View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANPEMANFAATAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS)OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG
KECAMATAN SEUNAGAN TIMURKABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH :
ROSA HERDIKASARI08C10104156
PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2013
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANPEMANFAATAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS)OLEH IBU BALITA DI DESA KEUDE LINTEUNG
KECAMATAN SEUNAGAN TIMURKABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH:
ROSA HERDIKASARI
NIM: 08C10104156
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaKesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan balita di usia 5 tahun sangat berpengaruh
pada kelangsungan hidup dan masa depannya. Oleh karena itu diperlukan
pemenuhan gizi dan kesehatannya. Anak usia ini sangat bersemangat belajar hal-hal
yang baru, mereka juga mudah sekali untuk mengingat sesuatu. Maka dari itu
dibutuhkan asupan nutrisi yang menunjang. Jika asupan gizinya kurang maka akan
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya seperti anemia,
kwashiorkor, infeksi. Maka dari itu upaya untuk memberikan hasil yang optimal
untuk pertumbuhan serta perkembangan balita, diperlukan dukungan dari orang-
orang disekitarnya terutama keluarga. Target MDGs tahun 2015 Indonesia berupaya
keras menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi
setinggi-tingginya 15% tahun 2015 (Pelita, 2010).
Di Indonesia alat yang digunakan untuk memantau tumbuh kembang balita
adalah Kartu Menuju Sehat (KMS). Melalui KMS dilakukan pemantauan
pertumbuhan balita dengan cara menuliskan umur dan berat badan balita berupa
titik-titik yang mengikuti garis kurva pertumbuhan. Garis kurva pertumbuhan
pada KMS mempunyai fungsi sebagai monitoring pertumbuhan dan
perkembangan balita yang harus dicapai oleh grafik berat badan sesuai standar
kelompok balita sehat. Salah satu faktor penyebab pertumbuhan dan
perkembangan balita adalah status gizi balita. Dengan pemberian asupan gizi
seperti makanan, vitamin, buah-buahan, sayuran, dll secara teratur dalam proses
pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan
2
sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan,
dan lain-lain. Petumbuhan dan perkembangan balita juga dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan
secara optimal pada masa pertumbuhan dan perkembangan balita untuk menjamin
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang balita (Rahayu, 2007).
KMS merupakan alat bantu ibu atau orang tua dan petugas kesehatan yang
harus dimiliki oleh setiap balita dan selalu dibawa pada kegiatan Posyandu dalam
pemantauan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita dengan membaca
garis pertumbuhan berat badan balita dari bulan ke bulan berikutnya.
Pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan biaya untuk percetakkan
dan promosi KMS, namun hasil yang didapat masih belum optimal, terbukti dari
masih banyaknya kasus balita Bawah Garis Merah (BGM) dan gizi buruk
diberbagai wilayah Indonesia, selain itu selama ini KMS belum dimanfaatkan
secara optimal sebagai alat penyuluhan gizi bagi ibu dan anak balita (Rahayu, 2007).
Masalah kesehatan dan pertumbuhan anak merupakan masalah penting
terutama di daerah pedesaan karena masih belum berkembangnya taraf kehidupan
ekonomi, sosial budaya, tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan termasuk
keadaan pangan dan gizi masyarakat serta perilaku yang masih kurang. Status gizi
kurang dan buruk pada anak-anak akan menyebabkan angka kematian yang tinggi
pada bayi, anak balita, pertumbuhan berat badan terlambat, gangguan mental dan
kecerdasan serta timbulnya penyakit tertentu. Melalui Posyandu masyarakat dapat
memperoleh pelayanan bagi bayi dan anak balita meliputi penimbangan,
penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan, penyuluhan dan imunisasi yang
3
semua hasil pelayanan tersebut dicatat di Kartu Menuju Sehat (KMS) sehingga ibu
dapat selalu memonitor pertumbuhan dan kesehatan anaknya. Dengan pengetahuan
yang dimiliki ibu akan mendapatkan informasi tentang tumbuh kembang anak serta
dapat mengambil tindakan apabila di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) diketahui
bahwa berat badan menurun atau garis berat badan berada di garis kuning atau merah
(Sundari, 2009).
Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin antara lain
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan kartu ini setiap ada
penyimpangan tumbuh kembang anak dapat diketahui sedini mungkin. Pemanfaatan
KMS sebagai alat untuk memantau kesehatan dan gizi balita akan diperoleh manfaat
yang besar apabila dilakukan pada semua balita yang ada pada suatu daerah, namun
untuk dapat melaksanakan hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah karena
banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan KMS balita itu sendiri
(Soetjiningsih, 2003).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 Persentase kepemilikan KMS anak
balita di Indonesia adalah 30,5% yang dapat menunjukkan, 24,1% disimpan di
tempat lain, 26,9% yang KMSnya sudah hilang dan yang tidak pernah memiliki
KMS yaitu sebayak 18,5% (Riskesdas, 2010).
Di Provinsi Aceh jumlah ibu yang memiliki KMS dan dapat menunjukkan
sebanyak 24,1%, yang memiliki KMS namun disimpan ditempat lain 28,9%, yang
memiliki KMS namun sudah hilang 21,7%, sedangkan yang tidak pernah memiliki
sama sekali sebanyak 25,8%. Frekuensi penimbangan dalam 6 bulan terakhir
dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-3 kali, dan 4-6 kali. Secara
4
umum sebesar 17,0% balita di Provinsi Aceh tidak pernah di timbang dan yang rutin
menimbang balitanya 47,3%. (Riskesdas, 2010).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya bulan Januari-
November tahun 2012, jumlah balita yang memiliki KMS pada umur 2-5 tahun yaitu
sebanyak 5893 balita yang terdiri dari 2961 laki-laki dan 2932 perempuan (Dinkes
Nagan Raya, 2012). Jumlah balita di Desa Keude Linteng yang memiliki KMS
balita adalah sebanyak 41 orang yaitu 22 laki-laki dan 19 yang berjenis kelamin
perempuan (Laporan Puskesmas Uteun Pulo, 2012).
