View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERSEPSI GURU KIMIA TENTANG INTEGRASI ISLAM DAN
KIMIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RIDHO ZUKHRUFIAN AL ISLAM
NIM. 1113016200001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Persepsi Guru Kimia tentang Integrasi Islam dan Kimia
disusun oleh RIDHO ZUKHRUFIAN AL ISLAM Nomor Induk Mahasiswa
1113016200001, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 28 September 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta, Oktober 2017
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1 001 ............. .............................
Penguji I
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1 001 ............. .............................
Penguji II
Dewi Murniati, M.Si
NIP. ............. .............................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
NIP. 19550421 198203 1 007
v
ABSTRAK
Ridho Zukhrufian Al Islam, “Persepsi Guru Kimia tentang Integrasi Islam
dan Kimia”, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki
seseorang dalam mengintepretasikan suatu objek. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi guru kimia terhadap integrasi Islam dan kimia. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
yang berisi 7 butir pertanyaan two-tier. Data penelitian dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, mayoritas guru (91,9%) mendukung
dan meyakini bahwa materi kimia dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai
keislaman dan mayoritas guru (85,5%) meyakini bahwa wawasan keislaman yang
mereka miliki berpengaruh terhadap cara mereka mengajar kimia di kelas. Dari
penelitian ini direkomendasikan agar pemerintah khususnya Kemendikbud
sebagai pengembang kurikulum harus harus diberi tahu bahwa kepercayaan
religius guru bersifat variabel yang sangat efektif yang dapat memberi pengaruh
positif atau negatif terhadap keseluruhan proses pendidikan. Universitas terutama
universitas Islam pada umumnya harus mengembangkan mata kuliah maupun
mengadakan pelatihan yang mengajarkan integrasi Islam dan kimia sehingga
dapat mencetak lulusan-lulusan yang mampu mengajarkan materi kimia yang
terintegrasi nilai-nilai Islam dengan lisan maupun tulisan. Guru-guru kimia
terutama yang beragama Islam harus proaktif dalam menambah pengetahuannya
tentang isu-isu Islam dan kimia melalui training/pelatihan, media cetak maupun
digital, dan diskusi bersama guru agama Islam memperkuat argumen saat
mengaitkan materi kimia dan nilai-nilai keislaman agar penjelasan guru lebih
mudah diterima siswa.
Kata Kunci: Persepsi, Guru, Integrasi Islam dan Kimia.
vi
ABSTRACT
Ridho Zukhrufian Al Islam, “Chemistry Teacher’s Perception About
Integration Of Islam And Chemistry”, Department of Chemistry Education,
Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Perception is a process of using knowledge that has been owned by someone in
interpreting an object. This study aims to determine the perception of chemistry
teachers on the integration of Islam and chemistry. This research uses descriptive
method. The instrument used was a questionnaire containing seven point two-tier
question. Research data were analyzed descriptively. Based on the data obtained
by the researchers, the majority of teachers (91.9%) support and believe that the
chemistry can be integrated with Islamic values and the majority of teachers
(85.5%) believe that their Islamic insight has influenced the way they teach
chemistry at class. From this study it is recommended that the government
especially Kemendikbud as a curriculum developer should be told that the
religious trust of teachers is highly effective variable that can give positive or
negative influence to the whole process of education. Universities especially
Islamic universities in general must develop courses and conduct training that
teaches the integration of Islam and chemistry so as to print graduates who are
able to teach chemistry that integrates Islamic values with oral and written.
Chemistry teachers, especially Muslims, should be proactive in increasing their
knowledge of Islamic and chemistry issues through training, print and digital
media, and discussions with Islamic teachers strengthen the argument when
linking chemistry and Islamic values to teacher explanation More easily accepted
students.
Keywords: Perception, Teacher, Integration of Islam and Chemistry.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan
kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika
4. Ibu Salamah Agung, Ph. D dan Bapak Buchori Musim, M.Pd selaku dosen
pembimbing yang telah memberi masukan, ilmu, dan arahan yang amat
bermanfaat kepada penulis selama menyusun skripsi.
5. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Ibu yang tidak henti-hentinya
memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun materil.
6. Teman-teman Pendidikan Kimia 2013 yang senantiasa membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat.
Ciputat, 23 Agustus 2017
Ridho Zukhrufian Al Islam
viii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6
A. Dasar Teori ...................................................................................... 6
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 20
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 22
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 22
B. Metode Penelitian .......................................................................... 22
C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 22
D. Populasi dan Sampel...................................................................... 23
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 24
F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 25
G. Analisis Data ................................................................................. 27
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 28
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 28
B. Pembahasan ................................................................................... 34
BAB V : PENUTUP .............................................................................................. 60
A. Kesimpulan .................................................................................... 60
ix
B. Saran-saran .................................................................................... 60
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................66
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model ENRICH Zain et al. 2016 ................................................... 11
Gambar 2.2. Model PRB Mansour (2008) .......................................................... 16
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian ......................................................................... 23
Gambar 3.2. Grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) .............. 24
Gambar 3.3. Kuesioner yang diunggah ke Google Form ................................... 25
Gambar 3.4. Contoh Analisis Data Kualitatif ..................................................... 27
Gambar 4.1. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Hubungan Kimia dan
Islam ............................................................................................... 29
Gambar 4.2. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Tanggung Jawab Mengajar
Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam .............................................. 30
Gambar 4.3. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan dalam Mengajar
Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam .............................................. 31
Gambar 4.4. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Pengalaman Mengikuti
Pelatihan dalam Isu Kimia dan Islam ............................................ 31
Gambar 4.5. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Preferensi Mengajar Kimia
Terintegrasi Nilai-nilai Islam ......................................................... 32
Gambar 4.6. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan Adanya Pengaruh
antara Wawasan Keislaman yang Dimiliki dengan Cara Mengajar
Kimia ............................................................................................. 33
Gambar 4.7. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Kapan Memulai Mengajar
Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam di Kelas ................................ 34
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................................ 66
2. Surat Permohonan Validasi ........................................................................ 68
3. Lembar Validasi Instrumen ........................................................................ 69
4. Instrumen Penelitian .................................................................................. 72
5. Olahan Data Mentah .................................................................................. 74
6. Lembar Uji Referensi ............................................................................... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafakkur tentang ciptaan Allah swt. merupakan ibadah yang
kedudukannya sangat tinggi dalam Islam. Alangkah meruginya orang-orang
tidak mengunakan hati, pendengaran, mata, dan pikirannya untuk
mentafakkuri tanda-tanda kekuasaan Allah swt. yang terhampar luas dan jelas
di hadapan mata mereka sejak pagi hingga sore hari dan malam hari. Allah
berfirman: “Dan banyak sekali tanda-anda (kekuasaan Allah) di langit dan di
bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya” (Q.S. 12:105).
Bahkan, sebagian dari orang-orang yang lalai ini mengetahui banyak tanda
kekuasaan Allah swt. dalam alam materi, energi dan segala yang berkaitan
dengan sains, akan tetapi pengetahuan mereka itu terbatas pada segi lahiriyah
saja. Oleh karena itu, alam ciptaan yang indah dan agung ini tidak mampu
membuat mereka beriman pada Tuhan yang menciptakan dan memeliharanya.
(Djudin, 2011).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam (Trianto, 2010: 136). Kimia adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari materi dan
perubahannya (Chang, 2005: 3). Alam adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Sudah seharusnya orang yang mempelajari alam terutama muslim di Indonesia
– negara dengan jumlah muslim terbesar itu semakin mengenal dan meyakini
adanya Tuhan Yang Menciptakan alam semesta. Namun yang terjadi justru
sebaliknya, orang mempelajari ilmu alam saat ini malah semakin merosot
moralnya dan menggunakan ilmunya untuk mengeksploitasi alam untuk
memuaskan egonya. Ini tak lain karena IPA yang mereka pelajari saat ini
dibangun atas dasar sekularisme dan materialisme yang berasal dari barat
2
sejak zaman renaissans bukan atas dasar akidah dan ajaran Islam yang berasal
dari timur tengah karya ulama’ Islam saat masa kekhalifahan Islam.
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang berhubungan
dengan sains, salah satu ayat yang berhubungan dengan kimia adalah QS. Al-
Anbiyaa’ ayat 30 yang menjelaskan asal-muasal unsur kimia.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Terdapat kurang lebih 118 unsur yang telah ditemukan di alam dan
telah teridentifikasi, 98 diantaranya terjadi secara alami melalui peristiwa-
peristiwa alam, mulai dari peristiwa Dentuman besar (big bang) sesuai dengan
QS. Al-Anbiyaa’ ayat 30, Cahaya-cahaya kosmik (cosmic rays), Bintang-
bintang berukuran kecil (small stars), Bintang-bintang berukuran besar (large
stars), Supernova atau ledakan bintang, dan Non-alamiah atau buatan manusia
(Muslim, 2017).
Islam tidak mengenal dikotomi ilmu agama yang sakral dengan ilmu-
ilmu umum yang profan dan bersifat dunia. Semua ilmu bermuara pada
akidah, pada ke-Mahatahuan Dzat Yang Maha Tahu. Semakin tinggi derajat
keilmuan dan profesionalisme seseorang mengenai berbagai persoalan
duniawi, ia semakin ahli dalam ilmu-ilmu Islam, ia pun menjadi hamba yang
semakin saleh. Profesionalisme, tsaqofah Islam, dan kepribadian Islam
seharusnya menjelma dalam diri seorang ilmuwan muslim (Maman, 2012).
Kini sains modern khususnya kimia telah berkembang di barat dengan
berwatak sekuler-materialistik. Disamping itu, sains dan teknologi sudah
mengalamai spesialisasi sedemikian rupa dengan kecenderungan pragmatis,
yakni penguasaan sains dan teknologi di tingkat hilir tanpa memperhatikan
3
landasan-landasan filosofis yang menjadi dasar bangunan sains. Ketika sains
barat yang berkembang dengan yang berkembang dengan watak sekuler dan
menolak eksistensi Tuhan, maka suatu hal yang mustahil untuk
menyatukannya dengan agama. Karena itu, untuk mencapai keterpaduansains
dengan agama, perlu adanya dekonstruksi pandangan-pandangan sekuleristik,
baik pada tatanan epistemologi, ontologi, dan aksiologi; lalu
merekonstruksinya dengan berbasis akidah dan nilai-nilai ajaran Islam
(Maman, 2012: 6).
Sesuai dengan amanah yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun
2003, Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pasal 1,
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya berkewajiban
mengajarkan siswa konsep-konsep pengetahuan saja, tapi juga bertanggung
jawab dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa.
Namun selama ini pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah maupun
kampus hanya terfokus dalam aspek kognitif saja tanpa memperhatikan aspeg
afektif atau nilai-nilai karakter siswa. Selain itu, kebanyakan buku ajar tidak
memasukkan nilai-nilai karakter sebagaimana tercantum dalam KI dan KD
dalam kurikulum 2013. Kalaupun ada, nilai-nilai karakter yang dimasukkan
tidak terhubung secara integral dengan materi sehingga menimbulkan
kebingungan bagi siswa (Sudrajat, 2014).
Menurut Esbenshade (1993), banyak murid yang kebingungan tentang
bagaimana cara menghubungkan teori-teori IPA/sains yang mereka pelajari
4
dengan pelajaran agama dan keyakinan yang mereka anut. Ini menyebabkan
adanya gangguan personal maupun intelektual yang menyertai mereka saat
belajar IPA. Menurut Mansour (2011), guru-guru muslim sangat meyakini
bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk, bukan hanya untuk ilmuwan tapi juga
untuk seluruh manusia dalam segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana
manusia menekuni IPA, apa metodenya dan apa etika yang harus diikuti.
Namun sebaliknya, menurut penelitian yang dilakukan Khalijah et al. (2011),
Guru-guru IPA memiliki persepsi buruk tentang integrasi sains dan Islam.
Akan tetapi setalah mereka mendapatkan perlakuan, persepsi mereka akhirnya
membaik. Mereka pun yakin jika IPA dibangun atas konsep tauhid maka akan
membuat pembelajaran IPA lebih menarik bagi siswa. Konsep tersebutlah
yang harus dibangun untuk mengubah persepsi mereka terhadap suatu bidang
ilmu yang dalam hal ini adalah ilmu kimia.
Persepsi berperan penting dalam memperoleh pengetahuan. Dengan
pengetahuan seseorang dapat memberikan penafsiran terhadap objek yang
dipersepsikan sehingga akan menghasilkan suatu penilaian atau tanggapan
sebagai konsekuensi akhir dari suatu persepsi (Fitrianasari, 2015). Persepsi
berpengaruh terhadap motivasi (Wood, 1997: 47). Persepsi guru kimia
tentunya berpengaruh terhadap motivasi guru dalam mengajarkan materi
kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam. Gurulah yang menjadi pelaksana
pembelajaran di kelas. Guru pula yang berpengalaman menyampaikan
pengetahuan di kelas. Guru juga yang mengolah pengetahuan sesuai
pemahaman siswa sebelum disampaikan kepada siswa. Dengan demikian,
persepsi guru mengenai integrasi nilai-nilai Islam dalam materi pembelajaran
kimia lebih dibutuhkan sebelum dilakukan integrasi Islam dan kimia.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui
persepsi para guru sains terutama para guru mata pelajaran kimia tentang
integrasi nilai-nilai Islam dan kimia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
5
1. Guru-guru IPA tidak tahu bagaimana cara mengintegrasikan konten materi
IPA yang diajarkan dengan nilai-nilai Islam.
2. Banyak siswa mempelajari ilmu pengetahuan alam (IPA) khususnya kimia
kebingungan tentang bagaimana cara menghubungkan teori-teori
IPA/sains yang mereka pelajari dengan pelajaran agama dan keyakinan
yang mereka anut.
C. Pembatasan Masalah
Karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti
merasa perlu adanya pembatasan masalah, yakni:
1. Penelitian dilakukan sebatas pada guru-guru kimia dari seluruh Indonesia
yang tergabung dalam Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI).
2. Bahan kajian terbatas pada integrasi nilai-nilai Islam dan konten materi
kimia.
D. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Bagaimanakah persepsi guru kimia tentang integrasi nilai-nilai Islam dan
kimia?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kimia tentang
integrasi Islam dan kimia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah
pemerintah dan guru-guru kimia dapat mengembangkan rencana strategis
untuk mengimplementasikan pembelajaran sains terutama kimia yang
terintegrasi nilai-nilai Islam.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Persepsi
Kata persepsi berasal dari kata “perception“ yang berarti
penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu
yang diawali dengan penginderaan kemudian ditransfer ke otak (Echols,
1995: 424). Persepsi sangat penting dalam kehidupan karena persepsi
tersebut akan mempengaruhi cara pandang, pemahaman, tanggapan,
sikap dan perilaku seseorang terhadap objek yang dipersepsi. Persepsi
merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki
seseorang dalam mengintepretasikan suatu objek. Persepsi berperan
penting dalam memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang
dapat memberikan penafsiran terhadap objek yang dipersepsi sehingga
akan menghasilkan suatu penilaian atau tanggapan sebagai konsekuensi
akhir dari suatu persepsi (Fitrianasari, 2015). Dengan demikian, luasnya
wawasan keislaman seorang guru sains khususnya guru mata pelajaran
kimia akan mempengaruhi intensitas nilai-nilai Islam yang ia integrasikan
ke dalam konten materi kimia yang diajarkannya.
Sedangkan menurut definisi para ahli banyak mengemukakan
pendapat masing-masing berbeda satu sama lain mengenai persepsi. Riva‟i
(2006: 359) menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui penginderaannya. Hal ini berarti persepsi itu
didahului oleh proses penginderaan. Proses individu mengenali objek-
objek dengan alat penginderaannya sehingga individu tersebut menyadari
apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, kemudian individu tersebut
mengalami persepsi. Sedangkan menurut Sarwono (1986: 39) persepsi
adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan,
memfokuskan pada satu objek. Menurut Sabri (1993: 45) persepsi adalah
aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-
7
rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya,
dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia atau individu
mengenali millieu hidupnya. Adapun menurut Mutmainah (1999: 71)
persepsi adalah cara kita menginterpretasi atau mengerti pesan yang
telah diproses oleh sistem inderawi kita. Dengan kata lain, persepsi adalah
proses memberi makna pada sensasi. Dengan melakukan persepsi,
manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi
menjadi informasi. Sedangkan menurut pendapat Lutfi et al. (2009: 25)
persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
Dalam kamus Psikologi kata persepsi juga berasal dari kata
“perception” yang berarti proses untuk mengingat atau
mengidentifikasikan sesuatu (Drever, 1988: 338). Dalam interaksi dengan
manusia khususnya dengan lingkungan sosialnya, setiap individu
memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menanggapi, memahami
dan menafsirkan suatu objek yang dirasakan dan dilihatnya. Persepsi
pada setiap individu berasal dari stimulus atau rangsangan yang
diterimanya. Didalam psikologi, proses sensasi dan persepsi berbeda.
Sensasi ialah penerimaan stimulus melalui alat indera. Sedangkan
persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak (Fauzi,
1997: 37). Maka persepsi merupakan keadaan yang terintegrasi dalam
diri setiap orang terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi pada
hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya
suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2007: 142).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
suatu proses pemahaman seseorang dari hasil interaksinya dengan
8
orang lain dalam lingkungan yang berupa pendapat dan penelitian
dirinya terhadap apa yang diterima dan di tangkapnya selama
melakukan kegiatan atau pekerjaan di lingkungan tersebut. Dengan
adanya persepsi maka baik buruknya seseorang atau suatu objek dapat
diketahui dengan jelas sesuai dengan keadaan yang terjadi.
Sedangkan berkaitan dengan guru, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, dijelaskan pada
pasal 1 bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam
hal ini guru sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial tidak
terlepas dari persepsi sosial, yaitu proses pemberian nilai atau
pemahaman diantara sesama makhluk yang saling berinteraksi secara
sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, persepsi guru yang dimaksud
oleh peneliti adalah proses penerimaan, penyeleksian, pengorganisasian
dan penafsiran dari stimulus yang diterima oleh guru melalui alat-alat
inderanya. Dalam hal ini bagaimana guru memberikan tanggapan,
penafsiran dan memberikan perhatian dan penilaian tentang integrasi
nilai-nilai Islam dan kimia.
Menurut Mansour (2010), masalah guru sains yang gagal
mengintegrasikan sains barat dengan Islam adalah karena tidak adanya
kemampuan untuk membangun sains dalam segi epistemologis sehingga
mereka memiliki persepsi negatif terhadap integrasi Islam dan sains barat.
Namun untuk bisa mengintegrasikan Islam dan sains tidak hanya wawasan
keislaman yang diperlukan, tapi juga penguasaan materi sainsnya, karena
jika hanya wawasan keislaman yang dimiliki maka hanya akan
menimbulkan kefanatikan dan tidak tersampaikannya tujuan kognitif
(Ashgar, 2013). Pendapat ini menunjukkan bahwa persepsi guru tentang
integrasi Islam dan sains dipengaruhi pengetahuan guru dari aspek
9
ontologis terhadap sains. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
persepsi guru tentang integrasi Islam dan sains khususnya kimia
dipengaruhi oleh pengetahuan guru dari aspek epistemologis dan ontologis
terhadap kimia.
2. Integrasi Nilai-Nilai Islam pada Ilmu Kimia
Kata integrasi mengandung arti: 1) mengenai keseluruhannya;
meliputi bagian yang perlu untuk dijadikan lengkap; utuh, bulat,
sempurna; 2) tidak terpisah, terpadu. Berintegrasi berarti bergabung
supaya menjadi kesatuan yang utuh, yang tidak akan bisa berubah lagi.
Sedangkan integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model
pendekatan tertentu terhadaap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan
(Maman, 2012: 76-77).
Menurut Turgut (2016), terdapat dua pendapat terkait hubungan
Islam dan sains, pertama adalah integrasi yakni Islam menyediakan jalan
dan stimulus untuk mempelajari sains dan sains berperan untuk
meningkatkan iman. Kedua adalah dialog, yakni Islam dan sains dapat
searah dalam satu aspek tapi bisa pula Islam membatasi sains dalam
beberapa aspek lain.
Kini sains modern khususnya kimia telah berkembang di barat
dengan berwatak sekuler-materialistik. Disamping itu, sains dan teknologi
sudah mengalamai spesialisasi sedemikian rupa dengan kecenderungan
pragmatis, yakni penguasaan sains dan teknologi di tingkat hilir tanpa
memperhatikan landasan-landasan filosofis yang menjadi dasar bangunan
sains. Ketika sains barat yang berkembang dengan yang berkembang
dengan watak sekuler dan menolak eksistensi Tuhan, maka suatu hal yang
mustahil untuk menyatukannya dengan agama. Karena itu, untuk mencapai
keterpaduansains dengan agama, perlu adanya dekonstruksi pandangan-
pandangan sekuleristik, baik pada tatanan epistemologi, ontologi, dan
aksiologi; lalu merekonstruksinya dengan berbasis akidah dan nilai-nilai
ajaran Islam (Maman, 2012: 6).
10
Konflik utama antara agama dan sains khususnya kimia tidak
dalam ide-ide ilmiah tertentu seperti evolusi, tapi bagaimana ilmuwan tiba
di kesimpulan. Oleh karena itu, memperdebatkan hubungan antara agama
dan sains khususnya kimia harus mempertimbangkan dengan hati-hati
orientasi epistemologis dan ontologis mereka. Jadi, bahasannya sangat
kompleks untuk sekedar mengklaim bahwa agama bertentangan dengan
kimia dan karenanya seseorang yang religius tidak minat dalam kimia
(Mansour, 2015).
Anas (2013) merangkum model-model pengintegrasian Islam dan
sains yang telah digagaskan cendekiawan-cendekiawan muslim dari
seluruh dunia yang jumlahnya ada sepuluh model, yakni:
a. IFIAS Model
b. ASASI Model
c. Islamic Worldview Model
d. Structure of Islamic Knowledge Model
e. Bucaillisme Model
f. Knowledge Integration based on Classical Philosophy Model
g. Knowledge Integration based on Tasawuf Model
h. KnowledgeIntegration based on Fiqh Model
i. Ijmali Group Model
j. Aligargh Group Model
Model-model tersebut dibuat untuk menjawab sekularisme dan
westernisasi sains.
Zain et al. (2016) menggagaskan suatu model pengintegrasian
Islam dan sains yang mereka sebut ENRICH Tool. Model integrasi ini
memiliki 6 langkah yakni
11
Gambar 2.1. Model ENRICH Zain et al. 2016
(1) Eliminate, mengidentifikasi dan mengeliminasi unsur–unsur barat dan
sekuler pada materi pembelajaran. (2) Nourish, Memasukkan paradigma
Tauhid. (3) Readapt, Mengganti nama materi pembelajaran. (4) Infuse,
memasukkan nilai-nilai keislaman. (5) Create, Membuat fitur box zikir,
fikir dan syukur. (6) Harmonize, Menata ulang konten susunan dan format
materi pembelajaran.
Menurut Saputro (2011), cara penyampaian nilai–nilai religius
yang disisipkan dalam penjelasan pelajaran kimia dapat dilakukan
dengan berbagai cara, tergantung kreativitas guru yang mengajar.
Alternatif metode yang dapat ditempuh antara lain adalah : 1) Mengutip
beberapa ayat Al Qur‟an yang ada hubungannya dengan materi pelajaran
yang akan dipelajari disertai penjelasan maknanya pada awal pelajaran
sebelum memasuki materi pelajaran, 2) Menyisipkan nilai – nilai relegius
dalam materi pelajaran, misalnya setelah selesai menjelaskan sub pokok
bahasan tertentu, 3) Mengkaitkan kesimpulan materi pelajaran dengan
nilai-nilai religius dengan merujuk kepada ayat – ayat Al Qur‟an maupun
12
Hadits, 4) Memberikan suatu kasus yang mengandung nilai-nilai religius
untuk dihayati dan direnungkan secara mendalam oleh siswa.
Menurut Amin Abdullah dalam Fatonah (2007), pengintegrasian
nilai-nilai ajaran Islam dalam pembelajaran kimia dalam hal ini merujuk
pada pengembangan kurikulum UIN Sunan Kalijaga yang membedakan
pada empat tingkat, yaitu tingkat filosofi, materi, metodologi dan
strategi.
1. Tingkat Filosofis
Integrasi dan nilai-nilai ajaran Islam pada level filosofis dalam
pengajaran dimaksudkan bahwa setiap pelajaran harus diberi nilai
fundamental eksistensial dalam kaitannya dengan disiplin keilmuan
lainnya dan dalam gubungannya dengan nilai-nilai humanistiknya.
Mengajarkan kimia misalnya disamping makna fundamentalnya
sebagai ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya
(diantaranya) dalam ajaran Islam, dalam pengajaran kimia bisa juga
ditanamkan pada peserta didik bahwa eksistensi materi tidaklah
berdiri sendiri atau bersifat self-sufficient, melainkan berkembang
bersama disiplin keilmuan lainnya seperti agama (misalnya pasti ada
yang menciptakan, yaitu Allah Swt), biologi, matematika, dan lain-lain
sebagainnya. Pada level filosofis dengan demikian berupa suatu
penyadaran eksistensi bahwa suatu disiplin ilmu selalu bergantung
pada disiplin ilmu lainnya.
2. Tingkat Materi.
Integrasi pada level materi merupakan suatu proses mengintegrasikan
nilai-nilai kebenaran universal umumnya dan keislaman khususnya ke
dalam pengajaran umum seperti, kimia, fisika biologi, sosiologi, dan lain
sebagainya dan sebaliknya ilmu-ilmu umum ke dalam kajian-kajian
keagamaan dan keislaman. Oleh karena itu implementasi integrasi dan
nilai- nilai Islam pada level materi bisa dengan dua model yakni: Pertama,
model pengintegrasian ke dalam paket kurikulum. Kedua, model
pengintegrasian ke dalam konsep. Model ini menginjeksikan nilai-nilai
13
Islam dalam teori-teori kimia terkait sebagai wujud interkoneksitas antara
keduanya tanpa embel-embel nama Islam. Model seperti ini bergantung
sepenuhnya padapengembangan silabi yang akan menggambarkan
bangunan interkoneksi keilmuan dimaksud dan juga menuntut guru untuk
memiliki wawasan luas dan integratif. Selain itu perlu diintegrasikan
dalam silabi adalah pembahasan tentang tema-tema kontemporer
seperti zat adiktif dan psikotropika, kejujuran dan sikap ilmiah,
kesadaran akan lingkungan, dan lain sebagainya dalam pelajaran.
Belajar kimia, dibahas juga didalamnya tentang kasus-kasus aktual
seperti menipisnya bahan bakar minyak, dan sumber daya alam lain,
pencemaran lingkungan yang semakin tinggi, upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.
3. Tingkat Metodologi.
Yang dimaksud metodologi di sini yaitu metodologi yang digunakan
dalam pengembangan ilmu kimia. Setiap ilmu memiliki metodologi
penelitian yang khas yang biasa digunakan dalam pengembangan
keilmuannya. Dalam hal ini metodologi dalam pengertian pendekatan
(approach). Sebagai contoh dalam kimia dikenal pendekatan-pendekatan
ilmiah, yang dapat diintegrasikan antara lain,tanggung jawab/amanah,
dan disiplin.
4. Tingkat Strategi.
Yang dimaksud strategi di sini adalah pelaksanaan atau praksis dari proses
pembelajaraan kimia. Dalam konteks ini, setidaknya kualitas keilmuan
serta ketrampilan mengajar guru menjadi kunci keberhasilan
pembelajaran berbasis pola pikir terintergrasi. Pembelajaran model
active learning dengan berbagai strategi dan metodenya dapat
membantu penanaman nilai-nilai ajaran Islam ini. Sebagai contoh
metode pemberian tugas proyek seperti di bawah ini:
a. Menyelidiki pemakaian bahan aditif pada jajanan pasar. Buatlah
kelompok terdiri dari empat orang, pergilah ke pasar tanya kepenjual
14
jajanan pasar tentang zat aditif alami yang digunakan untuk jajanannya.
Hasilnya dimasukan dalam tabel dan kumpulkan ke bapak atau ibu guru.
b. Menyelidiki pemakaian bahan aditif pada produk makanan kemasan.
Buatlah kelompok terdiri dari empat orang. Carilah bahan aditif
buatan pada produk makanan kemasan dengan melihat pada komposisinya.
Hasilnya dimasukan dalam tabel dan kumpulkan ke bapak atau ibu guru.
Strategi pembelajaran kimia ini akan memberikan pengalaman pada
siswa tentang berbagai macam zat aditif yang terdapat dalam berbagai
produk makanan, sehingga siswa menjadi lebih berhati-hati dalam
memilih makanan. Hal ini akan lebih baik jika dikoneksikan pelajaran
agama Islam, yakni tentang makanan yang halal dan haram menurut
ajaran agama Islam.
Integrasi sains dan Islam memiliki banyak manfaat terutama bagi
siswa, diantaranya (1) menunjang proses keimanan, (2) meluruskan
kesalah pahaman dan memudahkan manusia untuk memahami taqdir yang
ditetapkan Allah SWT, dan (3) menghasilkan kader-kader orang saleh
dengan multi-keahlian (Maman, 2012: 241-259).
Oleh karena itu, secara strategi pembelajaran ini kelemahan
pada guru bisa diatasi dengan model pembelajaran team teaching.
Dalam paradigma ini, semakin banyak disiplin keilmuan yang
diintegrasikan dan diinterkoneksikan dalam suatu matakuliah, semakin
membutuhkan strategi pembelajaran yang melibatkan banyak komponen
terkait dengan ilmu yang dikaji.
Menurut Mansour (2008), kurikulum sains harus menyajikan
pandangan yang berbeda tentang sains dan agama, dan juga harus
mempertanyakan gagasan bahwa ada konflik antara sains dan agama untuk
menunjukkan kontradiksi palsu antara sains dan agama. Seperti yang
dicatat Hefner (2002), hal ini dapat dicapai dengan memperdebatkan
alasan konflik palsu ini pada tiga tuduhan. Pertama, sains telah sampai
pada suatu titik di mana metode mencari pengetahuan dan kebenarannya
berbeda secara substansial dari agama. Kedua, dalam dua pencarian
15
kebenaran, penggunaan bahasa dan konsep juga berbeda. Ketiga, baik
sains maupun agama telah dikooptasi oleh kekuatan masyarakat dan
budaya yang kepentingannya berbeda cenderung menonjolkan konflik
antara sains dan agama. Dengan demikian, peran kita sebagai pendidik
guru kimia adalah untuk membuat guru kita mendapatkan lebih banyak
kesadaran akan penggunaan bahasa. Perbedaan antara bahasa ilmiah dan
agama, dan sifat ekspresi kuno makna.
Pendidikan guru sains harus melatih guru agar perspektif ilmiah
dan religius sesuai (Katz, 2002), karena guru sains harus mengenali
hubungan timbal balik antara sains dan agama. Ilmu pengetahuan harus
mengakui kebutuhan manusia akan pengalaman religius, dan agama perlu
mengenali dan mempercayai keinginan untuk memiliki pengetahuan
ilmiah yang lebih luas mengenai kehidupan manusia dan lingkungan
mereka. Tidak perlu ada konflik antara domain ini: sains adalah proses
manusia dan agama menjelaskan apa yang membuat kita tetap manusiawi
(Katz, 2002). Dalam hal ini, Bausor & Poole (2002) menyarankan tiga cara
di mana pendidikan guru sains dapat membantu dalam mengajarkan isu-
isu sains dan agama: (1) dengan menawarkan kursus; (2) dengan
menawarkan bantuan kepada penyedia pendidikan guru awal dalam
meliput isu-isu tersebut; (3) dengan memproduksi bahan tulis dan bahan
lainnya yang merinci poin utama yang ditujukan untuk membantu guru
sains untuk membahas beberapa faktor spiritual / religius dalam
pengajaran sains.
Menurut Mansour (2008), keyakinan religius guru sangat
berpengaruh terhadap cara mengajar guru sains di kelas, bahkan jauh lebih
berpengaruh dari pada pengalaman pedagogis dan sosial mereka. Mansour
menciptakan model yang menjelaskan bagaimana keyakinan religius
mempengaruhi cara guru mengajar di kelas. Model ini disebut Model PRB
atau Personal Religious Model.
16
Gambar 2.2. Model PRB Mansour (2008)
Model PRB memiliki 5 dimensi, diantaranya:
Keyakinan religius personal (PRB), pengalaman dan interpretasi
guru.
Interpretasi guru terhadap pengalaman mereka dan proses
terbentuknya keyakinan pedagogis.
Keyakinan pedagogis guru, kerangka berpikir guru dalam
bertindak dan praktik mengajar.
Pengetahuan dan keyakinan guru
1
2
3
4
5
17
Identitas guru sebagai produk dari interaksi antara keyakinan
religius guru, pengalaman, keyakinan pedagogis dan praktik
mengajar guru.
Berikut penjelasan mengenai 5 dimensi diatas:
1. Keyakinan Keagamaan pribadi, Pengalaman dan Interpretasi Guru
Keyakinan guru tentang peran mereka, peran siswa, tujuan ilmu
pengetahuan dan metode pengajaran mereka sangat dibentuk oleh
keyakinan agama pribadi berasal dari nilai-nilai dan petunjuk yang
melekat dalam agama. Keyakinan agama pribadi guru bekerja sebagai
„skema‟ yang dipengaruhi apa yang dirasakan. Skema dibangun
melalui pertemuan dengan lingkungan 'konteks sosial' dan dapat
dimodifikasi oleh pengalaman.
Skema agama dari guru-guru ini mempengaruhi cara mereka
memandang pengalaman baru. Guru mengatur unsur-unsur konteks
sosial mereka untuk mencerminkan organisasi keyakinan agama
pribadi mereka sendiri atau skema agama. Seorang guru dengan
keyakinan agama pribadi atau skema agama lebih mungkin untuk
memaksa interpretasi agama terhadap pengalaman daripada guru yang
tidak memiliki keyakinan agama pribadi atau skema agama. Selain itu,
guru-guru dengan keyakinan agama pribadi tertentu mungkin
memahami situasi atau pengalaman yang sangat berbeda dari orang-
orang tanpa keyakinan agama pribadi ini. Namun, guru juga
memegang keyakinan tentang diri mereka sendiri, sifat ilmu
pengetahuan, siswa individual, mengajar dan belajar sains, sifat materi
yang mereka ajarkan, konteks sosial di mana mereka hidup,
lingkungan sekolah di mana mereka bekerja, dan kendala yang mereka
miliki untuk ditangani. keyakinan ini, pada gilirannya, bekerja melalui
lensa pengalaman masa lalu, karena mereka diterjemahkan ke dalam
praktek guru dalam konteks kompleks kelas.
Model ini juga mengemukakan bahwa keyakinan agama
pribadi (PRB) bertindak sebagai filter untuk pengalaman baru; yaitu
18
pemahaman atau penafsiran keyakinan agama Islam guru bekerja
sebagai kriteria atau dasar untuk menginterpretasi pengalaman baru.
Dalam hal ini, pemahaman agama guru ditentukan pemahaman mereka
tentang apa maksud pengalaman awal untuk seseorang pada suatu
peristiwa.
Pengaruh keyakinan agama pribadi di jenis lain dari
pengalaman adalah diwakili dalam Gambar 2.1 di atas dengan panah
tebal yang mengarah dari “keyakinan agama pribadi” pada
“Pengalaman guru” serta membentuk keyakinan dan praktik guru.
Model PRB ini juga menunjukkan bahwa pengalaman pribadi dapat
mempengaruhi keyakinan pribadi guru. Namun, pengaruh interaktif
antara pengalaman guru dan keyakinan agama pribadi mereka tidak
sama, keyakinan agama pribadi berpengaruh lebih kuat.
2. Interpretasi guru sebagai penghubung antara Pengalaman dan
Keyakinan
Guru tidak hanya dibentuk atau disosialisasikan melalui
pengalaman hidup mereka; Sebenarnya mereka adalah peserta aktif
dalam menafsirkan pengalaman ini, interpretasi tertentu yang
ditugaskan pada sebuah pengalaman diubah menjadi "skema", yang ia
definisikan sebagai "cara untuk memahami atau filter kognitif dan
dasar untuk praktik kelas yang berpusat pada guru". Dalam model PRB
ini, istilah "skema instruksional" berarti sistem kepercayaan pedagogis
yang menetap setelah proses penyaringan oleh kepercayaan dan
pengalaman religius guru sebelumnya.
Interpretasi dan skema selanjutnya yang dikembangkan oleh
individu sehubungan dengan praktik kelas dan pengalaman relevan
lainnya, sangat istimewa; Individu yang mengalami peristiwa tunggal
akan memiliki banyak perspektif dalam acara tersebut. Skema atau
keyakinan yang telah ditetapkan menentukan cara di mana seorang
guru dapat mengambil langkah-langkah tertentu, sehingga skema
19
tersebut menjadi alat evaluatif untuk memeriksa praktik guru dan
diubah menjadi kerangka kerja untuk bertindak.
Sejauh ini, Model PRB yang dikembangkan (Gambar 2.1) telah
menyoroti gagasan bahwa interpretasi guru adalah penghubung atau
pemancar antara pengalaman guru dan telah membentuk kepercayaan
guru. Model PRB juga menunjukkan bahwa hubungan interaktif antara
pengalaman "guru" dan "interpretasi guru", atau antara "interpretasi
guru" dan "kepercayaan guru" sebenarnya adalah hubungan timbal
balik.
3. Keyakinan Pedagogis Guru, Kerangka Tindakan dan Praktiknya
Orientasi nilai sosial guru memberi kontribusi pada pilihan
strategi untuk mengatasi dilema sosio-moral (dalam penelitian ini,
pilihan strategi disebut "kerangka kerja untuk tindakan"). Namun,
mengubah kerangka tindakan ini menjadi praktik nyata di kelas
bergantung pada faktor kontekstual lainnya, mis. Kendala, lingkungan
sekolah, keyakinan dan pengalaman pribadi guru, dan identitas guru.
