View
226
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
TEKNIK BDAH PENINGGIAN LINGGIR ALVEOLAR
SEBAGAI SALAH SATU PENUNJANG KEBERHASILAN
DI BIDANG PROSTETIK
PENDAHULUAN
Komponen dentoalveolar secara keseluruhan merupakan sistem yang memperlihatkan
suatu tingkat kesehatan di mana tulang yang sehat adalah tulang yang mampu menahan
kekuatan, tekanan, dan regangan secara konstan. Tindakan pencabutan gigi dapat
mengakibatkan adanya sisa linggir yang sempit dan memendek serta merupakan penyebab
utama atropi tulang rahang. Hasil studi dari banyak kasus menunjukkan apabila volume
tulang yang ada cukup, maka pembuatan gigi tiruan cekat maupun implan akan memberikan
hasil jangka panjang yang cukup memuaskan. Volume tulang yang tidak cukup akan
mengakibatkan adanya rongga antara restorasi dan linggir. Untuk mengatasi masalah
tersebut, dikembangkan suatu teknik peninggian linggir alveolar (alveolar ridge
augmentation) yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.1
PENGERTIAN DAN TUJUAN
Prosedur peninggian linggir alveolar merupakan prosedur bedah untuk memperbaiki
kehilangan tulang alveolar yang besar dan biasanya terjadi di daerah anterior akibat penyakit
periodontal yang parah, kehilangan tulang periapikal, ekstraksi gigi yang traumatik maupun
karena trauma eksternal. Prosedur ini sangat berguna dalam menambah retensi dan nilai
estetis pada restorasi apabila dilakukan pemasangan gigi tiruan untuk menggantikan gigi
anterior rahang atas. 2,3
Salah satu kasus yang membutuhkan peninggian linggir alveolar adalah gigi tiruan
cekat. Hubungan penempatan pontik dan sisa linggir merupakan faktor penting pada
pembuatan gigi tiruan cekat. Konstruksi pontik harus memenuhi persyaratan mengenai fungsi
estetis dan aspek pembersihannya. Topografi kelainan pada sisa linggir yang edentulous
sering kali menghalangi pembuatan
1
pontik yang ideal sehingga pada kasus-kasus seperti ini, prosedur bedah terhadap sisa linggir
diindikasikan. Linggir yang berlebihan dalam dimensinya mungkin dapat dikurangi dengan
prosedur reseksi terhadap jaringan keras dan lunak. Namun pada sisa linggir alveolar yang
sangat rendah akan menimbulkan masalah karena hanya sedikit kasus yang dapat dilakukan
tindakan pembedahan. Hal ini menyebabkan hasil dari restorasi yang dipasangkan sering
mengecewakan dari segi fungsi dan estetis baik bagi pasien maupun dokter gigi.4 (Gambar 1)
Gambar 1. Cacat linggir alveolar yang menyebabkan adanya celah pada pemasangan
gigi tiruan cekat A. Pada regio kaninus dan premolar; B. Pada regio
insisivus (Periodontal Plastic Procedures, American Academy of
Periodontology,http://www.perio.org/consumer/smile.htm; 20 September
2005)
Dimensi vertikal tulang secara klinis juga merupakan persyaratan penting dalam
penempatan implan. Volume linggir yang kurang akan menyebabkan tidak sempurnanya
penutupan implan oleh tulang dan kemungkinan terjadi resesi gingiva. Penempatan implan
dengan stabilitas yang baik tidak mungkin dilakukan pada cacat tulang yang parah sehingga
penutupan implan yang sempurna oleh tulang sangat penting dalam meningkatkan retensi.
