View
299
Download
23
Category
Preview:
DESCRIPTION
Mempelajari reaksi asetilasi asam salisilat menjadi aspirin.
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK
Judul : Sintesis Asam Asetil Salisilat
TujuanPercobaan : Mempelajari reaksi asetilasi asam salisilat menjadi aspirin.
Pendahuluan
Asam asetil salisilat sering dikenal dengan sebutan aspirin, namun asam asetil
salisilat juga dikenal sebagai asetosal. Asam asetil salisilat memiliki bentuk kristal dengan
range warna dari tidak berwarna hingga berwarna putih. Asam asetil salisilat stabil dalam
udara kering namun akan terdegradasi secara perlahan apabila berinteraksi dengan uap air
sehingga menjadi asam asetat dan asam salisilat. Asam asetil salisilat memiliki harga titik
lebur sebesar 135°C (Lenggana, 2010).
Asam asetilsalisilat atau aspirin, merupakan obat analgesik yang memiliki kerangka
salisilat yang diperkenalkan oleh Dreser pada tahun 1899 untuk mengurangi efek samping
obat antiinflamasi pada masa itu yang sering menyebabkan nyeri lambung. Senyawa metil 2-
asetoksibenzoat merupakan salah satu senyawa ester asetilsalisilat yang telah dipatenkan oleh
Boghosian sebagai senyawa anti akne pada tahun 1981. Senyawa ester asetilsalisilat juga
telah dilakukan beberapa penelitian lanjutan. McMahon telah melakukan sintesis dan uji
kestabilitasannya dari hidrolisis pada empat macam prodrug asam asetilsalisilat yaitu aspirin
anhydride, isosorbide ester, phenyl ester dan nitrophenyl ester dari asam Asetilsalisilat
(Mukhrizal, 2013).
Gambar 1. Struktur Aspirin atau Asam asetil salisilat
(chemsketch, 2015).
Asam asetil salisilat juga berkhasiat sebagai anti demam kuat dan pada dosis rendah
sekali (40 mg) mampu untuk menghambat agregasi trombosit. Penggunaan dengan dosis
yang lebih tinggi (di atas 5g sehari) berkhasiat sebagai antiradang akibat gagalnya sintesa
progtasglandin-E (PgE2). Asam asetil salisilat juga sering digunakan sebagai alternatif
Paraf Asisten
antikoagulasia, obat pencegah infark kedua setelah terjadi serangan. Obat ini juga efektif
untuk profilaksis serangan stroke kedua setelah menderita TIA (Transient Ishaemic Attack =
serangan kekurangan darah sementara di otak), terutama pada pria (Tjay, 2002).
Asam asetil salisilat merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus ester. Ester
merupakan suatu senyawa turunan dari asam karboksilat. Asam asetil salisilat merupakan
senyawa turunan karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya diganti dengan gugus –OR
dari alkohol. Senyawa ester dapat dibuat dari anhidrida asam dengan alkohol atau juga bisa
dibuat dari asam dengan alkohol. Reaksi pembuatan ester yang disintesis dengan
menggunakan metode tersebut disebut dengan reaksi esterifikasi (Wilbraham, 1992).
Asam fenolat termasuk dalam golongan asam hidroksi, contohnya adalah asam salisilat
(asam orto hidroksibenzoat). Asam salisilat sering disintesis dalam pembuatan aspirin. Asetil
salisilat (aspirin) dapat disintesis dari asam salisilat dan asetat anhidrida. Aspirin digunakan
baik dalam bentuk murni atau dicampurkan dengan obat lain sebagai penghilang rasa nyeri
atau obat demam (Tim Penyusun, 2015).
Aspirin dapat disintesis melalui proses reaksi esterifikasi. Esterifikasi adalah suatu
reaksi kimia yang melibatkan dua senyawa, yaitu asam karboksilat dengan alkohol untuk
membentuk suatu ester. Pembuatan ester dari sintesis aspirin dapat dilakukan dengan cara
mereaksikan asam asetat yang memiliki gugus –COOH dan asam salisilat memiliki gugus
–OH. Asam asetat dapat diganti dengan senyawa lain dengan cacatan senyawa tersebut
memiliki gugus –COOH semisal asetat anhidrida. Sintesis aspirin tidak akan memberikan
produk yang baik apabila selama proses esterifikasi berlangsung dalam suasananya berair.
