View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SERTIFIKASICERTIFICATE IN THE TEACHING AUDITING
(CTA)
Materi :
AKUNTANSI SYARIAH DAN SAK ETAP
Oleh:
Sandra Aulia Z, SE, Ak., M.S.Ak., CA, CPA, CICS, CRMP
Selasa, 10 Maret 2021
SAK ETAP1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan entitas meliputi:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan
Neraca diklasifikasikan menurut aset lancar dan tidak lancar, serta kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang atau disajikan berdasarkan urutan
likuiditasnya.
Laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas dapat digantikan dengan
laporan laba rugi dan saldo laba, apabila suatu entitas memiliki transaksi yang
terkait dengan perubahan ekuitas yang berasal dari; laba atau rugi, pembayaran
dividen, koreksi kesalahan periode lalu, atau perubahan kebijakan akuntansi.
2. Laporan Arus Kas
Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi disajikan menggunakan metode tidak
langsung. Laporan arus kas diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, Investasi
dan Pendanaan.
Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk
memenuhi komitmen kas jangka pendek. Bukan untuk tujuan investasi atau
lainnya. Oleh karena itu investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas
hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak
tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan
sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-waktu
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka
cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.
3. Persediaan
SAK ETAP tidak memperkenankan menggunakan metode last in
first out (LIFO). Entitas diperkenankan untuk menggunakan
metode first in first out (FIFO) atau weighted average (rata-rata
tertimbang) atau identifikasi khusus.
Penurunan Nilai
Entitas disyaratkan untuk menguji pada setiap tanggal pelaporan
apakah persediaan menurun nilainya (misalnya karena kerusakan,
keusangan atau penurunan harga jual). Jika persediaan menurun
nilainya, maka persediaan harus diukur pada harga jual dikurangi
biaya untuk menyelesaikan dan menjual, serta mengakui kerugian
penurunan nilai.
4. Aset Tetap
• Pada saat pengakuan awal, aset tetap hanya diakui sebesar
biaya perolehan.
• Aset tetap disajikan dalam neraca sebesar biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyustuan dan penurunan nilai.
Metode revaluasi tidak diperkenankan, kecuali revaluasi
yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Hal ini
berbeda dengan SAK IFRS yang mengijinkan aset tetap,
setelah pengakuan awal, dinilai pada nilai revaluasian.
5. Ekuitas
Bentuk hukum entitas dan ekuitas terkait dengan bab ini adalah sebagai
berikut:
a) Entitas Perorangan
Entitas Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak
terbagi atas saham. Harta kekayaan pribadi pemilik entitas terikat pada
utang piutang usaha perorangan
b) Persekutuan Perdata
Persekutuan Perdata bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak
terdiri atas saham
c) Firma
Modal firma tidak terbagi atas saham dan para anggota Firma
bertanggung jawab renteng atas kewajiban Firma sebagai suatu
persekutuan perorangan
d) Commandtaire Vennootschap (CV)
Modal suatu persekutuan CV harus dipisahkan antara Modal Pesero Aktif dan
Modal Pesero Komanditer. Pesero aktif adalah pesero yang bertindak aktif
sebagai pengurus CV Pesero Komanditer adalah pesero tidak aktif sebagai
pengurus CV dan hanya bertanggung jawab sebatas modal CV yang menjadi
bagiannya.
e) Perseroan Terbatas (PT)
Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero terbatas
pada jumlah modal saham yang disetor jika PT telah disahkan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
f) Koperasi
Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan pokok
anggota, mirip saham atas nama, tak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil
kembali bila anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas koperasi atau
kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-
pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan.
6. Imbalan Kerja
• SAK ETAP mensyaratkan entitas untuk mencatat imbalan kerja bagi
pekerja berdasarkan Bab 23 Imbalan Kerja. Entitas harus mengakui
biaya imbalan kerja seluruhnya yang menjadi hak pekerja akibat dari
jasa yang diberikan kepada entitas selama periode pelaporan sebagai;
a) Kewajiban setelah dikurangi jumlah dibayarkan, dan
b) Mengakui beban kecuali SAK ETAP mensyaratkan biaya imbalan
kerja diakui sebagai bagian biaya perolehan aset seperti persediaan
atau aset tetap.
• Dalam program imbalan pasca kerja, entitas harus mengelompokkan
imbalan sebagai imbalan pasti atau imbalan iuran pasti. Dalam
program imbalan pasti, apabila mampu, entitas menerapkan metode
projected unit credit untuk mengukur kewajiban pasti untuk pekerja
kini dengan mengabaikan estimasi kenaikan gaji, jasa, serta mortalitas
masa depan.
6. Imbalan Kerja
• SAK ETAP tidak mensyaratkan penggunaan aktuaris
independen dalam mengukur kewajiban imbalan pasti. SAK
ETAP mensyaratkan entitas untuk mengakui seluruh keuntungan
dan kerugian aktuaria pada periode terjadinya. Entitas dapat
memilih pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial tersebut
sebagai pengakuan dalam laporan laba rugi atau dalam ekuitas
yang diterapkan secara konsisten.
7. Pajak Penghasilan
• SAK ETAP tidak mensyaratkan entitas untuk mengakui pajak
tangguhan. Entitas mengakui kewajiban pajak penghasilan
untuk periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum
bayar. Jika jumlah yang sudah dibayar untuk periode berjalan
dan periode sebelumnya melebihi jumlah terutang untuk
periode tersebut, entitas harus mengakui kelebihannya tersebut
sebagai aset.
8. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
Pengertian
Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik
menguntungkan maupun tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir
periode pelaporan sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan.
Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan, yaitu:
a) Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada
akhir periode pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang
memerlukan penyesuaian).
b) Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir
periode pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak
memerlukan penyesuaian).
Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan yang Memerlukan Penyesuaian
Contoh-contoh berikut ini adalah peristiwa setelah akhir periode pelaporan
keuangan yang mengharuskan entitas untuk menyesuaikan jumlah yang diakui
dalam laporan keuangan, atau mengakui pos-pos yang yang sebelumnya tidak
diakui:
a) Penyelesaian kasus pengadilan yang terjadi setelah akhir periode pelaporan yang
memutuskan entitas memiliki kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.
b) Penerimaan informasi setelah akhir periode pelaporan yang mengindikasikan
suatu aset telah mengalami penurunan nilai pada akhir periode pelaporan, atau
jumlah kerugian penurunan nilai sebelumnya yang diakui perlu disesuaikan.
Misalnya:
➢ Kebangkrutan suatu pelanggan yang terjadi setelah akhir periode pelaporaan
umumnya menegaskan kerugian yang ada pada tanggal periode pelaporan
dan entitas perlu menyesuaikan jumlah tercatat piutang dagang;
➢ Penjualan persediaan setelah akhir periode pelaporan yang dapat
memberikan bukti tentang harga jual persediaan pada akhir periode
pelaporan.
➢ Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan kesalahan laporan
keuangan.
Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan yang tidak
Memerlukan Penyesuaian
Contoh dari peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak
memerlukan penyesuaian adalah penurunan harga pasar investasi
antara akhir periode pelaporan dan tanggal penyelesaian laporan.
Penurunan harga pasar secara normal tidak berhubungan dengan
kondisi investasi pada akhir periode pelaporan, tetapi
menggambarkan keadaan yang timbul setelahnya. Oleh karena itu,
entitas tidak boleh melakukan penyesuaian atas jumlah yang diakui
dalam laporan keuangan untuk investasi tersebut. Demikian halnya
entitas juga tidak diperkenankan memutakhirkan pengungkapan
jumlah investasi tersebut pada akhir periode pelaporan, walaupun
entitas mungkin perlu membuat pengungkapan tambahan.
Dividen
Jika entitas mengumumkan dividen kepada pemegang
saham setelah akhir periode pelaporan, maka entitas tidak
boleh mengakui dividen tersebut sebagai kewajiban pada
akhir periode pelaporan.
9. Pengungkapan Transaksi dengan Pihak Hubungan Istimewa
SAK ETAP mensyaratkan entitas mengungkapkan transaksi dengan pihak
hubungan istimewa, yaitu jumlah transaksi, jumlah saldo, penyisihan kerugian
piutang tidak tertagih, dan beban yang diakui dalam periode yang berkaitan
dengan piutang ragu-ragu yang jatuh tempo. Selain itu, entitas juga diharuskan
mengungkapkan semua jumlah kompensasi manajemen kunci secara total, yang
meliputi semua imbalan kerja. Hubungan entitas induk dan anak juga harus
diungkapkan terlepas ada transaksi atau tidak.