Berdasarkan pengamatan awal dan hasil wawancara dengan bidan desa
Keude Linteung, masih banyak ibu-ibu di desa Keude Linteung yang belum
memanfaatkan KMS balita baik dalam pemantauan pertumbuhan maupun kesehatan
balita. Dari 41 balita yang memiliki KMS, hanya 10 ibu balita yang memanfaatkan
KMS (24,4%).Umumnya ibu-ibu di desa tersebut hanya membawa KMS setiap bulan
ke posyandu untuk dicatat hasilnya saja oleh petugas kesehatan dan kemudian di
simpan dan tidak dimanfaatkan hasil yang tercatat di KMS tersebut. Hal ini juga
berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita tentang manfaat dan pentingnya
KMS balita serta kurangnya partisipasi suami ataupun kurangnya dukungan keluarga
dalam memanfaatkan atau menanyakan dan melihat hasil pertimbangan balita
melalui KMS. Dari data tersebut menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan KMS
oleh ibu balita di desa Keudelinteung.
1.2.Rumusan Masalah
Menunjukkan bahwa masih rendahnya pemanfaatan KMS oleh ibu balita di
desa Keudelinteung. Dari 41 ibu balita yang memiliki KMS yaitusebayak 31
5
ibu balita (75,6%) yang tidak memanfaatkan KMS, Maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalahbagaimana faktor-faktor yang berhubungan
dengan rendahnya pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di desa
Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Kartu
Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemanfaatan KMS balita
di Desa Keude LinteungKecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2013
2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa
Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun
2013
3. Untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan KMS
balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2013
4. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan KMS
balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya Tahun 2013
6
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bacaan
bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang berminat melanjutkan
objek penelitian ini.
1.4.1.2 Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis untuk
mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat terutama
yang terkait dengan pemanfaatan KMS.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi masyarakat Desa Keude Linteung sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) terutama bagi kalangan ibu-
ibu yang mempunyai anak balita serta meningkatkan kesadaran dalam mengetahui
dan mengaplikasikan pesan yang terkandung dalam KMS yang berhubungan dengan
status gizi balita.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kartu Menuju Sehat untuk balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana
dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan dan kesehatan anak
balita. Oleh karena itu KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus
selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A,
kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.KMS balita juga berisi
pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anaknya (www.slideshare.net, 2012).
Menurut Permenkes (2010), Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita
merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis
kelamin.Dengan KMS gangguan pertumbuhan dapat diketahui lebih dini, sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum
masalahnya lebih berat (Permenkes, 2010).
KMS adalah kartu yang memantau pertumbuhan serta beberapa informasi
lain mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari
sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga bisa di artikan sebagai “Raport”
kesehatan gizi (www.slideshare.net, 2012).
8
2.2. Manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita:
1. Pertumbuhan mudah diamati
2. Dapat menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap pertumbuhan
anak
3. Meningkatkan lingkungan yang layak untuk pertumbuhan anak
4. Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak, misalnya
infeksi, musim, ibu meninggal dan lain-lain
5. Menemukan seawal mungkin gejala-gejala gangguan pertumbuhan anak
6. Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai
gizi; makanan bayi dan anak, tumbuh kembang anak, kesehatan anak, dan
pencegahan difisiensi vitamin A, dehidrasi, diare, sanitasi pesonal dan
lingkungan dan lain-lain (Suryana, 1996).
Menurut Depkes (2000) dalam Referensi kesehatan (2008) manfaat KMS
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping Air
susuibu ASI.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
9
Manfaat / fungsi KMS (Kartu Menuju Sehat) Menurut Nursalam (2005)yaitu
sebagai berikut:
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi: pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vit A, ASI eksklusif,
dan makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI)
2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita
3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita
4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang
2.2.1. Pemantauan Pertumbuhan Anak
Program gizi, khususnya UPGK (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga) telah
meluas keberbagai pendesaan di Indonesia, dalam program ini telah dikembangkan
program penimbangan berat badan anak blita. Dan penggunaan Kartu Menuju Sehat
(KMS) untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi melalui petumbuhan atas dasar
kenaikan berat badan.
KMS adalah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan
anak yang mudah dilakukan oleh para ibu. Dengan membaca garis pertumbuhan
berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS, maka seorang ibu dapat menilai
dan berbuat sesuatu untuk berusaha memperbaiki dan meningkatakan perkembangan
kesehatan anaknya.
Dalam program gizi terdapat slogan yaitu “ anak sehat bertambah umur
bertambah berat” ibu-ibu diharapkan selalu memantau pertumbuhan anaknya oleh
karena itu, semua yang berhubungan dengan kesehatan anak dari sejak lahir
10
sampai berusia 5 tahun perlu dicatat dalam KMS. Selain itu KMS berisi pesan-pesan
penyuluhan tentang penganggulangan diare, makanan anak, pemberian kapsul
vitamin A dan imunisasi. Semua ibu perlu memiliki KMS anaknya dan selalu
membawa KMS tersebut dalam kegiatan gizi di posyandu (Suryanah, 1996).
2.2.2. Pemberian Vitamin A
Peningkatan gizi balita bertujuan untuk mengurangi malnutrisi dan difisiensi
vitamin A. Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau minyak yang
mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh manusia, karena vitamin A merupakan
komponen dari retina (selaput jala) maka fungsinya adalah untuk penglihatan,
pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi sel (proses pematangan suatu sel
menjadi sel yang spesifik dan fungsional), kekebalan. Sumber vitamin A dapat
berasal dari bahan pangan hewani seperti hati, kuning telur, susu dan mentega.
Karoten dapat ditemui pada bahan pangan nabati seperti sayuran berwarna hijau,
buah berwarna kuning, misalnya pepaya, tomat, labu, ubi jalar kuning, nanas, dan
mangga (Endang, 2007)
Kebutuhan vitamin A anak balita adalah 500 – 600 µg RE/ hari.
