View
36
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
sistem demokrasi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, hampir semua negara menyatakan bahwa sistem
pemerintahannya adalah demokrasi, yang meletakkan kehendak rakyat
sebagai dasar utama kewenangan pemerintah. Namun, pada kenyataannya
mungkin tidak mudah. Pemerintahan yang berdasarkan rakyat berarti
pemerintah yang menjalankan kebijakan yang diarahkan untuk
kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Supaya kebijakan tersebut sesuai
dengan aspiratif dan untuk kepentingan rakyat, pemerintah harus
bertanggung jawab kepada rakyat dan diawasi oleh rakyat.
Indonesia yang secara konstitusional menyatakan diri sebagai penganut
kedaulatan rakyat, serta negara hukum menegaskan pengaturan berbagai
asas tentang demokrasi dalam UUD 1945. Tulisan ini, selain
menginventarisir diskursus teoritikal soal demokrasi, juga
memperllihatkan betapa secara yuridis ketatanegaraan pilihan terhadap
ideologi ini dianggap paling memungkinkan untuk diterapkan di
Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam pelaksanaanya, banyak sekali penyimpangan terhadap nilai-nilai
demokrasi baik itu dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun
masyarakat. Permasalahan yang muncul diantaranya yaitu:
1. Apa pengertian demokrasi itu?
2. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia ?
3. Apa pengertian dari sistem ketatanegaraan itu ?
1
4. Bagaimana sistem Ketatanegaraan Indonesia sebelum Amandemen
UUD1945?
5. Bagaimana sistem Ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen
UUD1945?
6. Apa saja unsur- unsur pembentuk ketatanegaraan Indonesia ?
7. Bagaimana analisa saudara tentang kasus yang berjudul “Gembong
Narkoba Tak dihukum Mati, Pemerintah Abaikan Suara Rakyat” ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi
Demokrasi kerap dihadapkan pada dua realita. Di satu pihak,
demokrasi biasanya dijadikan ideologi yang menjadi basis bagi terciptanya
pemerintahan yang aspiratif. Sedangkan di sisi yang lain, demokrasi kerap
ditolak, karena klaim kebenaran yang dipegang demokrasi bersandar pada
kebenaran mayoritas. Bagi para pengkritik demokrasi, kebenaran mayoritas
tidak selamanya menghadirkan kebenaran yang sesungguhnya. Ujung dari
kritik terhadap demokrasi ini biasanya ditunjukkan melalui perbagai realita
penyimpangan demokrasi di berbagai negara belakangan ini. Realita yang
memperlihatkan ketidaksingkronan antara nilai-nilai demokrasi dengan
terciptanya keteraturan di masyarakat.
Meskipun demikian, belakangan hari hampir seluruh negara
mengklaim menjadi negara demokrasi, termasuk Indonesia. Klausula
Konstitusi kita yang menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan
rakyat” merupakan penerimaan terhadap ide demokrasi secara tersirat.
Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata Yunani, yaitu
Demos, yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratos yang
berarti kekuatan atau kedaulatan. Gabungan dua kata Demos-cratos
( demookrasi ) yang memiliki arti suatu sistem pemerintah dari,oleh dan
untuk rakyat.
Sedangkan pengertian demokrasi secara terminologi adalah seperti
yang dinyatakan oleh para ahli tentang demokrasi, yaitu seperti :
a. Joseph A. Schmeter yang menyatakan demokrasi merupakan suatu
perencana institusional untuk mencapai keputusan politik dimana
3
individu – individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook menyatakan bahwa demokrasi adalah bentuk
pemerintahan dimana keputusan - keputusan pemerintah yang
terpenting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c. Philippe C Schmitter menyatakan, demokrasi sebagai suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah diminta tanggung jawab atas
tindakan – tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang
bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
ddengan para wakil mereka yang telah terpilih.
d. Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik
merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil – wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan – pemilihan berkata yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi
adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan kata lain,
pemerintahan yang demokrasi adalah pemerintahan di tangan rakyat,
pemerintahan oleh rakyat , dan pemerintah untuk rakyat. Dari ketiga faktor
ini yang menjadi tolak ukur terhadap suatu pemerintahan yang demokratis.
2.2 Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Dalam sejarah negara Republik Indonesia yang telah lebih dari
setengah abad, perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surat.
Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ialah Bagaimana
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan
politik yang demokratis dalam masyarakat yang beraneka ragam pola adat
budayanya. Masalah ini berkisar pada penyusunan suatu sistem politik
dengan kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan
ekonomi serta character and nation building, dengan partisipasi rakyat,
4
sekaligus menghindarkan timbulnya diktatur perorangan, partai ataupun
militer.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode:
a. Periode 1945-1959
Masa demokrasi perlementer yang menonjolkan peranan parlemen
serta partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer
memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR. Akibatnya
persatuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama
menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif
sesudah kemerdekaan.
b. Periode 1959-1965
Masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan
beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi
presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh
komunis, dan peran ABRI sebagai unsur sosial-politik, semakin meluas.
c. Periode 1966-1998
Masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Landasan
formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan
MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan
terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin. Namun
dalam perkembangannya peran presiden semakin dominan terhadap
lembaga-lembaga negara yang lain. Melihat praktek demokasi pada masa
ini, nama Panasila hanya digunakan sebagai legitimasi politis penguasa
saat itu, sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
5
d. Periode 1999-sekarang
Masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakar pada
kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan
kekuatan antar lembaga negara, antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Pada masa ini peran partai politik kembali menonjol, sehingga iklim
demokrasi memperoleh nafas baru. Jikalau esensi demokrasi adalah
kekuasaan di tangan rakyat, maka praktek demokrasi tatkala Pemilu
memang demikian, namun dalam pelaksanannya setelah pemilu banyak
kebijakan tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih ke
arah pembagian kekuasaan antara presiden dan partai politik dalam DPR.
Dengan lain perkataan model demokrasi era reformasi dewasa ini, kurang
mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (walfare
state).
2.3 Pengertian Sistem Ketatanegaraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah
seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan susunan pemerintah,
bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara.
Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut
hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur
kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan
pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap pemerintah
atau sebaliknya. Untuk mengerti ketatanegaraan dari suatu negara pertama
sekali perlu dimengerti apa itu negara, paham negara secara umum dan
negara menurut bangsa Indonesia.
Dalam sistem ketatanegaraan dapat diketahui melalui kebiasaan
ketatanegaraan (convention), hal ini mengacu pengertian Konstitusi,
Konstitusi mengandung dua hal yaitu Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak
tertulis, menyangkut konstitusi sekelumit disampaikan tentang sumber
hukum melalui ilmu hukum yang membedakan dalam arti materiil dan
sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah
sumber hukum yang menentukan isi dan substansi hukum, sedangkan
6
sumber hukum dalam arti formal adalah hukum yang dikenal dari
bentuknya, karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum,
contoh dari hukum formal adalah Undang –Undang dalam arti luas, hukum
adat, hukum kebiasaan, dan lain –lain. Konvensi atau hukum kebiasaan
ketatanegaraan adalah hukum yang tumbuh dalam praktek penyelenggaraan
negara, untuk melengkapi, menyempurnakan, menghidupkan
mendinamisasi kaidah – kaidah hukum perundang – undangan. Konvensi di
Negara Republik Indonesia diakui merupakan salah satu sumber hukum tata
negara.
2.4 Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945
Pada saat sebelum amandemen ke -4 lembaga tertinggi Negara adalah
MPR seperti yang tersebut dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 menyebutkan
bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Pemusyarawatan Rakyat.Adapun lembaga Tinggi Negara pada saat
itu adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),Presiden, Badan Pemeriksa
Keuangan BPK, Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah
Agung. Berikut bagan Lembaga Negara sebelum amandemen yang ke -4.
Lembaga Ketatanegaraan Sebelum amandemen UUD 1945 :
1. MPR
Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh
rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN,
mengangkat presiden dan wakil presiden. Susunan keanggotaannya
terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan golongan yang
diangkat.
Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara
lain :
1. Presiden, sebagai presiden seumur hidup.
2. Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kaIi
berturut-turut.
7
3. Memberhentikan sebagai pejabat presiden.
4. Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.
5. Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.
6. Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah
Presiden, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan partai politik yang
paling banyak menduduki kursi di MPR.
2. PRESIDEN
Kedudukan presiden/wapres dalam sistem ketatanegaraan
sebelum amandemen ke-4 :
1. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris
MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi
“untergeordnet”.
2. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi
(consentration of power and responsiblity upon the president).
3. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power),
juga memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan
kekuasaan yudikatif (judicative power).
4. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
5. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat
menjabat sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian presiden
dalam masa jabatannya.
Presiden dan Wakil Presiden diangkat dan diberhentikan oleh
MPR.
