18
1. Jenis Aktiva Tetap - Fixed tangible assets (aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk) a. Tanah (land) yang diatasnya dibangun gedung, kantor, dll.( menurut SAK dan Peraturan Pajak, tanah tidak disusutkan) b. Gedung (Building, termasuk pagar, lap.parkir, taman, mesin, furniture, peralatan) c. Natural Resource (Sumber Alam, termasuk pertambangan minyak, batubara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH)). Harus dideplesi saat sumber alam tersebut mulai menghasilkan, bukan disusutkan. - Fixed intangeble assets (aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk) a. Hak Paten b. Hak Cipta c. Franchise d. Goodwill e. Pre operating expenses (biaya yang dikeluarkan sebelum perusahan berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian) 2. Jenis Transaksi Jenis transaksi aset tetap yang mungkin terjadi antara lain : - Perolehan aset tetap secara tunai atau dengan alat nonomoneter lainnya

Auditing 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aset tetap

Citation preview

Page 1: Auditing 2

1. Jenis Aktiva Tetap

- Fixed tangible assets (aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk)

a. Tanah (land) yang diatasnya dibangun gedung, kantor, dll.( menurut SAK

dan Peraturan Pajak, tanah tidak disusutkan)

b. Gedung (Building, termasuk pagar, lap.parkir, taman, mesin, furniture,

peralatan)

c. Natural Resource (Sumber Alam, termasuk pertambangan minyak,

batubara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH)).

• Harus dideplesi saat sumber alam tersebut mulai menghasilkan,

bukan disusutkan.

- Fixed intangeble assets (aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk)

a. Hak Paten

b. Hak Cipta

c. Franchise

d. Goodwill

e. Pre operating expenses (biaya yang dikeluarkan sebelum perusahan

berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian)

2. Jenis Transaksi

Jenis transaksi aset tetap yang mungkin terjadi antara lain :

- Perolehan aset tetap secara tunai atau dengan alat nonomoneter lainnya

- Penghapusan aset tetap melalui penjualan, pertukaran, pemberhentian,

pemakaian atau pembuangan

- Penyusutan aset tetap selama umur ekonomisnya

- Penyewaan aset tetap

3. Merancang tes substantif atas saldo aktiva tetap

3.1 Menentukan Risiko Deteksi

Pengujian substantif yang dilakukan auditor akan jauh akan lebih ekstensif dalam

audit pertama atas seorang klien dibandingkan dengan penugasan yang berulang. Dalam

penugasan yang berulang, auditor akan memusatkan perhatian pada transaksi tahun

berjalan. Biasanya proporsi terbesar dari aktiva tetap adalah aktiva yang ada pada awal

tahun yang sebelumnya telah diaudit. Karena itu, akan lebih murah untuk memusatkan

perhatian pada populasi yang lebih kecil dari transaksi tahun berjalan.

Page 2: Auditing 2

Ketika menentukan risiko deteksi, auditor harus mempertimbangkan sejauh mana

klien mempunyai aktiva konstruksi, lease modal yang signifikan, dan penambahan serta

penarikan yang signifikan dari aktiva-aktiva itu. Auditor juga perlu mengevaluasi asumsi-

asumsi kunci yang bertalian dengan estimasi akuntansi atas beban penyusutan. Akhirnya,

risiko deteksi dalam penugasan yang berulang seringkali tergantung pada pengendalian

internal atas siklus pengeluaran.

3.2 Merancang Pengujian Substantif

Pengujian substantif yang mungkin dilakukan atas saldo aktiva tetap dalam

penugasan yang berulang dan tujuan audit atas saldo akun spesifik yang bertalian dengan

pengujian itu dijelaskan sebagai berikut

Prosedur Awal

            Suatu prosedur awal yang penting termasuk mendapatkan pemahaman tentang

bisnis dan industribersangkutan. Prosedur ini juga memberikan sarana untuk mengevaluasi

kelayakan bukti yang diperoleh pada tahap audit berikutnya dan juga melaksanakan

prosedur awal atas saldo dan catatan aktiva tetap yang akan mendapat pengujian lebih

lanjut.

