22
A. Pengertian Stres Istilah stres ditemukan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah stres dapat digunaan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang dipicu oleh berbagai faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut. Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stres tidak hanya kondisi yang menekan seseorang baik keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989). Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu : 1. Stimulus

Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

A. Pengertian Stres

Istilah stres ditemukan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang

mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap

tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah stres dapat digunaan

untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang dipicu oleh berbagai

faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut.

Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu

yang disebabkan kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan

eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila

tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan

atau integritas seseorang. Stres tidak hanya kondisi yang menekan seseorang

baik keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap

tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari,

1989). Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994)

mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu :

1. Stimulus

Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau

membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut

sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini

mengkategorikan stresor menjadi tiga :

a.  Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi.

b. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang

yang dicintai.

c.  Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak atau bising.

2. Respon

Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Untuk itu dapat diketahui

dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan

komponen fisiologis.

Page 2: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

a.  Komponen psikologis, seperti perilaku, pola pikir dan emosi

b.  Komponen fisiologis, seperti detak jantung, mulut yang mengering

(sariawan), keringat dan sakit perut.

Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan. 

3.  Proses

Stres sebagai suatu proses terdiri dari stesor dan strain ditambah dengan satu

dimensi penting yaitu hubungan antara manusia  dengan lingkungan. Proses ini

melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga

dengan istilah transaksi antar manusia dengan lingkungan, yang didalamnya

termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

A.1. Stress dan Penyakit

Sumber psikologis dari stress tidak hanya menurunkan kemampuan kita

untuk menyesuaikan diri, tetapi secara tajam juga mempengaruhi kesehatan.

Stress meningkatkan resiko terkena berbagai jenis penyakit fisik.

Stress dan Sistem Endokrin

Beberapa kelenjar endokrin terlibat dalam menampilkan respon tubuh

terhadap stress. Pertama, hipotalamus, suatu struktur kecil di otak,

melepas suatu hormon yang menstimulasi kelenjar pituitari di dekatnya

untuk menghasilkan adrenocorticotrophic hormone (ACTH). ACTH,

selanjutnya, menstimulasi kelenjar adrenal yang berlokasi di atas

ginjal. Di bawah pengaruh ACTH, lapisan terluar kelenjar adrenal

yang disebut korteks adrenal, melepas sekelompok steroid. Kortikol

steroid ini merupakan hormon yang mempunyai sejumlah fungsi yang

beda dalam tubuh, seperti mendorong stress, membantu perkembangan

otot dan menyebabkan hati mengeluarkan gula, yang merupakan

tenaga dalam menghadapi stressor yang mengancam. Selain itu juga

membantu tubuh mempertahankan diri dari reaksi alergi dan

peradangan. Cabang simpatis dari susunan saraf otonom menstimulasi

lapisan dalam dari kelenjar adrenal, yang disebut medula adrenalis,

Page 3: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

untuk melepas zat kimia yang disebut adrenalin dan non adrenalin. Zat

ini berfungsi sebagai hormon setelah terlepas di dalam aliran darah.

Non adrenalin juga diproduksi di sistem saraf dan berfungsi sebagai

suatu neurotransmitter. Gabungan adrenalin dan non adrenalin

menggerakkan tubuh menghadapi stressor dengan meningkatkan kerja

jantung dan menstimulasi hati untuk melepaskan persediaan gula,

menjadi tenaga. Hormon stress yang diproduksi oleh kelenjar adrenal

membantu tubuh menyiapkan diri mengatasi stressor. Jika stressor

terlewati, tubuh kembali normal. Namunsaat stress yang kronis terjadi,

tubuh terus memompa keluar hormone dan dapat menyebabkan

kerusakan pada seluruh tubuh, termasuk menekan kemampuan dari

sistem kekebalan tubuh yang melindungi kita dari berbagai infeksi dan

penyakit.

A.2. Stress dan Sistem Kekebalan

Sistem kekebalan adalah sistem pertahanan tubuh melawan penyakit.

Pasukan sistem kekebalan tubuh sendiri adalah sel darah putih atau

leukosit, leukosit ini secara sistematis membunuh pathogen (bakteri

yang merugikan). Leukosit mengenali pathogen yang menyerang ini

dari lapisan permukaan mereka yang disebut antigen. Beberapa

leukosit memproduksi antibodi, protein khusus yang melekat pada sel-

sel yang dianggap asing, menonaktifkan sel-sel tersebut, memberi

tanda bagian mana yang harus dihancurkan.

Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa stress membuat kita rentan

terhadap penyakit karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.

A.3. Stres dan Perubahan Hidup

Perubahan hidup menjadi sumber stress bila perubahan hidup tersebut

menuntut kita untuk menyesuaikan diri. Perubahan ini dapat berupa

peristiwa menyenangkan dan menyedihkan. Para peneliti melaporkan

adanya hubungan antara pemaparan terhadap stressor hidup, termasuk

Page 4: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

perubahan hidup dan masalah sehari-hari, resiko berkembangnya

masalah kesehatan fisik, bahkan resiko terluka karena olahraga. Kita

harus hati-hati dalam menginterpretasikan hasil temuan ini. Hubungan

yang ditemukan ini sifatnya korelasional, dan bukan eksperimental.

B. Jenis Stres

Holahan (1981) menyebutkan jenis stres yang dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu systemic stress dan psychological stress.

1)    Systemic Stress

Systemic stress didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai

respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Ia

menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan stres, misalnya

racun kimia atau temperatur ekstrim, sebagai stressor.

Selye mengidentifikasikan tiga tahap dalam respon sistemik tubuh terhadap

kondisi-kondisi penuh stress, yang diistilahkan General Adaptation

Syndrome (GAS).

Tahap pertama adalah alarm reaction dari sistem syaraf otonom, termasuk

didalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekanan darah dan

otot menegang. Tahap ini bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh.

Selanjutnya tahap ini diikuti oleh tahap resistance atau adaptasi, yang

didalam nya termasuk berbagai macam respon coping secara fisik.

Tahap ketiga, exhaustion atau kelelahan, akan terjadi apabila stressor datang

secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama, jika usaha-usaha

perlawanan gagal untuk menyelesaikan secara adekuat.

2)    Psychological Stress

Page 5: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

Psychological stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan

yang penuh stress sebagai ancaman yang secara kuat menantang atau

melampaui kemampuan copingnya (Lazarus dalam Holahan, 1981). Sebuah

situasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensial

apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan

pendapatan dan seterusnya (dalam Heimstra & McFarling, 1978).

Hasil penelitian dari Levy dkk. (1984) metemukan bahwa stress dapat

timbul dari kondisi-kondisi yang bermacam-macam, seperti ditempat kerja, di

lingkungan fisik dan kondisi sosial. Stress yang timbul dari kondisi sosial bisa

dari lingkungan rumah, sekolah atau tempat kerja. 

C. Sumber Stres (Stressor)

Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga

kelompok sumber stress, yaitu :

1. Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas,

dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir,

dan sebagainya.

2. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada

fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit

seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian.

3. Daily hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-

hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan

seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.

C.1. Sumber-sumber stress di dalm diri seseorang

Sumber stress itu ada di dalam diri seseorang salah satunya melalui kesakitan.

Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur

Page 6: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

individu. Stres juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan

motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik.

Menurut Kurt Lewin, kekuatan motivasional yang melawan menyebabkan dua

kecenderungan yang melawan : pendekatan dan penghindaran. Kecenderungan

tersebut menggolongkan tiga jenis pokok dari konflik :

a. Konflik pendekatan-pendekatan

b. Konflik penghindaran-penghindaran

c. Konflik pendekatan-penghindaran

C.2. Sumber Stres di dalam Keluarga

Stres dapat bersumber dari interaksi para anggota keluarga, seperti perselisihan

dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang

saling berbeda dan lain-lain. Para orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau

pasangannya karena kematian akan merasa kehilangan arti. Perasaan kehilangan

ini akan semakin terasa terutama pada masa dewasa awal dan dapat menimbulkan

stres.

C.3. Sumber-sumber stres di dalam komunitas dan lingkungan

Interaksi subyek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres,

contohnya : pengalaman stres anak-anak di sekolah dan di beberapa kejadian

kompetitif, seperti olah raga. Sedangkan beberapa pengalaman stres orang tua

bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan stresful sifatnya.

