Adab bertamu

Preview:

Citation preview

Adab BertamuOleh :Ridwansyah

Allah berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan

kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian

berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (Al Hujurat: 13)

Berkunjung/bertamu merupakan salah satu sarana untuk saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan terhadap

sesama muslim.Namun yang tidak boleh dilupakan bagi

orang yang hendak bertamu adalah mengetahui adab-adab dan tata krama

dalam bertamu, dan bagaimana sepantasnya perangai (akhlaq) seorang

mukmin dalam bertamu.

ADAB ORANG YANG BERTAMU

1. Beri’tikad Yang BaikDi dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memilki i’tikad dan niat yang baik. Bermula dari i’tikad dan niat yang baik ini akan mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.

2. Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah

Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah

Rasulullah bersabda :

: : . ق6ال6 <م;ه;؟ ;ؤ@ث ي @ف6 6ي و6ك الله< س;ول6 ر6 6ا ي ;وا ق6ال <م6ه; ;ؤ@ث ي Nى ح6ت @ه< ي 6خ< أ @د6 ن ع< @م6 ;ق<ي ي 6ن@ أ Y <م ل <م;س@ ل 6ح<ل] ي 6 ال<ه< ب 6ق@ر<يه< ي 6ه; ل ي@ء6 6ش6 و6ال @د6ه; ن ع< @م; ;ق<ي ي

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian saudaranya itu terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim)

Al Imam An Nawawi berkata: “Karena keberadaan si tamu yang lebih dari tiga hari itu bisa mengakibatkan tuan rumah terjatuh dalam perbuatan ghibah, atau berniat untuk menyakitinya atau berburuk prasangka (kecuali bila mendapat izin dari tuan rumah).” (Lihat Syarh Shahih Muslim 12/28)

3. Memilih Waktu Berkunjung

Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu.Dikatakan oleh shahabat Anas :

iةN ي ع6ش< و@6 أ iغ;د@و6ة @ه<م@ <ي ت

@ 6أ ي 6ان6 و6ك i @ال 6ي ل 6ه; ه@ل6 أ ق; 6ط@ر; ي 6 ال الله< س;ول; ر6 6ان6 ك

“Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

4. Meminta Izin Kepada Tuan Rumah

Hal ini merupakan pengamalan dari perintah Allah di dalam firman-Nya (artinya):

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27)

Bagaimana Tata Cara Meminta Izin?Dalam masalah meminta izin Rasulullah telah memberikan sekian petunjuk dan bimbingan kepada umatnya, di antaranya adalah:

Mengucapkan salamDiperintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu, sebagaimana ayat di atas (An Nur: 27).Pernah salah seorang shahabat beliau dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah yang ketika itu beliau sedang berada di rumahnya. Orang tersebut mengatakan: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah pun memerintahkan pembantunya dengan sabdanya:

: ؟ 6د@خ;ل; 6أ أ ;م@ @ك 6ي ع6ل 6م; ال Nالس 6ه; ل ف6ق;ل@ ، @ذ6ان6 <ئ ت االس@ �م@ه; ف6ع6ل ه6ذ6ا <ل6ى إ ج@ اخ@ر;

“Keluarlah, ajari orang ini tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu ‘alaikum, bolehklah saya masuk?Sabda Rasulullah tersebut didengar oleh orang tadi, maka dia mengatakan:

6د@خ;ل;؟ 6أ أ ;م@ @ك 6ي ع6ل 6م; ال NالسAkhirnya Nabi pun mempersilahkannya untuk masuk rumah beliau. (HR. Abu Dawud)

b. Meminta izin sebanyak tiga kaliRasulullah bersabda:

ع@ ج< ف6ار@ N <ال و6إ 6ك6 ل ;ذ<ن6 أ <ن@ ف6إ ، 6ث� 6ال ث @ذ6ان; <ئ ت االس@

“Meminta izin itu tiga kali, apabila diizinkan, maka masuklah, jika tidak, maka kembalilah.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

5. Mengenalkan Identitas Diri

Ketika Rasulullah menceritakan tentang kisah Isra’ Mi’raj, beliau bersabda: “Kemudian Jibril naik ke langit dunia dan meminta izin untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” Kemudian ditanya lagi: “Siapa yang bersama anda?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Kemudian Jibril naik ke langit kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya di setiap pintu langit, Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Al Imam An Nawawi rahimahullah dalam kitabnya yang terkenal Riyadhush Shalihin membuat bab khusus, “Bab bahwasanya termasuk sunnah jika seorang yang minta izin (bertamu) ditanya namanya: “Siapa anda?” maka harus dijawab dengan nama atau kunyah (panggilan dengan abu fulan/ ummu fulan) yang sudah dikenal, dan makruh jika hanya menjawab: “Saya” atau yang semisalnya.”Ummu Hani’, salah seorang shahabiyah Rasulullah mengatakan:”Aku mendatangi Nabi ketika beliau sedang mandi dan Fathimah menutupi beliau. Beliau bersabda: “Siapa ini?” Aku katakan: “Saya Ummu Hani’.” (Muttafaqun ‘Alaihi)Demikianlah bimbingan Nabi yang langsung dipraktekkan oleh para shahabatnya, bahkan beliau pernah marah kepada salah seorang shahabatnya ketika kurang memperhatikan adab dan tata cara yang telah beliau bimbingkan ini. Sebagaimana dikatakan oleh Jabir :”Aku mendatangi Nabi , kemudian aku mengetuk pintunya, beliau bersabda: “Siapa ini?” Aku menjawab: “Saya.” Maka beliau pun bersabda: “Saya, saya..!!.” Seolah-olah beliau tidak menyukainya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