Contoh-contoh transaksi berikut ini harus diungkapkan jika dilakukan dengan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa:
a) pembelian atau penjualan barang;
b) pembelian atau penjualan properti dan aset lainnya;
c) pemberian atau penerimaan jasa;
d) sewa;
Aktifitas Pembiayaan Syariah (Penyaluran Dana)
1. Pembiayaan Jual Beli
- Murabahah (PSAK 102)
- Salam (jual bel pesanan / tangguh produk pertanian) (PSAK 103)
- Istishna’ (Jasa Konstruksi-PSAK 104)
2. Pembiayaan Investasi (Bagi Hasil)
- Mudharabah (PSAK 105)
- Musyarakah (PSAK 106)
3. Pembiayaan jasa
- Ijarah (PSAK 107)
- Hawalah (Pengalihan piutang - anjak piutang)
- Wakalah (Pemberian Kuasa – LC, Kliring)
- Kafalah (Jaminan Bank Garansi)
- Ju’alah (Komitmen imbalan atas hasil)
- Qardh (Pinjam meminjam dana tanpa imbalan - dana talangan)
- Rahn (Gadai)
- Sharp (pertukaran mata uang)
PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
PSAK 109 Akuntansi zakat & Infaq/Sedekah
PSAK 110 Akuntansi Sukuk
PSAK 111 Akuntansi Wa’d
PSAK 112 Akuntansi Wakaf
PSAK SYARIAH
Murabahah (PSAK 102)
Jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya (harga perolehan)
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih (margin) sebagai
laba sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Salam (PSAK 103)
Jual beli suatu barang pesanan sesuai dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran harga barang terlebih dahulu secara penuh
Istishna’ (PSAK 104)
Jual beli suatu barang dengan pemesanan pembuatan barang sesuai dengan
kriteria dan persyaratan tertentu dan pembayaran harga barang sesuai dengan
kesepakatan oleh para pihak.
Pembiayaan Jual Beli
Mudharabah (PSAK 105)
Akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahib mal)
menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (mudharib) bertindak selaku pengelola, dan
keuntungan usaha diantara mereka sesuai dengan kesepakatan para pihak
Musyarakah (PSAK 106)
Pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Mudharabah Musyarakah
Bentuk mudharabah dimana pengelola (mudharib) turut menyertakan modal dalam kerjasama
dimana keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak
Musyarakah Mutanaqishoh
Musyarakah atau syirkah yang kepemilikan aset (barang)atau modal salah satu pihak (syarik)
berkurang disebabkan pembelian porsi kepemilikan (hishsah) secara bertahap oleh pihak
lainnya.
Pembiayaan Investasi
Ijarah (PSAK107)
Pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam jangka waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (Ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri
Ijarah Muntahiyah Bittamlik(IMBT)
Ijarah yang disertai dengan janji pemindahan kepemilikan (wa’d) setelah masa ijarah
selesai
Hawalah
Pengalihan utang dari suatu pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib
menanggung pembayarannya
Wakalah
Pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil)
dalam hal yang boleh diwakilkan, dimana penerima kuasa (wakil) tidak menanggung
risiko terhadap apa yang diwakilkan, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi
Pembiayaan Jasa
Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul’anhu, ashii)
Ju’alah
Janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/I’wadh/jul)
tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan
Qardh
Pinjam meminjam dana (dana talangan) tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam
jangka waktu tertentu
Asas Transaksi Syariah
1. Persaudaraan (ukhuwah) → interaksi sosial
2. Keadilan (‘adalah) → menempatkan segala sesuatu pada tempatnya
3. Kemaslahatan (maslahah) → kebaikan dunia akhirat
4. Keseimbangan (tawazun)→ imbang material dan spiritual
5. Universalisme (syumuliyah) → semua pihak bisa terlibat
Prinsip Transaksi Syariah
Merupakan manifestasi dari Asas keadilan:
1. riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis
2. kezhaliman, baik terhadap kepada diri sendiri, orang lainatau lingkungan
3. judi atau bersikap spekulatif (maysir) dan tidakberhubungan dengan produktivitas
4. unsur ketidakjelasan (gharar), manipulasi dan eksploitasiinformasi serta tidak adanya kepastian pelaksanaan akad
5. haram/segala unsur yang dilarang tegas dalam Al Quran danAssunnah, baik dalam barang/jasa ataupun aktivitasoperasional terkait
Transaksi yang Dilarang
o Semua aktifitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan Allah
o Riba o Penipuano Perjudian o Ghararo Penimbunan Barang/Ihtikaro Monopolio Rekayasa Permintaan (Bai’ An najsy) o Suap (Risywah)o Ta’alluqo Bai’ al inah o Talaqqi al-Rukban
Karakteristik Transaksi Syariah• Hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling
ridha;
• Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halaldan baik (thayyib);
• Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukurnilai, bukan sebagai komoditas;
• Tidak mengandung unsur riba; kezhaliman; maysir; gharar
• Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value ofmoney);
• Dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
• Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy),maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar);dan
• Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap(risywah).
Tujuan Laporan Keuangan
Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip
syariah dan menyediakan informasi terkait
posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan yang bermanfaat bagi pengguna
laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan ekonomis.
Pengguna Laporan Keuangan Syariah
• Investor
• Pemberi dana Qardh
• Pemilik dana syirkah temporer
• Pemilik dana titipan
• Pembayar dan penerima ZIS
• Pengawas syariah
• Karyawan
• Mitra usaha
• Pelanggan
• Pemerintah
• Masyarakat
Asumsi Dasar
• Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Dasar yang berbeda dapat digunakan jika:
– Ada pembatasan kelangsungan usaha
– Ingin melikuidasi perusahaan; atau
– Mengurangi secara material skala usahanya
• Dasar Akrual (Accrual Basis)
– Pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian
– Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil
usaha menggunakan dasar kas
Karakteristik Kualitatif LKS
• Dapat dipahami
• Relevan
• Materialitas
• Keandalan
• Penyajian jujur
• Substansi mengungguli bentuk
• Netral
• Pertimbangan sehat
• Kelengkapan
• Dapat diperbandingkan
Kendala Informasi Relevan & Andal
• Tepat waktu
• Keseimbangan biaya dan manfaat
• Keseimbangan diantara karakteristik kualitatif
• Penyajian wajar
Unsur Laporan Keuangan Syariah
(PSAK 101)• Komponen Kegiatan Komersial
– Laporan posisi keuangan (A=K+DST+E)
– Laporan Laba/Rugi dan penghasilan komprehensif lain
– Laporan Arus Kas
– Laporan Perubahan Ekuitas
• Komponen Kegiatan Sosial
– Lap. Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
– Lap. Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
• Komponen Laporan Keuangan Lainya
Laporan lain terkait tanggung jawab khusus entitas syariah
- Catatan atas laporan keuangan
PENGAKUAN
Pos pos dalam laporan keuangan harus diakui
jika:
• Adanya kemungkinan manfaat ekonomis yang
mengalir dari atau ke entitas syariah
(Probabilitas manfaat ekonomi masa depan)
• Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur secara andal. (Keandalan
pengukuran)
Pengukuran
Pengukuran berdasarkan KDPPLKS antara lain:
1. Biaya Historis → Dicatat sejumlah penerimaan/ pengeluaran
wajar atau yang dibayarkan untuk mendapatkan/melunasi
aset/kewajiban
2. Biaya Kini → Dinilai sejumlah kas/setara kas yang dibayarkan
jika aset/kewajiban didapat/diselesaikan saat ini.
3. Biaya Realisasi → Dinyatakan dalam jumlah kas/setara kas
sebesar pelepasan normal
Saat ini yang lazim digunakan adalah biaya historis
Ruang Lingkup
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Koperasi
Syariah yang melakukan transaksi murabahah baik
sebagai penjual maupun pembeli
Pihak – pihak yang bertransaksi dengan LKS atau
Koperasi.
Murabahah adalah ”menjual suatu
barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli (harga
perolehan) dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai
laba(keuntungan)
Diperkenankan menawarkan dengan harga
berbeda, namun pada akad yang
disepakati hanya terdapat satu harga.
Tidak ada ketentuan syar’i yang membatasi
besaran keuntungan. Harga terbentuk
karena kesepakatan.