3. DPR
Kedudukan DPR dalam sistem ketatanegaraan sebelum
amandemen ke-4 :
1. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
2. Memberikan persetujuan atas PERPU.
3. Memberikan persetujuan atas Anggaran.
8
4. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
pertanggungjawaban presiden.
4. DPA DAN BPK
Di samping itu, UUD 1945 tidak banyak mengintrodusir
lembaga-lembaga negara lain seperti DPA dan BPK dengan
memberikan kewenangan yang sangat minim.
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) adalah bekas lembaga tinggi
negara Indonesia menurut UUD 45 yang fungsinya memberi masukan
atau pertimbangan kepada presiden.
DPA dibentuk berdasarkan Pasal 16 UUD 45. Ayat 2 pasal ini
menyatakan bahwa DPA berkewajiban memberi jawaban atas
pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah.
Dalam penjelasan Pasal 16 disebutkan bahwa DPA berbentuk Council
of State yang wajib memberi pertimbangan kepada pemerintah.
Pada 25 September 1945, DPA dibentuk melalui pengumuman
pemerintah (Berita Republik Indonesia No. 4) dengan ketua R.
Margono Djojohadikusumo. Anggota DPA pertama ini berjumlah
sebelas orang. Di antaranya adalah Radjiman Widiodiningrat, Syekh
Djamil Djambek, Agus Salim dan dr. Latumeten. Tidak banyak yang
dikerjakan DPA pertama ini. Ketika sistem pemerintahan berubah
menjadi kabinet parlementer keberadaan DPA menjadi tidak berarti.
Walau tetap eksis sampai pada 1949 tapi nasib DPA sebagai lembaga
konstitusional menjadi terpuruk.
Periode berikutnya posisi DPA makin tidak jelas. Kondisi ini
berlangsung hingga Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli
1959. DPA Sementara dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 3
Tahun 1959, 22 Juli 1959. Ketuanya dirangkap oleh Presiden Soekarno.
DPA definitif baru muncul pada 1967 melalui UU No. 3 Tahun 1967
yang disahkan pejabat Presiden Soeharto.
Namun dalam UUD 45 yang telah diamandemen, lembaga ini
dihapuskan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 135 /M/ 2003 pada
9
tanggal 31 Juli 2003. Penyebab Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
dibubarkan karena tidak efisiennya Lembaga Tinggi Negara ini. D.P.A.
tidak memiliki kewenangan hukum atau politik dan hanya dapat
memberikan saran kepada Lembaga-Lembaga Tinggi Negara lainnya.
DPA juga sering di humorkan dengan istilah "Dewan Pensiun Agung"
R.I. karena keanggotaanya terdiri dari pensiunan-pensiunan pejabat.
5. MA (MAHKAMAH AGUNG)
Kekuasan kehakiman menurut UUD 1945 sebelum amandemen
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman (Pasal
24 (1)). Kekuasaan kehakiman hanya terdiri atas badan-badan
pengadilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung. Lembaga ini
dalam tugasnya diakui bersifat mandiri dalam arti tidak boleh
diintervensi atau dipengaruhi oleh cabang-cabang kekuasaan lainnya,
terutama eksekutif.
Sebelum adanya amandemen, Mahkamah Agung berwenang
dalam kekuasaan kehakiman secara utuh karena lembaga ini merupakan
lembaga kehakiman satu-satunya di Indonesia pada saat itu.
2.5 Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sesudah Amandemen UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD
1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan
MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang
sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes”
(sehingga dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD
1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung
ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan
aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain
yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
10
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat
structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan
presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945,
dapat dijelaskan sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum
tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan
sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan
(separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang
sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan
Mahkamah Konstitusi (MK).
Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga-lembaga negara
menurut UUD 1945 sesudah diamandemen, dapat diuraikan sebagai berikut:
2.5.1 PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
Indonesia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil
presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan
eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari.
Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk
satu kali masa jabatan.11
Adapun Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:
a. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
b. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
c. Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan
pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
d. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(dalam kegentingan yang memaksa)
e. Menetapkan Peraturan Pemerintah
f. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
g. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR
h. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan
DPR
i. Menyatakan keadaan bahaya.
j. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR
k. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
l. Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung
m. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR
n. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang
diatur dengan UU
o. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih
oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah
12
p. Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi
Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden,
DPR, dan Mahkamah Agung
q. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial
dengan persetujuan DPR.
r. Yudisial dan disetujui DPR
Wakil Presiden P rof. Dr. Boediono, M.Ec.
Sedangkan Wakil Presiden adalah pembantu kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan Indonesia yang bersifat luar biasa dan
istimewa. Sebagai pembantu kepala negara, Wakil Presiden adalah
simbol resmi negara Indonesia di dunia yang kualitas tindakannya
sama dengan kualitas tindakan seorang presiden sebagai kepala
negara. Sebagai pembantu kepala pemerintahan, Wakil Presiden
adalah pembantu presiden yang kualitas bantuannya diatas bantuan
yang diberikan oleh Menteri, memegang kekuasaan eksekutif untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari yang didelegasikan
kepadanya. Wakil Presiden menjabat selama 5 tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk
satu kali masa jabatan.
13
2.5.2 MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
Ketua MPR : H, Muhammad Taufiq Kiemas
1. Tugas dan wewenang MPR
a. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, anggota MPR tidak dapat mengusulkan
pengubahan terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan oleh
sekurangkurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR.
Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 diajukan kepada pimpinan MPR. Setelah
menerima usul pengubahan, pimpinan MPR memeriksa
kelengkapan persyaratannya, yaitu jumlah pengusul dan pasal
yang diusulkan diubah yang disertai alasan pengubahan yang
paling lama dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak usul
diterima pimpinan MPR. Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR
mengadakan rapat dengan pimpinan fraksi dan pimpinan
Kelompok Anggota MPR untuk membahas kelengkapan
persyaratan.
14
Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan
persyaratan, pimpinan MPR memberitahukan penolakan usul
pengubahan secara tertulis kepada pihak pengusul beserta
alasannya. Namun, jika pengubahan dinyatakan oleh pimpinan
MPR memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR wajib
menyelenggarakan sidang paripurna MPR paling lambat 60
(enam puluh) hari. Anggota MPR menerima salinan usul
pengubahan yang telah memenuhi kelengkapan persyaratan
paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum dilaksanakan
sidang paripurna MPR.
Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan
pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh
persen) dari jumlah anggota ditambah 1 (satu) anggota.
b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum
MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil
pemilihan umum dalam sidang paripurna MPR. Sebelum
reformasi, MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara
memiliki kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden dengan suara terbanyak, namun sejak reformasi
bergulir, kewenangan itu dicabut sendiri oleh MPR. Perubahan
kewenangan tersebut diputuskan dalam Sidang Paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-7
(lanjutan 2) tanggal 09 November 2001, yang memutuskan
bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung
oleh rakyat, Pasal 6A ayat (1).
c. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-
15
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden diusulkan oleh
DPR.
MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna MPR
untuk memutuskan usul DPR mengenai pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden pada masa jabatannya paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak MPR menerima usul. Usul DPR harus
dilengkapi dengan putusan Mahkamah Konstitusi bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan
pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun
perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
Keputusan MPR terhadap usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden diambil dalam sidang paripurna MPR
yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota yang hadir.
d. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden
Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia
digantikan oleh Wakil Presiden sampai berakhir masa
jabatannya.
Jika terjadi kekosongan jabatan Presiden, MPR segera
menyelenggarakan sidang paripurna MPR untuk melantik Wakil
Presiden menjadi Presiden. Dalam hal MPR tidak dapat
mengadakan sidang, Presiden bersumpah menurut agama atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan rapat paripurna
DPR. Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan rapat,Presiden
bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-
16
sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh
pimpinan Mahkamah Agung.
e. Memilih Wakil Presiden
Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, MPR
menyelenggarakan sidang paripurna dalam waktu paling lambat
60 (enam puluh) hari untuk memilih Wakil Presiden dari 2 (dua)
calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
f. Memilih Presiden dan Wakil Presiden
Apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya secara bersamaan, MPR menyelenggarakan
sidang paripurna paling lambat 30 (tiga puluh) hari untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden, dari 2 (dua) pasangan
calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon
Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai
berakhir masa jabatannya.
Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,
pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri,
Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-
sama.
2. Keanggotaan
MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan
keputusan Presiden. Sebelum reformasi, MPR terdiri atas anggota
17
DPR, utusan daerah, dan utusan golongan, menurut aturan yang
ditetapkan undang-undang. Jumlah anggota MPR periode 2009–
2014 adalah 692 orang yang terdiri atas 560 Anggota DPR dan 132
anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan
berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan
sumpah/janji.
Anggota MPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan
sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua
Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Anggota MPR
yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama,
mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan MPR.
3. Hak anggota
a. Mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.
c. Memilih dan dipilih.
d. Membela diri.
e. Imunitas.
f. Protokoler.
g. Keuangan dan administratif.