Prosedur Analitis

            Suatu bagian yang penting dari siklus investasi adalah menentukan bahwa

informasi keuangan yang akan diaudit konsisten dengan ekspektasi auditor. Ketika

melaksanakan prosedur analitis, auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme

profesional yang layak dan menyelidiki hasil-hasil yang tidak normal. Jika hasil prosedur

analitis konsisten dengan ekspektasi auditor maka strategi audit dapat dimodofikasi untuk

mengurangi luas pengujian rincian transaksi dan saldo.

Pengujian Rincian Transaksi

            Pengujian substantif ini mencakup tiga jenis transaksi yang berkaitan dengan aktiva

tetap:

- Memvouching penambahan aktiva tetap

                        Semua penambahan yang normal harus didukung oleh dokumentasi berupa

otorisasi dalam notulen rapat, voucher, faktur, kontrak dan cek-cek yang dibatalkan.Jumlah

yang dicatat harus divouching untuk mendukung dokumentasi.

Page 3: Auditing 2

- Memvouching pelepasan aktiva tetap

Bukti-bukti tentang penjualan, penarikan, dan tukar tambahharus tersedia bagi

auditor dalam bentuk nota pembayaran kas , otorisasi tertulis, dan perjanjian penjualan.

Dokumentasi tersebut harus ditelaah secara seksama untuk menentukan ketepatan dan

kelayakan catatan akuntansi termasuk pengakuan keuntungan atau kerugian.

Mereview ayat jurnal ke beban reparasi dan pemeliharaan

                     Tujuan auditor dalam melaksanakan pengujian ini adalahuntuk menentukan

kelayakan dan konsistensi pembebanan ke beban reparasi.Kelayakan meliputi

pertimbangan meliputi pertimbangan mengenai apakan klien telah melakukan pembedaan

yang tepat antara pengeluaran modal dan pendapatan.

Pengujian Rincian Saldo

     -  Menginspeksi Aktiva Tetap

            Inspeksi aktiva tetap akan memungkinkan auditor untuk mendapatkan pengetahuan

pribadi yang langsung mengenai eksistensinya. Dalam penugasan yang berulang, inspeksi

yang terinci dapat dibatasi pada pos-pos yang tercantum pada skedul penambahan aktiva

tetap.Akan tetapi, auditor harus mengunjungi aktiva tetap lainnya sambil tetap waspada

terhadap bukti relevan lainnya tentang aktiva tetap.

      - Memeriksa Dokumen dan Kontrak Hak Kepemilikan

            Kepemilikan atas kendaraan dapat ditetapkan dengan memeriksa sertifikat hak

(BPKB), sertifikat pendaftaran (STNK), dan Polis Asuransi.Untuk peralatan, perabotan,

dan furniture, faktur yang telah “dibayar” mungkin merupakan bukti terbaik mengenai

kepemilikan.Bukti tentang kepemilikan dalam industri real estatedapat ditemukan dalam

akte pembelian, polis asuransi pemilikan, tagihan pajak property, tanda terima pembeyaran

hipotek, dan polis asuransi kebakaran.

Pengujian Rincian Saldo : Estimasi Akuntansi

      - Review Penyisihan Untuk Penyusutan

            Dalam pengujian ini, auditor mencari bukti tentang kelayakan, konsistensi, dan

ketetapan beban penyusutan.Titik tolak yang asensial bagi auditor dalam melakukan

pengujian ini adalah memastikan metode penyusutan yang digunakan oleh klien selama

tahun yang sedang diaudit.

Page 4: Auditing 2

      - Penurunan Nilai Aktiva Tetap

            Auditor harus mengevaluasi apakan klien telah memperhitungkan secara layak

penurunan nilai (impairment) aktiva tetap apabila terjadi perubahan yang material

bagaimana suatu aktiva digunakan, atau apabila terjadi perubahan yang material dalam

lingkungan bisnis. Bukti untuk mengevaluasi penurunan nilai ini didasarkan pada estimasi

arus kas masa depan yang belum didiskontokan dari aktiva itu.

