View
64
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa
I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Melakukan pemilihan zat warna, resep, skema proses, dan kondisi proses yang tepat
dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa untuk mendapatkan hasil celup yang
paling baik.
TUJUAN
Mencelup kain poliakrilat dalam zat warna basa dengan resep yang terbaik untuk
mendapatkan hasil celup yang sesuai target.
Menentukan pemilihan zat warna yang tepat, memilih resep yang terbaik, skema
proses, dan kondisi proses yang tepat dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna
basa.
Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencelupan (kerataan warna) serat poliakrilat
dengan zat warna basa.
II. TEORI DASAR
A. PENDAHULUAN
Dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa, bahan diwarnai dengan zat
warna basa sehinggga diperoleh hasil celup yang rata dan mempunyai tahan luntur
tertentu. Dalam proses ini dilakukan pemilihan zat warna dan zat pembantu tekstil yang
sesuai dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema proses dan resep yang tepat,
perhitungan kebutuhan zat yang tepat, pelaksanaan proses pencelupan yang baik sesuai
skema proses sehingga proses dan hasil celupannya sesuai dengan target.
B. SERAT POLIAKRILAT
Pada umumnya serat-serat sintetik seperti poliakrilat mempunyai ciri-ciri mum sebagai
berikut :
Mempunyai daya serap yang rendah (hidrofob)
Mempunyai suhu leleh (titik leleh)
Mudah dibentuk atau distabilkan dengan panas
Menimbulkan listrik static
Serat poliakrilat : – CH – CH CH – CH
CN COOCH3 n
Serat-serat poliakrilat selalu mengandung kopolimer yang sangat berguna dalam
mekanisme pencelupannya. Sebagai contoh serat acrilan 1656 mengandung kopolimer
bersifat basa yang mempunyai afinitas terhadap zat warna asam, sedangkan Courtelle
dan serat-serat poliakrilat yang lain mengandung kopolimer dengan gugusan negatif
sehingga serat poliakrilat tersebut mempunyai afinitas yang besar terhadap zat warna
basa atau zat warna kation meskipun serat-serat tersebut bersifat hidrofob.
Serat poliakrilat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu :
Serat Modakrilat
Serat modakrilat mengandung lebih sedikit serat akrilonitril dan lebih peka terhadap
pengerjaan panas serta tidak membantu pembakaran. Jenis serat seperti ini lebih
mendekati sifat wol dan sutera dalam hal kehangatan dan sifat pegangannya.
Serat Akrilat
Serat akrilat dibentuk paling sedikit 85% akrilonitril, tetapi bahan bakunya telah
dicampur dengan bahan-bahan pengisi lainnya untuk memperbaiki daya celup dan
sifat lainnya. Sifat akrilat dalam bentuk staple transparan dan agak keriting.
Mempunyai kelebihan yaitu memberikan kehangatan dan kenyamanan pada
pemakainya. Benang akrilat dipasar dikenal dengan benang wol.
Sifat-sifat Poliakrilat :
Bersifat rua/mekar (bulky) dan apabila dipegang terasa halus dan lembut (soft).
Kekuatan kering 2 – 4,5 g/d ; kekuatana basah 1,5 – 2,5 g/d ; mulur 27 -48%.
Moisture regain 1 – 2,5 % sehingga mudah bersifat listrik static.
Suhu lunak 150-240 0C dan titik leleh 210-260 0C.
Elastic sehingga memberikan kebebasan pemakainya, menarik dan indah.
Panas yang tinggi akan menyebabkan serat mengkerut dan rusak.
Tahan terhadap asam-asam mineral, lemak, minyak, dan garam-garam mineral.
Tidak tahan alkali kuat (akan terhidrolisa) terutama dalam keadaan panas akan
merusak serat dengan cepat (menyebabkan kekuningan).
Ketahanan terhadap alkali lemah cukup baik.
R NH2 + HCl R NH3+ Cl-
Dengan api, serat akrilat cenderung menyala cepat (tidak meleleh dan terbakar seperti
nilon dan poliester).
C. ZAT WARNA BASA
Zat warna kation (basa) merupakan zat warna sintetik pertama yang ditemukan oleh
W.H. Perkin pada tahun 1856, sebagai zat warna Mauvein. Pada tahun tersebut W.H.
Perkin mereaksikan kondensasi senyawa anilin yang belum dimurnikan untuk membentuk
senyawa kwinin, senyawa ini terionkan dalam mediumnya dengan gugus kromofor yang
bersifat kation, sehingga sering disebut zat warna kation, yang dapat mencelup serat
protein, poliamida, dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen atau ikatan ion.
Struktur / susunan molekul zat warna basa :
Zat warna basa sebagian molekulnya tersusun oleh senyawa alkil fenilamina yang
dapat membentuk garam dengan asam sebagai berikut :
Zat warna basa diperdagangkan dapat membentuk garam dengan asam klorida atau
oksalat sebagai asamnya, dan mungkin pula berbentuk garam seng klorida.
Sifat zat warna basa
Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang
tinggi. Sifat selanjutnya adalah :
Zat warna basa larut dalam alkohol dan asam asetat 3%, tetapi pada umumnya tidak
larut dalam air sehingga sering kali terbentuk gumpalan.
Dapat diendapkan dengan zat warna direk dan zat warna asam pada larutan yang
tidak encer.
Pada pendidihan yang lama akan menakibatkan penguraian sebagian zat warna yang
menghasilkan penurunan intensitas warna.
Ketahanan cuci zat warna sangat baik.
Ketahanan sinar tergantung pada gugus yang dikandung oleh serat, yang
mengandung gugus sulfonat ketahanan sinarnya lebih baik daripada yang
mengandung gugus karboksilat .
D. MEKANISME PROSES PENCELUPAN POLIAKRILAT DENGAN ZAT WARNA BASA
Jumlah zat warna yang dapat diikat oleh serat dibatasi oleh banyaknya tempat-tempat
yang dapat diisi oleh zat warna. Sebelum zat warna mencapai tempat-tempat tersebut,
maka zat warnaharus berpenetrasi pada serat. Serat akrilat terbentuk dari rantai-rantai
poliakrionitril.
Oleh karena itu, masuknya zat warna harus melalui antara rantai-rantau tersebut yang
disebut pori-pori. Pori-pori ini sangat kecil karena ikatan antara rantai-rantai sangat kuat,
maka dengan naiknya suhu gerakan kinetic dari rantai-rantai polimer cukup besar untuk
melampaui kekuatan ikatan antar rantai, sehingga pori-pori serat cukup besar untuk
dimasuki zat warna. Pembukaan pori-pori serat berlangsung diatas suhu 80 0C. zat
warmna basa masuk kedalam serat dan membentuk ikatan elektrovalen dengan tempat-
tempat anion pada rantai polimer.
Mekanisme pencelupannya terdiri dari tiga tahap :
Tahap Ke- Pengertian
1 (difusi)
Molekul zat warna dalam larutan selalu bergerak pada
temperatur tinggi dan pergerakannya lebih cepat,
kemudian vahan tekstil dimasukkan kedalam larutan
2 (adsorpsi)
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup
besar dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari
permukaanserat, sehingga molekul zat warna dapat
terserap menempel pada permukaan serat
3 (fiksasi)
Penyerapan zat warna dari permukaan serat ke pusat serat
secara bersamaan sehingga zat warna yang terserap
dapat menyebar secara merata
Kesetimbangan pencelupan
Mekanisme pencelupan serat akrilat dengan zat warna kation adalah dengan reaksi
pertukaran ion antara kation zat warna dengan tempat-tempat anion pada serat.
Reaksinya sebagai berikut :
FSO3-H+ + D+ FSO3
-D+ H
F = serat akrilat dengan gugus ujung SO3H
D = konsentrasi ion zat warna dalam larutan
H = konsentrasi ion hidrogen dalamlarutan dengan satuan mol/liter larutan
Kain grey poliakrilat
Proses simultan penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi suhu 100 0C selama 30 menit
Penetralan pada suhu 60 0C selama 5 menit
Persiapan larutan celup
Pencucian sabun 80 0C selama 10 menit
Pengeringan dan evaluasi hasil celup (kerataan warna)
Proses pencelupan cara HT suhu 110 0C selama 30 menit
Kain poliakrilat berwarna
III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK
Diagram Alir Proses Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa
Mesin celup HT dyeing
Tabung rapid
1 buah gelas piala 600 ml
1 buah pengaduk kaca
1 buah gelas piala dan gelas ukur 100 ml
1 set kasa + kaki tiga + pembakar Bunsen
1 buah timbangan digital
1 buah termometer
1 lembar kain poliakrilat
Zat sesuai resep
C. RESEP
a. Proses Simultan Relaksasi, Penghilangan kanji, dan Pemasakan
b. Penetralan
c. Pencelupan
d. Pencucian
Na2CO3 = 1 g/L
Pembasah = 1 ml/L
Suhu = 100 oC
Waktu = 30 menit
Vlot = 1 : 20
CH3COOH 30% = 0,5 ml/L
Suhu = 60 0C
Waktu = 5 menit
Vlot = 1:20
Zw basa
Basacryl Red BG BASF = 1%
Pembasah = 1 ml/L
Perata kationik = 1 ml/L
CH3COOH 30% = 1 ml/L
CH3COONa = 0,5 g/L
Vlot = 1 : 20
Suhu = 110 0C
Waktu = 30 menit
Metode = modifikasi
Sabun = 1 g/L
Na2CO3 = 0,5 g/L
Suhu = 80oC
Waktu = 10 menit
Vlot = 1 : 20
D. FUNGSI ZAT
Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan
Pembasah = mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan proses pre
Treatmen, menurunkan tegangan permukaan larutan
memudahkan kerataan zat warna pada serat.
Na2CO3 = memberikan suasana alkali, menyabunkan kotoran dan minyak,
meningkatkan kerja pembasah
Pencelupan
Zw basa = mewarnai serat poliakrilat
CH3COOH 30% = mengatur pH larutan celup untuk menjaga kerusakan serat
selama proses pencelupan berlangsung
Perata kationik = sebagai pesaing zat warna untuk mengisi tempat negative
didalam serat dan sebagai penghambat penyerapan zat warna
Pembasah = mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan celup,
menurunkan tegangan permukaan larutan celup,
memudahkan kerataan zat warna pada serat.
CH3COONa = zat yang berfungsi untuk menyetabilkan pH (buffer) agar warna
celup yang dihasilkan lebih stabil atau rata.
Proses Pencucian
Sabun = menghilangkan sisa zat warna yang ada dipermukaan serat dan
merupakan zat yang berfungsi sebagai pembasah,
mendispersikan kotoran padat yang tidak larut, dan
mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut.
Na2CO3 = zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih
sempurna, meningkatkan kerja zat pembasah,
menyabunkan kotoran dan minyak, mengaktifkan kerja
sabun.
E. SKEMA PROSES
Proses Penghilanagn Kanji, Pemasakan, dan Relaksasi Simultan
Na2CO3
Pembasah
Bahan 100 0C
30 0C
10’ 15’ 20’ 10’
Proses Penetralan
CH3COOH 30%
Bahan
60 0C
5’ 10’ 5’
Proses Pencelupan
CH3COONa
CH3COOH 30%
Perata kationik
Pembasah 1100C
Bahan 600C
Zw basa
300c
10’ 10’ 15’ 20’ 15’ 30’ 20’
Pencucian
Bahan
Sabun
Na2CO3 80 0C
30 0C
10 ‘ 15’ 10’ 10’
F. PERHITUNGAN RESEP
1. Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan
Berat awal = 4,03 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 4,03 g x 20
= 80,6 g
= 80,6 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
Pembasah = 1 ml/1000 ml x 80,6 ml
= 0,08 ml
Na2CO3 = 1 g/1000 ml x 80,6 ml
= 0,08 g
2. Penetralan
Berat awal = 4,03 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 4,03 g x 20
= 80,6 g
= 80,6 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
CH3COOH 30% = 0,5 ml/1000 ml x 80,6 ml
= 0,04 ml
3. Pencelupan
Berat awal = 4,03 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 4,03 g x 20
= 80,6 g
= 80,6 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
ZW basa
Basacryl Red BG BASF = 1/100 x 4,03 g
= 0,0403 g
Larutan induk ZW
Basa Basacryl Red BG
BASF = 0,0403 g/1 g x 100 ml
= 4,03 ml
Pembasah = 1 ml/1000 ml x 80,6 ml
= 0,08 ml
Perata kationik = 1 ml/1000 ml x 80,6 ml
= 0,08 ml
CH3COOH 30% = 1 ml/1000 ml x 80,6 ml
= 0,08 ml
CH3COONa = 0,5 g/1000 ml x 80,6 ml
= 0,04 g
4. Pencucian
Berat awal = 4,03 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 4,03 g x 20
= 80,6 g
= 80,6 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
Sabun = 1 ml/1000 ml x 80,6 ml
= 0,08 ml
Na2CO3 = 0,5 g/1000 ml x 80,6 ml
= 0,04 g
G. LANGKAH KERJA
Mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk proses pencelupan
Menimbang bahan dan zat sesuai resep yang telah ditentukan
Melakukan proses pre treatmen secara simultan yaitu penghilangan kanji, pemasakan,
dan relaksasi pada suhu 100 0C selama 30 menit
Melakukan proses penetralan dengan CH3COOH 30% pada suhu 60 0C selama 5
menit
Membuat larutan induk zat warna basa dari 1 gram zat warna dalam 100 ml air
Membuat larutan pencelupan zat warna basa dalam 80,6 ml air yang telah ditambah
pembasah, perata kationik, CH3CHHO 30%, dan CH3COONa
Memasukkan kain poliakrilat kedalam larutan tersebut selama 10 menit dan diaduk
Menambahkan zat warna basa dan membiarkan suhunya naik hingga 60 0C selama
15 menit
Membiarkan pada suhu stabil 60 0C selama 20 menit
Menaikkan suhu hingga 110 0C dan membiarkan stabil pada suhu pencelupan selama
30 menit
Proses cooling down pada suhu 70 0C selama 10 menit
Pencucian pada suhu 80 0C selama 10 menit
Evaluasi hasil celup yaitu kerataan warna
IV. DATA PRAKTIKUM
Bahan/resep Desizing, scouring,
relaxasi simultan
Penetralan Pencelupan
Cara HT
Cuci Sabun
Berat bahan 4,03 g 4,03 g 4,03 g 4,03 g
Jumlah larutan 80,6 ml 80,6 ml 80,6 ml 80,6 ml
Zat warna - - 4,03 ml -
Na2CO3 0,08 g - - 0,04 g
Pembasah 0,08 ml - 0,08 ml -
Perata kationik - - 0,08 ml -
CH3COOH 30% - 0,04 ml 0,08 ml -
CH3COONa - - 0,04 g -
Sabun - - 0,08 ml
WPU - - -
Vlot 1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 20
Suhu 100 0C 60 0C 110 0C 80 0C
Waktu 30 menit 5 menit 30 menit 10 menit
EVALUASI KAIN
Tes uji warna kain hasil pencelupan secara visual
Setelah dilakukan proses pencelupan dengan mempertimbangkan pemilihan resep dan
zat pembantu yang tepat serta kondisi proses yang optimum, warna kain poliakrilat hasil
pencelupan dengan zat warna basa memberikan kerataan yang cukup baik dan ketuaan
warna yang baik pula. Hal ini karena pemilihan resep, zat pembantu, dan kondisi proses
dilakukan sebaik mungkin.
KAIN POLIAKRILAT HASIL PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA BASA
V. DISKUSI
Tujuan dari pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa ini adalah untuk
menentukan resep, zat pembantu, dan kondisi proses pencelupan yang tepat agar diperoleh
hasil celup yang sesuai target. Pada praktikum ini, hasil yang diharapkan adalah kain
poliakrilat tercelup dengan kerataan yang baik sehingga praktikan harus menentukan dan
memilih resep pencelupan yang paling baik, skema proses yang baik, pemilihan zat pembantu
tekstil yang tepat, dan kondisi proses yang optimum.
Pada proses pencelupan kain poliakrilat ke dalam zat warna basa yang pada dasarnya
sukar rata, terjadi peristiwa pelarutan larutan zat warna dalam air yang telah ditambah zat
pembantu yaitu pembasah, perata kationik, CH3COOH 30% dan CH3COONa kemudian
memasukkan bahan tekstil (kain poliakrilat) ke dalam larutan zat warna sehingga terjadi
penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan
reaksi pertukaran ion antara kation zat warna dengan anion-anion pada serat dan reaksi
kesetimbangan.
Proses pencelupan kain poliakrilat dalam zat warna basa berlangsung pada suhu
stabil 110 0C selama 30 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut :
Terjadi proses difusi larutan celup dari fasa ruah ke dekat permukaan serat pada 10 menit
pertama kain direndam dalam larutan yang telah ditambah pembasah, perata kationik,
CH3COOH 30% dan CH3COONa pada suhu kamar 300 C.
10 menit berikutnya zat warna basa dimasukkan kedalam larutan dan proses difusi masih
terjadi selama 10 menit pada suhu kamar.
15 menit selanjutnya terjadi proses adsorpsi zat warna ke permukaan serat, larutan zat
warna basa dan kain poliakrilat dalam tabung rapid dinaikkan suhunya menjadi 600 C. 20
kemudian suhu pencelupan stabil. Kenaikan suhu diperlambat untuk mencegah
ketidakrataan penyerapan zat warna basa.
Suhu dinaikkan kembali sampai 110 0C selama 15 menit dan proses pencelupan
berlangsung stabil pada suhu 110 0C selama 30 menit, terjadi proses difusi dan fiksasi zat
warna kedalam serat.
20 menit terakhir merupakan proses cooling down larutan zat warna dan kain poliakrilat.
ALASAN PEMILIHAN RESEP, ZAT PEMBANTU, SKEMA, DAN KONDISI PROSES
PADA PENCELUPAN POLIAKRILAT DENGAN ZAT WARNA BASA
a) Proses Pre treatment
Pada awal proses dilakukan pre treatment meliputi relaksasi, penghilangan kanji dan
pemasakan secara simultan pada kain poliakrilat. Ketiga proses tersebut dilakukan
secara simultan bertujuan untuk menghilangkan berbagai kotoran alam dan luar pada
bahan tekstil yang kelebihannya adalah cepat dan murah sedangkan kekurangannya
adalah hasil yang diperoleh masih kurang dibandingkan dengan proses secara
terpisah terutama untuk serat alam, sedangkan untuk serat sintetik hasilnya relatif
sama. Prinsip dari proses simultan adalah adanya kesamaan kondisi proses dan zat
yang digunakan tidak saling mengganggu tujuan masing-masing proses persiapan
penyempurnaan yang dilakukan.
Penghilangan kanji bertujuan untuk menghilangkan kanji yang terdapat pada bahan
agar tidak mengganggu proses penyerapan terhadap air maupun zat kimia pada
proses selanjutnya.
Proses pemasakan dilakukan untuk memudahkan bahan menyerap zat-zat yang ada
pada proses basah berikutnya. Tujuan pemasakan adalah untuk memperoleh bahan
tekstil yang bersih atau untuk menghilangkan kotoran alami dan kotoran dari luar
sehingga meningkatkan daya serap pada seluruh permukaan bahan secara merata.
Proses relaksasi merupakan proses khusus yang hanya dilakukan pada serat sintetik
terutama serat sintetik yang terdiri dari serat filament seperti poliester, nilon, akrilik,
dan spandex untuk mendapatkan pegangan yang lembut, lemas dan bergelombang
pada bahan dan untuk mengetahui suhu kritis saat serat mengkeret maksimum.