Harga Dalam Murabahah(Fatwa DSN MUI No 16/2000 dan PSAK 102 par 9)
UNSUR MURABAHAH
Harga Perolehan Rp. xxx (persediaan)
Keuntungan Rp. xxx (margin murabahah tangguhan )
Harga Jual Rp. xxx (piutang murabahah)
Tangguh
Utang Pembeli
DISKON PEMBELIAN ASET MURABAHAH
PSAK 102 PAR. 20
Sebelum Akad
(a) Pengurang biaya perolehan
Setelah Akad
Diperjanjikan
Tidak diperjanjikan
(d) Pendapatan ops lainnya
Hak pembeli
(b) Kewajiban LKS kepada Pembeli
Hak penjual
(c) + keuntungan Murabahah
PENCATATAN DISKON MURABAHAH
A. Akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah,
jika terjadi sebelum akad murabahah,
Dr. Aset Murabahah (net) / Persediaan xxx
Cr. Kas xxx
B. Menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
pembeli;
Dr. Kas xxx
Cr. Utang Murabahah xxx
C. Menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika
terjadi setelah akad murabahah dan seusai akad
menjadi hak penjual.
Dr. Kas xxx
Cr. Keuntungan Murabahah xxx
D. Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Operasional lain xxx
CONTOH SOAL → DiskonPada tanggal 10 Januari 2020 Tn. ABC membeli Mobil :
– Harga Mobil Rp. 100.000.000,-
– Diskon 10%
Pada tanggal 27 Januari 2020 mobil tersebut terjual secara kredit Rp120.000.000. Bagaimanakah
jurnalnya?
PERHITUNGAN HARGA PEROLEHAN – PERSEDIAAN
Harga Mobil Rp. 100.000.000,-
Diskon Rp. 10.000.000,-
Harga Perolehan Rp. 90.000.000,-
Tanggal 10 Januari 2020
DR. PERSEDIAAN – MOBIL RP 90.000.000
Cr. KAS Rp 90.0000.000
Tanggal 27 Januari 2020
Dr. PIUTANG MURABAHAH Rp 120.000.000
Cr. PENDAPATAN MARGIN MURABAHAH Rp 30.000.000
Cr. PERSEDIAAN Rp 90.000.000
MURABAHAH BERMASALAH(Fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000)
• Nasabah yang tidak mampu disebabkan force majeur tidak
boleh dikenakan sanksi
• Nasabah mampu => tidak mempunyai kemauan dan tikad
baik => boleh dikenakan sanksi
• Tujuan sanksi => agar nasabah lebih disiplin dalam
melaksanakan kewajibannya
• Sanksi => besarnya ditentukan atas dasar
kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
• Dana berasal dari denda diperuntukkan sbg dana sosial
PENYAJIAN : PSAK 102 Par. 37-39
• Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang
dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah
dikurangi penyisihan kerugian piutang.
• Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai
pengurang (contra account) piutang murabahah.
• Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai
pengurang (contra account) utang murabahah.
Salam adalah jual beli barang, cara pesanan dengan
pegiriman kemudian, dan pembayaran harga lebih dahulu
dengan syarat-syarat tertentu (Fatwa DSN 05/2000).
C. Akuntansi Salam (PSAK 103)
SALAM
• Akad jual beli barang pesanan
• Pengiriman di kemudian hari oleh penjual
• Pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati
(1)
49
(2)
(3)(4)
Rp.6 M Rp.5 M
KETENTUAN PEMBAYARAN
1. Harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang atau manfaat.
2. Harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
(kontan)
3. Tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
50
KETENTUAN BARANG
1. Barang pesanan tersedia di pasar pada saat jatuh
tempo
2. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya
3. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan
barang sejenis sesuai kesepakatan.
4. Pengadaan barang diserahkan sepenuhnya pada
penjual, sehingga tidak diharuskan penjual
merupakan pemilik obyek salam51
Akun Yang DigunakanA. Neraca
1) Piutang Salam
2) Persediaan (Aset Salam)
3) Piutang Pada Petani
B. Laporan Laba/Rugi
1) Keuntungan penyerahan aset salam
2) Kerugian penyerahan aset salam
Akuntansi Pembeli
Piutang Salam (PSAK 103, Paragraf 11)
• Diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau
dialihkan kepada penjual.
• Piutang berupa barang → bukan uang
Modal Usaha Salam
(PSAK 103, Paragraf 12)
1) Kas → sebesar jumlah yang dibayarkan
2) Non Kas → nilai wajar
Selisih nilai wajar dengan nilai tercatat modal
usaha salam diakui sebagai keuntungan /
kerugian penyerahan aset salam
Barang Pesanan (PSAK 103, Paragraf 13)
Sesuai Akad
Dinilai sesuai nilai yang
disepakati
Berbeda Kualitas
Nilai Wajar = Nilai Akad
Nilai Wajar > Nilai Akad
Sesuai nilai akad
Nilai Wajar < Nilai Akad
Sesuai nilai wajar. Selisih
diakui sebagai kerugian
SAAT JATUH TEMPO : OBYEK SALAMFatwa DSN MUI No 5/2000
56
1. Kualitas barang sesuai pesanan → pembeli harus menerimanya,
dan tidak berhak untuk membatalkan akad.
2. Kualitas barang lebih rendah → pembeli berhak untuk
membatalkan pesanannya dan mengambil kembali uang
pembayaran yang telah diserahkan kepada penjual
3. Kualitas barang lebih baik → Tidak boleh ada tambahan biaya,
pembeli berhak menerima maupun menolak.
SAAT JATUH TEMPO
57
1. Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo→ pembeli harus
menerimanya, dan tidak berhak untuk membatalkan akad.
2. Waktu penyerahan barang setelah jatuh tempo → pembeli berhak:
a. Untuk membatalkan pesanannya dan mengambil kembali
uang pembayaran yang telah diserahkan kepada penjual, atau
b. Membuat Perjanjian Baru
3. Waktu penyerahan barang sebelum jatuh tempo → Tidak boleh ada
tambahan biaya, pembeli harus menerimanya; kecuali untuk barang
yang terpengaruh waktu.
Jatuh Tempo PengirimanPSAK 103 Paragraf 13.c
Pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang:
1) Diperpanjang → piutang sebesar yang tercatat
2) Dibatalkan → berubah jadi piutang sebesar bagian yang belum
diserahkan
3) Dibatalkan dan penjual memiliki jaminan
Hasil penjualan < piutang salam,
Selisih diakui sebagai piutang jatuh tempo
Hasil penjualan > piutang salam,
Selisih hak penjual
Db. Piutang Penjual xxx
Cr. Piutang Salam xxx
Denda (PSAK 103, Paragraf 14)
Denda yang diterima oleh pembeli diakui
sebagai bagian dana kebajikan
Db. Kas
Cr. Dana Kebajikan – (Denda)
Barang Pesanan (PSAK 103, Paragraf 16)
Barang pesanan diterima diakui sebagai
persediaan
Akhir periode, persediaan salam diukur:
• Nilai terendah → Biaya perolehan atau NRV
• NRV < Biaya perolehan → Selisih diakui
sebagai kerugian
Akun Pada Akuntansi Penjual
A. Akun Laporan Posisi Keuangan (neraca)
1. Utang Salam (kewajiban salam)
2. Persediaan (Aset Salam)
3. Utang kepada LKS
B. Akun-akun Laporan Laba Rugi
1. Keuntungan Penyerahan Aset
2. Kerugian Penyerahan Aset
3. Kerugian salam
4. Keuntungan salam
Akuntansi Penjual
Kewajiban Salam (PSAK 103, Paragraf 17,19)
• Diakui pada saat penjual menerima modal usaha
salam sebesar modal usaha salam yang diterima.
• Dihentikan pengakuannya (derecognation) pada
saat penyerahan barang kepada pembeli.
• Salam parallel
Keuntungan atau kerugian diakui saat penyerahan
barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Penyajian (PSAK 103, Paragraf 20-22)
• Pembeli menyajikan modal usaha salam yang
diberikan sebagai piutang salam.
• Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena
tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi salam disajikan secara terpisah dari
piutang salam.
• Penjual menyajikan modal usaha salam yang
diterima sebagai kewajiban salam.
Mudharabah adalah akad kerjasama usahaantara dua pihak dimana pihak pertama(pemilik dana) menyediakan seluruh dana,sedangkan pihak kedua (pengelola dana)bertindak selaku pengelola, dan keuntunganusaha dibagi di antara mereka sesuaikesepakatan sedangkan kerugian finansialhanya ditanggung oleh pemilik dana.