Perbandingan Penyajian Laoran Dengan GAAP

            Persyaratan penyajian laporan aktiva tetap dalam keuangan bersifat ekstensif

(PD1,2,3). Sebagai contoh, laporan keuangan harus memperlihatkan beban penyusutan

selama tahun berjalan, biaya dan nilai buku kelas utama aktiva tetap, serta metode

penyusutan yang digunakan.

            Properti yang digadaikan sebagai jaminan atas pinjaman harus diungkapkan.

Kelayakan pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease dapat

ditentukan dengan melihat kembali ke pengumuman akuntansi atoritatif dan perjanjian

lease yang berkaitan.

Page 5: Auditing 2

AUDIT PROGRAM

NAMA PERUSAHAAN :

PERIODE :

AKUN : AKTIVA TETAP

TUJUAN PEMERIKSAAN :

1. Meyakinkan bahwa aktiva tetap benar-benar ada, dimiliki dan atas nama perusahaan.2. Meyakinkan bahwa aktiva tetap tersebut dijaminkan atau tidak dijaminkan.3. Meyakinkan apakah penilaian dan metode penyusutan telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang diterima

Umum, serta dilaksanakan secara konsisten.

PETUNJUK PEMERIKSAAN :

Dibuat tanggal ........................

Keterangan Estimasi Actual Selisih Paraf1. Lakukan penelusuran saldo

aktiva tetap yang tercantum dalam neraca saldo ke dalam buku besarnya.

2. Periksa penambahan dan pengurangan aktiva tetap, serta penambahan dan pengurangan akumulasi penyusutan.

3. Periksa jenis-jenis aktiva tetap yang diasuransikan (jika ada)

4. Hubungkan pemeriksaan aktiva tetap dengan pemeriksaan beban, dalam hubungannya dengan kebijakan kapitalisasi dan beban penyusutan.

5. Lakukan analisis terhadap rekening beban reparasi dan pemeliharaan.

Total

Temuan/Komentar :

___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sumber : KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (dbsd&a) Malang

Page 6: Auditing 2

4. Pengenalan terhadap perhitungan PSAK 24

Apa itu PSAK 24 ?

PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di

perusahaan. Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah:

Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara

umum mengenai tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari

imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK). Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan

Perusaaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan

Serikat Pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.

untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow karena

ketentuan UUK tersebut perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun

2003 tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan perusahaan untuk membukukan

pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja dalam laporan

keuangannya.

Imbalan Kerja

Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang

diberikan suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau

untuk pemutusan kontrak kerja.

Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan

kerja di PSAK-24 adalah sebagai berikut:

1. Imbalan kerja jangka pendek

Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang dari 12 bulan. Contoh dari

Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan Sosial, cuti tahunan,

cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12 bulan pada periode

akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan kesehatan,

rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau memalui

subsidi).

2. Imbalan kerja jangka panjang

Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan. Contoh dari

Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti panjang, penghargaan masa

Page 7: Auditing 2

kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan

lain-lain.

3. Imbalan pasca kerja

Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja sudah tidak aktif

lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan Pensiun,

Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Imbalan

pemutusan kontrak kerja.

4. Imbalan pemutusan kontrak kerja

Yaitu imbalan kerja yang diberikan karena perusahan berkomitmen untuk:

(1) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum mencapai usia pensiun

normal, atau (2) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang menerima

penawaran pengunduran diri secara sukarela (golden shake hand). Imbalan ini

dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika dan hanya jika perusahaan sudah

memiliki rencana secara jelas dan detail untuk melakukan PKK dan kecil

kemungkinan untuk membatalkannya.

Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu

imbalan yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah

berhenti bekerja (pasca kerja=setelah kerja).

Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang dihitung untuk di cadangkan dalam

PSAK-24, yaitu:

1. Imbalan pasca kerja karena karyawan pensiun

2. Imbalan pasca kerja karena karyawan sakit berkepanjangan

3. Imbalan pasca kerja karena karyawan meninggal dunia

4. Imbalan pasca kerja karena karyawan mengundurkan diri

Keterkaitan profesi auditor (kantor akuntan publik) dengan PSAK 24

Pihak yang terkait dalam proses perhitungan beban imbalan kerja PSAK 24

adalah auditor, biasanya eksternal auditor (Kantor Akuntan Publik-KAP). Seperti

yang telah diketahui setiap perusahaan akan menyusun laporan keuangan di akhir

tahun buku, maka pihak KAP akan melakukan audit diperusahaan. Pada proses

audit tersebut lah hasil laporan PSAK 24 yang telah dihitung akan di cek validasi

nya. Apakah sudah sesuai dengan PSAK 24 yang di keluarkan oleh DSAK-IAI atau

belum.

Page 8: Auditing 2

Oleh karena itu penerapan PSAK 24 dianjurkan kepada perusahaan, Kalau

tidak menerapkan PSAK ini, maka auditor akan memberikan pendapat wajar

dengan pengecualian PSAK 24. Artinya, semua akun di laporan keuangan adalah

wajar, bebas dari salah saji material, kecuali salah satu akun sehubungan dengan

PSAK 24, karena perusahaan tidak mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

yang berlaku di Indonesia.

5. Menghitung Pesangon PHK & Pensiun sesuai UU 13-2003

Pasal 156 UU No. 13 tahun 2003, ayat 1 menyebutkan, "Dalam hal terjadi

pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar pesangon dan atau

uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya

diterima."Ingat Perhitungan dibawah ini adalah berdasarkan Undang-Undang

Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003. Jika formula perhitungan pesangon dan

penghargaan yang diatur pada Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama

(PKB) lebih baik dari pada yang diatur dalam UU No. 13/2003, maka yang

digunakan adalah formula yang dipakai pada Peraturan Perusahaan atau Perjanjian

Kerja Anda.Pasal 157 ayat 1 menyebutkan bahwa komponen upah yang dijadikan

dasar dalam perhitungan pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang

penggantian hak terdiri atas :

a. Upah Pokok

b. Segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap

Tabel 1.  Uang Pesangon  ( UP )

Pasal 156, ayat 2 menyebutkan, "Perhitungan pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut:

Page 9: Auditing 2

Tabel 2. Uang Penghargaan Masa Kerja ( UPMK )

Pasal 156, ayat 3 menyebutkan, "Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:

Page 10: Auditing 2
Page 11: Auditing 2

Hati-hati dengan tabel di atas.

Itu adalah tabel secara umum.

Untuk kasus PHK yang

lebih rinci, berikut

adalah besar uang pesangon

dan/atau penghargaan yang akan diterima.

Page 12: Auditing 2

Tabel 5. Pesangon & Penghargaan Setelah Digabung

Page 13: Auditing 2

Selain uang pesangon dan penghargaan, Anda masih berhak untuk uang cuti tahunan yang belum diambil, ongkos pulang ke tempat di mana Anda direkrut, penggantian perumahan dan kesehatan, dan hak-hak lain seperti diatur dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 156, ayat 4 menyebutkan, " Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

1. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;2. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana

pekerja/buruh diterima bekerja;3. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas

perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;

4. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Ingat ! Pesangon & Penghargaan Dipotong Pajak

Misalkan pada usia pensiun masa kerja Anda 10 tahun, gaji pokok adalah Rp 5.000.000 dan Anda sudah mengambil seluruh cuti Anda, tidak ada penggantian hak yang patut diperhitungkan dan tidak ikut program pensiun. Sesuai dengan UU NO. 13 tahun 2003, Pasal 167 ayat 5, maka perhitungan uang pesangon dan penghargaan Anda adalah sebagai berikut: