View
120
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
TUGAS EPIDEMIOLOGI
LAPORAN SURVEI EPIDEMIOLOGIS CAMPAK
Dosen Pengampu: Sri Wahyuni Mamat, S.Kp. Ns
Disusun Oleh :
1. Alfatihatun Nisa (P17424109054)
2. Catur Anita Sari (P17424109057)
3. Dhesi Wulandari (P17424109062)
4. Daru Dwi Damayanti (P17424109058)
5. Elfa Puspitanigrum (P17424109065)
6. Fika Tri Setyaningrum (P17424109068)
7. Kurnia Safitri (P17424109073)
8. Rina Risqiati (P17424109084)
9. Trijayanti (P17424109087)
10. Tri Hendrayani (P17424109086)
11. Vaniati Yusi Arista (P17424109088)
12. Wilda Oki Sofiana (P17424109092)
13. Wening Dwijayanti (P17424109091)
PRODI D III KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2011
A. JUDUL LAPORAN
LAPORAN SURVEI EPIDEMIOLOGI KAJIAN DATA CAMPAK
DI PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1994 – 1996
ANALISA :
Judul laporan “LAPORAN SURVEI EPIDEMIOLOGI KAJIAN DATA
CAMPAK DI PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1994 – 1996” sudah
sesuai dengan kriteria penulisan judul laporan dalam pencatatan dan pelaporan
epidemiologi yaitu sudah memuat survei penyelidikan yang dilakukan, tempat
pelaksanaan survei dan bilamana survei dilaksanakan.
B. PENDAHULUAN
Kesepakatan pertemuan The World Health Assembly (WHA) dan
The World Summit for Children, bertujuan menanggulangi penyakit
campak secara bertahap. Pada tahun 1995 angka kesakitan campak akan
diturunkan sebesar 95 % dari angka sebelum dilaksanakannya program
imunisasi.
Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian campak
tersebut, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya antara lain
melakukan uji coba program reduksi campak di kabupaten Serang pada
tahun 1994. Pada tahun berikutnya program reduksi campak tersebut telah
dilaksanakan diseluruh Indonesia secara bertahap dan beberapa propinsi
mulai melaksanakannya secara intensive diantaranya adalah propinsi Jawa
Barat. Sasaran yang ingin dicapai program tersebut adalah tercapainya
angka kesakitan campak usia balita 50/10.000 dan angka kematian
2/10.000 penduduk di Bali, Jawa dan Sumatera pada tahun 1995 dan
diseluruh Indonesia pada tahun 2000.
Pengkajian data campak di propinsi Jawa Barat ini diharapkan
dapat memberikan gambaran situasi campak / KLB di propinsi tersebut,
sebagai bahan untuk merencakan langkah – langkah intervensi dan
evaluasi oleh program terkait bilamana diperlukan.
Disadari, laporan ini masih terdapat kekurangan – kekurangan,
baik dari sisi maupun kedalaman analisisnya, maka untuk
penyempurnaanya saran / masukan terutama dari program terkait, sangat
diharapkan.
ANALISA :
Pendahuluan laporan diatas sudah sesuai dengan kriteria penulisan
karena sudah diuraikan sebab atau alasan – alasan untuk melaksanakan survei
yaitu upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian campak tersebut,
Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya antara lain melakukan uji
coba program reduksi campak di kabupaten Serang pada tahun 1994,
memberikan gambaran situasi campak / KLB di propinsi tersebut, sebagai
bahan untuk merencakan langkah – langkah intervensi dan evaluasi oleh
program terkait bilamana diperlukan, sudah dituliskan peristiwa-peristiwa
yang terjadi seperti Kesepakatan pertemuan The World Health Assembly
(WHA) dan petugas yang melakukan survei.
C. LATAR BELAKANG
1. GEOGRAFI
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa.
Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di
timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di
barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian
tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian
pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik
tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat
daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai
Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa. Iklim di
Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung
Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm
per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai
5.000 mm per tahun.
2. DEMOGRAFI
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia, 16 persen
dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di
Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABOTABEK
(sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan
berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total
nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada
bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri
manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor
pelayanan (29%). Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku
Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di beberapa kota di
pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip
dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan
dengan DKI Jakarta seperti sebagian Bekasi, sebagian Depok, dan
Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan bahasa Indonesia dialek
Betawi.Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan
dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah
JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup
di pedesaan yang tersisa. Populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565
jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km
persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per
tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan
2,02% per tahun. Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan
kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama
berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita
menggunakan Bahasa Sunda.