4. Kewajiban anggota
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan.
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan.
e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
18
5. Fraksi
Fraksi adalah pengelompokan anggota MPR yang
mencerminkan konfigurasi partai politik. Fraksi dapat dibentuk oleh
partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara dalam
penentuan perolehan kursi DPR. Setiap anggota MPR yang berasal
dari anggota DPR harus menjadi anggota salah satu fraksi. Fraksi
dibentuk untuk mengoptimalkan kinerja MPR dan anggota dalam
melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Pengaturan internal
fraksi sepenuhnya menjadi urusan fraksi masing-masing.
6. Kelompok anggota
Kelompok Anggota adalah pengelompokan anggota MPR yang
berasal dari seluruh anggota DPD. Kelompok Anggota dibentuk
untuk meningkatkan optimalisasi dan efektivitas kinerja MPR dan
anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil daerah.
Pengaturan internal Kelompok Anggota sepenuhnya menjadi urusan
Kelompok Anggota.
7. Alat kelengkapan MPR
a. Pimpinan
Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua yang berasal dari
anggota DPR dan 4 (empat) orang wakil ketua yang terdiri atas 2
(dua) orang wakil ketua berasal dari anggota DPR dan 2 (dua)
orang wakil ketua berasal dari anggota DPD, yang ditetapkan
dalam sidang paripurna MPR.
b. Panitia Ad Hoc
Panitia ad hoc MPR terdiri atas pimpinan MPR dan paling sedikit
5% (lima persen) dari jumlah anggota dan paling banyak 10%
(sepuluh persen) dari jumlah anggota yang susunannya
mencerminkan unsur DPR dan unsur DPD secara proporsional
dari setiap fraksi dan Kelompok Anggota MPR.
19
8. Sidang
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
negara. Sidang MPR sah apabila dihadiri:
a. sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk
memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil
Presiden
b. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk
mengubah dan menetapkan UUD
c. sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-
sidang lainnya
Putusan MPR sah apabila disetujui:
a. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir
untuk memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil
Presiden
b. sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR
untuk memutus perkara lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih
dahulu diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk
mencapai hasil yang mufakat.
2.5.3 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Ketua DPR : Dr. H. Marzuki Alie, SE.MM
1. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat :
a. Legislasi : Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR
selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang.
20
b. Anggaran: Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan
memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan
terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan
oleh Presiden.
c. Pengawasan : Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui
pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.
2. Tugas dan wewenang DPR antara lain:
a. Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama
b. Membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan
persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi undang-
undang
c. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah serta membahas
membahas RUU tersebut bersama Presiden dan DPD sebelum
diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden
d. Membahas RUU yang diajukan oleh Presiden atau DPR yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, dengan
mengikutsertakan DPD sebelum diambil persetujuan bersama
antara DPR dan Presiden
e. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan
RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama
21
f. Membahas bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan memberikan persetujuan atas RUU
tentang APBN yang diajukan oleh Presiden
g. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang
dan APBN
h. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain,
serta membuat perjanjian internasional lainnya.
i. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian
amnesti dan abolisi
j. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal
mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar
negara lain
k. Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan
DPD
l. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh
BPK
m. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komisi Yudisial
n. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan
Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden
o. Memilih 3 orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada
Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden
p. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara
yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara
q. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat
22
r. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam
undang-undang
DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak
meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau
warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang suatu hal
yang perlu ditangani demi kepentingan bangsa dan negara. Setiap
pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga
masyarakat wajib memenuhi permintaan DPR tersebut. Setiap
pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga
masyarakat yang melanggar ketentuan tersebut dikenakan panggilan
paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal panggilan paksa tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah,
yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Hak-hak yang didapat DPR :
a. Hak interplasi
Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan
kepada Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah yang penting
dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Hak angket
Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan
terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
c. Hak imunitas
Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap
anggota DPR tidak dapat dituntut di hadapan dan diluar
23
pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang
dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR,
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan
kode etik.
d. Hak menyatakan pendapat
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk
menyatakan pendapat atas:
e. Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di tanah air atau di dunia internasional
f. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
g. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan
pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun
perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
Anggota DPR beserta fraksinya :
Anggota Jumlah Anggota
Ketua
Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 148 Moh. Jafar Hafsah
Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG) 107 Setya Novanto
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-
PDIP)94 Tjahjo Kumolo
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) 57 Mustafa Kamal
Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) 46 Asman Abnur
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) 37 Hasrul Azwar
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) 28 Marwan Ja'far
Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (F-Gerindra) 26Mujiyono
Haryanto
Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (F-Hanura) 17 Ahmad Fauzi
4. Anggota DPR mempunyai hak:
a. mengajukan usul rancangan undang-undang
24
b. mengajukan pertanyaan
c. menyampaikan usul dan pendapat
d. memilih dan dipilih
e. membela diri
f. imunitas
g. protokoler
h. keuangan dan administrative
5. Anggota DPR mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati peraturan perundangundangan
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat
f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara
g. menaati tata tertib dan kode etik
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga
lain
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui
kunjungan kerja secara berkala
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
konstituen di daerah pemilihannya
6. Larangan
25
Anggota DPR tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat
negara lainnya, hakim pada badan peradilan, pegawai negeri sipil,
anggota TNI/Polri, pegawai pada BUMN/BUMD atau badan lain
yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.
Anggota DPR juga tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai
pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik,
konsultan, advokat/pengacara, notaris, dokter praktek dan pekerjaan
lain yang ada hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak
sebagai anggota DPR.
7. Fraksi
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan
wewenang DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR, dibentuk
fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPR. Dalam
mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPR,
serta hak dan kewajiban anggota DPR, fraksi melakukan evaluasi
terhadap kinerja anggota fraksinya dan melaporkan kepada publik.
Setiap anggota DPR harus menjadi anggota salah satu fraksi. Fraksi
dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas
perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR. Fraksi
mempunyai sekretariat. Sekretariat Jenderal DPR menyediakan
sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas
fraksi.
8. Alat kelengkapan
Alat kelengkapan DPR terdiri atas: Pimpinan, Badan
Musyawarah, Komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran, Badan
Akuntabilitas Keuangan Negara, Badan Kehormatan, Badan
Kerjasama Antar-Parlemen, Badan Urusan Rumah Tangga, Panitia
Khusus dan alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh
rapat paripurna.
26
Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh
unit pendukung yang tugasnya diatur dalam peraturan DPR tentang
tata tertib.
8.1 Pimpinan
Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4
(empat) orang wakil ketua yang berasal dari partai politik
berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPR. Ketua
DPR ialah anggota DPR yang berasal dari partai politik yang
memperoleh kursi terbanyak pertama di DPR. Wakil Ketua DPR
ialah anggota DPR yang berasal dari partai politik yang
memperoleh kursi terbanyak kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang
memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua
ditentukan berdasarkan urutan hasil perolehan suara terbanyak
dalam pemilihan umum. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu)
partai politik yang memperoleh suara sama, ketua dan wakil ketua
ditentukan berdasarkan persebaran perolehan suara.
Pimpinan DPR sebelum memangku jabatannya
mengucapkan sumpah/janji yang teksnya dipandu oleh Ketua
Mahkamah Agung.
Pimpinan DPR memiliki tugas :
a. memimpin sidang DPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk
diambil keputusan
b. menyusun rencana kerja pimpinan
c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan
pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan
DPR
d. menjadi juru bicara DPR
e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPR
f. mewakili DPR dalam berhubungan dengan lembaga negara
lainnya
27
g. mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan
lembaga negara lainnya sesuai dengan keputusan DPR
h. mewakili DPR di pengadilan
i. melaksanakan keputusan DPR berkenaan dengan penetapan
sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
j. menyusun rencana anggaran DPR bersama Badan Urusan
Rumah Tangga yang pengesahannya dilakukan dalam rapat
paripurna
k. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR
yang khusus diadakan untuk itu
Sedangkan Pimpinan DPR berhenti dari jabatannya karena:
a. meninggal dunia
b. mengundurkan diri
c. diberhentikan
Dan Pimpinan DPR diberhentikan apabila :
1. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut tanpa keterangan apa pun
2. Melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPR
berdasarkan keputusan rapat paripurna setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Badan Kehormatan DPR
3. Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih
4. Diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
5. Ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPR oleh partai
politiknya
28
6. Melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini
7. Diberhentikan sebagai anggota partai politik berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8.2 Badan Musyawarah
Badan Musyawarah (Bamus) dibentuk oleh DPR dan
merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR
menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Musyawarah pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Anggota Badan Musyawarah berjumlah paling banyak 1/10 (satu
persepuluh) dari jumlah anggota DPR berdasarkan perimbangan
jumlah anggota tiap-tiap fraksi yang ditetapkan oleh rapat
paripurna. Pimpinan DPR karena jabatannya juga sebagai
pimpinan Badan Musyawarah.
