View
32
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beramcam-macam pembagian umur pertmnbuhan yang dibuat oleh
para ahli jiwa, tapi pada umumnya perbedaan yang terdapat diantara mereka
tidaklah dalam hal yang pokok. Kita di sini akan lnengambil Salah satu
pembagian umur anak kepada masa kanak-kanak ( lebih kurang 0-6 tahun ).
Pendidikan Agama, dalam arti pembinaan kepribadian, sebenarnya
telah mulai sejak anak lahir., bahkan sej ak dalam kandungan. Keadaan orang
tua, ketika anak dalam kandungan , mempengaruhi jiwa anak yang akan lahir
nanti.Pendidikan Agama pada masa ini bisa melalui pengalaman anak, baik
melalui ucapan yang didengar anak, tindakan, perbuatan dan sikap yang
dilihatny, maupun perlakuan yang dirasakannya. Oleh karena itu, keadaan
orang tua dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam pembinaan kepribadian anak.
Pada tahun-tahun pertama dari pertumbuhan itu anak beluun mampu
berflkir dan pembendaharaan kata yang dimiliki masih sangat terbatas, Serta
belum mampu memahami kata-kata yang abstrak. Akan tetapi anak dapat
merasakan sikap, tindakan dan perasaan orang tua, senang apabila orang tua
nya ruklm
Serta sebaliknya sedih apabila orang yua nya cekcok. Gerak gerik orang
tua menj adi poerhatian anak.
Anak mulai mengenal Tuhan dan Agama, melalui orang-orang dalam
lingkungan tempat ia hidup.Jika ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang beragama, maka ia akan medapat pengalaman beragama itu
ucapan, tindakan dan prilaku.Anak mendengar narna Tuhan disebut oleh
orang tua nya atau orang lain dan keluarganya. Ketika kata Tuhan diucapkan
maka perhatian anak akan lebih meningkat, yang lama kelamaan
menimbulkan pertanyaan dalam hatinya tentang siapa dan apa Tuhan itu.
Karena itu maka anak pada umur 3-4 tahun telah mulai menanyakan kepada
2
orang tuanya tentang Tuhan. Apapun jawaban dari orang tua maka ketika itu
akan diterimanya dan itulah yang benar baginya. Andai kata orang tua salah
dalam menjawab pertanyan tersebut, maka yang akan tumbuh dalam jiwa
anak adalah salah, kecuali jika diperbaiki oleh guru agama setelah ia masuk
sekolah nanti.
Dengan ringkas kita katakan, bahwa pertumbuhan rasa agama pada
anak telah mulai sejak anak lahir dan bekal itulah yang dibawanya ketika
masuk sekolah untuk pertama kalinya. Berangkat dari masalah tersebut di
atas, maka penulis berinisiatip membuat sebuah makalah yang beljudul :
“PSlKOLOGI PERKEMBANGAN PADA MASA PRA SEKOLAH “.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada
Mata Kuliah Psikologi Belajar oleh Dosen Tita Astria, S.Psi., M.Pd.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu penulis
berharap kepada para pembaca yang budiman kritik dan sarannya demi
kebaikan penulis dalam menyusun makalah yang akan datang.
Disamping itu dengan selesainya makalah ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini dan semoga mendapatkan imbalan yang berlipat dari
Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut diatas, sebagai
pembahasan masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk pendidikan anak pra sekolah
2. Usia berapa anak dikatakan pra sekolah
3. Metode apa yang tepat untuk pendidikan anak pra sekolah
C. Tujuan
Sasaran utama yang diharapkan sebagai tujuan dari kegiatan
Penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
3
1. Untuk mengetahui bentuk pendidikan anak pra sekolah
2. Untuk mengetahui Usia anak pra sekolah
3. untuk mengetahui Metode yang tepat untuk diterapkan pada pendidikan
anak pra sekolah
D. Metode Penulisan
Metode penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan yaitu suatu
cara penelusuran informasi melalui penelaahan pustaka membaca buku-buku,
membaca literatur dan sumber-sumber tertulis lain.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Masa Pra-Sekolah (2-6 tahun)
Menurut teori Erikson, pada usia pra sekolah anak berada pada fase
inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini anak
berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasinya, sehingga anak
banyak bertanya mengenai segala sesuatu pada orang tuanya, apabila orang
tuanya mematikan inisiatif tersebut maka hal tersebut akan membuat anak
merasa bersalah, karena anak belum mampu membedakan hal yang abstrak
dan konkrit.
Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada masa
phalik, dimana anak mulai mengenal jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Anak juga mengidentiflkasi figur atau gerak-gerik oranrg tua sehingga
mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa di
sekitamya.
Anak-anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/ warna benda. Pada tahap ini orang
tua perlu membimbing, mengawasi mengatur secara ekstra dan bijaksana.
Masa kanak-kanak atau disebut juga Usia Pra Sekolah, diawali oleh
suatu masa yang sangat menyulitkan, yang pada umumnya muncul sekitar
usia 2-3 tahun. Dalam masa ini sering dikenal adanya Masa Trotz.
1. Masa Trotz adalah merupakan masa peralihan, dari masa kanak-kanak ke
masa anak. Masa ini hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 1 tahun.
Akan tetapi apabila keliru dalam melayaninya, maka akan
berkepanjangan sehingga anak akan benar-benar tumbuh menjadi anak
yang sukar dikendalikan.
2. Sifat-sifat anak pada masa Trotz
a. Egosentris, artinya segala sesuatu ingin dipusatkan kepadanya, dan
demi kepentingannya. Ia menuntut agar seluruh lingkungan berada di
bawah kekuasaannya.
5
b. Selalu menentang, membantah segala permintaan, suruhan, larangan,
anjuran, keharusan dan sebagainya yang datang dari siapa pun juga.
c. Ia selalu berusaha menarik perhatian. Semua orang yang ada
disekitarnya harus memperhatikannya.
d. Dia selalu minta untuk dihargai, dpuji dan tidak mau dicela,
dipersalahkan atau dianggap tidak mampu.
e. Dia selalu menuntut adanya kebebasan
f. Keberaniannya bertambah dan rasa takutnya mulai berkurang.
3. Penanggulangannya
a. Bagaimana orang tua harus menghadapi anaknya yang semacam ini?
b. Orang tua harus mampu membatasi diri, tidak banyak memerintah,
melarang, menyuruh dan campur tangan terhadap apa pun yang
dilakukan oleh anak, akan tetapi orang tua harus tetap mengawasi.
Kalau pun anak harus melakukan sesuatu, orang tua harus
membujuknya dengan kata-kata yang enak, dengan santai, tidak
terlalu formal dan tidak tegang atau pun bernada keras. Karena setiap
tindakan keras akan dilawannya, setiap paksaan akan dijawab
dengan tantangan.
c. Bujuk, sanjung dan anjuran yang santai akan lebih berhasil daripada
segala perintah dan larangan untuk anak yang berada pada masa
peralihan ini (masa trotz).
B. Perkembangan Fisik Motorik Usia Prasekolah
1. Tinggi
Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata 3 inci. Pada
usia 6 tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inci.
2. Berat
Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata 3 sampai 5 pon.
Pada usia 6 tahun berat anak harus kurang lebih 7 kali berat pada waktu
lahir. Anak perempuan rata-rata beratnya 48,5 pon dan anak laki-laki 49
pon.
6
1) Indkator/ Kategori anak yang mempunyai kemampuan fisik yang
tinggi (optimal) adalah sebagai berikut :
a. Usia 2-3 tahun
Sudah dapat berlari tanpa jatuh
Menyikat gigi sendiri
Berdiri dengan satu kaki
Sudah bisa menggambar garis dan lingkaran
Menuang air ke dalam gelas
b. Usia 3-4 tahun
Sudah bisa berjingkat
Sudah bisa memegang pensil dengan baik
Mampu menggambar sederhana
Mampu mengendarai sepeda roda dua
Dapat merobek dan menggunting kertas
c. Usia 4-5 tahun
Dapat merapikan mainan yang telah digunakan ke tempat
semula
Menggunting kertas dengan lurus atau sesuai pola
Menuang air dari gelas ke dalam botol minuman
Bermain lopat tali
d. Usia 5-6 tahun
Mampu mengikat tali sepatu dengan benar
Membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,
mencuci piring dan lain-lain.
Merapkan tempat tidurnya sendiri
Membuat susunya sendiri
2) Indikator/ Kategori anak yang mempunyai kemampuan fisik yang
rendah (tidak optimal) adalah sebagai berikut :
a. Usia 12 bulan = belum dapat duduk
7
b. Usia 18 bulan = dalam berdiri masih bergantung pada benda
(meja, kursi, dll), saat berjalan anak sering jatuh (kurang stabil).
3) Kemampuan Motorik Halus
a. Kemampuan motorik halus adalah gerakan-gerakan kecil dari
otot yang terjadi pada jari dan tangan, yang berkoordinasi
dengan yang dilihat oleh mata. Kemampuan motorik halus
melibatkan gerakan yang sengaja dan dapat dikendalikan yang
membutuhkan, baik perkembangan maupun pendewasaan dari
pusat perkembangan saraf dan otot.
b. Kemampuan motorik halus berkembang secara bertahap, mulai
dari seperti meraih mainan, menggenggam sendok, membalikan
halaman buku hingga menggunakan krayon dan mencoret-coret.
c. Perkembangan kemampuan motorik halus penting untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengalami dan belajar
tentang dunia yang dilihatnya serta memainkan peranan penting
pada perkembangan kecerdasannya.
C. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget (1896-1980) perkembangan kognitif terbagi menjadi empat
periode yaitu :
1. Tahap Sensoris Motoris (0-2 tahun)
2. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun)
3. Tahap Operasioal Konkrit (7-12 tahun)
4. Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas), anak dapat berpikir
simbolik tanpa menghadapi obyek, pola pikir fleksibel dan mampu
melihat persoalan dari sudut yang berbeda.
D. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah atribut/ simbol dari stimulasi, merupakan alat/ media
komunikasi antara individu satu dengan individu lain. Bentuk bahasa terdiri
dari langsung – tak langsung, lisan – tulisan – isyarat dan Verbal – non
verbal.
1. Ciri-ciri Bahasa
8
a. Dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan lebih dari satu orang
b. Simbol dari ide, benda-benda, proses, deskripsi, hubungan dan lain-
lain.
c. Memiliki struktur yang teratur
d. Struktur bahasa dapat dianalisis pada multi level
e. Meski dibatasi struktur, pengguna bahasa dapat menghasilkan
ucapan baru
f. Berkembang/ dinamis.
2. Tahap-tahap Penguasaan Bahasa
a. Babbling : Bahasa dasar bayi; fonem diucapkan secara jelas (6-12
bulan)
b. Ujaran satu kata (1-3 tahun)
c. Ujaran dua kata
d. Kalimat berstruktur dan kosa kata memadai (> 4 tahun).
E. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor Dalam (Internal)
a. Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu :
Perbedaan ras, ethnis, atau bangsa
Keluarga
Umur
Jenis Kelamin
Kelainan kromosom
b. Pengaruh Hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal, yatu saat janin
berusia 4 bulan. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.
Selain itu tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisme serta maturasi tulang gigi dan otak.
9
2. Faktor Lingkungan ( Ekstemal )
Faktor lingkungan yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pranatal,
kelahiran dan pascanatal.
a. Faktor pranatal ( selama kehamilan ) meliputi :
Gizi
Mekanis
Toksin
Kelainan endoktrin
Infeksi Torch
Kelainan imunologi
Psikologi ibu
b. Faktor kelahiran.