Komposisi penduduk Propinsi Jawa Barat menurut struktur umur
dan jenis kelamin dapat digambarkan dengan jelas oleh piramida
penduduk. Piramida penduduk juga dapat menunjukkan distribusi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Selain itu piramida
penduduk dapat menunjukkan tingkat perkembangan penduduk pada
setiap kelompok umur yang berbeda. Berdasarkan gambar piramida
penduduk Propinsi Jawa Barat di atas terlihat adanya penurunan
tingkat fertilitas selama kurun waktu lima tahun terakhir, hal ini
terlihat dari perbedaan panjang batang piramida kelompok umur 0-4
tahun yang sedikit lebih pendek dibandingkan kelompok umur 5-9
tahun.
Penduduk Propinsi Jawa Barat tergolong penduduk muda menuju
"transisi". Hal ini diperlihatkan oleh panjang batang piramida untuk
kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14 tahun yang sedikit lebih panjang dari
kelompok umur lainnya. Golongan penduduk muda biasanya
diperlihatkan dengan panjang batang piramida kelompok umur 0-4, 5-
9, 10-14 tahun lebih panjang dari kelompok umur lainnya dan batang
piramida untuk kelompok umur 60 tahun ke atas yang cukup pendek.
Artinya, ada kecenderungan komposisi penduduk Propinsi Jawa Barat
di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usaha
produktif, dengan terus menurunnya tingkat fertilitas dan cukup
baiknya derajat kesehatan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten memiliki
pekerjaan besar untuk terus mengawal perkembangan penduduk
secara terintegratif dan berkelanjutan agar terbentuk masyarakat yang
berkualitas dengan capaian kualitas kesehatan, pendidikan dan
ekonomi yang terus meningkat.
3. SOSIAL EKONOMI
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi
untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit,
pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas
bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa
Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor
manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%),
totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih
menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional,
berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil
tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai
total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama
tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya
adalah besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen
pesawat dan lainnya.Nilai budaya sebuah masyarakat bisa dilihat dari
kehidupannya sehari-hari. Banyak aspek yang bisa ditemukan dalam
masyarakat untuk mengetahui lebih banyak tentang budayanya. Begitu
pula Budaya Masyarakat Jawa Barat. Sistem kekerabatan orang Sunda
banyak dipengaruhi oleh adat yang diteruskan secara turun temurun
berdasarkan agama Islam, unsur adat dan agama terjalin erat menjadi
adat kebiasaan dan kebudayaan orang sunda.
Perkawinan di Tanah Sunda misalnya dilaksanakan baik secara adat
maupun secara agama Islam. Dalam penyelenggaraan perkawinan itu
terdapat upacara - upacara adat yang bercampur dengan unsur agama
Islam. Upacara adat yang bercampur dengan agama Islam antara lain :
o Keluarga batih (terdiri dari suami, isteri dan anak - anak)
o Matrilokal (sesudah menikah masih tetap tinggal dalam satu rumah
bersama orangtua).
o Dufur, baraya deukeut, baraya jauh (sekelompok kerabat yang masih
sadar akan kekerabatannya).
o Bondoroyot (diorientasikan oleh seorang Ego kepada nenek
moyangnya yang jauh di masa lampau).
o Nama panggilan ayah biasanya berdasarkan nama anaknya yang
tertua atau yang pertama.
Sistem Kemasyarakatan
Beberapa pengelompokan utama pada orang sistem masyarakat
sunda berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:
o Berdasarkan tempat : adanya orang Sunda dari berbagai daerah,
misalnya orang Sunda Bogor, Priangan, Cirebon, Karawang dan
sebagainya.
o Berdasarkan keadaan materi : adanya lapisan anu beunghar (kaya)
dan lapisan sangsara (miskin).
o Berdasarkan prestise feodalistis : adanya orang Sunda "menak'
(bangsawan) dan "cacah/somah" (rakyat biasa), orang Sunda terpelajar
dan bukan terpelajar.
o Berdasarkan profesi mata pencaharian : pegawai negeri, pengusaha,
pedagang, petani, buruh, nelayan dan lain - lain.