(PSAK 105, paragraf 4)
65
66
Mudharabah
Mutlaqah
Pemilik modal (Shohib Al Mal) menyerahkanmodal kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha(diberi kebebasan), tempat dan waktu dan dengan siapa pengelola bertransaksi
Mudharabah
Muqayaddah
Pemilik modal (investor) menyerahkan modalkepada pengelola dan menentukan jenis usaha atau tempat atau waktu atau orang yang akan
bertransaksi dengan Mudharib
Mudharabah
Musytarakah
Diawal kerjasama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana. Setelah berjalannya operasi usaha, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.
RUANG LINGKUP PSAK 105
• Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan transaksi mudharabah baik sebagai
pemilik dana (shahibul maal) maupun
pengelola dana (mudharib).
• Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan
perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad mudharabah
MODAL MUDHARABAH
Diakui sebagai “investasi mudharabah”
pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset nonkas kepada pengelola dana.
(PSAK 105, paragraf 12)
AKUNTANSI PEMILIK DANA
PENGUKURAN INVESTASI MUDHARABAH
(PSAK 105, Paragraf 13)
• Kas → sebesar jumlah yang dibayarkan;
• Aset nonkas → sebesar nilai wajar saat penyerahan:
a. Jika lebih tinggi dari nilai tercatatnya
→ selisihnya diakui sebagai keuntungan
tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka
waktu akad mudharabah.
b. Jika lebih rendah dari nilai tercatatnya
→ selisihnya diakui sebagai kerugian
PENURUNAN NILAI INVESTASI
MUDHARABAH
Sebelum dimulai
• Diakui: Kerugian
• Mengurangi saldo Investasi
Setelah dimulai
• Sebagai akibat proses normal (bukan Kelalaian →diperhitungkan dalam bagihasil → kerugian
PSAK 105 par 14 PSAK 105 par 15
PENYUSUTAN INVESTASI MUDHARABAH
(ASET NONKAS)
Merupakan kerugian tidak langsung yang
mengurangi jumlah investasi, namun
diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
(PSAK 105, paragraf 17)
Kelalaian Pengelolaan Dana
Ditunjukkan oleh beberapa kondisi:
1. Persyaratan yang ditentukan di dalam akad
tidak dipenuhi;
2. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan
(force majeur) yang lazim dan/atau yang telah
ditentukan dalam akad; atau
3. Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.
(PSAK 105, paragraf 18)
PENGHASILAN DALAM MUDHARABAH
• Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi
hasil usaha. (PSAK 105, paragraf 22)
• Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana
dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi
investasi mudharabah. (PSAK 105, paragraf 23)
• Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang. (PSAK 105, paragraf 24)
PRINSIP BAGI HASIL USAHAPembagian hasil mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip
bagi hasil atau bagi laba. Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka
dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan
total pendapatan usaha (omset), sedangkan jika berdasarkan prinsip
bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba
bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana
mudharabah.
Contoh:
75
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan Rp 100.000.000
Beban pokok penjualan Rp 70.000.000
Laba bruto Rp 30.000.000 Gross Profit Margin
Beban Rp 20.000.000
Laba rugi neto Rp 10.000.000 Profit Sharing
MUDHARABAH MUSYTARAKAH (PSAK 105 Paragraf 31-35)
• Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalammudharabah musytarakah, maka penyaluran danamilik pengelola dana diakui sebagai “investasimudharabah”. (PSAK 105, paragraf 31)
• Akad mudharabah musytarakah merupakanperpaduan antara akad mudharabah dan akadmusyarakah. (PSAK 105, paragraf 32)
KERUGIAN PADA MUDHARABAH
MUSYTARAKAH
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian
dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik
(PSAK105, paragraf 35)
77
DANA MUDHARABAH
• Diakui sebagai “dana syirkah temporer”
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas
yang diterima.
• Pada akhir periode akuntansi → diukur sebesar
nilai tercatatnya.
(PSAK 105, paragraf 25)
AKUNTANSI PENGELOLA DANA
PENDAPATAN MUDHARIB• Pengelola dana mengakui pendapatan atas penyaluran
dana syirkah temporer secara “bruto sebelum
dikurangi dengan bagian hak pemilik dana” (PSAK
105, paragraf 27)
• Bagi hasil mudharabah dapat menggunakan:
– Bagi Laba → Profit Sharing (laba neto)
– Bagi Hasil → (laba bruto)
• “Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer”
yang sudah diumumkan tapi belum dibagikan →
kewajiban (PSAK 105, paragraf 29)
PENYAJIAN (PSAK 105, Paragraf 36- 37)
• Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan
keuangan sebesar nilai tercatat.
• Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan
– Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya
untuk setiap jenis mudharabah;
– Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan dan telah
jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan
sebagai kewajiban; dan
– Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum
jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.
PENGUNGKAPAN (PSAK 105, Paragraf 38- 39)
• Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas, pada:
– rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
– enyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan
– pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
• Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas, pada:
– rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
– penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah;
– pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan risiko berdasarkan
porsi kontribusi dana.
(PSAK 106, paragraf 4) & DSN MUI No 8/2000
• Mitra aktif → mitra yang mengelola
usaha musyarakah, baik mengelola
sendiri atau menunjuk pihak lain atas
nama mitra tersebut.
• Mitra pasif → mitra yang tidak ikut
mengelola usaha musyarakah.
SIFAT MUSYARAKAH
85
1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai
akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha)
adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra
sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada
akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh
usaha tersebut.
MUSYARAKAH MUTANAQISAHFATWA DSN NO: 73/DSN-MUI/XI/2008
Syirkah yang kepemilikan aset (barang) atau
modal salah satu pihak (syarik) berkurang
disebabkan pembelian secara bertahap oleh
pihak lainnya;
86
Aset Musyarakah Mutanaqisah dapat di-ijarah-
kan kepada syarik atau pihak lain. →
Memperkuat Fatwa DSN MUI No 31/2002
Tentang Pegalihan Utang
Keuntungan usaha yang diperoleh dibagi sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati dalam akad
atau sesuai proporsi kepemilikan, sedangkan
kerugian harus berdasarkan proporsi
kepemilikan (modal) (PSAK 106, paragraf 09)
87
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
Mitra aktif atau pihak yangmengelola usaha
musyarakah harus membuat catatan
akuntansi yang terpisah untuk usaha
musyarakah tersebut.
(PSAK 106, paragraf 13)
88
Karakteristik Musyarakah
(PSAK 106, Paragraf 5-12)• Investasi musyarakah dapat berupa (Paragraf 06)
– Kas atau setara kas
– Aset non kas
• Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan
berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang
diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi
yang disalurkan (Paragraf 11)
• Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi
usaha yang terkait dengan investasi musyarakah yang
dikelola dalam pembukuan tersendiri (Paragraf 12)
SKEMA MUSYARAKAH
Usaha
% NISBAH
x UNTUNG
% PORSI MODAL
x KERUGIAN
MITRA PASIF (tidak
ikut mengelola)MITRA AKTIF
(Pengelola)
% PORSI MODAL
x KERUGIAN
% NISBAH
x UNTUNG
KewajibanMelakukan
Pembukuan
AKUNTANSI UNTUK MITRA AKTIF
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau asetnonkas untuk usaha musyarakah.
Pengukuran investasi musyarakah :
a) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan dan
b) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jikaterdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset nonkas,maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian asetmusyarakah dalam ekuitas. Selisih penilaian aset musyarakahtersebut diamortisasi selama masa akad musyarakah
Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar
disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan :
a) Penyusutan yang dihitung dengan model biaya historis ditambah
dengan
b) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat
penyerahan aset nonkas untuk usaha musyarakah
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, bank syariah )
diakui sebagai investasi musyarakah dan sisi lain sebagai dana syirkah
temporer sebesar :
a) Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima dan
b) Dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan
disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis
Selama Akad
Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah denganpengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar :
a) Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakahpada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada)atau
b) Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saatpenyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangipenyusutan dan kerugian (jika ada)
Akhir ahad
Pada saat diakhiri, investasi musyarakah yang belumdikembalikan kepada mitra pasif diakui sebagai liabilitas.
AKUNTANSI UNTUK MITRA PASIF
Pada saat akad
Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
nonkas kepada mitra aktif .
Pengukuran investasi musyarakah :
a) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan dan
b) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih
tersebut diakui sebagai :
• Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad atau
• Kerugian pada saat terjadinya
Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang
diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang
diserahkan, dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada)
Selama akad
Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah
dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir
akad dinilai sebesar :
a) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian (jika ada) atau
b) Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat
penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada)
Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah
yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui
sebagai piutang
Pengakuan hasil usaha
Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui
sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan.