C.4. Pekerjaan dan Stress

Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres sehubungan

dengan pekerjaan. Tak jarang situasi stresful ini kecil dan tak beerarti tapi bagi

banyak ornag situasi stres itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan dalam waktu

lama. Tuntutan kerja dapat menimbulkan stres dalam dua cara. Pertama, pekerjaan

itu mungkin terlalu banyak. Orang yang bekerja terlalu keras dan lembur karena

keharusan mengerjakan tugas itu. Keharusan itu dapat berupa alasan keuangan

Page 7: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

atau alasan lain. Kedua, jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih stresful daripada

jenis lainnya. Pekerjaan itu misalnya, jenis pekerjaan yang memberikan penilaian

atas penampilan kerja bawahannya.

Menurut Sarafino, stres kerja dapat disebabkan karena empat faktor. Yang

pertama lingkungan fisik yang terlalu menekan, yang kedua kurangnya kontrol

yang dirasakan, yang ketiga kurangnya hubungan interpersonal, yang keempat

kurangnya pegakuan terhadap kemampuan kerja.

D. Respon Stres

Taylor (1991) menyatakan, stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai

peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai

indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami

individu. Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:

 

1. Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak

jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

2. Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu,

seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang,

dan pikiran tidak wajar.

3. Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin

dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang

menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

E. Coping Stres

E.1. Proses Coping Stres

Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan

merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau

Page 8: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki

individu. Coping yang dilakukan ini berbeda dengan perilaku adaptif otomatis,

karena coping membutuhkan suatu usaha, yang mana hal tersebut akan menjadi

perilaku otomatis lewat proses belajar. Coping dipandang sebagai suatu usaha

untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan

tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha untuk menguasai seluruh

situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai.

Maka, coping yang efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu

seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak

merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman, 1984).

Menurut Lazarus & Folkman (1984), dalam melakukan coping, ada dua strategi

yang dibedakan menjadi :

1. Problem-focused-coping

Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau

mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan

terjadinya tekanan.

2.Emotion-focused-coping. 

Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur

respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan

ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan.

Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam

menghadapi masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya.

Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion focused coping dalam

menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus &

Folkman, 1984). Terkadang individu dapat menggunakan kedua strategi tersebut

secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh

individu (Taylor, 1991). Para peneliti menemukan bahwa penggunaan

strategi emotion focused coping oleh anak-anak secara umum meningkat seiring

bertambahnya usia mereka (Band & Weisz, Compas et al., dalam Wolchik &

Sandler, 1997).

Page 9: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

Suatu studi dilakukan oleh Folkman et al. (dalam Taylor, 1991) mengenai

kemungkinan variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-

focused coping dan emotion focused coping. Hasil studi tersebut menunjukkan

adanya delapan strategi coping yang muncul, yaitu :

Problem-focused coping :

1. Confrontative coping; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan

dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan

resiko.

2. Seeking social support; yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional

dan bantuan informasi dari orang lain.

3. Planful problem solving; usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan

dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

Emotion focused coping:

1. Self-control; usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang

menekan.

2. Distancing; usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar

dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandangan-

pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon.

3. Positive reappraisal; usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan

terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat

religius.

4. Accepting responsibility; usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri

dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk

membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah

terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak

baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut.

5. Escape/avoidance; usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi

tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum,

merokok, atau menggunakan obat-obatan.

Page 10: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

Gangguan penyesuaian

Gngguan penyesuaian merupakan suatu reaksi maladaptif terhadap stressor yang dikenali, yang ditandai dengan adanya hendaya yang bermakna (signifikan) dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis, atau adanya kondisi distress emosional yang melebihi batas normal. Diagnosis gangguan penyesuaian bisa ditegakkan bila reaksi terhadap stress tersebut tidak memenuhi kriteria diagnostik sindrom klinis yang lain seperti gangguan mood atau kecemasan.

Ciri gangguan penyesuaian

Gangguan penyesuaian ditandai dengan adanya reaksi emosional yang lebih besar dari reaksi normal yang biasanya muncul dalam situasi tertentu atau adanya hendaya fungsi yang bermakna. Hendaya biasanya berbentuk masalah di sekolah, di tempat kerja, atau dalam relasi sosial maupun aktivitas.

