View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 telah mengamanatkan bahwa pembangunan
aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi (RB) untuk mendukung keberhasilan
pembangunan dan merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya memberikan
perubahan atau perbaikan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dimuat dalam grand design
RB bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik
adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik,
netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur
negara.
Perubahan organisasi menjadi area pertama, hasil yang diharapkan adalah
organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). Pada tataran program tingkat
mikro, seluruh kementerian/lembaga harus melaksanakan penataan dan penguatan
organisasi sebagai salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan RB.
Penataan dan penguatan organisasi tersebut diperlukan karena dalam kenyataannya tidak
dapat dipungkiri bahwa secara keseluruhan birokrasi saat ini masih jauh dari kondisi yang
diharapkan. Pemerintahan dianggap belum tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).
Langkah selanjutnya untuk menciptakan suatu organisasi yang tepat fungsi dan
tepat ukuran adalah langkah apa yang dapat diambil untuk menunjang efektifitas dan
efisiensi organisasi. Salah Satunya adalah dengan memastikan seluruh tugas, tanggungjawab,
dan kewenangan terdistribusi habis kepada SDM yang ada di dalamnya sesuai dengan
jabatannya masing-masing. Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab serta kewenangan
terhadap anggota organisasinya secara benar dan tepat, membuat aktivitas di dalam
organisasi tersebut menjadi terkontrol dan setiap pihak yang terlibat memahami ruang
lingkup dan target yang harus dicapai dari pekerjaannya.
Oleh karena itu, RB yang difokuskan pada penataan struktur organisasi akan
menempatkan pentingnya rasionalisasi birokrasi untuk menciptakan efisiensi, efektivitas,
2
dan produktivitas birokrasi melalui pembagian kerja hirarkhikal dan horizontal yang
seimbang, diukur dengan rasio antara volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya
disertai tata kerja formalistik dan pengawasan yang ketat. Untuk mewujudkan hal tersebut,
kebijakan penataan organisasi merupakan langkah penting untuk menciptakan efektivitas
sebuah organisasi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) yang merupakan
dibentuk dari upaya integrasi 3 (tiga) lembaga yaitu Lembaga Informasi Nasional,
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, dan Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi, Departemen Perhubungan, menjadi Departemen Komunikasi dan
Informatika dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2005.
Tahun 2008 dilakukan perubahan organisasi karena adanya overlapping antara
tugas pokok dan fungsi Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dengan Badan
Informasi Publik sehingga ditetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
25 Tahun 2008.
Pada Tahun 2010 dengan adanya perkembangan dan tuntutan teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin konvergen serta peralihan nomenklatur dari Departemen
menjadi Kementerian berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47/2009, maka diperlukan
restrukturisasi melalui penetapan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
17/PER/M.KOMINFO/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi
dan Informatika.
1.2 Tujuan Kegiatan
Mengacu pada KAK yang telah ditetapkan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika, tujuan dari pelaksanaan kegiatan adalah :
1. Mendapat gambaran arah kebijakan organisasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika menuju organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran;
2. Memberikan pengertian tentang tugas yang terkandung dalam suatu jabatan dan
persyaratan yang harus dipenuhi untuk jabatan tersebut sehingga memudahkan
pemegang jabatan untuk melaksanakan pekerjaannya;
3. Sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen SDM lainnya
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemeliharaannya;
4. Memastikan seluruh tugas dan fungsi didalam organisasi terbagi habis dan tidak
terjadi overlapping maupun white-space tugas, kewenangan dan tanggung jawab.
3
1.3 Sasaran dan Ruang Lingkup
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan adalah terwujudnya organisasi kementerian/
lembaga yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right size) dan deskripsi tanggung jawab
organisasi dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi. Sedangkan ruang lingkup kegiatan
ini mencakup hal utama :
1. Pembahasan proposal penataan (struktur) organisasi yang disampaikan oleh
konsultan;
2. Pelaksanaan penyusunan Grand Design Organisasi 2015–2019 oleh konsultan
(pengumpulan bahan, desk research, penelitian lapangan, analisa dan pelaporan);
3. Focus Group Discussion (FGD);
4. Pembahasan hasil dan rekomendasi akhir melalui uji publik Grand Design
Organisasi 2015-2019.
1.4 Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Saat Ini
Dalam dokumen Rencana Strategis Tahun 2010-2014 dinyatakan bahwa Visi dan
Misi Kemeterian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut :
VISI
"Terwujudnya Indonesia informatif menuju masyarakat sejahtera melalui pembangunan
kominfo berkelanjutan, yang merakyat dan ramah lingkungan, dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia"
MISI
1. Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar
dan informasi benar menuju terbentuknya Indonesia informatif dalam kerangka NKRI;
2. Mewujudkan birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang profesional dan
memiliki integritas moral yang tinggi;
3. Mendorong peningkatan tayangan dan informasi edukatif untuk mendukung
pembangunan karakter bangsa;
4. Mengembangkan sistem kominfo yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing
tinggi dan ramah lingkungan;
5. Memperjuangkan kepentingan nasional kominfo dalam sistem pasar global.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 17 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika seperti pada Gambar 1.1
4
Struktur Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika
5
1.5 Landasan Hukum Pelaksanaan Penataan Birokrasi Kementerian Kominfo
Pelaksanaan kajian penataan birokrasi struktur organisasi Kementerian Kominfo, akan
mengacu pada berbagai landasan hukum yang terkait langsung dengan mandat teknis bidang
komunikasi dan informatika maupun landasan hukum lain yang berkaitan dengan tatalaksana,
reformasi birokrasi maupun landasan hukum lainnya yang diperlukan.
Landasan hukum utama yang terkait dengan pelaksanaan mandat kelembagaan dalam
bidang komunikasi dan informatika, antara lain adalah:
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, tentang Telekomunikasi;
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran;
3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
4. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik;
5. Undang-Undang No. 38 Tahun 2009, tentang Pos.
Berkaitan dengan pelaksanaan layanan publik dan pembagian urusan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengacu pada :
1. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik;
2. Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2012, tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
3. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
Sedangkan landasan hukum berkaitan dengan tatalaksana birokrasi maupun
pelaksanaan reformasi birokrasi untuk efektivitas birokrasi akan mengacu pada :
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2009, tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara;
3. Peraturan Presiden No. 81/2010, tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun
2010-2025;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 20 Tahun 2010, tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
6
BAB II
METODOLOGI
2.1. Kerangka Pemikiran
Penataan birokrasi, khususnya evaluasi organisasi dan perencanaan struktur organisasi
kementerian/lembaga akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dengan masing-
masing peran dan fungsi, saling terkait sebagai sebuah sistem yang (1) saling berinteraksi
sebagai komponen sebagai sebuah proses; (2) interrelasi dalam menjalankan proses sebagai
sebuah sistem; dan (3) interkoneksi diantara sistem yang berjalan dinamis sesuai perubahan
waktu dan kondisi lingkungannya.
Gambar 2.1 Keterkaitan Lintas Lembaga dalam Membangun Kinerja Optimal
Keterkaitan K/L/D sebagai sistem yang terintegrasi (Gambar 2.1) merupakan sebuah
konsekuensi dari peran, fungsi dan lingkup tanggungjawab kementerian/lembaga dalam
pelaksanaan proses maupun menghasilkan keluaran yang terbangun dalam pola keterkaitan
lintas kementerian/lembaga, lintas sektor, maupun keterkaitan antara pusat dan daerah.
Koordinasi intra-organisasi (lintas fungsi/lintas unit kerja) maupun inter-organisasi (lintas
7
K/L/D maupun dengan pemangku kepentingan lainnya) merupakan sebuah prasyarat bagi
penciptaan kinerja yang optimal.
Sebagai pakar dalam system thinking, dan management science, Ackoff Russell
(1997) menyatakan bahwa dalam era pengetahuan (knowledge era) berlaku bahwa:
1. Belajar dan adaptasi, serta pengetahuan dan pemahaman, fokus pada efisiensi, bukan
pada efektivitas. Efisiensi dan efektivitas ditentukan relatif terhadap satu atau lebih
tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi;
2. Penilaian keberhasilan pencapaian tujuan tersebut tidak relevan dengan pencapaian
efisiensi, tetapi relevan dengan pencapaian efektivitas;
3. Efektivitas perilaku merupakan fungsi dari keduanya (efisiensi dan efektivitas) yang
berperan dalam penilaian pencapaian keberhasilan dari satu atau lebih tujuan yang
diinginkan.
Gambar 2.2 The Path of Wisdom (Ackoff Russell, 1997)
Perbedaan antara efisiensi dan efektivitas, adalah membedakan antara kebijaksanaan
(wisdom) dengan pemahaman, pengetahuan, dan informasi, hal ini tercermin dalam
perbedaan antara pertumbuhan dan pembangunan. Pertumbuhan tidak selalu berarti
peningkatan nilai, disisi lain pembangunan akan memberikan nilai tambah. Pembangunan
adalah proses yang diikuti oleh peningkatan kebijaksanaan (Gambar 2.2). Dengan demikian
8
secara kritis dapat dikatakan bahwa "Intelligence is the ability to increase efficiency; wisdom
is the ability to increase effectiveness".
Mempertimbangkan luasnya lingkup dan batasan waktu dalam penataan kelembagaan
(preferensi struktur organisasi) bagi kementerian dan lembaga yang dilakukan kajian, maka
pelaksanaan kegiatan ini akan ditekankan pada hal-hal yang terkait dengan:
1. Perumusan preferensi organisasi kementerian, lembaga dengan mempertimbangkan
beberapa yang penting dan kritikal, terkait dengan:
a. Pola pengorganisasian yang terintegrasi lintas kementerian dan lembaga yang
terkait erat dalam pelaksanaan mandat yang diemban sesuai dengan peraturan
perundangan yang menjadi landasan tugas dan fungsi bagi kementerian,
lembaga tersebut;
b. Koordinasi dan sinkronisasi peran kementerian, lembaga dan daerah untuk
dapat melaksanakan upaya pembangunan secara terpadu dengan tetap fokus
pada pencapaian tujuan sesuai mandat yang diemban;
2. Pengukuran pencapaian kinerja kementerian, lembaga dan daerah dalam keterpaduan
pelaksanaan upaya pembangunan berkelanjutan, yang memberikan nilai tambah
optimal (pelayanan dan atau kesejahteraan) bagi masyarakat, serta dilaksanakan
dengan tatakelola pemerintahan yang baik.
2.2 Pendekatan Soft System Methodology (SSM)
Mengingat khususnya evaluasi organisasi dan perencanaan struktur organisasi
kementerian/lembaga selalu melibatkan berbagai pemangku kepentingan (multi stakeholder),
dan bersifat lintas disiplin (multi disiplin), maka untuk menghasilkan sintesa yang mendalam
dan komprehensif tidak cukup bila hanya menggunakan satu metoda saja. Dengan
menggunakan kombinasi teknik yang tepat dapat mempertajam analisis, meningkatkan mutu
disain dan meminimalisasi bias dalam penelitian. Untuk itu dalam kegiatan ini akan
digunakan pendekatan soft system methodology (SSM) Jackson, 2003.
Memperhatikan Gambar 2.2, dapat diperoleh pemahaman bahwa perubahan dan
ketidakpastian dalam lingkungan strategis telah menempatkan kondisi masa depan tidak
selalu merupakan keberlanjutan dari masa lalu (diskontinyuitas), sehingga sangat diperlukan
kearifan (wisdom). Menguatkan hal tersebut pada Gambar 2.3 dapat dikemukakan bahwa
langkah-langkah dalam pendekatan SSM sangat efektif untuk dapat memperoleh wisdom dari
9
para pakar sebagai thinking respondents dan terbangun dalam group thinking, dari berbagai
perspektif kepakarannya.
Gambar 2.3 Pendekatan SSM dalam Perencanaan Kelembagaan Kementerian/Lembaga
2.3 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Dengan mengacu pada pendekatan SSM, secara keseluruhan kegiatan ini akan terbagi
dalam 7 (tujuh) langkah aktivitas dengan garis besar dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Disain dan Tahapan Aktivitas
Tahapan Uraian Aktivitas
(1) (2)
1
Permasalahan yang
dihadapi oleh
Kementerian/Lemb
aga yang sedang
dikaji
• Intensi strategis dan implementasi pelaksanaan mandat sesuai
peraturan perundangan;
• Pembelajaran dari praktek (terbaik) dari studi empirik dalam dan luar
negeri;
• Teknik: studi pustaka, tekstual analisis, indepth interview;
2
Permasalahan
kritikal, koordinasi,
sinkronisasi, dan
internalisasi
• Faktor dominan dalam keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi
sesuai mandat yang diemban;
• Pola pengorganisasian lintas Kementerian /Lembaga dan Daerah
(dalam klaster/kerterkaitan dalam elemen dan atau sub sistem)
• Faktor kritikal dalam implementasi oleh Kementerian/Lembaga dan
Daerah
10
Tahapan Uraian Aktivitas
(1) (2)
3
Pendefinisian
sistem
implementasi yang
relevan
• Human activity systems: koordinasi dan sinergi dalam pencapaian
kinerja optimum kelembagaan
• Pemetaan ekspektasi pemangku kepentingan (CATWOE)
4
Model kelembagaan
bagi pencapaian
kinerja optimum
• Pola pengorganisasian sebagai sebuah sistem tatakelola pemerintahan
yang baik;
• Pengelolaan hubungan intra-organisasi dan inter-organisasi;
• Keterkaitan antar elemen (Saxena, 1990);
5
Rancangan model
Perbandingan
model dengan dunia
nyata
• Praktek di Indonesia dan negara lain (sebagai pembanding);
• Analisis prospektif partisipatif (best-fit);
• Modal intelektual organisasi (modal insani, modal organisasi, modal
relasional);
6
Pembahasan untuk
perubahan yang
diinginkan
• Pengelolaan hubungan intra-organisasi dan inter-organisasi dalam
value chain dan value stream yang terkait dengan Kementerian/
Lembaga yang dikaji;
• Pengelolaan hubungan inter-organisasi lintas Kementerian/Lembaga
dan Dareah, maupun dengan pemangku kepentingan utama lainnya;
7 Aksi untuk
perbaikan
• Pola pengorganisasian sebagai sebuah sistem tatakelola pemerintahan
yang baik;
• Koordinasi program dan sinkronisasi pengalokasian sumberdaya;
• Kemitraan strategis pemerintah dengan pemangku kepentingan utama;
2.4 Kerangka Analisis
2.4.1 Kerangka Kerja Kajian Penataan Birokrasi
Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis perihal
dalam sistem ahli yang dapat menggabungkan pembuat keputusan dalam rangka menyusun
kembali beberapa perencanaan dengan pendekatan yang berbeda. Masing-masing solusi yang
dihasilkan berasal dari pendekatan yang direncanakan dan bukan dari suatu rumusan yang
bisa masing-masing kasus. Pada Gambar 2.4 dikemukakan bahwa penataan birokrasi
dilakukan dengan restrukturisasi organisasi menggunakan pendekatan konvergensi yang
mengintegrasikan proses deduktif dengan logical thinking process berbasis knowledge dan
proses induktif dengan policy process analyisis dengan kajian aspek legal. Dengan
pendekatan konvergensi diharapkan dapat dihasilkan struktur organisasi yang best-fit
(rightsizing) dengan birokrasi yang efektif.
11
Gambar 2.4 SSM Smart Rightsizing Protocol
Pelaksanaan kajian ini akan menggunakan beberapa teknik etnographic study. Teknik
ini digunakan pada kondisi-kondisi yang memerlukan integrasi pendapat para pakar pada
setiap tahapan yang dilakukan. Dalam garis besar tahapan pelaksanaan kajian dapat dilihat
pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Kerangka Pikir Ethnographic Study dalam Penataan Organisasi
12
2.4.2 Keterlibatan Aktif dan Konstruktif
Proses pelaksanaan Kajian Evaluasi (struktur) Organisasi Kementerian Kmunikasi
dan Informatika memerlukan keterlibatan para pejabat tinggi, pakar intelektual, dan mitra
kerja (counter part) internal secara aktif dan konstruktif untuk mendukung pelaksanaan
kajian hingga dapat menghasilkan kualitas kajian yang optimal. Keterlibatan internal sangat
diperlukan, khususnya dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Penyediaan data, informasi, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang
terkait, berbagai dokumen perencanaan, maupun hasil kajian dan hasil studi banding
yang dapat bermanfaat dalam melakukan tekstual analisis;
2. Pemetaan mandat kelembagaan dengan melakukan pengisian matriks, diskusi
kelompok, wawancara, maupun bentuk lainnya;
3. Sebagai thinking responden (responden pakar) dalam panel pakar sesuai kaidah yang
diperlukan dalam pendekatan SSM. Pemilihan responden pakar dilakukan secara
selektif dan dengan persyaratan kualifikasi tertentu.
2.4.3 Textual Analysis
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi maupun memetakan berbagai hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan mandat, pada tahap ini dilakukan beberapa aktivitas, al:
1. Pemetaan peraturan perundang-undangan yang memberikan mandat kepada
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa semua mandat dapat "terserap", meminimalisasi "overlaping" antar fungsi/unit
kerja, maupun untuk mengindari "white-space";
2. Mengkaji berbagai dokumen, hasil kajian/studi empirik dari dalam maupun luar
negeri yang terkait atau bermafaat sebagai referensi dalam pelaksnaaan kajian;
2.4.4 Akuisisi Pengetahuan Para Pakar
Peroses akuisisi pengetahuan para pakar dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SSM yang merupakan hasil pemikiran para pakar atau subject matter experts (SME) sebagai
thinking respondents yang dirumuskan dari hasil indepth interview atau focus group
discussion (FGD). Untuk itu akan digunakan beberapa metode untuk dapat menggalang
pemikiran para pakar tersebut, antara lain menggunakan:
1. SAST (strategic assumption surfacing and testing), digunakan untuk menetapkan
faktor-faktor yang menjadi prioritas dalam pengembangan model;
13
2. ANP*) (analitycal network process), digunakan untuk melakukan eksplorasi asumsi
strategis dengan tingkat keyakinan dan kepastian tinggi yang harus mendapat
perhatian dalam pengembangan model;
3. ISM (intepretative structural modeling), digunakan untuk mengungkap hubungan
kontekstual antar sub elemen dalam elemen;
4. CATWOE (customers, actors, tranformation process, world view, owner,
environment), digunakan untuk memetakan pemangku kepentingan, sesuai dengan
peran dan ekspektasi yang harus menjadi konsideran dalam perumusan kebijakan atau
pengembangan model;
Catatan *) : Penggunaan ANP dalam pelaksanaan kajian ini akan dilakukan sesuai kebutuhan
(bila diperlukan).
2.4.5 Proses Analisis dan Sintesis
Terdapat arus utama dalam analisis proses kebijakan yaitu model linier (Sutton 1999).
Model linier menekankan bahwa penyusunan kebijakan merupakan sebuah upaya pemecahan
masalah yang bersifat rasional, berimbang, obyektif dan analitik. Model linier berasumsi
bahwa pengambilan keputusan diambil sebagai sebuah rangkaian tindakan yang beraturan,
dimulai dengan identifikasi, masalah, dan diakhiri dengan penentuan tindakan untuk
menyelesaikan permasalahan. Tahapan dalam model linier, meliputi:
1. Pengenalan dan pedefinisian sifat/karakter masalah yang harus ditangani
2. Mengidentifikasi tindakan yang memungkinkan untuk mengatasi masalah
3. Mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif
4. Memilih alternatif yang merupakan pilihan terbaik
5. Mengimplementasikan kebijakan
6. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan kebijakan
Institute Development Study (IDS), 2006 menyatakan bahwa proses kebijakan
merupakan suatu proses yang kompleks dengan karakteristik sebagai berikut: 1) bertahap,
pembuatan kebijakan merupakan proses yang berulang, berdasarkan pengalaman, dan belajar
dari kesalahan sebelumnya; 2) selalu diwarnai dengan kepentingan yang overlap dan
berkompetisi; ada pihak lain yang diakomodir ada juga yang diabaikan; 3) tidak hanya
mempertimbangkan hal teknis, nilai dan fakta sangat berperan penting; 4) para ahli teknis dan
pembuat kebijakan secara bersama-sama terlibat dalam proses membangun kebijakan.
14
2.4.6 Acuan Dasar Disain Organisasi
Mintzberg dalam organizational design membagi ke dalam empat bagian besar yaitu;
bagian pertama tentang fondasi menjelaskan bagaimana organisasi berfungsi, mulai dari
mekanisme koordinasi, 5 elemen dasar organisasi, dan sistem alur; bagian kedua adalah
analisis parameter desain meliputi job specialization, behavior formalization, training and
indoctrination, unit grouping, unit size, planning and control system, liaison devices, vertical
decentralization, dan horizontal decentralization; bagian ketiga adalah faktor kontingensi
meliputi age and size, technical system, environment, dan power; sedangkan bagian keempat
adalah merupakan sintesis berupa konfigurasi struktur, meliputi simple structure (struktur
sederhana), machine bureaucracy (birokrasi mesin), professional bureaucracy (birokrasi
profesional), divisionalized form (struktur divisional), dan adhocracy.
Gambar 2.6 Model Struktur Organisasi Berdasarkan Mintzberg
Menurut Mintzberg struktur organisasi pada umumnya terbagi atas 5 elemen dasar, yaitu:
1. Strategic Apex, Bertanggungjawab dengan memastikan bahwa organisasi melayani
misinya dengan cara yang efektif, dan juga melayani kebutuhan pemilik/pemangku
kepentingan yang mengendalikan atau memiliki kekuasaan atas organisasi
2. Middle Line, Menjadi penghubung antara strategic apex dengan operating core
dengan menggunakan kewenangan formal yang didelegasikan padanya;
3. Techno Structure, Para analis yang mempunyai tanggung jawab (mendukung atau
mempengaruhi organisasi) dengan melaksanakan kegiatan dalam bentuk
standarisasi tertentu dalam organisasi.
4. Operating Core, Para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang
berhubungan dengan produksi barang dan jasa;
15
5. Support Staff, Orang-orang yang mengisi unit staf, yang memberi jasa pendukung
tidak langsung kepada organisasi. (diluar jalur kerja operasi);
Selanjutnya secara keseluruhan dapat disintesiskan dalam bentuk konfigurasi 5 (lima)
jenis struktur organisasi seperti dalam Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Konfigurasi Struktur Organisasi Berdasarkan Mintzberg
No Desain Struktur Karakteristik Dasar (1) (2) (3)
1.
Simple Structure
The simple structure, typically, has
a. Little or no technostructure, few support staffers, b. A loose division of labour, minimal differentiation among its
units, and a small managerial hierarchy.
c. The behaviour of simple structure is not formalised and planning, training, and liaison devices are minimally used in
such structures.
2.
Machine Bureaucracy
The design of a machine bureaucracy tends to be as follows: a. Highly specialised, routine operating tasks;
b. Very formalised procedures in the operating core; c. A proliferation of rules, regulations, & formalised
communication;
d. Large-sized units at the operating level; e. Reliance on the functional basis for grouping tasks;
f. Relatively centralised power for decision making;
g. An elaborate administrative structure with sharp distinctions
between line and staff.
3.
Professional
Bureaucracy
The professional bureaucracy relies for coordination on:
a. The standardization of skills and its associated parameters such as design, training and indoctrination.
b. In professional bureaucracy type structures duly trained and indoctrinated specialists -professionals- are hired for the
operating core, and then considerable control over their work is
given to them. c. Most of the necessary coordination between the operating
professionals is handled by the standardization of skills and
knowledge – especially by what they have learned to expect from their colleagues.
4.
Divisionalised Form
Divisionalised form type organizations are composed of semi-
autonomous units - the divisions. The divisionalised form is probably a structural derivative of a Machine Bureaucracy - an operational
solution to co-ordinate and controls a large conglomerate delivering: a. Horizontally diversified products or services
b. In a straight-forward, stable environment
c. Where large economies of scale need not apply.
5.
Adhocracy
Adhocracy includes a highly organic structure, with:
a. Little formalization of behaviour;
b. Job specialization based on formal training; c. A tendency to group the specialists in functional units for
housekeeping purposes but to deploy them in small, market-based project teams to do their work;
d. A reliance on liaison devices to encourage mutual adjustment,
the key coordinating mechanism, within and between these teams
16
2.5 Perspektif Peran dan Fungsi Kementerian dan Lembaga (K/L)
Sebuah kementerian atau lembaga dibentuk dengan elemen dasar kelembagaan yang
yang meliputi: tujuan, strategi dan rasional. Elemen dasar kelembagaan tersebut akan
dihadapkan pada permasalahan dan tantangan, untuk dapat menemukan langkah penyelesaian
dan keterlibatan manusia dalam proses penyelesaiannya. Dengan pola inilah dapat
dirumuskan definisi filosofis (root definitions) untuk dapat memetakan secara utuh
(integratif) peran dan fungsi sebuah organisasi (Peter Checkland, 1981).
Gambar 2.7 Perspektif Peran dan Fungsi Kementerian dan Lembaga
Dengan memperhatikan elemen dasar kelembagaan, Gambar 2.7 diatas memberikan
pandangan bahwa berdasarkan peran dan fungsinya, sebuah Kementerian atau Lembaga
setidaknya memiliki 2 perspektif peran dan fungsi yang berbeda. Pertama, sebagai organisasi
yang mandiri (stand-alone), yang seluruh siklus peran dan fungsinya dapat dituntaskan oleh
fungsi-fungsi dalam organisasinya (intra-organization) dan dengan sumberdaya yang telah
dimiliki. Hal-hal yang penting dalam kemandirian organisasi ini dapat digambarkan dalam
kaitan beberapa aspek, antara lain:
1. Intensi strategis Kementerian/Lembaga;
2. Tatakelola pemerintahan yang baik;
17
3. Tatalaksana – sistem – struktur – kultur/budaya;
4. Keselarasan : manajemen kinerja – manajemen karir – manajemen reward;
5. Kinerja individu – kinerja unit kerja – kinerja lembaga;
6. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Audit BPK : Opini “WTP”;
Sedangkan perspektif yang kedua dilakukan dengan cara pandang kesisteman, yaitu
memposisikan sebuah organisasi sebagai sub-sistem dalam pembangunan nasional. Dalam
konteks ini sebuah organisasi akan berada dalam posisi saling ketergantungan (inter-
dependent) dengan organisasi lain (inter-organization), baik dalam format input - proses -
output, maupun dalam siklus P-D-C-A (plan-do-check-action), atau bahkan dalam pola
keterkaitan dalam bentuk forward-linkage, atau backward-linkage. Hal-hal yang penting
dalam hubungan kesisteman antar organisasi ini dapat digambarkan dalam kaitan beberapa
aspek, antara lain:
1. Sistem pembangunan dibentuk untuk mencapai tujuan nasional;
2. Elemen/sub-sistem (K/L) harus mempunyai rencana yang ditetapkan;
3. Adanya hubungan diantara elemen/sub-sistem (antar K/L);
4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada
elemen sistem;
5. Tujuan nasional lebih penting dari pada tujuan K/L;
Gambar 2.8 menerangkan pemetaan postur organisasi dalam 4 titik perspektif yang
telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 (Bab III, Kementerian, Bagian
Kesatu, Pasal 23), bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (bersama dengan 17
Kementerian yang lain), masuk dalam klaster Kementerian yang Menangani Urusan
Pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara Tegas disebutkan dalam UUD
Negara RI Tahun 1945 dan yang Ruang Lingkupnya disebutkan dalam UUD Negara RI
Tahun 1945. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,
Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya;
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di
daerah; dan
18
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Gambar 2.8 Perancangan Postur Organisasi dalam 4 Titik Perspektif
Mandat kelembagaan idang komunikasi dan informatika menngacu pada beberapa
peraturan perundang-undangan antara lain: (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, tentang
Telekomunikasi; (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran; (3) Undang-Undang
No. 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; (4) Undang-Undang No. 14 Tahun
2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik; (5) Undang-Undang No. 38 Tahun 2009, tentang
Pos. Untuk menghadapi tantangan masa, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (1)
adaptasi terhadap dinamika lingkungan strategis, (2) arah pengembangan TIK, dan (3)
prioritas pembangunan sektoral/bidang komunikasi dan informatika. Sedangkan hubungan
relational yang dilaksanakan melalui koordinasi, pembagian peran, kerjasama dan partisipasi
dunia usaha, asosiasi maupun masyarakat.
19
BAB III
ANALISIS SITUASIONAL
3.1 Arah Pembangunan Jangka Panjang Bidang Komunikasi dan Informatika
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 dinyatakan bahwa Visi Pembangunan
Nasional 2005-2025 adalah "Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur". Visi
pembangunan nasional harus terukur dengan jelas, sehingga dapat diketahui tingkat
pencapaiannya. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan
sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan
dan kekuatannya sendiri. Kemampuan bangsa yang didukung dengan ketahanan nasional
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat merupakan kunci untuk mencapai kemajuan
sekaligus kemandirian.
Dalam arah pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025, pada bagian IV.1.2
Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing disebutkan bahwa: Kemampuan bangsa untuk
berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya
saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan
globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing
bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk (a) mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; (b) memperkuat
perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan
kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di
dalam negeri; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan
(d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di bidang hukum dan
aparatur negara.
Secara spesifik, terkait dengan komunikasi dan informatika, pada bagian D. Sarana
dan Prasarana yang Memadai dan Maju, sub bagian 31, disebutkan bahwa : Pembangunan
pos dan telematika diarahkan untuk mendorong terciptanya masyarakat berbasis informasi
(knowledge-based society) melalui penciptaan landasan kompetisi jangka panjang
penyelenggaraan pos dan telematika dalam lingkungan multioperator; pengantisipasian
20
implikasi dari konvergensi telekomunikasi, teknologi informasi, dan penyiaran, baik
mengenai kelembagaan maupun peraturan termasuk yang terkait dengan isu keamanan,
kerahasiaan, privasi, dan integritas informasi; penerapan hak kekayaan intelektual;
peningkatan legalitas yang nantinya dapat mengakibatkan konvergensi pasar dan industri;
pengoptimalan pembangunan dan pemanfaatan prasarana pos dan telematika dan prasarana
nontelekomunikasi dalam penyelenggaraan telematika; penerapan konsep teknologi netral
yang responsif terhadap kebutuhan pasar dan industri dengan tetap menjaga keutuhan sistem
yang telah ada; peningkatan sinergi dan integrasi prasarana jaringan menuju next generation
network; peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap potensi
pemanfaatan telematika serta pemanfaatan dan pengembangan aplikasi berbasis teknologi
informasi dan komunikasi; pengembangan industri dalam negeri; dan industri konten sebagai
upaya penciptaan nilai tambah dari informasi.
3.2 Kerangka Teknokratik RPJM Nasional 2015 - 2019
Penguatan konektivitas nasional dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
diuraikan secara terstruktur mengenai : (1) permasalahan dan isu strategis, (2) sasaran
bidang, (3) arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang, (4) kerangka pendanaan, serta
(5) kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan. Secara garis besar masing-masing bagian
diatas dapat dikemukakan dalam uraian berikut.
1. Permasalahan dan isu strategis tergambar dengan belum optimalnya dukungan TIK
untuk meningkatkan daya saing nasional disebabkan antara lain oleh beberapa hal,
utamanya:
a. Belum meratanya akses informasi di seluruh Indonesia;
b. Masih terbatasnya prasarana komunikasi dan informatika yang berdaya saing
khususnya akses pitalebar;
c. Masih tingginya harga koneksi pita lebar;
d. Belum berkembangnya ekosistem pita lebar nasional;
e. Belum optimalnya pengelolaan spektrum frequensi radio;
f. Tingginya tingkat kejahatan dunia maya (cyber crime);
g. Belum produktifnya penggunaan TIK;
h. Belum terintegrasinya sistem komunikasi dan informatika instansi
pemerintah;
Sedangkan untuk memperkuat konektivitas nasional yang meliputi konektivitas
21
ekonomi (antar/dalam pulau/Koridor Ekonomi) dan konektivitas pemerintah
(antar/dalam instansi pemerintah), isu strategis dalam pembangunan komunikasi dan
informatika tahun 2015-2019 adalah: (1) penyediaan akses informasi di seluruh
wilayah Indonesia termasuk daerah non-komersial dan perbatasan negara sebagai
bentuk pemenuhan amanah Pasal 28F UUD 1945; (2) pembangunan akses internet
berkecepatan tinggi (pitalebar) sebagai jalan tol informasi untuk mempercepat
transformasi perekonomian Indonesia; (3) pengintegrasian sistem komunikasi dan
informatika instansi pemerintah untuk mendukung pemerintahan yang efisien dan
pengelolaan data pemerintah sebagai aset strategis; dan (4) pemanfaatan informasi
dan TIK secara produktif dan bijak.
2. Sasaran bidang TIK :
Sasaran utama yang diharapkan dalam pembangunan komunikasi dan informatika
adalah (1) berkurangnya blank spot layanan komunikasi dan informatika; (2)
dibangunnya akses internet berkecepatan tinggi dengan jaminan ketahanan dan
keamanan informasinya; (3) terintegrasinya sistem komunikasi dan informatika
instansi pemerintah; dan (4) dimanfaatkannya TIK secara optimal untuk mendukung
peningkatan daya saing nasional dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sasaran
utama tersebut dirinci sebagai berikut.
a. Tersedianya layanan komunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan
negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya;
b. Tersedianya layanan pita lebar;
c. Optimalnya pengelolaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit;
d. Tercapainya tingkat literasi TIK nasional sebesar 75%;
e. Tersedianya layanan e-Government yang aman dan dikelolanya data sebagai
aset strategis nasional.
3. Arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang: Dalam rangka mencapai
sasaran pembangunan tersebut, arah kebijakan dan strategi pembangunan
komunikasi dan informatika tahun 2015-2019 terdiri atas:
a. Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal
Service Obligation (USO) menjadi berorientasi pitalebar;
b. Mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit
sebagai sumber daya terbatas;
c. Mendorong pembangunan akses tetap pitalebar;
22
d. Membangun prasarana pitalebar di daerah perbatasan negara;
e. Memberikan perlindungan keamanan kepada penyelenggara, serta kualitas
dan keamanan informasi kepada pengguna layanan;
f. Mempercepat implementasi e-Government dengan mengutamakan prinsip
keamanan, interoperabilitas dan cost effective;
g. Pemerintah sebagai fasilitator yang mendorong penggunaan pitalebar;
h. Mendorong tingkat literasi TIK;
i. Mendorong kemandirian dan daya saing industri TIK dalam negeri;
j. Merestrukturisasi sektor penyiaran;
4. Kerangka pendanaan: Pengalokasian dana pemerintah untuk pembangunan
komunikasi dan informatika dapat dilakukan dalam bentuk investasi penuh dan
subsidi. Sebagai salah satu bentuk intervensi, pendanaan pemerintah diberikan
dengan memperhatikan:
a. Kondisi dan kapasitas keuangan negara. Pemberian dukungan pendanaan
diutamakan berasal dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor TIK
seperti Dana KPU dan Biaya Hak Penggunaan Frekuensi;
b. Kemampuan pasar. Pemerintah tidak mengambil alih peran dan tidak
bersaing dengan penyelenggara. Pemberian dukungan pendanaan pemerintah
dipastikan tidakk menimbulkan kegagalan pasar;
c. Skema pendanaan yang sesuai yaitu tepat sasaran, tanpa duplikasi investasi,
dan menjamin keberlanjutan;
d. Inovasi model bisnis dengan pengelolaan risiko yang proporsional dan tidak
hanya berbasis aset. Sesuai dengan kecenderungan global yang beralih dari
belanja modal ke belanja operasional serta memperhatikan perkembangan
TIK yang cepat dan dinamis, Pemerintah lebih teliti dalam melakukan
investasi di sektor TIK.
Di sisi lain, pemerintah dapat memobilisasi dana di luar pemerintah, baik melalui
investasi swasta maupun skema KPS.
5. Kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan : Dalam rangka memperkuat
konektivitas nasional, dalam pembangunan komunikasi dan informatika diperlukan
upaya-upaya untuk menyempurnakan regulasi yang telah ada saat ini yaitu:
23
a. Penyusunan RUU Penyiaran pengganti UU No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran. Hal ini dilakukan antara lain untuk mendukung migrasi sistem
penyiaran televisi ke digital.
b. Penyelesaian pembahasan RUU Telekomunikasi pengganti UU No. 36 Tahun
1999 tentang Telekomunikasi. Langkah ini diperlukan diantaranya untuk
mendukung rancang ulang penggunaan dan pengelolaan Dana KPU guna
mengakomodasi pembangunan ekosistem pitalebar dan pembentukan Dana
TIK (ICT Fund) jangka panjang.
c. Penyelesaian pembahasan revisi UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
Adapun upaya yang ditempuh untuk memperkuat kelembagaan adalah: Perkuatan
lembaga pengelola Dana KPU. Perkuatan dilakukan melalui peningkatan kapasitas
lembaga pengelola agar dapat (1) melakukan fungsi koordinasi dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah secara lebih lancar; (2) mengelola Dana KPU menjadi
lebih efisien dan transparan secara profesional; dan (3) menyesuaikan dengan UU
Telekomunikasi baru yang saat ini masih dalam pembahasan.
3.3 Intensi Strategis Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Tahun 2015 - 2019
Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang sembilan agenda prioritas jika
terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Sembilan program tersebut merupakan agenda
perubahan untuk membangun Indonesia lebih hebat, disebut Nawa Cita. Program ini digagas
untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara
politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Gambar
3.1 merupakan visualisasi dari 9 Agenda Prioritas (Nawa Cita).
24
Gambar 3.1 Program Prioritas Visi dan Misi Jokowi-JK dalam Nawa Cita
Berikut inti dari sembilan program tersebut yang disarikan dari situs www.kpu.go.id:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif,
keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra
terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan
25
melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan
lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,
yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela
negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.
3.4 Pengembangan Sektor Komunikasi dan Informatika
Kurbalija J. (2010) dalam Pengantar tentang tata kelola internet menyatakan
"Keranjang" infrastruktur dan standardisasi terdiri dari isu-isu dasar (terutama soal teknis)
yang berhubungan dengan Internet. Kriteria utama untuk menggolongkan sebuah isu dalam
“keranjang” ini adalah bersangkut-paut dengan fungsi dasar Internet. Isu ada dua kelompok.
Pertama, kelompok yang terdiri dari isu-isu utama. Tanpa kelompok ini, Internet dan World
Wide Web tidak dapat hadir. Kelompok ini terbagi dalam 3 tingkat:
1. Infrastruktur telekomunikasi, tempat seluruh lalu-lintas Internet mengalir;
26
2. Standar teknis dan layanan Internet, infrastruktur yang membuat Internet berfungsi
(misalnya TCP/IP; DNS; SSL);
3. Standar isi dan aplikasi [misalnya HTML; XML].
Kedua, kelompok yang terdiri dari isu-isu terkait dengan penjagaan operasi infrastruktur
Internet yang aman dan stabil, termasuk keamanan jagat maya, enkripsi dan spam.
Gambar 3.2 Lapisan Infrastruktur Sektor TIK
3.5 Indonesia Pita Lebar
Pembangunan broadband nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
strategi untuk meningkatkan daya saing bangsa dan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, IBP merupakan bagian dari rencana dan strategi pembangunan nasional.
IBP merupakan elaborasi rencana pembangunan broadband nasional yang tetap mengacu
kepada visi pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
Visi Indonesia
2025
: Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur
Visi Broadband
Indonesia
: Mendukung transformasi Indonesia menjadi negara maju melalui
pengembangan dan pemanfaatan broadband sebagai meta-
infrastructure
Tujuan : 1. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing
27
Broadband
Indonesia
bangsa
2. Mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia
Indonesia
3. Menjaga kedaulatan bangsa
Pilar Utama : 1. Infrastruktur dan Keamanan
2. Adopsi dan Utilisasi Kreatif
3. Legislasi dan Regulasi
4. Pendanaan
Prinsip Dasar : Prinsip Dasar dan Persyaratan Pengembangan Broadband Nasional
Pengemangan broadband Indonesia akan dilakukan secara bertahap dan menjadi bagian yang
tidak terpisahakan dari strategi pembangunan nasional. Untuk merealisasikan potensi
broadband, beberapa prasyarat harus dipenuhi, yaitu adanya :
1. Kepemimpinan pemerintah (government leadership) dalam memberikan arah dan
panduan;
2. Komitmen nasional untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan program
pembangunan broadband nasional;
3. Koordinasi dan sinergi multi sektor untuk menjamin harmonisasi program
penggunaan sumber daya secara efisien;
4. Kerjasama pemerintah (pusat dan daerah) dan dunia usaha sesuai dengan tugas pokok,
kewenangan, dan kapasitas masing-masing.
Secara lebih detail, pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana aksi untuk
tahun 2013 - 2017 dapat dilihat pada Lampiran - 1.
Dalam Penetrasi Pita Lebar Indonesia, Kusnandar, 2014 dalam businessweek
indonesia, menyatakan bahwa kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
terbentang dari Sabang sampai Merauke membutuhkan jaringan koneksi cepat pita lebar
(broadband) untuk mempercepat pertukaran informasi maupun komunikasi. Namun,
besarnya biaya pembangunan infrastruktur telekomunikasi membuat jaringan pita lebar
belum bisa menjangkau semua wilayah Nusantara. Guna mendukung konektivitas jaringan
fixed broadband nasional, pemerintah mencanangkan proyek infrastruktur telekomunikasi
serat optik sepanjang 36.000 kilometer di seluruh Indonesia dengan nama Palapa Ring.
Jaringan ini menghubungkan tujuh lingkar kecil serat optik yang terdiri atas wilayah
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua, dan satu backhaul
sebagai penghubung satu sama lainnya. Saat ini jaringan koneksi pita lebar Indonesia
tertinggal bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, Jepang,
28
China, Singapura, ataupun Malaysia. Menurut data Akamai triwulan I 2014, rata-rata
kecepatan koneksi broadband di Indonesia hanya 2,4 mega byte per second (Mbps), ini jauh
di bawah kecepatan Korea Selatan yang bisa mencapai 23,6 Mbps, Jepang 14,6 Mbps, Hong
Kong 13,3 Mbps, dan Singapura 8,4 Mbps. (www.businessweekindonesia.com)
29
BAB IV
ANALISIS SISTEM
"The new job descriptions of leaders will involve design of the organization
and its policies. This will require seeing the organization as a system in which the
parts are not only internally connected, but also connected to the external
environment and clarifyng how the whole system can work better" (Senge, 1990).
4.1 Hasil Analisis Induktif
Tekstual analisis untuk peraturan perundangan dalam upaya mengklarifikasikan
“GAP” telah dicoba dilakukan dan hasilnya diakomodasikan melalui pendekatan Policy
Process Analysis (PPA). Fokus analisis tekstual diarahkan pada pelaksanaan mandat
perundang-undangan terkait dengan bidang komunikasi dan informatika. Selain itu,
keterkaitan dengan peraturan lainnya dikaji guna memperkuat dan mempertajam pelaksanaan
kewenangan dan tugas/fungsinya.
4.1.1 Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan merupakan pemahaman terhadap peraturan perundangan yang
merupakan dasar dalam kewenangan, asas, dan tugas pokok suatu lembaga. Pada
Kementerian Komunikasi dan Informatika, analisis kebijakan diterapkan dalam sebuah
matriks untuk telaah fungsional atas dasar kewenangan, asas, dan tugas pokok Kementerian
Komunikasi dan Informatika maupun kebijakan yang terkait pada mandat kelembagaan
Kementerian Komunikasi dan Informatika, antara lain (tidak membatasi peraturan
perundang-undangan yang lain) :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, tentang Telekomunikasi;
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran;
3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
4. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik;
5. Undang-Undang No. 38 Tahun 2009, tentang Pos.
6. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik;
30
Tabel 4.1 Analisis Tekstual Peraturan Perundangan (Utama) Terkait Komunikasi dan Informatika
No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 UU No. 5 Tahun
2014 Tentang
Aparatur Sipil
Negara
1. Kepastian Hukum
2. Profesionalitas,
3. Proporsionalitas,
4. Keterpaduan
5. Delegasi
6. Netralitas
7. Akuntabilitas
8. Efektif dan efisien
9. Keterbukaan
10. Nondiskriminatif
11. Persatuan dan kesatuan
12. Keadilan dan kesetaraan
dan kesejahteraan.
Untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi,dan nepotisme
1. Nilai dasar,
2. Kode etik dan kode
perilaku;
3. Komitmen integritas
moral dan tanggung jawab
pada pelayanan publik,
4. Kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan
bidang tugas,
5. Kualifikasi akademik,
6. Jaminan perlindungan
hukum dalam
melaksanakan tugas,
7. Profesionalitas jabatan
Pegawai ASN berperan
sebagai perencana, pelaksana,
dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan
pembangunan nasional
melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional,
bebas dari intervensi politik,
serta bersihdari praktik
korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
2 UU No. 36 Tahun
1999 Tentang
Telekomunikasi
1. Manfaat,
2. Adil dan Merata,
3. Kepastian Hukum,
4. Keamanan,
5. Kemitraan,
6. Etika,
7. dan Kepercayaan pada diri
sendiri.
Untuk mendukung persatuan dan
kesatuan bangsa, meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata, mendukung
kehidupan ekonomi dan kegiatan
pemerintahan, serta meningkatkan
hubungan antarbangsa.
1. Pembinaan
2. Penyelenggaraan
3. Perizinan
1. Untuk meningkatkan
penyelenggaraan
telekomunikasi yang
meliputi penetapan
kebijakan, pengaturan,
pengawasan dan
pengendalian
2. Menyelenggaarakan jasa
telekomunikasi
3. Tata cara yang sederhana,
proses yang
transparan,adil dan tidak
diskriminatif dan
penyelesaian dalam waktu
yang singkat
31
No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3 UU No. 32 Tahun
2002 tentang
Penyiaran
1. Manfaat,
2. Adil dan Merata,
3. Kepastian Hukum,
4. Keamanan,
5. Keberagaman,
6. Kemitraan,
7. Etika,
8. Kemandirian,
9. Kebebasan, dan
10. Tanggung jawab.
Untuk :
1. Memperkukuh integrasi nasional,
2. Terbinanya watak dan jati diri
bangsa yang beriman dan bertakwa,
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4. Memajukan kesejahteraan umum,
dalam rangka membangun
masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil dan sejahtera, serta
5. Menumbuhkan industri penyiaran
Indonesia.
Penyelenggaraan
Penyiaran
1. Penyiaran diselenggarakan
dalam satu sistem
penyiaran nasional
2. Dibentuk Komisi
Penyiaran
4
UU No. 11 Tahun
2008 tentang
Informasi dan
Transaksi
Elektronik
1. Kepastian Hukum,
2. Manfaat,
3. Kehati-hatian,
4. Iktikad baik, dan
5. Kebebasan memilih
teknologi atau netral
teknologi.
Untuk :
1. Mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia;
2. Mengembangkan perdagangan dan
perekonomian nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
3. Meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan publik;
4. Membuka kesempatan seluas-
luasnya kepada setiap Orang untuk
memajukan pemikiran dan
kemampuan di bidang penggunaan
dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab; dan
5. Memberikan rasa aman, keadilan,
dan kepastian hukum bagi
pengguna dan penyelenggara
Teknologi Informasi.
1. Penyelenggaraan
sertifikasi elektronik dan
sistem elektronik
2. Penyelenggaraan sistem
elektronik
1. Harus menyediakan
informasi yang akurat,
jelas dan pasti kepada
setiap pengguna jasa
2. Harus menyelenggarakan
sistem elektronik secara
andal, aman serta
bertanggung jawab
terhadap beroperasinya
sistem elektronik
sebagaimana mestinya
32
No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5 UU No. 14 Tahun
2008 tentang
Keterbukaan
Informasi Publik
1. Setiap Informasi Publik
bersifat terbuka dan dapat
diakses oleh setiap
Pengguna Informasi Publik.
2. Informasi Publik yang
dikecualikan bersifat ketat
dan terbatas.
3. Setiap Informasi Publik
harus dapat diperoleh setiap
Pemohon Informasi Publik
dengan cepat dan tepat
waktu, biaya ringan, dan
cara sederhana.
4. Informasi Publik yang
dikecualikan bersifat
rahasia sesuai dengan
Undang-Undang,
kepatutan, dan kepentingan
umum didasarkan pada
pengujian tentang
konsekuensi yang timbul
apabila suatu informasi
diberikan kepada
masyarakat serta setelah
dipertimbangkan dengan
seksama bahwa menutup
Informasi Publik dapat
melindungi kepentingan
yang lebih besar daripada
membukanya atau
sebaliknya.
Untuk :
1. Menjamin hak warga negara untuk
mengetahui rencana pembuatan
kebijakan publik, program
kebijakan publik, dan proses
pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu
keputusan publik;
2. Mendorong partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan
kebijakan publik;
3. Meningkatkan peran aktif
masyarakat dalam pengambilan
kebijakan publik dan pengelolaan
Badan Publik yang baik;
4. Mewujudkan penyelenggaraan
negara yang baik, yaitu yang
transparan, efektif dan efisien,
akuntabel serta dapat
dipertanggungjawabkan;
5. Mengetahui alasan kebijakan publik
yang memengaruhi hajat hidup
Orang banyak;
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan
dan mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan/ atau
7. Meningkatkan pengelolaan dan
pelayanan informasi di lingkungan
Badan Publik untuk menghasilkan
layanan informasi yang berkualitas
Hak dan kewajiban
pemohon dan pengguna
informasi publik serta hak
dan kewajiban badan
publik
1. Hak pemohon infomasi
publik
2. Kewajiban pengguna
infomasi publik
3. Hak badan publik
4. Kewajiban badan publik
33
No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
6 UU No. 25 Tahun
2009 Tentang
Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan
publik berasaskan :
1. kepentingan umum;
2. kepastian hukum;
3. kesamaan hak;
4. keseimbangan hak dan
kewajiban;
5. keprofesionalan;
6. partisipatif;
7. persarnaan perlakuan/ tidak
diskriminatif;
8. keterbukaan;
9. akuntabilitas;
10. fasilitas dan perlakuan
khusus bagi kelompok
11. rentan;
12. ketepatan waktu; dan
13. kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan
1. tewujudnya batasan dan hubungan
yang jelas tentang hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan kewenangan
seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik;
2. terwujudnya sistem
penyelenggaraan pelayanan publik
yang layak sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi
yang baik;
3. terpenuhinya penyelenggaraan
pelayanan publik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; dan
4. terwujudnya perlindungan dan
kepastian hukum bagi masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.
1. Ruang lingkup pelayanan
publik meliputi pelayanan
barang publik dan jasa
publik serta pelayanan
administratif yang
meliputi pendidikan,
pengajaran, pekerjaan dan
usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan
informasi, lingkungan
hidup, kesehatan, jaminan
sosial, energi, perbankan,
perhubungan, sumber
daya alam, pariwisata, dan
sektor strategis lainnya.
1. Pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan
peraturan
perundangundangan bagi
setiap warga negara dan
penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang
disediakan oleh
penyelenggara pelayanan
publik;
2. Masyarakat adalah seluruh
pihak, baik warga negara
maupun penduduk sebagai
orang- perseorangan,
kelompok, maupun badan
hukum yang
berkedudukan sebagai
penerima manfaat
pelayanan publik, baik
secara langsung maupun
tidak langsung.
34
4.1.2 Konstelasi Peran Komunikasi Dalam Persandingan UU Pemerintahan Daerah
Berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang
menggantikan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah telah
merubah konstelasi proses komunikasi lintas kementerian/lembaga maupun antara
pemerintah pusat dan daerah. Sebagai tinjauan secara garis besar pada Lampiran 2.
disampaikan persandingan antara Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dengan Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999.
Pada Gambar 4.1 dapat menjelaskan bahwa pada masa berlakunya Undang-Undang
No. 22 Tahun 1999 dapat dikatakan terjadi hubungan komunikasi yang harmonis antar
kementerian/lembaga maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Gambar 4.1 Keselarasan Harmonis dalam Proses Komunikasi (UU No.22/1999)
Disisi lain dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah,
secara signifikan telah merubah pula keseimbangan dan keselarasan proses komunikasi yang
selama ini terbangun. Suparwoto, 2006 mengidentifikasikan beberapa kesenjangan yang
terjadi (Gambar 4.2), antara lain sebagai berikut :
1. Tidak meratanya penyebaran informasi publik;
2. Tidak semua Pemda memiliki satker khusus menangani penyediaan dan penyebaran
informasi publik;
3. Terputusnya hubungan/komunikasi antara Pusat dengan daerah dan sebaliknya;
35
4. Terbatasnya ruang (space) dan waktu (duration) media untuk penyebaran informasi
publik,karena media memiliki agenda sendiri;
5. Terbatasnya ruang tempat umpan balik antara publik dan pemerintah baik pusat dan
daerah.
Gambar 4.2 Keselarasan Harmonis dalam Proses Komunikasi (UU No.32/2004)
4.1.3 Masyarakat Sebagai Pemangku Kepentingan Dalam Komunikasi Publik
Pemetaan masyarakat sebagai pemangku kepentingan dalam komunikasi dan
informatika dapat dilakukan berdasarkan tingkat kesadaran atas pentingnya informasi dan
kemudahan akses terhadap informasi, Gambar 4.3 memberikan ilustrasi adanya 4 (empat)
kelompok pemangku kepentingan yang harus mendapatkan perhatian dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Kementerian Kominfo
sesuai dengan fungsi yang telah diamanatkan dalam Perpres No. 47 Tahun 2009.
36
Gambar 4.3 Pemetaan Masyarakat Sebagai Pemangku Kepentingan
Berdasarkan pengelompokan masyarakat sebagai pemangku kepentingan tersebut
diatas, dengan mengacu pada Perpres No. 47 Tahun 2009 dilakukan identifikasi peran dan
fungsi Kementerian Kominfo untuk masing-masing kelompok pemangku kepentingan
(Gambar 4.4). Proses pemetaan dilakukan dalam forum diskusi pakar (Bogor, 3 September
2014) secara garis besar hasil diskusi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Gambar 4.4 Peran, Fungsi Kementerian Kominfo dalam Kelompok Pemangku Kepentingan
37
4.1.4 Intensi Strategis Kementerian Kominfo Tahun 2015 - 2019
Perencanaan teknokratik untuk perumusan Rencana Strategis Tahun 2015 - 2019
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah dilakukan dengan mengacu pada dokumen
Draft rencana teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 -
2019 dan 9 Agenda Prioritas (Nawa Cita) dari Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk
periode tahun 2015 - 2019. Dalam dokumen Rencana Strategis tersebut dikemukakan intensi
strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika tergambar dalam Visi, Misi, maupun
berbagai prongram dan inisiatis strategis, yang secara garis besar dikemukakan pada bagian
berikut.
VISI Tahun 2015 - 2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika :
“Terwujudnya masyarakat berpengetahuan, inovatif, komunikatif, mandiri, sejahtera dan
berdaya saing global yang berkarakter ke-Indonesia-an melalui pengembangan dan
pemanfaatan TIK dalam kerangka NKRI”
Sasaran Pembangunan :
1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yg tinggi;
2. Menurunnya tingkat kesenjangan antar wilayah;
3. Meningkatnya kualitas demokrasi;
4. Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang bersih, anti
korupsi, akuntabel, efektif, dan efisien.
MISI Tahun 2015 - 2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika :
1. Mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera melalui peningkatan ketersediaan
akses informasi di seluruh wilayah indonesia dan pemanfaatan ekosistem broadband
dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan produk
dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan;
2. Mewujudkan masyarakat berdaya saing global melalui peningkatan kemampuan dan
kekuatan berdasarkan sumber daya yang ada untuk berkompetisi dan memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif;
3. Mewujudkan karakter ke-Indonesia-an melalui peningkatan dan pemanfaatan nilai-
nilai budaya dan jati diri indonesia dalam pengembangan dan pemanfaatan konten
TIK;
38
4. Menjaga dan memperkuat kedaulatan NKRI melalui peningkatan layanan dan
keamanan informasi untuk keutuhan NKRI;
5. Mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif, dan komunikatif melalui
peningkatan dan pengembangan kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika,
penyediaan konten yang berkualitas dan bermanfaat dengan dukungan konektivitas
infrastruktur komunikasi dan informatika;
Secara garis besar program, kegiatan, inisiatif strategis maupun indikator kinerja
dikemukakan dalam Lampiran 3.
4.1.5 Indentifikasi Indikator Kinerja Dalam Pernyataan Misi Kementerian Kominfo
Pernyataan Misi Kementerian Kominfo dalam draft perencanaan teknokratik Rencana
Strategis Tahun 2015 - 2019 disajikan secara naratif yang lengkap sampai pada tingkat
outcome dan impact. Untuk dapat mengukur pencapaian pelaksanaannya diperlukan
identifikasi lingkup tanggungjawab (locus of control) dari Kementerian Kominfo.
Pernyataan Misi - 1 :
Mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera melalui peningkatan ketersediaan akses
informasi di seluruh wilayah indonesia dan pemanfaatan ekosistem broadband dalam
rangka menunjang pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan produk dalam negeri
untuk memenuhi kebutuhan;
Indikator Kinerja :
1. Ketersediaan akses informasi di
seluruh wilayah Indonesia;
2. Pemanfaatan ekosistem broadband;
Gambar 4.5 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 1
Pernyataan Misi - 2 :
Mewujudkan masyarakat berdaya saing global melalui peningkatan kemampuan dan
kekuatan berdasarkan sumber daya yang ada untuk berkompetisi dan memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif;
Indikator Kinerja :
1. Peningkatan kemampuan dan
kekuatan berdasarkan sumber daya
39
(dalam lingkup komunikasi dan
informatika);
Gambar 4.6 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 2
Pernyataan Misi - 3 :
Mewujudkan karakter ke-Indonesia-an melalui peningkatan dan pemanfaatan nilai-nilai
budaya dan jati diri indonesia dalam pengembangan dan pemanfaatan konten TIK;
Indikator Kinerja :
1. Pengembangan dan pemanfaatan
konten TIK;
Gambar 4.7 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 3
Pernyataan Misi - 4 :
Menjaga dan memperkuat kedaulatan NKRI melalui peningkatan layanan dan keamanan
informasi untuk keutuhan NKRI;
Indikator Kinerja :
1. Layanan dan keamanan informasi;
Gambar 4.8 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 4
40
Pernyataan Misi - 5 :
Mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif, dan komunikatif melalui peningkatan
dan pengembangan kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika, penyediaan konten
yang berkualitas dan bermanfaat dengan dukungan konektivitas infrastruktur komunikasi
dan informatika;
Indikator Kinerja :
1. Konektivitas infrastruktur
komunikasi dan informatika
2. Peningkatan dan pengembangan
kualitas SDM bidang komunikasi
dan informatika;
3. Penyediaan konten yang berkualitas
dan bermanfaat;
Gambar 4.9 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 5
4.1.6 Perumusan Definisi Filosofis Kementerian Kominfo
Pendekatan proses transformasi Kementerian Komunikasi dan Informatika dilakukan
dengan cara menurunkan asumsi dasar yang dimiliki oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika kedalam elemen dasar dan CATWOE sehingga didapat definisi yang dapat
dipakai oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Analisis CATWOE didefinisikan
oleh Peter Checkland (1981) sebagai bagian dari Soft Systems Methodology (SSM). Analisis
ini merupakan checklist sederhana dari sistem berpikir. Ini merupakan teknik umum yang
digunakan oleh Analis Bisnis untuk mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan untuk dicapai,
apa yang menjadi area masalah dan bagaimana solusi yang dapat mempengaruhi bisnis dan
keterlibatan individu terhadap itu.
Customers : Pemangku kepentingan utama
Actors : Pemangku kepentingan utama dan pemerintah
Transformation
process
: Kebijakan dan regulasi yang adaptif terhadap perkembangan
teknologi dan perubahan perilaku masyarakat
World view : Upaya mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif,
komunikatif, mandiri, sejahtera dan berdaya saing global
yang berkarakter ke-Indonesia-an dalam kerangka NKRI
Owner : Kementerian Kominfo merupakan lembaga penentu
41
kebijakan, regulator dan fasilitator
Environment : Penyediaan, pengembangan serta pemanfaatan komunikasi
dan informatika
CATWOE adalah mnemonic (tools pengingat) yang membantu mengidentifikasi dan
mengkategorikan semua stakeholder (orang, proses, lingkungan, entitas) dari Sistem yang
dianalisis untuk merumuskan root definition atau definisi filosofis, adalah deskripsi
terstruktur dari suatu sistem yang menguraikan kegiatan yang berlangsung (atau mungkin
terjadi) dalam organisasi yang dipelajari. Dari hasil analisis induktif serta dengan validasi
pada panel pakar yang dilakukan dapat diperoleh kesepakatan pakar Definisi Filosofis (root
definitions) bagi Kementerian Kominfo adalah sebagai berikut :
"Kementerian Kominfo merupakan lembaga penentu kebijakan, regulator dan
fasilitator dalam upaya mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif,
komunikatif, mandiri, sejahtera dan berdaya saing global yang berkarakter ke-
Indonesia-an dalam kerangka NKRI yang dilaksanakan oleh pemangku
kepentingan utama dan pemerintah melalui penyediaan, pengembangan serta
pemanfaatan komunikasi dan informatika dengan berpegang pada kebijakan dan
regulasi yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan perubahan perilaku
masyarakat untuk penyediaan layanan komunikasi dan informatika bagi pemangku
kepentingan utama".
4.2 Hasil Analisis Deduktif
Fokus analisis deduktif diarahkan akuisisi pengetahuan para pakar dalam lingkup
bidang komunikasi dan informatika dengan menggunakan beberapa pendekatan yang lazim
digunakan dalam soft system methodology (SSM). Melalui forum diskusi pakar maupun
indepth interview dilakukan akuisisi pengetahuan pakar, dan sekaligus sebagai langkah untuk
proses validasi (face validation).
4.2.1 Pendekatan Interpretive Structural Model (ISM)
Kajian Penataan Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika disusun berdasarkan
hasil asumsi – asumsi dasar dengan prioritas tertinggi sebagai sebagai prasyarat yang harus
diperhatikan dalam penyusunan model kebijakan ini. Struktur sistem elemen model ini
dianalisis dengan metode ISM dan hasil wawancara pakar diperoleh 4 elemen utama yang
42
harus diperhatikan dalam membuat kebijakan yakni : 1). Tujuan program, 2). Kendala utama
program, 3). Perubahan yang dimungkinkan, 4). Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan
program. Penilaian pakar terhadap hubungan kontekstual antar sub elemen
lembaga/kelompok yang terlibat dilakukan dengan pendekatan V, A, X dan O. Pendekatan ini
digunakan untuk memperoleh hubungan langsung dan tingkat hirarki kontribusi dalam
kelompok pemangku kepentingan. Setiap nilai pendapat pakar individual dilakukan agregasi
untuk mendapatkan nilai pendapat gabungan. Secara lebih detail hasil analisis dari ISM
disampaikan pada Lampiran - 4.
Gambar 4.10 Kerangka Pikir dalam Diskusi Pakar ISM
1. Elemen Tujuan Program
Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen tujuan program, teridentifikasi sebagai
berikut:
a. Sebagai elemen kunci yang paling berpengaruh adalah: (8) Penguatan regulasi untuk
mengatur: penyediaan, pengembangan, dan pemanfaatan komunikasi dan informatika
dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis ICT. Sub elemen ini memiliki daya
pendorong (driver power) paling besar dengan tingkat ketergantungan terhadap sub
elemen kelompok yang terpengaruh lainnya yang paling rendah;
b. Selanjutnya di rangking dua adalah Penyediaan dan pengembangan informasi edukatif
(4), Peningkatan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi
43
lancar dan informasi benar (1), Terwujudnya birokrasi layanan komunikasi dan
informatika yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi (3), Sistem
dan koordinasi kehumasan pemerintah (Government Public Relations) dalam rangka
meningkatan reputasi bangsa (7);
Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk tujuan program dapat dilihat
pada Gambar 4.11
Gambar 4.11 Hubungan Kontekstual pada Elemen Tujuan Program
2. Elemen Kendala Pelaksanaan Program
Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen kendala pelaksanaan program,
teridentifikasi sebagai berikut:
a. Sebagai elemen kunci yang paling berpengaruh sebagai kendala utama adalah: (1)
Kapabilitas dinamik Kementerian Kominfo yang kurang responsif terhadap perubahan
lingkungan strategis ICT Nasional, regional dan global; (6) Lemahnya koordinasi
pada tingkat kebijakan, antara Kementerian Kominfo dengan kementerian/
lembaga/daerah, maupun koordinasi dengan dunia usaha/komunitas/ masyarakat, dan
(7) Lemahnya koordinasi dan sinergi lintas fungsi/lintas unit kerja di dalam
Kementerian Kominfo. Ketiga sub elemen ini memiliki daya pendorong (driver
power) paling besar dengan tingkat ketergantungan terhadap sub elemen kendala
utama program lainnya yang paling rendah;
b. Selanjutnya di rangking dua adalah: (8) Fragmentasi fungsi dan tumpang tindihnya
fungsi-fungsi dalam organisasi Kementerian Kominfo.
44
Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk kendala pelaksanaan
program dapat dilihat pada Gambar 4.12
Gambar 4.12 Hubungan Kontekstual pada Elemen Kendala Pelaksanaan Program
3. Elemen Perubahan yang Dimungkinkan
Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen perubahan yang dimungkinkan,
teridentifikasi sebagai berikut:
a. Elemen kunci pada elemen perubahan yang dimungkinkan adalah; (1) Penataan
fungsi-fungsi yang meminimalisir tumpang tindih (overlap) dan menghindarkan
white-space karena memiliki daya pendorong (driver power) paling besar dengan
tingkat ketergantungan terhadap sub elemen perubahan yang dimungkinkan lainnya
yang paling rendah;
b. Selanjutnya di rangking dua adalah Membangun paradigma kelembagaan
Kementerian Kominfo sebagai fasilitator pembangunan (steering) dengan birokrasi
yang efektif (2), Penguatan kapasitas dan kapabilitas SDM Kementerian Kominfo
dalam pelaksanaan mandat perumusan dan penetapan kebijakan (3), Struktur
organisasi Kementerian Kominfo yang responsif dan mampu beradaptasi dengan
dinamika lingkungan strategis ICT (6).
Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk kendala pelaksanaan
program dapat dilihat pada Gambar 4.13
45
Gambar 4.13 Hubungan Kontekstual pada Elemen Perubahan yang Dimungkinkan
4. Elemen Pemangku Kepentingan yang Terkait dalam Pelaksanaan Program
Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen Pemangku Kepentingan yang Terkait,
teridentifikasi sebagai berikut:
a. Elemen kunci pada elemen perubahan yang dimungkinkan adalah Kementerian dan
Lembaga (1), Pemerintah Daerah (2), Dunia Usaha (3), Asosiasi (4), Perguruan
Tinggi (5), Lembaga Internasional (6), NGO Nasional (7), dan Masyarakat Umum (9)
karena memiliki daya pendorong (driver power) paling besar dengan tingkat
ketergantungan terhadap sub elemen perubahan yang dimungkinkan lainnya yang
paling rendah;
b. Selanjutnya di rangking dua adalah NGO Internasional (8) yang merupakan
perubahan dengan daya pendorong paling kecil dengan tingkat ketergantungan paling
tinggi terhadap lembaga yang terkait lainnya.
Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk kendala pelaksanaan
program dapat dilihat pada Gambar 4.14
46
Gambar 4.14 Hubungan Kontekstual pada Elemen Pemangku Kepentingan yang Terlibat
4.2.2 Pendekatan Strategic Assumption Surfacing and Testing (SAST)
SAST digunakan untuk mengeksplorasi asumsi strategis yang paling penting dan
paling yakin (pasti). Kondisi ini menempatkan asumsi strategis pada zona “rencana yang
pasti" dan “rencana yang bermasalah” sebagai hal yang memerlukan perhatian dalam
pengembangan model. Penempatan posisi setiap asumsi strategis dilakukan melalui pengisian
kuesioner SAST oleh para pakar dan diskusi pakar untuk memvalidasi hasil analisis atas
masing-masing posisi asumsi strategis tersebut. Pemetaan asumsi strategis dilakukan dalam
dua fokus, yaitu: (1) fokus sektor komunikasi dan informatika, dan (2) fokus birokrasi.
1. Eksplorasi asumsi strategis fokus sektor komunikasi dan informatika
Hasil analisis atas ssumsi strategis berkaitan dengan fokus sektor komunikasi dan
informatika diuraikan secara rinci pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Asumsi Strategis Fokus Sektor Komunikasi dan Informatika
Asumsi Strategis Tingkat
Kepastian
Tingkat
Kepentingan
A. FOKUS SEKTOR KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
A Peningkatan kecukupan informasi masyarakat dengan
karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar 4,184 5,459
B Terbentuknya Indonesia informatif dalam konsensus dasar negara 4,286 5,561
C Terwujudnya birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang
profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi 4,234 5,561
D Penyediaan dan pengembangan informasi edukatif 4,162 5,198
E Sistem komunikasi dan informatika yang berbasis kemampuan
lokal yang berdaya saing tinggi 3,752 4,949
F Memperjuangkan kepentingan komunikasi dan informatika
nasional dalam sistem pasar global 4,276 4,923
G
Penguatan sistem dan koordinasi kehumasan pemerintah
(government public relations) dalam rangka meningkatkan
reputasi bangsa
4,477 5,395
H
Penguatan regulasi untuk mengatur : penyediaan, pengembangan,
dan pemanfaatan komunikasi dan informatika dalam menghadapi
dinamika lingkungan strategis ICT
4,462 5,395
47
Dari uraian tersebut diperoleh sebuah gambaran yang lebih jelas terhadap asumsi
dengan tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepastian yang tinggi bagi sektor
komunikasi dan informatika, sebagai berikut :
Tingkat Kepentingan yang Tinggi,
a. Peningkatan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar
dan informasi benar (A);
b. Terbentuknya Indonesia informatif dalam kerangka empat pilar kebangsaan (B);
c. Terwujudnya birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang profesional dan
memiliki integritas moral yang tinggi (C);
Tingkat Kepastian yang Tinggi,
a. Penguatan regulasi untuk mengatur: penyediaan, pengembangan, dan pemanfaatan
komunikasi dan informatika dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis ICT
(H);
b. Penguatan sistem dan koordinasi kehumasan pemerintah (government public
relations) dalam rangka meningkatkan reputasi bangsa (G);
Secara grafis posisi masing-masing asumsi strategis fokus sektor komunikasi dan
informatika tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Kuadran SAST bagi Fokus Bidang Komunikasi dan Informatika
48
2. Eksplorasi asumsi strategis fokus birokrasi
Hasil analisis atas ssumsi strategis berkaitan dengan fokus sektor komunikasi dan
informatika diuraikan secara rinci pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Asumsi Strategis Fokus Birokrasi
Asumsi Strategis Tingkat
Kepastian
Tingkat
Kepentingan
B. FOKUS BIROKRASI
A Penataan fungsi-fungsi yang meminimalisir tumpang tindih
(overlap) dan menghindarkan white-space 4,226 5,82
B
Membangun paradigma kelembagaan Kementerian Kominfo
sebagai fasilitator pembangunan (steering) dengan birokrasi yang
efektif
4,61 5,561
C Penguatan kapasitas dan kapabilitas SDM Kementerian Kominfo
dalam pelaksanaan mandat perumusan dan penetapan kebijakan 4,713 5,561
D Peningkatan efektifitas koordinasi lintas Kementerian/Lembaga/
Daerah 3,715 5,459
E Peningkatan peran stakeholder dalam pembangunan daya saing
berbasis kemampuan lokal 4,248 5,432
F Struktur organisasi Kementerian Kominfo yang responsif dan
mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan strategis ICT 4,248 5,561
G Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dengan SDM
yang kompeten dan profesional 4,031 5,82
Dari uraian tersebut diperoleh sebuah gambaran yang lebih jelas terhadap asumsi
dengan tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepastian yang tinggi bagi fokus
birokrasi, sebagai berikut :
Tingkat Kepentingan yang Tinggi,
a. Membangun paradigma kelembagaan Kementerian Kominfo sebagai fasilitator
pembangunan (steering) dengan birokrasi yang efektif (B);
b. Penguatan kapasitas dan kapabilitas SDM Kementerian Kominfo dalam pelaksanaan
mandat perumusan dan penetapan kebijakan (C);
Tingkat Kepastian yang Tinggi,
a. Penataan fungsi-fungsi yang meminimalisir tumpang tindih (overlap) dan
menghindarkan white-space (A);
b. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dengan SDM yang kompeten dan
profesional (G);
Secara grafis posisi masing-masing asumsi strategis fokus birokrasi tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.16
49
Gambar 4.16 Kuadran SAST bagi Fokus Birokrasi
4.3 Peran dan Fungsi Kementerian dalam Pembangunan Bidang Kominfo
Dalam upaya pembangunan bidang kominfo, kementerian akan melaksanakan
berbagai aktivitas baik sebagaimana dalam Gambar 417. Secara garis besar dikemukakan
bahwa tugas utama dilaksanakan melalui aktivitas pada produce dan provide, sedangkan
tugas pendukung dilaksanakan melalui aktivitas dalam kelompok manage. Sementara dari
sisi kinerja kelembagaan akan terlihat pada pencapaian beberapa hal pokok yang diwujudkan
dalam apply.
a. Produce: kebijakan direktif–strategik, dukungan dalam pengambilan keputusan
strategis, dan kerjasama internasional bidang Kominfo;
b. Provide: pelayanan publik bidang Kominfo, kegiatan teknis Kominfo berskala
nasional, fasilitasi dan advokasi pelaksanaan kebijakan, pengembangan kapabilitas
dinamik SDM profesi Kominfo;
c. Manage: pengelolaan anggaran, pengelolaan sarana dan prasarana kerja, pengelolaan
SDM ASN, pengelolaan data dan informasi, tatakelola dan tatalaksana; yang
terlaksanan dengan pengorganisasian dalam ketersediaan anggaran, perencanaan, dan
pengukuran kinerja;
d. Apply: grand design (roadmap) dan pelaksanaan tata kelola infrastruktur (sumber
daya) telekomunikasi Indonesia, standar teknis dan layanan internet, infrastruktur, dan
aplikasi informatika, Pembangunan langsung/tidak langsung sebagai layanan publik
50
dalam bentuk PSO dan USO (bila belum mampu dilaksanakan oleh masyarakat),
pembinaan dan peningkatan kapasitas SDM Profesi Kominfo, serta Simpul (hub)
informasi dan komunikasi pulik, serta government public relations (government PR).
Gambar 4.17 Peran dan Fungsi Kementerian dalam Pengembangan Sektor Kominfo
4.4 Transformasi Paradigma dalam Penataan Birokrasi Kementerian Kominfo
Dalam perkembangan lingkungan strategis (politik, ekonomi, sosial, dan teknologi)
baik pada tingkat nasional, regional maupun global menuntut adanya perubahan paradigma
dalam pengelolaan komunikasi dan informatika. Secara nasional beberapa hal penting yang
harus mendapatkan prioritas antara lain adalah pelaksanaan pengelolaan komunikasi dan
informatika yang dapat meberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, mensejahterakan
masyarakat, dengan tetap menjaga nilai-nilai kesatuan dan kerakter ke-Indonesia-an.
Pencapaian atas ketiga hal tersebut diharapkan dapat mendorong tercapainya daya saing dan
ketahanan nasional bangsa Indonesia secara berkelanjutan. Gambar 4.18 memberikan
ilustrasi perubahan paradigma menuju pengelolaan komunikasi dan informatika secara
optimal untuk mendukung penciptaan daya saing dan kesejahteraan Bangsa Indonesia.
51
Gambar 4.18 Proses Transformasi Paradigma Kementerian Komunikasi dan Informatika
Perubahan paradigma:
Pengelolaan komunikasi dan informatika secara optimal untuk mendukung
penciptaan daya saing dan kesejahteraan Bangsa Indonesia
Sebelum Penataan Birokrasi Setelah Penataan Birokrasi
Bangsa Indonesia dengan “keterbatasan
pengelolaan” komunikasi dan informatika
“Pengelolaan optimal” Kominfo untuk
mendukung penciptaan daya saing
dan kesejahteraan Bangsa Indonesia
1. Kesenjangan peraturan perundang-
undangan terhadap perkembangan
lingkungan strategis TIK;
2. Ketertinggalan sumberdaya informatika
dan keterbatasan kemampuan SDM dalam
penguasaan TIK;
3. Kurang optimalnya pemanfaatan TIK bagi
peningkatan kesejahteraan dan ketahanan
nasional;
4. Kesenjangan komunikasi antar K/L/D dan
antara pemerintah dengan masyarakat;
5. Pengelolaan komunikasi & informatika
terfragmentasi;
1. Penerapan konvergensi dan broadband
didukung dengan peraturan perundang-
undangan yang adaptif thdp perubahan
lingkungan strategis TIK;
2. Penyediaan, pengembangan dan
pemanfaatan TIK bagi kesejahteraan bangsa
+ ketahanan nasional;
3. SDM Indonesia menguasai dan
memanfaatkan TIK secara benar;
4. Terbangunnya information hub dan sistem
goverment public relation yang handal;
5. Pengelolaan komunikasi dan informatika
terintegrasi dan didukung birokrasi yang
efektif dan ASN profesional;
52
BAB V
PEMBAHASAN DISAIN STRUKTUR
Perencanaan grand design organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika
dilakukan melalui langkah-langkah induktif dan deduktif, selanjutnya dilakukan kovergensi
untuk menghasilkan alternatif disain struktur yang menggambarkan peran dan fungsi yang
diperlukan dalam pelaksanaan mandat Kementerian Komunikasi dan Informatika. Langkah
induktif dilakukan dengan analisis tekstual dan studi (kajian) empirik atas peraturan
perundang-undangan maupun berbagai sumber yang terkait dengan bidang komunikasi dan
informatika. Sedangkan proses deduktif dilakukan melalui akuisisi pengetahuan para pakar,
baik melalui panel pakar, focus group discussion (FGD) maupun indepth interview para
narasumber dari Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun nara sumber lainnya.
5.1 Gambaran Umum Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika
Gambaran umum organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai
subuah sistem dapat dikenali dari komponen utama organisasi yaitu struktur, proses dan
budaya. Tiga komponen tersebut memiliki hubungan saling mempengaruhi (keterkaitan)
dengan anggota organisasi yang dalam hal ini adalah SDM atau karyawan kementerian.
Gambar 5.1 Komponen Sistem Pengorganisasian Kementerian Komunikasi dan Informatika
53
Sebagai gambaran umum kondisi saat ini organisasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Organizational structure (firm's anatomy), dinamika dan kecepatan perubahan
lingkungan strategis bidang komunikasi dan informatika merupakan tantangan utama
bagi peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan mandat
kelembagaan maupun penataan kelengkapan peran dan fungsi yang pada akhirnya
akan tercermin dalam struktur organisasi.
Kondisi umum : untuk dapat mencapai efektivitas dalam pelaksanaan mandat
kelembagaan, pada saat ini sangat dibutuhkan penataan peraturan perundang-
undangan bidang Kominfo (telah diagendalan dalam Renstra 2015-2019), maupun
penyesuaian fungsi-fungsi (dalam struktur organisasi) pada Kementerian Kominfo
merupakan hal yang mutlak diperlukan;
2. Organizational process (firm's phisiology), dalam pelaksanaan mandat kelembagaan,
hampir seluruh program dan kegiatan yang dilaksanakan bersifat lintas sektor dan
multi-stakeholder. Hal ini menggambarkan bahwa bidang komunikasi dan informatika
memiliki peran yang sangat strategis dan merupakan value driver bagi penciptaan
nilai tambah yang optimal, baik untuk kepentingan pembangunan nasional maupun
kegiatan dari berbagai bidang baik untuk kepentingan ilmu pengetahuan, politik,
ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan (ipoleksosbudhankam) dan kegiatan
berbasis masyarakat lainnya.
Kondisi umum : kinerja optimal bidang komunikasi dan informatika menuntut
koordinasi yang intent (tinggi) baik pada tingkat kebijakan maupun tingkat taktikal-
operasional yang harus dilakukan pada lintas fungsi antar Unit Kerja Eselon II,
maupun lintas Unit Kerja Eselon I. Diperoleh gambaran bahwa dalam beberapa hal
memerlukan peningkatan koordinasi lintas fungsi, khususnya bagi pelaksanaan tugas
yang bersifat lintas sektor maupun multi stakeholder.
3. Organizational culture (firm's psychology), pencapaian kinerja organisasi akan
dipengaruhi oleh iklim kerja yang terbangun dari budaya yang terbangun. Sebagai
artefak dapat ditemui bahwa SDM Kementerian Kominfo berasal dari beberapa
sumber satuan administrasi pangkal (Satminkal), antara lain: Departemen Penerangan,
Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, dan lembaga pemerintah lainnya.
Kondisi umum : belum terbangunnya "Budaya Kementerian Kominfo"
dengan nilai-nilai (values) yang dapat mempersatukan Insan Kementerian Kominfo
54
dalam kebersamaan dan satu semangat dalam mencapai kinerja kelembagaan. Secara
konkrit artefak kesenjangan budaya dapat ditemukan (dikenali/dirasakan) baik dalam
sikap dan perilaku maupun dalam atribut-atribut yang ada;
4. Organizational members (firm's cell), dinamika dunia komunikasi dan informatika
digambarkan dengan kecepatan teknologi maupun peningkatan ekspektasi pengguna
yang tergambar dalam life-style masyarakat yang diikuti sebagai basis persaingan
dunia usaha bidang komunikasi dan informatika. Kondisi ini menempatkan SDM
Kementerian Kominfo harus dapat berperan lebih sebagai "arsitek/steering" yang
handal yang mampu merumuskan kebijakan yang adaptif perkembangan dunia TIK,
daripada sebagai "pelaksana/rowing" yang lebih berfokus pada kegiatan operasional
dan akan terjebak pada "business as ussual";
Kondisi umum : pada periode saat ini Kementerian Komunikasi dan
Informatika sedang melaksanakan program percepatan bagi SDMnya untuk menjalani
program pendidikan S2 dan S3 baik di dalam maupun di luar negeri. Kondisi ini
membawa optimisme bagi peningkatan modal intelektual dalam melaksanakan tugas
kelembagaan. Selain kondisi tersebut disisi lain dalam dunia TIK nasional,
Kementerian Kominfo juga berkewajiban untuk memfasilitasi pengembangan
kapasitas dan kapabilitas SDM TIK baik sebagai PNS pemengku jabatan fungsional
bidang TIK maupun SDM profesi dalam bidang TIK;
5. Business system (firm's work), efektivitas kinerja pelaksanaan mandat kelembagaan
Kementerian Komunikasi dan Informatika akan terbentuk dari proses bottom-up dan
top-down. Untuk proses bottom-up dipengaruhi oleh kinerja struktur organisasi,
proses, budaya organisasi dan dukungan modal intelektual SDM sebagai value
enabler. Sedangkan pengaruh top-down terbentuk karena kesungguhan dan komitmen
pimpinan pimpinan puncak (Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan
Direktur Jenderal) dalam bekerjasama dan berkoordinasi dalam membangun visi TIK
nasional, proses pengambilan keputusan strategis, dan memimpin perubahan melalui
sikap dan perilaku yang layak untuk menjadi panutan (role model);
Kondisi umum : Dari sisi organizational capital dan intellectual capital
kondisi kementerian ini telah cukup bagus, namun demikian para pakar (dalam panel
pakar) menekankan bahwa koordinasi pada tingkat kebijakan sangat dipengaruhi oleh
relational capital yang tergambar dalam kualitas (dan kuantitas) "forum koordinasi
pimpinan" yang biasanya dilakukan dalam bentuk Rapat Pimpinan;
55
5.2 Pola Keterkaitan dalam Pelaksanaan Mandat Kementerian
Hasil analisis yang telah dilakukan dapat dikemukakan gambaran umum kondisi
faktual pola keterkaitan antar fungsi-fungsi (saat ini) dalam penyelenggaraan peran
Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan dua opsi yang dapat menggambarkan kondisi
kedepan yang diharapkan.
1. Analisis kondisi ketekaitan antar fungsi yang terjadi pada saat ini
Tampak dalam Gambar 5.2 bahwa adanya keterkaitan yang sangat erat antara fungsi-
fungsi yang ada pada perangkat Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) dan
Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), sementara kedua fungsi dalam perangkat SDPPI
dan PPI secara bersamaan juga memiliki keterkaitan dengan fungsi pada perangkat Aplikasi
Informatika (APTIKA). Disisi lain untuk perangkat Informasi dan Komunikasi Publik (IKP)
tidak tampak secara kuat dalam penyelenggaraan fungsinya maupun keterkaitan dengan
fungsi-fungsi lain yang ada (Gambar 5.2).
Gambar 5.2 Pola Keterkaitan Antar Fungsi pada Saat Ini
Dalam diskusi pakar maupun pembahasan terbatas melalui indepth interview
diperoleh konfirmasi yang menguatkan kondisi tersebut, dan dengan beberapa kondisi yang
dikemukakan sebagai berikut:
a. Praktek manajemen cenderung bersifat "silo", sehingga berpotensi terjadi
hambatan koordinasi untuk dapat menghasilkan kebijakan (peraturan perundang-
undangan) yang terpadu;
b. Fungsi pada perangkat organisasi Ditjen APTIKA yang tergambar dalam
nomenklatur unit kerja, dipandang membatasi ruang lingkup dan tidak adaptif
56
terhadap perkembangan dan tuntutan kemajuan bidang komunikasi dan
informatika;
c. Kurang optimalnya penyelenggaraan peran informasi dan komunikasi publik yang
seharusnya dapat berperan sebagai information hub maupun government public
relations;
2. Lingkup keterkaitan dengan modifikasi (penambahan) lapisan infrastruktur TIK
Dalam diskusi pakar, indepth interview dan masukan tertulis (Bapak Djoko Agung
Harijadi dan Bapak Ashwin Sasongko Sastrosubroto), dapat dikemukakan alternatif dengan
pengembangan (modifikasi) lapisan infrastruktur TIK dengan lingkup mandat kelembagaan
Kementerian Kominfo sebagaimana dalam Gambar 5.3 dengan tugas pokok yang
membidangi : (1) infrastruktur telekomunikasi, (2) standar teknis layanan internet,
standarisasi isi dan aplikasi, (3) komunikasi publik, serta (4) pengembangan dalam bentuk
riset kebijakan dan upaya peningkatan kapabilitas dinamik SDM profesi TIK. Pelaksanaan
tugas pokok dalam lingkup mandat tersebut diatas akan mendapatkan dukungan manajemen
dari aspek perencanaan, pengelolaan sumberdaya maupun dukungan teknis dalam
pelaksanaan operasional lembaga dalam melaksanakan mandatnya.
Gambar 5.3 Lingkup Keterkaitan dengan Modifikasi Lapisan Infrastruktur TIK
Hasil analisis deduktif memberikan gambaran bahwa pendekatan ini diharapkan dapat
lebih optimal bagi pelaksanaan tugas kelembagaan Kementerian Kominfo pada periode
pembangunan bidang komunikasi dan informatika pada periode rencana pembangunan tahun
2015 - 2019, yang selaras pula dengan Rencana Strategis Kementerian Tahun 2015-2019,
57
dengan demikian diharapkan dapat lebih adaptif terhadap dinamika perkembangan bidang
komunikasi dan informatika pada tingkat nasional, regional maupun global.
Dari hasil panel pakar maupun indepth interview memberikan penekanan pada hal-hal
penting yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan peran kelembagaan pada periode
tahun 2015-2019, antara lain sebagai berikut :
a. Sangat dibutuhkan adanya roadmap nasional (planologi) informatika nasional,
dalam jangka mengengah-panjang yang mengatur tataguna dan tatakelola
frekuensi yang tersedia;
b. Perlunya langkah-langkah konkrit dalam mewujudkan kemandirian internet
(informatika), serta penguatan fungsi dalam pengawasan dan pentaatan bagi
penyimpangan (cybercrime) dalam penyediaan, pengembangan, pemanfaatan
komunikasi dan informatika;
c. Diperlukan revitasisasi peran informasi dan komunikasi publik yang dapat
mengatasi kesenjangan informasi dan komunikasi antar K/L/D, antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah maupun diseminasi informasi dan komunikasi
secara dua arah dengan masyarakat di seluruh penjuru tanah air dan di bagian
negara lainnya.