Keadaan tersebut dapat dicapai bila linggir cukup tinggi untuk menutupi implan. Salah satu
usaha mengatasi masalah di atas adalah dengan teknik peninggian linggir alveolar pra
pembuatan gigi tiruan. 5
2
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
KLASIFIKASI CACAT LINGGIR DAN KEPARAHANNYA
Seibert mengemukakan tiga klasifikasi tipe cacat linggir alveolar yaitu kelas I berupa
cacat linggir dalam arah apikokoronal dengan lebar linggir yang normal, kelas II berupa cacat
linggir dalam arah bukolingual dengan tinggi linggir yang normal, dan kelas III merupakan
kombinasi cacat linggir dalam arah apikokoronal dan bukolingual. Klasifikasi ini kemudian
dimodifikasi oleh Allen berdasarkan dimensi jaringan yang hilang yaitu kelas I berupa
kehilangan jaringan dalam dimensi apikokoronal, kelas II berupa kehilangan jaringan dalam
dimensi bukolingual,dan kelas III merupakan kombinasi kehilangan jaringan dalam dimensi
bukolingual dan apikokoronal. Keparahan linggir yang hilang juga dikategorikan atas 3
bagian berdasarkan perkiraan kedalaman cacat yaitu ringan (kurang 3 mm), sedang (3-6 mm,
dan parah (lebih dari 6 mm). 4,6,7 (Gambar 2)
Gambar 2. Klasifikasi cacat linggir menurut Seibert. A. Kelas I ; B. Kelas II ;
C. Kelas III (Fowler EB, Ridge Augmentation With A Folded Asellular
Dermal Matrix Allograft: Case Report journal Of Contemporary Dental
Practice, Case Report: http://www.thejcdp.com//issue007 /fowler fowler.pdf,15
Juli 2005)
3 Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
Pada saat ini, terdapat banyak metoda dan teknik yang digunakan dalam peninggian
linggir alveolar. Perkembangan pesat di bidang material dan bahan juga turut mempengaruhi
metoda dan teknik yang ada. Berdasarkan dimensi cacat yang terjadi, peninggian linggir
alveolar dikategorikan atas peninggian linggir secara horizontal dan vertikal.
1. Peningglan linggir Alveolar Secara Horizontal
Peninggian linggir alveolar secara horizontal bertujuan untuk mengkoreksi cacat
linggir dalam arah yang sama. Cacat ini biasanya terjadi dalam jumlah minimal. Ada
beberapa teknik yang diindikasikan untuk peninggian linggir alveolar secara horizontal yaitu :
a. Penempatan cangkok jaringan lunak
- penempatan cangkok gingiva bebas (free gingival groft), berasal dari daerah
palatum atau tuberositas.. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Seibert dan
dinamakan juga sebagai cangkok onlay ketebalan penuh. Seibert mengemukakan
bahwa teknik ini sangat baik digunakan untuk memperbaiki cacat linggir yang parah.
Teknik cangkok gingival bebas ini dilakukan dengan cara menempatkan donor berupa
jaringan yang terdiri dari lapisan lemak, jaringan ikat dan epitel. Cangkok tersebut
kemudian ditempatkan dan dijahit pada bagian atas sisi resipien yang sebelumnya
telah dideepitelisasi dengan melepaskan jaringan epitel sekitar 1 mm dan sejumlah
kecil jaringan ikat 2,9,10 (Gambar 3)
4
Gambar 3. Penempatan cangkok gingival bebas untuk peninggian linggir alveolar A. Cacat linggir
Kelas III Seibert sebelum pembedahan; B. Cangkok gingiva bebas yang terdiri dari
jaringan lemak, jaringan Mat dan epitel; C. Cangkok ditempatkan pada sisi resipien yang
telah dideepittelisasi, kemudian dijahit; D. Hasil yang diperoleh setelah 3 bulan.