Tugas dari Badan Musyawarah :
1. Menetapkan agenda DPR untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu)
masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang,
perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu
penyelesaian rancangan undang-undang, dengan tidak
mengurangi kewenangan rapat paripurna untuk mengubahnya
2. Memberikan pendapat kepada pimpinan DPR dalam
menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan
tugas dan wewenang DPR;
3. Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat
kelengkapan DPR yang lain untuk memberikan
keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-
masing
4. Mengatur lebih lanjut penanganan suatu masalah dalam hal
undang-undang mengharuskan Pemerintah atau pihak lainnya
melakukan konsultasi dan koordinasi dengan DPR
29
5. Menentukan penanganan suatu rancangan undangundang atau
pelaksanaan tugas DPR lainnya oleh alat kelengkapan DPR
6. Mengusulkan kepada rapat paripurna mengenai jumlah komisi,
ruang lingkup tugas komisi, dan mitra kerja komisi yang telah
dibahas dalam konsultasi pada awal masa keanggotaan DPR
7. Melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna
kepada Badan Musyawarah
8.3 Komisi
Komisi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan jumlah
komisi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan
tahun sidang. Jumlah anggota komisi ditetapkan dalam rapat
paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota
tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada
permulaan tahun sidang.
Pimpinan komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang
bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan komisi terdiri atas 1
(satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua,
yang dipilih dari dan oleh anggota komisi berdasarkan prinsip
musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan
jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan komisi dalam
rapat komisi yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan
susunan dan keanggotaan komisi.
Tugas komisi dalam pembentukan undang-undang adalah
mengadakan persiapan, penyusunan, pembahasan, dan
penyempurnaan rancangan undang-undang.
Tugas komisi di bidang anggaran adalah:
a. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan
rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang
30
termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan
Pemerintah;
b. mengadakan pembahasan dan mengajukan usul
penyempurnaan rancangan anggaran pendapatan dan belanja
negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-
sama dengan Pemerintah;
c. membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi,
program, dan kegiatan kementerian/lembaga yang menjadi
mitra kerja komisi;
d. mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan
pelaksanaan APBN termasuk hasil pemeriksaan BPK yang
berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
e. menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dan hasil pembahasan, kepada Badan
Anggaran untuksinkronisasi;
f. menyempurnakan hasil sinkronisasi Badan Anggaran
berdasarkan penyampaian usul komisi; dan
g. menyerahkan kembali kepada Badan Anggaran hasil
pembahasan komisi, untuk bahan akhir penetapan APBN.
Tugas komisi di bidang pengawasan adalah:
1. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,
termasuk APBN, serta peraturan pelaksanaannya yang
termasuk dalam ruang lingkup tugasnya;
2. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang
berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;
3. melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah; dan
4. membahas dan menindaklanjuti usulan DPD.
Komisi dalam melaksanakan, dapat mengadakan:
1. rapat kerja dengan Pemerintah yang diwakili oleh
menteri/pimpinan lembaga;
31
2. konsultasi dengan DPD;
3. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah yang
mewakili instansinya;
4. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi
maupun atas permintaan pihak lain;
5. rapat kerja dengan menteri atau rapat dengar pendapat dengan
pejabat Pemerintah yang mewakili instansinya yang tidak
termasuk dalam ruang lingkup tugasnya apabila diperlukan;
dan/atau Komisi menentukan tindak lanjut hasil pelaksanaan
tugas komisi. Keputusan dan/atau kesimpulan hasil rapat kerja
komisi atau rapat kerja gabungan komisi bersifat mengikat
antara DPR dan Pemerintah. Komisi membuat laporan kinerja
pada akhir masa keanggotaan DPR, baik yang sudah maupun
yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan
oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya. Komisi
menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya
sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada
Badan Urusan Rumah Tangga.
Komisi adalah unit kerja utama di dalam DPR. Hampir
seluruh aktivitas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi DPR,
substansinya dikerjakan di dalam komisi. Setiap anggota DPR
(kecuali pimpinan) harus menjadi anggota salah satu komisi. Pada
umumnya, pengisian keanggotan komisi terkait erat dengan latar
belakang keilmuan atau penguasaan anggota terhadap masalah
dan substansi pokok yang digeluti oleh komisi.
Pada periode 2009-2014, DPR mempunyai 11 komisi
dengan ruang lingkup tugas, yaitu :
1. Komisi I, membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
2. Komisi II, membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi
daerah, aparatur negara, dan agraria.
32
3. Komisi III, membidangi hukum dan perundang-undangan,
hak asasi manusia, dan keamanan.
4. Komisi IV, membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan,
kelautan, perikanan, dan pangan.
5. Komisi V, membidangi perhubungan, telekomunikasi,
pekerjaan umum, perumahan rakyat, pembangunan pedesaan
dan kawasan tertinggal.
6. Komisi VI, membidangi perdagangan, perindustrian,
investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah), dan badan
usaha milik negara.
7. Komisi VII, membidangi energi, sumber daya mineral, riset
dan teknologi, dan lingkungan.
8. Komisi VIII, membidangi agama, sosial dan pemberdayaan
perempuan.
9. Komisi IX, membidangi kependudukan, kesehatan, tenaga
kerja dan transmigrasi.
10. Komisi X, membidangi pendidikan, pemuda, olahraga,
pariwisata, kesenian, dan kebudayaan.
11. Komisi XI, membidangi keuangan, perencanaan
pembangunan nasional, perbankan, dan lembaga keuangan
bukan bank.
8.4 Badan Legislasi
Badan Legislasi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan
dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa
keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota
Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun
sidang.
33
Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan
pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan Badan
Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3
(tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan
Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan
proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan
menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan
pimpinan Badan Legislasi dilakukan dalam rapat Badan Legislasi
yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan
keanggotaan Badan Legislasi.
Tugas Badan Legislasi :
1. Menyusun rancangan program legislasi nasional yang memuat
daftar urutan dan prioritas rancangan undang-undang beserta
alasannya untuk 1 (satu) masa keanggotaan dan untuk setiap
tahun anggaran di lingkungan DPR dengan
mempertimbangkan masukan dari DPD;
2. Mengoordinasi penyusunan program legislasi nasional antara
DPR dan Pemerintah;
3. Menyiapkan rancangan undang-undang usul DPR berdasarkan
program prioritas yang telah ditetapkan;
4. Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi rancangan undang-undang yang diajukan anggota,
komisi, gabungan komisi, atau DPD sebelum rancangan
undang-undang tersebut disampaikan kepada pimpinan DPR;
5. Memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang
yang diajukan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau
DPD di luar prioritas rancangan undang-undang tahun berjalan
atau di luar rancangan undang-undang yang terdaftar dalam
program legislasi nasional
34
6. Melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau
penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus
ditugaskan oleh Badan Musyawarah
7. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap
pembahasan materi muatan rancangan undang-undang melalui
koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus
8. Memberikan masukan kepada pimpinan DPR atas rancangan
undang-undang usul DPD yang ditugaskan oleh Badan
Musyawarah; dan
9. Membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang
perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPR untuk
dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan
berikutnya.
Badan Legislasi menyusun rancangan anggaran untuk
pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya
disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.
8.5 Badan Anggaran
Badan Anggaran dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan
dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa
keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang. Susunan dan
keanggotaan Badan Anggaran terdiri atas anggota dari tiap-tiap
komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan
perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi.
Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan
pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan Badan
Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3
(tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan
Anggaran berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan
proporsional dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan
35
menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan
pimpinan Badan Anggaran dilakukan dalam rapat Badan
Anggaran yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan
susunan dan keanggotaan Badan Anggaran.
Tugas Badan Anggaran:
1. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri
untuk menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal secara umum
dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap
kementerian/lembaga dalam menyusun usulan anggaran;
2. menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan
mengacu pada usulan komisi terkait;
3. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama
Presiden yang dapat diwakili oleh menteri dengan mengacu
pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai
alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan
kementerian/lembaga;
4. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi
mengenai rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
5. membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan
dengan APBN; dan
6. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-
undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang
sudah diputuskan oleh komisi. Anggota komisi dalam Badan
Anggaran harus mengupayakan alokasi anggaran yang diputuskan
komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas.
8.6 Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN)
Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (disingkat BAKN),
dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang
bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BAKN
pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun 36
sidang. Anggota BAKN berjumlah paling sedikit 7 (tujuh) orang
dan paling banyak 9 (sembilan) orang atas usul fraksi DPR yang
ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa
keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Pimpinan BAKN merupakan satu kesatuan pimpinan yang
bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan BAKN terdiri atas 1
(satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari
dan oleh anggota BAKN berdasarkan prinsip musyawarah untuk
mufakat dengan memperhatikan keterwakilan perempuan
menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan
pimpinan BAKN dilakukan dalam rapat BAKN yang dipimpin
oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan
BAKN.
