View
42
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
y
Citation preview
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
1/37
KELOMPOK A3
Ketua : M. Yudha 1102011149
Sekretaris : Fadhillah Syafitri S 1102011091
Anggota: Choirul Akbar 1102010056
Dewi Nadila 1102010070Faisal Abdul Razak 1102011093
Fakhri Wicaksono 1102011095
Faradiba Febriani 1102011096
Farah Eryanda 1102011097
M. Agsar Andriawan 1102011150
Mainurtika 1102011151
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
2/37
PERDARAHAN PERSALINAN
Seorang pasien 17 tahun datang ke IGD RSUD dengan hamil pertama
dan keluhan nyeri perut dan perdarahan pervaginam. Pasien mengaku
hamil 32 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhirnya (HPHT). Pasien
tidak pernah melakukan antenatal care (ANC) sebelumnya. Pasien mengalami
kenaikan berat badan sampai 25kg, selama kehamilan ini diikuti edema
tungkai, dalam 4 minggu terakhir pasien tidak pernah mengkonsumsi sulemen
besi atau vitamin lainnya.
Dari riwayat penyait keluarga diketahui tidak ada riwayat penyakitginjal DM dan hipertensi dikeluarganya.Dilakukan pemeriksaan fisik
dengan hasil: keadaan umum tampak sakit sedang tekanan darah 135/85
mmHg, frekuensi nadi 98/menit, frekuensi nafas 26/menit suhu afebris. Dari
status obtetrik didapatkan tinggi fundus uteri 42cm, denyut jantung janin I:
166x/menit dan detak jantung janin II: 176x/menit simultan. Dilakukan
pemeriksaan inspekulo tampak darah berwarna kehitaman mengalir dariOUI, pembukaan tidak ada.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang USG dengan hasil:
kehamilan ganda letak sungsangdan hasil pemeriksaan laboratorium urin
didapatkan protein +2. Dilakukan pemeriksaan CTG didapatkan tanda-tanda
gawat janin.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
3/37
SASARAN BELAJAR:
1. Memahami dan Menjelaskan tentang Hipertensi pada
Kehamilan
Menjelaskan tentang Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan
Menjelaskan tentang hipertensi gestasional
Menjelaskan tentang preeclampsia
Menjelaskan tentang eklampsia
Menjelaskan tentang kronik hipertensi
Menjelaskan tentang superimposed preeclampsia
2. Memahami dan Menjelaskan tentang Perdarahan Antepartum
Menjelaskan tentang Klasifikasi perdarahan antepartum
Menjelaskan tentang placenta previa
Menjelaskan tentang solusio placenta
Menjelaskan tentang vasa previa
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
4/37
1. Memahami dan Menjelaskan tentang Hipertensi
pada Kehamilan
1.1. Menjelaskan tentang hipertensi dalam kehamilan
Hingga saat ini, hipertensi dalam kehamilan masih merupakan
masalah kesehatan serius di bidang obstetri di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia setiap menit
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilan dan persalinan.
Dari jumlah kematian maternal, prevalensi paling besar adalah
pre-eklampsia dan eklampsia sebesar 12,9% dari keseluruhan kematian
ibu. Insidensi pre eklamsia di Indonesia sekitar 310%, menyebabkan
mortalitas maternal sebanyak 39.5% pada tahun 2001, dan sebanyak
55.56% pada tahun 2002 (Roeshadi, 2004).
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
5/37
1.2. Menjelaskan tentang klasifikasi hipertensi dalam
kehamilan
Klasifikasi hipertensi pada kehamilan menurut The Working Groupclassification of hypertensive disorders complicating pregnancy, yaitu:
A. Hipertensi Gestasional
A.1. Definisi Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional atau hipertensi transien. Wanita dengan
peningkatan tekanan darah yang dideteksi pertama kali setelahpertengahan kehamilan, tanpa proteinuria
A.2. Epidemiologi Hipertensi Gestasional
Insiden : hipertensi gestasional adalah penyebab utama hipertensidalam kehamilan yang menyerang 6-7% ibu primigravida dan 2-4%
ibu multigravida. Insiden ini meningkat pada kehamilan ganda dan
riwayat preeklampsia.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
6/37
A.3. Klasifikasi Hipertensi Gestasional
Hipertensi Gestasional Ringan:
usia kehamilan setelah 37 minggu, hasil kehamilan sama atau lebih
baik dari pasien normotensif, namun peningkatan kejadian induksi
persalinan dan operasi caesar terjadi.