5.3 Perspektif Dalam Perancangan Disain Organisasi
Untuk dapat menjamin pelaksanaan mandat dan bentuk penugasan lainnya, pada
Gambar 5.4 menjelaskan bahwa perancangan struktur organisasi Kementerian Komunikasi
dan Informatika harus mempertimbangkan beberapa hal yang tercermin dalam 4 perspektif,
antara lain :
1. Mandat kelembagaan idang komunikasi dan informatika dengan mengacu pada
beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait secara langsung maupun yang
memiliki relevansi yang erat;
2. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 (Bab III, Kementerian, Bagian Kesatu, Pasal
23), yang menjelaskan fungsi yang harus dipenuhi oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam melaksanakan mandatnya;
3. Faktor-faktor peubah yang memperngaruhi dalam bentuk tantangan dan perubahan
pada lingkungan strategis komunikasi dan informatika;
58
4. Koordinasi lintas kementerian, lembaga maupun dengan daerah, serta kerjasama dan
partisipasi para pemangku kepetingan utama dalam pelaksanaan pembangunan
komunikasi dan informatika.
Secara khusus ditambahkan bahwa dari hasil analisis atas intepretive structural
modeling (ISM) dan panel pakar (bagian 4.2.1 dan Gambar 4.14), diperoleh gambaran
kondisi bahwa hubungan antar pemangku kepentingan bersifat saling keterkaitan
(interdependence), hal ini menggambarkan bahwa setiap pemangku kepentingan dalam dunia
komunikasi dan informatika memiliki peran dan pengaruh satu sama lain.
Gambar 5.4 Perspektif dalam Perancangan Disain Organisasi
Menggunakan disain organisasi dengan pendekatan Mintzberg yaitu elemen
dasar desain konfigurasi terdiri dari 5 bagian yang meliputi:
1. The Strategic Apex, dalam hal ini adalah Menteri Komunikasi dan Informatika, yang
bertanggung jawab keseluruhan atas organisasi kemeterian, dan menjamin bahwa
organisasi menjalankan seluruh mandat yang telah ditetapkan;
2. The Middle Line, dalam konteks UU ASN adalah para pemangku Jabatan Pimpinan
Tinggi yang menjadi penghubung operating core dengan strategic apex. Sesuai hasil
analisis dan sitesis lingkup peran fungsi pada middle line antara lain meliputi : (1)
infrastruktur telekomunikasi; standard teknis layanan internet; standard, isi dan
59
aplikasi; informasi dan komunikasi publik, serta tatakelola keamanan komunikasi dan
informatika;
3. The Operating Core, para SDM ASN terdiri dari pemangku Jabatan Administrasi,
Jabatan Fungsional ahli, serta jabatan fungsional ketrampilan yang melaksanakan
tugas-tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan mandat peraturan perundang-
undangan melalui peran dan fungsi organisasi;
4. The Technostructure, merupakan fungsi pengembangan yang terdiri dari para ahli/
fungsional atau analis yang berperan dalam mendukung pelaksanaan tanggungjawab
utama kementerian. Dalam hal ini dukungan dapat diberikan dalam bentuk analisis
kebijakan publik, maupun dukungan lain yang berbasis pada keahlian;
5. The Support Staff, adalah bentuk dukungan manajemen yang dapat menjamin proses
tatakelola dan tatalaksana (proses bisnis) organisasi dapat terlaksanan secara efektif
dan efisien. Dalam hal ini bentuk dukungan manajemen dilakukan untuk lingkup
perencanaan, pengelolaan sumberdaya (SDM, anggaran, sarana dan prasarana
organisasi), maupun pengelolaan hubungan pemangku kepentingan (stakeholder
management), serta bentuk-bentuk lain yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja
organisasi.
Gambar 5.5 Konfigurasi Bidang Peran dalam Disain Organisasi Mintzberg
Landasan perumusan dalam penataan strukruk organisasi Kementerian Komunikasi
dan Informatika adalah sebagai berikut:
1. Hasil analisis induktif dikonvergensikan dengan proses deduktif melalui logical
thinking process bersama pemangku kepentingan;
2. Akan disampaikan rekomendasi 3 (tiga) alternatif skenario struktur organisasi yang
prioritasnya diserahkan pada pengambil kebijakan tertinggi;
60
3. Dasar struktur adalah konfigurasi Mintzberg: Machine Bureaucracy;
5.4 Argumentative Analysis: Pola Pengorganisasian
Khususnya berkaitan dengan pelaksanaan mandat berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan dinamika perubahan (tuntutan) lingkungan strategis bidang komunikasi dan
informatika, dikemukakan beberapa dasar pertimbangan sbb:
1. Perkembangan konvergensi pada dunia komunikasi dan informatika perlu diimbangi
dengan penataan (restrukturisasi) peraturan perundang-undangan yang terpadu dan
saling menguatkan;
2. Keterpaduan peraturan perundang-undangan maupun bentuk kebijakan lainnya, serta
keselarasan antara perencanaan dengan alokasi sumberdaya pembangunan (sinergitas
antara perencanaan dan penganggaran) secara berkelanjutan dalam penyediaan,
pengembangan dan pemanfaatan, merupakan prasyarat bagi tercapainya sasaran
pembangunan nasional bidang komunikasi dan informatika (antara lain: Indonesia
broadband, Palapa ring, e-government, komunikasi publik, dan lainnya);
3. Komunikasi dan informatika merupakan sarana yang sangat handal (efektif dan
efisien), baik bagi kepentingan yang positif dalam penciptaan nilai tambah (value
creator), maupun penyalahgunaan dalam berbagai bentuk tindakan kriminal,
penghancuran nilai-nilai individu, kelompok, golongan bahkan sebuah bangsa;
4. Diperlukan kebijakan dan langkah-langkah konkrit yang dapat mengatur, mengawasi
dan menindak berbagai penyimpangan (cyber crime) yang terjadi dalam lingkup
penyediaan, pengembangan dan pemanfaatan bidang komunikasi dan informatika;
5. Terjadinya paradoks dalam praktek pengelolaan komunikasi publik "teknologi
semakin maju - kesenjangan semakin besar". Hal ini terjadi khususnya bagi
komunikasi antar K/L/D, antara pemerintah pusat dan daerah, maupun arus informasi
bagi masyarakat (khusunya yang masih terkendala akses informasi);
6. Diperlukan upaya yang terpadu dan sistematis agar dapat meningkatkan akses
informasi dan mengatasi kesenjangan digital;
7. Pada Kementerian Komunikasi dan Informatika belum terbangun sistem informasi
terpadu yang dapat memonitor secara tepat dan akurat (real-time), yang dapat
mendukung proses pengambilan keputusan, sekaligus sebagai bagian dari knowledge
management baik pada tingkat Kementerian Kominfo maupun pada tingkat nasional;
61
Implikasi :
Memperhatikan kondisi dan arah pembangunan sektor Kominfo, berdasarkan
pemikiran dalam diskusi pakar, indepth interview dan masukan tertulis (Bapak Djoko Agung
Harijadi dan Bapak Ashwin Sasongko Sastrosubroto, Mastel dalam Masukan SubBidang TIK
RPJMN 2015-2019), maka pola pengorganisasian Kementerian Komunikasi dan Informatika
(minimal dalam periode Renstra Tahun 2015–2019), diharapkan dapat memenuhi kebutuhan,
antara lain :
1. Perancangan grand design organisasi Kementerian Kominfo harus dapat
memfasilitasi pembangunan sektor Kominfo (termasuk Pos) dalam beradaptasi
dengan (tuntutan) perubahan lingkungan strategis dunia TIK;
2. Fungsi-fungsi dari institusi Kementerian Kominfo harus dapat (ikut) berperan dalam
peningkatan pertumbuhan PDB, kemandirian dan kesejahteraan secara berkelanjutan;
Untuk itu harus dibangun suatu kondisi lingkungan Kominfo dengan :
a. Peran TIK secara terpadu dalam pembangunan secara terpadu adalah sebagai :
enabler, sektor industri, peningkatan kemampuan dan daya saing SDM,
pendorong inovasi;
b. Lingkungan yang stabil dan komprehensif melalui regulasi dan infrastruktur
legal, serta penguatan sistem security TIK;
c. Keterpaduan informasi dan komunikasi publik untuk dapat mewujudkan
pemenuhan "hak berkomunikasi dan memperoleh informasi" sebagaimana
dalam amanat (Amandemen) UUD RI 1945 pada Pasal 28F, dan UU Nomor
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, pada Pasal 14;
3. Program dan kegiatan pada Rencana Strategis Tahun 2015-2019 yang fokus pada
pencapaian sasaran yang tepat, serta didukung dengan koordinasi program dan sinergi
anggaran yang dapat memenuhi kebutuhan pelaksanaan program/kegiatan;
4. Penyelenggaraan tatakelola Kementerian Kominfo yang baik dan didukung oleh SDM
kompeten dan birokrasi yang handal;
5. Prasyarat keberhasilan pencapaian kinerja sangat dipengaruhi (ditentukan) oleh
efektivitas koordinasi pada tingkat kebijakan (intra-organisasi dan inter-organisasi)
yang dilaksanakan melalui forum koordinasi pimpinan/Rapim, maupun koordinasi
lintas K/L/D;
62
5.5 Pendekatan dalam Lingkup Peran dan Fungsi Kementerian Kominfo
Langkah penataan fungsi-fungsi dalam organisasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika dilakukan dengan beberapa hal, antara lain :
1. Integrasi (transformasi) fungsional;
2. Pengembangan (penambahan) fungsi baru;
3. Peningkatan efektivitas fungsi dengan fokus, dan job enrichment;
4. Menggabungkan (merger) Fungsi dalam Unit Kerja;
5. Mengeleminasi fungsi (spin-off) karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan mandat
kelembagaan, atau dapat ditangani oleh pihak lain (misal : pembagian urusan pusat –
daerah, K/L lain, pihak ketiga lainnya);
5.6 Langkah Penataan Lingkup Peran dan Fungsi Middle line
Secara garis besar fungsi-fungsi organisasi yang ada pada middle line terbagi atas : (1)
lingkup penyediaan yang meliputi infrastruktur telekomunikasi, (2) standar teknis dan
layanan internet (TCP/IP, DNS, lainnya), (3) lingkup konten dan aplikasi standar. Selain
ketiga hal tersebut pada bagian ini juga meliputi (4) Tatakelola Kemandirian Komunikasi
dan Informatika, dan (5) Informasi dan Komunikasi Publik.
Tabel 5.1 Lingkup Peran dan Fungsi Middle Line
Peran dalam
Organisasi Lingkup Bidang Kelengkapan Fungsi
(1) (2) (3)
Melaksanakan
mandat
kelembagaan yang
dilandasi dengan
peraturan
perundang-
undangan
Infrastruktur
telekomunikasi
Infrastruktur telekomunikasi, tempat seluruh lalu-lintas
internet mengalir.
a. Kebijakan dan regulasi di bidang sumberdaya, antara
lain: frekuensi, orbit satelit;
b. Kebijakan tatakelola frekuensi jangka menengah-
panjang (roadmap/planologi) sumberdaya untuk jangka
panjang;
Standar teknis layanan
internet
Standar teknis dan layanan Internet, infrastruktur yang
membuat Internet berfungsi [misal TCP/IP; DNS; SSL].
a. Kebijakan dan regulasi di bidang transport dan
jaringan Internet, pembagian nomorIP;
b. Kebijakan tatakelola jangka menengah-panjang
(roadmap/planologi) jaringan Internet untuk jangka
panjang;
Standar isi dan aplikasi
a. Kebijakan dan regulasi pemanfaatan TIK meliputi al.:
telekomunikasi, penyiaran, pemberdayaan industri
informatika, e-services;
b. Kebijakan penyelenggaraan dan pengendalian pos, dan
63
Peran dalam
Organisasi Lingkup Bidang Kelengkapan Fungsi
(1) (2) (3)
pemberdayaan industri informatika, community access
point (CAP);
Tatakelola
Kemandirian
Komunikasi dan
Informatika
a. Kebijakan dan regulasi di bidang tatakelola keamanan
Kominfo al. meliputi: cyber security, IDSRTII, G-
CERT, Forensik digital;
b. PPNS (penyidikan, penyelidikan)
Informasi dan
Komunikasi Publik
a. Kebijakan pengelolaan dan penyediaan informasi dan
media publik;
b. Optimalisasi peran Kementerian Kominfo sebagai
government public relations; dan information hub
(top-down + bottom-up);
c. IKP yang terintegrasi secara nasional, dan terkoneksi
secara global;
5.6.1 Penataan Peran dan Fungsi Basis Informatika
Kurbalija, 2010 dan Sasongko, 2014 menjelaskan bahwa hal-hal yang berkaitan
dengan pengorganisasian komunikasi dan informatika pada dasarnya memiliki aturan
nasional dan internasional yang dikeluarkan oleh badan pemerintah dan swasta dan menjadi
acuan dalam pengorganisasian atau tatakelola internet pada hampir semua negara. Secara
garis besar keterkaitan pola pengorganisasian dengan lembaga-lembaga internasional dapat
dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Hubungan Keterkaitan Pengorganisasian Komunikasi dan Informatika
No Sektor/Bidang Keterkaitan Pengorganisasian (1) (2) (3)
1. Infrastruktur Telekomunikasi
(termasuk penyiaran/broadcasting)
International Telecommunication Union
(ITU)
2. Infrastruktur Internet Internet Corporation for Assigned
Names and Numbers (ICANN)
3. Aplikasi dan Konten Internet ITU, ICANN, dan United Nations
Department of Economic and Social
Affairs (UN DESA)
4. Layanan Pos Universal Post Union (UPU)
5. Konten Penyiaran TV dan Radio
6. Penerangan Masyarakat
Dalam pembahasan baik pada panel pakar maupun dalam indepth interview
mengemuka permasalahan yang berkaitan dengan pentingnya kemandirian internet bagi
bangsa Indonesia, maupun ancaman penyalahgunaan internet untuk hal-hal yang bersifat
64
destruktif. Kurbalija, 2010 membahas adanya 3 (tiga) isu keamanan dunia-maya dapat
digolongkan ke dalam 3 kriteria:
1. Jenis tindakan. Klasifikasi berdasarkan tipe tindakan adalah pencegahan data,
intervensi data, akses ilegal, spy ware, korupsi data, sabotase, denial-of-service, dan
pencurian identitas;
2. Jenis pelaku kejahatan. Kemungkinan pelaku kejahatan adalah hacker, cyber-criminal,
cyber-warrior dan cyber-terrorist;
3. Jenis target. Potensial target sangat banyak, dari individu, perusahaan swasta dan
institusi pemerintah ke asset infrastruktur, pemerintah dan militer yang penting.
5.6.2 Penataan Peran dan Fungsi Informasi dan Komunikasi Publik
Dalam pendekatan tatalaksana proses (proses bisnis), fungsi-fungsi yang ada saat ini
pada Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik telah menggambarkan suatu
rantai nilai proses yang logis. Dari proses analisis sistem diperoleh gambaran bahwa
"hambatan" untuk penyelenggaraan fungsi secara optimal lebih cenderung terjadi pada
praktek pelaksanaan peran dan fungsinya, dengan demikian untuk dapat lebih optimal
diperlukan penataan dalam bentuk revitalisasi peran dan transformasi fungsi-fungsi yang ada.
Langkah mendasar penataan peran dalam pengelolaan informasi dan komunikasi
publik ditujukan untuk menciptakan kelancaran arus informasi dan komunikasi secara dua
arah (timbal-balik) antara Kementerian Kominfo Kementerian dan Lembaga
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Dalam hal ini Kementerian Kominfo
harus dapat berperan sebagai "nucleus" atau "information hub", ilustrasi atas kondisi ini dapat
dilihat pada Gambar 5.6.
Gambar 5.6 Proses Aliran Informasi dan Komunikasi Publik
65
Dari hubungan harmonis yang terjadi pada Kementerian Kominfo Kementerian dan
Lembaga Pemerintah Daerah Provinsi akan membangun sebuah jaringan yang handal dan
berkembanga sebagai jaringan yang terintegrasi dengan informasi dan komunikasi dari dan
kepada masyarakat, menjadi jaringan yang lebih luas dan terpadu antara Kementerian
Kominfo Kementerian dan Lembaga Pemerintah Daerah Provinsi Masyarakat. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7 Jaringan Informasi dan Komunikasi Publik
Elemen-elemen dari masing-masing sub sistem informasi dan komunikasi publik
memiliki "kedaulatan" untuk mengatur dirinya sendiri atau independen, namun sebagai
sebuah sistem yang terintegrasi secara keseluruhan terbangun hubungan yang harmonis
seperti layaknya "sistem tata surya" (Gambar 5.8). Kondisi tersebut merupakan gambaran
keberhasilan peran Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam “mendukung
goverment public relations (government PR) secara terpadu, sederhana, akurat, dan siap
24 jam” yang terintegrasi secara nasional, dan terkoneksi secara global.
Gambar 5.8 Tatasurya Sebagai Ilustrasi Jaringan Informasi dan Komunikasi Publik
66
Untuk dapat mencapai hal tersebut diatas diperlukan langkah revitalisasi peran dan
fungsi informasi dan komunikasi publik, antara lain :
1. Penguatan komunikasi publik melalui optimalisasi peran pusat dan daerah, dengan
pemberdayaan fungsi humas K/L dan unit kerja SKPD sebagai “pabrik berita” atau
“news room” yang secara aktif mendesiminasikan berita dalam bentuk suara, tulisan,
gambar maupun film/video;
2. Memposisikan Kementerierian Komunikasi dan Informatika sebagai “information
hub”, baik secara top-down maupun bottom-up;
3. Membangun informasi dan komunikasi publik secara terintegrasi secara nasional, dan
dalam pengembangannya dapat terkoneksi secara global (menuju Indonesia
broadband);
4. Untuk merealisasikannya diperlukan perubahan mindset SDM Kementerian Kominfo
maupun SDM fungsi humas K/L dan unit kerja SKPD, serta dukungan kebijakan
dalam penyediaan/sumberdaya, pengembangan maupun pemanfaatan.
Untuk menjaga efektivitas dalam pelaksanaan mandat dan agar dapat dicapainya
tujuan yang telah ditetapkan, maka penataan ulang fungsi-fungsi merupakan salah satu
langkah yang harus ditempuh. Langkah penataan dilakukan dengan strukturisasi ulang
fungsi-fungsi yang ada pada Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3 Langkah Penataan Fungsi pada Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik
Unit Kerja Eselon II Fungsi-Fungsi Langkah Penataan (1) (2) (3)
Sekretariat Direktorat
Jenderal
• Penyusunan Program dan
Pelaporan
• Hukum dan Kerjasama
• Keuangan
• Umum dan Organisasi
• Fungsi kerjasama diintegrasikan
pada fungsi "kemitraan dan
kerjasama";
• Fungsi hukum memfasilitasi
perumusan legal drafting
Komunikasi Publik
• Tatakelola Komunikasi Publik
• Pengelolaan Opini Publik
• Layanan Komunikasi Publik
• Fungsi opini publik harus inklusif
dalam pengolahan dan penyediaan
informasi
• Fungsi layanan komunikasi publik
diintegrasikan dalam fungsi
"layanan informasi"
Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
• Informasi Politik, Hukum, dan
Keamanan
• Informasi Perekonomian
• Informasi Kesejahteraan Rakyat
Fungsi diperkuat dengan pengelolaan
opini publik
Pengelolaan Media
Publik
• Media Cetak
• Media Online
• Media Pameran dan Luar Ruang
Perlu mengoptimalkan peran
pembinaan dan penguatan
pengelolaan media, tanpa
mempengaruhi dan mengganggu
67
Unit Kerja Eselon II Fungsi-Fungsi Langkah Penataan (1) (2) (3)
kebebasan media
Kemitraan
Komunikasi
• Pemerintah dan Lembaga Negara
• Kemitraan Media dan Dunia
Usaha
• Kemitraan Organisasi
Kemasyarakatan dan Profesi
Fungsi diperkuat menjadi kemitraan
dan kerjasama
Layanan Informasi
Internasional
• Informasi Media Asing
• Layanan Informasi Perwakilan
Negara Asing dan Lembaga
Internasional
• Layanan Informasi Masyarakat
LN
Diperkuat menjadi fungsi layanan
informasi terpadu
Penataan ulang fungsi-fungsi dilakukan dengan langkah transformasi, integrasi
maupun job enrichment. Dalam diagram rantai nilai keterkaitan antar fungsi hasil
strukturisasi dapat dilihat pada Gambar 5.9
Gambar 5.9 Penataan Rantai Nilai Fungsi Informasi dan Komunikasi Publik
5.7 Langkah Penataan Lingkup Peran dan Fungsi Techno Structure
Berdasarkan pengelompokan fungsi-fungsi pada organisasi Kementerian Komunikasi
dan Informatika dalam tatanan Mintzberg elemen organisasi techno structure adalah fungsi-
fungsi yang ada pada Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pusat-Pusat yang berada
dibawah Menteri Komunikasi dan Informatika dan dalam koordinasi Sekretariat Jenderal.
5.7.1 Penataan Peran dan Fungsi Badan Litbang SDM
Dalam tatanan organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Litbang
SDM merupakan perangkat technostructure yang memberikan dukungan teknis-substantif
68
bagi pelaksanaan peran dan fungsi utama kelembagaan Kementerian Komunikasi dan
Informatika.
Gambar 5.10 Struktur Organisasi Badan Litbang SDM Saat Ini
Dalam memberikan dukungan kepada peran dan fungsi utama kelembagaan,
tantangan yang dihadapi adalah: (1) menyediakan kajian kebijakan dan regulasi yang adaptif
terhadap perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat, baik dalam lingkup
penyediaan, pengembangan serta pemanfaatan komunikasi dan informatika; (2) memfasilitasi
pengembangan literasi dan kompetensi SDM komunikasi dan informatika, khusunya bagi
kesiapan (daya saing) menghadapi berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada
tahun 2015. Selain kedua hal tersebut diatas juga diperlukan (3) dukungan bagi penyiapan
kajian kebijakan dan regulasi berkaitan dengan ketahanan informasi (termasuk keamanan
internet nasional).