Model PRB menyajikan gagasan "kerangka kerja untuk
tindakan" untuk menunjukkan bahwa guru berniat untuk menerapkan
kepercayaan mereka di kelas. Hal ini juga memperjelas bahwa faktor
lain membatasi atau memfasilitasi pengoperasian rencana atau
kerangka kerja guru untuk bertindak. Gambar 2.1 menunjukkan
interaksi timbal balik antara praktik guru dan kerangka tindakan di
masa depan.
4. Pengetahuan dan Keyakinan Guru
Skema "keyakinan" para guru yang telah menetap atau
dikembangkan bertindak sebagai penyelenggara informasi dan
kategoriser prioritas, dan pada gilirannya mengendalikan cara
penggunaannya. Dalam interaksi antara pengetahuan dan kepercayaan,
kepercayaan menguasai pengetahuan dan pengetahuan mempengaruhi
kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa guru perlu menciptakan
pengetahuan (pedagogik maupun konten) mereka sendiri melalui
20
proses interaksi antara keyakinan dan basis pengetahuan mereka yang
ada, dan gagasan baru yang mereka berhubungan dengannya. Seperti
yang ditunjukkan pada Gambar diatas, ada interaksi timbal balik antara
keyakinan dan pengetahuan guru di satu sisi, dan antara pengalaman
dan pengetahuan guru di sisi lain.
5. Identitas Guru sebagai Produk Interaksi antara Keyakinan,
Pengalaman, Keyakinan Pedagogi dan Praktik Pribadi mereka.
Identitas peran guru ditentukan oleh pengalaman keluarga awal,
menjadi siswa muda, model peran guru, pengalaman mengajar
sebelumnya, dan pengalaman sebelumnya yang signifikan. Namun,
penelitian saat ini menambahkan keyakinan religius pribadi guru
sebagai salah satu pengaruh formatif utama pada identitas guru.
Selama pengalaman seorang guru berubah setiap hari, identitasnya
berubah secara berurutan. Identitas selalu berubah. Pengalaman
seorang guru memainkan peran penting dalam identitasnya. Setiap
guru memiliki pengalaman yang berbeda, itulah yang membuat semua
guru unik. Dengan demikian, konstruksi identitas dan identitas
merupakan proses yang berkelanjutan.
Tidak hanya pengalaman yang berbeda, dan sistem kepercayaan
yang kemudian terbentuk, menciptakan dasar bagi identitas peran guru;
Mereka juga menentukan orientasi (negatif atau positif) dari identitas
itu. Model ini juga menunjukkan bahwa sifat identitas peran guru (baik
negatif maupun positif) menentukan sejauh mana pengaruh guru
terhadap kendala sosial atau lingkungan sekolah. Model PRB (Gambar
2.1) menunjukkan bahwa identitas guru adalah produk sosial dari
interaksi antara keyakinan religius pribadi, pengalaman guru,
kepercayaan guru dan praktik guru. Namun, kepercayaan religius guru
menghasilkan pengaruh paling kuat dalam membentuk identitas guru.
B. Penelitian Yang Relevan
Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini mengacu pada penelitian
yang pernah dilaksanakan sebelumnya oleh peneliti lain, yang dianggap
21
relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teachers’ Concerns, Perception and Acceptance toward Tauhidic Science
Education oleh Khalijah et al. (2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa guru-guru muslim yakin bahwa ilmu berbasis Islam/tauhid berperan
dalam pembentukan karakter dan mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Mereka pun yakin jika IPA dibangun atas konsep tauhid maka akan
membuat pembelajaran IPA lebih menarik bagi siswa.
2. Science teachers’ views of science and religion vs. the Islamic perspective:
conflicting or compatible? Oleh Nasser Mansour (2011). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa guru-guru muslim sangat meyakini bahwa Al-Qur‟an
adalah petunjuk, bukan hanya untuk ilmuwan tapi juga untuk seluruh
manusia dalam segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana manusia
menekuni IPA, apa metodenya dan apa etika yang harus diikuti.
3. Science Teachers’ Views and Stereotypes of Religion, Scientists and
Scientific Research: A call for scientist–science teacher partnerships to
promote inquiry-based learning oleh Nasser Mansour (2015). Hasil
penelitian menunjukkan guru-guru sains memiliki persepsi bahwa sisi
epistemologis dan ontologis dari suatu penemuan saintifik harus dipandu
oleh kepercayaan budaya dan religius.
Dari ketiga peneltian tersebut, penulis merasakan perlu adanya
penelitian yang khusus meneliti persepsi guru kimia terhadap integrasi
nilai-nilai Islam dan kimia.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu pada tanggal 1-28
Februari 2017 pada guru-guru mata pelajaran kimia yang beragama Islam
yang tergabung dalam Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) dari seluruh
Indonesia.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Arikunto
(1998), penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada,
yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian dimulai dari penerjemahan dan adaptasi instrumen berupa
kuesioner dari penelitian Mansour (2008) kemudian dilakukan validasi
terjemahan oleh dosen ahli. Selanjutnya kuesioner diinput ke google form
sehingga kuesioner dapat diisi secara online. Tautan google form kemudian
disebarkan di grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI). Setelah
itu dilakukan pengisisan kuesioner secara online oleh guru-guru mata
pelajaran kimia yang beragama Islam yang tergabung dalam grup Facebook
AGKI dari seluruh Indonesia. Setelah itu data kuesioner yang didapat akan
dianalisis.
23
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
D. Populasi dan Sampel
Obyek penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran kimia yang
yang tergabung dalam grup facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI).
Guru kimia dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam grup facebook AGKI
ini berjumlah 5037 anggota. Pilihan responden didasarkan pada tujuan
penelitian yang ingin melihat persepsi guru kimia yang beragama Islam.
Tautan ditautkan dalam grup facebook ini dan diharapkan semua anggota
AGKI, terutama yang beragama Islam mengisi survey ini.
24
Gambar 3.2. Grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI)
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis (kuesioner) dalam bentuk online
yang diunggah ke google form kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2008). Kuesioner yeng telah diunggah dalam google form
kemudian diambil tautannya, lalu tautan google form
(https://goo.gl/forms/KJQZqzVlrS4YlX7u2) disebar melalui grup facebook
Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI).
25
Gambar 3.3. Kuesioner yang diunggah ke Google Form
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisi 7 pertanyaan two-tier yang diadaptasi dari kuesioner penelitian Mansour
(2008). Instrumen two-tier ini dikembangkan dengan mempertimbangkan
kondisi serta kebutuhan sampel yang banyak. Berikut 7 pertanyaan tersebut:
1. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan Islam dan kimia?
a. Bertentangan
b. Independen, tidak berkaitan satu sama lain
c. Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam
d. Integrasi, saling mendukung satu sama lain
e. Lainnya:_______________________________________________
Alasan:___________________________________________________
_________________________________________________________
________________________________________________
2. Siapa yang menurut Anda yang bertanggung jawab dalam mengajarkan
hubungan antara kimia dan Islam?
a. Guru kimia
b. Guru Agama Islam
c. Keduanya
d. Lainnya:_______________________________________________
26
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
3. Apakah wawasan keislaman Anda mempengaruhi cara Anda mengajar
kimia? Bagaimana?
a. Ya
b. Tidak
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
4. Kapan kiranya Anda bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia?
a. Jika siswa meminta
b. Jika terdapat di buku teks
c. Jika ada topik yang mendukung
d. Lainnya:_______________________________________________
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
5. Apakah Anda merasa yakin saat Anda mengajarkan materi yang
mengandung isu Islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan
alam semesta, atom, kesetimbangan alam)?
a. Yakin
b. Tidak yakin
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
6. Bagaimana cara Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islam-
kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
a. Dengan orientasi saintifik
b. Dengan orientasi Islam
c. Dengan orientasi sains-Islam
d. Lainnya:_______________________________________________
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
7. Pernahkah Anda pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca
artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya?
Jika iya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel
yang Anda ikuti dan Anda baca tersebut!
a. Ya
b. Tidak
Rincian:_____________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
27
G. Analisis Data
Data yang didapat terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif didapat dari frekuensi jawaban responden terhadap
pilihan ganda sedangkan data kualitatif didapat dari alasan responden atas
jawaban pilihan ganda. Frekuensi jawaban guru dari pilihan ganda dihitung
masing-masing persentasenya dengan rumus:
Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif yang disajikan dalam
bentuk tabel. Sedangkan data kualitatif yang didapat dianalisis dengan cara
direduksi sehingga didapat data hasil reduksi yang sama yang kemudian
dikelompokkan menjadi beberapa tema (Hokayem, 2008). Contohnya
ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 3.4. Contoh Analisis Data Kualitatif
Alasan yang dikemukakan oleh masing guru direduksi kemudian hasil
reduksi dikelompokkan dalam satu tema yang sama. Kelompok tema
dibedakan dengan warna yang berbeda bagi masing-masing tema.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Responden adalah guru kimia muslim yang berjumlah 62 responden
dari 23 provinsi yang mewakili Indonesia bagian timur, tengah, dan barat.
Dari 62 responden, sebanyak 17 orang diantaranya adalah laki-laki dan 45
orang sisanya adalah perempuan dengan usia antara 25 s.d 50 tahun dan
pengalaman mengajar kimia antara 3 s.d 35 tahun. Seluruh responden telah
menyelesaikan S1 dan sebanyak 25 diantaranya telah menyelesaikan
pendidikan S2. Sebanyak 20 reponden merupakan guru senior (lebih dari 15
tahun mengajar) sedangkan sisanya adalah guru junior.
Semua responden telah mengisi kuesioner two-tier yang diadaptasi dari
penelitian Mansour (2008). Kuesioner ini berisi 7 pertanyaan dan masing-
masing pertanyaan terdapat beberapa pilihan atau opsi dan dilengkapi alasan
masing-masing guru. Data yang didapat terdiri dari 2 jenis, yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif didapat dari frekuensi jawaban
responden terhadap pilihan ganda sedangkan data kualitatif didapat dari alasan
responden atas jawaban pilihan ganda. Data kuantitatif dari jawaban pilihan
ganda beserta persentase guru yang memilih opsi dari masing-masing
pertanyaan dirangkum dalam diagram-diagram dibawah ini.
1. Hubungan Kimia dan Islam
Persepsi guru kimia pada indikator pertama tentang hubungan
kimia dan Islam dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
29
Gambar 4.1. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Hubungan Kimia
dan Islam
Seperti yang ditunjukkan pada diagram diatas, tidak ada satupun
guru dari 62 responden (0%) yang melihat konflik atau pertentangan
dalam hubungan antara Islam dan kimia. Hanya dua responden (3,2%)
yang menyatakan bahwa hubungan Islam dan kimia adalah independen.
Terdapat satu orang guru (1,6%) yang mewakili pandangan dialog.
Berbeda dengan pandangan konflik dan independen, mayoritas yang
signifikan (57 guru atau 91,9%) menyatakan pandangan integrasi dalam
hubungan antara Islam dan kimia. Terdapat dua orang guru (3,2%) yang
memiliki pandangan terhadap hubungan Islam dan kimia selain empat
pilihan jawaban yang ditawarkan peneliti.
2. Tanggung jawab mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam
Persepsi guru kimia pada indikator kedua tentang tanggung jawab
mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:
30
Gambar 4.2. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Tanggung Jawab
Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam
Sebanyak 27 orang guru (43,5%) berpendapat bahwa guru
kimialah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia
terintegrasi nilai-nilai Islam. Hanya satu orang guru (1,6%) berpendapat
bahwa guru agama Islam yang bertanggung jawab. Sebanyak 30 orang
guru (48,4%) berpendapat bahwa keduanya (guru kimia dan guru agama
Islam) yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia
terintegrasi nilai-nilai Islam. Terdapat empat orang guru (6,5%) yang
memiliki pendapat diluar pilihan jawaban kuesioner pada indikator ini.
3. Keyakinan dalam mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam
Persepsi guru kimia pada indikator ketiga tentang keyakinan dalam
mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:
31
Gambar 4.3. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan dalam
Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam
Sebanyak 24 orang guru (38,7%) merasa yakin untuk mengajarkan
materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Sebanyak 38 orang guru
(61,3%) merasa tidak yakin untuk mengajarkan materi kimia terintegrasi
nilai-nilai Islam.
4. Pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam
Persepsi guru kimia pada indikator keempat tentang pengalaman
mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam dapat dilihat pada diagram
di bawah ini:
Gambar 4.4. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Pengalaman
Mengikuti Pelatihan dalam Isu Kimia dan Islam
32
Hanya 11 orang guru (17,7%) memiliki pengalaman mengikuti
pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Sebanyak 51 orang guru (82,3%)
memiliki pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam.
5. Preferensi mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam
Persepsi guru kimia pada indikator kelima tentang preferensi
mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:
Gambar 4.5. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Preferensi
Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam
Sebanyak sembilan orang guru (14,5%) menyarankan agar materi
kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi saintifik.
Hanya satu orang guru (1,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi
nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi Islam. Sebanyak 50 orang guru
(80,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam
diajarkan dengan orientasi sains-Islam. Terdapat dua orang guru (3,2%)
yang memiliki pendapat lain selain tiga pilihan yang peneliti tawarkan.
6. Keyakinan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki
dengan cara mengajar kimia
33
Persepsi guru kimia pada indikator keenam tentang keyakinan
adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara
mengajar kimia dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.6. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan
Adanya Pengaruh antara Wawasan Keislaman yang Dimiliki dengan
Cara Mengajar Kimia
Sebanyak 53 orang guru (85,5%) meyakini adanya pengaruh antara
wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di
kelas. Sebanyak enam orang guru (9,7%) ragu dan hanya tiga orang guru
(4,8%) yang tidak meyakini adanya pengaruh antara wawasan keislaman
yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di kelas.
7. Mulai mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas Islam
Persepsi guru kimia pada indikator ketujuh tentang kapan memulai
mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas dapat dilihat pada
diagram di bawah ini:
34
Gambar 4.7. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Kapan Memulai
Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam di Kelas
Dari jawaban kuesioner tidak satupun guru (0%) yang menyatakan
akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas
dengan alasan permintaan siswa. Hanya satu orang guru (1,6%) yang
menyatakan akan mulai jika terdapat di buku teks. Sebanyak 46 orang
guru (74,2%) yang menyatakan akan mulai jika ada topik yang
mendukung. Terdapat 15 orang guru (24,2%) yang memiliki pendapat
diluar pilihan jawaban kuesioner pada indikator ini.
B. Pembahasan
Data hasil menunjukkan bahwa tema sentral yang mewakili tanggapan
dari hampir semua responden adalah Islam prioritas pertama dan kimia
prioritas kedua. Namun, analisis data yang lebih halus menegaskan bahwa
pandangan mayoritas guru tentang hubungan antara Islam dan kimia jatuh ke
dalam kategori integrasi yang membentuk dan mengkonfirmasi sentralitas
PRB guru dalam pikiran dan pandangan mereka tentang masalah Islam dan
kimia.
1. Hubungan antara Islam dan Kimia
Dalam literatur tentang sains dan agama, ada beberapa cara untuk
memahami hubungan antara keduanya. Barbour dalam Mansour (2008)
mengkategorikan hubungan antara sains dan agama menjadi empat kategori
35
yaitu konflik, independen, dialog dan integrasi. Berikut pembahasan
pandangan guru kimia tentang hubungan antara kimia dan Islam berdasarkan
empat kategori Barbour:
b. Bertentangan
Seperti yang ditunjukkan pada diagram diatas, tidak ada
satupun guru dari 62 responden (0%) yang melihat konflik atau
pertentangan dalam hubungan antara Islam dan kimia.
Barbour dalam Mansour (2008) mengemukakan bahwa dia
mengelompokkan dua ekstrem, Sains dan Agama, dalam kategori
konflik: Pasangan yang pada awalnya tampak aneh. Saya melakukan
ini karena materialisme ilmiah dan literalisme alkitabiah mengklaim
bahwa sains dan agama membuat pernyataan literal saingan tentang
domain yang sama, sejarah alam, jadi seseorang harus memilih di
antara keduanya.
Dalam penelitian ini, guru tidak melihat adanya pertentangan
antara kimia dan Islam karena mereka menganggap alam semesta
termasuk ilmu kimia adalah ciptaan Allah sehingga tidak mungkin
bertentangan. Menurut Mansour (2008), guru sains khususnya guru
kimia, seperti muslim manapun di dunia Islam pada umumnya,
mendasarkan keyakinan mereka (aqidah) atas klaim bahwa Tuhan
adalah pencipta segalanya. Unsur-unsur cerita penciptaan ditemukan di
seluruh Al-Qur'an; Beberapa dinyatakan lebih dari sekali dan dengan
cara yang berbeda. Di dalam Al-Qur'an, Tuhan berfirman:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-
baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur” (Al Qur'an, 32: 7-9).
c. Independen
Hanya dua responden (3,2%) yang menyatakan bahwa
hubungan Islam dan kimia adalah independen. Barbour dalam Mansour
36
(2008) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan agama dapat
dibedakan sesuai dengan pertanyaan yang mereka tanyakan, domain
yang mereka referensikan, dan metode yang mereka gunakan. Seorang
guru sains dalam penelitian ini mengungkapkan pandangan independen
tentang hubungan antara agama dan sains yang sesuai dengan
pernyataan Barbour, berikut pendapat beliau:
Agama berasal dari iman tanpa perlu membuktikan. Bertanya
dan mempertanyakan diperbolehkan dalam agama asal
berangkat dari kepercayaan. Sedangkan sains berasal dari
ketidakpercayaan yang mana mempertanyakan sesuatu dalam
lingkup sains adalah suatu keharusan. Ini dikarenakan di alam
semesta ini, kebaruan adalah suatu keniscayaan dan perubahan
merupakan hal biasa dan diterima untuk menghapus keadaan
lama jika yang lama dapat dibuktikan salah. Sehingga agama
dan sains dapat bertemu di tengah dan dapat pula tidak, namun
tidak saling meniadakan.
Menurut Mansour (2008), pandangan ini tidak sejalan dengan
epistemologi pengetahuan Islam, yang mendorong perolehan
pengetahuan di berbagai bidang sains dan dengan metode penelitian
yang berbeda. Dalam sejarah ilmu Islam, ada tiga sumber untuk
perolehan pengetahuan: akal, pengalaman dan bukti transmisi dari
sumber yang andal.
Ahmed (1999) berpendapat bahwa ketika kita menjadi ahli
dalam menguji sumber pengetahuan ini satu sama lain, maka kita tahu
bahwa kita mendekati kebenaran. Al-Qur’an memberikan pujian yang
tinggi untuk tiga sumber pengetahuan ini. Ini memuji akal dan
berulang kali mengecam orang-orang musyrik karena kepatuhan
mereka terhadap gagasan yang bertentangan dengan akal intelektual
mereka. Al-Qur’an menegaskan:
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di
atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan
menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak
sedikitpun?” (QS 50: 6).