Hal ini disebabkan asam asetil salisilat yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi asam
salisilat berair (Horizon, 2011).
Asam salisilat merupakan senyawa golongan asam karboksilat yang dimanfaatkan
sebagai analgesik karena memiliki sifat yang sangat iritatif. Asam salisilat telah banyak
dimodifikasi terhadap strukturnya untuk meningkatkan aktivitas dari senyawa tersebut dan
memperkecil efek dalam penggunannya. Beberapa modifikasi struktur yang telah dilakukan
diantaranya pada gugus karboksil, gugus hidroksi fenolik, maupun pada cincin benzena.
Senyawa hasil modifikasi gugus hidroksi fenolik diantaranya asam asetil salisilat yang
berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik, antiinflamasi dan antiplatelet (Rudyanto, 2005).
Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoic acid atau orthohydrobenzoic
acid, memiliki struktur kimia C7H6O3., termasuk turunan senyawa aromatic yang memiliki
dua gugus fungsi, yaitu gugus hidroksi dan gugus karboksilat dengan struktur sebagai
berikut:
(chemsketch, 2015).
Asam salisilat bersifat hidrofil, berkhasiat fungsit terhadap fungi pada konsentrasi 3-6%
dalam salep (Yulistia, 2013). Asam salisilat memiliki pKa 2,97. Asam salisilat dapat
diekstraksi dari pohon willow bark, daun wintergreen, spearmint, dan sweet birch. Asam
salisilat saat ini telah dapat diproduksi secara sintetik. Asam salisilat memiliki bentuk
makroskopik berupa bubuk kristal putih dengan rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada
udara bebas. Bubuk asam salisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak.
Sifat lipofilik asam salisilat membuat efek klinisnya terbatas pada lapisan epidermis
(Sulistyaningrum, 2012).
Asam salisilat yang direaksikan dengan asetat anhidrida dalam sintesis aspirin akan
menyebabkan reaksi kimia yang mengubah gugus –OH pada asam salisilat menjadi gugus
asetil (R-OCOCH3). Reaksi sintesis aspirin ini sering dikenal dengan reaksi asetilasi. Reaksi
asetilasi membutuhkan adanya katalis dalam proses reaksinya. Katalis merupaka suatu zat
kimia yang akan mempercepat jalannya suatu reaksi kimia dengan cara menurunkan energi
aktivasinya dan akan terbentuk kembali diakhir reaksi sebelum terdeaktivasi. Katalis yang
sering digunakan adalah asam kuat, seperti asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai donor
proton sehingga ikatan pada asetat anhidrida lebih mudah terbuka lalu bergabung dengan
asam salisilat yang telah terdeprotonasi. Ion SO42- kembali mengikat proton H+ yang berlebih
setelah anhidrida asam bereaksi dengan ion salisilat (Horizon, 2011).
Asam asetat anhidrat dalam sintesis aspirin berperan sebagai anhidrida asam,
sedangkan asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH. Anhidrida
asam menyediakan gugus asetil yang akan menggantikan gugus –OH dari asam salisilat.
Produk sampingan dalam reaksi asetilasi adalah asam asetat. Asam asetat yang merupakan
hasil samping dari reaksi ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida
asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin. Reaksi akan
berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat (Horizon, 2011).
Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi kimia secara detail, sebagai berikut:
Alat
Labu leher tiga 250 mL, set alat refluks, termometer, corong Buchner, pipet tetes, pengaduk,
beaker glass, erlenmeyer 250 mL, cawan petri, gelas ukur 100 mL, batu didih, kertas saring,
pompa vakum, melting point tester.
Bahan
Asam salisilat kering (hasil hidrolisis ester pada minyak gandapura), asam asetat anhidrida,
asam sulfat pekat, akuades, alkohol 96 %, besi (III) klorida.
ProsedurKerja
a. Skema kerja
- dimasukkan ke dalam labu alas bulat 250 mL dan ditambahkan 2 gr (2
mL) asam asetat anhidrida.
- ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan digojog hingga terjadi
pencampuran sempurna.
- dipanaskan dengan refluks pada suhu ± 50-60oC sambil diaduk selama 15
menit.
- dinginkan labu sambil tetap diaduk dan ditambahkan 21,5 mL air dingin.