Sedangkan kerugian investasi musyarakah
diakui sesuai dengan porsi dana .
Penyajian
Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait
dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan :
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan
yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi
musyarakah
b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan
sebagai unsur dana syirkah temporer untuk
c) Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai
unsur ekuitas
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang
terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan
a) Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra
aktif disajikan sebagai investasi musyarakah
b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset
nonkas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan
sebagai pos lawan (contra account) dari investasi
musyarakah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)atas suatu aset, dalam waktu tertentu denganpembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti denganpemindahan kepemilikan atas aset itu sendiri.
(DSN MUI 09/2000 & PSAK 107 paragraf 4)
100
OBYEK IJARAH
Obyek ijarah adalah manfaat dari Penggunaan asetberwujud atau tidak berwujud.
Maka: Tanggung jawab pemeliharaan berada padapemilik obyek ijarah (pemberi sewa)
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah ijarahdengan janji (Wa’d) perpindahan kepemilikan
Ijarah Aset : Aset BerwujudIjarah Muntahiyah Bit Tamlik (Fatwa DSN MUI No 27/2002)
Perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi
pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada
penyewa, setelah selesai masa sewa
Pemindahan : (1) Hibah (2) Jual-Beli
Opsi (wa’d) : Disepakati diawal dan tidak mengikat
IJARAH MUNTAHIYAH BIT TAMLIKPSAK 107 Paragraf 06
Dilakukan jika akad ijarah telah berakhir atau diakhiri dan aset ijarah telah diserahkan dengan membuat akad terpisahsecara:
• Hibah
• Penjualan sebelum masa akad berakhir
• Penjualan setelah masa akad berakhir
• Penjualan bertahap
Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik (IMBT)
3. Akad
PEMINDAHAN
KEPEMILIKAN
1. Hibah
2. Penjualan
1. IJARAH
2. UJRAH
Biaya Perolehan
• Obyek ijarah diakui:
–Pada saat diperoleh
–Sebesar biaya perolehan
• Biaya perolehan aset tetap mengacu ke
PSAK 16 dan aset tidak berwujud mengacu
ke PSAK 19 (PSAK 107 Paragraf 10)
AKUNTANSI PEMILIK OBYEK IJARAH
(MU’JIR)
Penyusutan (PSAK 107 Paragraf 12)
Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih
harus mencerminkan pola konsumsi yang
diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan
dari obyek ijarah.
Contoh:
Kendaraan dapat dipakai selama 8 tahun,
diijarahkan dengan akad IMBT selama 4 tahun,
maka umur ekonomis kendaraan tersebut adalah 4
tahun.
Metode Penyusutan
Metode dapat berupa:
– Metode garis lurus
– Metode saldo menurun
– Metode jumlah unit (PSAK 16 paragraf 65)
Biaya Perbaikan
• Merupakan tanggung jawab pemilik.
• Perbaikan dapat dilakukan oleh pemilik
secara langsung atau dilakukan oleh
penyewa atas persetujuan pemilik.
(PSAK 107 paragraf 18)
Biaya Perbaikan PSAK 107 Paragraf 16-17
1. Tidak rutin → diakui pada saat terjadinya;
2. Jika dilakukan penyewa dengan persetujuan
pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada
pemilik dan diakui sebagai beban pada saat
terjadinya; dan
3. IMBT melalui penjualan secara bertahap biaya
perbaikan dimaksud (1) dan (2) ditanggung
pemilik maupun penyewa sebanding dengan
bagian kepemilikan masing-masing atas obyek
ijarah.
Pendapatan Sewa
• Diakui pada saat manfaat atas aset telah
diserahkan kepada penyewa.
(PSAK 107 paragraf 14)
• Piutang pendapatan sewa → diukur sebesar
nilai yang dapat direalisasikan pada akhir
periode pelaporan.
(PSAK 107 paragraf 15)
Pada tanggal 10 Maret 2018, LKS MSA melakukan transaksi
ijarah sebuah mobil dengan harga Rp 140.000.000, nilai sisa
Rp 20.000.000. Keuntungan yang diharapkan (Return) 20%
pertahun. Penyusutan mobil 5 tahun. Jika digunakan IMBT masa
sewa 2 tahun, ditanya:
a. Buatlah jurnal jika digunakan akad ijarah
b. Jurnal jika menggunakan akad IMBT
Contoh Perhitungan Ijarah
Perhitungan Penyusutan IjarahPerhitungan Penyusutan obyek ijarah sebagai berikut:
Harga Perolehan Obyek Ijarah : Rp140.000.000
Umur Ekonomis (Masa Penyusutan) : 5 tahun (Sesuai kebijakan)
Metode Penyusutan : Garis Lurus
Rumus:
Harga Perolehan – nilai residu
Masa Penyusutan (Umur Ekonomis)
Penyusutan = 140.000.000-20.000.000 = 24.000.000/thun atau 2.000.000/ bulan
5
Jurnal
Db. Penyusutan Mobil Rp24.000.000
Cr. Akumulasi Penyusutan Mobil Rp24.000.000
Perhitungan Penyusutan IMBT
Perhitungan Penyusutan yang dilakukan oleh obyek ijarah sebagai berikut:
Harga Perolehan Obyek Ijarah : Rp140.000.000
Umur Ekonomis (Masa Penyusutan) : 2 tahun (Sesuai masa sewa)
Metode Penyusutan : Garis Lurus
Rumus:
Harga Perolehan – nilai residu
Masa Penyusutan (Umur Ekonomis)
Penyusutan = 140.000.000-20.000.000 = 60.000.000/thun atau 5.000.000/ bulan
2
Perhitungan Harga Sewa
IJARAH
IMBT
Keuntungan yang diharapkan :20%
Biaya penyusutan :Rp24.000.000/thn
Perhitungan harga sewa ijarah sebagai berikut:
Harga Perolehan Obyek Ijarah pertahun 24.000.000
keuntungan : 20% x Rp24.000.000 4.800.000
Harga Sewa Pertahun 28.800.000
atau sebesar Rp2.400.000 per bulan
Keuntungan yang diharapkan :20%
Biaya penyusutan :Rp60.000.000/thn
Perhitungan harga sewa IMBT adalah sebagai berikut:
Harga Perolehan Obyek Ijarah pertahun 60.000.000
keuntungan : 20% x Rp60.000.000 12.000.000
Harga Sewa Pertahun 72.000.000
atau sebesar Rp6.000.000 per bulan
Penyajian Dalam Laporan L/R
IJARAH
Pendapatan sewa 2.400.000
Pengeluaran biaya LKS
Biaya Penyusutan 2.000.000
Biaya pemeliharaan 0
Biaya Lain 0
Total Biaya 2.000.000
Pendapatan neto sewa (Ijarah) 400.000
IMBT
Pendapatan sewa IMBT 6.000.000
Pengeluaran biaya LKS
Biaya Penyusutan 5.000.000
Biaya pemeliharaan 0
Biaya Lain 0
Total Biaya 5.000.000
Pendapatan neto sewa (IMBT) 1.000.000
Beban Ijarah
• Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas asettelah diterima. (paragraf 20)
• Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atasmanfaat yang telah diterima. (paragraf 21)
• Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akadmenjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saatterjadinya. (paragraf 22)
• Biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah muntahiyahbittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, akanmeningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah. (paragraf 23)
AKUNTANSI PENYEWA (MUSTA’JIR)
Perpindahan KepemilikanParagraf 24
• Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar
nilai wajar objek ijarah yang diterima;
• Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa
mengakui aset sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang
disepakati;
• Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa
mengakui aset sebesar pembayaran yang disepakati atau nilai
wajar;
• Pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset
sebesar nilai wajar.
Penyajian
Pendapatan ijarah disajikan secara neto
setelah dikurangi beban-beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban
pemeliharaan dan perbaikan, dan
sebagainya (paragraf 31)
Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
• Keberadaan wa’d pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa’d pengalihan kepemilikan);
• Pembatasan-pembatasan, misal ijarah lanjut;
• Agunan yang digunakan (jika ada);
(b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset ijarah;
(c) Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada)
Pengungkapan(paragraf 32-33)
Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
• Total pembayaran;
• Keberadaan wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan);
• Pembatasan-pembatasan,misal ijarah lanjut;
• Agunan yang digunakan (jika ada); dan
(b) Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah)
Pengungkapan(paragraf 32-33)
Pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah (paragraf 02).
Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima
dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, tetapi bukan kegiatan
utamanya. Entitas tersebut mengacu ke PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah (paragraf 04).
Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan
atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
menyalurkan zakat, infak/sedekah (paragraf 05).
Sumber Dana(paragraf 05)
• Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infak/sedekah
serta dana lain yang oleh pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana
amil digunakan untuk pengelolaan amil.
• Dana infak/sedekah adalah bagian nonamil atas penerimaan
infak/sedekah.
• Dana zakat adalah bagian nonamil atas penerimaan zakat.
Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya,
baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi.
Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahiq
terdiri dari:
1. Fakir; 5. Muallaf;
2. Miskin; 6. Fisabilillah;
3. Riqab; 7. Orang dalam perjalanan (ibnu sabil);
4. Orang yang terlilit utang (ghorim); 8. Amil.
Muzakki adalah individu muslim yang secara syariah wajib membayar zakat.
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan
ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
(mustahiq).
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ZAKAT
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau asset lainnya diterima.
Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat:
a) jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas.
b) nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas
Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat
melalui amil maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana
zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui
sebagai penambah dana amil.
Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
a) pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil;
b) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Penerimaan Zakat (Paragraf 10 s/d 15)
Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat
sebesar:
a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
b) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas (paragraf 16).
Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah ana amil
(paragraf 20).
Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan),
misalnya rumah sakit, sekolah, mobil ambulan, dan fasilitas umum diakui sebagai:
a) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola
kepada pihak lain yang tidak dikendalikan oleh amil
b) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam
pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara
bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola
pemanfaatannya (paragraf 23).
Penyaluran Zakat
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN INFAK/SEDEKAH
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak
terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:
a) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
b) Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas (paragraf 24)
Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola dinilai
sebesar nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar
infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana
infak/sedekah terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah
ditentukan oleh pemberi (paragraf 27).
Penerimaan Infak/Sedekah
Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:
a) Pengurang dana infak/sedekah, jika terjadi bukan disebabkan oleh
kelalaian amil;
b) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian
amil (paragraf 30).
Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka
waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana
pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah (paragraf
32).
Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
b) Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
(paragraf 33)
Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai
penambah dana amil (paragraf 34).
Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana
bergulir dicatat sebagai piutang Infak/sedekah bergulir dan tidak
mengurangi dana infak/ sedekah (paragraf 37).
Penyaluran Infak/Sedekah
PENYAJIAN
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dana amil, dan
dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi
keuangan).
(Paragraf 38)
H. Akuntansi Sukuk (PSAK 110)
Ruang Lingkup
• Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan
transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah, baik sebagai
penerbit sukuk maupun investor sukuk
Definisi
Beban ijarah adalah imbal hasil yang diberikan oleh penerbit
sukuk kepada pemilik sukuk ijarah
Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan
secara langsung dengan penerbitan atau perolehan sukuk.
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas :
a) Aset berwujud tertentu
b) Manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada
c) Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada
d) Aset proyek tertentu atau
e) Kegiatan investasi yang telah ditentukan
Sukuk ijarah adalah sukuk yang menggunakan akad ijarah
Sukuk mudharabah adalah sukuk yang menggunakan akad
mudharabah
AKUNTANSI PENERBIT
Pengakuan dan pengukuran
Sukuk ijarah
• Sukuk ijarah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat dengan
ketentuan penerbitan sukuk ijarah. Sukuk ijarah diakui sebesar nilai
nominal, disesuaikan dengan premium dan diskonto, dan biaya transaksi
terkait dengan penerbitannya
• Pengakuan awal sukuk ijarah dilakukan pada saat sukuk ijarah diterbitkan
• Setelah pengakuan awal , jika jumlah tercatat berbeda dengan nominal
maka perbedaan tersebut diamortisasi secara garis lurus selama jangka
waktu sukuk ijarah
• Beban ijarah diakui saat terutang
• Amortisasi tidak dakui sebagai beban ijarah tetapi diakui sebagai beban
penerbitan sukuk ijarah
Sukuk Mudharabah• Sukuk Mudaharabah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terkait
dengan ketentuan penerbitan sukuk mudharabah . Sukuk mudharabah
diakui sebesar niali nominal. Biaya transaksi diakui secara terpisah dari
sukuk mudharabah
• Pengakuan awal sukuk mudharabah dilakukan pada saat sukuk mudahrabah
diterbitkan
• Biaya transaksi diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk
mudharabah
• Amortisasi daikui sebagai beban penerbitan sukuk mudharabah
• Bagi hasil yang menjadi hak pemilik sukuk mudharabah diakui sebagai
pengurang pendapatan, bukan sebagai beban
Penyajian
• Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas
• Sukuk iajrah disajikan secara neto setelah premium
atau diskonto dan biaya transaksi yang belum
diamortisasi
• Sukuk mudharabah disajikan sebagai dana syirkah
temporer
• Biaya transaksi untuk penerbitan sukuk mudharabah
disajikan dalam aset sebagai beban tangguhan bukan
sebagai pos lawan dari sukuk mudharabah
AKUNTANSI INVESTOR
Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan awal
• Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukukmudharabah sebesar biaya perolehan
• Biaya perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yangdiukur pada biaya perolehan dan pada nilai wajar melaluipenghasilan komperehensif lain termasuk biaya transaksi.Sedangkan biaya perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudahrabahyang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak termasukbiaya transaksi
• Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukukmudaharabah pada saat tanggal perdagangan atau penyelesaiantransaksi dalam pasar yang lazim
I. PSAK 111 AKUNTANSI WA’D
• Wa’d adalah janji dari suatu pihak kepada pihak lainuntuk melaksanakan sesuatu
• Hal utama yang membedakan antara wa’d dan akadadalah hak dan kewajiban hukum akad. Wa’d belummenimbulkan hak dan kewajiban hukum akad.Sementara akad telah menimbulkan hak dankewajiban hukum akad. Penuaian suatu wa’d akandituangkan melalui suatu akad.
• Janji (wa’d) dalam transaksi syariah bersifatmengikat (mulzim)
PENGAKUAN
• Pada saat entitas memberikan wa’d kepada entitas lain atau
menerima wa’d dan entitas lain, maka entitas tidak mengakui
aset dan liabilitas yang akan terjadi dari wa’d
• Ketika entitas memberikan wa’d kepada entitas lain, maka hal
tersebut belum memunculkan aset atau liabilitas dalam laporan
keuangan. Hal yang sama berlaku ketika entitas menerima
wa’d dari entitas lain. Wa’d hanya memunculkan potensi aset
atau potensi liabilitas di masa mendatang tetapi bukan aset
atau liabilitas saat ini.
• Entitas mengakui aset atau liabilitas yang terkait pada saat
akad dilakukan atau dasar wa’d sebelumnya sesuai dengan
pengaturan dalam PSAK lain yang relevan
PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkanpengguna untuk mengevaluasi sifat dan luas dari pemberian ataupenerimaan wa’d serta dampaknya terhadap posisi dan kinerjakeuangan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada :
a) Uraian mengenai kesepakatan pokok dalam wa’d, termasukjenis nilai, jangka waktu, dan pihak lawan.
b) Tujuan, kebijakan, dan pengelolaan risiko yang muncul dariwa’d.
c) Dampak potensial wa’d terhadap aset, liabilitas, penghasilan,dan beban pada akhir periode.
d) Analisis mengenai dampak terhadap aset, liabilitas,penghasilan, dan beban pada saat akad dilakukan atas dasarwa’d.
KETENTUAN TRANSISI
Pernyataan ini diterapkan secara prospektif dengan
ketentuan pada saat penerapan awal pernyataan ini :
a) Aset dan liabilitas yang ada ditelaah berdasarkan
pengaturan dalam pernyataan ini. Jika aset atau
liabilitas tersebut tidak memenuhi aset atau liabilitas
berdasarkan pernyataan ini, maka aset atau liabilitas
tersebut dihentikan pengakuannya.
b) Dampak perubahan kebijakan akuntansi sebelumnya
atas wa’d yang ada dibandingkan pengaturan dalam
pernyataan ini diakui saldo laba.