Tugas BAKN :
1. Melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemeriksaan
BPK yang disampaikan kepada DPR;
2. Menyampaikan hasil penelaahan kepada komisi;
3. Menindaklanjuti hasil pembahasan komisi terhadap temuan
hasil pemeriksaan BPK atas permintaan komisi; dan
4. Memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja
pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan, serta penyajian
dan kualitas laporan.
Dalam melaksanakan tugas BAKN dapat meminta
penjelasan dari BPK, Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga
negara lainnya, Bank Indonesia, badan usaha milik negara, badan
layanan umum, badan usaha milik daerah, dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara. BAKN dapat
mengusulkan kepada komisi agar BPK melakukan pemeriksaan
lanjutan. Hasil kerja disampaikan kepada pimpinan DPR dalam
rapat paripurna secara berkala.
37
Dalam melaksanakan tugas, BAKN dapat dibantu oleh
akuntan, ahli, analis keuangan, dan/atau peneliti.
8.7 Badan Kehormatan
Badan Kehormatan dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan
dan keanggotaan Badan Kehormatan dengan memperhatikan
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Anggota Badan Kehormatan berjumlah 11 (sebelas) orang dan
ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa
keanggotan DPR dan pada permulaan tahun sidang.
Pimpinan Badan Kehormatan merupakan satu kesatuan
pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan Badan
Kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang
wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota Badan
Kehormatan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan
proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan
menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan
pimpinan Badan Kehormatan dilakukan dalam rapat Badan
Kehormatan yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan
susunan dan keanggotaan Badan Kehormatan.
Badan Kehormatan bertugas melakukan penyelidikan dan
verifikasi atas pengaduan terhadap anggota karena:
1. Tidak melaksanakan kewajiban;
2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut tanpa keterangan apa pun;
3. Tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat
kelengkapan DPR yang menjadi tugas dan kewajibannya
sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
38
4. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD; dan/atau
5. Melanggar ketentuan larangan.
Selain tugas tersebut diatas, badan kehormatan melakukan
evaluasi dan penyempurnaan peraturan DPR tentang kode etik
DPR. Badan kehormatan berwenang memanggil pihak terkait dan
melakukan kerja sama dengan lembaga lain. Badan kehormatan
membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan.
8.8 Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP)
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, yang selanjutnya
disingkat BKSAP, dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan
dan keanggotaan BKSAP pada permulaan masa keanggotaan
DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota BKSAP
ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa
keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.
Pimpinan BKSAP merupakan satu kesatuan pimpinan yang
bersifat kolektif dan kolegial.P impinan BKSAP terdiri atas 1
(satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua,
yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP berdasarkan prinsip
musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan
jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan BKSAP
dilakukan dalam rapat BKSAP yang dipimpin oleh pimpinan
DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan BKSAP.
Tugas BKSAP:
1. Membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan
persahabatan dan kerja sama antara DPR dan parlemen negara
39
lain, baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk
organisasi internasional yang menghimpun parlemen dan/atau
anggota parlemen negara lain;
2. Menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang
menjadi tamu DPR;
3. Mengoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke
luar negeri; dan
4. Memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang
masalah kerja sama antarparlemen.
BKSAP membuat laporan kinerja pada akhir masa
keanggotaan baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan
untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh BKSAP pada masa
keanggotaan berikutnya.
8.9 Badan Urusan Rumah Tangga
Badan Urusan Rumah Tangga (disingkat BURT), dibentuk
oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat
tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BURT pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Jumlah anggota BURT ditetapkan dalam rapat paripurna menurut
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun
sidang.
Pimpinan BURT merupakan satu kesatuan pimpinan yang
bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan BURT terdiri atas 1 (satu)
orang ketua yang dijabat oleh Ketua DPR dan paling banyak 3
(tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BURT
berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional
dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut
perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan
BURT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam
40
rapat BURT yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan
susunan dan keanggotaan BURT.
Tugas BURT:
1. Menetapkan kebijakan kerumahtanggaan DPR;
2. Melakukan pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal DPR
dalam pelaksanaan kebijakan kerumahtanggaan DPR
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, termasuk pelaksanaan
dan pengelolaan anggaran DPR;
3. Melakukan koordinasi dengan alat kelengkapan DPD dan alat
kelengkapan MPR yang berhubungan dengan masalah
kerumahtanggaan DPR, DPD, dan MPR yang ditugaskan oleh
pimpinan DPR berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah;
4. Menyampaikan hasil keputusan dan kebijakan BURT kepada
setiap anggota DPR; dan
5. Menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR
yang khusus diadakan untuk itu.
8.10 Panitia Khusus
Panitia khusus dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat sementara. DPR menetapkan
susunan dan keanggotaan panitia khusus berdasarkan
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
Jumlah anggota panitia khusus ditetapkan oleh rapat paripurna
paling banyak 30 (tiga puluh) orang.
Pimpinan panitia khusus merupakan satu kesatuan pimpinan
yang bersifat kolektif dan kolegial. Pimpinan panitia khusus
terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang
wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota panitia khusus
berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional
dengan memperhatikan jumlah panitia khusus yang ada serta
keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota
tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan panitia khusus sebagaimana 41
dilakukan dalam rapat panitia khusus yang dipimpin oleh
pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan
panitia khusus.
Panitia khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam
jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna.
Panitia khusus bertanggung jawab kepada DPR. Panitia khusus
dibubarkan oleh DPR setelah jangka waktu penugasannya
berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai. Rapat paripurna
menetapkan tindak lanjut hasil kerja panitia khusus.
8.11 Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal DPR-RI merupakan unsur penunjang
DPR, yang berkedududukan sebagai Kesekretariatan Lembaga
Negara yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pimpinan
DPR. Sekretaris Jenderal diangkat dan diberhentikan dengan
Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPR. Sekretariat Jenderal
DPR RI personelnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil. Susunan
organisasi dan tata kerja Sekretaris Jenderal ditetapkan dengan
keputusan Presiden.
Sekretaris Jenderal dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris
Jenderal dan beberapa Deputi Sekretaris Jenderal yang diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Pimpinan DPR.
2.5.4 DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
Ketua DPD - Irman Gusman
42
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang anggotanya
merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui
Pemilihan Umum. Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak
sama, tetapi ditetapkan sebanyak-banyaknya empat orang.
Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah
anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan
presiden. Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi
selama bersidang bertempat tinggal di ibu kota Republik Indonesia.
Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun.
1. Tugas dan wewenang DPD antara lain:
a. Mengajukan kepada DPR Rancangan Undang-Undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi
lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah. DPR kemudian mengundang DPD untuk
membahas RUU tersebut.
b. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan
RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
c. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan
anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
d. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
e. Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk
dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang
RUU yang berkaitan dengan APBN.
43
2. Hak Anggota DPD
Hak menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak
imunitas, serta hak protokoler.
3. Alat Kelengkapan anggota DPD
3.1 Komite I
Membidangi otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah serta antar- daerah; pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah; pemukiman dan kependudukan;
pertanahan dan tata ruang; serta politik, hukum, dan hak asasi
manusia (HAM).
3.2 Komite II
Membidangi pertanian dan perkebunan; perhubungan;
kelautan dan perikanan; energi dan sumber daya mineral;
kehutanan dan lingkungan hidup; pemberdayaan ekonomi
kerakyatan dan daerah tertinggal; perindustrian dan
perdagangan; penanaman modal; dan pekerjaan umum.
3.3 Komite III
Membidangi pendidikan; agama; kebudayaan; kesehatan;
pariwisata; pemuda dan olahraga; kesejahteraan sosial;
pemberdayaan perempuan dan ketenagakerjaan.
3.4 Komite IV
Membidangi anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN); pajak; perimbangan keuangan pusat dan daerah;
lembaga keuangan; dan koperasi, usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM).
44
3.5 Panitia Perancang Undang Undang (PPUU)
merupakan Alat Kelengkapan DPD yang bersifat tetap,
bertugas menyiapkan Rancangan Undang Undang inisiatif
DPD yang akan disampaikan kepada DPR.
3.6 Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT)
merupakan Alat Kelengkapan DPD yang bersifat tetap,
yang bertugas membantu pimpinan dalam menentukan
kebijakan kerumah tanggaan DPD, termasuk kesejahteraan
Anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal.
3.7 Badan Kehormatan (BK)
merupakan Alat Kelengkapan DPD yang bersifat tetap,
yang bertugas melakukan penyelidikan dan verifikasi atas
pengaduan terhadap Anggota DPD. Selain itu BK juga
bertugas untuk mengevaluasi dan menyempurnakan
peraturan DPD tentang tata tertib dan kode etik.