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
37
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS
67: 3)
Pandangan Islam tentang sains dan penelitian sains sesuai
dengan karya ilmiah modern dengan apa yang oleh beberapa orang
disebut metode ilmiah dan oleh yang lainnya disebut inductive science
atau penalaran induktif. Idenya adalah alasan kita harus sesuai dengan
pengamatan kita dan bahwa teori kita harus diuji oleh eksperimen kita.
Ada siklus besar di mana teori-teori yang terinspirasi oleh pengamatan
diuji oleh eksperimen yang mengarah pada sebuah teori yang harus
disempurnakan atau digulingkan oleh eksperimen atau pengamatan
yang lebih jauh (Ahmed, 1999).
d. Dialog
Seperti yang ditunjukkan pada diagram di atas, hanya satu
orang guru (1,6%) yang mewakili pandangan dialog. Guru ini
menekankan bahwa apa yang kita ajarkan sudah tercantum dan nyata
tertulis di Al-Qur'an. Barbour dalam Mansour (2008) mengemukakan
bahwa salah satu bentuk dialog adalah perbandingan metode dua
bidang, yang mungkin menunjukkan kesamaan bahkan ketika
perbedaan tersebut diakui. Dialog mungkin muncul saat sains
meningkat pada batas-batas batasnya sehingga pertanyaan itu sendiri
tidak dapat dijawab. Juga, dialog terjadi ketika konsep dari sains
digunakan sebagai analogi untuk membicarakan hubungan Tuhan
dengan dunia.
Pernyataan guru kimia tentang dialog antara kimia dan Islam
didasarkan pada pemahaman mereka bahwa apa yang diajarkan sudah
tercantum dan nyata tertulis di Al-Qur'an. Menurut Mansour (2008),
pernyataan ini didasarkan pada pemahaman bahwa kimia
membutuhkan agama untuk membimbingnya, mengendalikannya dan
mengingatkan orang-orang terhadap bahaya-bahayanya. Mereka juga
mengungkapkan pandangan tentang peran dominan agama dalam
penelitian ilmiah. Pemahaman tentang hubungan dialog antara kimia
38
dan Islam ini muncul dari pemahaman guru bahwa agama harus
memiliki otoritas dalam ilmu kimia.
e. Integrasi
Berbeda dengan pandangan konflik dan independen, mayoritas
yang signifikan (57 guru atau 91,9%) menyatakan pandangan integrasi
dalam hubungan antara Islam dan kimia. Dari 57 orang guru, sebanyak
15 orang tidak memberikan alasan atas jawaban yang mereka pilih, dan
sisanya memberikan alasan yang beragam. Sebagian dari mereka
berpendapat bahwa kimia merupakan ayat-ayat kauniyah yang menjadi
bukti kebesaran Allah yang bisa menambah keyakinan agama yang kita
anut. Salah seorang guru berpendapat:
Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat membantu kita
mengungkap tabir rahasia alam. Setelah kita memahami ilmu
kimia, kita akan menyadari kebesaran dan kemahakuasaan
Allah yang mana dapat kita syukuri, dan membuat kita lebih
dekat denganNya. Karena semua hal yang kita kaji ternyata
telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’annya.
Dan diperkuat oleh pendapat yang lain bahwa:
Ilmu kimia dapat menambah keyakinan kita betapa Maha Besar
Allah SWT. Contoh: seandainya air tidak memiliki ikatan
hidrogen maka air tidak berbentuk cair tapi gas, kita tak bisa
minum, mandi menggunakan air. Allah maha besar.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan dasar
sains sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka:
Al-Qur’an merupakan dasar penemuan penemuan di bidang
kimia.
Salah seorang dari mereka berpendapat integrasi Islam dan kimia
merupakan anugerah dari Allah SWT. Guru ini mengatakan:
Islam terintegrasi dalam ilmu kimia adalah anugerah dari Allah
SWT untuk dipergunakan sebijak mungkin agar bermanfaat
bagi ummat.
Ada pula yang memilih pandangan integrasi dengan argumen
banyaknya fenomena sains dalam Al-Qur’an dan Islam. Sebagaimana
pendapat salah seorang guru:
39
Karena dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk
pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini juga telah
menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk
mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di
dalamnya, di antaranya yaitu ayat-ayat yang berhubungan
dengan kejadian manusia.
Dan diperkuat oleh pendapat yang lain bahwa:
Dalam ilmu kimia banyak sekali fenomena alam yang sangat
menarik dan beragam sesuai dengan ajaran Islam bahwa
sesungguhnya ilmu Allah itu tidak berbatas.
Dan didukung oleh salah seorang guru yang menyatakan bahwa:
Salah satu contoh: Dalam Al-Qur’an ada surat Al-Hadid (besi),
dijelaskan tentang sifat logam besi.
Ada pula kelompok yang berargumen bahwa sains berkaitan dengan
kehidupan beragama, sebagaimana pendapat salah seorang dari
mereka:
Kaidah-kaidah kimia sesuai dengan ajaran Islam, konsep
energi mengalir dari suhu tinggi ke rendah, sesuai dengan
zakat/sedekah, orbital pada atom sesuai dengan tata surya dan
sebagainya.
Sebagian guru yang memegang keyakinan bahwa ada hubungan
integrasi antara Islam dan kimia karena kimia merupakan bagian dari
ciptaan Allah. Salah seorang guru menyatakan bahwa:
Alam adalah ciptaan Allah sehingga semua hukum alam sesuai
dengan ajaran agama.
Salah seorang dari mereka berpendapat konsep kimia lebih mudah
disampaikan dengan diintegrasikan dengan Al-Qur’an. Guru ini
berpendapat:
Dalam menyampaikan konsep kimia kadang lebih mudah
dijelaskan dengan ayat ayat Al-Qur’an seperti konsep ikatan
kimia, konsep atom, kesetimbangan dan lain-lain. Demikian
juga sebaliknya.
Barbour dalam Mansour (2008) mengatakan bahwa pendukung
kategori integrasi mencari korelasi yang lebih dekat dengan keyakinan
agama tertentu dengan teori ilmiah tertentu daripada yang dianjurkan
40
oleh kategori dialog. Teologi alam diwakili oleh model Tuhan sebagai
Pencipta yang mengekspresikan kepercayaan utama komunitas
religius namun menggabungkan reformulasi teologis sebagai
tanggapan terhadap kosmologi saat ini.
Pendapat Barbour mendukung temuan penelitian ini bahwa
mayoritas guru percaya ada hubungan integrasi antara kimia dan
Islam. Mereka memandang Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu
tetapi juga memandang kimia sebagai bagian dari ciptaan Tuhan. Jadi,
sama sekali tidak ada konflik. Berbeda dengan gagasan dialog tentang
dominasi agama dalam komunikasi antara ilmuwan sains dan ilmuwan
agama, guru menganggap bahwa komunikasi semacam itu harus
didasarkan pada rasa hormat dan kesetaraan. Guru juga memandang
kimia dan Islam sebagai satu kesatuan, dan menganggap bahwa
mereka saling melengkapi satu sama lain. Mereka adalah dua sisi dari
satu koin dan tidak ada perbedaan di antara keduanya. Kata ‘ilm dalam
bahasa Arab dan turunannya sering digunakan dalam Al Qur'an. Ini
berarti pengetahuan dalam pengertian umumnya, termasuk ilmu alam
dan humaniora. Dengan perspektif ini, secara epistemologis, tidak ada
pemisahan ilmu agama dan ilmu sekuler, dan tidak ada dikotomi atau
dualisme - satu-satunya yang ada adalah kategori (Yahya, 2005).
f. Lainnya
Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pandangan
terhadap hubungan Islam dan kimia selain empat pilihan jawaban
yang ditawarkan peneliti (bertentangan, independen, dialog, dan
integrasi). Salah seorang dari mereka berpandangan bahwa ilmu kimia
sesuai dengan ajaran Islam, guru ini beralasan bahwa kimia
merupakan ayat-ayat kauniyah. Salah seorang yang lain berpandangan
hubungan Islam dan kimia sangat kuat kaitannya, dngan argumen
karena yg ada di kimia adalah kehidupan nyata dalam Islam, aplikasi
ciptaan Allah.
41
Dalam penelitian ini, sebanyak 91,9% guru meyakini Islam dan kimia
saling terintegrasi satu sama lain, hal ini tidak perlu diragukan lagi karena
kimia merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta dan perubahan-
perubahan yang terjadi di dalamnya yang mana alam semesta merupakan
ayat kauniyah yang menunjukkan kepada kebesaran Tuhan. Lagipula, bagi
banyak orang, tidak ada pemisahan antara agama dan semua aspek
kehidupan, dan, seperti yang diketahui, Islam bukan hanya agama tapi cara
hidup. Selain itu, Islam mendorong sains dan perolehan pengetahuan. Juga
tidak perlu mempertahankan posisi Islam dalam pengetahuan atau
penelitian. Islam datang untuk mendidik dan untuk memberi manfaat bagi
kehidupan masyarakat. Tidak ada ilustrasi yang lebih baik tentang
hubungan dekat antara Islam dan pengetahuan daripada pernyataan Nabi
Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa: Mencari pengetahuan itu
wajib bagi setiap muslim; bahwa; Mencari pengetahuan selama satu jam
lebih baik daripada berdoa selama tujuh puluh tahun; dan bahwa; Siapa
pun yang mengikuti jalan mencari pengetahuan, Tuhan (Allah) akan
membuat jalannya menuju surga menjadi mudah (Mansour, 2008).
Muslim (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Kimia dalam
Perspektif Islam” menjelaskan mengenai hubungan Islam dan kimia.
Menurutnya, kimia secara tidak langsung sebetulnya sudah muncul pada
saat alam semesta ini terbentuk yang dibuktikan dengan teori big bang
yang menghasilkan unsur Hidrogen (H) dan Helium (He), bukti ini
diperkuat dengan firman Allah dalam QS. Al-Anbiyaa: 30. Unsur-unsur
kimia lainnya terbentuk melalui proses cahaya-cahaya kosmik (cosmic
rays), bintang-bintang berukuran kecil (small stars) dan besar (large
stars), supernova serta unsur yang merupakan buatan manusia (non-
natural). Berdasarkan perkembangan sejarah pun alkimia pertamakali
diperkenalkan pada masa umat muslim pada abad ke-7 (700-1400 M),
yang dibuktikan dengan hasil karya umat muslim ternama seperti: Jabir
bin Hayyan, Ar-Razi atau Rhazez dan Izz Al-Din Al-Jaldaki yang
menghasilkan 200 judul buku yang kemudian diadopsi oleh orang Eropa,
42
diantaranya: Kitab Al-Ushul Al-Kimyai menjadi Book of the Composition
of Alchemy dan Gebrt Arabic Chimia Sive Traditio Summae Perfectioniset
Investigatio Mafisterii; Kitab Asy-Syam Al-Kamil menjadi Sun of
Perfection pada tahun 1678 M, The Work of Geber pada tahun 1678 M
dan Great Arab Alchemist pada tahun 1928 M; Kitab Al-‘Asah menjadi
The Nerves; Kitab Al-Jami menjadi The Universal pada tahun 1498-1866
M. Masa kejayaannya hingga akhir abad ke-11. Kemudian dilanjutkan
oleh ilmuwan eropa pada era Renaissance abad ke-16, yang dipelopori
oleh Francisco Bacon (1561-1626), dimana untuk mendapatkan
pengetahuan yang dikenal sebagai metode ilmiah mengadopsi eksperimen
yang dilakukan Jabir bin Hayyan, dari sinilah lahir kimia modern pada
abad ke -18. Akhir abad ke-19 kimia dibagi menjadi beberapa cabang
yaitu: kimia organik, anorganik, analitik, kimia nuklir dan kimia fisik
(termodinamika dan elektrokimia).
2. Keyakinan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki
dengan cara mengajar kimia
a. Ada pengaruh
Sebanyak 53 orang guru (85,5%) meyakini adanya pengaruh
antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia
mereka di kelas. Dari 53 orang, sebanyak 38 orang mengemukakan
alasan mereka sedangkan 15 orang sisanya tidak mengemukakan
alasan mereka atas jawaban yang mereka pilih. Sebagian besar
kelompok ini meyakini bahwa pengetahuan agama yang baik sangat
mendukung kemampuan mengaitkan ilmu kimia dengan kebesaran
Allah. Sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka:
Sangat jelas karena dengan pemahaman tentang Islam yang
luas akan mempengaruhi cara kita mengajar kimia dengan tetap
memasukkan nilai-nilai keislaman.
Sebagian guru berpendapat bahwa jika pembelajaran kimia
tidak didasari dengan wawasan keislaman akan berhenti sebatas
pelajaran biasa yang tidak bermakna. Sebagian lain berpendapat bahwa
wawasan keislaman menunjang pendidikan aqidah, akhlak/karakter,
43
serta menunjang kesadaran akan kebesaran Allah. Seorang guru
berpendapat:
Setiap yang diajarkan dikaitkan dengan kekuasaan Allah
supaya kita tidak sombong, dan anak-anak tidak mengeluh
mengapa harus belajar kimia.
Ada pula sebagian guru yang meyakini adanya pengaruh
wawasan keislaman yang dimiliki terhadap cara mengajar itu
disebabkan kimia berkaitan dengan Islam, seorang guru mengatakan:
Ya, kimia hanya menjelaskan berdasarkan gejala yang terjadi,
Al-Qur’an menjelaskan mengapa gejala itu bisa terjadi.
Seorang guru menambahkan bahwa pengaruh tersebut
disebabkan cara pandang islami berpengaruh pada pengajaran. Salah
seorang yang lain juga menambahkan bahwa muslim harus
menyesuaikan pengajaran dengan orientasi Islam.
b. Mungkin ada pengaruh
Sebanyak enam orang guru (9,7%) ragu akan adanya pengaruh
antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia
mereka di kelas. Dari enam orang, sebanyak tiga orang memberikan
alasan dan tiga orang lainya tidak memberikan alasan. Salah seorang
guru dari kelompok ini beralasan bahwa dia masih harus belajar dan
jika mengajar kimia tanpa memiliki wawasan keislaman, maka tidak
akan balance, tidak akan ada kepekaan, kebijakan dalam memberikan
pengajaran terhadap siswa. Salah seorang yang lain mengatakan bahwa
masih harus terus belajar, dan salah seorang yang lain pula
mengatakan bahwa makin banyak belajar kimia makin berpikir tentang
ciptaanNya.
c. Tidak ada pengaruh
Hanya tiga orang guru (4,8%) yang tidak meyakini adanya
pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara
mengajar kimia mereka di kelas namun tidak satupun dari mereka yang
menyatakan alasan atas ketidakyakinan mereka tersebut.
44
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru kimia berpendapat
adanya pengaruh dari pandangan mereka tentang hubungan kimia dan
Islam terhadap cara mereka mengajarkan kimia. Sebanyak 85,5% guru
meyakini bahwa wawasan keislaman yang mereka miliki berpengaruh
pada cara mereka mengajar di kelas. Data tersebut diperkuat pula dengan
sebanyak 81,5% guru diantara guru-guru yang memilih pandangan
integrasi berpendapat bahwa wawasan keislaman mereka miliki
berpengaruh terhadap cara mereka mengajar di kelas. Data ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bagaimana guru dengan
cara yang berbeda dalam menghubungkan sains dan agama mengajarkan
ilmu pengetahuan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda sesuai
keyakinan mereka tentang sains dan agama (Jackson et al, 1995; Cobern &
Loving, 2002).
Data ini sesuai pula dengan model PRB mansour bahwa PRB
mempengaruhi cara mengajar guru di kelas. PRB berperan sebagai filter
terhadap pengalaman-pengalaman guru di kelas, guru-guru kemudian
menginterpretasikan pengalaman-pengalaman mereka dengan keyakinan
agama mereka (PRB) sehingga terbentuk keyakinan pedagogis. Bahkan
terkadang guru memaksakan hubungan keyakinan agama mereka dengan
materi pembelajaran yang dibuktikan dengan banyaknya guru yang
mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan materi kimia walaupun hubungan
tersebut tidak sepenuhnya benar menurut ilmu tafsir. Ini membuktikan
bahwa keyakinan agama (PRB) memiliki pengaruh yang sangat kuat
dibandingkan pengetahuan dan pengalaman pedagogis guru. Data ini juga
sesuai dengan karya Nyhof-Young (2000) dan Stolberg (2007), yang
menemukan bahwa pandangan guru tentang sains dan agama mengatur
peran dan pendekatan mereka sendiri dalam pengajaran di kelas. Muslim
(2017) menjelaskan pentingnya mengajarkan hubungan Islam dan kimia
dalam proses pembelajaran. Adapun yang menjadi alasan Islam
menganjurkan untuk belajar ilmu kimia ada tiga hal, yaitu: pertama,
karena kimia selalu berada di sekitar kita, kedua, dengan mempelajari ilmu
45
kimia kita jadi mengetahui keMahaBesaran Allah SWT, dan ketiga, ilmu
kimia merupakan ilmu pengetahuan dimana Allah SWT menjanjikan akan
mengangkat derajat orang-orang berilmu.
3. Keyakinan dalam mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam
a. Yakin
Sebanyak 24 orang guru (38,7%) merasa yakin untuk
mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 24 orang
guru yang memilih jawaban ini sebanyak 17 orang memberikan alasan
sedangkan tujuh orang sisanya tidak memberikan alasan. Keyakinan
sebagian dari mereka dilandasi dengan adanya bekal wawasan
keislaman yang telah mereka miliki sebalumnya. Seorang guru
mengatakan:
Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan
guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin
menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan.
Sebagian lain yakin dengan berlandaskan pemahaman mereka bahwa
pada dasarnya ilmu kimia telah tersirat dalam Al-Qur’an. Salah
seorang guru berargumen bahwa:
Saya merasa yakin karena semua ada penjelasannya di Al-
Qur'an, tetapi dalam level tertentu kita menjelaskan kepada
anak didik dengan bahasa anak yang mudah dimengerti (itu
pengalaman saya selama ini) contoh kesetimbangan alam
dalam hal ini 3 fase air.
Sebagian lain yakin dengan berlandaskan pemahaman mereka bahwa
pada dasarnya ilmu kimia berhubungan dengan Islam. Salah seorang
guru mengatakan:
Saya yakin, kata “kimia” saja berasal dari bahasa arab.
Penciptaan alam semesta, atom dan kesetimbangan alam pasti
bersesuaian dengan Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an bertentangan
dengan ilmu berarti Al-Qur’an punya kelemahan dan itu artinya
Al-Qur’an bukan wahyu. Tapi sampai sekarang tidak ada
temuan ilmu yang bertentangan dengan Al-Qur’an.
Salah seorang guru yakin dengan alasan Al-Qur’an tidak pernah salah.
Ada pula seorang guru yang yakin dengan alasan siswa akan lebih
paham kimia dengan dalil Al-Qur’an, guru ini mengatakan:
46
Saya yakin dengan dalil di Al-Qur’an /agama siswa lebih
mudah memahami dan meyakini teori atau konsep kimia.