Berkaitan dengan hal-hal tersebut selanjutnya peran dan fungsi penelitian dan
pengembangan perlu berfokus pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran pentingnya peningkatan dan pengembangan kompetensi ICT,
serta mendorong percepatan pengembangan kompetensi ICT bagi tenaga kerja
Indonesia;
2. Memfasilitasi pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi bidang ICT dan proses
percepatan bagi pelaksanaan Sertifikasi Asesor bagi kompetensi profesi ICT;
3. Meningkatkan kualitas riset kebijakan (policy-based research) bidang komunikasi dan
informatika melalui penguatan analisis dan sintesis atas pelaksanaan kebijakan yang
telah ada, mengkaji situasi dan isu-isu baru yang muncul dan berkembang yang
menuntut refleksi atau penyesuaian, bahkan memerlukan reformulasi atau pembaruan
kebijakan bidang komunikasi dan informatika;
69
Gambar 5.11 Transformasi Fungsi-Fungsi pada Badan Penelitian dan Pengembangan
5.7.2 Penataan Peran dan Fungsi Pusat-Pusat
Dalam konsep disain organisasi Mintzberg, secara hirarkhi Pusat-Pusat merupakan
kelengkapan organisasi dalam kelompok techno structure, artinya unit kerja ini memiliki
peran dan fungsi untuk mendukung pelaksanaan tugas utama kelembagaan Kementerian
Komunikasi dan Informatika, dengan demikian kegiatan pada unit kerja Pusat-Pusat lebih
bersifat memberikan dukungan pada aktivitas internal organisasi (intra-organization).
Gambar 5.12 Struktur Organisasi Pusat-Pusat Saat Ini
70
Tabel 5.4 Langkah Penataan Fungsi pada Pusat-Pusat
No Unit Kerja Langkah Penataan (1) (2) (3)
1. Pusat Data dan
Sarana Informatika
Langkah revitalisasi :
• Pemenuhan persyaratan ISO 27001 dalam manajemen
keamanan sistem informasi pada Kementerian Kominfo
• Penataan postur SDM dengan kemampuan analisis dan
sintesis untuk dapat mengolah menyajikan informasi;
• Dapat berperan dalam pengelolaan knowledge management
bagi kementerian;
2. Pusat Kerjasama
Internasional
Langkah revitalisasi :
• Berperan sebagai "gate" yang dapat memfasilitasi proses
kerjasama dengan mitra asing;
• Sebagai mitra Biro Perencanaan dalam perencanaan dan
penetapan program/kegiatan yang melibatkan
kerjasama/mitra asing;
• Penataan postur SDM dengan kualifikasi yang sejalan dengan
langkah revitalisasi;
3. Pusat Informasi dan
Hubungan
Masyarakat
Alternatif-1, Penajaman peran dan fungsi :
• Dalam praktek pelaksanaan tugas, khususnya yang berkaitan
dengan pihak eksternal Kementerian, "sangat berdekatan"
dengan kegiatan Ditjen IKP;
• Diperlukan penajaman peran dan fungsi, dan komitmen
Pimpinan Puncak dalam memberikan penugasan agar sesuai
lingkup tugas unit kerja;
Alternatif-2, Penajaman peran dan fungsi :
• Dilakukan langkah penataan dengan menggabungkan PIHM
kedalam Ditjen IKP, pada unit kerja yang membidangi
layanan informasi;
• Agar seluruh fungsi bisa terlaksana, maka pada unit kerja
tersebut dilakukan job enrichment untuk lingkup hubungan
masyarakat;
4. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai
Optimalisasi peran dan fungsi :
• Bekerjasama dengan Biro SDM dalam penyusunan pola karir
yang terpadu antara pemenuhan syarat jabatan/ kompetensi
dan pelaksanaan pelatihan internal Kementerian Kominfo;
• Pelaksanaan pelatihan dalam jabatan bagi K/L/D bagi
Jabatan Fungsional Ahli maupun Jabatan Fungsional
Ketrampilan yang dalam pembinaan Kementerian Kominfo;
• Berlakunya UU ASN mewajibkan minimal jam orang
keikutsertaan dalam pelatihan;
71
5.8 Langkah Penataan Lingkup Peran dan Fungsi dalam Operating Core
Mengacu pada ketentuan UU ASN dan pengelompokan fungsi-fungsi pada organisasi
dalam tatanan Mintzberg, maka elemen organisasi operating core adalah fungsi-fungsi yang
diwakili oleh Jabatan Administrasi dan Jabatan Fungsional Ahli (JFA) dan Jabatan
Fungsional Ketrampilan.
Pada bagian ini diberikan penekanan pada optimalisasi pengelolaan JFA dalam peran
dan fungsi sebagai dukungan strategik-substantif, sebagai sumber intellectual capital dalam
pelaksanaan mandat kelembagaan, antara lain: (1) pelaksanaan kajian strategik dan
konseptual, (2) dukungan proses pengambilan keputusan, (3) pengembangan relational
capital, intra-organization dan inter-organization. Dengan mempertimbangkan peran
strategis tersebut dikemukakan pemikiran optimalisasi pola pengoragnisasian JFA sebagai
berikut:
1. Kelompok Jabatan Fungsional dikelola sebagai TALENT POOL;
2. Pemangku JFA dalam basis keahliannya, memiliki akses (dapat diakses) lintas fungsi,
lintas unit kerja;
3. Pejabat Fungsional dapat menjalankan peran sebagai “duta” atau “ambasador”
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan penugasan (temporer) pada
Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah (merupakan bagian pola karir –
syarat perolehan angka kredit JFA);
4. Sesuai amanat UU ASN, berlaku pola karir “terbuka”: Jabatan Fungsional Ahli
Jabatan Pimpinan Tinggi;
Sebagai ilustrasi atas hubungan dan tatakerja dalam optimalisasi dalam pengelolaan JFA
ditampilkan dalam Gambar 5.13.
72
Gambar 5.13 Optimalisasi Pengelolaan JFA Sebagai Talent Pool Kementerian Kominfo
5.9 Langkah Penataan Lingkup Peran dan Fungsi dalam Management Support
Berdasarkan pengelompokan fungsi-fungsi pada organisasi Kementerian Komunikasi
dan Informatika dalam tatanan Mintzberg elemen organisasi management support adalah
fungsi-fungsi yang ada pada Inspektorat Jenderal, dan Sekretariat Jenderal.
5.9.1 Langkah Penataan Inspektorat Jenderal
Analisis Situasional
Hasil kajian dari kondisi faktual dapat diperoleh gambaran umum bahwa kinerja
lembaga dalam hal kepatuhan masih perlu ditingkatkan, khususnya untuk dapat mencapai
opini WTP dalam hasil audit BPK. Dalam hal ini Inspektorat Jenderal memang memiliki
peran yang sangat strategis, namun demikian tidak akan berhasil apabila tidah diikuti oleh
langkah-langkah konkrit unit-unit kerja dalam membangun "tingkat kepatuhan" atau
73
compliance pada ketentuan yang ada. Secara garis besar kondisi faktual dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Kondisi kedepan dengan meningkatnya kompleksitas lingkup kegiatan Kementerian
Komunikasi dan Informatika yang menuntut koordinasi program dan sinergi
anggaran, baik dalam lembaga (intra-organisasi atau lintas fungsi/unit kerja) maupun
lintas K/L dan antara pusat daerah;
2. Semangat untuk dapat mencapai opini WTP harus diikuti oleh langkah-langkah
membangun untuk awareness melalui sosialisasi dan internalisasi maupun penataan
untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul (ada), baik permasalahan dalam
bentuk teknis, administratif, maupun permasalahan yang terkait dengan hukum dan
perundang-undangan;
3. Tuntutan kinerja kepatuhan SDM Aparatur Kementerian Komunikasi dan Informatika
dalam pelaksanaan tatakelola dan tatalaksana secara: transparan, akuntabel, dan
profesional.
Gambar 5.14 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Saat Ini
Langkah Penataan
1. Paradigma inspektorat bukan semata-mata sebagai watch-dog, tetapi lebih sebagai
“internal-consultant” yang melaksanakan fungsi : pembinaan, penataan, pengawasan
dan pentaatan;
2. Mengoptimalkan upaya pencegahan untuk menekan “potensi” kesalahan yang
mengganggu efektivitas pencapaian sasaran dan dapat menimbulkan kerugian negara;
3. Penguatan SDM dan kinerja proses internal (teknis dan administratif) unit kerja
Inspektorat .
74
Gambar 5.15 Transformasi Paradigma Peran dan Fungsi Inspektorat Jenderal
Pada Gambar 5.15 diatas tampak bahwa inspektorat jenderal perlu melakukan
transformasi peran dan fungsi, ari yang semula menekankan pada aktivitas pemeriksaan dan
pengawasan, pada perkembangannya perlu diperkaya dengan peran penataan, pembinaan,
pentaatan, dan usulan penindakan (bila diperlukan). Dengan kondisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa fungsi-fungsi inspektorat akan terdiri dari :
1. Inspektorat Pencegahan, berfokus pada :
a. Pemetaan risiko dan mitigasi risiko bagi seluruh kegiatan utama Kementerian
Komunikasi dan Informatika;
b. Sebagai early warning system bagi zona integritas dan kinerja kelembagaan;
c. Menerbitkan standar-standar yang diperlukan dalam upaya tertib administrasi
pelaksanaan kegiatan;
2. Inspektorat bagi Kegiatan Operasional Kelembagaan, berfokus pada :
a. “Pengawalan” proses manajemen dalam siklus manajemen plan, do, check,
action atau P-D-C-A (termasuk planning to plan);
b. Melaksanakan pemantauan dalam lingkup PICA (problem identification and
corrective action);
c. Perlu penyesuaian lingkup kegiatan, terkait perubahan 4 unit kerja inspektorat
menjadi 2 atau 3 unit kerja inspektorat;
3. Inspektorat Investigasi, berfokus pada :
75
a. Penanganan permasalahan khusus ataupun pelaksanaan penugasan untuk
tujuan tertentu;
b. Pelaksanaan dan pengendalian audit investigasi terhadap penyimpangan dan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh unsur Kementerian
Komunikasi dan Informatika;
Gambar 5.16 Transformasi Fungsi-Fungsi Pada Inspektorat Jenderal
5.9.2 Langkah Penataan Sekretariat Jenderal
Secara umum untuk fungsi-fungsi yang ada pada Sekretariat Jenderal (Gambar 5.16)
telah memenuhi standar dalam pelaksanaan dukungan manajemen bagi Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Namun mencermati Rencana Strategis pada periode 2015 -
2019, khususnya berkaitan dengan implementasi UU ASN dan reformasi birokrasi serta
beberapa upaya penataan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bidang
komunikasi dan informatika dapat dikemukakan beberapa usulan langkah penataan terkait
fungsi-fungsi yang telah ada, baik melalui job enlargement maupun job enrichment.
Gambar 5.17 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Saat Ini
76
Tabel 5.5 Langkah Penataan Fungsi-Fungsi pada Sekretariat Jenderal
No Unit Kerja Langkah Penataan (1) (2) (3)
1. Biro Perencanaan Optimalisasi peran dan fungsi melalui inisiatif sbb :
• Melaksanakan upaya peningkatan kinerja lembaga melalui
koordinasi program dan sinergi anggaran lintas fungsi dalam
satu Ditjen maupun lintas Ditjen;
• Melaksanakan pemetaan manajemen risiko pada program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan;
• Berkoordinasi secara intens dengan Pusat Kerjasama
Internasional untuk meningkatkan potensi pelaksanaan
program dan kegiatan melalui kerjasama/kemitraan
internasional;
• Untuk memperjelas fokus penajaman, nomenklatur dari
Biro diusulkan menjadi "Biro Perencanaan dan
Anggaran";
2. Biro Kepegawaian
dan Organisasi Optimalisasi peran dan fungsi melalui inisiatif sbb :
• Implementasi ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 2014,
tentang ASN, dan peraturan/kebijakan pelaksanaannya;
• Upaya peningkatan dan pengembangan tatakelola dan
tatalaksana akan sangat diperlukan 'keterpaduan' antara
SDM dan organisasi; • Berperan sebagai 'internal consultant' bagi pelaksanaan
reformasi birokrasi Kementerian Kominfo;
• Untuk memperjelas fokus penajaman, nomenklatur dari
Biro diusulkan menjadi "Biro SDM dan Organisasi";
3. Biro Hukum Optimalisasi peran dan fungsi melalui inisiatif sbb :
• Mengalokasikan secara efektif sumberdaya keahlian dan
manajemen waktu bagi upaya Kementerian dalam penataan 7
(tujuh) peraturan perundang-undangan sesuai Renstra Tahun
2015-2019;
4. Biro Keuangan Optimalisasi peran dan fungsi melalui inisiatif sbb :
• Biro ini memiliki peran yang strategis dalam upaya
pencapaian opini WTP dari audit BPK;
• Berkoordinasi secara intens dengan unit-unit kerja seluruh
Kementerian untuk melakukan inventarisasi BMN;
• Untuk memperjelas fokus penajaman, nomenklatur dari
Biro diusulkan menjadi "Biro Keuangan dan BMN";
5. Biro Umum Optimalisasi peran dan fungsi melalui inisiatif sbb :
• Dalam beberapa hal Biro ini memiliki peran yang strategis
dalam upaya pencapaian opini WTP dari audit BPK;
Sebagai ilustrasi langkah transformasi atas fungsi-fungsi tersebut diatas secara grafis
ditampilkan pada Gambar 5.18
77
Gambar 5.18 Transformasi Fungsi-Fungsi pada Sekretariat Jenderal
5.10 Langkah Penataan Fungsi dalam Unit Kerja Teknis (Direktorat Jenderal)
5.10.1 Penataan Fungsi SDPPI dan PPI
5.10.1.1 Lingkup Bidang Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
Gambar 5.19 Lingkup Bidang SDPPI
(Sumber: Kurbalija, J. 2010)
Infrastruktur telekomunikasi, tempat seluruh lalu-lintas internet mengalir.
a. Kebijakan dan regulasi di bidang sumberdaya, antara lain: frekuensi, orbit satelit;
78
b. Kebijakan tatakelola frekuensi jangka menengah-panjang (roadmap/planologi)
sumberdaya untuk jangka panjang;
Gambar 5.20 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal SDPPI Saat Ini
5.10.1.2 Lingkup Bidang Penyelenggaraan Pos dan Informatika
Gambar 5.21 Lingkup Bidang PPI
(Sumber: Kurbalija, J. 2010)
Standar teknis dan layanan Internet, infrastruktur yang membuat Internet berfungsi
(misal TCP/IP; DNS; SSL).
a. Kebijakan dan regulasi di bidang transport dan jaringan Internet, pembagian
nomor IP;
79
b. Kebijakan tatakelola jangka menengah-panjang (roadmap/planologi) jaringan
Internet untuk jangka panjang;
Gambar 5.22 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal PPI Saat Ini
Mempertimbangkan lingkup bidang SDPPI dan PPI di atas, maka perlu dilakukan
transformasi fungsi pos ke Kementerian Perhubungan dengan landasan pemikiran sebagai
berikut:
1. aktivitas Pos dalam lingkup informatika telah terintegrasi dalam lingkup TIK;
2. aktivitas Pos dalam memfasilitasi perpindahan barang (fisik) merupakan proses rantai
pasok dan sebagai bagian sistem logistik nasional;
3. aktivitas Pos berhubungan erat dengan penggunaan moda transportasi darat, laut,
dan udara.
80
Gambar 5.23 Transformasi Fungsi Pos ke Kementerian Perhubungan
5.10.2 Penataan Fungsi Aplikasi Informatika
5.10.2.1 Lingkup Bidang Aplikasi Informatika
Gambar 5.24 Lingkup Bidang Aplikasi Informatika
(Sumber: Kurbalija, J. 2010)
Lingkup bidang aplikasi informatika meliputi standar isi dan aplikasi, antara lain:
a. Kebijakan dan regulasi pemanfaatan TIK meliputi al.: telekomunikasi,
penyiaran, pemberdayaan industri informatika, e-services;
81
b. Kebijakan pemberdayaan industri digital kreatif, optimalisasi pemanfaatan
informatika bagi ekonomi kerakyatan.
Gambar 5.25 Tatakelola Kemandirian Kominfo
Tatakelola kemandirian komunikasi dan informatika meliputi, antara lain:
a. Kebijakan dan regulasi di bidang tatakelola keamanan Kominfo al. meliputi:
cyber security, IDSRTII, G-CERT, Forensik digital;
b. PPNS (penyidikan, penyelidikan)
Gambar 5.26 Struktur Organisasi Ditjen Aplikasi Informatika Saat Ini
82
Mempertimbangkan lingkup bidang aplikasi informatika dan tatakelola kemandirian
komunikasi dan informatika di atas, maka perlu dilakukan transformasi Direktorat
Keamanan Komunikasi dan Informatika menjadi Badan Keamanan Komunikasi dan
Informatika dengan landasan pemikiran sebagai berikut:
1. Mentransformasikan (spin-off) Direktorat Keamanan Komunikasi dan Informatika
menjadi “Badan” independen (diluar Kementerian Kominfo);
2. Keamanan (atau kemandirian) komunikasi dan informatika akan ditangani secara
khusus dan terpadu dalam satu wadah;
3. Badan ini tidak (belum) menangani “Pertahanan Cyber Militer”, karena penanganan
bidang ini dilakukan oleh instansi keamanan/militer.
Gambar 5.27 Transformasi Direktorat Keamanan Komunikasi dan Informatika
83
BAB VI
USULAN DISAIN STRUKTUR ORGANISASI
5.1 Landasan Rumusan Skenario
Perumusan usulan alternatif struktur organisasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil analisis induktif dikonvergensikan dengan hasil analisis deduktif melalui logical
thinking process bersama pemangku kepentingan;
2. Diajukan 3 (tiga) skenario yang prioritasnya belum ditentukan terlebih dahulu, karena
membutuhkan penilaian lanjutan yang lebih komprehensif;
3. Dasar struktur adalah konfigurasi Mintzberg : Machine Bureaucracy.
84
6.1 Struktur Organisasi Kementerian Kominfo Saat Ini
Gambar 6.1 Struktur Organisasi Kementerian Kominfo Saat Ini
85
Tabel 6.1 Komposisi Struktur Organisasi Kementerian Kominfo Saat Ini
Unit Kerja Mengacu Peraturan Menteri Kominfo
No. 17/PER/M.KOMINFO/10/2010
Kondisi Saat ini
Direktorat Jenderal (eselon 1) 4
Badan (eselon 1) 1
Direktorat & setingkat (eselon 2) 42
Sekretariat Jenderal (eselon 1) 1
Inspektorat Jenderal (eselon 1) 1
Staf Ahli 5
Pada tabel diatas dapat dilihat struktur organisasi Kementerian Kominfo saat ini
terdiri dari 4 Direktorat Jenderal, 1 Badan, 42 Direktorat dan setingkat (eselon II), 1
Sekretariat Jenderal, 1 Inspektorat Jenderal, dan 5 Staf Ahli.
Skenario struktur organisasi yang diajukan Tim Advokasi SINERGI Consulting telah
disajikan dan dibahas dalam diskusi serta telah melalui proses face validity.
6.2 Langkah Penataan Fungsi-Fungsi dalam Organisasi
Langkah penataan fungsi-fungsi dalam organisasi dilakukan dengan beberapa hal,
antara lain :
1. Integrasi (transformasi) fungsional;
2. Pengembangan (penambahan) fungsi baru;
3. Peningkatan efektivitas fungsi dengan fokus, dan job enrichment;
4. Menggabungkan (merger) Fungsi dalam Unit Kerja;
5. Mengeleminasi fungsi (spin-off) karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan mandat
kelembagaan, atau dapat ditangani oleh pihak lain;
6.3 Ringkasan Alternatif Struktur Organisasi Kementerian Kominfo
Tabel berikut merupakan ringkasan struktur organisasi Kementerian Komunikasi dan
Informatika alternatif-1, alternatif-2, dan alternatif-3.
86
Tabel 6.2 Ringkasan Alternatif Struktur Organisasi Kementerian Kominfo
6.4 Usulan Struktur Organisasi Alternatif – 1
Gambar 6.2 Rancangan Struktur Kementerian Kominfo Alternatif-1
87
6.4.1 Usulan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal SDPPI Alternatif-1
Usulan struktur organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Informatika pada alternatif-1 sama dengan alternatif-2.
Opsi langkah penataan :
1. Nomenklatur organisasi untuk unit kerja eselon II tidak mengalami perubahan;
2. Namun demikian perlu penataan pada 1 unit kerja eselon III pada Direktorat
Standarisasi Pos dan Informatika, yaitu dengan mentransformasikan fungsi
subdirektorat “standar dan audit perangkat lunak” ke Ditjen Aptika;
Gambar 6.3 Rancangan Struktur Direktorat Jenderal SDPPI Alternatif-1
6.4.2 Usulan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal PPI Alternatif-1
Gambar 6.4 Rancangan Struktur Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Alternatif-1
88
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Alternatif-1
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Pos • Pengembangan roadmap pos nasional (komersial dan
universal) bagian sistem logistik terpadu;
• Membangun iklim usaha pos yang kondusif;
• Penataan tarif pos
Direktorat Telekomunikasi • Mengintegrasikan fungsi telekomunikasi khusus (job
elargement atau job enrichment);
Direktorat Penyiaran • Mengintegrasikan fungsi penyiaran publik (job
enlargement atau job enrichment);
Direktorat Pengendalian Pos,
Telekomunikasi dan Penyiaran
• Monitoring dan evaluasi bidang pos, telekomunikasi
dan penyiaran;
• Pencegahan dan penertiban.