(Pasquinelli KL, Periodontal Plastic Surgery,JCDAs httv://www.cda.orp/cda
member/pubs/ journal/jour899/periopla.html : 1999, 5-6 , 20 Juli 2005)
- Teknik Roll atau deepitelisasi jaringan ikat pedikel, diperkenalkan oleh Abrams
ditujukan untuk mengkoreksi cacat linggir dalam arah apikokoronal, tetapi harus
memenuhi syarat adanya jaringan lunak yang cukup lebar pada linggir sisa. Secara garis
besar teknik Roll dilakukan dengan membuka flep di atas linggir yang akan direstorasi,
kemudian lapisan epitel dibuka dari bagian ujung ke tengah dan dilipat ke bawah flep
sehingga mempertebal jaringan pada sisi yang rusak.2 (Gambar 4)
5
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
Gambar 4. Teknik Roll untuk peninggian linggir alveolar. A. dan B. Epitel dilepaskan dari
permukaan palatal. Flep ketebalan sebagian dibuat sepanjang bagian fasial; Flep
ketebalan sebagian direfleksikan ; E dan F. Bagian flep ketebalan sebagian dilepas
kemudian dilipat untuk peninggain linggir alveolar (Takey HH. Preparation of the
periodontium for Restorative Dentistry, in: Carranza's Clinical Periodontology, 9`h
edition, Philadelphia, WB Sounders Co; 2002, 946)
- Penempatan cangkok jaringan ikat subepitel yang diperoleh dari daerah palatum
atau tuberositas. Penggunaan cangkok ini diindikasikan pada situasi di mana terdapat
kehilangan jaringan lunak pada margin gingival bebas atau papilla dari gigi yang telah
diekstraksi. Pengambilan cangkok pada sisi donor dilakukan dengan membuat insisi
horizontal. Insisi ini dibuat parallel (sejajar) terhadap margin gingival bebas dan
mendekati kira-kira 3 mm apikal dari margin, dimulai dari daerah molar dua hingga ke
papilla nasopalatinal. Flep kemudian dilepas dan dilakukan pengambilan jaringan ikat
subepitel dengan ketebalan sekitar 1,5 mm dan dilakukan penjahitan.. Cangkok
jaringan ikat tersebut kemudian ditempatkan pada sisi resipen yang juga telah
dibuatkan flep ketebalan sebagian. Selanjutnya flep ditempatkan pada posisi semula
dan dijahit. (Gambar 5) 9
6
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
Gambar 5. Penempatan cangkok jaringan ikat subepitel untuk peninggian linggir alveolar. A. Celah
antara linggir dan pontik What defisiensi linggir; B. Insisi parallel dilakukan untuk
pembuatan flap ketebalan sebagian; C. Flep ketebalan sebagian dibuka; D. Penempatan
cangkok jaringan ikat subepitel di bawah flap; E. Pengembalian flap pada posisi semula dan
penjahitan; F. Hasil yang diperoleh setelah 3 bulan. (Kenney BE, dkk. Preparation of
thereriodondum for Restorative Dentistry, in: Glickman' s Clinical Periodontology, 7th edition,
Philadelphia, WB Sounders Co; 1990, 923)
b. Penempatan cangkok jaringan keras
Penempatan cangkok jaringan keras yaitu cangkok tulang, baik berupa autogenus,
allogenus, alloplast dan xenogenus pada dasarnya dilakukan dengan teknik yang sama.
Tahap pertama insisi paralel dibuat pada daerah linggir, dimulai kira-kira 6-12 mm dari
palatal ke arah puncak linggir dan diperluas hingga ke
7
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
daerah mukogingival. Selanjutnya dibuat insisi ketiga yang menghubungkan insisi pertama
dan kedua dan terbentuk flap ketebalan sebagian. Flap kemudian dibuka sehingga terbentuk
celah untuk menempatkan bahan cangkok. Setelah itu, insisi parallel dijahit dari daerah fasial
ke tepi linggir alveolar untuk mempersiapkan penempatan cangkok jaringan keras. Cangkok
ditempatkan pada daerah linggir yang mengeali defisiensi sesuai petunjuk pabrik lalu flap
diposisikan kembali seperti semula dan dilakukan penjahitan.4
Gambar 6. Penempatan cangkok jaringan keras untuk peninggian linggir alveolar. A.
Insisi parallel dilakukan untuk pembuatan flap ketebalan sebagian; B. Flep
ketebalan sebagian dibuka dan terbentuk celah untuk penempatan bahan
cangkok; C. Bahan cangkok ditempatkan pada daerah linggir yang mengalami
defisiensi; D. Pengembalian flap pada posisi semula dan penjahitan (Allen EP,
dkk. Improved Technique for Localized Ridge Augmentation. A Report of 21 Cases,
J Periodontol, 1985; 56: 196)
2. Peninggian Linggir Alveolar Secara Vertikal
Peninggian linggir alveolar secara vertikal bertujuan untuk mengkoreksi cacat linggir
dalam arah vertikal yang biasa terjadi dalam jumlah yang lebih besar.
8
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
Beberapa teknik yang diindikasikan untuk peninggian linggir alveolar secara vertikal yaitu :
Teknik regenerasi tulang terarah (Guided Bone Regeneration)
Teknik ini menggunakan membran teresorbsi maupun tidak teresorbsi dan dapat
digunakan sendiri atau bersama bahan lain seperti cangkok tulang autograft serta implan.
