View
143
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
(NASKAH)
JUDUL
MAKNA HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Disusun Sebagai Upaya Untuk berbakti dan berbuat maksimal,penuh
keikhlasan dalam memaknai peristiwa sakral tentang Proklamasi
Kemerdekaan NKRI
AKBP H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH.
Jambi, 17 Agustus 2015
MAKNA HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Oleh AKBP DADANG DJOKO KARYANTO.
Makna HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70
tanggal 17 Agustus 2015
Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia terjadi pada
hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605
menurut tahun Jepang adalah tanggal 8 Ramadhan 1364 Kalender Hijriah.
Naskah proklamasi yang telah dibacakan oleh Ir. Soekarno didampingi
oleh Drs. Mohammad Hatta yang berlokasikan di Jalan Pegangsaan Timur
56, Jakarta Pusat.
Kemudian pada tanggal 6 Agustus 1945 telah terjadi suatu peristiwa cukup
dasyat dan mengejutkan dunia pada saat itu yaitu dijatuhkannya sebuah bom
atom di atas kota Hiroshima Jepang oleh pasukan udara Amerika Serikat, yang
mana berakibat menurunkan moral semangat seluruh tentara Jepang di
seluruh penjuru dunia. Sehari setelah itu Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", telah berganti
nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut
juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, guna lebih menegaskan
keinginan dan tujuan dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Kemudian
pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas kota
Nagasaki sehingga berakibat bangsa Jepang menyatakan kalah dan menyerah
kepada Negara Amerika Serikat dan sekutunya. Momentum inilah sengaja
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Peristiwa Pengibaran bendera pusaka merah putih pada tanggal 17 Agustus
1945 yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia pada saat itu merupakan
momentum yang luar biasa, penuh haru biru, dengan dilandasi pengorbanan
segenap jiwa raga dan semangat keikhlasan tanpa mengharapkan imbalan jasa.
Perlu diketahui bersama bahwa bapak Ir.Soekarno Hatta selaku motorik
terhadap kaum muda pada saat itu, beliau yang mengilhami untuk pencapaian
Indonesia merdeka, dan pimpinan PPKI beserta bapak Radjiman
Wedyodiningrat selaku mantan ketua BPUPKI telah diterbangkan ke Dalat,
yang mana berjarak 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk
bertemu Marsekal Terauchi. Mereka menerima informasi bahwa pasukan
Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia. Sementara itu di wilayah hindia belanda (Koloni
pendudukan Belanda yang merupakan wilayah NKRI) tepatnya pada tanggal 10
Agustus 1945, salah satu pemuda bangsa Indonesia yaitu Sutan Syahrir telah
mendengarkan berita lewat radio bahwa bangsa Jepang dan tentaranya yang
berada diwilayah asia pasifik telah menyatakan kalah dan menyerah kepada
Amerika Serikat dan Sekutu. Oleh karena itu pergerakan para pejuang bawah
tanah telah mempersiapkan diri untuk memproklamasikan atas kemerdekaan
RI, dan menolak inisiatif Jepang yang akan memerdekaan bangsa Indonesia
sebagai hadiah dari Kerajaan Jepang.
Kemudian pada tanggal 12 Agustus 1945, pemerintah kerajaan
Jepang melalui Marsekal Terauchi yang berkedudukan di Dalat, Vietnam,
menyampaikan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah
Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dan
proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,
berdasarkan kesepakatan tim PPKI. Meskipun demikian pemerintah kerajaan
Jepang menginginkan agar kemerdekaan bangsa Indonesia diselenggarakan
pada tanggal 24 Agustus 1945.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air
dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan
kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu
muslihat Jepang, dengan suatu alas an bahwa kerajaan Jepang telah
menyerah kepada Sekutu, selain itu bertujuan untuk menghindari perpecahan
dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Bapak Hatta telah
menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pembahasan dan pertemuan
selama di Dalat. Ir.Soekarno belum merasa yakin bahwa kerajaan Jepang
memang telah menyerah, dan apabila para pejuang Indonesia pada waktu itu
belum siap, maka peristiwa proklamasi kemerdekaan RI pada saat itu dapat
berakibat fatal dan menimbulkan pertumpahan darah yang besar. IrSoekarno
berupaya mengingatkan kepada pak Hatta bahwa pak Sutan Syahrir tidak
berhak memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia, karena itu semua
adalah hak dan kewenangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan bentukan buatan
Jepang dan proklamasi kemerdekaan yang diselenggarakan oleh PPKI dapat
diasumsikan merupakan 'hadiah' dari pemerintah kerajaan Jepang .