Proses pre teatmen ini dilakukan pada suhu 100 0C selama 30 menit bertujuan agar
proses pre treatment memberikan hasil yang maksimal pada kain yang akan dicelup
(daya serap baik).
Dilakukannya penetralan bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa alkali yang
menempel pada bahan, hal ini juga berkaitan dengan sifat poliakrilat yang tidak tahan
alkali terutama alkali kuat tetapi ketahanannya terhadap alkali lemah cukup baik.
Karena hanya untuk menghilangkan sisa-sisa alkali maka penetralan ini hanya
berlangsung selama 5 menit pada suhu 60 0C.
Tidak dilakukan heat setting karena kain poliakrilat yang akan dicelup berbentuk kain
rajut.
b) Proses pencelupan
Pada pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa, beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain penggunaan zat pembantu seperti Asam asetat, perata kationik,
dan Natrium asetat. Sedangkan kondisi proses yang perlu diperhatikan adalah pH larutan
celup, suhu larutan celup, dan waktu celup.
Pengaruh Vlot
Pada resep pencelupan digunakan vlot 1 : 20. Apabila digunakan vlot yang besar
maka akan menyebabkan larutan pencelupan menjadi lebih encer sehingga ruang gerak
zat warna lebih luas. Vlot besar menyebabkan banyak zat warna yang terdapat pada fase
air yang menyebabkan laju penyerapan zat warna lambat atau berkurang. Penggunaan
volt kecil akan menyebabkan hasil pencelupannya lebih sukar rata dan warnanya tidak
cerah tetapi keadaan ini dapat diatasi dengan penambahan zat pembantu tekstil lainnya
(misalnya perata kationik).
Pengaruh suhu
Pada pencelupan, peranan suhu proses sangat penting sekali. Serat poliakrilat bersifat
termoplastis sehingga mempunyai suhu transisi gelas yaitu pada suhu 70-80 0C. Praktikan
memilih suhu celup 110 0C karena pada suhu dibawah transisi gelas serat poliakrilat
hampir tidak menyerap zat warna basa sedangkan diatas suhu 80 0C kenaikan suhu
sedikit memberikan pengaruh yang besar pada kecepatan penyerapan.
Dipilihnya kenaikan suhu proses secara bertahap dengan tujuan untuk mengimbangi
laju penyerapan zat warna. Kenaikan suhu pencelupan yang bertahap ini berpengaruh
pada kerataan hasil celup yang dihasilkan. Terbentuknya ikatan ionic pada pencelupan zat
warna basa pada kain poliakrilat sudah terjadi sejak awal proses. Oleh sebab itu, kerataan
zat warna harus terjadi sejak diawal proses karena apabila pada awal proses sudah tidak
rata maka selanjutnya akan tidak rata hasil celupnya sampai akhir proses.
Praktikan memilih metode modifikasi dengan kenaikan suhu yang
perlahan-lahan/diperlambat pada saat pencelupan bertujuan untuk menghambat proses
penyerapan zat warna sejak awal agar memperoleh kerataan warna yang baik. Pada
kenaikan suhu ini, laju penyerapan zat warnanya masih kecil karena yang akan terbentuk
nantinya adalah ikatan ionic antara serat dan zat warna basa. Karena sebab inilah,
kerataan hasil pencelupan harus terjadi dari awal proses. Hal yang perlu diperhatikan
untuk mencapai kerataan warna dari awal proses adalah menjaga laju kenaikan suhu
secara perlahan-lahan agar tidak terjadi belang. Pada pencelupan perlu diperhatikan
bahwa pencelupan dengan zat warna basa tidak boleh menggunakan suhu yang terlalu
tinggi (> 1100C) karena akan menyebabkan warna kuning pada kain yang dicelup.