WA’D & AKAD
Wa’d
Janji/salingberjanji akan
/untuk
Halal/Tidakmelanggar
syariah
Mengikat secarasyariah
Akad
Perjanjianterhadap/melaku
kan sesuatu
Halal/tidakmelanggar
syariah
Mengikat secarasyariah dan
hukum positif
Transaksi repo surat berharga syariah (untuk selanjutnya disebut
dengan ‘transaksi repo syariah’) adalah transaksi penjualan surat
berharga syariah (SBS) oleh pihak pertama kepada pihak kedua
dengan janji (Wa’d) dari pihak pertama untuk membeli SBS dari
pihak kedua, dan janji dari pihak kedua untuk menjual kembali
SBS tersebut kepada pihak pertama di masa mendatang.
Secara umum transaksi repo syariah dilakukan sebagai berikut:
(a) Pihak pertama menjual SBS kepada pihak kedua
(b) Pihak pertama berjanji untuk membeli kembali SBS dari
pihak kedua dan pihak kedua berjanji akan menjual kembali
SBS kepada pihak pertama dimasa mendatang.
Repo Surat Berharga Syariah
(Penjualan dan Pembelian Kembali)
Pada saat jual beli pertama, akad jual beli antara pihak pertama
dan pihak kedua merupakan akad jual beli yang sesungguhnya
(al-bai’ al-haqiqi)
Pada saat jual beli kedua, harga beli kembali oleh pihak pertama
atau harga jual kembali oleh pihak kedua adalah:
(a) Harga yang sudah disepakati pada saat janji
(b) Harga pasar pada saat terjadinya akad jual beli kedua
Repo syariah dilakukan melalui akad jual beli atas SBS dengan
akad jual beli yang sesungguhnya yang antara lain ditandai
dengan berpindahnya kepemilikan SBS yang diperjualbelikan.
Pengertian akad jual beli sesungguhnya berarti telah terjadi
perpindahan dari pihak pertama kepada pihak kedua atas:
(a) Hak dan kewajiban hukum dari SBS
(b) Semua manfaat dan risiko secara substansial (substantially
all risk and reward) dari SBS; dan
(c) Pengendalian (control) atas SBS
Ruang LingkupPernyataan ini diterapkan pada transaksi wakaf yang
dilakukan oleh :
a) Nazhir organisasi dan badan hukum
b) Wakaf organisasi dan badan hukum
Nazhir perseorangan dapat menerapkan pernyatan ini
Aset wakaf dapat dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu. Aset wakaf yang dimanfaatkan
untuk jangka waktu tertentu (wakaf temperor) yang
diatur dalam pernyataan ini adalah wakaf uang.
DefinisiMauquf alaih adalah pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat
dari peruntukan harta benda wakaf sesuai pernyataan kehendak wakif
yang dituangkan dalam akta ikrar wakaf.
Ikrar wakaf adalah pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat
dari peruntukan harta benda wakaf sesuai pernyataan kehendak wakif
yang dituangkan dalam akta ikrar wakaf
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakif untuk dikelola
dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagaian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.
Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
Unsur Wakaf
• Unsur wakaf meliputi wakif, nazhir, aset wakaf, ikrar wakaf,
peruntukan aset wakaf, dan jangka waktu wakaf.
• Aset yang diwakafkan melalui ikrar wakaf yang dituangkan
dalam akta ikrar wakaf tidak dapat dibatalkan.
• Aset wakaf harus dikelola dan dikembangkan oleh nazhir
sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.
• Aset wakaf tidak dapat dijadikan jaminan, disita, dihibahkan,
dijual, diwariskan, ditukar, atau dialihkan melalui pengalihan
hak lainnya, kecuali diatur lain oleh peraturan peruandang-
undangan.
Wakaf diperuntukan untuk :
a) Sarana dan kegiatan ibadah
b) Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan
c) Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim
piatu, bea siswa
d) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat dan
e) Kemajuan kesejahteraan umum lain.
Entitas Pelaporan
• Entitas wakaf menyajikan laporan keuangan tersendiri yang tidak
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan organisasi atau badan hukum dari
nazhir.
• Jika entitas wakaf (investor) memiliki pengendalian atas entitas lain (investee),
maka seluruh investasi tersebut diukur pada biaya perolehan, nilai wajar, atau
metode ekuitas. Laporan keuangan entitas lain yang dikendalikan oleh entitas
wakaf tersebut tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan entitas wakaf.
• Laporan keuangan entitas wakaf yang lengkap meliputi :
a) Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b) Laporan rincian aset wakaf pada akhir periode
c) Laporan aktivitas selama periode
d) Laporan arus kas selama periode
e) Catatan atas laporan keuangan
Pengakuan
• Entitas wakaf mengakui penerimaan aset wakaf dari wakif (aset wakaf awal)
pada saat entitas wakaf memiliki kendali secara hukum dan fisik atas aset
tersebut.
• Syarat pengakuan aset wakaf awal dalam laporan keuangan adalah terjadinya
pengalihan kendali atas aset dari wakaf kepada entitas wakaf dengan
terpenuhinya kedua kondisi berikut :
a) Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum dan
b) Telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomi dari aset wakaf
• Kondisi tersebut dapat terpenuhi pada saat terjadi akta ikrar wakaf yaitu terjadi
pengalihan kendali aset wakaf secara hukum – yang disertai dengan pengalihan
kendali fisik atas aset, dari wakif kepada entitas wakaf. Kendali atas aset wakaf
secara hukum misalnya ketika wakif menstransfer dana langsung ke rekening
entitas wakaf melalui lembaga keuangan.
• Dalam suatu kondisi tertentu, entitas wakaf mungkin telah menerima aset dan
memperoleh manfaat ekonominya tetapi aset tersebut belum dialihkan secara
hukum sebagai aset wakaf awal. Misalnya, wakif telah mewakafkan tanah dan
telah menyerahkan tanah tersebut untuk digunakan sesuai peruntukannya, tetapi
belum dibuat akta ikrar. Tanah tersebut belum dapat diakui sebagai aset dalam
laporan keuangan entitas wakaf. Tanah tersebut diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Entitas wakaf baru akan mengakui tanah sebagai aset wakaf
dalam laporan keuangan pada saat dilakukan akta ikrar wakaf.
• Entitas wakaf perlu mengidentifikasi jenis dari aset wakaf awal yang akan
diakui dalam laporan keuangan berdasarkan pada manfaatnya. Beberapa
manfaat dari aset melekat pada aset tersebut, seperti tanah dan bangunan,
sehingga tidak memerlukan identifikasi yang mendalam. Beberapa aset yang
lainmemerlukan identifikasi yang mendalam untuk menentukan jenis aset wakaf
awal. Misalnya wakaf atas hasil panen dari kebun kelapa sawit yang dikelola
oleh wakif untuk periode waktu tertentu. da;lam kasus ini , jenis aset wakaf
awal yang diakui adalah hasil panen dari kebun sawit selama periode waktu
tertentu, bukan dalam bentuk kebun sawit.
• Jika entitas wakaf menerima wasiat wakaf, maka entitas
wakaf tidak mengakui aset yang akan diwakafkan di masa
mendatang dalam laporan keuangan periode berjalan.
• Janji untuk berwakaf tidak memenuhi kriteria pengakuan aset
wakaf walaupun dalam bentuk janji tertulis. Misalnya,
seseorang janji akan mewakafkan sebagaian manfaat polis
asuransi di masa mendatang. Entitas wakaf tidak mengakui
aset wakaf awal pada saat menerima janji tersebut, karena
aset yang akan diwakafkan belum menjadi milik dari pihak
yang berjanji. Entitas wakaf baru akan mengakui aset wakaf
pada saat terjadi klaim asuransi dan menerima kas dan setara
kas dari perusahaan asuransi atas pembayaran sebagian
manfaat polis asuransi.
Aset Wakaf Temporer• Entitas wakaf mengakui penerimaan waakf dengan jangka waktu tertentu
(wakaf temporer) sebagai liabilitas.
• Aset wakaf temporer adalah aset waakf dalam bentuk kas yang diserahkan oleh
wakif kepala entitas wakaf untuk dikelola dan dikembangkan dalam jangka
waktu tertentu. Hasil pengelolaan dan pengembangan dari aset wakaf temporer
selama jangka waktu tertentu akan diperuntukan untukmauquf alaih. Setelah
jangka waktu tertentu, aset wakaf berupa kas akan dikembalikan kepala wakif.
• Entitas wakif mengakui penerimaan waakf temporer sebagai liabilitas, bukan
penghasilan, disebabkan entitas wakaf wajib mengembalikan aset yang
diwakafkan ke wakif di masa mendatang. Penghasilan entitas wakaf adalah
manfaat yang dihasilkan oleh aset wakaf temporer berupa imbal hasil.