Sumber makanan : hati, minyak ikan, susu, produk lemak susu, ikan air tawar,
kuning telur, mentega, sayur dan buah berwarna hijau, kuning dan
merah(Arwin,2007). Vitamin A memegang peranan penting untuk pemeliharaan sel
kornea dan epitel dari penglihatan, metabolisme umum dan proses reproduksi,
membantu melindungi tubuh terhadap kanker.Untuk kesehatan jaringan tubuh,
vitamin A mempercepat proses penyembuhan luka. Dalam kegiatan pertumbuhan
dan perkembangan jaringan epitelial, vitamin A mempertahankan kesehatan dan
11
struktur kulit, rambut dan gigi. Beberapa penyakit kulit seperti jerawat dan psoriasis
adalah sebagai akibat kekurangan vitamin A.
Penyakit akibat kekurangan Vitamin A yaitu sebagai berikut:
1. Hemeralopia yang timbul karena menurunnya kemampuan sel basilus
pada waktu senja
2. Bintik bitot (kerusakan pada retina)
3. Seroftalmia (kornea mata mengering karena terganggunya kelenjar air
mata)
4. Keratomalasi (kornea mata rusak sama sekali karena berkurangnya
produksi minyak meibom)
5. Frinoderma (kulit kaki dan tangan bersisik karena pembentukan epitel
kulit terganggu)
6. Pendarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru karena rusaknya
epitel organ
7. Proses pertumbuhan terhenti
2.2.3. Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Imunisasi juga merupakan
suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang
antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Program
imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mecegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. Manfaat imunisasi untuk anak yaitu mencegah
12
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian
(Properawati, 2010).
Jenis vaksin lima imunisasi lengkap menurut Alimul (2009) dalam Maulana
(2012) adalah sebagai berikut:
a. BCGImunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau
yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Frekuensi
pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan. Vaksin
BCG diberikan melalui intradermal/intracutan.
b. Hepatitis BImunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah Hepatitis B Surface
Antigen (HbsAg) dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B
adalah 3 dosis.
c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi
polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui oral.
d. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3
dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan)
terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
13
membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup.
Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.
e. CampakImunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi
campak adalah 1 dosis. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. (Alimul,
2009).
Jadwal pemberiaan Imunisasi menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
tahun 2011 adalah:
Jenis VaksinUmur Pemberian Vaksin
Bulan TahunLhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 18 24 3 5
Hepatisi B 1 2 3Polio 0 1 2 3 4 5BCG 1DTP 1 2 3 4 5Rota Virus 1 2 3Campak 1MMR 1
Sumber : IDAI, 2011
Berdasarkan tabel di atas jadwal pemeberian imunisasi vaksin Hepatitis B
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, vaksin polio diberikan pada kunjungan
pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan
untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-
1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, BSG optimal diberikan
pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan,
perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan,
BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal
cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut
14
(diagnostik TB), DTP diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin
DTwP atau DTP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18
bulan dan 5 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi
Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td,
vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali.
Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen
selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.
Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis
ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32 minggu (interval
minimal 4 minggu). Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan
pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi
Kementerian Kesehatan. MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum
mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada
umur 5-7 tahun.
2.2.4. Pemberian Asi Eklusif dan Makanan Pendamping ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna bagi
makanan bayi. ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
ibu melalui proses menyusui. Secara alamiah, ia mampu menghasilkan ASI. Dengan
demikian, ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ibu
mengalami kehamilan. Semasa kehamilan, payudara ibu mengalami perubahan untuk
menyiapkan produksi ASI tersebut (Khamzah, 2012).
15
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat
alamiah. Asi mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu
disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai
pentingnya ASI bagi bayi. ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak
manfaat dan kelebihan. Di antaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit
infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare) (Prasetyono,2012).
Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya
menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa
penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin,
suplemen mineral atau obat. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat (Windayanti, 2010).
Manfaat ASI Bagi Bayi adalah: (a). Asi mengandung protein, lemak,
vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi, karenanya Asi
mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan nutrisi. (b). Meningkatkan daya tahan
tubuh (c). Antibodi yang ada didalam kolostrum juga melindungi bayi baru lahir dari
alergi, asma, diare dan lain-lain. (d). Meningkatkan jalinan kasih sayang (e).
Meningkatkan kecerdasan (f). Merupakan sumber zat gizi yang ideal, berkomposisi
seimbang dan secara alami disesuaikan dengan pertumbuhan masa
16
pertumbuhan bayi. (g). Asi mudah diserap dan mencegah karies karena mengandung
mineral selenium.
Manfaat ASI untuk Ibu adalah: (a). Menyusui menolong rahim menyerut
lebih cepat dan mencapai ukuran normalnya dalam waktu singkat. Menyusui
mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan dan karena itu mencegah
anemia. (b). Menyusui mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur. (c).
Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi
selama kehamilan karenanya menurunkan resiko obesitas. (d). Menjarangkan
kehamilan (e). Meningkatkan kasih sayang ibu dan anak (f). Ibu menjadi
perempuan yang lengkap karena dapat menyusui (g). Memberikan kesenangan dan
kepuasan bagi bayi (Windayanti, 2010).
Menurut Prasetyono (2012), ada beberapa hal yang penting yang harus
diperhatikan oleh ibu dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi adalah
sebagai berikut:
1. Makanan apapun yang diberikan kepada bayi mesti memenuhi standar
kecukupan zat gizi
2. Jumlah (porsi) makanan yang diberikan kepada bayi jangan terlalu besar,
karena kapasitas perutnya masih kecil
3. Ibu memberikan makanan tambahan setelah bayi menyusu
4. Pada awalnya makanan yang diberikan kepada bayi harus dihaluskan terlebih
dahulu.
5. Selama masa penyapihan, bayi sering kali menderita berbagai penyakit,
seperti batuk, campak, dan diare. Apabila makanannya mencukupi
17
kebutuhan tubuhnya, gejala penyakit yang muncul tidak sehebat bayi yang
kekurangan gizi.
Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi harus memenuhi beberapa
syarat tertentu, yakni memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi,
mempunyai nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam
jumlah yang cukup, dapat diterima dengan baik oleh bayi, harganya relatif murah,
serta diproduksi dari bahan-bahan yang mudah ditemui di berbagai tempat. Makanan
tambahan yang diberikan kepada bayi minimal mengandung 360 kkal per 100 gram
bahan. Kecukupan energi bayi berusia 6-12 bulan sekitar 870 kkal dan kecukupan
protein per hari kira-kira 20 gram. Sebaiknya, makanan tambahan bagi bayi bersifat
padat gizi, serta cukup mengandung serat dan bahan lain yang mudah dicerna
(Prasetyono 2012).
2.3. Faktor Internal
Perilaku yang dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk memberikan respon
terhadap situasi di luar subjek tersebut. Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat
yang dikemukan oleh Sarwono (1993) bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari
pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku
merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dalam dirinya.
2.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil
jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. selanjutnya
18
perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan . Pengetahuan adalah
hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek. pengetahuan juga bisa diartikan sebagai suatu bentuk tahu dari manusia yang
diperolehnya, dari pengalaman perasaan, akal pikiran dan instituisinya setelah orang
melalukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Syarif (1994) dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah kesan
dari pikiran manusia sebagai hasil panca indra. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehencion)
Kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpetasikan secara benar tentang
objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan menangkap
makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditunjukkan dalam bentuk
kemampuan menguraikan ini pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
materi atau substansi yang dipelajari.
19
c. Aplikasi (Application)
Kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata. Mencakup
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus
dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan,
menggunakan dan mendemonstrasikan.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan menggabungkan komponen-komponen yang terpisah-pisah
sehingga membentuk suatu keseluruhan, misalnya menggabungkan,
menyusun kembali dan mendiskusikannya.
e. Evaluasi (Evaluasion)
Kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau
materi. Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau kriteria
yang disusun yang bersangkutan misalnya mendukung, menentang dan
merumuskan.
Menurut Gmikro (2006), pengetahuan merupakan sangat penting
terbentuknya tindakan seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka
akan semakin baik seseorang dalam melakukan suatu tindakan termasuk dalam
hal pemanfaatan KMS sebagai sarana pemantauan pertumbuhan dan gizi balita.
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada
KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini.
Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan
20
anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita
pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
Ibu yang berpengetahuan tinggi dapat melihat pertumbuhan bayinya
berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan
anak dalam KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dalam melakukan konseling atau
dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam
memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukakan setelah
mencatat hasil penimbangan anak pada KMS- Balita (Gmikro, 2006).
Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan Kartu Menuju Sehat maka akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak terutama tentang masalah gizi anak. semakin
tingggi masalah pengetahuan gizi seseorang makan semakin diperhitungkan jenis dan
jumlah makanan yang dipilih untuk dikosumsi. Orang yang tidak cukup pengetahuan
tentang gizi akan memilih makanan yang paling menarik perhatiannya baik dari segi
warna dan rasa serta tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan itu.
Pengetahuan orangtua khususnya ibu tentang pemanfaatan Kartu Menuju
Sehat (KMS) merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak. Karena dengan pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara memakai dan memaknai KMS yang baik,
bagaimana anak tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik berdasarkan tahap
perkembangan dan bagaimana cara menjaga kesehatannya (Soetjiningsih, 2005).
21
2.3.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat , tetapi hanya dapat
ditapsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukakan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimmulus
sosial (Sumantri, 2012).
Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan juga merupakan pelaksana
motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan’pre-disposisi’ tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku terbuka. Lebih dapat
dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Sumantri, 2012)
Dalam bagian lain Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
yakni:
1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
22
2. Merespons ( Responing)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya
seorang ibu mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anak ke
posyandu adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap
positif terhaap gizi anak.
4. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi. pengukuran sikap dilakukan
secara langsung dan tiak langsung, secara langsung dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap objek.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku manusia, Lowren Green
dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan ada dua faktor yang ada dalam diri
seseorang (faktor internal) yaitu faktor perilaku dan faktor yang ada diluar diri
seseorang (faktor eksternal) seperti faktor lingkungan , manusia, sosial, ekonomi,
kebudayaan dan lain sebagainya.
2.4.Faktor Eksternal
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang
23
berhubungan dengan pemanfaatan KMS adalah faktor yang berasal dari luar diri ibu
seperti faktor lingkungan, manusia, sosial, ekonomi ,kebudayaan dan lain
sebagainya. Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:
2.4.1. Peranan Petugas Kesehatan
Peranan petugas kesehatan adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Petugas
kesehatan sendiri berkedudukan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan.
Kedudukan petugas kesehatan dalam sistem ini sebagai anggota tim kesehatan yang
memiliki wewenang. Oleh karena mempunyai wewenang maka mempunyai pula
kewajiban dan tanggung jawab (Depkes, 2002).
Peran petugas kesehatan terdiri dari beberapa peran utama sebagai berikut:
sebagai pelaksanan pelayanan kesehatan; perawat bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan, dari bersifat sederhana sampai yang paling
komplek kepada individu, keluarga dan masyarakat; sebagai pengelola pelayanan
institusi pendidikan ; sebagai penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan,
khususnya yang terikat dengan upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan
secara terus menerus (Depkes, 2002).
Peranan petugas kesehatan harus mampu memberikan motivasi dan
pelayanan yang baik yaitu pemeriksaan rutin dan perawatan anak sendiri melalui
anjuran dan penjelasan saat berkunjung selama pemeriksaan anak. Memeriksakan
anak kepada petugas kesehatan sedini mungkin akan mempuyai manfaat yang sangat
besar, misalnya ibu mungkin sudah lama tidak memeriksakan kesehatan anaknya
sehingga tidak mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi kesehatan anak. selain itu
pertambahan berat badan, tinggi badan anak dapat diketahui secara
24
pasti. hal ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, pemeriksaan dan perawatan anak
dengan memanfaatkan KMS balita.
Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis
pelayanankesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsulvitamin A.
Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harusmemberikan imunisasi dan
kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya.Petugas kesehatan juga dapat
menggerakkan tokoh masyarakatdalam kegiatan pemantauan pertumbuhan.KMS
juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orangtua balita tentang
pertumbuhan anak, manfaat imunisasi danpemberian kapsul vitamin A, cara
pemberian makan, pentingnya ASIeksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat
menekankan perlunyaanak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau
pertumbuhannya (Permenkes, 2010).
2.4.2. Dukungan keluarga
Faktor dukungan keluarga juga mempengaruhi perilaku ibu. Interaksi sosial
yang dilalaikan secara terbatas pada suatu kelompok referensi saja tanpa mengenal
kelompok atau individu di luar kelompok, akan menyebabkan persepsi yang tidak
benar dan untuk berpatisipasi aktif atau melibat diri dalam sesuatu kegiatan melihat
dari segi pengaruh lingkungan. Hambatan penting alam penyerapan perilaku
kesehatan dapat berasal dari orang tua, suami atau orang lain yang berada
dikelompoknnya. Faktor dukungan keluarga merupakan salah satu faktor dari luar
individu yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak.
sumber penguat, tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program (Depkes,
1999).
25
Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkanagar
setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang.Apabila ada indikasi
gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik)atau kelebihan gizi, orang tua balita
dapat melakukan tindakanperbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau
membawaanak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.Orang tua balita juga dapat
mengetahui apakah anaknya telahmendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan
mendapatkankapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan
(Permenkes, 2010).
2.5.Kerangka Teoritis
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori Lawren Green dalam Notoatmodjo (2007) dan dalam
Depkes (2002), perilaku seorang ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal seperti pengetahuan, sikap, pendididkan dan faktor eksternal seperti
Lawren Green (2007)a. Faktor internal
Pengetahuan Sikap Tindakan Pendidikan
b. Faktor Eksternal Peran petugas kesehatan
Depkes (2002) Peran petugas kesehatan
Dukungan Suami/keluarga
PemanfaatanKMS Balita
26
peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga maka yang menjadi kerangka
konsep penelitian adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
2.7. Hipotesis Penelitian
1. Ha: Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan KMS balita di
Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
2. Ha: Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan KMS balita di Desa
Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
3. Ha: Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan KMS
balita di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
4. Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan KMS balita di Desa
Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
Pengetahuan ibu
Sikap ibu
Peran Petugas Kesehatan
Dukungan Keluarga
Pemanfaatan KMSBalita
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional dimana
variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada obyek penelitian diobservasi dan
diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari
keduanya.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 25 Juli – 01 Agustus tahun 2013, dengan
alasan bahwa di tempat penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)
oleh ibu balita, dan juga masih banyak ibu yang belum memanfaatkan KMS balita.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita
yang berada di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya, dan yang memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) yaitu sebanyak 41 orang.
28
3.3.2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total dari populasi yaitu
semua ibu-ibu yang memiliki KMS balita yang berada di Desa Keude Linteung
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data yang dikumpulkan bersumber langsung dari responden. Untuk
memperoleh data primer dari responden peneliti mengunakan alat pengumpulan data
berupa kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemanfaatan KMS oleh ibu balita dan pemanfaatan KMS
di desa Keude Linteung.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Keude Linteung, Dinkes Nagan Raya
serta studi kepustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian serta literatur
penelitian lainnya.
29
3.5. Devinisi Operasional Variabel
No Variabel Keterangan
Variabel Dependen1 Pemanfaatan Devinisi
KMS balita
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Pemantauan setiap bulan perkembanganbalita melalui KMS (membandingkanhasil KMS bulan lalu dengan sekarang,melihat kelengkapan imunisasi,pemberian vit A).WawancaraKuesioner1. Dimanfaatkan2. Tidak dimanfaatkanOrdinal
Variabel Independen2 Pengetahuan ibu Devinisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Pemahaman responden terhadappemanfaatan KMS sebagai pemantauananak balita.WawancaraKuesioner1. Baik2. KurangOrdinal
3 Sikap ibu Devinisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Reaksi atau respon positif dan negatifterhadap pemanfaatan KMS balita.WawancaraKuesioner1. Positif2. NegatifOrdinal
4 Peran petugas Devinisikesehatan
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Persepsi responden terhadap petugaskesehatan dalam memberikan informasiterhadap pemanfaatan KMS balita.WawancaraKuesioner1. Berperan2. Kurang berperanOrdinal
5 Dukungan DevinisiKeluarga
Cara ukurAlat ukurHasil ukurSkala ukur
Dorongan dan motivasi suami ataukeluarga responden lainnya yangberhubungan dengan pemanfaatan KMSbalita.WawancaraKuesioner1. Mendukung2. Tidak mendukung
30
3.6. Aspek Pengukuran Variabel
3.6.1. Pemanfaatan KMS balita
1. Dimanfaatkan ≥ 11
2. Tidak dimanfaatan < 11
3.6.2. Pengetahuan ibu
1. Baik ≥ 17
2. Tidak baik < 17
3.6.3. Sikap ibu
1. Negatif ≥18
2. Positif < 18
3.6.4. Peranan petugas kesehatan
1. Berperan ≥18
2. Kurang berperan < 18
3.6.5. Dukungan Keluarga
1. Mendukung ≥5
2. Tidak mendukung: < 5
3.7. Tehnik Analisa Data
3.7.1. Analisa Univariat
Data univariat adalah analisis untuk melihat karakteristik responden dan
ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pada analisa univariat, data
yang diperoleh dari hasil pengumpulan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
31
3.7.2. Analisa Bivariat
.Data bivariat yaitu melakukan analisis hasil dari variabel independen yang
diduga berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis yang di gunakan adalah
tabulasi silang dengan menggunakan uji statistik Chi-Squer dengan rumus sebagai
berikut :
X2 =∑ ( )Keterangan:
X2 = Nilai Chi-squer
O = Frekuensi observasi
E = Frekuensi nilai harapan
Perhitungan statistic untuk analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan
program computer. Maka hasil yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan nilai
probilitas dengan keputusan untuk tabel kontingen 2 x 3 dimana terdapat sel yang
kurang dari 5 maka dilakukan merger sel dan bila tidak ada sel kurang dari 5 dapat
dilihat nilai p-value pada kolom Asymp. Sig (2-Sided)barisPearson Chi-Square dan
untuk tabel kontingen 2 x 2 dimana tedapat sel yang kurang dari 5 dapat dilihat nilai
p-value pada baris Fisher’s Exact Test Kolomexact Sig (2-Sided), bila terdapat sel
yang lebih dari 5 dapat dilihat nilai p-value pada baris continuity correction
Kolomasymp Sig (2-Sided), jika p-value > 0,05 maka Ho diterima sedangkan jika p-
value < 0,05 Ho ditolak.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Keude Linteung terletak di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya dengan luas 80 Ha. Jumlah penduduk 670 jiwa yang berjenis kelamin
laki-laki sebayak 316 orang dan perempuan 354 orang. Adapun batas wilayah Desa
Keude Linteung adalah:
1. Utara : Berbatas dengan Desa Uteun Puloe
2. Selatan : Bebatas dengan Desa Paya
3. Timur : Berbatas dengan Desa Kabu Baroh
4. Barat : Berbatas dengan Desa Blang Panyang
4.1.2. Analisa Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.
1. Pengetahuan Ibu
Kebanyakan responden yang berada di Desa Keude Linteung Kabupaten
Nagan Raya memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 25 responden dari 41
responden yang diteliti atau sekitar (61%), selebihnya yaitu 16 responden yang
tingkat pengetahuan masih kurang atau sekitar (39%). Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
33
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu DiDesa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Penngetahuan Ibu Frekuensi (%)
1 Baik 25 61
2 Kurang 16 39
Jumlah 41 100
Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
2. Sikap Ibu
Kebanyakan responden yang berada di Desa Keude Linteung Kabupaten
Nagan Raya memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 24 responden dari 41
responden yang diteliti atau sekitar (58,5%), selebihnya yaitu 17 responden yang
memiliki sikap negatif atau sekitar (41,5%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Di DesaKeude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Sikap Ibu Frekuensi (%)
1 Positif 24 58,5
2 Negatif 17 41,5
Jumlah 41 100
Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
3. Peran Petugas Kesehatan
Kebanyakan responden yang berada di Desa Keude Linteung Kabupaten
Nagan Raya menyatakan peran petugas kesehatan masih kurang yaitu sebanyak 21
responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (51,2%), selebihnya yaitu 20
responden menyatakan berperan atau sekitar (48,8%). Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
34
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran PetugasKesehatan Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya 2013
No Peran Petugas kesehatan Frekuensi (%)
1 Berperan 20 48,8
2 Kurang berperan 21 51,2
Jumlah 41 100
Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
4. Dukungan Keluarga
Kebanyakan responden yang berada di Desa Keude Linteung Kabupaten
Nagan Raya menyatakan dukungan keluarganya yang masih kurang mendukung
yaitu sebanyak 23 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (56,1%),
selebihnya yaitu 18 responden yang menyatakan mendukung atau sekitar (43,9%).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan KeluargaDi Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Dukungan Keluarga Frekuensi (%)
1 Mendukung 18 43,9
2 Kurang mendukung 23 56,1
Jumlah 41 100
Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
5. Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kebanyakan responden yang berada di Desa Keude Linteung Kabupaten
Nagan Raya tidak memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu sebanyak 25
responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (61%), selebihnya yaitu 16
35
responden yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau sekitar (39%).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan KMS Di
Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Pemanfaatan KMS Frekuensi (%)
1 Dimanfaatkan 16 39
2 Tidak dimanfaatkan 25 61
Jumlah 41 100
Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
4.1.3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Peneliti menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.
1. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat(KMS)
Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu MenujuSehat (KMS) di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya tahun2013
Pemanfaatan KMS
Jumlah %P
valueNoPengetahuan
ibu DimanfaatkanTidak
dimanfaatkanFrek % Frek %
12
Baikkurang
14 56,02 12,5
11 44,014 87,5
2516
100100
0,014
Total 16 39,0 25 61,0 41 100Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 25 responden yang memiliki
pengetahuan baik, 14 orang (56%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan
36
11 orang (44%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 16 responden yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang, 2 orang (12,5%) yang memanfaatkan Kartu Menuju
Sehat (KMS) dan 14 orang (87,5%) tidak memanfaatkan.
Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,014 (0,014 <
0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada Hubungan Antara pengetahuan ibu dengan
pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
2. Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Tabel 4.7 Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat(KMS) Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan Raya Tahun2013
Pemanfaatan KMSJumlah %
P
valueNo Sikap ibu Dimanfaatkan Tidak dimanfaatkanFrek % Frek %
12
PositifNegatif
13 54,23 17,6
11 45,814 82,4
2417
100100
0,042
Total 16 39,0 25 61,0 41 100Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang memiliki sikap
positif, 13 orang (54,2%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 11 orang
(45,8%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 17 responden yang memiliki sikap
negatif, 3 orang (17,6%) yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 14
orang (82,4%) tidak memanfaatkan.
Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,042 (0,042 <
0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada Hubungan Antara sikap ibu Dengan
37
pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
3. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan Kartu MenujuSehat (KMS)
Tabel 4.8 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan KartuMenuju Sehat (KMS) Di Desa Keude Linteung Kabupaten NaganRaya Tahun 2013
Pemanfaatan KMS
Jumlah %P
valueNoPeran petugas
kesehatan DimanfaatkanTidak
dimanfaatkanFrek % Frek %
12
BerperanKurang berperan
15 75,01 4,8
5 25,020 95,2
2021
100100
0,000
Total 16 39,0 25 61,0 41 100Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang menyatakan
petugas kesehatan berperan, 15 orang (75%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat
(KMS) dan 5 orang (25%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 21 responden yang
menyatakan petugas kesehatan kurang berperan, 1 orang (4,8%) yang memanfaatkan
Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 20 orang (95,2%) tidak memanfaatkan.
Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,000 (0,000 <
0,05) maka Ha diterima. Jadi artinya ada Hubungan Antara peran petugas kesehatan
dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude
Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
4. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat(KMS)
Tabel 4.9 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Kartu MenujuSehat (KMS) Di Desa Keude Linteung Kabupaten Nagan RayaTahun 2013
38
Pemanfaatan KMS
Jumlah %P
valueNoDukungankeluarga Dimanfaatkan
Tidakdimanfaatkan
Frek % Frek %12
MendukungTidak mendukung
9 50,07 30,4
9 50,016 69,6
1823
100100
0,341
Total 16 39,0 25 61,0 41 100Sumber : Data Primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 18 responden yang menyatakan
dukungan keluarga mendukung, 9 orang (50%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat
(KMS) dan 9 orang (50%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 23 responden yang
menyatakan dukungan keluarga tidak mendukung, 7 orang (30,4%) yang
memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 16 orang (69,6%) tidak
memanfaatkan.
Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,341 (0,341 >
0,05) maka Ho diterima. Jadi artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude
Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
4.2. Pembahasan
4.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat(KMS)
Uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,014 (0,014 < 0,05) maka Ha
diterima. Jadi artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan
Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
Dari hasil penelitian ini di dapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
ibu dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude
39
Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Diperoleh hasil
bahwa dari 25 responden yang memiliki pengetahuan baik, 14 orang (memanfaatkan
Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 11 orang tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 16
responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, 2 orang yang memanfaatkan
Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 14 orang tidak memanfaatkan.
Pengetahuan orangtua khususnya ibu tentang pemanfaatan Kartu Menuju
Sehat (KMS) merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak. Karena dengan pengetahuan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara memakai dan memaknai KMS yang baik,
bagaimana anak tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik berdasarkan tahap
perkembangan dan bagaimana cara menjaga kesehatannya (Soetjiningsih, 2005).
Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan Kartu Menunuju Sehat oleh ibu balita. Ibu yang berpengetahuan tinggi
dapat melihat pertumbuhan bayinya berdasarkan catatan hasil penimbangan,
perkembangan, serta keadaan kesehatan anak dalam KMS-Balita. Sehingga ibu yang
memiliki pengetahuan baik lebih banyak memanfaatkan KMS dibandingkan dengan
ibu yang berpengetahuan kurang dan sebaliknya ibu yang berpengetahuan kurang
lebih banyak tidak memanfaatkan KMS dibandingkan dengan yang memiliki
pengetahuan baik.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lenfrin (2011), dengan analisa
bivariat fisher Exact Test (CI 95 % dan α = 0,05) menunjukkan ada hubungan
pengetahuan ibu dengan pemanfaatan KMS dengan nilai probabilitas 0,003.
40
4.2.2 Hubungan Sikap Ibu dengan Pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,042 (0,042 < 0,05) maka Ha
diterima. Jadi artinya ada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan Kartu
Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu
dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude
Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Diperoleh hasil
bahwa dari 24 responden yang memiliki sikap positif, 13 orang memanfaatkan Kartu
Menuju Sehat (KMS) dan 11 orang tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 17
responden yang memiliki sikap negatif, 3 orang yang memanfaatkan Kartu Menuju
Sehat (KMS) dan 14 orang (82,4%) tidak memanfaatkan.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial (Sumantri, 2012).
Sikap ibu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
Kartu Menuju Sehat oleh ibu balita, Karena sikap juga merupakan suatu kesiapan
untuk bertindak. Sehingga ibu yang memiliki sikap positif lebih banyak yang
memanfaatkan KMS dibandingkan dengan ibu yang bersikap negatif dan sebaliknya,
ibu yang yang mimiliki sikap negatif lebih banyak
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph (2007),
tentang hubungan pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap pemanfaatan KMS anak
41
balita di kampung Farusi Distrik Swaniwe Kabupaten Biak dengan responden yang
memiliki sikap baik sebanyak 78% dan nilai P= 0,004.
4.2.3 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan KartuMenuju Sehat (KMS).
Uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,000 (0,000 < 0,05) maka Ha
diterima. Jadi artinya ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan
pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude Linteung
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara peran
petugas kesehatan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di
Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Diperoleh hasil bahwa dari 20 responden yang menyatakan perugas kesehatan
perperan, 15 orang (75%) memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 5 orang
(25%) tidak memanfaatkan. Sedangkan dari 21 responden yang menyatakan petugas
kesehatan kurang berperan, 1 orang (4,8%) yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat
(KMS) dan 20 orang (95,2%) tidak memanfaatkan.
Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam
kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi
kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan
pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan
pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap
bulan untuk memantau pertumbuhannya (Permenkes, 2010).
Peran petugas kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan KMS ole ibu balita, Apabila petugas kesehatan berperan
42
dalam memberikan penjelasan ataupun memberikan penyuluhan tentang KMS maka
kemungkinan besar pemanfaatan KMS oleh ibu balita semakin tingggi. di sini juga
terlihat bahwa dengan petugas kesehatan berperan lebih banyak ibu yang
memanfaatkan KMS dibandingkan yang tidak memanfaatkan dan yang petugas
kesehatan kurang berperan hanya 1 orang yang memanfaatkan KMS.
Penelitian yang dilakukan oleh Misnaniarti (2011), tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) di posyandu oleh ibu
yang mempunyai anak balita pada wilayah kerja puskesmas kertapati. Hasil
penelitian menunjukkan secara statistik berhubungan secara bermakna dengan
pemanfaatan KMS terhadap perilaku petugas posyandu (p-value=0,03, RP=2,85).