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstrasi atau forceps dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko terjadinya
kerusakan jaringan otak
c. Faktor Pascanatal
Faktor yang mempengamhi terhadap kembang anak adalah gizi,
penyakit kronis, lingkungan fisik dan kimia, endoktrin,
sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan.
F. Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang Anak
1. Asuh (Kebutuhan F isik-Biomedis )
Yang termasuk kebutuhan asuh adalah :
a. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
b. Perawatan Kesehatan Dasar
c. Pakaian
d. Perumahan
e. Higiene diri dan lingkungan
f. Kesegaran Jasmanai ( olah raga dan rekreasi )
2. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kaih Sayang)
Kebutuhan asih ini melipuiti :
a. Kasih sayang orang tua
10
b. Rasa aman
c. Harga diri
d. Dukungan / dorongan
e. Mandiri
f. Rasa memiliki
g. Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan pengalaman.
3. Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang
berupa latihan atau bermain. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang
terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan
sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekan bayi pada
ibunya sejak dini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk
perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan
pendidikan dan pelatihan.
G. Perkembangan Agama pada masa pra-Sekolah
Beberapa pendapat tentang perkembangan agama pada masa pra-sekolah :
1. Dr: Asma Hasan Fahmi
Dia mengemukakan bahwa di kalangan para ahli didik Islam banyak
perbedaan tentang kapan anak mulai dapat dididik. Sebagian mereka
mengatakan setelah berumur 4 tahun.
Sementara itu Prof M. Athiyah Al-Abrosy menceritakan dalam bukunya
Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam sebagai berikut :
Pada suatu ketika, Mufadal bin Zaid melihat anak seorang wanita Islam
dari desa, maka beliau terpesona melihat wajahnya dan kesempumaan
bentuk badanya. Zaid bertanya kepada ibunya mengenai anak tersebut,
dan dijawab, “ Ketika ia berumur 5 tahun saya telah menyerahkannya
kepada seolang pendidik, ia menghapal Al-Qur’an, kemudian
mempelajari Syair dan sesudah itu diberikan kepadanya sejarah nenek
moyang dan kaumnya dan membaca jasa-jasa dan kemegahan mereka
hingga ia dewasa kemudian ia dilatih mengendarai kuda dan
11
mempergunakan senjata. Setelah mahir dalam memakai senjata, ia
disuruh berjalan dari rumah ke rumah dan ketika ia mendengar suara
jeritan minta tolong, dengan cepat ia membantu dan menolong.
Dari jawaban ibu tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak didik setelah
berumur 5 tahun, urutan-urutan ilmu yang diberikan adalah : membaca
al-qur’an, mempelajari syair, mempelajari sejarah nenek moyang dan
kaumnya, mengendarai kuda dan menggunakan senjata.
2. Menurut Ernest Harms
Menurut dia, perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase
(tingkatan). Dalam bukunya We Development of Religious on Children,
ia mengatakan bahwa perkembangan anak itu melalui The Fairy Tale
Stage (cerita dongeng periyang langka), tingkatan ini dimulai pada anak
yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih
banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada perkembangan ini anak
yang menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak
dipengaruhi oleh kehidupan fantasi, hingga dalam menggapai agama pun
anak masih menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng-
dongeng yang kurang masuk akal.
3. Menurut Zakiyah Darajat (1970:111)
Menurutnya, masa pra-Sekolah (usia Taman Kanak-Kanak) merupakan
masa yang paling subur untuk menanamkan rasa agama pada anak.