Misalnya, wakif mewakafkan uang sejumlah Rp 1.000.000 selama satu tahun
ke entitas wakif. Imbal hasil dari dana tersebut selama satu tahun adalah RP
10.000. entitas wakaf mengakui Rp 1.000.000 sebagai liabilitas dan Rp 10.000
sebagai penghasilan berupa penerimaan wakaf temporer.
Hasil Pengelolaan Dan Pengembangan
• Hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan tambahan manfaat
ekonomis dalam bentuk tambahan aset yang bersumber dari aset wakaf yang
ada, berupa berbagai macam bentuk penghasilan, seperti imbal hasil, dividen
dan bentuk penghasilan lainnua.
• Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan hasil
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf setelah dikurangi beban yang
terkait.
• Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf termasuk selisih
pelepasan aset yang bersumber dari aset wakaf awal. Misalnya, entitas wakaf
menerima wakaf 1.000 lembar saham. Sebagian deviden dari saham tersebut
kemudian digunakan untuk memperoleh tambahan 100 lembar saham. Ketika
dilakukan pelepasan atas tambahan 100 lembar saham tersebut diperoleh
keuntungan sebesar Rp 20.000.000, maka Rp 20.000.000 tersebut merupakan
bagian dari hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf.
PENGUKURAN • Pada saat pengakuan awal. Aset wakaf awal dari wakif diukur sebagai
berikut :
a) Aset wakaf awal berupa uang diukur pada nilai nominal
b) Aset wakaf awal selain uang diukur pada nilai wajar
• Aset wakaf awal selain uang diukur pada nilai wajar saat pengakuan
awal. Namun dalam beberapa kondisi, ketika nilai wajarnya tidak dapat
diukur secara andal, maka aset wakaf awal tersebut tidak diakui dalam
laporan keuangan. Aset wakaf tersebut harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Jika kemudian nilai wajar aset wakaf
awal dapat ditentukan secara andal, maka aset wakaf tersebut diakui
dalam laporan keuangan. Laporan keuangan periode sebelumnya tidak
disesuaikan dengan adanya pengakuan aset wakaf tersebut.
• Aset logam mulia diukur pada nilai wajar dan perubahannya diakui
sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf.
Kebijakan Akuntansi Lain
Kebijakan akuntansi atas aset wakaf yang diatur dalam
pernyataan ini mengacu pada PSAK lain yang relevan. Misalnya :
a) Aset wakaf berupa aset tetap mengacu pada PSAK 16: Aset
Tetap
b) Aset wakaf berupa properti investasi mengacu pada PSAK
13: Properti Investasi
c) Aset wakaf berupa aset tak berwujud mengacu pada PSAK
19: Aset Tak Berwujud
d) Aset wakaf berupa sukuk mengacu pada PSAK 110:
Akuntansi Sukuk
Akuntansi Wakif• Wakif mengakui aset wakaf yang diserahkan secara permanen kepada entitas wakaf sebagai beban
sebesar jumlah tercatat dari aset wakaf.
• Wakif mengakui aset wakaf yang diserahkan secara temporer kepada entitas wakaf sebagai aset
yang dibatasi penggunaannya.
• Wakif mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi wakaf tetapi tidak terbatas pada:
a) Wakaf Permanen:
▪ Rincian aset wakaf yang diserahkan kepada entitas wakaf pada periode berjalan
▪ Peruntukan aset wakaf yang diserahkan kepada entitas wakaf pada periode berjalan
b) Wakaf temporer:
▪ Rincian aset wakaf yang diserahkan kepada entitas wakaf pada periode berjalan,
peruntukan, dan jangka waktunya
▪ Penjelasan mengenai total aset wakaf temporer
c) Hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau mauquf alaih, jika ada, yang meliputi:
▪ Sifat hubungan
▪ Jumlah dan jenis aset wakaf temporer
▪ Persentase penyaluran manfaat wakaf dari total penyaluran manfaat wakaf selama periode
berjalan
Nazhir dan Wakif Perseorangan, Organisasi,
dan Badan Hukum
Nazhir dan wakif dapat berupa perseorangan,
organisasi dan badan hukum. UU Wakaf
mengatur nazhir organisasi dan badan hukum
merupakan organisasi dan badan hukum yang
bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan/atau keagamaan islam.
DASAR PENYUSUNAN
1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(PSAK) Syariah
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas TanpaAkuntabilitas Publik (SAK ETAP)
3. Standar Akuntansi Keuangan lainnya yangberlaku dan sesuai perkoperasian
4. Peraturan perundang-undangan yang relevandengan Usaha Simpan Pinjam danPembiayaan Syariah oleh Koperasi
Pengertian umum1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang – seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas azas kekeluargaan, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, selanjutanya disingkat
menjadi KSPPS adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya
hanya usaha simpan pinjam sesuai prinsip syariah dan mengelola zakat,
infaq/sedekah, dan wakaf
3. USPPS Koperasi adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha
meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip syariah,
termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf sebagian bagian dari
kegiatan koperasi yang bersangkutan
AKAD AKAD KSPPSWadiah Yad Dhamanah adalah akad penitipan dana di mana pihak
penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik dana dapat
memanfaaatkan dana titipan dan harus bertanggung jawab terhadap
dana tersebut. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam
penggunaan dana tersebut menjadi hak penerima titipan.
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana
(shahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal dana dengan
pihak pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan dengan porsi
keuntungan akan dibagi bersama (nisbah) sesuai dengan kesepakatan
dimuka dari modal, kecuali jika diketemukan adanya kelalaian atau
kesalahan oleh pihak pengelola dana (mudharib), seperti
penyelewangan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
Pembiayaan Musyarakah (syirkah), adalah akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan,
sedangkan resiko berdasarkan porsi kontribusi dana.
Murabahah adalah akad pembiayaan untuk tujuan pembelian
barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjualan harus
mengungkapkan harga perolehan kepada pembeli.
Salam adalah akad pembiayaan dengan tujuan pembelian barang pesanan
dengan pengiriman di kemudian hari oleh pemilik barang dan
pelunasannya dilakukan pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-
syarat tertentu.
Salam Paralel adalah dua transaksi salam yang dilakukan oleh para pihak
secara simultan.
Istishna adalah akad pembiayaan dengan tujuan pembelian pesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesanan dan pemilik barang
Istishna Paralel adalah dua transasksi istishna yang dilakukan oleh para
pihak secara simultan.
Ijarah adalah akad pembiayaan dengan tujuan sewa (ijarah) atas manfaat dari
sebuah aset, sedangkan sewa-beli (ijarah wa iqtina) atau disebut juga ijarah
muntahiya bittamlik (IMBT) adalah sewa yang diakhiri dengan pemindahan
Ar Rahn adalah akad peminjaman dana dengan menjadikan sesuatu harta
sebagai jaminan, jika tidak mampu melunasi dapat dijadikan pembayar dan
dikenakan biaya pemeliharaan atas harta jaminan tersebut.
Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh penjamin (kafil)
kepada penerima jaminan (makfuul) dan penjamin bertanggung jawab atas
pemenuhan kembali suatu kewajiban yang menjadi hak penerima jaminan.
Pinjaman (Qardh) adalah akad pinjaman dana tanpa imbalan, dimana
peminjam mempunyai kewajiban mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati
Komponen Laporan KeuanganKONVESIONAL KSPPS
1. Laporan Posisi Keuangan 1. Neraca/Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi 2. Laporan Perhitungan Hasil Usaha
3. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas 4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Catatan Atas Laporan Keuangan
6. Laporan sumber dan penggunaan dana
zakat
7. Laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Perusahaan pembiayaan dan UUS wajib memiliki DPS
minimal 1 orang atau lebih yang diangkat dalam RUPS
dan dituangkan dalam akta notaris atas rekomendasi
DSN MUI, Tugas dan wewenang DPS: memberikan
nasihat dan saran kepada Direksi, mengawasi aspek
syariah kegiatan operasional perusahaan dan sebagai
wakil perusahaan pada DSN MUI.
• Budi (Pembeli) dan Andi (Penjual) bersepakatuntuk melakukan akad murabahah untukmembeli Motor Honda pada 10 Maret 2021. Harga beli motor Rp15juta. Keuntungan yang sepakati Rp1.000.000. Peluasan dilakukan saatmotor diserahterimakan. Jurnal yang dibuatuntuk mencatat transaksi penjualan dari sisipenjual ketika akad dilakukan (tanggal 10 Maret) adalah…
Recommended