E.2.Coping-Outcome

Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan, coping yang efektif adalah coping yang

membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta

tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan

tersebut, Cohen dan Lazarus (dalam Taylor, 1991) mengemukakan,

agar coping dilakukan dengan efektif, maka strategi coping perlu mengacu pada

lima fungsi tugas coping yang dikenal dengan istilah coping task, yaitu :

1. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk

memperbaikinya.

2. Mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif.

3. Mempertahankan gambaran diri yang positif.

4. Mempertahankan keseimbangan emosional.

5. Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.

Menurut Taylor (1991), efektivitas coping tergantung dari keberhasilan

pemenuhan coping task. Individu tidak harus memenuhi semua coping task untuk

dinyatakan berhasil melakukan coping dengan baik. Setelah coping dapat

memenuhi sebagian atau semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat

Page 11: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

bagaimana coping outcome yang dialami tiap individu. Coping outcome adalah

kriteria hasil coping untuk menentukan keberhasilan coping. Coping outcome,

yaitu :

1. Ukuran fungsi fisiologis, yaitu coping dinyatakan berhasil bila coping yang

dilakukan dapat mengurangi indikator dan arousal stres seperti menurunnya

tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

2. Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia mengalami stres,

dan seberapa cepat ia dapat kembali. Coping dinyatakan berhasil bila coping yang

dilakukan dapat membawa individu kembali pada keadaan seperti sebelum

individu mengalami stres.

3. Efektivitas dalam mengurangi psychological distress. Coping dinyatakan berhasil

jika coping tersebut dapat mengurangi rasa cemas dan depresi pada individu.

F. Faktor-faktor Psikologis dan Gangguan-gangguan Fisik

Telah disebutkan sebelumnya bahwa faktor- faktor psikologis dapat

mempengaruhi fungsi fisik; faktor faktor fisik juga dapat memepengaruhi fungsi

mental.

Saat ini, banyak bukti menunjukkan bahwa pentingnya peranan faktor psikologis

dalam berbagai gangguan fisik yang lebih luas daripada beberapa gangguan fisik

yang disebut sebagai gangguan psikosomatis tradisiaonal.

a. Sakit kepala

Sakit kepala merupakan simtom dari banyak gangguan medis. Apabila

sakit kepala ini terjadi tidak bersamaan dengan gejala-gejala yang lain,

maka sakit kepala ini dapat dikelompokkan sebagai gangguan fisik yang

berhubungan dengan stress. Sampai sejauh ini, sakit kepala yang paling

sering muncul adalah sakit kepala karena tegang (Mark, 1998). Stress

dapat menyebabkan kontraksi yang kuat terhadap kulit kepala, muka,

leher, dan bahu sehingga muncul sakit kepala yang periodik dan kronis.

Sakit kepala seperti itu secara berangsur-angsur berkembang dan biasanya

Page 12: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

ditandai dengan rasa sakit yang terus menerus dikedua sisi kepala disertai

dengan tekanan yang menghimpit. Kebanyakan sakit kepala yang lain,

termasuk sakit kepala sebelah (migrain) yang parah, diyakini melibatkan

perubahan aliran darah ke kepala. Biasanya migrain berlangsung selama

beberapa jam atau beberapa hari. Sakit ini dapat muncul setiap hari atau

sering kali setiap bulannya. Sakit ini ditandai dengan rasa yang menusuk

disebelah sisi kepala atau dibelakang mata.

Serangan migrain berlangsung selama 4-72 jam. Ada dua tipe utama

migrain, yaitu: Migrain tanpa aura, dan migrain dengan aura. Aura adalah

sekelompok tanda peringatan sebelum terjadinya serangan.

Perspektif teoretis

Mengapa beberapa orang mengalami stress, menderita gangguan sakit

kepala? Sebab yang mendasari sakit kepala migren tidak dengan jelas

dimengerti. Para peneliti mengira sebabnya adalah karena adanya

ketidakstabilan serotonin kimiawi otak (Edelson, 1998). Turunnya tingkat

serotonin menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami kontraksi atau

menyempit dan kemudian mengembang. Peregangan ini menstimulasi

ujung-ujung syaraf yang menyebabkan timbulnya rasa yang menusuk yang

diasosiasikan dengan migrain.