3.8 Panitia Hubungan Antar Lembaga (PHAL)
merupakan Alat Kelengkapan DPD, yang bertugas
membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan
persahabatan dan kerja sama antara DPD dengan lembaga
sejenis, lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah, baik
secara bilateral maupun multilateral.
3.9 Kelompok DPD di MPR
adalah bagian integral dari DPD yang merupakan
pengelompokan Anggota sebagai Anggota MPR, yang
bertugas mengkoordinasikan kegiatan Anggota DPD di MPR,
meningkatkan kemampuan kinerja DPD dalam lingkup dan
fungsi sebagai Anggota MPR serta melakukan pendalaman
hal-hal yang berkaitan dengan konstitusi dan hal-hal yang
berkaitan dengan sistem ketatanegaraan.
45
3.10 Panitia Akuntabilitas Publik (PAP)
merupakan Alat Kelengkapan DPD, yang bertugas
melakukan penelaahan lanjutan terhadap temuan hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan yang disampaikan
kepada DPD.
2.5.5 BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
Ketua BPK - Drs. Hadi Poernomo, Ak.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas
dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
diresmikan oleh Presiden. Ketua BPK saat ini adalah Drs. Hadi
Poernomo, Ak (Ketua).
BPK mempunyai 9 orang anggota, dengan susunan 1 orang
Ketua merangkap anggota, 1 orang Wakil Ketua merangkap anggota,
serta 7 orang anggota. Anggota BPK memegang jabatan selama 5
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa
jabatan.
Tugas BPK-RI adalah melakukan pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan Negara. Pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh BPK-RI
meliputi seluruh unsur keuangan Negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan.
46
Tujuan BPK yaitu :
1. Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara
yang independen dan professional.
2. BPK mengedepankan nilai-nilai independensi dan
profesionalisme dalam semua aspek tugasnya menuju
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
negara.
3. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan
4. BPK bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik
kepentingan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), dan masyarakat pada umumnya dengan menyediakan
informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik
kepentingan atas penggunaan, pengelolaan, keefektifan, dan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara.
5. Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
6. BPK bertujuan menjadi pusat pengaturan di bidang pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
berkekuatan hukum mengikat, yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi BPK sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
7. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara.
8. BPK bertujuan untuk mendorong peningkatan pengelolaan
keuangan negara dengan menetapkan standar yang efektif,
mengidentifikasi penyimpangan, meningkatkan sistem
pengendalian intern, menyampaikan temuan dan rekomendasi
kepada pemilik kepentingan, dan menilai efektivitas tindak lanjut
hasil pemeriksaan.
47
Nilai-Nilai Dasar BPK yaitu :
1) Independensi
BPK RI adalah lembaga negara yang independen di bidang
organisasi, legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh
lembaga negara lainnya
2) Integritas
BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap
pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi
Kode Etik Pemeriksa dan Standar Perilaku Profesional
3) Profesionalisme
BPK RI melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesionalisme pemeriksaan keuangan negara, kode etik, dan
nilai-nilai kelembagaan organisasi.
Badan Pemeriksa Keuangan terdiri atas seorang Ketua
merangkap Anggota, seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, dan
7 (tujuh) orang Anggota. Susunan Jabatan Badan Pemeriksa
Keuangan terdiri atas:
1. Ketua merangkap Anggota
Tugas dan wewenang Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
meliputi:
a. pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan kelembagaan BPK.
b. pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara secara umum.
c. hubungan kelembagaan dalam negeri dan luar negeri.
2. Wakil Ketua merangkap Anggota
Tugas dan wewenang Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
meliputi:
a. pelaksanaan tugas penunjang dan Sekretariat Jenderal
b. penanganan kerugian negara.
48
3. Anggota I
Tugas dan wewenang Anggota I meliputi pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bidang politik,
hukum, pertahanan, dan keamanan.
4. Anggota II
Tugas dan wewenang Anggota II meliputi:
a. pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara bidang perekonomian dan perencanaan pembangunan
nasional, dan
b. pemeriksaan investigatif.
5. Anggota III
Tugas dan wewenang Anggota III meliputi pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bidang
lembaga negara, kesejahteraan rakyat, kesekretariatan negara,
aparatur negara, riset dan teknologi.
6. Anggota IV
Tugas dan wewenang Anggota IV meliputi pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bidang
lingkungan hidup, pengelola sumber daya alam, dan infrastruktur.
7. Anggota V
Tugas dan wewenang Anggota V meliputi pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah dan kekayaan
daerah yang dipisahkan pada Wilayah I (Sumatera dan Jawa).
8. Anggota VI
Tugas dan wewenang Anggota VI meliputi pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah dan kekayaan
daerah yang dipisahkan pada Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua).
49
9. Anggota VII
Tugas dan wewenang Anggota VII meliputi pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bidang
kekayaan negara yang dipisahkan.
2.5.6 MA (Mahkamah Agung)
Ketua Mahkamah Agung – Hatta Ali
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang
memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah
pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan
di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
Fungsi mahkamah agung :
1. FUNGSI PERADILAN
a) Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung
merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi
dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan
undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara
adil, tepat dan benar.
b) Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah
Agung berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat
pertama dan terakhir
1. Semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
50
2. Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang
telah memperoleh
3. Kekuatan hukum tetap (pasal 28, 29,30,33 dan 34 undang-
undang mahkamah agung no. 14 tahun 1985)
4. Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal
asing dan muatannya oleh kapal perang republik indonesia
berdasarkan peraturan yang berlaku (pasal 33 dan pasal 78
undang-undang mahkamah agung no 14 tahun 1985)
c) Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil,
yaitu wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan
perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah
suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan
dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31
Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2. FUNGSI PENGAWASAN
a) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap
jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan
tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan
berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam
memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10
Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun
1970).
b) Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan terhadap
pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan
Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili,
dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya,
dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
51
dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan
petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim
(Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985). Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang
yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
3. FUNGSI MENGATUR
a) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila
terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-
undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-
undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14
Tahun 1985).
b) Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri
bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang
sudah diatur Undang-undang
4. FUNGSI NASEHAT
a) Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung
memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35
Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara
RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden
selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun
52
demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai
rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-
undangan yang mengatur pelaksanaannya.
b) Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan
memberi petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga
peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-
undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a) Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara)
sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang
No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan
finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen
yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-
undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah
kekuasaan Mahkamah Agung
b) Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung
jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan
Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan
mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun
1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan
lain berdasarkan Undang-undang.
53
2.5.7 MK (Mahkamah Konstitusi)
Ketua MK - Moh Mahfud MD
Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah lembaga negara
baru di bidang kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi.
Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstusi menurut UUD
1945 adalah :
1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
keputusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewewenangan lembaga Negara yang kewewenangannya
diberikan oleh UUD1945, memutus pembubaran partai politik,
dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
2. Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden atau Wakil
Presiden menurut UUD 1945.
3. DPR dan pemerintahan kemudian membuat Rancangan Undang-
Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui
pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara
bersama Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh
Presiden pada hari itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 15
Agustus 2003, Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim
Konstitusi di Istana Negara pada tanggal 16 Agustus 2003.
4. Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitus.
5. Mahkamah konstitusi pada dasarnya adalah sebuah mahkamah
ketatanegaraan yang sesungguhnya adalah sebuah mahkamah
politik. Seperti halnya peradilan tata usaha negara yang tidak ada 54
upaya paksa dalam pelaksanaan putusannya kecuali diserahkan
pada kepatuhan terhadap hukum dari lembaga atau pejabat negara
yang dikenai putusan itu.
Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang
mempunyai peranan penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan
prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan kewenangannya
sebagaimana yang ditentukan dalam UUD 1945. Pembentukan
Mahkamah Konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya paham
negara hukum dalam UUD 1945. Dalam negara hukum harus dijaga
paham konstitusional.Artinya, tidak boleh ada undang-undang dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar.
2.5.8 KY (Komisi Yudisial)
Ketua KY Prof. Dr. H. Eman Suparman, SH, M.H
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UU no 22 tahun 2004 yang berfungsi mengawasi
perilaku hakim dan mengusulkan nama calon hakim agung dan
melakukan pengawasan moralitas dan kode etik para Hakim.
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Anggota komisi yudisial
harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta
55
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota
komisi yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan DPR (Pasal 24B).
Seiring dengan tuntutan reformasi peradilan, pada Sidang
Tahunan MPR tahun 2001 yang membahas amandemen ketiga
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
disepakati beberapa perubahan dan penambahan pasal yang
berkenaan dengan kekuasaan kehakiman, termasuk di dalamnya
Komisi Yudisial yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Berdasarkan pada amandemen ketiga itulah dibentuk Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang
disahkan di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2004.
Tujuan Komisi Yudisial adalah :
1. Agar dapat melakukan monitoring secara intensif terhadap
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dengan melibatkan unsur-
unsur masyarakat.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kekuasaan kehakiman baik
yang menyangkut rekruitmen hakim agung maupun monitoring
perilaku hakim.
3. Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan,
karena senantiasa diawasi secara intensif oleh lembaga yang
benar-benar independen.
4. Menjadi penghubung antara kekuasaan pemerintah dan kekuasaan
kehakiman untuk menjamin kemandirian kekuasaan kehakiman.
Sedangkan Komisi Yudisial sendiri memiliki wewenang untuk
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
56
Tugas Komisi Yudisial :
1. Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung, dengan tugas
utama:
a. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung;
b. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung;
c. Menetapkan calon Hakim Agung; dan
d. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.
2. Menjaga dan Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat
Serta Perilaku Hakim, dengan tugas utama:
1) Menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku
hakim,
1. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran
perilaku hakim, dan
2. Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi
yang disampaikan kepada Mahkamah Agung dan
tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR.
2.5.9 KPU (Komisi Pemilihan Umum)
Ketua KPU – Husni Kamil Malik
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang
Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun
1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan
Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum,
KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut :
57
1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan
Umum;
2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang
berhak sebagai peserta Pemilihan Umum;
3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut
PPI dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai
dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang
selanjutnya disebut TPS;
4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II
untuk setiap daerah pemilihan;
5. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah
pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;
6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data
hasil Pemilihan Umum;
7. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum KPU
mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban untuk
mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan Pemilu DPR, DPD dan DPRD, Pemilu Presiden/Wakil
Presiden serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Termasuk merencanakan program dan anggaran serta menetapkan
jadwal; menyusun dan menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi,
KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN serta
menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-
tiap tahapan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Guna
mendukung tercapainya sasaran tersebut anggota KPU dibantu oleh
sebuah Sekretariat Jenderal KPU yang dipimpin oleh seorang
Sekretaris Jenderal KPU dan Wakil Sekretaris Jenderal KPU yang
secara teknis operasional bertanggung jawab kepada KPU. Sekretaris
Jenderal KPU dan Wakil Sekretaris Jenderal KPU
mengkoordinasikan 7 (tujuh) Biro di lingkungan Setjen KPU.
58
Untuk mengelola administrasi keuangan serta pengadaan
barang dan jasa berdasarkan peraturan perundangundangan,
pimpinan KPU membentuk alat kelengkapan berupa divisi-divisi dan
Ada pula Koordinator Wilayah (Korwil) yang dibentuk sesuai
dengan kebutuhan.
Divisi Komisi Pemilihan Umum terdiri dari:
1. Divisi Teknis Penyelenggaraan
2. Divisi Perencanaan Program, Keuangan Dan Logistik
3. Divisi Hukum dan Pengawasan
4. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Pengembangan SDM
5. Divisi Humas, Data Informasi dan Hubungan Antar Lembaga
6. Divisi Umum dan Organisasi
2.5.10 Bank Central (Bank Indonesia)
Gubernur Bank Indonesia - Darmin Nasution
Bank Sentral adalah bank yang merupakan pusat struktur
moneter dan perbankan di negara yang bersangkutan dan yang
melaksanakan (sejauh dapat dilaksanakan dan untuk kepentingan
ekonomi nasional) fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Memperlancar lalu lintas pembayaran
a. menciptakan uang kartal
b. menyelenggarakan kliring antar bank umum.
2. Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah.
Bank Sentral sebagai bankir :
a. memelihara rekening pemerintah
b. memberikan pinjaman sementara59
c. memberikan pinjaman khusus
d. melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta
asing (valas)
e. menerima pembayaran pajak
f. membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah,
g. membantu pengedaran surat berharga pemerintah
h. mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi
Bank sentral sebagai agen dan penasehat pemerintah :
a. mengadministrasi dan mengelola hutang nasional
b. memberikan jasa pembayaran bunga atas hutang
c. memberikan saran dan informasi mengenai keadaan pasar
uang dan modal.
3. Memelihara cadangan/cash reserve bank umum
4. Memelihara cadangan devisa negara :
a. internal reserve, untuk keperluan jumlah uang beredar
b. eksternal reserve, untuk alat pernbayaran internasional
5. Sebagai bankers bank dan lender of last resort,
6. Mengawasi kredit
7. Mengawasi bank (bank supervision):
a. Prudential Supervision: pengawasan bank yang diarahkan agar
individual bank dapat dijaga kelangsungan hidupnya sehingga
kepentingan masyarakat dapat dilindungi.
b. Monetary Supervision: menjaga nilai mata uang negara yang
bersangkutan sehingga bank tersebut dapat menjadi penyangga
kebijakan moneter maupun kebijakan ekonomi pemerintah
lainnya.
Menurut UU Republik Indonesia No. 3 tahun 2004, Bank
Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia, dengan tujuan
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, yang akan dicapai
melalui pelaksanaan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
60
konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan
umum pemerintah di bidang perekonomian.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, dalam UU di
atas, Bank Indonesia berwenang:
1. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan
sasaran laju inflasi;
2. melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan caracara
yang termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta
asing;
b. penetapan tingkat diskonto;
c. penetapan cadangan wajib minimum;
d. pengaturan kredit atau pembiayaan.
Di Indonesia, fungsi bank sentral pada masa penjajahan
dilakukan oleh De Javasche Bank yang bertindak sebagai bank
sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi bank sentral lainnya. De
Javasche Bank didirikan pada tanggal 24 Januari 1828. Di samping
menjalankan fungsinya sebagai bank sentral, bank tersebut juga
melakukan kegiatan bank umum. Pada masa perjuangan
kemerdekaan, Bank Negara Indonesia didirikan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank sentral
pemerintah RI dengan tugas utama sebagai berikut :
1. memberikan pinjaman kepada pemerintah,
2. menarik uang tentara pendudukan Jepang untuk diganti dengan
ORI (Oeang, Repoeblik Indonesia),
3. menyediakan fasilitas kredit untuk, perusahaan-perusahaan
industri dan perdagangan yang beroperasi di daerah kekuasaan
pemerintah RI,
4. membantu pembiayaan misi-misi pemerintah ke luar negeri.
2.6 Unsur-unsur Pembentuk Ketatanegaraan Indonesia
61
Sistem ketatanegaraan Indonesia diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan Indonesia
memiliki herarki hukum, artinya memiliki tata urutan atau tingkatan.
Peraturan perundang-undangan yang kedudukannya lebih tinggi,
menjadi sumber hukum bagi peraturan yang terletak di bawahnya.
Sebaliknya, peraturan di bawah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan di atasnya.
Hirarki hukum yang dimiliki peraturan perundang-undangan
merupakan bagian atau unsur-unsur pembentuk sistem ketatanegaraan
Indonesia. Peraturan perundang-undangan sebagai unsur terbentuknya
sistem ketatanegaraan ini, di Indonesia telah mengalami
perubahan sejalan dengan berubahnya sistem ketatanegaraan
Indonesia hasil Amandemen UUD 1945.
Beberapa perubahan peraturan perundang-undangan di Indonesia,
dapat diuraikan sebagai berikut:
2.6.1 Menurut TAP MPRS XX Tahun 1966
Tata urutan perundang-undangan di Indonesia adalah:
1) UUD 1945
2) TAP MPR
3) UU/PERPU
4) Peraturan Pemerintah
5) Keputusan Presiden
6) Peraturan Menteri
7) Instruksi Menteri
2.6.2 Menurut Ketetapan MPR No.III/MPR/2000
Tata urutan perundang-undangan di Indonesia adalah:
1) UUD 1945
2) TAP MPR
3) UU
4) PERPU
62
5) PP
6) Keputusan Presiden
7) Peraturan Daerah
2.6.3 Menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
Tata urutan perundang-undangan di Indonesia adalah
1) UUD 1945
2) UU/PERPU
3) Peraturan Pemerintah
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah
2.6.4 Menurut UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
Tata urutan perundang-undangan di Indonesia adalah
1) UUD 1945
2) TAP MPR
3) UU/PERPU
4) Peraturan Pemerintah
5) Peraturan Presiden
6) Peraturan Daerah Provinsi
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Adapun uraian mengenai peraturan perundang-undangan
tersebut, satu per satu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis RI, memuat
dasar dan garis-garis besar hukum dalam penyelenggaraan
negara. Sebagai sumber hukum tertinggi, semua peraturan
perundang-undangan lainnya di Indonesia, bersumber kepada
UUD 1945.
63
Undang-Undang dasar 1945 telah mengalami perubahan-
perubahan. Perubahan pertama tahun 1999 dan perubahan ke-
empat tahun 2002. Materi perubahan mencapai 3 kali lipat dari
materi sebelumnya, sehingga saat ini materi muatan UUD
1945 mencapai 199 butir ketentuan. Meskipun namanya masih
UUD 1945, tetapi dari sudut isinya, UUD 1945 setelah
amandemen tahun 2004 sudah dapat dikatakan merupakan
konstitusi baru.
2. Ketetapan MPR
Istilah ketetapan MPR dipakai baik menyangkut isinya
yang bersifat mengatur ataupun yang tidak mengatur, seperti
Ketetapan MPR tentang Pengangkatan Presiden. Ketetapan ini
sama sekali tidak mengatur, melainkan hanya bersifat
administratif (beschikking). Ketetapan MPR merupakan
keputusan MPR sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang
ditetapkan dalam sidang-sidang MPR.
3. Undang-Undang
Undang-undang yang dimaksud di sini adalah undang-
undang dalam arti sempit. Undang-undang dibuat oleh DPR
bersama Presiden untuk melaksanakan UUD 1945 serta
Ketetapan MPR. Contoh : Undang-undang Guru dan Dosen,
Undang-undang Penyiaran, dan lain-lain.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(PERPU) dibuat oleh Presiden dalam hal yang memaksa
dengan ketentuan:
1. Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan.
2. DPR dapat menerima atau menolak dengan mengadakan
perubahan.
3. Jika DPR menolak, Perpu harus dicabut.
5. Peraturan Pemerintah (PP)
64
Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk
melaksanakan undang-undang. Pembuatan Peraturan
Pemerintah disebut sebagai kegiatan regulatif atau pengaturan.
Kewenangan regulatif berada di tangan Presiden dan
bersumber dari kewenangan yang lebih tinggi yaitu DPR.
6. Keputusan Presiden (Keppres).
Keputusan Presiden bersifat mengatur dibuat oleh
Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa
pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi
pemerintahan. Keppres dapat dijadikan objek peradilan tata
Usaha Negara.
7. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah merupakan peraturan untuk
melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung
kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan. Peraturan
Daerah provinsi dibuat oleh DPRD provinsi dengan gubernur,
di kabupaten dibuat DPRD kabupaten dengan bupati.
65
2.7 Studi Kasus
2.7.1 Kronologi Kasus
Gembong Narkoba Tak Dihukum Mati, Pemerintah Abaikan Suara Rakyat
JAKARTA - Wakil Ketua DPR, Pramono Anung, mengaku sangat kecewa saat melihat keputusan hakim Mahkamah Agung (MA), yang membatalkan vonis hukuman mati terhadap gembong Narkoba beberapa waktu lalu.
Menurutnya, hal ini memperlihatkan jika pemerintah terkesan enggan untuk menerima aspirasi publik terhadap pemberantasan peredaran dan konsumsi narkoba.
"Sungguh sangat disayangkan MA dan pemerintah terkesan tidak hati-hati, tidak mendengar saran publik dalam memberi keputusan," ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (15/10/2012).
Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan ini menambahkan, narkoba merupakan salah satu kejahatan yang sangat rawan, dan menjadi musuh utama negara selain korupsi.
Oleh sebab itu, pemerintah seharusnya dengan tegas berani menyatakan perang terhadap narkoba, bukan malah menunjukan sikap yang seolah-olah lunak terhadap pengedar narkoba tersebut.
"Kita harus menyatakan perang pada narkoba. Sebenarnya kejahatan ini merusak moral bangsa. Harusnya hukuman itu setimpal. Persoalan ke depan yang serius itu dua, korupsi dan narkoba. Jadi pemerintah harus punya ketegasan," tandasnya.
Seperti yang diketahui ada enam tervonis kasus narkoba yang diajukan ke MA.
66
Inilah rekam putusan MA yang dinilai menguntungkan para pengedar narkotika:
1. Hillary K. Chimezie (WNA Nigeria). Hukuman mati menjadi 12 tahun
penjara
2. Meirika Franola alias Ola (WNI). Hukuman mati menjadi seumur hidup
3. Tan Duc Thanh Nguyen (WNA Filipina). Hukuman mati menjadi seumur
hidup
4. Si Yi Chen (WNA Cina). Hukuman mati menjadi seumur hidup
5. Matthew James Norman. Hukuman mati menjadi seumur hidup
6. Henky Gunawan (WNI). Hukuman mati menjadi 15 tahun penjara.
2.7.2 Analisa Kasus
Pada kasus diatas, menurut kami tindakan pemerintah
memberikan grasi pada para gembong narkoba sangatlah tidak adil.
Sebagai pemimpin negara seharusnya beliau bertindak adil sesuai
dengan peraturan atau hukum yang berlaku. Kami sangat tidak setuju
dengan tindakan beliau memberikan grasi pada para gembong
narkoba tersebut. Karena seharusnya, narkoba di negara kita ini
harus ditumpas demi penerus generasi muda kita yang nantinya akan
memimpin negara Indonesia ini dengan bersih. Tanpa narkoba
ataupun hal yang bertentangan dengan hukum. Kita harus
selamatkan para generasi muda dari ancaman narkoba yang saat ini
merajalela.
Tindakan mengabaikan aspirasi rakyat pun sangat tak pantas
dilakukan oleh Presiden kita itu. Seharusnya sebagai pemimpin,
beliau lebih mementingkan rakyatnya, mendengarkan keluhan
rakyatnya, bukan malah mengacuhkan aspirasi rakyat hanya demi
kepentingan dirinya sendiri. Seorang pemimpin memang tugasnya
memimpin, tapi tanpa mengabaikan suara rakyat.
67
2.7.3 Solusi
Bagi pemerintah :
1. Bahwa sebaiknya pengedar dan pemakai wajib diberi sanksi
yang tegas agar mereka tidak lagi mengedarkan dan memakai
barang tersebut.
2. Pemerintah diharapkan supaya bisa bertindak bijaksana dalam
memutuskan suatu perkara. Karena ada dalam suatu perkara
mereka melakukan nepotisme .
3. Dalam memutuskan suatu perkara sebaiknya menggunakan asas
demokrasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang sesuai
dengan hukum yang berlaku, sebab suara rakyat sangat penting
dalam penyelesaian masalah.
Bagi Rakyat :
1. Masyarakat harus paham dan mengerti hukum agar tidak terjadi
penyelewengan hukum, atau penyalahgunaan hukum oleh
aparat.
2. Masyarakat hendaknya ikut aktif membantu pemerintah dalam
mengatasi masalah penyebaran narkoba.
Pendapat kami :
Karena sudah ada UU yang mengatur mengenai narkoba jadi
seharusnya aparat penegak hukum dalam menentukan hukuman tetap
berpedoman terhadap UU tersebut agar tidak terjadi konflik seperti
dalam kasus ini. Karena meski bagaimanapun dalam pembentukan
UU turut melibatkan aspirasi rakyat dan sebagai negara demokratis
selayaknya kita tetap menggunakan UU sebagai dasar dalam
membuat keputusan.
68
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik.
Dengan kata lain , pemerintahan yang demokrasi adalah pemerintahan di
tangan rakyat, pemerintahan oleh rakyat , dan pemerintah untuk rakyat.
2. Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat
periode: Periode 1945-1959, Periode 1959-1965, Periode 1966-1998, dan
Periode 1999-sekarang.
3. Sistem ketatanegaraan Indonesia adalah suatu susunan dalam tata negara
Indonesia yang mempunyai tugas dan kewajiban masing- masing dalam
mengurusi suatu negara.
4. Sistem ketatanegaraan Indonesia sebelum Amandemen UUD 1945,
Lembaga Negara sebelum amandemen yang ke -4, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Presiden, Badan Pemeriksa Keuangan BPK, Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah Agung.
5. Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, UUD
memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6
lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu
Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi
(MK).
6. Hirarki hukum yang dimiliki peraturan perundang-undangan merupakan
bagian atau unsur-unsur pembentuk sistem ketatanegaraan Indonesia.
7. Gembong Narkoba Tak Dihukum Mati, Pemerintah Abaikan Suara
Rakyat. Wakil Ketua DPR, Pramono Anung, mengaku sangat kecewa
saat melihat keputusan hakim Mahkamah Agung (MA), yang
membatalkan vonis hukuman mati terhadap gembong Narkoba.
69
3.2 Saran
1. Sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai
dan asas demokrasi.
2. Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, patuhilah dan taatilah
peraturan dan hukum yang berlaku.
3. Dalam pengambilan keputusan hendaknya mementingkan kepentingan
bersama yang tidak mengambil hak orang lain.
4. Jika melanggar hukum hendaknya dihukum sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
5. Sebagai pemimpin Negara Indonesia, seharusnya tetap mementingkan
rakyatnya.
6. Sebagai perangkat negara Indonesia, hendaknya menjalankan tugas dan
kewajibannya masing-masing sesuai peraturan perundang-undangan, dan
tetap mementingkan rakyat.
70
DAFTAR PUSTAKA
http://batam.bisnis.com/m/read/20140409/14/44089/pileg-2014-riau-duh-
jaman-sekarang-masih-banyak-yang-pakai-serangan-fajar
71
Recommended