Hipertensi Gestasional Berat:
pasien ini memiliki tingkat yang lebih tinggi morbiditas ibu atau janin,
lebih tinggi bahkan dibandingkan pasien preeklampsia ringan, kasus
ini termasuk plasenta dan kelahiran prematur dengan kecil untuk usiagestasional normal.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
7/37
A.4. Diagnosis Hipertensi Gestasional
1) Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90
mm Hg untuk pertama kalinya pada kehamilan di atas 20
minggu
2) Tidak ada proteinuria3) Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu
postpartum
4) Diagnosis hanya dibuat pada postpartum
5) Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia,misalnya, tidak nyaman atau trombositopenia epigastrika
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
8/37
B. Preeklampsia
B.1. Definisi preeklampsia
Diagnosis preeklampsia akan ditegakkan apabila tekanan darah140/90mmHg atau lebih yang terjadi setelah 20 minggu masagestasi. Proteinuria +1 (Dipstick) atau > 300mg/24 jam
B.2. Etiologi preeklampsia
Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:
Paritas
Usia
Riwayat hipertensi
Sosial ekonomi Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Genetik
Obesitas
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
9/37
B.3. Klasifikasi preeklampsia
1. Preeklampsia ringan
a) TD .140/90 mmHg
b) Proteinuria: .300 mg/24 jam atau pemeriksaan kualitatif 1 atau 2+
c) Edema: edema generalisata (edema pada kaki, tangan,muka,dan perut).
2. Preeklampsia berat
a) TD . 160/110 mmHg
b) Proteinuria .5 g/24 jam; 3 atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam
d) Kenaikan kadar kreatinin plasma
e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
g) Edema paru-paru dan sianosis
h) Hemolisis mikroangiopatiki) Trombositopenia berat:
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
10/37
B.4. Pencegahan preeklampsia
1) Pencegahan non medikal
2) Pencegahan dengan medikal
B.5. Tatalaksana preeklampsia
1. Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan
pengelolaan dasar
2. Pemberian terapi medikamentosa
1) Segera masuk rumah sakit2) Tirah baring miring ke kiri secara intermiten
3) Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
4) Pemberian anti kejang MgSO4sebagai pencegahan dan terapi kejang.
5) Pemberian MgSO4dibagi :
1) Loading dose (initial dose): dosis awal
2) Maintenance dose: dosis lanjutan.
6) Anti hipertensi Diberikan : bila tensi 180/110 atau MAP 126
7) Diuretikum Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
11/37
C. Eklampsia
Diagnosis eklampsia akan ditegakkan apabila terdapat
kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf)
dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre-eklampsia.
C.1. Patogenesis
Patogenesis eklampsia tidak diketahui dengan jelas. Diperkirakan
disebabkan oleh karena :
Trombosis oleh platelet
Hipoksia cerebri akibat vasospasme lokal
Perdarahan cortex cerebri
Kejadian eklampsia tidak memiliki korelasi dengan tingginya
Tekanan Darah
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
12/37
C.2. Penatalaksanaan eklampsia
1) Merupakan keadaan gawat darurat obstetrik
2) Bersihkan jalan nafas dan berikan oksigen dalam sungkup
3) Posisi lateral
4) Ukur tekanan darah setiap 10 menit
5) Pasang infus
6) Pasang kateter urine menetap
7) Stabilisasi pasien
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
13/37
D. Superimposed Preeklampsia
Superimposed preeklampsia sulit dibedakan dengan hipertensikronik yang tidak diawasi dengan baik, khusus nya bila pasien baru
datang ke dokter setelah kehamilan > 20 minggu.
Diagnosa superimposed preeklampsia hanya ditegakkan pada
1) Pasien hipertensi kronik,
2) proteinuria 3 gram / 24 jam setelah kehamilan 20 minggu.