Banyak faktor dapat menjadi pemicu munculnya serangan migrain, hal

ini termasuk stress; stimuli seperti sinar terang, perubahan dalam tekanan

udara; serbuk; obat tertentu; MSG (monosodium glutamat) kimiawi, yang

sering dipakai sebagai bumbu penyedap makanan; anggur merah; dan

bahkan kelaparan (Martin, dan Seneviratne, 1997).

Penanganan

Adanya penghilang rasa sakit seperti aspirin, ibuprofen, dan

acetaminophen, dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit yang

berhubungan dengan sakit kepala karena tegang. Penanganan psikologis

dalam banyak kasus dapat pula membantu mengurangi sakit kepala karena

tegang atau migrain. Penanganan ini termasuk pelatihan biofeedback,

relaksasi, pelatihan keterampilan coping, dan beberapa terapi kognitif.

Page 13: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

Pelatih biofeedback membantu individu memperoleh kendali terhadap

berbagai fungsi tubuhnya, seperti ketengangan otot, dan gelombang otak,

dengan memberikan informasi (feedback) tentang fungsi-fungsi tubuh ini

dalam bentuk tanda auditori/suara atau gambaran visual. Individu belajar

mengubah tanda kearah yang dikehendaki. Pelatihan keterampilan

relaksasi dipadukan dengan biofeedback juga terbukti efektif.

b. Kardiovaskular

Sekitar 10% populasi di amerika, sekitar 22 juta orang mengalami

CHD. Dalam penyakit jantung koroner, aliran darah ke jantung tidak

mencukupi kebutuhan. Proses penyakit yang mendasari CHD adalah

arteriosclerosisatau “pengerasan arteri”, suatu kondisi dimana dinding

arteri menjadi kebal, lebih keras, dan berkurang elastisitasnya. Kondisi ini

membuat darah sulit mengalir dengan bebas. Sebab utama terjadinya

arteriosclerosis adalah atherosclerosis yakni suatu proses yang

menyangkut penimbunan lemak sepanjang dinding arteri yang membuat

terjadinya sumbatan. Bila terjadi pembekuan darah di arteri yang telah

menjadi sempit, sumbatan ini mungkin menghalangi atau bahkan

menghentikan aliran darah ke jantung. Sebagai akibatnya terjadi suatu

serangan jantung (juga disebut myocardial infarction), suatu kejadian yang

mengancam hidup dimana terjadi kematian jaringan jantung karena

kurangnya darah yang kaya oksigen. Apabila gumpalan darah

menghalangi suplai darah ke otak, dapat terjadi stroke, menimbulkan

kematian jaringan otak sehingga kehilangan fungsi-fungsi yang

dikendalikan oleh bagain otak tersebut, koma, atau bahkan kematian.

Faktor psikologis, misalnya emosi-emosi negatif seperti marah dan

cemas, juga merupakan faktor resiko terjadinya gangguan kardiovaskular.

Penelitian ini juga mengidentifikasi suatu pola kepribadian, disebut pola

tingkahlaku tipe A, juga merupakan faktor resiko psikologis dari CHD.

Pola tingkah laku Tipe A

Pola tingkah laku tipe A merupakan suatu gaya tingkah laku seseorang

yang menunjukkan ciri-ciri seperti berkemauan keras, ambisius, tidak

Page 14: Makalah Stres Faktor Psikologis Dan Kesehatan

sabaran, dan kompetitif tinggi, berhubungan dengan resiko yang lebih

tinggi untuk mengalami CHD (T.Q. Miller dkk, 1991). Bukti

menunjukkan bahwa intervensi psikologis yang difokuskan untuk

mrmbantu orang-orang mengurangi tingkah laku tipe A, mereka dapat

secara signifikan mengurangi resiko serangan jantung yang berikutnya

pada orang yang pada orang yang pernah mendapat serangan jantung

(Brosy, 1996c; Friedman dkk 1986). Hostilitas-cepat marah- adalah unsur

pola tingkah laku tipe A yang paling dekat hubungannya dengan resiko

kardiovaskular (Donker,2000).

Stress Lingkungan Sosial

Faktor seperti kerja lembur, pekerjaan yang terus menerus ada, dan

menghadapi tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan, berhubungan

dengan peningkatan resiko CHD (C.D. Jenkins 1988). Bagaimanapun,

keterkaitan CHD dengan stress tidak dapat diuraikan dengan jelas.