ANALISA :
Latar belakang yang dicantumkan sudah diuraikan mengenai daerah, tempat
dilaksanakan survei, meliputi : karekteristik geografi dari daerah Jawa Barat,
karakteristik demografi yaitu jumlah penduduk, distribusi menurut umur, dan
jenis kelamin. Karakteristik sosial ekonominya juga sudah dicantumkan mengenai
distribusi penghasilan, jenis pekerjaan, kebiasaan, dan adat istiadat.
D. TUJUAN SURVEI
1. Umum : Mengetahui situasi penyakit campak, permasalahan dalam
reduksi campak dan upaya – upaya penanggulangannya.
2. Khusus : Mengetahui
a. Distribusi kasus dan kematian campak menurut golongan umur tahun
1992 – 1996
b. Kecenderungan angka insiden campak menurut golongan umur dan
cakupan imunisasinya tahun 1994 – 1995
c. Frekuensi, jumlah kasus/ kematian campak pada KLB di beberapa
dati II propinsi Jawa Barat tahun 1995 – 1996
d. Mengetahui daerah resiko tinggi dan langkah - langkah pelaksanaan
SKD – KLB serat permasalahannya
ANALISA :
Tujuan survei sudah menyebutkan maksud dan bentuk pelaksanaan kegiatan : yang
mencakup evaluasi program, investigasi kasus atau kegiatan penelitian
E. METODE SURVEI
1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk pengkajian ini adalah data
sekunder yang dikumpulkan dengan cara :
a. Mengumpulkan laporan rutin penyakit/ kematian campak dari
puskesmas dan rumah sakit yang ada di kanwil dan Dinas
Kesehatan propinsi Jawa Barat.
b. Mengumpulkan laporan KLB campak dari hasil investigasi KLB.
c. Wawancara dan dengar pendapat dengan pelaksana dan
penanggung jawab program P2M/ reduksi campak di Kanwil dan
Dinas kesehatan propinsi Jawa Barat
2. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dalam bentuk tabel,
grafik atau peta dan analisa deskriptif
ANALISA :
Sudah menguraikan mengenai penyakit atau penderita yang diselidiki dan tata
cara pelaksanaan survei,sudah mencakup batasan penyakit atau penderita, sample
yang diperiksa , cara pengambilan sample, siapa saja yang dijadikan responden,
peralatan yang akan digunakan, waktu pelaksanaan survei.
F. HASIL SURVEI
1. Kelengkapan Laporan
Tabel. 1.
PERSENTASE KELENGKAPAN LAPOARAN
SST RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS PROP. JAWA BARAT
TAHUN 1992 – 1995
NO. TAHUN Jenis Laporan (%)
R12al R12bl Lb1l
1.
2.
3.
4.
1992
1993
1994
1995
45,5
33,3
70,5
55,3
46,2
34,2
70,5
55,3
87,1
71,4
88,7
64,2
Sumber : Laporan SST Puskesmas dan RS
Subdit Surveilans/ Dinkes Dati II Jawa Barat
Dari tabel 1, persentase kelengkapan laporan rutin dari Rumah Sakit rata
– rata masih rendah. Tetapi kelengkapan laporan dari puskesmas lebih
baik.
2. Jumlah Kasus Campak Menurut Golongan Umur
Tabel. 2.
PROPORSI DAN DISTRIBUSI KASUS CAMPAK
MENURUT GOLONGAN UMUR
DI PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1992 – 1996
NO. TAHUN < 1 TH 1 – 4 5 – 14 > 15 TOTAL
1. 1992 2.045
(10,6%)
7.418
(38,5%)
7.087
(36,8 %)
2.713
(14,1 %)
19.263
(100 %)
2. 1993 2.161
(12,3 %)
6.736
(38,3 %)
6.122
(34,8 %)
2.575
(14,6 %)
17.594
(100 %)
3. 1994 1.737
(10,6 %)
5.911
(36,0 %)
6.433
(39,2 %)
2.330
(14,2 %)
16.411
(100 %)
4. 1995 1.582
(11,6 %)
5.241
(38,4 %)
5.120
(37,6 %)
1.680
(12,4 %)
13.630
(100 %)
5. 1996 * ) 376
(11,8 %)
1.301
(40,9 %)
1.138
(35,7 %)
369
(11,6 %)
3.184
(100 %)
Sumber : Laporan SST RS dan Puskesmas
Keterangan : *) sampai dengan bulan Maret
Dari tabel 2, terlihat proporsi kasus campak selama tahun 1992 – 1996
kurang lebih 50 % pada anak usia < 5 tahun.
3. Proporsi jumlah kasus menurut sumber laporan
Tabel. 3.
PROPORSI JUMLAH KASUS CAMPAK
MENURUT SUMBER LAPORAN PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT
PROPINSI JAWA BARAT, TAHUN 1992 – 1995
NO. TAHUN PROPORSI JUMLAH KASUS
MENURUT SUMBER LAPORAN
Rumah Puskesmas Jumlah
Sakit
1. 1992 2.323
(12,05 %)
16.940
(87,95 %)
19.263
2. 1993 2.432
(13,82 %)
15.162
(86,10 %)
17.594
3. 1994 2.313
(14,10 %)
14.098
(85,90 %)
16.411
4. 1995 2.255 11.375 13.630
Jumlah 9.323
(13,94 %)
57.575
(88,06 %)
66.898
(100,0 %)
Sumber : Laporan SST Puskesmas dan RS
Subdit Surveilans/ Dinkes Dati I Jawa Barat
Pada tabel 3, selama tahun 1992 – 1995 sebagian besar kasus campak
(88,06 %) dilaporkan oleh puskesmas.
4. Angka insiden campak
Tabel. 4.
ANGKA INSIDEN CAMPAK MENURUT GOLONGAN UMUR
PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1992 – 1995
Sumber : Laporan SST RS dan Puskesmas
Kanwil/ Dinas Kes. Tingkat I
Dari tabel 4, angka insiden campak usia < 5 tahun yang
dilaporkan oleh puskemas dan rumah sakit selama tahun 1992 – 1995
berkisar antara 14,90 – 21 per 10.000 penduduk.
5. Cakupan Imunisasi Campak per Dati II
Tabel. 5.
NO. TAHUN < 1 TH 1 – 4 < 5 5 - 14
1. 1992 23,05 20,70 21,20 7,90
2. 1993 23,70 18,80 19,80 6,80
3. 1994 18,50 16,60 16,90 7,20
4. 1995 15,90 14,50 14,90 5,70
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PER DATI II
PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 1992-1995
NO DATI II CAKUPAN IMUNISASI (%)
1992 1993 1994 1995 1996 *)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Serang
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Bekasi
Karawang
Purwakarta
Subang
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Sumedang
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Cirebon
Kuningan
Majalengkang
Indramayu
Kodya bogor
Kodya sukabumi
Kodya bandung
Kodya Cirebon
Kodya tangerang
99,90
103,0
91,40
108,10
104,60
87,60
90,80
90,30
97,30
103,10
91,90
89,40
98,90
88,90
94,70
92,50
91,10
100,50
103,50
95,60
116,10
115,20
105,30
95,60
x)
92,65
82,38
91,70
88,0
93,40
92,83
90,85
91,61
94,51
102,40
93,46
81,37
95,05
91,30
92,88
88,29
93,58
96,70
97,99
92,16
89,18
98,91
82,43
88,25
-
93,0
78,20
93,80
109,0
90,40
90,70
91,40
94,30
90,50
99,10
83,30
89,70
91,40
87,10
94.40
83,70
89,60
99,30
93,50
94,20
77,20
82,60
90,40
91,50
93,40
100,40
89,03
87,10
107,50
101,60
92,27
98,80
98,43
93,01
106,20
104,10
90,95
85,93
93,18
90,38
87,06
91,65
92,77
90,30
92,49
87,15
72,06
84,57
92,47
104,50
15,91
12,96
14,02
14,89
14,84
10,35
15,48
16,11
14,04
13,26
13,66
13,23
14,02
13,74
14,53
14,44
16,76
19,43
16,33
14,54
11,58
32,37
15,25
13,35
14,80
RATA_RATA 98,14 91,09 91,90 94,86 14,36
Sumber : Kanwil Depkes. Propinsi Jawa Barat
Keterangan : *) Bulan April & Mei 1996.
x) Masih bergabung dengan kab. Tangerang
Dari tabel 5, rata-rata cakupan imunisasi campak tahun 1992-
1995 mencapai > 90%, pada periode tahun tersebut.
6. Angka Fatalitas kasus (CFR) campak rawat inap rumah sakit.
Tabel. 6.
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN CAMPAK DI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT DALAM PROPINSI JAWA BARAT
TAHUN 1992-1995
Sumber : laporan SST RS Kanwil Depkes. Jabar.
pada tabel 6, tidak ada kematian kasus campak di rawat inap
rumah sakit selama tahun 1992-1995.
7. Frekuensi, jumlah kasus dan kematian serta (CFR) campak pada
KLB.
Tabel.7.
FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN
CAMPAK PADA KLB PER DATI II PROPINSI JABAR
TAHUN 1992 S.D JULI 1996
NO DATI II P M FREKUENSI RATA-RATA
KASUS/KLB
NO TAHUN P M CFR (%)
1
2
3
4
1992
1993
1994
1995
--
265
306
228
--
0
0
0
--
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SERANG
PANDEGLANG
LEBAK
BEKASI
KARAWANG
PURWAKARTA
SUBANG
BOGOR
CIANJUR
BANDUNG
SUMEDANG
GARUT
TASIKMALAYA
CIAMIS
CIREBON
KUNINGAN
MAJALEMGKANG
INDRAMAYU
KOD. SUKAB
KOD. CIREBON
1,715
131
839
59
21
20
30
662
312
7
134
87
41
171
9
67
145
45
36
32
109
3
24
0
1
0
0
55
0
0
0
0
2
2
3
0
0
0
0
3
37
5
19
5
1
1
3
21
5
1
6
4
2
7
1
4
6
4
3
2
47
44
35
12
21
20
10
32
62
7
22
22
21
25
9
17
24
11
12
16
4,563 202
CFR = 4,4
137 33
Pada tabel 7, dari 25 Dati II yang ada, 20 Dati II dilaporkan
pernah terjadi KLB campak selama tahun 1992-1996 dengan frekuensi
kejadian, jumlah kasus dan kematian yang bervariasi.
8. penderita, Kemataian dan CFR KLB campak menurut umur.
Tabel. 8.
PENDERITA, KEMATIAN DAN CFR KLB CAMPAK
MENURUT UMUR PADA BEBERAPA KABUPATEN
PROP. JABAR TH. 1995 – 1996
NO DATI II < 1 TH 1 – 4 5 – 14 >15 KETERANGAN
P/M CFR P/M CFR P/M CFR P/M CFR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
BOGOR
Subtot
PANDEGL
Subtot
KUNING
Subtot
PURWKT
LEBAK
CIAMIS
SUMEDN
SUBANG
CIANJUR
1/0
4/0
3/0
1/0
8/0
2/0
19/0
5/0
4/0
2/0
0
11/0
0/0
2/0
2/0
3/0
1/0
0
3/0
4/0
2/0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12/0
12/1
13/0
9/0
23/0
4/0
73/1
24/0
17/0
16/2
20/2
77/4
11/0
7/0
18/0
6/0
17/3
0
5/0
8/0
43/1
0
8,3
0
0
0
0
1,4
0
0
12
10
5,2
0
0
0
0
17
0
0
0
2,3
33/0
4/0
2/0
8/0
9/0
19/0
75/0
8/0
8/0
5/0
15/0
36/0
13/0
38/0
51/0
11/0
20/3
15/0
18/0
5/0
22/0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2/0
0
2/0
0
0
0
2/0
0
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
0
-
-
Imun. Tak diket
Semua tak
diimun
Semua tak
diimun
Semua tak
diimun
Semua tak
diimun
Imun. Tak diket.
21 tak
diimunisasi
2 diimunisasi
18 tak diimun
5 tak diket
32 tak diimun
3 tak diket
24 tak diimun
Imun tak diket.
5 tak diimun
15 tak diimun
Semua tak
diimun
Semua tak
diimun
21 tak diimun
2 diimun
57 tak diimun
4 tak diimun
JUMLAH 45/0 0 247/9 3,6 253/3 1,2 6/0 0
Sumber : Kanwil Depkes. Propinsi Jawa Barat.
Pada tabel 8, jumlah penderita dan kematian campak pada KLB dibeberapa
DatiII selama tahun 1995 s.d. Maret 1996 paling banyak menyerang
penduduk usia 1-4 tahun dan 5-14.
ANALISA :
Semua data yang didapatkan yaitu data primer dan data sekunder sudah disajikan
dalam bentuk table yang sudah lengkap, namun hasil tidak disajikan dalam
bentuk teks dan grafik.