- disaring menggunakan penyaring buchner dengan bantuan pompa vakum
lalu dicuci kristal dengan air dingin hingga tidak bereaksi asam lagi.
- dilakukan rekristalisasi asam asetil salisilat dengan pelarut yang
merupakan campuran 4,5 mL alkohol 96% dan 10,5 mL akuades
- ditambahkan sedikit demi sedikit campuran alkohol-air yang panas kepada
kristal asam asetil salisilat hingga tepat larut, kemudian disaring segera
menggunakan kertas saring pada corong dan didinginkan filtratnya hingga
diperoleh kristal berbentuk jarum.
- disaring kristal menggunakan kertas saring.
- diambil sedikit kristal dan dilakukan test dengan pereaksi besi (III)
klorida.
- dikeringkan kristal asam asetil salisilat yang diperoleh, ditimbang dan
ditentukan titik lelehnya.
b. Prosedur Kerja
1,5 g asam salisilat dan 2 g (2 mL) asam asetat anhidrida dimasukkan ke dalam labu
alas bulat 250 mL. Campuran tersebut ditetesi 1 tetes asam sulfat pekat dan digojog hingga
terjadi pencampuran sempurna. Campuran tersebut dipanaskan dalam refluks pada suhu 50-
60°C sambil diaduk selama ± 15 menit. Hasil pemanasan dinginkan sambil tetap diaduk dan
ditambahkan 21,5 mL air dingin. Hasil pendinginan disaring menggunakan corong Buchner
1,5 gram Asam Salisilat
Hasil
dengan bantuan pompa vakum. Kristal, hasil residu dicuci dengan air dingin hingga tidak
bereaksi dengan asam lagi.
Asam asetil salisilat yang terbentuk kemudian dilakukan rekristalisasi dengan
menggunakan pelarut etanol-air. Campuran etanol-air dipanaskan kemudian ditambahkan
sedikit demi-sedikit pada kristal asam asetil salisilat hingga tepat larut. Hasilnya disaring
segera menggunakan kertas saring dan filtratnya didinginkan hingga diperoleh kristal yang
berbentuk jarum. Kristal tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring dan
kemudian dikeringkan dalam oven. Kristal yang telah kering kemudian diuji kemurniannya
dengan menggunakan FeCl3, diuji titik lelehnya dan ditimbang.
Waktu yang dibutuhkan
No. Perlakuan Waktu
1. Preparasi alat dan bahan 20 menit
2. Penambahan asetat anhidrida dan asam sulfat 15 menit
3. Pemanasan dalam refluks 30 menit
4. Pendinginan dan penambahan air dingin 15 menit
5. Penyaringan pada corong buchner dan pencucian kristal 10 menit
6. Rekristalisasi 50 menit
7. Pengeringan kristal 20 menit
8. Pengujian menggunakan besi (III) klorida 5 menit
9. Penentuan titik leleh 20 menit
Total waktu 185 menit
Perhitungan
Massa asam salisilat : 1,5 g
Mr asam salisilat : 138,12 g
n asam salisilat :
Volume asam asetat anhidrida : 2 mL
Massa jenis : 1,045 g/mL
m = ρ x v
= 2 mL x 1,045 g/mL
= 2,09 g
Mr asam asetat anhidrida : 102,09 g/mol
n asam asetat anhidrida :
Persamaan Reaksi
0,01 mol 0,02 mol
0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol
- 0,01mol 0,01 mol 0,01 mol
Aspirin yang didapat (teoritis) : 0,01 mol
Mr aspirin : 180 g/mol
m aspirin (teoritis) : n x Mr = 0,01 mol x 180 g/mol = 1,8 g
Perhitungan %rendemen
Data Pengamatan
No. Perlakuan Perubahan
1. 1,5 g asam salisilat + 2 mL asam asetat anhidrat
Belum larut sempurna
2. Penambahan H2SO4 Campuran larut
3. Pemanasan + 15 menit pada suhu 50-60°C
Larutan berubah menjadi cokelat keunguan
4. Penambahan 21,5 mL akuades dingin
Larutan berubah menjadi putih keruh dan terdapat endapan putih keruh
5. Penyaringan dengan menggunakan corong Buchner dan penyucian dengan akuades dingin
Residu berwarna putih keruh
6. Rekristalisasi dengan campuran etanol-air
Filtrate cepat mengkristal, namun tetap terdapat fasa cair