3) Pada wanita hamil dengan hipertensi dan proteinuria ,
diagnosis hipertensi kronis superimposed preeklampsia
ditegakkan hanya bila tekanan darah semakin meningkat dan
proteinuria semakin berat secara mendadak atau bila disertai
dengan salah satu atau beberapa tanda yang menunjukkan
kriteria beratnya preeklampsia.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
14/37
E. Hipertensi Kronis.
E.1. DefinisiHipertensi kronik yaitu hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pasca persalinan.
E.2. Tujuan utama penatalaksanaan :
1) Mengendalikan hipertensi
2) Deteksi superimposed preeklampsia
3) Deteksi PJT
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
15/37
1.3. Menjelaskan tentang patofisiologi hipertensi dalam kehamilan
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
16/37
2. Memahami dan menjelaskan tentang perdarahan
antepartum
2.1. Menjelaskan tentang plasenta previa
2.1.1. Definisi plasenta previa
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta
yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Manuaba
(1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan
implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupisebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
17/37
2.1.2. Etiologi dan faktor resiko plasenta previa
Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.Menurut beberapa pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu :
Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di
segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus
uteri belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis
sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikannutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang
persisten.
Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui
pasti tetapi meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas
section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
18/37
Faktor Risiko Plasenta Previa
A. Faktor predisposisi
Menurut Manuaba (1998), faktorfaktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur >35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat
B. Faktor pendukung
Beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau jaringan
parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau aborsi).
2) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi. 3) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut
Sastrawinata (2005),
C. Faktor pendorongIbu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan atau
atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang
sehari)
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
19/37
2.1.3. Klasifikasi plasenta previa
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
1) Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruhostium uteri internum.
2) Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum.
3) Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh
letaknya dan menutupi sebagian ostium uteri internum.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
20/37
2.1.4. Patofisiologi plasenta previa
Umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih
awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawahrahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawahrahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada
tapaknya Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal
dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta.Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun
pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasaterbentuk
Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkansinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dindinguterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
21/37
2.1.5. Manifestasi plasenta previa
a) Perdarahan tanpa sebab dan tanpa rasa nyeri serta berulang
b) Darah berwarna merah segar, perdarahan pertama biasanya tidak
banyak, tetapi perdarahan berikutnya hamper selalu lebih banyak
dari sebelumnya
c) Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan padajanin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul
dan atau disertai dengan kelainan letak oleh karena letak plasenta
previa berada di bawah janin (Winkjosastro, 2002)
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
22/37
2.1.6. Diagnosis plasenta previa
a) Anamnesa yang sesuai dengan gajala klinis, yaitu terjadi perdarahan
spontan dan berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri.
b) Pemeriksaan fisik :i. Inspeksi : Terlihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar.
ii. Palpasi abdomen : fundus uteri masih rendah; Sering disertai
kesalahaan letak janin; Bagian bawah janin belum turun, apabila
letak kepala, biasanya kepala masih dapat digoyang atau terapung;
Bila pemeriksa sudah cukup pengalaman dapat dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
iii. Inspekulo : Dengan pemeriksaan inspekulo dengan hati-hati dapat
diketahui asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, vagina,
varises yang pecah atau lain-lain.
iv. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja operasi
(PDMO / Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi)
c) Pemeriksaan penunjang : Plasenta previa hampir selalu dapat didiagnosa
dengan menggunakan USG abdomen, yang 95% dapat dilakukan tiap
saat.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
23/37
2.1.7. Diagnosis banding plasenta previa
1) Solusio plasenta
2) Ruptur uteri
3) Gangguan pembekuan darah
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
24/37
2.1.8. Penatalaksanaan plasenta previaTindakan pada plasenta previa :
A. Tindakan dasar umum.
B. Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesareasegera dilakukan setelah pengobatan syok dimulai.
C. Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karenaplasenta previa totalis atau parsialis, segera lakukan seksiosesaria
D. Tindakan setelah melahirkan.
1) Cegah syok (syok hemoragik)
2) Pantau urin dengan kateter menetap3) Pantau sistem koagulasi (koagulopati).
4) Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung eritrosit, danhematokrit.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
25/37
2.1.9. Terapi
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
26/37
2.1.10. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan plasenta
previa, adalah :
1) Perdarahan dan syok.
2) Infeksi.
3) Laserasi serviks.
4) Prematuritas atau lahir mati
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
27/37
2.2. Menjelaskan tentang solusio plasenta
2.2.1.Definisi solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum janin lahir .
2.2.2. Epidemiologi solusio plasentaInsiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh
kehamilan. Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89
persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat 1 dalam 500-750
persalinan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Deering didapatkan 0,12%dari semua kejadian solusio plasenta di Amerika Serikat menjadi sebab
kematian bayi . Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ducloy di
Swedia melaporkan dalam 894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi
solusio plasenta .
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
28/37
2.2.3. Klasifikasi solusio placenta antara lain:
1) Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta
terlepas dari tempat perlengkatannya.
2) Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudahterlepas dari tempat perlengketannya.
3) Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah
dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
29/37
2.2.4. Manifestasi solusio plasenta
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas
pengelompokannya menurut gejala klinis:
1. Solusio plasenta ringan (ruptura sinus marginalis)
Pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak.
Perdarahan kehitam-hitaman dan sedikit sakit.
Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus.2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat
bagian
Sakit perut terus menerus dan disusul dengan perdarahan
pervaginam.
Janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam
keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan
Apabila janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
30/37
3. Solusio plasenta berat Plasenta telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaannnya.
Terjadi sangat tiba-tiba.
Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syokibu
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
31/37
2.2.5. Patofisiologi
Perdarahan dari pembuluh darah plasenta atau uterushematoma
pada desiduaplasenta terdesakterlepas. Perdarahan terus-menerus karena otot uterus meregang oleh
kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya Akibatnya hematoma retroplasenter akan
bertambah besarsebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding
uterus. Sebagian darah menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari
vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot
uterus
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
32/37
2.2.6. Diagnosis solusio plasenta
1) USG
2) Sakit perut terus menerus,
3) Perdarahan pervaginam kehitaman, nyeri tekan pada
uterus,
4) Uterus tegang terus,5) Syok, DJJ (-),
6) Air ketuban kemerahan
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
33/37
2.2.7. Tatalaksana solusio plasenta
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atauringannya gejala klinis, yaitu:
1. Solusio plasenta ringan Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu
Bila ada perburukan pemantauan dengan USG
Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukanamniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
2. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi,infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin.Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya
solusio plasenta.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
34/37
2.2.8. Komplikasi solusio plasenta
Komplikasi yang dapat terjadi pada Ibu:
1) Syok perdarahan
2) Gagal ginjal
3) Kelainan pembekuan darah
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
35/37
2.3. Menjelaskan tentang vasa previa
2.3.1. Definisi vasa previa
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darahjanin melintasi atau berada di dekat ostium uteri Internum (cervical os)
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
36/37
2.3.2. Etiologi vasa previa
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/ gemeli,
karena pada kehamilan ganda sumber makanan yang ada pada plasenta
akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga dengan adanya rebutan
tersebut akan mempengaruhi kepenanaman tali pusat/ insersi.
2.3.3. Patofisiologi vasa previa
Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan denganplasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dalam selaput
janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan di daerah oestium uteri
internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi janin
karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah
dapat ikut robek sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jikaperdarahan banyak kehamilan harus segera di akhiri.
5/20/2018 SK1 EMERGENSI A3
37/37
2.3.4. Manifestasi vasa previa
Tanda dan gejalanya belum diketahui secara pasti, perdarahan padainsersi velamentosa ini terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu
perdarahan segera setelah ketuban pecah
2.3.5. Diagnosis vasa previa
Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usgantenatal dengan Coolor Doppler
Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin.
Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketubandan plasenta
Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingatbahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
2.3.6. Penatalaksanaan vasa previa
Hanya melakukan diagnosa dan bila dicurigai bahwa ibu hamilmengalami kehamilan ganda segera lakukan USG. Dan apabilamengetahui ibu positif mengalami insersio velamentosa, lakukanrujukan pada Rumah Sakit (Seksio Sesarea) .
Recommended