6.4.3 Usulan Struktur Organisasi Ditjen Aplikasi Informatika Alternatif-1
Gambar 6.5 Rancangan Struktur Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Alternatif-1
Tabel...Fungsi-fungsi di Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Alternatif-1
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Standarisasi Konten
dan Aplikasi Informatika
• Perumusan kebijakan konten dan aplikasi
informatika;
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan;
Direktorat Pengembangan Sistem
Terpadu Layanan Pemerintahan
• Perumusan roadmap sistem terpadu layanan
pemerintahan;
89
Unit Kerja Fungsi Dasar
• Harmonisasi konten dan aplikasi bagi sistem terpadu
layanan pemerintahan
• Koordinasi lintas K/L/D dalam pengembangan
layanan pemerintahan
Direktorat Pembinaan dan
Pemberdayaan Industri
Digital Kreatif
• Inventarisasi potensi dan pengembangan roadmap
industri digital kreatif;
• Pembinaan pengembangan pengembangan kapasitas
industri digital kreatif;
• Fasilitasi kelembagaan dan pembiayaan usaha digital
kreatif
Direktorat Pemberdayaan
Informatika
Bagi Ekonomi Kerakyatan
• Pengembangan konten dan aplikasi untuk mendukung
kegiatan ekonomi kerakyatan
• Fasilitasi penerapan teknologi TIK bagi kegiatan
ekonomi kerakyatan
• Koordinasi lintas K/L/D dalam pengembangan
layanan pemerintahan
Direktorat Keamanan
Komunikasi dan Informatika
• Standarisasi keamanan komunikasi dan informatika;
• Keamanan instansi pemerintah dan badan usaha
(L/P/BU-CERT);
• Keamanan public cyber pemerintah (KP-CERT);
• Keamanan komunitas dan akademik (K/A-CERT);
• **) tidak menangani keamanan cyber militer
6.4.4 Usulan Struktur Organisasi Ditjen Informasi dan Komunikasi Alternatif-1
6.4.4.1 Alternatif-1a (Basis Supply Chain)
Gambar 6.6 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-1a
(Basis Supply Chain)
90
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-1a
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Perumusan dan
Harmonisasi Kebijakan IKP
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pembinaan jabatan fungsional pranata humas.
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Kemitraan
• Penguatan jaringan IKP dlm dua arah (al:pusat–
daerah, stakeholder lainnya);
• Penguatan & pemberdayaan lembaga kehumasan
K/L/D sbg “pipeline” government public relations
(GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Kerjasama pelaksanaan edukasi komunikasi ruang
publik;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
• Perencanaan program manajemen informasi
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar :
o Keutuhan NKRI;
o Kontrol sosial;
o Edukasi;
o Hiburan;
Direktorat Pengelolaan
Media Publik
• Pemetaan simpul-simpul informasi;
• Monitoring dinamika berita/informasi dari berbagai
sumber;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
Direktorat Layanan Informasi dan
Komunikasi
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Menyediakan informasi penyeimbang yang akurat
(menghindarkan informasi asimetris);
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
91
6.4.4.2 Alternatif-1b (Integrasi Fungsi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat)
Gambar 6.7 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-1b
(Integrasi Fungsi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat)
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-1b
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Perumusan dan
Harmonisasi Kebijakan IKP
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pembinaan jabatan fungsional pranata humas.
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Kemitraan
• Penguatan jaringan IKP dlm dua arah (al:pusat–
daerah, stakeholder lainnya);
• Penguatan & pemberdayaan lembaga kehumasan
K/L/D sbg “pipeline” government public relations
(GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Kerjasama pelaksanaan edukasi komunikasi ruang
publik;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
• Perencanaan program manajemen informasi
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar :
o Keutuhan NKRI;
o Kontrol sosial;
o Edukasi;
o Hiburan;
Direktorat Pengelolaan • Pemetaan simpul-simpul informasi;
92
Unit Kerja Fungsi Dasar
Media Publik • Monitoring dinamika berita/informasi dari berbagai
sumber;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
Direktorat Penyajian Informasi,
Komunikasi dan Humas
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
• Manajemen hubungan pemangku kepentingan;
• Lingkup internal dan eksternal Kementerian;
6.4.4.3 Alternatif-1c (Nomenklatur Berbasis Kementerian Koordinator)
Gambar 6.7 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-1c
(Nomenklatur Berbasis Kementerian Koordinator)
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-1c
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Tatalaksana Informasi
dan Komunikasi Publik
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pembinaan jabatan fungsional pranata humas.
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Pengelolaan
Media Publik
• Penguatan jaringan dan simpul IKP dalam dua arah;
• Pemberdayaan lembaga kehumasan K/L/D sebagai
“pipeline” government public relations (GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
93
Unit Kerja Fungsi Dasar
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
• Monitoring dinamika berita/ informasi;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
Kemaritiman dan Perekonomian
• Perencanaan program manajemen informasi bidang
Maritim & LH dan Perekonomian & SDA
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar: keutuhan NKRI, kontrol
sosial, edukasi, hiburan;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi Polhukam,
Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan
• Perencanaan program manajemen informasi bidang
Polhukam, Pembangunan Manusia & Budaya;
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar: keutuhan NKRI, kontrol
sosial, edukasi, hiburan;
Direktorat Penyajian Informasi,
Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
• Manajemen hubungan pemangku kepentingan;
• Lingkup internal dan eksternal Kementerian;
6.4.5 Usulan Struktur Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alternatif-1
Gambar 6.8 Rancangan Struktur Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alt.1
94
Tabel...Fungsi-fungsi di Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alt.1
Unit Kerja Fungsi Dasar
Pusat Litbang Kebijakan Pos,
Sumber Daya dan
Penyelenggaraan Telekomunikasi
dan Informatika
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Dukungan pengambilan keputusan strategis;
• Kajian pengembangan model kelembagaan;
• Kerjasama “triple helix” dalam riset kebijakan;
Pusat Litbang Kebijakan
APTIKA dan IKP
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Dukungan pengambilan keputusan strategis;
• Kajian pengembangan model kelembagaan;
• Kerjasama “triple helix” dalam riset kebijakan;
Pusat Litbang Kebijakan Literasi
dan Profesi SDM Kominfo
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Pengembangan standar kompetensi Asesor Profesi
SDM Kominfo;
• Pengembangan standar kompetensi Profesi SDM
Kominfo;
• Pengembangan standar sertifikasi penyelenggara
sertifikasi profesi;
Pusat Litbang Kelembagaan
Pengembangan Profesi
SDM Kominfo
• Pembinaan pengembangan pengembangan kapasitas
dan kompetensi Profesi SDM Kominfo;
• Fasilitasi kelembagaan dan penyelenggaraan
pendidikan Profesi SDM Kominfo;
• Kerjasama dalam rantai nilai (supply – demand) bagi
percepatan pemenuhan Profesi SDM Kominfo;
95
6.4.6 Usulan Struktur Organisasi Kementerian Kominfo Alternatif-1
Gambar 6.9 Rancangan Struktur Kementerian Komunikasi dan Informatika Alternatif-1
96
6.5 Usulan Struktur Organisasi Alternatif – 2
Gambar 6.10 Rancangan Struktur Kementerian Kominfo Alternatif-2
6.5.1 Usulan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal SDPPI Alternatif-2
Sebagaimana telah disampaikan bahwa terdapat kesamaan pada usulan struktur
organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika alternatif-1
dan alternatif-1, sehingga opsi langkah penataan yang diajukan pada alternatif-2 sama halnya
dengan opsi penataan pada alternatif-2, yaitu:
1. Nomenklatur organisasi untuk unit kerja eselon II tidak mengalami perubahan;
2. Namun demikian perlu penataan pada 1 unit kerja eselon III pada Direktorat
Standarisasi Pos dan Informatika, yaitu dengan mentransformasikan fungsi
subdirektorat “standar dan audit perangkat lunak” ke Ditjen Aptika.
Gambar 6.11 Rancangan Struktur Ditjen SDPPI Alternatif-2
97
6.5.2 Usulan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal PPI Alternatif-2
Gambar 6.12 Rancangan Struktur Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Alternatif-2
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Alternatif-2
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Pos • Pengembangan roadmap pos nasional (komersial dan
universal) bagian sistem logistik terpadu;
• Membangun iklim usaha pos yang kondusif;
• Penataan tarif pos
Direktorat Telekomunikasi • Mengintegrasikan fungsi telekomunikasi khusus (job
elargement atau job enrichment);
Direktorat Penyiaran • Mengintegrasikan fungsi penyiaran publik (job
enlargement atau job enrichment);
Direktorat Pengendalian Pos,
Telekomunikasi dan Penyiaran
• Monitoring dan evaluasi bidang pos, telekomunikasi
dan penyiaran;
• Pencegahan dan penertiban.
98
6.5.3 Usulan Struktur Organisasi Ditjen Aplikasi Informatika Alternatif-2
Gambar 6.13 Rancangan Struktur Ditjen Aplikasi Informatika Alternatif-2
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Aplikasi Informatika Alternatif-2
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Standarisasi Konten
dan Aplikasi Informatika
• Perumusan kebijakan konten dan aaplikasi
informatika;
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan;
Direktorat Pengembangan
Sistem Terpadu Layanan
Pemerintahan
• Perumusan roadmap sistem terpadu layanan
pemerintahan;
• Harmonisasi konten dan aplikasi bagi sistem terpadu
layanan pemerintahan
• Koordinasi lintas K/L/D dalam pengembangan
layanan pemerintahan
Direktorat Pembinaan dan
Pemberdayaan Industri Digital
Kreatif
• Inventarisasi potensi dan pengembangan roadmap
industri digital kreatif;
• Pembinaan pengembangan pengembangan kapasitas
industri digital kreatif;
• Fasilitasi kelembagaan dan pembiayaan usaha digital
kreatif
Direktorat Pemberdayaan
Informatika Bagi Ekonomi
Kerakyatan
• Pengembangan konten dan aplikasi untuk mendukung
kegiatan ekonomi kerakyatan
• Fasilitasi penerapan teknologi TIK bagi kegiatan
ekonomi kerakyatan
• Koordinasi lintas K/L/D dalam pengembangan
layanan pemerintahan
99
6.5.4 Usulan Struktur Organisasi Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-2
6.5.4.1 Alternatif-2a (Basis Supply Chain)
Gambar 6.14 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-2a
(Basis Supply Chain)
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-2a
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Perumusan dan
Harmonisasi Kebijakan IKP
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pembinaan jabatan fungsional pranata humas.
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Kemitraan
• Penguatan jaringan IKP dlm dua arah (al:pusat–
daerah, stakeholder lainnya);
• Penguatan & pemberdayaan lembaga kehumasan
K/L/D sbg “pipeline” government public relations
(GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Kerjasama pelaksanaan edukasi komunikasi ruang
publik;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
• Perencanaan program manajemen informasi
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar :
o Keutuhan NKRI;
o Kontrol sosial;
o Edukasi;
o Hiburan;
Direktorat Pengelolaan • Pemetaan simpul-simpul informasi;
100
Unit Kerja Fungsi Dasar
Media Publik • Monitoring dinamika berita/informasi dari berbagai
sumber;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
Direktorat Layanan Informasi dan
Komunikasi
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Menyediakan informasi penyeimbang yang akurat
(menghindarkan informasi asimetris);
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
6.5.4.2 Alternatif-2b (Integrasi Fungsi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat)
Gambar 6.15 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-2b
(Integrasi Fungsi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat)
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-2b
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Perumusan dan
Harmonisasi Kebijakan IKP
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pembinaan jabatan fungsional pranata humas.
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Kemitraan
• Penguatan jaringan IKP dlm dua arah (al:pusat–
daerah, stakeholder lainnya);
• Penguatan & pemberdayaan lembaga kehumasan
K/L/D sbg “pipeline” government public relations
101
Unit Kerja Fungsi Dasar
(GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Kerjasama pelaksanaan edukasi komunikasi ruang
publik;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
• Perencanaan program manajemen informasi
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar :
o Keutuhan NKRI;
o Kontrol sosial;
o Edukasi;
o Hiburan;
Direktorat Pengelolaan
Media Publik
• Pemetaan simpul-simpul informasi;
• Monitoring dinamika berita/informasi dari berbagai
sumber;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
Direktorat Penyajian Informasi,
Komunikasi dan Humas
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
• Manajemen hubungan pemangku kepentingan;
• Lingkup internal dan eksternal Kementerian;
6.5.4.3 Alternatif-2c (Nomenklatur Berbasis Kementerian Koordinator)
Gambar 6.16 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-2c
(Integrasi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat)
102
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-2c
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Tatalaksana Informasi
dan Komunikasi Publik
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pembinaan jabatan fungsional pranata humas.
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Pengelolaan
Media Publik
• Penguatan jaringan dan simpul IKP dalam dua arah;
• Pemberdayaan lembaga kehumasan K/L/D sebagai
“pipeline” government public relations (GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
• Monitoring dinamika berita/ informasi;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
Kemaritiman dan Perekonomian
• Perencanaan program manajemen informasi bidang
Maritim & LH dan Perekonomian & SDA
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar: keutuhan NKRI, kontrol
sosial, edukasi, hiburan;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi Polhukam,
Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan
• Perencanaan program manajemen informasi bidang
Polhukam, Pembangunan Manusia & Budaya;
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar: keutuhan NKRI, kontrol
sosial, edukasi, hiburan;
Direktorat Penyajian Informasi,
Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
• Manajemen hubungan pemangku kepentingan;
• Lingkup internal dan eksternal Kementerian;
103
6.5.5 Usulan Struktur Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alternatif-2
Gambar 6.17 Rancangan Struktur Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alt.-2
Tabel...Fungsi-fungsi di Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alt.2
Unit Kerja Fungsi Dasar
Pusat Litbang
Kebijakan Pos, Sumber Daya dan
Penyelenggaraan Telekomunikasi
dan Informatika
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Dukungan pengambilan keputusan strategis;
• Kajian pengembangan model kelembagaan;
• Kerjasama “triple helix” dalam riset kebijakan;
Pusat Litbang
Kebijakan APTIKA dan IKP
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Dukungan pengambilan keputusan strategis;
• Kajian pengembangan model kelembagaan;
• Kerjasama “triple helix” dalam riset kebijakan;
Pusat Litbang
Kebijakan Literasi dan Profesi
SDM Kominfo
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Pengembangan standar kompetensi Asesor Profesi
SDM Kominfo;
• Pengembangan standar kompetensi Profesi SDM
Kominfo;
• Pengembangan standar sertifikasi penyelenggara
sertifikasi profesi;
Pusat Litbang
Kelembagaan Pengembangan
Profesi SDM Kominfo
• Pembinaan pengembangan pengembangan kapasitas
dan kompetensi Profesi SDM Kominfo;
• Fasilitasi kelembagaan dan penyelenggaraan
104
Unit Kerja Fungsi Dasar
pendidikan Profesi SDM Kominfo;
• Kerjasama dalam rantai nilai (supply – demand) bagi
percepatan pemenuhan Profesi SDM Kominfo;
105
6.5.6 Usulan Struktur Organisasi Kementerian Kominfo Alternatif-2
Gambar 6.18 Rancangan Struktur Kementerian Komunikasi dan Informatika Alternatif-2
106
6.6 Usulan Struktur Organisasi Alternatif – 3
Gambar 6.19 Rancangan Struktur Kementerian Kominfo Alternatif-3
6.6.1 Usulan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal SDPPI Alternatif-3
Opsi langkah penataan :
1. Mentransformasikan (spin-off) fungsi POS ke Kementerian Perhubungan,
pertimbangan POS (jasa perpindahan fisik) merupakan elemen/subsistem dari
sistem logistik nasional dengan menggunakan moda transportasi darat, laut dan
udara;
2. Menggabungkan fungsi operasi dan pengendalian sumber daya dan informatika
dalam 1 unit kerja eselon II (berasal dari Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI);
3. Mentransformasikan (merger) fungsi telekomunikasi dan penyiaran dari Ditjen
PPI menjadi unit kerja eselon II di Ditjen Sumber Daya, Perangkat Informatika
dan Telekomunikasi;
107
Gambar 6.20 Rancangan Struktur Direktorat Jenderal SDPPI Alternatif-3
6.6.2 Usulan Struktur Organisasi Ditjen Aplikasi Informatika Alternatif-3
Gambar 6.21 Rancangan Struktur Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Alternatif-3
Tabel...Fungsi-fungsi di Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alt.2
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Standarisasi Konten
dan Aplikasi Informatika
• Perumusan kebijakan konten dan aaplikasi
informatika;
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan;
Direktorat Pengembangan
Sistem Terpadu Layanan
Pemerintahan
• Perumusan roadmap sistem terpadu layanan
pemerintahan;
• Harmonisasi konten dan aplikasi bagi sistem terpadu
layanan pemerintahan
• Koordinasi lintas K/L/D dalam pengembangan
layanan pemerintahan
Direktorat Pembinaan dan • Inventarisasi potensi dan pengembangan roadmap
108
Unit Kerja Fungsi Dasar
Pemberdayaan Industri Digital
Kreatif
industri digital kreatif;
• Pembinaan pengembangan pengembangan kapasitas
industri digital kreatif;
• Fasilitasi kelembagaan dan pembiayaan usaha digital
kreatif
Direktorat Pemberdayaan
Informatika Bagi Ekonomi
Kerakyatan
• Pengembangan konten dan aplikasi untuk mendukung
kegiatan ekonomi kerakyatan
• Fasilitasi penerapan teknologi TIK bagi kegiatan
ekonomi kerakyatan
• Koordinasi lintas K/L/D dalam pengembangan
layanan pemerintahan
6.6.3 Usulan Struktur Organisasi Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-3
6.6.3.1 Alternatif-3a (Basis Supply Chain)
Gambar 6.22 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-3a
(Basis Supply Chain)
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-3a
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Perumusan dan
Harmonisasi Kebijakan IKP
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Kemitraan
• Penguatan jaringan IKP dlm dua arah (al:pusat–
daerah, stakeholder lainnya);
• Penguatan & pemberdayaan lembaga kehumasan
K/L/D sbg “pipeline” government public relations
109
Unit Kerja Fungsi Dasar
(GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Kerjasama pelaksanaan edukasi komunikasi ruang
publik;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
• Perencanaan program manajemen informasi
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar :
o Keutuhan NKRI;
o Kontrol sosial;
o Edukasi;
o Hiburan;
Direktorat Pengelolaan
Media Publik
• Pemetaan simpul-simpul informasi;
• Monitoring dinamika berita/informasi dari berbagai
sumber;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
Direktorat Layanan Informasi dan
Komunikasi
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Menyediakan informasi penyeimbang yang akurat
(menghindarkan informasi asimetris);
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
6.6.3.2 Alternatif-3b (Integrasi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat)
Gambar 6.23 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-3b
(Integrasi Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat)
110
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-3b
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Perumusan dan
Harmonisasi Kebijakan IKP
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Kemitraan
• Penguatan jaringan IKP dlm dua arah (al:pusat–
daerah, stakeholder lainnya);
• Penguatan & pemberdayaan lembaga kehumasan
K/L/D sbg “pipeline” government public relations
(GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Kerjasama pelaksanaan edukasi komunikasi ruang
publik;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
• Perencanaan program manajemen informasi
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar :
o Keutuhan NKRI;
o Kontrol sosial;
o Edukasi;
o Hiburan;
Direktorat Pengelolaan
Media Publik
• Pemetaan simpul-simpul informasi;
• Monitoring dinamika berita/informasi dari berbagai
sumber;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
Direktorat Penyajian Informasi,
Komunikasi dan Humas
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
• Manajemen hubungan pemangku kepentingan;
• Lingkup internal dan eksternal Kementerian;
6.6.3.3 Alternatif-3c (Nomenklatur Berbasis Kementerian Koordinator)
111
Gambar 6.24 Rancangan Struktur Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-3c
(Nomenklatur Berbasis Kementerian Koordinator)
Tabel...Fungsi-fungsi di Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Alternatif-3c
Unit Kerja Fungsi Dasar
Direktorat Tatalaksana Informasi
dan Komunikasi Publik
• Perumusan kebijakan informasi dan komunikasi
publik (IKP)
• Koordinasi pelaksanaan kebijakan IKP;
• Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan IKP;
Direktorat Pengembangan
Kerjasama dan Pengelolaan
Media Publik
• Penguatan jaringan dan simpul IKP dalam dua arah;
• Pemberdayaan lembaga kehumasan K/L/D sebagai
“pipeline” government public relations (GPR);
• Kerjasama IKP DN dan LN;
• Pembinaan media cetak, media elektronik, media
online dan media luar ruang;
• Monitoring dinamika berita/ informasi;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi
Kemaritiman dan Perekonomian
• Perencanaan program manajemen informasi bidang
Maritim & LH dan Perekonomian & SDA
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar: keutuhan NKRI, kontrol
sosial, edukasi, hiburan;
Direktorat Pengolahan dan
Penyediaan Informasi Polhukam,
Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan
• Perencanaan program manajemen informasi bidang
Polhukam, Pembangunan Manusia & Budaya;
• Pengolahan/pengemasan “agenda setting”, bersifat
strategik dan rutin/siklikal;
• Menjaga prinsip dasar: keutuhan NKRI, kontrol
sosial, edukasi, hiburan;
Direktorat Penyajian Informasi,
Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat
• Menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
kemasan yang menarik;
• Pemanfaatan optimal teknologi dan jejaring IKP;
112
Unit Kerja Fungsi Dasar
• Kualitas pelayanan IKP : akurat, aksesabilitas,
realtime;
• Manajemen hubungan pemangku kepentingan;
• Lingkup internal dan eksternal Kementerian
6.6.4 Usulan Struktur Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alternatif-3
Gambar 6.25 Rancangan Struktur Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alt.3
Tabel...Fungsi-fungsi di Badan Litbang Kebijakan dan Pengembangan SDM Alternatif-3
Unit Kerja Fungsi Dasar
Pusat Litbang Kebijakan
Sumber Daya dan
Penyelenggaraan Telekomunikasi
dan Informatika
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Dukungan pengambilan keputusan strategis;
• Kajian pengembangan model kelembagaan;
• Kerjasama “triple helix” dalam riset kebijakan;
Pusat Litbang Kebijakan
APTIKA dan IKP
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Dukungan pengambilan keputusan strategis;
• Kajian pengembangan model kelembagaan;
• Kerjasama “triple helix” dalam riset kebijakan;
Pusat Litbang Kebijakan Literasi
dan Profesi SDM Kominfo
• Analisis kebijakan : prospektif, retrosprektif,
integratif;
• Pengembangan standar kompetensi Asesor Profesi
SDM Kominfo;
• Pengembangan standar kompetensi Profesi SDM
Kominfo;
• Pengembangan standar sertifikasi penyelenggara
113
Unit Kerja Fungsi Dasar
sertifikasi profesi;
Pusat Litbang Kelembagaan
Pengembangan Profesi SDM
Kominfo
• Pembinaan pengembangan pengembangan kapasitas
dan kompetensi Profesi SDM Kominfo;
• Fasilitasi kelembagaan dan penyelenggaraan
pendidikan Profesi SDM Kominfo;
• Kerjasama dalam rantai nilai (supply – demand) bagi
percepatan pemenuhan Profesi SDM Kominfo;
6.6.4 Usulan Struktur Badan Keamanan Komunikasi dan Informatika Nasional Alt.3
Gambar 6.26 Rancangan Struktur Badan Keamanan Kominfo Nasional Alternatif-3
Tabel...Fungsi-fungsi di Badan Keamanan Komunikasi dan Informatika Nasional Alternatif-3
Unit Kerja Fungsi Dasar
Deputi Bidang Standarisasi
Keamanan Komunikasi dan
Informatika
• Standarisasi keamanan komunikasi dan informatika;
• **) tidak menangani keamanan cyber militer
Deputi Bidang Keamanan Instansi
Pemerintah dan Badan Usaha
• pemerintah dan badan usaha (L/P/BU-CERT);
• **) tidak menangani keamanan cyber militer
Deputi Bidang Keamanan Publik
dan Komunitas
• Keamanan public cyber pemerintah (KP-CERT);
• Keamanan komunitas dan akademik (K/A-CERT);
• **) tidak menangani keamanan cyber militer
114
6.6.5 Usulan Struktur Organisasi Kementerian Kominfo Alternatif-3
Gambar 6.18 Rancangan Struktur Kementerian Komunikasi dan Informatika Alternatif-2
115
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kajian Grand Design Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun
2015-2019 telah dilakukan dengan pendekatan SSM, dengan mengikuti kaidah akademik
yang mengintegrasikan pendekatan induktif dan deduktif. Melalui proses group thinking yang
diperkaya oleh para pakar baik dari lingkungan akademisi, birokrasi, maupun praktis (sebagai
thinking respondents), tim advokasi merumuskan alternatif struktur organisasi bagi
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan dilengkapi penjelasan konsideran yang
rasional dan realistis.