7. Penyaringan Didapatkan Kristal-kristal putih
8. Pengeringan di dalam oven Kristal mongering dan siap dilakukan uji FeCl3 dan titik leleh
9. Pengujian aspirin dengan FeCl3 Terbentuk larutan berwarna ungu
10. Uji titik leleh 153-158°C
Hasil Percobaan
Perlakuan Keterangan
1,5 g asam salisilat + 2 mL asam asetil
salisilat dimasukkan ke dalam labu leher
tiga, asam salisilat belum larut
1,5 g asam salisilat + 2 mL asam asetil
salisilat dimasukkan ke dalam labu leher
tiga + 1 tetes H2SO4 , asam salisilat larut
Hasil proses refluks selama ±15 menit
pada penangas air suhu ±50-60oC (asam
salisilat larut dan larutan berwarna coklat
keunguan)
Larutan berwarna ungu diaduk dan
ditambahkan 21,5 mL air dingin (larutan
berubah menjadiputih keruh dan terdapat
endapan berwarna putih keruh)
Proses penyaringan dengan menggunakan
corong Buchner dan dicuci dengan air
dingin (endapan berwarna putih keruh)
Proses rekristalisasi dengan campuran (4,5
mL alkohol + 10,5 mL akuades) panas
yang ditambahkan sedikit demi sedikit
(terbentuk kristal putih)
Disaring + dikeringkan dalam oven
(terbentuk serbuk kristal)
Diuji dengan FeCl3 berubah warna menjadi
ungu
Diuji titik leleh (153 – 159 oC)
Pembahasan
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sintesis asam asetil salisilat
atau aspirin dengan mereaksikan senyawa asam salisilat dengan asetat anhidrida melalui
mekanisme reaksi esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi kimia yang dapat terjadi
diantara asam karboksilat dengan senyawa alkohol untuk membentuk suatu ester. Percobaan
reaksi astilasi ini dengan menggunakan asetat anhidrad sebagai asam karboksilat yang
mengandung gugus –COOH dan asam salisilat sebagai alkohol yang mengandung gugus –
OH. Asetat anhidrat digunakan untuk menghindari produk sampingan berupa air, karena jika
dalam reaksi asetilasi digunakan senyawa asam asetat maka akan dihasilkan produk
sampingan berupa molekul air. Molekul air sebagai produk sampingan kemungkinan akan
menyebabkan terjadinya hidrolisis asam salisilat berair.
Reaksi sintesis aspirin dalam percobaan ini termasuk reaksi esterifikasi yang tergolong
reaksi asetilasi. Reaksi asetilasi meliputi reaksi pergantian atom H pada gugus –OH dari asam
salisilat dengan gugus asetil (-COOH) dari asam asetat anhidrida. Asetat anhidrat bertindak
sebagai nukleofil dalam reaksi asetilasi yang berlangsung. Mekanisme reaksi yang terjadi
adalah adisi yang diikuti dengan proses eliminasi sehingga secara keseluruhan merupakan
reaksi subtitusi. Reaksi subtitusi tersebut termasuk reaksi SN2. Reaksi asetilasi membutuhkan
adanya katalis dalam proses reaksinya. Katalis yang sering digunakan adalah asam kuat,
seperti asam sulfat. Katalis berperan dalam menurunkan energi aktivasi untuk
berlangsungnya reaksi asetilasi. Asam sulfat yang digunakan ialah asam sulfat pekat. Hal ini
dikarenakan penggunaan asam sulfat yang encer akan memungkinkan terjadinya hidrolisis
reaktan menjadi asam salisilat. Asam sulfat selain digunakan sebagai katalis juga berperan
sebagai donor proto dan akan terbentuk kembali di akhir reaksi.
Asam salisilat yang telah direaksikan dengan asam salisilat ditetesi dengan asam sulfat
pekat, kemudian digojog agar reaktan tersebut bisa bereaksi secara sempurna yang ditandai
dengan pembentukan larutan berwarba putih keruh. Campuran tersebujt dipanaskan dalam
labu alas bulat dengan melakukan pengontrolan suhu dikisaran temperatur 50-60ºC.