Namun sebanyak tiga orang guru mengaku yakin namun alasan yang
mereka kemukakan menunjukkan bahwa mereka tidak yakin untuk
mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Mereka beralasan
karana agama siswa di kelas tidak homogen, takut salah
menghubungkan, dan khawatir terjadi miskonsepsi di kelas.
b. Tidak yakin
Sebanyak 38 orang guru (61,3%) merasa tidak yakin untuk
mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Sebanyak 22
guru memberikan alasan dan 16 orang sisanya tidak memberikan
alasan atas jawaban ini. Alasan ketidakyakinan sebagian mereka
adalah takut salah, perlunya diskusi dahulu dengan yang lebih
mengerti tentang Islam, dan masih perlunya membaca lebih banyak
referensi. Berikut pandangan seorang guru:
Sebelum menyampaikan ke siswa, harus diskusi dahulu dengan
orang yang lebih mengerti tentang Islam, dan harus membaca
banyak referensi.
Seorang guru berpendapat bahwa beliau tidak yakin karena tidak ingin
memaksakan hubungan Islam dan kimia:
Saya justru khawatir jika materi dipaksakan Islami, nantinya
keteraturan struktur kemudian dibantah oleh ketidakpastian
dalam mekanika kuantum dengan pertanyaan: "Jadi Allah
menciptakan keteraturan atau ketidakberaturan?". Jika agama
diyakini benar, tidak patut menjadi alasan untuk membuat sains
menjadi salah. Tidak mematuhi metode ilmiah.
dan juga pendapat salah seorang guru yang menyatakan kimia sudah
dikuasai non muslim:
Karena kita mengajarkan dari ilmu kimia, yang sedikit banyak
sudah dikuasai oleh non muslim, tetapi sudah dideklarasikan.
Ada pula yang berpendapat bahwa kimia disalahgunakan pihak yang
bertanggung jawab, seorang guru mengatakan:
Karena siswa meyakini bahwa dasarnya perkembangan ilmu
pengetahuan adalah untuk kemaslahatan umat. namun ada
47
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab telah menyalah-
gunakannya.
Namun sebanyak 14 orang guru mengaku tidak yakin namun alasan
yang mereka kemukakan menunjukkan bahwa mereka yakin untuk
mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Mereka beralasan
bahwa ada hubungan saling dukung antara Islam dan kimia, kimia
memperjelas tanda-tanda kekuasaan Allah, dan karena Islam itu benar
dan haq.
4. Pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam
a. Ada pengalaman
Sebanyak 11 orang guru (17,7%) memiliki pengalaman
mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Selain pelatihan atau
workshop, mereka juga mendapatkan wawasan tentang isu Islam dan
kimia dari buku, artikel dari internet, video youtube, video karya
Harun Yahya, serta dari kurikulum dan silabus pembelajaran.
b. Tidak ada pengalaman
Sebanyak 51 orang guru (82,3%) memiliki pengalaman
mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Mereka justru sangat
menginginkan adanya pelatihan yang khusus membahas isu Islam dan
kimia. Sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka:
Justru yang saya inginkan workshop, seminar, atau artikel
kimia yang berkaitan dengan Islam, karena sepertinya untuk
workshop atau seminar saya belum pernah mendengarnya.
5. Mulai mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas
a. Jika siswa meminta
Dari jawaban kuesioner tidak satupun guru (0%) yang
menyatakan akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai
Islam di kelas dengan alasan permintaan siswa.
b. Jika terdapat di buku teks
Terdapat satu orang guru (1,6%) yang menyatakan akan mulai
mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas jika terdapat
di buku teks. Guru ini beralasan:
48
Siswa bisa membaca buku berulang ulang yang dengannya
materi bisa menyentuh perasaan dan pikiran siswa.
c. Jika ada topik yang mendukung
Sebanyak 46 orang guru (74,2%) yang menyatakan akan mulai
mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas jika ada topik
yang mendukung. Dari 46 orang, sebanyak 26 orang memberikan
alasan dan 20 orang sisanya tidak memberikan alasan. Rata-rata dari
mereka beralasan bahwa tidak semua topik bisa dihubungkan secara
langsung dengan nilai-nilai keislaman sehingga dengan adanya topik
yang mendukung akan lebih memperkuat argumen dan penjelasan saat
mereka mengajar di kelas serta tidak terkesan memaksakan. Berikut
pandangan seorang guru:
Tidak selalu bisa dipaksakan untuk mengaitkan setiap materi
dengan Islam, tapi kalau secara umum memang selalu terkait.
Namun kita tidak perlu selalu mengaitkan kalau sifatnya
umum.
Dan didukung oleh pendapat yang lain:
Dengan topik yang mendukung maka akan lebih memperkuat
argumen dalam mengajar.
Salah seorang guru menambahkan bahwa topik yang cocok akan
mempermudah penjelasan:
Karena biasanya topik yang pas mempermudah memberikan
pembahasan wawasan keislaman.
Seorang guru beralasan karena banyak topik kimia yang berhubungan
dengan Islam, guru ini mengatakan:
Banyak topik kimia yang berhubungan dengan ayat-ayat atau
tanda tanda kebesaran Alloh swt., contoh sederhananya adalah
kata kimia berasal dari bahasa arab yang notabenenya
merupakan bahasa Al-Qur’an dan Islam.
Ada pula yang beralasan karena pemahaman masing-masing siswa
berbeda, sebagaimana pendapat seorang guru:
Karena pemahaman anak didik bervariasi sehingga cara yang
tepat dan aman dari segi konsep kimianya adalah dengan cara
seperti pilihan diatas.
49
Salah seorang yang lain yang lain berargumen bahwa alokasi waktu
tidak akan cukup jika semua materi dikaitkan dengan nilai keislaman,
guru ini berkata:
Karena waktu tidak cukup, maka hanya dikaitkan jika sampai
pada topik yang berkaitan langsung.
d. Lainnya
Terdapat 15 orang guru (24,2%) yang memiliki pendapat diluar
pilihan jawaban kuesioner pada pertanyaan ini. Dalam kelompok ini,
11 orang memberikan alasan dan empat orang sisanya tidak
memberikan alasan. Mayoritas guru-guru ini menyarankan agar
mengajar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan kapan
saja bahkan setiap kali mengajar karena pada dasarnya kimia
menjelaskan kebesaran Allah sebagaimana pendapat seorang guru:
Sebaiknya di setiap topik pembelajaran, sebagai wujud
bersyukur terhadap Allah SWT bahwa setiap materi
pembelajaran kimia memiliki manfaat untuk kehidupan
manusia, jika dipergunakan secara bijak.
Diantara guru-guru ini ada yang berpendapat bahwa materi kimia
dihubungkan dengan Islam jika ada bagian sejarah kimia yang
menyebut tentang ilmuwan muslim. Bahkan ada beberapa guru yang
menyatakan bahwa materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam sudah
tercantum dalam kurikulum sekolahnya dan semua guru diwajibkan
memakainya, berikut pernyataan seorang guru:
Karena saya mengajar di sekolah Islam terpadu yang
menggunakan KTSP berpadu dengan JSIT yang menuntut para
guru menyusun RPP yang didalamya ada ayat yang
berhuhungan dengan materi kimia. tapi banyak materi yang
saya ajarkan sebagian saya belum dapat materi yang
berhubungan dengan kimia.
Sebanyak 61,3% guru tidak yakin dalam mengajar isu Islam dan kimia,
dan sebanyak 82,3% guru mengatakan belum pernah mengikuti pelatihan yang
membahas isu Islam dan kimia. Lebih dari setengah (61,4%) guru-guru yang
memilih pandangan integrasi juga mengatakan tidak yakin untuk memulai
50
mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam, dan dari 57 guru
yang memilih pandangan integrasi, hanya 19,3% yang memiliki pengalaman
mempelajari isu Islam-kimia. Dua pasang data ini saling berhubungan sebab
akibat yakni tidak yakinnya mayoritas guru dalam mengajarkan kimia yang
terintegrasi nilai-nilai Islam dikarenakan mayoritas guru tidak pernah
mengikuti pelatihan maupun mendapatkan materi yang membahas hubungan
Islam dan kimia. Hal ini juga diperkuat dengan data angket bahwa 85,1% guru
yang memilih orientasi sains-islam dalam mengajarkan kimia terintegrasi nilai-
nilai Islam dan 72,7% guru yang yakin untuk memulai pembelajaran kimia
terintegrasi Islam tidak memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia,
dan diperkuat pula dengan data lain yang menunjukkan bahwa 74,2% guru
akan mulai mengajar kimia terintegrasi nilai keislaman jika ada topik yang
mendukung. Ini menunjukkan bahwa guru-guru masih belum siap dari segi
mental dan konten materi. Menurut Mansour (2008), pembuat keputusan
pendidikan dan pendidik sains di seluruh dunia harus diberi tahu bahwa
kepercayaan religius guru bersifat variabel yang sangat efektif yang dapat
memberi pengaruh positif atau negatif terhadap keseluruhan proses pendidikan.
Hal itu juga menunjukkan bahwa kepercayaan religius guru dapat dianggap
sebagai faktor positif dalam mengembangkan sikap positif antar guru terhadap
sains dan pengajaran sains.
Oleh karena itu disarankan agar para pengambil keputusan,
pengembang kurikulum dan pendidik sains harus melakukan refleksi dan
diskusi yang matang mengenai pengembangan berbagai program studi. Ini
akan bertindak sebagai sumber pengetahuan formal tentang hubungan antara
Islam dan kimia dan juga akan melatih guru bagaimana untuk
memperdebatkan isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan kimia. Dalam hal
ini, Nyhof-Young (2000) berpendapat bahwa sebagai pendidik, adalah peran
kunci kita untuk mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum agar sesuai
dengan pengetahuan, prioritas dan konteks pengajaran kita yang unik yang
dalam konteks ini adalah disesuaikan dengan nilai-nilai Islam.
51
Kurikulum sains harus menyajikan pandangan yang berbeda tentang
sains dan agama, dan juga harus mempertanyakan gagasan bahwa ada konflik
antara sains dan agama untuk menunjukkan kontradiksi palsu antara sains dan
agama. Seperti yang dicatat Hefner (2002), hal ini dapat dicapai dengan
memperdebatkan alasan konflik palsu ini pada tiga tuduhan. Pertama, sains
telah sampai pada suatu titik di mana metode mencari pengetahuan dan
kebenarannya berbeda secara substansial dari agama. Kedua, dalam dua
pencarian kebenaran, penggunaan bahasa dan konsep juga berbeda. Ketiga,
baik sains maupun agama telah dikooptasi oleh kekuatan masyarakat dan
budaya yang kepentingannya berbeda cenderung menonjolkan konflik antara
sains dan agama. Dengan demikian, peran kita sebagai pendidik guru sains
khususnya kimia adalah untuk membuat guru kita mendapatkan lebih banyak
kesadaran akan penggunaan bahasa. Perbedaan antara bahasa ilmiah dan
agama, dan sifat ekspresi kuno makna. Pendidikan guru sains harus melatih
guru agar perspektif ilmiah dan religiusnya sesuai (Katz, 2002), karena guru
kimia harus mengenali hubungan timbal balik antara kimia dan agama. Sains
yang dalam hal ini adalah ilmu kimia harus mengakui kebutuhan manusia akan
pengalaman religius, dan agama perlu mengenali dan mempercayai keinginan
untuk memiliki pengetahuan ilmiah yang lebih luas mengenai kehidupan
manusia dan lingkungan mereka. Tidak perlu ada konflik antara domain ini:
sains adalah proses manusia dan agama menjelaskan apa yang membuat kita
tetap manusiawi (Katz, 2002).
Dalam hal ini, Bausor & Poole (2002) menyarankan tiga cara di mana
pendidikan guru sains dapat membantu dalam mengajarkan isu-isu sains
khususnya kimia dan agama dari segi pedagogis: (1) dengan menawarkan
kursus; (2) dengan menawarkan bantuan kepada penyedia pendidikan guru
awal dalam meliput isu-isu tersebut; (3) dengan memproduksi bahan tulis dan
bahan lainnya yang merinci poin utama yang ditujukan untuk membantu guru
sains untuk membahas beberapa faktor spiritual/religius dalam pengajaran
sains. Dalam hal integrasi Islam dan kimia dari segi konten materi, Muslim
(2017) dalam bukunya yang berjudul “Kimia Dasar Islami Jilid I” mengatakan
52
bahwa ada beberapa konsep kimia yang dapat diintegrasikan dengan keislaman
diantaranya: Sejarah Perkembangan Ilmu Kimia Menurut Pandangan Islam,
Asal Mula Unsur-unsur Kimia dalam Pandangan Islam, Struktur Atom
Menurut Islam, Ikatan Kimia yang Terdapat pada Molekul Air dan DNA
Manusia dalam Merespon Do’a, Konsep Stoikiometri Menjelaskan Keteraturan
Alam Semesta kepada Pencipta-Nya, Konsep Hukum Termodinamika I, II, dan
III dapat Menjelaskan Terjadinya Peristiwa Hari Kiamat, Kesetimbangan
Kimia Menurut Al-Qur’an, Konsep Asam-Basa Menjelaskan Fenomena Hujan
Asam, Peran Larutan Penyangga dalam Tubuh Manusia, Peran Konsep
Hidrolisis Garam dalam Mengatasi Penyakit Maag dan Masalah Pertanian
Menurut Islam, dan Aplikasi Sifat Koligatif Larutan dalam Kehidupan Sehari-
hari.
6. Tanggung jawab mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam
a. Guru kimia
Sebanyak 27 orang guru (43,5%) berpendapat bahwa guru
kimialah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia
terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 27 orang yang memilih jawaban ini,
17 orang memberikan alasan dan sepuluh orang tidak memberikan
alasan atas jawaban yang mereka pilih. Rata-rata mereka beralasan
bahwa yang paling tahu cara menghubungkan materi kimia dan nilai-
nilai keislaman adalah guru mata pelajaran kimia itu sendiri karena
guru kimia yang beragama Islam sudah tentu memiliki pengetahuan
tentang nilai-nilai keislaman sehingga tinggal menghubungkan dengan
konten materi kimia. Seorang guru berpendapat bahwa:
Yang lebih tahu tentang kimia adalah guru kimia. Guru kimia
harus mengaitkan ilmu yang diajarkannya dengan ajaran Islam.
guru kimia bisa belajar tentang Islam, karena belajar tentang
Islam adalah kewajiban semua umat Islam. Tapi guru agama
tidak bisa belajar kimia tanpa bantuan institusi pendidikan
kimia.
Salah seorang dari mereka beralasan bahwa guru kimia juga orang
Islam. Salah seorang yang lain berpendapat bahwa guru kimia perlu
berkomunikasi dengan guru agama Islam, guru ini mengatakan:
53
Karena sambil mengajar kimia kita juga perlu komunikasi
dengan guru agama mengenai suatu materi yang belum kita
ketahui cara mengaitkannya dengan agama misalnya atom,
ayat apa yang terdapat di dalamnya dan aplikasinya
bagaimana.
Ada yang berargumen bahwa guru agama tidak menguasai konsep
kimia, sehingga kemungkinan tidak tahu korelasinya. Ada pula yang
berpendapat bahwa guru harus mengajar sesuai kompetensisnya
masing-masing. Dan didukung pulah oleh salah seorang dari mereka
yang berpendapat bahwa ilmu kimia spesifik sedangkan ilmu agama
fardhu a'in.
b. Guru Agama Islam
Hanya satu orang guru (1,6%) berpendapat bahwa guru agama
Islam yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia
terintegrasi nilai-nilai Islam. Alasan guru ini adalah guru Agama Islam
dapat membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara Agama Islam
dan Kimia.
c. Keduanya
Sebanyak 30 orang guru (48,4%) berpendapat bahwa keduanya
(guru kimia dan guru agama Islam) yang bertanggung jawab dalam
mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 30 orang
yang memilih jawaban ini, seluruhnya memberikan alasan yang
beragam. Sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa guru kimia
dan guru agama Islam perlu saling mendukung/berintegrasi dan
menjalin komunikasi satu sama lain untuk memperkuat argumen
tentang integrasi Islam dan kimia sehingga penjelasan guru di kelas
dapat membuat peserta didik lebih paham. Berikut pandangan seorang
guru:
Guru kimia dan guru agama Islam harus bersinergi, guru kimia
dapat belajar dengan guru agama Islam untuk memahami ayat-
ayat yang terkait dengan fenomena kimia demikian sebaliknya.
dan diperkuat oleh pendapat guru lain yang menyatakan bahwa:
54
Guru kimia perlu mengaitkan kimia dengan Islam dalam
pembelajaran agar sifatnya lebih kontekstual dan transmisi nilai
terjadi secara terus-menerus. Hal tersebut perlu dukungan dari
guru agama agar materi pelajaran yang sangat dekat dengan
kimia dikaitkan agar pembelajaran menjadi saintifik dan saling
mendukung antar setiap mata pelajaran.
Sebagian dari mereka berargumen bahwa guru agama Islam dan guru
kimia harus bisa mengaitkan Islam dan kimia. Sebagaimana pendapat
salah seorang dari mereka:
Guru agama Islam dan guru kimia hendaklah memiliki
kompetensi keterkaitan kedua ilmu tersebut.
Ada pula sebagian dari mereka yang berargumen bahwa guru yang
paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan Islam. Berikut
pandangan dari salah seorang guru:
Integrasi hanya bisa diajarkan oleh siapapun yang paham
keduanya.
d. Lainnya
Terdapat empat orang guru (6,5%) yang memiliki pendapat
diluar pilihan jawaban kuesioner pada pertanyaan ini. Salah satu dari
mereka berpendapat bahwa yang bertanggung jawab dalam
mengajarkan isu Islam dan kimia adalah semua umat Islam dengan
alasan bahwa umat Islam harus tahu bahwa semua ciptaan Allah di
alam adalah berkaitan dengan kimia, dan harus di syukuri dengan
mempelajarinya, dan tidak menyalahgunakannya. Salah seorang yang
lain berpendapat bahwa yang bertanggung jawab adalah guru apa saja
yang mampu memberi penjelasan dengan alasan bahwa ilmu kimia
juga mencatut ilmu yang lain. Sedangkan terdapat seorang guru dari
kelompok independen – yang meyakini bahwa Islam dan kimi tidak
berkaitan satu sama lain – yang berpendapat bahwa tidak ada yang
bertanggung jawab dalam mengajarkan isu Islam dan kimia
dikarenakan Islam dan kimia memang tidak berkaitan atau saling
independen satu sama lain.