G. PEMBAHASAN
Jumlah kasus campak semua umur dan umur <5 tahun di propinsi Jawa
Barat yang dilaporkan dari rumah sakit dan puskesmas selama tahun 1992-
1995 cenderung menurut tabel 3 dan tabel 2. Demikian juga angka insidens
usia <5 tahun menurun dari 21,20 menjadi 14,90 per 10.000 penduduk (tabel
4). Dari gambaran tersebut dapat dikatakan kasus campak dipropinsi Jawa
Barat selama 4 tahun terakhir (1992-1995) menurun cukup drastic. Hal ini
dapat dimaklumi karena, belum semua penderita/kematian campak dapat
datang berobat kepuskesmas dan rumah sakit dengan beberapa alasan, antara
lain : factor ketidaktahuan, biaya berobat dan sebagainya. Selain factor
tersebut, rata-rata kelengkapan laporan puskesmas dan rumah sakitmasih
rendah berkisar antara 64,2% - 88,7% untuk laporan puskesmas dan rumah
sakit tersebut, perlu diupayakan antara lain melalui umpan balik secara terus
menerus, disamping melakukan peningkatan koordinasi ke RS dan
bimbingan/motivasi ke puskesmas.
Penurunan angka insidens campak tersebut seiring dengan peningkatan
cakupan imunisasi campak. Gambaran ini divisualisasikan pada grafik
(lampiran1). Dari grafik tersebut terlihat angka insidens menurun kelompok
umur < 1 tahun, 1-4 tahun dan 5-14 tahun semuanya cenderung menurun,
dimana posisi rata-rata cakupan imunisasi pada periode tahun yang sama
cukup mantap, yaitu berkisar antara 91,09% - 98,1%. Dari gambar ini, posisi
cakupan imunisasi campak yang mantap >90% dapat menekan angka
insidens cukup drastic.
Jika dilihat jumlah kasus yang dilaporkan, komstribusi kasus dari puskesmas
lebih banyak (88,06%) dibandingkan jumlah kasus dari rumah sakit
(13,94%) (tabel 3). Bila survailans campak dimasyarakat (CBS)
ditingkatkan, maka penemuan kasus campak yang datang berobat
kepuskesmas akan meningkat pula, kewaspadaan dini kemungkinan KLB
campak dapat segera diketahui.
Proporsi penderita campak menurut kelompok umur dibawah 5 tahun dan 5
tahun keatas terlihat hampir sama (tabel 2), berarti selama 4 tahun (1992-
1995) tidak terjadi pergeseran umur penderita campak keusia yang lebih tua.
Kelompok umur campak pada KLB yang dilaporkan dari beberapa Dati II
juga menunjukan relatip sama besar pada usia 1-4 tahun dengan 5-14 tahun
(tabel 8)
Dari laporan KLB Dati II selama tahun 1992 s.d. Juli 1996 yang dapat
dicatat, terlihat dari 25 Dati II yang ada, 20 Dati II diantaranya melaporkan
diwilayahnya terjadi KLB. Dengan frekuensi kejadian yang bervariasi (tabel
7). Frekuensi KLB terbanyak selama kurang lebih 4 tahun berturut-turut
yaitu kab.serang (109 kali). Kab. Bogor (55 kali) dan lebak 23 kali. Angka
fasalitas kasus (cfr) selama 4 tahun tersebut kurang lebih 4,4%, masih
termasuk CFR dinegara-negara berkembang yaitu berkisar 1%-6%. Dari
informasi hasil wawancara dengan pengelola program di Dinas/Kanwil
Jabar. Kematian campak pada KLB disebabkan adanya komplikasi ispa dan
diae. Sedangkan CFR rawat inap rumah sakit pada periode tahun yang sama
dilaporkan 0% atau tidak ada kematian (tabel6),berarti pelayanan kasus
campak dirumah sakit dapat dikatakan sudah baik.
Tinggimya frekuensi KLB campak pada DatiII Serang, Lebak dan bogor
kemungkinan masih terdapatnya dese-desa kantong dengan cakupan
imunisasi yang masih rendah atau <90% (desa potensi KLB), meskipun
cakupan imunisasi rata-rata kabupaten-kabupaten tersebut mencapai >90%
selama tahun 1992-1995, kecuali kabupaten Lebak (87,10%) pada tahun
1995 (tabel 5).
Penderita campak pada KLB pada umumnya belum mendapat imunisasi
campak, berarti atau tidak merata (tabel 8).