7.1 Kesimpulan
1. Evaluasi induktif struktur organisasi Komunikasi dan Informatika dalam pelaksanaan
UU Telekomunikasi dan perundangan yang terkait, telah dilaksanakan dengan
memanfaatkan modal intektual (keahlian dan pemikiran) dan modal relasional
(hubungan antar lembaga) dari para pihak di Kementerian Komunikasi dan
Informatika dan pihak-pihak terkait dengan prosedur ethnographic research.
Berdasarkan evaluasi organisasi, dasar struktur organisasi Kementerian Komunikasi
dan Informatika tergolong machine bureaucracy dari konfigurasi Mintzberg.
2. Hasil proses konvergensi memberikan advokasi berupa 3 alternatif struktur organisasi
Kementerian Komunikasi dan Informatika, dengan perubahan postur organisasi dalam
konteks jabatan struktural eselon 1. Secara anatomi perubahan struktur yang diusulkan
adalah:
Alternatif 1 (4 Ditjen, 1 Badan, 1 Setjen, 1 Itjen dan 5 Staf Ahli);
Alternatif 2 (4 Ditjen, 1 Badan, 1 Setjen, 1 Itjen dan 5 Staf Ahli);
Alternatif 3 (3 Ditjen, 2 Badan, 1 Setjen, 1 Itjen dan 5 Staf Ahli).
3. Secara umum dalam lingkungan kerja masih dapat ditemukenali adanya
"kesenjangan" budaya organisasi yang berasal lebih dari satu entitas organisasi. Hal
ini ditengarai berpengaruh pada pencapaian kinerja kelembagaan;
4. Langkah penataan fungsi-fungsi dalam organisasi dilakukan dengan beberapa hal,
antara lain :
116
a) Integrasi (transformasi) fungsional;
b) Pengembangan (penambahan) fungsi baru;
c) Peningkatan efektivitas fungsi dengan fokus, dan job enrichment;
d) Menggabungkan (merger) Fungsi dalam Unit Kerja;
e) Mengeleminasi fungsi (spin-off) karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan
mandat kelembagaan, atau dapat ditangani oleh pihak lain (misal : pembagian
urusan pusat – daerah, K/L lain, pihak ketiga lainnya);
7.2 Saran
7.3 Rekomendasi Tindak Lanjut
1) Segera setelah ditetapkannya alternatif struktur yang dipilh, perlu ditindaklanjuti
dengan langkah analisis jabatan dan pemetaan proses tatalaksana (business process);
2) Langkah penataan yang bersifat revitalisasi, reposisi maupun penajaman peran dan
fungsi perlu diikuti dengan penataan (ulang) SDM dengan kapasitas dan kapabilitas
(kompetensi) yang sesuai dengan tuntutan tugas dan tanggungjawabnya;
3) Langkah pembentukan lembaga independen memerlukan pembahasan secara lebih
mendalam dengan Kementerian PAN dan RB dengan mempertimbangkan berbagai
aspek baik pada ranah nasional, regional maupun global;
4) Tindaklanjut berkaitan pembinaan dan penataan SDM Aparatur harus mengikuti
ketentuan UU No. 5/2014 Tentang ASN, dan kebijakan pelaksanaannya;
5) Melakukan langkah-langkah konkrit dan sistematis untuk membangun nilai inti
budaya organsasi Kementerian Kominfo yang dapat "menggantikan" nilai-nilai dan
budaya organisasi yang terfragmentasi saat ini.
117
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2014. Narasi Buku II RPJMN 2015-2019 Penguatan Konektivitas Nasional (ICT).
Draft Teknokratik Penyusunan RPJMN Tahun 2015-2019.
Bappenas. 2014. Buku A II RPJMN 2015-2019 edit 15 Sept. Bab V Bidang Politik. Draft
Teknokratik Penyusunan RPJMN Tahun 2015-2019.
Checkland, P. 1995: Model Validation in Soft System Practice. System Research Vol 12 (1)
47:54.
Farida. (Kabiro Perencanaan Kominfo). 2014. Penyusunan Renstra Kemkominfo 2015-2019.
“FGD Grand Design Organisasi KemKominfo 2015-2019” Biro Kepegawaian dan
Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika. September 2014.
Harijadi. Dj.A. (SAM Kominfo). 2014. Isu strategis bidang komunikasi dan informatika.
“FGD Grand Design Organisasi KemKominfo 2015-2019” Biro Kepegawaian dan
Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika. September 2014.
Jackson, M.C. 2003. System Thinking: Creative Solution for Managers. John Wiley e sons.
Jokowi & Jusuf Kalla. 2014. Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian. Visi Misi dan Program Aksi. http://kpu.go.id/koleksigambar/
VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf
Kementerian Kominfo. 2010. Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika
Tahun 2010-2014. Peraturan Menteri Kominfo No. 02/PER/M.KOMINFO/1/2010.
Kementerian Kominfo. 2010. Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan
Informatika. Peraturan Menteri Kominfo No. 17/PER/M.KOMINFO/10/2010.
Kementerian Kominfo. 2013. Pokja Penataan Peraturan Perundang-Undangan Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Bekasi 13 Desember 2013.
Kementerian Kominfo. 2014. Hasil Pembahasan dan Kumpulan Bahan dalam Penyusunan
Rencana Strategis Tahun 2015-2019.
KOMPAS.com. 2014. "Nawa Cita", 9 Agenda Prioritas Jokowi-JK. News - Nasional Rabu,
21 Mei 2014 | 07:54 WIB. http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454.
Kurbalija, J. 2010. Sebuah Pengantar Tentang Tata Kelola Internet. DiploFoundation -
Switzerland. APJII-www.apjii.or.id
Kusnandar. 2014. Penetrasi Pita Lebar di Indonesia. Bloomberg Businessweek Indonesia edisi
35. http://www.businessweekindonesia.com.
118
Sasongko. A.S. 2014. Masukan pada Diskusi tentang Grand Design Organisasi Kementerian
Kominfo Tahun 2015 - 2019. September 2014.
Sargent, R.G. 1998. Verification and Validation. Proceeding. Winter Simulation Conference.
Saxena, J. P. et al. 1990. Hierarchy and Classification of Program Plan Element using
Interpretive Structural Modeling. System Practice, Vol. 5 (6).651: 670.
Suprawoto, 2006. Strategi Penyediaan dan Pelayanan Informasi Publik dalam
Pengembangan Public Relations Pemerintah. Materi Presentasi Dalam Rakornas
Depkominfo, Badan Informasi Publik (BIP).
LAMPIRAN
1. Lampiran - 1 : Broadban Pland : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan
rencana aksi untuk tahun 2013 - 2017;
2. Lampiran - 2 : Persandingan UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 32 Tahun 2004;
3. Lampiran - 3 : Garis besar program, kegiatan, inisiatif strategis maupun indikator
kinerja Renstra Kementerian Kominfo 2015-2019;
119
4. Lampiran - 4 : Intepretasi Hasil Analisis ISM Kementerian Kominfo
5. Lampiran - 5 : Daftar Pelaksanaan Pertemuan/FGD/Indepth Interview
6. Lampiran - 6 : Daftar Hadir dalam Pelaksanaan Pertemuan/FGD
120
Lampiran - 1 :
Broadban Pland : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
REGULASI
ASPEK ISU YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT ISU YANG MENJADI
KEWENANGAN PEMDA SEKTOR ICT DI LUAR SEKTOR ICT
(1) (2) (3) (4)
Infrastruktur • Kesepakatan deninisi broadband
• Keterbatasan spektrum frekuensi
• RUU Konvergensi sebagai
pengganti UU Telekomunikasi
belum mengakomodasi broadband
secara spesifik
• Sewa right of way BUMN (Jasa
Marga, KAI, dsb) yang memberatkan
(setara dengan nilai investasi)
• Sumber daya energi (listrik) yang
terbatas sehingga kebutuhan investasi
yang harus disediakan operator ICT
menjadi lebih besar
• Keamanan infrastruktur ICT
menghadapi aksi vandalisme
• Pembangunan (penentuan lokasi)
menara dilakukan tanpa berkoordinasi
dengan Kominfo dan operator
• Perijinan (galian/right of way, IMB
menara) memerlukan waktu yang
cukup lama
• Perijinan yang sebetulnya tidak
diperlukan tetapi dipersyaratkan oleh
pemda (amdal, operasional)
Utilisasi dan Adopsi Program USO untuk pemberdayaan
masyarakat guna peningkatan literasi
digital masih terbatas
Kebutuhan penggunaan broadband di
sektor lain (sebagai user) belum diketahui
secara pasti
Pemanfaatan ICT/broadband belum
menjadi prioritas dalam pembangunan
Koridor Ekonomi
Pendanaan Pemanfaatan Dana USO untuk
broadband belum Kerangka Regulasi
dan Kelembagaan optimal
Skema Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (KPS) selain perijinan untuk
pembangunan broadband belum berjalan
Retribusi setiap daerah yang berbeda
(tidak standar) dan memberatkan dengan
sikap pemda "take it or leave it"
Kerangka Regulasi
dan Kelembagaan
Peran Detiknas dalam pembangunan
broadband belum optimal
Kelembagaan yang mengatur dan
mengelola broadband nasional belum ada
Perda yang bertentangan dengan
peraturan pemerintah pusat
121
Lampiran - 1 :
Broadband Plan : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
KERANGKA DISAIN INDONESIA BROADBAND PLAN
VISI
INDONESIA
2025
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur
VISI
BROADBAND
INDONESIA
Mendukung transformasi Indonesia menjadi negara maju melalui
pengembangan dan pemanfaatan broadband sebagai meta-infrastructure
TUJUAN
BROADBAND
INDONESIA
4. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing bangsa
5. Mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia
6. Menjaga kedaulatan bangsa
PILAR
UTAMA Infrastruktur
dan Keamanan
Adopsi
dan Utilisasi
Kreatif
Legislasi
dan Regulasi Pendanaan
PRINSIP
DASAR
Prinsip Dasar dan Persyaratan Pengembangan Broadband Nasional
122
Lampiran - 1 :
Broadband Plan : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
TARGET 2013 - 2017
Penetrasi
Broadband 2012 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Akses perumahan 11% 15% 20% 35% 40% 75%
Akses gedung 30% 30% 40% 50% 60% 80%
Penetrasi fixed
(fixed to pops) 3% 5% 10% 15% 20% 25%
Penetrasi mobile 10% 12% 15% 20% 45% 75%
Sekolah 11% 20% 40% 60% 85% 100%
Hotel N/A 40% 75% 65% 80% 100%
Rumah sakit N/A 50% 50% 80% 95% 100%
Puskesmas N/A 20% 30% 65% 80% 100%
Dinas pemerintah
daerah N/A 50% 75% 85% 90% 100%
Kantor polisi N/A 40% 75% 65% 80% 100%
Ruang publik, seperti:
bandara, pusat
perbelanjaan, taman
hijau, dll
N/A 35% 50% 75% 85% 100%
123
Lampiran - 1 :
Broadband Plan : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
RENCANA AKSI (1)
Kecepatan 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Fixed Rumah 1 Mbps 1 Mbps 2 Mbps 2 Mbps 2 Mbps
Gedung 100 Mbps 200 Mbps 500 Mbps 800 Mbps 1 Gbps
Mobile 512 kbps 512 kbps 512 kbps 1 Mbps 1 Mbps
Kominfo Membuat
regulasi
standar dan
kualitas
broadband
Membuat
regulasi
standar dan
kualitas
broadband
Membuat
regulasi
standar dan
kualitas
broadband
Membuat
regulasi
standar dan
kualitas
broadband
Membuat
regulasi
standar dan
kualitas
broadband
Kemenkeu Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Operator Menyediakan
jaringan dan
kualitas
layanan
Menyediakan
jaringan dan
kualitas
layanan
Menyediakan
jaringan dan
kualitas
layanan
Menyediakan
jaringan dan
kualitas
layanan
Menyediakan
jaringan dan
kualitas
layanan
Pemda Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Masyarakat Monitoring
kualitas
Monitoring
kualitas
Monitoring
kualitas
Monitoring
kualitas
Monitoring
kualitas
Vendor Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
124
Lampiran - 1 :
Broadband Plan : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
RENCANA AKSI (2)
Distribusi
Akses 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Fixed 45% 55% 75% 85% 100%
Mobile
Broadband 70% 80% 90% 100% 100%
Kominfo Membuat
regulasi
distribusi
sebaran
broadband
Mendorong
penyedia untuk
memperluas
pembangunan
jaringan
Mendorong
penyedia untuk
memperluas
pembangunan
jaringan
Mendorong
penyedia untuk
memperluas
pembangunan
jaringan
Mendorong
penyedia untuk
memperluas
pembangunan
jaringan
Kemenkeu Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Operator Membangun
jaringan
Membangun
jaringan
Membangun
jaringan
Membangun
jaringan
Membangun
jaringan
Pemda Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Masyarakat • captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
Vendor Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
125
Lampiran - 1 :
Broadband Plan : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
RENCANA AKSI (3)
Exchange 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Hub
Nasional
Regulasi
Hub Nasional Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
Distribusi
IIX
Pembangunan
IIX Indonesia
Timur
IIX terbangun
di Indonesia
Timur
Integrasi
seluruh IIX
Seluruh IIX
sudah live
Seluruh IIX
memiliki akses
internasional
Web
Hosting
Pendidikan
Aplikasi Web
Hosting
terbentuk
Pembangunan
Web Hosting
regional per-
provinsi
Pembangunan
Web Hosting
nasional
Integrasi Web
Hosting
regional
dengan
nasional
Web Hosting
nasional live
Kominfo Membuat
regulasi
pengaturan
pengembangan
internet
exchange dan
hosting
Mendorong
pengembangan
internet
exchange dan
hosting
Mendorong
pengembangan
internet
exchange dan
hosting
Mendorong
pengembangan
internet
exchange dan
hosting
Mendorong
pengembangan
internet
exchange dan
hosting
Kemenkeu Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Insentif dan
modal
Operator Menyediakan
jaringan
Menyediakan
jaringan
Menyediakan
jaringan
Menyediakan
jaringan
Menyediakan
jaringan
Pemda Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Memberikan
RoW
Masyarakat • captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
• captive
market
• pengawasan
kualitas
Vendor Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
Penyediaan
perangkat dan
sistem
126
Lampiran - 1 :
Broadband Plan : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
RENCANA AKSI (4)
Penetrasi Terminal
Pelanggan 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Komputer Jinjing
12% 15% 17% 18% 20%
Komputer tablet 4% 4% 5% 6% 8%
Smartphone 20% 30% 40% 50% 60%
Kominfo Menyusun standar perangkat yang murah namun berkualitas
Mengawasi penetrasi perangkat ke masyarakat
Memberikan insentif kepada golongan tertentu
Mengawasi penetrasi perangkat ke masyarakat
Mengawasi penetrasi perangkat ke masyarakat
Kementerian Perindustrian
Menyusun skema insentif untuk manufaktur, dan menyusun standar perangkat murah namun berkualitas
Menyusun skema insentif untuk golongan masyarakat tertentu
Bappenas Menyusun skema insentif untuk manufaktur
Menyusun skema insentif untuk golongan masyarakat tertentu
Manufaktur Produksi dengan komponen lokal, dan komponen dari luar negeri yang bisa menekan harga namun sesuai dengan standar yang berlaku
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Penyelenggara Melakukan skema bundling produk dengan broadband dengan skema pembayaran yang mudah dan
127
Penetrasi Terminal
Pelanggan 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
murah
128
Lampiran - 1 :
Broadband Plan : Pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana
aksi untuk tahun 2013 - 2017
RENCANA AKSI (5)
Penetrasi Terminal
Pelanggan 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Komputer Jinjing (notebook)
Rp. 2.500.000,-
Rp. 2.000.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.250.000,-
Rp. 1.000.000,-
Komputer tablet
Rp. 1.200.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 800.000,-
Rp. 600.000,-
Rp. 500.000,-
Smartphone Rp. 1.200.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 800.000,-
Rp. 600.000,-
Rp. 500.000,-
Kominfo Menyusun standar perangkat yang murah dan berkualitas
Menyusun standar perangkat yang murah dan berkualitas
Menyusun standar perangkat yang murah dan berkualitas
Menyusun standar perangkat yang murah dan berkualitas
Menyusun standar perangkat yang murah dan berkualitas
Kementerian Perindustrian
Menyusun skema insentif untuk manufaktur, dan menyusun standar perangkat
Bappenas Menyusun skema insentif untuk manufaktur
Manufaktur Produksi dengan komponen lokal, dan komponen dari luar negeri yang bisa menekan harga namun sesuai dengan standar yang berlaku
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Produksi massal sehingga dapat menekan biaya per-unit barang
Penyelenggara Melakukan skema bundling
129
Penetrasi Terminal
Pelanggan 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
produk dengan broadband dengan skema pembayaran yang mudah dan murah
Lampiran - 2 : Persandingan UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 32 Tahun 2004
Persandingan UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 32 Tahun 2004 http://danangsucahyo.blogspot.com/2013/01/perbedaan-uu-no-22-tahun-1999-dan-uu-no.html
No. PERBEDAAN Undang-Undang
ANALISIS UU NO 22 TAHUN 1999 UU NO 32 TAHUN 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Konsep Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah Otonom untuk menatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 huruf h)
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 angka 5)
Pada intinya sama, Otonomi daerah merupakan hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengurus urusan pemerintahannya sendiri.
2. Pemerintahan Daerah
pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi.
(Ps.1 huruf d)
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sitem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Ps.1 angka 2)
- Dalam UU No.22/1999 dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah dan DPRD hanya berdasar asas desentralisasi.
- Sedangkan dalam UU No.32/2004 penyelenggaraan pemerintah daerah oleh pemda dan DPRD menganut asas otonomi serta
130
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya.
3. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. (Ps 1 huruf b)
pemerintah daerah adalah gubernur,bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. (Ps.1 angka 3)
- Dalam UU no.32/2004 terdapat penunjukan secara jelas siapa saja pelaksana pemerintah daerah yang dimaksud, seperti Gubernur , bupati, walikota.
- Sedangkan dalam UU No.22/1999 pelaksana pemerintah daerah hanya disebut secara umum yaitu kepala daerah dan perangkat-perangkatnya sebaga badan eksekutif daerah
4. Kewenangan Daerah
Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan dalam bidang lain. (Ps. 7 ayat 1)
Kewenangan bidang lain sebagaimana di maksud dalam ayat (1), meliputi kebijaksanaan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangannya kecuali urusan pemerintah yang oleh Undang-Undang ini di tentukan menjadi urusan Pemerintah. (Ps. 10 ayat 1)
Urusan pemerintah yang dimaksud sebagaimana pada ayat (1) meliputi:
- Politik luar negeri - Pertahanan - Keamanan - Yustisi - Moneter dan fiskal
nasional - Agama
(Ps. 10 ayat 3)
- Dalam UU No.22/1999 urusan pemerintahan yang bukan menjadi urusan pemerintahan daerah meliputi: politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiskal nasional, agama di tambah di dalam Ps. 7 ayat 2 yaitu kewenangan bidang lain yang meliputi: kebijakan tentag perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara,
131
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaaan dan pemberdayaaan sumber dana manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasidan standarisasi nasional. (Ps. 7 ayat 2)
pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional.
- Sedangkan dalam UU No.32/2004 urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah Daerah hanya terbatas pada yang di sebutkan dalam (Ps. 10 ayat 3) yaitu: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional, agama.
132
Lampiran - 3 :
Garis besar program, kegiatan, inisiatif strategis maupun indikator kinerja Renstra
Kementerian Kominfo 2015-2019
Akan dilengkapi
133
Lampiran - 4 : Intepretasi Hasil Analisis ISM Kementerian Kominfo
Akan dilengkapi
134
Lampiran - 5 : Daftar Pelaksanaan Pertemuan/FGD/Indepth Interview
Akan dilengkapi
135
Lampiran - 6 : Daftar Hadir dalam Pertemuan dan FGD
Recommended