6. Menyebutkan Keperluannya

Di antara adab seorang tamu adalah menyebutkan urusan atau keperluan dia kepada tuan rumah. Supaya tuan rumah lebih perhatian dan menyiapkan diri ke arah tujuan kujungan tersebut, serta dapat mempertimbangkan dengan waktu/ keperluannya sendiri. Hal ini sebagaimana Allah mengisahkan para malaikat yang bertamu kepada Ibrahim u di dalam Al Qur’an (artinya): “Ibrahim bertanya: Apakah urusanmu wahai para utusan?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa.” (Adz Dzariyat: 32)

7. Segera Kembali Setelah selesai Urusannya

Termasuk pula adab dalam bertamu adalah segera kembali bila keperluannya telah selesai, supaya tidak mengganggu tua rumah. Sebagaimana penerapan dari kandungan firman Allah : “…tetapi jika kalian diundang maka masuklah, dan bila telah selesai makan kembalilah tanpa memperbanyak percakapan,…” (Al Ahzab: 53)

8. Mendo’akan Tuan Rumah

Hendaknya seorang tamu mendoakan atas jamuan yang diberikan oleh tuan rumah, lebih baik lagi berdo’a sesuai dengan do’a yang telah dituntunkan Nabi , yaitu:

ح6م@ه;م@ ار@ و6 6ه;م@ ل اغ@ف<ر@ و6 6ه;م@ ق@ت ز6 ر6 م6ا ف<ي@ 6ه;م@ ل 6ار<ك@ ب Nه;مN الل

“Ya Allah…, berikanlah barakah untuk mereka pada apa yang telah Engkau berikan rizki kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.” (HR. Muslim)

Adapun untuk orang yang menerima tamu, maka diperintahkan untuk memuliakan tamunya.

@ف6ه; ض6ي @ر<م@ ;ك @ي ف6ل @ألخ<ر< ا > 6و@م @لي و6ا <الله< ب ;ؤ@م<ن; ي 6ان6 ك م6ن@

“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Adab Memuliakan Tamu

1. Disunahkan mengucapkan selamat datang kepada para tamu

Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda,

6د6ام6ى ن 6 و6ال 6ا اي خ6ز6 @ر6 غ6ي ج6اء;وا Nذ<ين6 ال @و6ف@د< <ال ب iا ب ح6 م6ر@

“Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari)

2. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan

semampunya saja.

Allah ta’ala telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya:

;و@ن6 . ;ل ك@ 6أ ت 6 آال ق6ال6 @ه<م@ 6ي <ل إ 6ه; ب Nف6ق6ر Yن@ م<ي س6 Yع<ج@ل> ب ف6ج6اء6 <ه< 6ه@ل أ <لى6 إ اغ6 ف6ر6

“Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?'” (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)

3. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan apabila para tamu duduk dengan tertib.

4. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih

mudaRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Nا م<ن @س6 6ي ف6ل 6ا ن @ر6 <ي 6ب ك Nج<ل; و6ي 6ا ن @ر6 ص6غ<ي ح6م@ 6ر@ ي 6م@ ل م6ن@

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad).

Hadits ini menunjukkan perintah untuk menghormati orang yang lebih tua.

5. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai

menikmatinya.

6. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang dengan pembicaraan yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.

7. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut kepadanya

Allah ceritakan tentang Ibrahim ‘alaihis salam,

@ه<م@ 6ي <ل إ 6ه; ب Nف6ق6ر“Kemudian Ibrahim mendekatkan hidangan tersebut pada mereka.” (Qs. Adz-Dzariyat: 27)

8. . Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.

9. Merupakan adab dari orang yang memberikan hidangan ialah melayani para tamunya dan menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan wajah yang ceria dan berseri-seri.

10. Hendaknya mengantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah.

11.. Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana dalam sabda Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Y <م ل م;س@ Yج;ل <ر6 ل 6ح<ل] ي 6 و6ال 6ة� 6@ل 6ي و6ل 6و@م� ي ;ه; ت <ز6 ائ و6ج6 Y Nام 6ي أ 6ة; 6ث 6ال ث 6اف6ة; الض�ي@ف6 6ي و6ك الله< و@ل6 س; 6ار6 ي ;و@ا 6ل قا <م6ه; ;ؤ@ث ي Nى ح6ت @ه< ي 6خ< أ @د6 ن ع< @م6 ;قي ي 6ن@ أ

<ه< : ب @ه< يق@ر<ي 6ه; ل @ئ6 ي ش6 6 و6ال @د6ه; ن ع< @م; ;ق<ي ي ق6ال6 <م6ه;؟ ;ؤ@ث ي

“Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada

tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?” Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk

menjamu tamunya.”

Wallahu A’lam Bishshowab