Pemanasan dilakukan supaya reaksi berjalan dengan cepat karena adanya absorbsi energi
oleh partikel-partikel di dalam larutan oleh adanya penmabahan kalor dan reaksi asetilasi
mudah berlangsung pada kisaran suhu tersebut. Reaksi asetilasi pembuatan aspirin dimulai
pada saat pencampuran beberapa reaktan tersebut. Atom H yang berasal dari katalis asam
sulfat akan memprotonasi salah satu oksigen karbonil dari asetat anhidrida untuk
mengaktifkan atom C karbonil agar dapat diserang oleh nukleofil. Gugus –OH dari asam
salisilat berperan sebagai nukleofil menyerang atom C karbonil dari asetat anhidrida yang
telah dikatifkan. Atom H dari gugus –OH asam salisilat yang menyerang atom C karbonil
kemudian diprotonasi. Berikut ini adalah reaksinya:
Atom O dari asetat anhidrat kemudian diprotonasi sehingga terbentuklah gugus pergi yang
baik. Gugus pergi yang terbentuk adalah asam asetat dan setelah gugus pergi tereliminasi
terbentuklah kation asam asetil salisilat. Atom H dari asam asetil salisilat ini kemudian
dideprotonasi sehingga terbentuk asam asetil salisilat. Berikut adalah reaksinya:
Campuran yang telah dipanaskan tersebut kemudian didinginkan pada suhu kamar dan
ditambahkan dengan akuades dingin. Penambahan akuades dingin diharapkan dapat
mempercepat pembentukan kristal. Hasil yang didapatkan adalah endapan berwarna putih.
Produk kemudian disaring dalam corong Buchner dengan menghasilkan residu berupa
padatan kristla berwarna putih. Residu yang dihasilkan kemudian dicuci dengan air dingin.
Proses penyaringan dan pencucian dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kristal asam
asetil salisilat dengan zat pengotornya.
Kristal asam asetil salisilat yang dihasilkan dari proses penyaringan, kemudian
direkristalisasi dengan tujuan untuk memeperoleh kristal asam asetil salisilat yang murni dari
pengotornya. Pelarut yang digunakan untuk rekristalisasi adalah campuran etanol-air. Pelarut
etanol-air digunakan sebagai pelarut dalam proses rekristalisasi karena hanya pelarut tersebut
yang dapat melarutkan kristal aspirin dalam keadaan panas sedangkan pelarut tersebut tidak
dapat melarutkan zat-zat pengotor dalam kristal aspirin. Pelarut tersebut juga memiliki titik
didih yang rendah sehingga memudahkan proses pengeringan yang terbentuk. Pelarut etanol-
air dipanaskan kemudian ditambahkan ke dalam kristal asam asetil salisilat hingga semua
kristal melarut. Kristal akan langsung terbentuk kembali, sehingga proses penyaringan harus
dilakukan secepat mungkin sehingga butiran krsital bisa disaring sempurna diatas kertas
saring. Proses penyaringan dalam keadaan panas sebenarnya dilakukan untuk menghindari
terbentuknya kembali endapan kristal aspirin pada suhu kamar. Aspirin yang tidak ikut larut
kemungkinan tidak ikut tersaring di dalam kertas saring.
Filtrat yang dihasilkan dari proses penyaringan ini kemudian didinginkan dalam air
dingin dengan tujuan untuk membentuk kristal aspirin kembali. Proses pendinginan yang
dilakukan akan memengaruhi bentuk kristal yang didapatkan. Bila penurunan suhu cepat,
maka kecepatan pertumbuhan inti lebih cepat dari kecepatan pertumbuhan kristal, maka
kristalnya kecil, rapuh, dan banyak. Sedangkan Bila penurunan suhu perlahan, kecepatan
pertumbuhan kristal lebih cepat dari pertumbuhan inti, maka kristalnya besar, liat, dan elastis.
Kristal yang didapatkan dari proses pendinginan dalam percobaan ini berbentuk seperti jarum
dan kecil. Kristal aspirin yang didapatkan kemudian dikeringkan dalam oven dan diperoleh
kristal berwarna putih dengan massa 0,321 gram.
Uji kemurnian dari kristal aspirin yang didapatkan dilakukan dengan uji titik leleh dan
uji dengan FeCl3. Hasil uji titik leleh kristal asam asetil salisilat dari percobaan adalah sebesar
153-158ºC. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur. Titik leleh asam asetil salisilat berdasarkan
literatur adalah 135ºC. Hal ini menunjukkan bahwa kristal asam asetil salisilat yang
didapatkan dari percobaan masih belum murni, masih terdapat zat pengotor dan kemungkinan
masih mengandung asam salisilat yang tidak bereaksi menghasilkan asam asetil salisilat.