Beberapa Dati II diperkirakan berpotensi KLB pada tahun yang akan datang
bila dilakukan upaya-upaya meningkatkann cakupan imunisasi selama 3
tahun terakhirada yang < 90% yaitu : kab. Cirebon, Kod. Sukabumi, dan
Kod Cirebon (tabel 5). Sebanyak 10 DatiII tersebut perlu mendapat
perhatian untuk melakukan peningkatan cakupan imunisasi <90% belum
dapat memberikan kekebalan yang memadai dimasyarakat disatu pihak dan
Dati II tersebut hampir seluruhnya dalam 4 terakhir ini pernah terjadi KLB
campak.
ANALISA :
Dalam pembahasan ini sudah dilakukan ulasan terhadap semua hasil yang
diperoleh, sedangkan analisa statistic dan hipotesa tidak dilaporkan dalam
pembahasan. Hal ini belum sesuai dengan format pencatatan dan pelaporan hasil
survey yang benar.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kajian data tersebut dapat disimpulkan :
1. Jumlah kasus dan angka insidens campak umur <5 tahun dipropinsi
Jawa Barat selama tahun 1992-1995 menurun dari 21,20 – 14,90 per
10.000 penduduk usia < 5 tahun dan penurunan angka insidens
tersebut seiring dengan rata-rata cakupan imunisasi mencapai > 90%.
2. Jumlah penderita yang dilaporkan sebagian besar (88,06%) berasal
dari puskesmas, sedangkan dari rumah sakit hanya (13,94%).
3. Proporsi penderita campak pada kelompok umur kurang 5 tahun
dengan umur 5 tahun keatas pada data rutindan data KLB hampir
sama, berarti belum terjadi pergeseran umur penderita kearah usia
yabg lebih tua (>5 tahun). Tetapi usia penderita < 1 tahun terlihat ada
penurunan.
4. Beberapa Dati II diperkirakan berpotensi KLB bilamana tidak
dilakukan upaya-upaya peningkatn cakupan imunisasi yaitu :
Kab.Pandglang, Kab.Tangerang, Kab.Bandung,
Kab.Garut,Kab.Ciamis,Kab.Cirebon,Kod.Bogor,Kod.Sukabumi,Kod.
Bandung dan Kod.Cirebon.
5. Angaka fatalitas kasus (CFR) pada KLB campak Negara-negara
4,4% masih termasuk dalam kelompok CFR campak Negara-negara
berkembang (1%-6%), dengan rata-rata jumlah kasus setiap terjadi
KLB sebanyak 33 penderita. Sedangkan pada rawat inap R.S tidak
ada kematian (CFR=0%).
Disarankan :
1. Dati II yang cakupan imunisasi campaknya masih < 90%, agar
meningkatkanya >90% dan merata sampai kedesa.
2. Perlu dikembangkan keterpaduan CBS dalam hal penemuan kasus
campak, TN dan AFP dimasyarakat oleh Dati II dan puskesmas, yang
sekaligus dapat berfungsi sebagai alat SKD.
3. Dalam rangka reduksi campak perlu dirumuskan batasan antara desa
potensial KLB campak dan tindakan diperlukan oleh program terkait,
sehingga kemungkinan KLB campak sedini mungkin dapat dicegah.
ANALISA :
Dalam penelitian ini telah dikemukakan kesimpulan dan saran yang
memuat beberapa jawaban pertanyaan yang seuai dengan penelitian
sehingga jelas dan mudah dimengerti maksud dan tujuan dari penelitian ini,
Dalam penelitian tersebut dikatakan sebuah KLB, karena disertai data
inciden rate dengan hasil perhitungan yaitu penderita campak umur <5
tahun dipropinsi Jawa Barat selama tahun 1992-1995 menurun dari
21,20 – 14,90 per 10.000 penduduk usia < 5 tahun dan penurunan
angka insidens tersebut seiring dengan rata-rata cakupan imunisasi
mencapai > 90% , sedangkan case fatality rate dengan hasil perhitungan
4,4%, pada perbandingan dengan angka nasional, KLB campak pada
laporan tersebut tidak ada perbandingannya dengan angka nasional.
I. RINGKASAN
Tidak terdapat ringkasan dari laporan tersebut, dalam format pencatatan dan
pelaporanpada ringkasan sebaiknya harus mencantumkan pernyataan mengenai
masalah, gambaran mengenai apa yang telah dikerjakan, hasil – hasil yang
diperoleh, kepentingan penyelidikan, kesimpulan.
J. KEPUSTAKAAN
A. Rochim, SKM . 1996 . Berita Epidemiologi . Jakarta : Redaksi Berita
Epidemiologi
ANALISA :
Semua kepustakaan sudah dicantumkan.
Recommended