7. Preferensi mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam
55
a. Dengan orientasi saintifik
Sebanyak sembilan orang guru (14,5%) menyarankan agar
materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi
saintifik. Dari sembilan orang hanya dua orang guru yang memberikan
alasan sedangkan tujuh orang sisanya tidak memberikan alasan. Salah
seorang guru dari kelompok ini berargumen bahwa saintifik itu berarti
logis, dan logis itu Islami karena Islam itu logis. Salah seorang yang
lain berargumen bahwa isu Islam dijadikan sebagai pendukung dan
penegasan terhadap sains.
b. Dengan orientasi Islam
Hanya satu orang guru (1,6%) menyarankan agar materi kimia
terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi Islam. Guru ini
beralasan bahwa materi kimia juga dibahas dalam Al-Qur’an.
c. Dengan orientasi sains-Islam
Sebanyak 50 orang guru (80,6%) menyarankan agar materi
kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi sains-
Islam. Dari 50 orang, sebanyak 26 orang memberikan alasan
sedangkan 24 sisanya tidak memberikan alasan. Kelompok ini
berargumen bahwa akan lebih mudah dipahami jika materi kimia
terintegrasi nilai-nilai keislaman diajarkan dengan orientasi sains-Islam
karena keduanya saling berkaitan dan saling mendukung. Berikut
pandangan seorang guru:
Ada keterkaitan antara sains dan Islam, justru siswa harus lebih
memahami bahwa adanya penciptaan alam semesta, atom,
keseimbangan alam harus menambah keyakinan siswa terhadap
Islam.
salah seorang guru menambahkan:
Banyak temuan baru yang sebenarnya sudah dijelaskan 14 abad
yang lalu di dalam Al-Qur’an, dan sebaliknya banyak temuan
baru yang justru memperkuat kebenaran ayat-ayat dalam Al-
Qur’an.
Sebagian dari mereka memilih orientasi sains-Islam dengan alasan
agar siswa tidak bingung, tidak kaku pola pikirnya, dan agar siswa
56
lebih mengerti dan menerima penjelasan guru, serta konsep kimia
lebih mudah disampaikan jika dihubungkan dengan Islam. Ada pula
yang beralasan bahwa kimia dan Islam tidak bisa dipisahkan. Salah
seorang guru menambahkan alasan yakni agar penjelasan konsep
kimia bisa diterima dari sisi sains maupun Islam.
d. Lainnya
Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pendapat lain
selain tiga pilihan yang peneliti tawarkan. Salah seorang guru
mengatakan bahwa beliau mengajarkan kimia dengan orientasi sains
KTSP dengan alasan mengikuti aturan sekolah. Salah seorang yang
lain mengatakan bahwa isu kimia-Islam diajarkan sambil lalu
mengajarkan konsep kimia secara umum.
Poole (1996) berpendapat bahwa kompatibilitas diperlukan antara
pendidikan agama dan pendidikan sains. Sebanyak 48,4% guru kimia dan
54,3% dari guru yang memilih pandangan integrasi berpendapat bahwa
mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam merupakan tanggungjawab
guru kimia dan guru agama Islam, dan sebanyak 80,6% guru kimia dan
66,7% guru yang memilih pandangan integrasi menyarankan agar materi
kimia diajarkan dengan orientasi sains-Islam. Data ini masih berhubungan
dengan data yang dibahas sebelumnya bahwa mayoritas guru belum
memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia, sehingga para guru
menginginkan tanggungjawab integrasi Islam dan kimia dibebankan tidak
hanya kepada guru kimia namun juga kepada guru PAI. Hal ini ditujukan
agar guru kimia dapat mengembangkan wawasan keislaman dan cara
mengintegrasikannya dengan benar kepada guru PAI. Ini sesuai dengan
penelitian Mansour (2008) bahwa dalam budaya dimana agama memiliki
pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat terutama dalam hal ini
Indonesia yang merupakan negara dengan mayorutas penduduk beragama
Islam, pengembangan kurikulum sains harus dilakukan dalam kemitraan
antara pendidik sains dan ilmuwan agama, terutama yang berkaitan dengan
isu ilmiah sosial yang terkait dengan agama. Proses ini akan memberi
57
kesempatan untuk menantang keyakinan religius pribadi guru, untuk
mengenalkan persepsi sikap religius yang sesuai, dan membiarkan pintu
terbuka untuk pandangan yang berbeda dan pemahaman yang berbeda.
Sebagai contoh penyampaian materi kimia dengan orientasi sains-
Islam, Muslim et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pembelajaran Kimia melalu Metode Eksperimen Berbasis Bahan Sehari-
hari Ditinjau dalam Perspektif Islam” memberikan contoh pembelajaran
yang islami melalui metode eksperimen berbasis bahan sehari-hari dalam
pembelajaran kimia. Kreativitas guru dituntut untuk terus berkreasi
melakukan inovasi pendidikan terutama dalam pelaksanaan praktikum.
Banyak guru yang tidak melaksanakan praktikum kimia dengan alasan
ketidaktersediaannya peralatan laboratorium. Disini Islam mengajarkan
kepada pengikutnya untuk tidak mempersulit proses pembelajaran dalam
pelaksanaan praktikum kimia seperti yang dinyatakan dalam surat Al-
Baqarah: 185, An-Nisa’: 28, dan Al-Hajj: 78. Islam memberikan solusi
seperti yang tertuang dalam surat Hud: 61, dengan memanfaatkan alam
sekitar (peralatan sehari-hari) untuk praktikum kimia, sehingga tidak ada
lagi alasan bagi para guru untuk tidak melaksanakan praktikum kimia.
Bahkan berbagai penelitian relevan menunjukkan bahwa praktikum
(eksperimen) berbasis bahan sehari-hari dapat meningkatkan aktivitas,
minat, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.
Muslim et al. (2014) juga memberikan contoh sintaksis pembelajaran
kimia melalui metode eksperimen berbasis bahan sehari-hari ditinjau
dalam perspektif Islam, yaitu: Pertama dengan mempelajari secara
mendalam materi yang akan diajarkan, lalu mencari hubungan setiap
konsep yang ada dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, setelah menemukan suatu fenomena, cobalah berrpikir bagaimana
mengangkat fenomena tersebut menjadi suatu rancangan percobaan
sederhana. Ketiga, membuat langkah-langkah pengujian pembuktiannya.
Keempat melakukan ujicoba sesuai dengan rancangan yang dibuat.
Kelima, menuliskan rancangan dengan format urutan sederhana yang
58
terdiri dari: judul, tujuan percobaan, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja,
tabel dasar, pertanyaan, kesimpulan, dan daftar pustaka.
Dalam penelitian Mansour (2008) disebutkan bahwa ada beberapa
orang yang diwawancarai dalam penelitiannya mengatakan bahwa
kurikulum sains saat ini mencerminkan monokultur, yaitu budaya Barat
dan bukan budaya Arab mereka. Mereka mengatakan bahwa kurikulum
difokuskan pada pengembangan sains oleh ilmuwan Barat, dan ini
mungkin berdampak negatif terhadap identitas siswa dan sikap mereka
terhadap pembelajaran sains atau mengambil karir di bidang sains. Dalam
hal ini, Reiss dalam Mansour (2008) menyebutkan bahwa ketika sains
diletakkan dalam konteks historis di sekolah, konteks itu sering bias,
dengan karya ilmuwan kulit putih yang terlalu terwakili. Oleh karena itu,
ada kebutuhan bagi pengembang kurikulum untuk memikirkan apa yang
oleh Reiss disebut ilmu multikultural, di mana siswa bisa dibantu untuk
melihat bahwa sains adalah kegiatan budaya, dan tidak dapat dihindari
bahwa budaya yang berbeda akan menghasilkan ilmu yang berbeda.
Dalam hal ini, Loo (2001) berpendapat bahwa pendidikan sains harus
memperhatikan pengajaran pengetahuan ilmiah. Epistemologi sains tidak
seobjektif seperti yang terlihat. Karena sains adalah cabang pengetahuan
yang dihasilkan oleh manusia, penyelidikan ilmiah adalah proses
humanistik yang tidak didirikan semata-mata berdasarkan landasan akal.
Stanley & Brickhouse (2001) berpendapat bahwa sains kita adalah ilmu
manusia, dan kenyataan itu - apapun yang kita dapatkan darinya - adalah
artefak praktik konsensual dari komunitas manusia yang layak. Oleh
karena itu, pendidikan guru harus mempersiapkan guru untuk memiliki
pengetahuan ilmiah dan religius, sehingga mereka dapat membantah
masalah baik secara ilmiah maupun agama, berdasarkan bukti yang
didukung. Dalam pemahaman kita tentang konsep kewarganegaraan
global, perlu dipikirkan bagaimana sains dan agama dipresentasikan
kepada murid-murid di kelas yang multikultural dalam hal agama
(misalnya, Muslim, Kristen, dan lain-lain). Sains harus disampaikan
59
kepada semua siswa kita sebagai warganegara kita di masa depan. Dalam
hal ini, saya sangat setuju dengan Loving & Foster (2000) bahwa guru
sains saat ini dihadapkan pada tantangan menakutkan untuk memastikan
literasi sains bagi semua siswa. Siswa harus keluar dari sekolah dengan
pemahaman yang lebih baik tentang sifat sains dan bagaimana hasilnya.
Memenuhi tantangan ini membutuhkan pemahaman sains yang
komprehensif sebagai sebuah disiplin.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kimia tentang
integrasi Islam dan kimia. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, mayoritas guru (91,9%)
mendukung dan meyakini bahwa materi kimia dapat diintegrasikan
dengan nilai-nilai keislaman dan mayoritas guru (85,5%) meyakini bahwa
wawasan keislaman yang mereka miliki berpengaruh terhadap cara
mereka mengajar kimia di kelas.
2. Lebih dari setengah (61,3%) guru-guru mengatakan tidak yakin untuk
memulai mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam
dikarenakan sebagian besar dari mereka (82,3%) belum memiliki
pengalaman mempelajari isu Islam-kimia.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang
belum terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah khususnya Kemendikbud sebagai pengembang kurikulum
harus harus diberi tahu bahwa kepercayaan religius guru bersifat variabel
yang sangat efektif yang dapat memberi pengaruh positif atau negatif
terhadap keseluruhan proses pendidikan. Hal itu juga menunjukkan
bahwa kepercayaan religius guru dapat dianggap sebagai faktor positif
dalam mengembangkan sikap posiif antar guru terhadap kimia dan
pengajaran kimia. Oleh karena itu disarankan agar para pengambil
keputusan, pengembang kurikulum dan pendidik sains harus melakukan
refleksi dan diskusi yang matang mengenai pengembangan berbagai
program studi. Ini akan bertindak sebagai sumber pengetahuan formal
tentang hubungan antara Islam dan kimia dan juga akan melatih guru
61
bagaimana untuk memperdebatkan isu-isu yang berkaitan dengan Islam
dan kimia.
2. Universitas-universitas terutama universitas Islam pada umumnya harus
mengembangkan mata kuliah maupun mengadakan pelatihan yang
mengajarkan integrasi Islam dan kimia sehingga dapat mencetak lulusan-
lulusan yang mampu mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-
nilai Islam dengan lisan maupun tulisan.
3. Guru-guru kimia terutama yang beragama Islam harus proaktif dalam
menambah pengetahuannya tentang isu-isu Islam dan kimia melalui
training/pelatihan, media cetak maupun digital, dan diskusi bersama guru
agama Islam memperkuat argumen saat mengaitkan materi kimia dan
nilai-nilai keislaman agar penjelasan guru lebih mudah diterima siswa.
4. Penelitian selanjutnya harus melakukan validasi konstruk untuk instrumen
yang diadaptasi agar instrumen lebih valid dan dapat diterima, dan harus
mengumpulkan data guru yang berkaitan dengan semua komponen pada
model PRB Mansour (2008) serta memperbanyak responden agar data
lebih kaya dan argumen lebih kuat.
62
Daftar Pustaka
Ahmed, I. “Islamic Contributions to Modern Scientific Methods.” Kuliah
disampaikan pada acara the tenth anniversary of the Centre for Faith and
Science Exchange, 20 Maret, Boston: Islamic Society of Boston, 1999.
Anas, Norazmi. The Integration of Knowledge in Islam: Concept and Challenges.
Global Journal of Human-Social Science Research. 2013.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. 1998.
Asghar, Anila. Canadian and Pakistani Muslim teachers’ perceptions of
evolutionary science and evolution education. Evolution: Education and
Outreach. 6, 2013.
Bausor, J. dan Poole, M. Science-and-Science in the Agreed Syllabuses: an
investigation and some suggestions, British Journal of Religious Education.
25, 2002.
Chang, Raymond. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.
2005.
Cobern, W. dan Loving, C. Investigation of Preservice Elementary Teachers’
Thinking about Science, Journal of Research in Science Teaching. 39, 2002.
Djudin, Tomo. Menyisipkan Nilai-Nilai Agama dalam Pembelajaran Sains: Upaya
Alternatif Memagari Aqidah Siswa, Jurnal Khatulistiwa. 1, 2011.
Drever, James. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara. 1988.
Esbenshade Jr, Donald H. Student perceptions about science & religion. The
American Biology Teacher. 1993.
Fatonah, Siti. Intergrasi Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran (Studi Kasus
Pembelajaran Kimia di SMA Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta). 2009.
Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. 1997.
Fitrianasari, Hanik. Persepsi Guru terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Sesuai Latar Pendidikan di Kabupaten Blitar. Jurnal Pendidikan Khusus.
2015.
63
Hefner, P. How Science Is a Resource and a Challenge for Religion: perspective
of a theologian, Zygon. 37, 2002.
Hokayem, Hayat, and Saouma BouJaoude. College students' perceptions of the
theory of evolution. Journal of Research in Science teaching. 45, 2008.
Jackson, D., et al., Hearts and Minds in the Science Classroom: the education of a
confirmed evolutionist, Journal of Research in Science Teaching. 32, 1995.
Katz, S.H. Questions for a Millennium: religion and science from the perspective
of a scientist, Zygon. 37, 2002.
Khalijah., et al., Teachers’ Concerns, Perception and Acceptance toward Tauhidic
Science Education. 4, 2011.
Loo, S. Islam, Science and Science Education: conflict or concord?. Studies in
Science Education. 36, 2001.
Loving, C. & Foster, A. The Religion-in-the-science-classroom Issue: seeking
graduate student conceptual change, Science Education, 84, 2000.
Lutfi, Ikhwan., et al., Psikologi Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2009.
M. Echols, Jhon., dan Sadily, Hasan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia. 1995.
Maman Kh, Pola Berpikir Sains: Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan
Islam. Bogor: QMM Publishing. 2012.
Mansour, Nasser. Religious beliefs: A hidden variable in the performance of
science teachers in the classroom. European Educational Research Journal.
7, 2008a.
Mansour, N. The Experiences and Personal Religious Beliefs of Egyptian Science
Teachers as a Framework for Understanding the Shaping and Reshaping of
their Beliefs and Practices about Science‐Technology‐Society (STS).
International Journal of Science Education. 30, 2008b.
Mansour, Nasser. Science teachers’ interpretations of Islamic culture related to
science education versus the Islamic epistemology and ontology of science.
Cultural studies of science education. 5, 2010.
Mansour, Nasser. Science teachers' views of science and religion vs. the Islamic
perspective: Conflicting or compatible?. Science Education. 95, 2011.
64
Mansour, Nasser. Science Teachers’Views and Stereotypes of Religion, Scientists
and Scientific Research: A call for scientist–science teacher partnerships to
promote inquiry-based learning. International Journal of Science Education.
37, 2015.
Muslim, Buchori., et al., Pembelajaran kimia melalui metode eksperimen berbasis
lingkungan alam sekitar ditinjau dalam perspektif islam. TARBIYA: Journal
of Education in Muslim Society. 1, 2014.
Muslim, Buchori. “Kimia dalam Perspektif Islam.” Makalah disampaikan pada
Proceeding Seminar & Bedah Buku “Islam Dan Sains Upaya
Pengintegrasian Islam Dan Sains Di Indonesia”, Jakarta: UIN Jakarta,
2016.
Muslim, Buchori. Kimia Dasar Islami Jilid 1. Belum diterbitkan. 2017.
Mutmainah, Nina. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999.
Nyhof-Young, J. Education for the Heart and Mind: feminist pedagogy and the
religion and science curriculum, Zygon. 35, 2000.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008.
http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=
2164&filename=PP%2074%20Tahun%202008.pdf
Poole, M. … for more and better religious education. Science & Education, 5,
1996.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2006.
Sabri, Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangannya. Jakarta: CV. Pedoman
Ilmu Jaya. 1993.
Saputro, A. N. C. Pengintegrasian nilai-nilai relegius dalam buku pelajaran kimia
sma/ma sebagai metode alternatif membentuk karakter insan mulia pada
siswa. Prosiding Seminar Biologi. 8, 2011.
Sarwono, Wirawan, Sarlito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan
Bintang. 1986.
Stanley, W. dan Brickhouse, N. Teaching Sciences: the multicultural question
revisited, Science Education, 85. 2001.
65
Stolberg, T. The Religio-scientific Frameworks of Pre-service Primary Teachers:
an analysis of their influence on their teaching of science, International
Journal of Science Education. 29, 2007.
Sudrajat, Ajat, dan Putri Lynna A, Luthan. Pengembangan Buku Ajar Kimia
SMA/MA Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Siswa. Jurnal Penelitian
Bidang Pendidikan. 21, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2007.
Trianto,. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya
dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara. 2010.
Turgut, Halil. Pre-Service Science Teachers' Perceptions about Relationship
between Religion and Science in the Context of Their Worldviews.
International Online Journal of Educational Sciences. 8, 2016.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf
Wood, Julia. Communication in Our Lives. Belmont: Wadsworth Publishing.
1997.
Company. Yahya, I. “Integration of Religion and Science in the Indonesian State
Islamic Universities.” Makalah disampaikan pada Science and Religion:
Global Perspectives program, 4-8 June, Philadelphia : Metanexus Institute,
2005.
Zain, Saidi, et al. Development Of Integrated Science Textbooks By Applying
The Enrich Tool. Journal of Education and Social Sciences. 2016.
72
1. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan Islam dan kimia?
a. Bertentangan
b. Independen, tidak berkaitan satu sama lain
c. Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam
d. Integrasi, saling mendukung satu sama lain
e. Lainnya:_______________________________________________
Alasan:___________________________________________________
_________________________________________________________
________________________________________________
2. Siapa yang menurut Anda yang bertanggung jawab dalam mengajarkan
hubungan antara kimia dan Islam?
a. Guru kimia
b. Guru Agama Islam
c. Keduanya
d. Lainnya:_______________________________________________
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
3. Apakah wawasan keislaman Anda mempengaruhi cara Anda mengajar
kimia? Bagaimana?
a. Ya
b. Tidak
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
4. Kapan kiranya Anda bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia?
a. Jika siswa meminta
b. Jika terdapat di buku teks
c. Jika ada topik yang mendukung
d. Lainnya:_______________________________________________
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
5. Apakah Anda merasa yakin saat Anda mengajarkan materi yang
mengandung isu Islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan
alam semesta, atom, kesetimbangan alam)?
a. Yakin
b. Tidak yakin
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
6. Bagaimana cara Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islam-
kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
a. Dengan orientasi saintifik
b. Dengan orientasi Islam
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
73
c. Dengan orientasi sains-Islam
d. Lainnya:_______________________________________________
Alasan:______________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
7. Pernahkah Anda pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca
artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya?