4.2.4 Hubungan Dukungan Kelurga dengan Pemanfaatan Kartu MenujuSehat (KMS)
Setelah dilakukan uji statistik Chi squre diperoleh P value = 0,341 (0,341 >
0,05) maka Ho diterima. Jadi artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita di Desa Keude
Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 .
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada Hubungan Antara
dukungan keluarga dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita
di Desa Keude Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Diperoleh hasil bahwa dari 18 responden yang menyatakan dukungan keluarga
mendukung, 9 orang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 9 orang tidak
memanfaatkan. Sedangkan dari 23 responden yang menyatakan dukungan keluarga
tidak mendukung, 7 orang yang memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan 16
orang (69,6%) tidak memanfaatkan.
43
Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar
setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi
gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita
dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau
membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat
mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan
mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan
(Permenkes, 2010).
Dukungan keluarga memang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan KMS oleh ibu balita, Faktor dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor dari luar individu yang menentukan tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak, Namun disini dukungan keluarga bukan faktor
satu-satunya yang mempengaruhi pemanfaatan KMS oleh ibu balita yaitu walaupun
keluarga mendukung tetap masih banyak yang tidak memanfaatkan KMS.
Penelitian Handayanai (2012), tentang hubungan perilaku ibu dan dukungan
keluarga terhadap pemanfaatan KMS balita di wilayah kerja Puskesmas Darussalam
tahun 2012 dengan hasil penelitian nilai tertinggi pada kategori kurang, yaitu
sebanyak 78 responden (81,3%), kemudian terendah pada kategori baik sebanyak 18
responden (18,7%).
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pengetahuan Ibu
Kebanyakan responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak
25 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (61%). Dari hasil
uji statistik Chi squre didapatkan ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita dengan
nilaiP value = 0,014 (0,014 < 0,05).
2. Sikap Ibu
Kebanyakan responden memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 24
responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar (58,5%). Dari hasil
uji statistik Chi squre didapatkanada hubungan antara sikap ibu dengan
pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balitadengan nilai P
value = 0,042 (0,042< 0,05.
3. Peran Petugas Kesehatan
Kebanyakan responden menyatakan peran petugas kesehatan masih kurang
yaitu sebanyak 21 responden dari 41 responden yang diteliti atau sekitar
(51,2%). Hasil uji statistik Chi squre didapatkan artinya ada hubungan
antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan Kartu Menuju Sehat
(KMS) oleh ibu balita dengan nilai P value = 0,000 (0,000 < 0,05).
44
4. Dukungan Keluarga
Kebanyakan responden menyatakan dukungan keluarganya yang masih
kurang mendukung yaitu sebanyak 23 responden dari 41 responden yang
diteliti atau sekitar (56,1%).Dari hasil uji statistik Chi squre didapatkan
tidak ada hubungan antara dukungan keluargadengan pemanfaatan Kartu
Menuju Sehat (KMS) oleh ibu balita dengan nilai P value = 0,341 (0,341
>0,05).
6.2. Saran
1. Bagi Masyarakat
Disarankan kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita untuk
memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) guna untuk memahami
gangguan pertumbuhan agar dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum
masalahnya lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA
Arwin, 2007. Nutrisi Untuk Balita http://perawatpemula.blogspot.com/2007/10/nutrisi-untuk-balita.html Diakses padatanggal 9 November 2012.
Depkes, RI. 1999. Pedoman Pegangan Kader, Jakarta
Depkes, RI. 2000. Referensi Kesehatan tahun 2008. http://creasoft.wordpress.com.Diakses pada tanggal 15 september 2012.
Hidayat, Alimun. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data,Jakarta: Salemba Medika.
Http://www.slideshare.net/manjilala/materi-4-pelatihan-kader-posyandu diakses padatanggal 20 Desember 2012
Khamzah, Siti Nur. 2012. Segudang Keajaiban ASI, Jogyakarta: FlashBook
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Nagan Raya tahun 2012
Laporan Tahunan Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2012
Maulana, 2012. Lima Imunisasi Dasar Lengkap (Lil),http://rizky0811.blogspot.com/2012/06/penjelasan-imunisasi-dasar-lengkap.html. Diakses pada tanggal 20 September 2012.
Menkes, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (Kms)Bagi Balita.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam, 2005. Ilmu kesehatan anak, Jakarta : Salemba Medika
Prasetiyono, Dwi Sunar. 2012. ASI Eklusif : Pengenalan, Praktik, danKemanfaatan-Kemanfaatannya, Jogyakarta: DIVA Press.
Proverawati, Atikah dan Dwi Andini, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi, Yokyakarta:Nuha Offset.
Rahayu, Atikah dkk, 2007. Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Di Desa TelokSelong Ilir Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Tahun 2007.
Referensi Kesehatan, 2008. Status Gizi Versi KMS,http://creasoft.wordpress.com/2008/05/01/ Diakses pada tanggal Desember2012
Riskesdas, 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan KementerianKesehatan Ri Tahun 2010.
Sarwono, Solita, 1993. Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Soetjiningsih, 2003. Tumbuh Kembang Anak, Surabaya: EGC.
2005. Tumbuh Kembang Anak, Surabaya: EGC.
Sumantri, 2012. Medical World, http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/sikap.htmlDiakses pada tanggal 20 Desember 2012
Sundari, 2009. Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Ibu Balita TentangHasil Penimbangan Balita Pada Kartu Menuju Sehat ( Kms ) DiPosyandu Desa Kembangan Kecamatan Bukateja KabupatenPurbalingga. Skripsi Universitas Muhammadiyah Semarang.
Suryana, 1996. Keperawatan Anak, Jakarta: ECG.
Windayanti, 2010. Hubungan Umur Dan Tingkat Pendidikan Ibu TerhadapPemberian Asi Eksklusif Di Desa Gunung Selan Wilayah Kerja PuskesmasArga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu UtaraTahun 2010, Skripsi Universitas Ratu Samban Bengkulu Utara.
Recommended