Pengaruh waktu celup
Kondisi proses lain yang penting untuk diperhatikan adalah pemilihan waktu celup
yang tepat. Agar proses difusi berlangsung secara sempurna perlu ditetapkan waktu celup
yang tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama, karena apabila waktu pencelupannya
kurang akan menyebabkan terjadinya proses pencelupan cincin yang tahan lunturnya
lebih rendah dari pencelupan normal, sedangkan jika waktu celup terlalu lama maka serat
poliakrilat akan mengkeret terlalu banyak. Pada proses ini, praktikan memilih waktu
proses pencelupan 30 menit karena dengan memperhatikan factor-faktor lain yang telah
dijelaskan diatas, praktikan menganggap 30 menit adalah waktu yang tepat dalam
mencelupan poliakrilat dengan zat warna basa. Pada suhu celup 110 0C, penetrasi yang
baik selesai pada waktu 30 menit.
Pengaruh zat pembantu tekstil
Pada proses pencelupan, tidak semua zat warna dan zat pembantu tekstil dimasukkan
secara bersama-sama pada awal proses. Hal ini terkait dengan fungsi dari masing-masing
zat yang digunakan. Pemasukan asam asetat pada awal proses dimaksudkan agar asam
asetat dapat mengaktifkan terlebih dahulu gugus modakrilat pada serat kemudian perata
kationik berikatan secara ionik dengan gugus tersebut.
Penggunaan Asam asetat perlu diperhatikan karena poliakrilat bersifat tidak tahan
alkali sehingga kondisi larutan celup harus dalam suasana asam. Semakin banyak asam
asetat yang digunakan maka pH larutan celup akan turun sehingga jumlah muatan negatif
serat akan berkurang. Karena gugus negatif serat berkurang maka kelarutan zat warna
akan meningkat tetapi penyerapan zat warnanya cenderung menurun. Penggunaan Asam
asetat 30% hanya 1 ml/L karena pada pencelupan juga sudah ditambahkan 1 ml/L perata
kationik yang bertujuan untuk menghambat penyerapan zat warna agar hasil celupnya
rata. Meskipun semakin banyak asam yang digunakan akan memberikan kerataan yang
baik, tetapi dengan digunakannya perata kationik maka penggunaan Asam asetat 30%
dapat dikurangi.
Pada pencelupan dengan zat warna basa, ikatan ionic antara serat dengan zat warna
basa terjadi sejak awal proses sehingga migrasi zat warna kurang begitu bagus dan
mudah terjadi belang. Untuk menghindari belang yang terjadi, selain dilakukan
perlambatan laju penyerapan zat warna dengan memperlambat laju kenaikan suhu, laju
penyerapan zat warna juga dapat diperlambat dengan ditambahkannya retarder atau
perata kationik pada awal proses agar penyerapan zat warna rata sejak awal proses.
Pengaruh pH
pH larutan celup juga perlu diperhatikan karena besar kecilnya pH akan
mempengaruhi kerataan warna yang dihasilkan. Pada pH rendah (penggunaan asam
banyak) maka kerataan warna yang dihasilkan akan bagus. Hal ini karena kelarutan zat
warna selama pencelupan meningkat tetapi laju penyerapan zat warnanya menurun
akibatnya hasil celup akan lebih rata. Kerataan hasil celup juga dipengaruhi oleh
penggunaan Natrium asetat yang berfungsi sebagai penyetabil pH (pH buffer) agar warna
yang dihasilkan lebih stabil / rata.
VI. KESIMPULAN
Perlu dilakukan pemilihan resep, zat pembantu, skema proses, dan kondisi proses yang
tepat untuk mendapatkan kain hasil celup yang sesuai target.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil celup adalah konsentrasi resep yang digunakan
termasuk zat pembantu tekstil dan kondisi proses meliputi liquor ratio, suhu, pH dan waktu
proses.
Hasil celup akan memberikan kerataan warna yang baik apabila digunakan pemilihan
resep dan kondisi proses yang tepat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ir. Rasjid Djufri, MSc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan Dan
Pencapan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung
Isminingsih ,S.Teks, MSi. 1979. Pengantar Kimia Zat Warna. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil. Bandung
P. Soeprijono, S.Teks. 1973. Serat-Serat Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Bandung
Recommended