Jika iya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel
yang Anda ikuti dan Anda baca tersebut!
a. Ya
b. Tidak
Rincian:_____________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
74
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam
Karena apa yg kita ajarkan sdh tercantum dan nyata tertulis di al-qur'an
fenomena sains dalam alquran
Ilmu kimia sesuai dengan ajaran islam
Kimia merupakan ayat-ayat kauniyah
alam adalah ayat Tuhan
Independen, tidak berkaitan satu sama lain
Agama berasal dari iman, tanpa perlu membuktikan. Pertanyaan dan mempertanyakan bisa dan diperbolehkan. Tapi berangkat dari kepercayaan. Sains berasal dari ketidakpercayaan. Mempertanyakan adalah suatu keharusan. Kebaruan itu niscaya. Perubahan itu biasa saja dan diterima untuk menghapus keadaan lama jika yang lama dapat dibuktikan salah. Agama dan sains dapat bertemu di tengah, dapat pula tidak. Dan tidak saling meniadakan.
agama tidak perlu pembuktian
Independen, tidak berkaitan satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Semua yg ada di alam merupakan ayat-ayat Tuhan
alam adalah ayat Tuhan
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Alam adalah ciptaan Alloh sehingga semua hukum alam sesuai dengan ajaran agama
alam ciptaan Allah
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Ada kesesuaian...keteraturan..dengan ciptaan Tuhan.
alam ciptaan Allah
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Alquran merupakan dasar penemuan penemuan di biding kimia
alquran sebagai dasar sains
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Karena sumber segala Ilmu adalah Al Quran
alquran sebagai dasar sains
Lampiran 5. Olahan Data Mentah
75
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Kimia bisa menjelaskan Al Qur'an alquran sebagai dasar sains
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Dalam menyampaikan konsep kimia kadang lebih mudah dijelaskan dengan ayat ayat Alquran seperti konsep ikatan kimia, konsep atom, kesetimbangan dll. Demikian juga sebaliknya!
alquran sebagai dasar sains
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Islam terintegrasi dalam ilmu kimia sebagai anugrah dari Allah SWT untuk dipergunakan sebijak mungkin agar bermanfaat bg umat
anugerah untuk bermanfaat
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Karena dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini juga telah menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya, di antaranya yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan kejadian manusia
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Fenomena dialam ada tersirat dalam alqur'an...Al quran kunci dari semua ilmu yg ada di dunia ini...
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Bsnyak konsep/ teori tlh dijelaskan dlm Alquran
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Banyak ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang kimia
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Banyak hal dalam kimia yang sudah tercantum dalam Al-Qur'an.
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
seperti isotop besi Fe-57 yg paling banyak di alam saya hubungkan dg surat ke 57 di Al-quran ( al-Hadid : besi ) dan lainnya
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Salah satu contoh:Dalam al quran ada surat Al hadid(besi),dijelaskan tentang sifat logam besi
fenomena sains dalam alquran
76
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Karena setiap hukum atau teori kimia sebenrnya ada dalam al-quran
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Sesuai dg kaidah islam, dan terimplisit dalam al quran
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Kimia adalah ilmu alam yang kesemuanya bersumber dari alquran.
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
kimia adalah ilmu yg mikroskopik,, sesuai yg tercantum dlm Al Qur'an
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Banyak teori-teori kimia yang sebenarnya ada dalam Al-Qur'an
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Tidak ada temuan kimia yang bertentangan dengan Alqur'an bahkan justru membenarkan ayat dalaM ALQUR'AN
fenomena sains dalam alquran
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Islam bisa menjelaskan fenomena kimia
fenomena sains dalam Islam
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Banyak konsep kimia yang didasari hukum Islam
fenomena sains dalam Islam
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Banyak prinsip2 ilmu kimia yg sesuai dengan prinsip agama islam
fenomena sains dalam Islam
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Dalam ilmu kimia banyak sekali fenomena alam yang sangat mnarik dan beragam sesuai dengan ajaran islam bahwa sesungguhnya ilmu Allah itu tidak brbatas.
fenomena sains dalam Islam
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Kimia jg dipelajari dlm islam fenomena sains dalam Islam
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Menunjukkan kebesaran Tuhan kebesaran Allah
77
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Ilmu kimia dpt menambah keyakinan kt betapa Maha Besar Allah SWT. Contoh: seandainya air tdk memiliki ikatan hidrogen maka air tdk berbentuk cair tp gas .... kt tak bisa minum... mandi menggunakan air. Allah maha besar
kebesaran Allah
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat membantu kita mengungkap tabir rahasia alam... Dan semua itu setelah memahami ilmunya maka kita akan menyadari bahwa kebesaran dan kemahakuasaan Allah dapat kita syukuri...kita lebih dekat denganNya... Karena semua hal yg kita kaji ternyata telah di firmankan Allah dalam alqurannya
kebesaran Allah
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
mempelajari kimia adalah tentang materi dan perubanhannya sebagai tanda-tanda kekuasaan Allohu swt.
kebesaran Allah
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Ajaran islam dapat menjabarkan sifat keilmuan yg ada dalam kimia dari segi sunnatullah dan kebesaran Allah subhanahuwataala
kebesaran Allah
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Fenomena kimia mengenalkan manusia dengan penciptanya
mengenal pencipta
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Mempelajari kimia sama dg mempelajari ayat kauniyah. Saat belajar kimia bisa dimasuki tuntunan2 islam yg sesuai
sains adalah ayat Tuhan
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Dalam setiap materi kimia dapat dikaitkan dengan kehidupan beragama Islam
sains berkaitan dengan kehidupan beragama
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Ilmu kimia berkaitan dengan kehidupan sehari hari dan Islam mengatur segala hal, termasuk kimia pun ada dlm Al-Quran.
sains berkaitan dengan kehidupan beragama
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Kaidah kaidah kimia sesuai dng ajaran Islam, konsep Energi mengalir dari suhu tinggi ke rendah, sesuai dng zakat/sedekah,
sains berkaitan dengan kehidupan beragama
78
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Orbital pada atom sama dengan tata Surya dsb
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Karena ketika kita mempelajari ilmu tanpa kekuatan agama, ilmu bisa disalahgunakan, sebagai contoh pembuatan bom
sains berkaitan dengan kehidupan beragama
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Proses kimia erat kaitannya dengan sang Pencipta.
sains berkaitan dengan Tuhan
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
banyak ilmu kimia yang sangat berkaitan dengan Islam
sains berkaitan dengan Tuhan
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
hubungan islam dengan kimia sangatlah bagus karena harus ada hubungannya agar kita tdk hanya belajar ilmu alam ilmu agama juga bukan hanya kimia ilmu lainnya juga harus di kaitkan dgn agama
sains berkaitan dengan Tuhan
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Materi kimia berhubungan dengan kehidupan dan islam merupakan ajaran yang menuntun tentang kehidupan
sains berkaitan dengan Tuhan
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Hampir semua materi kimia bisa dikaitkan dengan agama islam
sains berkaitan dengan Tuhan
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
79
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Integrasi, saling mendukung satu sama lain
Sangat kuat kaitannya
Karena yg ada diKimia adalah kehidupan nyata dlm Islam, Aplikasi ciptaan Allah
alam ciptaan Allah
80
2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung
jawab dalam mengajarkan
hubungan antara kimia dan islam?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Guru Agama Islam
Untuk membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara Agama Islam dan Kimia.
islam dan kimia tidk bertentangan
Guru apa saja yang mampu memberi penjelasan
Karena Ilmu Kimia juga mencatut ilmu yg lain
Guru kimia
karena sambil mengajar kimia kita juga perlu komunikasi dgn guru agama mengenai suatu materi yang belum kita ketahui dgn agama misalnya atom.ayat apa yang terdapat di dalamnya dan aplikasinya bagaimana
guru kimia berkomunikasi dengan guru PAI
Guru kimia guru kimia jg org islam Guru kimia juga beragama islam
Guru kimia Yang paling paham hubungan keduanya adalah guru mata pelajaran
guru kimia yang paling paham
Guru kimia
Karena guru kimia yang paling kompeten, tapi tidak menampik jika guru agama pun mengajarkan kimia
guru kimia yang paling paham
Guru kimia guru kimia yang paling paham
Guru kimia Guru kimia yang lebih spesifik untuk mengaitkan ilmu kimia dengan islam
guru kimia yang paling paham
Guru kimia Guru kimia yang faham kimia, Tinggal menyertakan ayat-ayatnya
guru kimia yang paling paham
Guru kimia
yg tahu tentang kimia adalah guru kimia. guru kimia harus mengaitkan ilmu yg diajarkannya dg ajaran islam. guru kimia bisa belajar tentang islam, krn belajar tentang islam adalah kewajiban semua umat islam. tp guru agama tdk bisa belajar kimia tanpa bantuan institusi pendidikan kimia
guru kimia yang paling paham
Guru kimia Yang mengerti kimia adalah guru kimia
guru kimia yang paling paham
81
2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung
jawab dalam mengajarkan
hubungan antara kimia dan islam?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Guru kimia Guru kimia lebih tahu cara mnghubungkan dalil2 yg sesuai dengan materi
guru kimia yang paling paham
Guru kimia
Karena yg tahu kimia ya guru kimia, sehingga lebih baik kita mengajarkan kimia dikaitkan dg Islam agar siswa bisa bertambah pengetahuan ttg islam dan kimia
guru kimia yang paling paham
Guru kimia
Karena yang mampu menghubungkan adalah yang ahli di kedua bidang tersebut
guru kimia yang paling paham
Guru kimia Karena guru kimia lebih tahu akan isi dan keterkaitan
guru kimia yang paling paham
Guru kimia
Karena guru Agam tidak menguasai konsep kimia, sehingga kemungkinan tidak tahu korelasinya
guru PAI tidak dapat menghubungkan kimia
Guru kimia Ilmu kimia spesifik sedangkan ilmu agama fardhu a'in
Ilmu kimia lebih spesifik dari ilmu agama
Guru kimia Dalam kimia banyak berkaitan dengan alquran
kimia berkaitan dengan alquran
Guru kimia sesuai kompetensi masing-masing
sesuai kompetensi
Guru kimia
Guru kimia
Guru kimia
Guru kimia -
Guru kimia
Guru kimia
Guru kimia
Guru kimia
Guru kimia
Guru kimia
Guru kimia yang berintegrasi dengan guru pendidikan agama islam
Guru kimia bertanya kaitan materinya dengan guru pendidikan agama islam, karena belum tentu guru agama islam dapat menjelaskan topik kimia yg akan disampaikan
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya Karena kimia dan islam sangat berkaitan, tidak hanya guru kimia yang
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
82
2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung
jawab dalam mengajarkan
hubungan antara kimia dan islam?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
mengajarkan kaitan kimia dan islam tetapi juga guru agama, sehingga siswa menjadi yakin.
Keduanya
Membuat peserta didik lebih memahami,kalo guru agama menerangkan secara umum,guru kimia menjelaskan secara khusus
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
Saling mendukung dan memberi penjelasan tentang hubungan keduanya akan lebih mudah dipahami siswa
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya Agar saling melengkapi Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya Saling menjelaskan Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
Akan lebih saling mendukung bila keduanya saling menjelaskan dan menghubungkan
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
Guru kimia dan guru agama dapat saling membantu menafsirkan ayat Alquran dan dikembangkan sesuai dengan materi
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
Guru kimia menjelaskan dari sudut pandang sains dan guru agama mencari ayat2 Al Qur'an yg melandasi dasar sains
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
Guru kimia dan guru agama islam hrs bersinergi... guru kimia dpt belajar dg guru agama uslam utk memahami ayat2 yg terkait dg fenomena kimia demikian sebaliknya.
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
Karena guru agama tanpa memahami dasar ilmu kimia jika berhubungan dengan fenomena alam tidak mampu menjwab dengan tuntas.... Tai justru jika saling menyempurnakan maka akan di pahami alasan2 dalam agama... Kenapa dan kenapa dari segi sains atau kimia
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
83
2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung
jawab dalam mengajarkan
hubungan antara kimia dan islam?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Keduanya
Guru kimia perlu mengaitkan kimia dengan islam dalam pembelajaran agar sifatnya lebih kontekstual dan transmisi nilai terjadi secara terus-menerus. Hal tersebut perlu dukungan dari guru agama agar materi pelajaran yang sangat dekat dengan kimia dikaitkan agar pembelajaran menjadi saintifik dan saling mendukung antar setiap mapel
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya Karena penjelasan dari dua belah pihak akan lebih menguatkan
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
guru kimia yg muslim wajib memperdalam keislamannya, guru agama islam wajb mengaitkan pembelajaran keislaman dengan kehidupan sehari-hari salah satunya pelajaran kimia
Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI
Keduanya
Baik guru kimia maupun guru PAI harus bisa memadukan antara ilmu kimia sama ilmu agama
Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam'
Keduanya
Guru agama islam dan guru kimia hndaklah memiliki kompetensi keterkaitan kedua ilmu tsb
Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam'
Keduanya
Setiap guru harus punya wawasan luas serta mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan, agar pembelajaran lebih bermakna
Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam'
Keduanya Siapapun yang memiliki keilmuan wajib untuk mengajarkanmya
guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam
Keduanya Integrasi hanya bisa diajarkan oleh siapapun yang paham keduanya.
guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam
Keduanya Yang lebih memahami persoalan kedua orang tsb
guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam
Keduanya Sdh jelas. other
84
2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung
jawab dalam mengajarkan
hubungan antara kimia dan islam?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Keduanya
Semua guru berkewajiban membimbing siswa supaya mempunyai karakter yg handal
semua guru wajib membimbing karakter siswa
Keduanya Semua guru wajib menghub. materi dg agama
semua guru wajib menghubungkan materi dengan agama
Keduanya Spy tdk ada dualisme ilmu dunia dan ilmu akhirat
supaya tidak ada dualisme
Keduanya
Keduanya
Keduanya
Keduanya
Keduanya
Keduanya
Keduanya
Semua umat islam
Umat islam hrs tau bawa semua ciptaan Allah di alam adalah berkaitan dengan kimia, dan harus di syukuri dengan mempelajarinya, dan tidak menyalah gunakan..
umat islam harus mengetahui bahwa semua ciptaan Allah berkaitan dengan kimia
tidak ada Dari pertanyaan no. 1 sudah dijawab tidak berkaitan.
3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Mungkin
Mungkin
Mungkin
Mungkin Masih terus belajar
Mungkin
Mengajar kimia tanpa memiliki wawasan keislaman,maka tidak akan balance,tidak akan ada kepekaan,kebijakan dlm memberikan pengajaran thd siswa
Mungkin Makin banyak belajar kimia makin berpikir tentang ciptaanNya
Tidak -
85
3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Tidak
Tidak
Ya
Sebagai guru kimia tidak hanya bertujuan siswa bisa kimia tetapi lebih ke pemahaman siswa sebagai mahluk ciptaan Allah dan kesadaran besarnya kekuasaan Allah sehingga mereka bisa bersyukur.
agar siswa bersyukur
Ya
Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan.
bekal dari ajaran agama meyakinkan hubungan islam dan kimia
Ya
Cara pandangnya yang hakiki yaitu Islam akan mempengaruhi pengajaran dan pendidikan kimia yang benar
cara pandang islami berpengaruh pada pengajaran
Ya
Pengetahuan tentang kimia yang ada dalam AlQuran sebisa mungkin disampaikan ke siswa
kewajiban menyampaikan kimia dlam quran
Ya Alquran erat sekali dengan kimia,
kimia berkaitan dengan islam/alquran
Ya
Jelas karena setiap kita memahami materi kimia itu sesuai dengan yg ada dalam al-quran
kimia berkaitan dengan islam/alquran
Ya Sdh pasti dikaitkan dengan kebesaran Allah SWT.
kimia berkaitan dengan islam/alquran
Ya Karena kuat erat kaitannya dalam ilmu kimia
kimia berkaitan dengan islam/alquran
Ya
ya, kimia hanya menjelaskan berdasarkan gejala yang terjadi, Alquran menjelaskan mengapa gejala itu bisa terjadi
kimia berkaitan dengan islam/alquran
Ya Karena antara ilmu dunia dan Al Quran saling berhubungan erat
kimia berkaitan dengan islam/alquran
Ya Selaku muslim kita akan berusaha mengajar sesuai orientasi islam
muslim harus menyesuaikan pengajaran dengan keislaman
86
3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Ya
Setiap sy mengajar pasti sy katkan dg kebesaran Allah SWT, misal ttg atom yg mengelilingi inti ... spt org sdg tawaf di ka'bah.... shg bisa disimpulkan bahwa semua benda terdiri dr atom dan semua bertawaf.
pembelajaran dikaitkan dengan kebesaran Allah
Ya Kalau tidak mengenal agama belajar kimia serasa kurang mendalam
pembelajaran kurang bermakna tanpa integrasi
Ya
jika tidak didasari dg wawasan keislaman akan berhenti sebatas pelajaran biasa yg tidak bermakna
pembelajaran kurang bermakna tanpa integrasi
Ya
Kalau kita mmpunyai pengetahuan yang cukup dalam Islam siswa lebih tertarik dan merasa lebih brmakna belajar kimia
pembelajaran lebih bermakna dengan integrasi
Ya
Karena dengan dengan melalukan pendekatan islam dan apa2 hukum dalam islam d tinjau dari aspek kimia.... Akan lebih mendekatkan dan lebih di senangi siswa
pembelajaran menyenangkan dengan integrasi
Ya
setiap yang diajarkan dikaitkan dengan kekuasaan Alloh supaya kita tidak sombong , dan anak2 tidak mengeluh mengapa harus belajar kimia
pembelajaran tanpa mengeluh bila ada integrasi
Ya
Sedapat mungkin anak2 tidak sekedar dapat ilmu dunia tapi akhiratnya juga krn hal itu yg bermanfaat dlm jangka panjang
pengajaran ilmu dunia dan akhirat
Ya Saya tdk mungkin mengajarkan ilmu yg bertentangan dg islam.
tidak mengajari yang bertentangan
Ya
Dengan mengetahui ajaran agama Dan juga ilmu kimia maka kita bIsa lebih memahami kebenaran agama shg lebih meningkatkn iman kita yang bisa kita sampaikan juga ke anak didik kita
wawasan islam dan kimia menunjang keimanan
87
3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Ya Saya lebih menyadari kebesaran Allah setelah mengajar kimia
wawasan islam menunjang kesadaran akan kebesaran Allah saat mengajar
Ya Untuk mendidik anak yg berakhlak
wawasan islam menunjang pendidikan akhlak
Ya Untuk pendidikan karakter wawasan islam menunjang pendidikan karakter
Ya
Degan memahami islam analogi bahkan fakta nyata bisa dikaitkan dalam pembelajaran
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Karena wawasan Keislaman yg luas tentu bisa menjelaskan keislaman secara luas
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Karena terkadang akan memberikan ilustrasi berdasarkan ajaran islam sejauh yg dapat dijelaskan
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Dah pasti...ilmu yg diajarkan sesuai dgn pemahamankita terhadap agama...semua hrs merujuk kpd rasa syukur pd Allah SWT
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Makin banyak wawasan ke islam an seseorang,maka ia pun bisa mengaitkan pembelajaran kimia dengan islam
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Pengetahuan agama yg baik sgt mendukung kemampuan mengaitkan ilmu kim dg kebesaran Allah
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Semakin dalam kita memahami islam maka semakin mudah untuk mengaitkan nya.