Contoh bahan yang digunakan pada teknik ini adalah membran titanium reinfoced yang
dikombinasi dengan cangkok tulang autogenus.
Tahap pertama yang dilakukan adalah insisi untuk pembuatan flap mukoperiosteal.
Flap selanjutnya dibuka untuk memperoleh akses kerja paling sedikit 5 mm dari tepi tulang
yang akan direstorasi. Membran kemudian diletakkan dan selanjutnya ditempatkan 2 implan
yang didukung oleh cangkok tulang untuk menutupi dasarnya. Tahap terakhir adalah
penjahitan dengan teknik jahitan tertutup (interrupted suture).
Gambar 7. Penempatan membran dalam Regenerasi Tulang Terarah dalam peninggian linggir
alveolar A. Penempatan cangkok tulang pada linggir yang cacat; B. Penutupan dengan
membran teresorbsi; C. Regenerasi tulang; D. Restorasi akhir. (Faigan S, Implant
Placement with Simultaneous Guided Bone Regeneration ,JCDAs
htti)://www.cda.org/cda member/pubs/ journal/jour899/periopla.html: 1999, 5-6 , 20
Juli 2005)
9
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
PENUTUP
Dari beberapa teknik bedah yang telah dikemukakan di atas maka dapat dokter gigi
dapat melakukan pilihan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan apabila hendak dilakukan
peninggian linggir alveolar untuk memperoleh keberhasilan di bidang prostetik. Adanya
pengetahuan dokter gigi mengenai teknik bedah peninggian alveolar lebih jauh juga
mendukung idealnya penempatan gigi tiruan maupun implan serta memperbaiki masalah
retensi dan estetis yang selama ini disebabkan cacat linggir alveolar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Collin J. Ridge Augmentation for the placement of dental implan,
<http://www.dentalinsurance.co.uk/implants/oral indications.htm>(9 feb 2005)
2. Takey HH. Preparation of the periodontium for Restorative Dentistry, in: Carranza's
Clinical Periodontology, 9~h edition, Philadelphia, WB Sounders Co; 2002, P:943 - 8.
3. Nemcovsky CE, Servaty V., Alveolar Ridge Preservation Following Extraction of
Maxillary Anteriior teeth, Report on 23 Consecutive Cases, J Periodontol, 1996;
67:390 - 5.
4. Allen EP, Gainza CS, Farthing GG, Newbold DA. Improved Technique for Localized
Ridge Augmentation. A Report of 21 Cases, J Periodontol, 1985; 56: 195 - 9.
5. Piatelli M, Scarano A, Piatelly A. Vertical Ridge Augmentation Using A Resorbable
Membrane; A Case Report, J Periodontol, 1996; 67: 158 - 61.
6. Breault LG, Lee SY, Mitchell NE. Fixed Prosthetics with a Connective Tissue and
Alloplastic bone graft ridge augmentation: Case Report, J ContempDent
Prac, <http://www.tlieicdp.com,/search/'Index.htm >,2004; 4 111 - 22. (12 Agust 2005).
7. Fowler EB, Breault LG. Ridge Augmentation With A Folded Aseliular Dermal Matrix
Allograft: Case Report, J Cont dental Practice, <
http://www.thejcdp.com/issue007/fowler/fowler.pdf>, 2001; 2: 1-9.( 12 Agust 2005)
10
Rini Oktavia Nst: Teknik Bedah Peninggian Linggir Alveolar Sbgi Salah 1 Penunjang Keberhasilan Di Bdng Prostetik, 2005 USU Repository©2006
8. Studer SP, Allen EP, Rees TC, Kouba A. The Thickness of Masticatory Mucosa In The
Human Hard Palate and Tuberosity as Palatal Donor Sites for ridge Augmentation
Procedures, J Periodontol, 1997; 68: 145-51.
9. Carranza FA, McClain P, Scellhorn P, Regenerative Osseus Surgery, In: Carranza's
Clinical Periodontology, 9th edition. Philadelphia, WB Sounders CO.,2002, p : 812.
10. Klok Kevold PR, Jovanovie SA. Advanced Implant Surgery and Bone Grafting
Techniques, In: Carranza's Clinical Periodontology, 9t` edition, Philadelphia, WB
Sounders CO.,2002,905 - 22.
11
Recommended