ke 2 berjarak 1cm dari jahitan 1 dengan menjahit konjoin tendon dan
ligamentum inguinalis . kedalaman menjahit konjoint tendon dan ligamentum
inguinalis ditentukan dengan menekan tepi conjoin tendon dengan ujung jari
telapak kiri.
Demikian pula dengan jahitan 3,4,dst dengan masing-masing berjarak 1cm
sampai meninggalkan annulus interus cukup dilewati 1 jari
12.Funikulus spermatikus diletakkan kembalu pada dasar yang baru ini
N.ileo inguinalis dibebaskan kembali . aponeurosis muskulus obliqus
eksternus dijahit kembali dengan plain catgut no 1 secara simpul atau
17
dengan dexon no1 secara delujur. Lemak dijahit dengan plain catgut
000 secara simpuk. Kulit dijahit dengan silk 000 secara simpul.
Plastik HALSTED dilakukan bilan conjoin tendon misalnya ada orang tua atau
hernia yang besar
Herniorafi dengan cara shouldice
- Pemisahan fascia
Setelah fascia transversalis terlihat insisi dengan arah oblik dimulai
dari cincin inguinal interna ke tuberkulum pubikum . perluasan isisi tergantung
pada area kelemahan fascia tetapi biasanya diperluas sampai ke tuberkulum
pubikum. Pemisahan parsial dapat diterima hanya pada hernia inguinalis
indirek yang kecil dimana fascia transversalis stabil
Ketika insisi fascia transversalis , pembulih darah epigastrikum yang
berada dibawah fascia transversalis harus di preservasi.
Setelah fascia transversalis diinsisi , dilakukan diseksi dari lemak
preperitoneal secara tumpul, sehingga menghasilkan dua bagian fascia yaitu
bagian kraniomedial dan kraniolateral.
- Penjahitan
Fascia transversalis yang dipisahkan akan ditumpuk menjadi dua lapis
dengan bagian kraniomedial di sebelah atas dan kaudolateral di bawah
dengan lebar fascia yang tampak 1,5-2 cm . penjahitan dimulai dari kaudal
pada periosteum os pubis dan selanjutnya dilakukan penjahitan kontinyu
antara tepi insisi fascia sebelah kaudolateral ke bagian bawah fascia
kraniomedial.
Jahitan dengan benang monofilament polyprophylene atau PDS 2.0
sampai 0, harus dalam keadaan tegang yang konsisten namun tidak terlalu
18
kencang. Sehingga jaringan dapat mengadaptasi kondisi tersebut. Jahitan
seterusnya dilakukan dari medial ke cincin inguinal internal . pada cincin
inguinal internal.
Herniorafi tension free dengan pemasangan mesh (metode Lichtenstein)
Setelah funikulus spermatikus diangkat dari dinding posterior kanalis
inguinalis dan kantong hernia telah diikat serta dipotong. Lembaran
polyprophylene mesh dengan ukuran lebih kurang 8x 6 cm dipasang dan
dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang prophylene
monofilament 3.0 secara kontinyu . sepanjang tepi bawah mesh dijahit mulai
dari tuberkulum pubikum , ligamentum lakunare, ligamentum inguinalis . tepi
medial bagian kranial dari kremaster dapat diikutsertakan dalam penjahitan.
Hal ini menambah kekuatan pada orificium hernia interna.
Jahitan lapis kedua ( antara tepi insisi fascia sebelah kraniomedial dan
bagian atas dari fascia sebelah kaudolateral) dilanjutkan kearah sebaliknya
dan setelah sampi ke tuberkulum pubikum dan diikat. Muskulus transversus
dijahitkam ke ligamentum inguinal dan internal ring ke tuberkulum pubikum .
kemudian dilakukan jahitan kea rah sebaliknya sehingga oblikus internus
dijahitkan ke ligamentum inguinalis . jahitan terahir menutup aponeurosis
oblikus eksternus,tuberkuum pubikum , ligamentum lakunare, ligamentum
inguinalis. Tepi medial mesh di jahit ke sarung rektus . tepi superior dijahit ke
aponeurosis atau muskulus obliqus internus dengan jahitan satu-satu .
bagian lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi
funikulus spermatikus pada cincin internus , dan kedua bagian mesh yang
terbelah tadi disilangkan dan difiksasi ke ligamentum inguinalis dengan
jahitan . jahit aponeurosis dengan obliqus eksternus.
19
20
I. KOMPLIKASIHernia inkarserasi : · Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
· Tidak dapat direposisi
· Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi : · Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
· Adanya gangguan sistemik pada usus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of
Surgery. 17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles
of Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects.
Surgery Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer.
787-803.
4. http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/
5. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia
21
Recommended