Hasil tersebut juga bisa dikarenakan pada proses pelarutan Kristal aspirin oleh pelarut etanol-
air yang tidak ikut larut, sehingga terbuang menjadi filtrat.
Hasil uji kemurnian menggunakan FeCl3 pada kristal asam asetil salisilat yang
didapatkan adalah terbentuk warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa kristal yang diperoleh
sebagian besar merupakan asam salisilat. Berdasarkan literatur, FeCl3 akan membentuk
kompleks yang berwarna ungu jika ditambahkan dalam asam salisilat. Kompleks ini hanya
bisa terjadi antara asam salisilat dengan FeCl3 karena dalam molekul asam salisilat atom O
(nukleofil) dalam gugus OH akan menyerang atom Fe dengan melepaskan atom H untuk
membentuk kompleks antara Fe3+ dengan asam salisilat. Sedangkan aspirin tidak dapat
membentuk kompleks berwarna ungu karena struktur dari aspirin tidak memiliki gugus OH.
Ketidakmurnian kristal asam asetil salisilat yang diperoleh dalam percobaan kemungkinan
karena reaksi yang terjadi antara asam salisilat dengan asam asetat anhidrida kurang
sempurna. Hal ini bisa disebabkan karena selama proses esterifikasi berlangsung dalam
suasana berair. Ketidakmurnian tersebut juga bisa disebabkan oleh pengeringan kristal yang
kurang sempurna, sehingga masih tersisa air yang dapat menghidrolisis asam asetil salisilat
menjadi asam salisilat. Titik leleh yang dihasilkan dari percobaan adalah sebesar 153-158ºC,
titik leleh yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Berdasarkan literatur titik leleh asam
asetil salisilat adalah sebesar 135ºC. Hal ini menunjukkan bahwa asam asetil salisilat yang
didapatkan dari percobaan belum murni. Rendemen yang didapatkan dari percobaan sintesis
asam asetil salisilat adalah sebesar 17,83%.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum sintesis asam asetil salisilat ialah reaksi asetilasi
asam salisilat menjadi aspirin dapat dibuat dari asam karboksilat dengan alkohol dengan
bantuan katalis asam kuat. Katalis asam akan berperan dalam protonasi senyawa karbonil
sehingga bisa diserang oleh nukleofil dan dilanjutkan dengan proses eliminasi dan protonasi
ion dari asam kuat membentuk produk asam asetat dan aspirin.
Referensi
Chemsketch. 2015. Struktur Kimia Senyawa Aspirin.
Chemsketch. 2015. Struktur Kimia Senyawa 2-hydroxybenzoic Acid.
Horizon. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi: Universitas Jambi.
Lenggana, T. 2010. Validasi Penetapan Kadar Asaam Asetil Salisilat (Asetosal) Dalam
Sediaan Tablet Berbagai Merek Menggunakan Kolorimetri. [Serial Online].
http://etd.eprints.ums.ac.id/9569/4/K10006020.pdf. [diakses tanggal 10 September
2015].
Rudyanto, M., et al. 2005. Sintesis N-Metilsalisilamida, N-N-Dimetilsalisilamida, dan
Salisipiperidida. Aktakimindo. Vol.1, No.1:27-34.
Sulistyaningrum, S. K., et al. 2012. Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi. Artikel
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB). J Indon Med Assoc,
Volum: 62, No: 7.
Tim Penyusun. 2015. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: Universitas
Jember.
Tjay, T. H. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.
Wilbraham, A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB.
Saran
Adapun saran dalam praktikum sintesis asam asetil salisilat adalah praktikan harus
lebih berdisiplin selama melakukan percobaan. Praktikan harus menguasai materi yang akan
dilakukan dalam percobaan ini, sehingga data yang diperoleh bisa baik dan tepat serta sesuai
dengan harapan. Praktikan harus lebih cermat dalam mengamati proses refluks agar tidak
terjadi kebocoran saat larutan menguap yang bisa membahayakan praktikan lainnya maupun
pengontrolan suhu yang melebihi ketentuan dalam praktikum. Praktikan hendaknya mengerti
skema kerja dengan baik agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum.
Nama Praktikan
Ardi Budianto (131810301038)
Recommended