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Semakin banyak ilmu agama, semakin mudah mengaitkan dengan ilmu kinia
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Kadang dalam memberi analogi dalam pembelajaran berhubungan dengan agama.
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Semakin luas wawasan keislaman dan kimia, maka semakin yakin dengan kebenaran Islam
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
88
3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Ya semakin luas wawasan maka cara mengajar semakin baik
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Sangat jelas karena dg pemahaman ttg islam yang luas akan mempengaruhi cara kita mengajar kimia dg tetap nemasukkan nilai2 keislaman
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya Karena berwawasan guru mudah mengkorelasikan materi kimia dan Islam
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
Ya
Ya
Ya sy mengajarkan menurut islam
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
iya..semakin tahu tentang ayat yang berhubungan dgn kimia kita bisa mengaplikasikan dlam kehidupan sehari-hari dengan baik
wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia
4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai
mengajarkan hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Disetiap awal pljrn
Jika ada bagian sejarah kimia yang menyebut tentang ilmuwan muslim.
Tidak perlu.
89
4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai
mengajarkan hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Jika ada topik yang mendukung
Topik yang menarik dan jika kls yg dimasuki kelas homogen...islam
2 alasan
Jika ada topik yang mendukung
Sebenarnya jawaban lebih dari 1 krn sewaktu2 kita bisa mengajarkan hubungannya, entah krn topiknya sesuai atau krn siswa yg minta
2 alasan
Jika ada topik yang mendukung
Ya karena ada keterbtasan saya memahami islam nya
ada keterbatasan memahami islam
Jika ada topik yang mendukung
banyak topik kimia yang berhubungan dengan ayat ayat atau tanda tanda kebesaran Alloh swt. contoh sederhana kata kimia berasal dari bhs arab yang notanen bahasa alqur,an dan islam.
banyak topik kimia yang berhubungan dengan islam
Jika ada topik yang mendukung
Setiap materi saya coba untuk mengajarkan anak akhlak dan budi pekerti serta kebesaran Tuhan.
materi dikaitkan dengan pengajaran akhlak
Jika ada topik yang mendukung
Tidak bisa dipaksakan, ketika ada topik yang sesuai dengan pemahaman saya maka itu bisa dikaitkan.
materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Ya jika ada topik yg mendukung pasti akan sy kaitkan dg kebesaran Allah SWT
materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang bisa dihubungkan dengan Agama Islam dan saya mengetahui dan memahaminya.
materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Di sesuaikan dg bahasan materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Setiap ada topik yg berhubungan dng ajaran Islam langsung di hubungkan
materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
karena memang ada beberapa topik kimia yang langsung berkaitan dengan ayat-ayat alquran
materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Sesuaikan dengan pokok bahasan
materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Menyesuaikan dengan topik yang mendukung
materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
90
4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai
mengajarkan hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Jika ada topik yang mendukung
Disesuaikan materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Ya materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Ada hubungannya other
Jika ada topik yang mendukung
Pada materi atom contohnya. other
Jika ada topik yang mendukung
karena pemahaman anak didik bervariasi sehingga cara yg tepat dan aman dari segi konsep kimianya yaa dg cara seperti pilihan diatas
pemahaman siswa berbeda
Jika ada topik yang mendukung
Dengan topik yang mendukung lebih memperkuat dalam mengajar
penjelasan lebih kuat jika topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Supaya tidal ngaco penjelasannya
penjelasan tidak kacau jika topik sesuai
Jika ada topik yang mendukung
Sebenarnya semua topik mendukung apalagi dalam K 13 di KI 1 sdh ada.
semua topik mendukung dr ki 1
Jika ada topik yang mendukung
Karena tdk semua materi kimia yg dapat dikaitkan secara langsung dg Islam
tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam
Jika ada topik yang mendukung
Tdk selalu bisa dipaksakan untuk mengaitkan setiap materi dg islam, tp kalau secara umum memang selalu terkait, tp kita kan tdk perlu selalu mengaitkan kalau sifatnya umum, selalu dlm alasan yg sama
tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam
Jika ada topik yang mendukung
Karena tidak semua topik kita punya referensi yang tepat..
tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam
Jika ada topik yang mendukung
Karena biasanya topik yg pas membantu lebih mudah dalam memberikan pembahasan wawasan keislaman
topik yang cocok mempermudah penjelasan
Jika ada topik yang mendukung
Karena waktu tidak cukup maka hanya dikaitkan jika sampai pada topik yang berkaitan langsung
waktu tidak cukup jika semua materi kimia dikaitkan dengan islam
Jika ada topik yang mendukung
91
4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai
mengajarkan hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
-
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung
Jika ada topik yang mendukung dan juga ada pada buku teks
Kadang kita teringat ketika ada topik yang mendukung dan ada pada teks.
dikaitkan jika ada topik sesuai
Jika terdapat di buku teks
Siswa bisa membaca buku berulang ulang yg bisa menyentuh ke perasaan dan
92
4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai
mengajarkan hubungan Islam dan
kimia?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
pikiran
kapan saja dari mana saja saya bisa masuk
kapan saja
Kemampuan unt menghubungkan islam dan kimia sgt ptg unt menambah motivasi anak2
Kapan saja tidak menentu
Biasanya pada saat memberikan analogi agar materi kimia menjadi kontekstual atau pada saat materi yang mendukung.
Sebanyak mungkin, sesering mungkin..
Setiap materi Tiap materi selalu berusaha dihubungkan
semua materi kimia dikaitkan dengan islam
Setiap materi yang diajarkan
Pada dasarnya kimia menjelaskan kebesaran Allaah
kimia menjelasakan keberasan Allah
Setiap mengajar Kita belajar karena Allah..
Setiap Mengajar Kimia Karena menuntut ilmu dan mangajarkannya termasuk ibadah
semua materi kimia dikaitkan dengan islam agar bernilai ibadah
Setiap mengajar, karena integrasi AL AZHAR (ciri khas)
Setiap saat Semua termasuk kimia ada kaitannya dengan islam
semua materi kimia dikaitkan dengan islam
karena saya mengajar di sekola islam terpadu yang menggunakan ktsp berpadu dgn jsit yang menuntut para guru menyusun rpp yg didalamya ada ayat yang berhuhungan dgn materi kimia. tapi banyak materi yang saya ajarkan sebagian saya belum dapat materi yang berhubungan dengan kimia
integrasi sudah dicantumkan di kurikulum sekolah
Sebaiknya disetiap topik pembelajaran,sbg wujud bersyukur thd Allah SWT bahwa setiap materi pwmbelajaran kimia memiliki manfaat utk khidupan mns,jk dipergunakan secara bijak
semua materi kimia dikaitkan dengan islam agar siswa bersyukur
93
5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau
khawatir saat Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Tidak
Karena kita mengajarkan dari ilmu kimia, yang sedikit banyak sudah di kuasai oleh non muslim, tetapi sudah di deklarasikan
ilmu kimia sudah dikuasai non muslim
Tidak Jika yang disampaikan salah barulah khawatir
takut salah
Tidak
Saya justru khawatir jika materi dipaksakan Islami. Keteraturan struktur kemudian dibantah oleh ketidakpastian dalam mekanika kuantum. "Jadi Allah menciptakan keteraturan atau ketidakberaturan?" Kalau agama diyakini benar, tidak patut menjadi alasan untuk membuat sains menjadi salah. Tidak mematuhi metode ilmiah.
tidak ingin memaksakan pengaitan kimia dan islam
Tidak sy yakin dan tdk khawatir tolak
Tidak
Karena memang benar adanya dan terdapat dalam kitab suci AlQuran serta dalam sejarah cendekiawan muslim
tolak
Tidak Krn antara teori kimia dan Kajiam Islam justru saling mendukung
tolak
Tidak
Mengajarkan isu kimia islam malah akan mengingatkan kembali hakikat siswa sbg manusia, sehingga semakin tertarik dg kimia
tolak
Tidak Saya tidak khawatir tolak
Tidak Karena tdk ada yg perlu dikahawtirkan
tolak
Tidak Islam adl bnr dan haq, tinggal bgmn manusia
tolak
94
5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau
khawatir saat Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
mampu memahaminya
Tidak Karena itu adalah kebenaran yang nyata.
tolak
Tidak Semuanya bisa sejalan tolak
Tidak
Ada keyakinan bahwa islam itu benar, dan bahwa alam itu sunatullah, berjalan sesuai kehendak Allah yg maha benar, tdk berubah_ubah dan logis
tolak
Tidak Justru bangga kalo bisa menghubungkan kimia dan islam
tolak
Tidak Jangan khawatir dengan kebenaran islam
tolak
Tidak
tidak ragu dan khawatir karena memperjelas tanda-tanda kekuasaaan Alloh yang belum diketahui ooleh siswa
tolak
Tidak Yakin karena segala sesuatu ada sisi negatif dan positif
tolak
Tidak
Keyakinan akan Islam menjadi hal yg ada dalam guru yang mengerti kimia dan islam
yakin jika ada ilmu
Tidak
Sebelum menyampaikan ke siswa, diskusi dahulu dengan yang lebih mengerti tentang islam, dan membaca banyak referensi
yakin jika ada ilmu
Tidak Sesuai dengan fakta
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak -
Tidak
Tidak
Tidak
95
5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau
khawatir saat Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Karena siswa meyakini bahwa dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan adalah untuk kemaslahatan umat..namun ada pihak2 yg tdk brtanggung jawab menyalahgunakannya.
ada pihak yang menyalahgunakan
Tidak
Tidak
Tidak Apa adanya saja
Tidak
Tidak
Ya Karena memang sesuai dengan agama islan
ada hubungan antara islam dan kimia
Ya
saya yakin, kimia saja dari bahasa arab, tentang penciptaan alam semesta, atom dan kesetimbangan alam pasti bersesuaian dengan alquran. jika alquran bertentangan dengan ilmu berarti alquran punya kelemahan dan itu artinya bukan wahyu. Tapi sampai sekarang tidak ada temuan ilmu yang bertentangan dengan alquran.
ada hubungan antara islam dan kimia
Ya Yakin bahwa ilmu kimia berhubungan dengan islam
ada hubungan antara islam dan kimia
Ya Sdh yakin ad hubungannya dengan penciptaan..
ada hubungan antara islam dan kimia
Ya Yakin, karena pada dasarnya ilmu kimia telah tersirat dalam Al-Qur'an,
ilmu kimia ada dalam al quran
96
5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau
khawatir saat Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
hanya perlu digali dan dikaji lebih dalam lg
Ya Ya, karena sebagian besar teori terdapat dlm Al Qur'an
ilmu kimia ada dalam al quran
Ya Dipengaruhi oleh wawasan keIslaman
karena ada wawasan islam
Ya
Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan.
karena ada wawasan islam
Ya
Kadang ada rasa khawatir dlm mengajarkannya, krn tdk semua siswa sy beragama islam ...
karena agama siswa tidak homogen
Ya
merasa yakin karena semua ada penjelasannya di Al-qur'an, tetapi dalam level tertentu kita menjelaskan kepada anak didik dg bahasa anak yg mudah dimengerti ( itu pengalaman saya selama ini ) contoh kesetimbangan alam dalam hal ini 3 fase air (kok pertanyaan no 5 ambigu)
konsep kimia ada dalam al quran
Ya tidak..saya yakin ayat Alquran tidak ada salahb
quran tidak mungkin salah
Ya
Saya yakin dengan dalil di Alquran/agama siswa lebih mudah memahami dan meyakini teori atau konsep kimia.
siswa lebih paham kimia dengan dalil alquran
Ya Khawatirnya cuma pada ketakutan munculnya miskonsepsi
takut miskonsepsi di kelas
Ya Takut tidak sesuai dg yang sebenatnya
takut salah
97
5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau
khawatir saat Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Ya
Yakin jika kesesuai ini saya kuasai baik materi kimia maupun ayat2 al- quran atau haditsnya
yakin jika ada ilmu
Ya
Ya
Ya
Ya Yakin
Ya
Ya Karena Ada yang kimia Karena alquran
Ya
Ya
Ya
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Dengan orientasi Islam
Do alquran juga dibahas quran sudah membahas kaitan islam dan kimia
Dengan orientasi sains-islam
Biar konsep yg disampaikan bisa diterima secara saintifik tetapi sesuai dengan ajaran Islam
agar bisa diterima sains dan islam
98
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Dengan orientasi sains-islam
Ada keterkaitan antara sains dan islam,justru siswa hrs lebih memahami bahwa adanya penciptaan alam smt,atom,kes.alam hrs menambah keyakinan siswa thd islam
agar menambah keyakinan siswa
Dengan orientasi sains-islam
untuk membiasakan pola berpikir anak didik agar tidak kaku (saklek)
agar pola pikir siswa tidak kaku
Dengan orientasi sains-islam
Supaya lebih seimbang dan benar
agar seimbang antara kimia dan islam
Dengan orientasi sains-islam
Dgn sains ank lbh cpt mengerti, dan akan menyadari kebesaran Allah
agar siswa lebih mengerti
Dengan orientasi sains-islam
Keduanya dihubungkan spy siswa yg tdk bingungana yg bnr anta islam atau sains
agar siswa tidak bingung
Dengan orientasi sains-islam
Spt alasan ttg titik didih air yg memiliki ikatan hidrogen
contoh
Dengan orientasi sains-islam
mengaitkan dan memberikan contoh tokoh tokoh sainstist islam seperti ibnu sina ibnu rusyid, ibnu khaldun dsb
contoh
Dengan orientasi sains-islam
Selagi bisa kita mengaitkan dengan ajaran islam, maka akan diajarkan sesuai dengan orientasi islam
dikaitkan selagi bisa
Dengan orientasi sains-islam
Islam adalah agama yg lenkap dalam memberikan pelajaran bagi umatnya semua ada analisis dan kaitannya. baik secara ilmiah atau keislaman itu sendiri
islam itu lengkap
99
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Dengan orientasi sains-islam
Kita ajarkan teori kimianya lalu kita katakan di dalam al quran dijelaskan tentang atom
kimia diajarkan terlebih dahulu lalu dikaitkan dengan quran
Dengan orientasi sains-islam
Lebih mudah disampaikan Lebih mudah disampaikan
Dengan orientasi sains-islam
Lebih mudah di pahami Lebih mudah disampaikan
Dengan orientasi sains-islam
murid lebih bisa nerima penjelasan
murid lebih menerima
Dengan orientasi sains-islam
Sesuai dengan hand book Dan quran
paduan handbook dan quran
Dengan orientasi sains-islam
Sains di hubungkan dengan keislaman, misalnya materi tentang atom yang dihubungkan denga ayat Al-Quran yg terkait
sains dihubungkan dengan islam
Dengan orientasi sains-islam
Jelas sain islam sehingga apa yg diteorikan para ilmuwan sesuai dg islam
sains sesuai dengan islam
Dengan orientasi sains-islam
nyambung aja.. pengetahuan dan agama saling berhubungan..
kimia dan islam saling berhubungan
Dengan orientasi sains-islam
Karena saling mendukung satu sama lain
kimia dan islam saling dukung
100
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Dengan orientasi sains-islam
Siswa diharapkan dapat selalu berorientasi dunia dan akhirat yg bisa disederhanakan sebagai sains dan Islam.
siswa berorientasi dunia akhirat
Dengan orientasi sains-islam
Keduanya tidak bisa dipisahkan
islam dan kimia tak bisa dipisahkan
Dengan orientasi sains-islam
Karena tidak dapat berdiri sendiri
islam dan kimia tidak independen
Dengan orientasi sains-islam
Banyak temuan baru yang sebenarnya sudah dijelaskan 14 abad yang lalu di dalam alquran. dan sebaliknya banyak temuan baru yang justru memperkuat kebenaran ayat ayat dalam alquran
temuan ilmiah kimia membenarkan ayat quran
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
101
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Itu yang seharusnya
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Lebih baik
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi sains-islam
Dengan orientasi saintifik
Kalau saintifik berarti logis, kalo logis berarti islami, krn islam itu logis
saintifik adalah ciri islami
102
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
mengajarkan materi yang mengandung
isu islam-kimia (misalnya: sejarah
kimia dan penciptaan alam semesta, atom,
kesetimbangan alam)?
Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data
Dengan orientasi saintifik
Isu islam dijadikan sebagai pendukung dan penegasan terhadap sains.
kimia dan islam saling dukung
Dengan orientasi saintifik
Dengan orientasi saintifik
-
Dengan orientasi saintifik
Dengan orientasi saintifik
Dengan orientasi saintifik
Dengan orientasi saintifik
Dengan orientasi saintifik
Orientasi islam-sains Islam terlebih dahulu maka cara berfikir kimia menjadi benar
dahulukan pola pikir islam
sains ktsp karena disekolah masih menggunakan ktsp
ikut aturan sekolah
Sambil lalu...
7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti
workshop atau seminar atau
membaca artikel yang mengulas
integrasi Islam-kimia dan cara
mengajarkannya?
Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau
membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara
mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop,
seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu
baca tersebut!
Reduksi Data
Tidak
Tidak
103
7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti
workshop atau seminar atau
membaca artikel yang mengulas
integrasi Islam-kimia dan cara
mengajarkannya?
Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau
membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara
mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop,
seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu
baca tersebut!
Reduksi Data
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak -
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak saya hanya menggunakan beberapa reverensi buku, salah satunya yaitu buku ilmiah islam menuju iman
buku
Tidak blm pernah
Tidak -
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
104
7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti
workshop atau seminar atau
membaca artikel yang mengulas
integrasi Islam-kimia dan cara
mengajarkannya?
Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau
membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara
mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop,
seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu
baca tersebut!
Reduksi Data
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Justru yg sy inginkan workshop, seminar, atau artikel kimia yg berkaitan dg islam, krn sepertinya untuk workshop atau seminar sy blm pernah mendengarnya..
request
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya Dengan membaca buku-buku yg populer mengupas kajaian sains dan islam
buku
Ya buku buku imtaq dari dkinas buku
Ya
Ya Workshop pengajaran kimia dengan imtaq
workshop
Ya
Ya Cuma buku yang berhubungan dengan sains.
buku
Ya
Saya membaca artikel di media internet dan video melalui youtube dan disanalah berbagai fenomena alam bisa menunjukkan kebenaran Islam.
internet
Ya Buku dan video karya harun yahya buku dan video
Ya
Ya
Ya
kaitan imtaq dan iptek di era kurikulum 98 dan 2004 dalam silabus dicantumkan ayat alqur'an dan matri yang sesuai
kurikulum dan silabus
Recommended