a. Sikap keagamaanya bersifat reseftif (menerima) meskipun sudah
banyak bertanya
b. Pandangan ke-Tuhanannya bersifat anthropormorph
(dipersonifikasikan)
c. Penghayatan secara rohaniyah masih superficial (belum mendalam,
masih dipermukaan) meskipun mereka telah melakukan atau
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
d. Hal ke-Tuhanan difahamkan secara ideosyncritic (menumt hayalan
dirinya) sesuai dengan tarap berfikirnya yang masih bersifat
12
egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya) (Abin
Syamsudin , 2002 )
Kita menyadari perbedaan para ahli jiwa tentang perkembangan agama
pada usia pra-sekolah, hanya yang pada akhirnya pendidikan agama pada
masa usia pra-sekolah kembali pada orang tua masing-masing, mulai dari
usia masuk pendidikan juga penentuan mau kearah mana anak tersebut di
arahkan, apakah mau di yahudikan, mau dinasronikan atau mau
dimajusikan. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits Nabi :
هكل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسان
Artinya : Setiap bayi yang lahir dalam keadaan suci, maka orang tua lah
yang menetukan agama mereka, apakah mau diyahudikan, dinasronikan
atau dimajusikan.
13
BAB III
KESIMPULAN
1. Menurut teori erikson, pada usia pra sekolah anak berada pada fase inisiatif vs
rasa bersalah (initiative vs guilty).
2. Masa kanak-kanak atau disebut juga masa Trotz adalah masa peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa anak.
3. Sifat-sifat anak pada masa Trotz :
a. Egosentris
b. Selalu menentang, membantah permintaan dan suruhan dari siapa pun
c. Selalu menarik perhatian, ingin di puji
d. Selalu minta untuk di hargai
e. Selalu menuntut adanya kebebasan
f. Keberaniannya bertambah
4. Perkembangan fisik motorik usia pra sekolah
a. Tinggi badan
b. Berat badan
5. Perkembangan kognitif usia pra sekolah. Menurut Jean Piaget (1896-1980)
perkembangan kognitif berbagi menjadi 4 periode.
a. Tahap sensoris motoris (0-2 tahun)
b. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun)
c. Tahap Operasional Konkrit (7-12 tahun)
d. Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)
6. Perkembangan Bahasa Usia Pra Sekolah
a. Bahasa adalah atribut/ simbol dari stimulasi, merupakan alat/ media
komunikasi.
b. Bentuk bahasa
Langsung – tak langsung
Lisan – tulisan – lisan
Verbal – non verbal
14
c. Ciri-ciri bahasa
d. Tahap-tahap penguasaan bahasa
Babling
Ujaran satu kata
Kalimat berstruktur dan kosa kata memadai
7. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang.
a. Faktor dalam (internal)
Genetika
Hormon
b. Faktor lingkungan (eksternal)
Pranatal
Kelahiran
Pascanatal
8. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang
a. Asuh
b. Asih
c. Asah
9. Perkembangan agama pada masa pra sekolah
10. Dr. Asma Hasan Fahmi
Dia mengemukakan bahwa di kalangan pada ahli didik Islam banyak
perbedaan tentang kapan anak mulai dapat dididik. Sebagian mereka
mengatakann setelah berumur 4 tahun.
11. Menurut Ernest Harms
Menurut dia, perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase
(tingkatan) dalam bukunya The Development of Religious on Children, ia
mengatakan bahwa perkembangan itu melalui The fairy Tale Stage.
12. Menurut Zakiyah Darajat (1970:111)
Keadaan beragama pada masa usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Sikap keagamaannya bersifat reseftif (menerima) meskipun seudah banyak
bertanya.
15
b. Pandangan ke-Tuhanannya bersifat anthropormorph (dipersonifikasi)
c. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam, masih
dipermukaan) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisifasi dalam
berbagai kegiatan
d. Hal ke-Tuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut hayalan
dirinya) sesuai dengan tarap berfikirnya yang masih bersifat egosentrik
(memandang segala sesuatu dari sudut dirinya). (Abin Syamsudin M.2002)
16
DAFTAR PUSTAKA
DR. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. Psikologi Belajar Agama (Perspektif Agama Islam)
Prof. Dr. H. Jalaluddin. Psikologi Agama.
Dra. Noor Suparyani, Drs. H. Paimun, Dra. Etty Kartikawati. Psikologi Perkembangan
Drs. H. Hamdani Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam.
Recommended