Peristiwa dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945, dan pada
tanggal 14 Agustus 1945 kerajaan Jepang secara resmi menyatakan menyerah
kepada Sekutu di atas kapal USS Missouri. Tentara darat dan Angkatan Laut
Jepang pada saat itu masih berkuasa di wilayah Indonesia (hindia belanda)
karena pada waktu itu pemerintah kerajaan Jepang telah berjanji kepada
Amerika Serikat dan sekutunya untuk mengembalikan kekuasaanya di
Indonesia ke tangan AS dan Sekutunya. Pada waktu itu Sutan Sjahrir, Wikana,
Darwis, dan Chaerul Saleh telah mendengar tentang kabar ini melalui
radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut,
golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru.
Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat
proklamasi dikumandangkan. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat
PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah
sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian atau hadiah
dari kerajaan Jepang.
Ir.Soekarno dan Hatta sengaja mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei)
untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka)
pada kenyataannya kantor tersebut ternyata telah kosong. Ir.Soekarno, M
Hatta dan Soebardjo bergerak ke kantor Bukanfu, untuk bertemu dengan
Laksamana Muda Maeda, yang beralamatkan di Jalan Medan Merdeka Utara
(Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka
dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat, sambil menjawab
bahwa ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari
Tokyo. Sepulang dari Maeda, Ir.Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan
melakukan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2
guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan
Proklamasi Kemerdekaan. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang
menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh bangsa Indonesia makin
memuncak yang dilancarkan oleh para pemuda dari beberapa golongan. Rapat
PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak jadi dilaksanakan karena Ir.Soekarno
dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat banyak yang tidak tahu bahwa telah
terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Detik-detik proklamasi. Perundingan antara golongan muda dan golongan tua
dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul
02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana
Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu
adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah,
Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti
Melik. Kemudian pada pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo,
Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara ini dimulai pada pukul
10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato
singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu
Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota
Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak
dengan alasan pengibaran dan pengerekan bendera merah putih sebaiknya
dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief
Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk menerima
tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan
berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit
oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, massa
yang hadir pada waktu itu serentak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Perlu
diketahui bersama bahwa sampai saat ini, bendera pusaka merah putih
tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai dilaksanakan , datanglah kurang lebih 100 orang
anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata dengan sikap terburu-buru
karena mereka tidak mengetahui tentang terjadinya perubahan tempat secara
mendadak atau tiba-tiba dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut agar
Ir.Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya bapak
M Hatta mengambil sikap dan memberikan amanat singkat kepada mereka.
Yang menjadi catatan kita bersama bahwa pada tanggal 18 Agustus 1945,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) telah mengambil keputusan,
yaitu mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai
dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang
berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk
kemudian. Setelah itu Ir.Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto
Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden dalam
pelaksanaan tugasnya akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional. Demikianlah
sekelumit ringkas cerita tentang sejarah singkat tentang peristiwa proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah dikumandangkan pada tanggal 17
Agustus tahun 1945.
Makna HUT proklamasi kemerdekaan NKRI ke-70 tahun 2015. Kembali kepada
pokok bahasan semula bahwa terkait bahasan utama adalah memaknai arti
tanggal 17 Agustus, bagi bangsa Indonesia terutama bagi para generasi muda
pada saat ini merupakan hal yang sangat penting urgent, seperti yang sudah
sama-sama kita ketahui bersama bahwa sejak kita menempuh pendidikan
formal yang menjadi naungan kementerian pendidikan seringnya kita
melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan menjelang dan saat upacara
memperingati kemerdekaan yang rutin jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap
tahunnya, yaitu kegiatan upacara kemerdekaan di tempat sekolahan dan
mengikuti berbagai perlombaan yang telah disiapkan oleh panitia HUT
Proklamasi kemerdekaan RI. Berbagai turnamen kegiatan masyarakat WNI
secara umum terselenggara menjelang pelaksanaan peringatan hari
kemerdekaan Indonesia yang jatuh tempo pada tanggal 17 Agustus .
Mengenai makna kemerdekaan, Ir.Soekarno secara tegas menjelaskan dan
bunyinya adalah demikian, “Saudara-saudara, apakah yang dinamakan
merdeka? Di dalam tahun ’33 saya telah menulis risalah yang bernama
‘Mencapai Indonesia merdeka’. Maka didalam risalah tahun’33 itu, telah
saya katakan, bahwa kemerdekaan, polietieke onafhankelijkheid, political
independence, tak lain tak bukan, ialah satu jembatan, satu jembatan emas.
Saya katakan didalam kitab itu, bahwa diseberangnya jembatan itulah kita
sempurnakan kita punya masyarakat.” Demikian kata Ir.Soekarno
menjelaskan bahwa Indonesia harus berani bersikap dan bangsa Indonesia
harus mampu untuk siap merdeka. Bangsa Indonesia tidak perlu menunggu
terhadap segala sesuatunya untuk baik terlebih dahulu atau dengan istilah
segalanya harus diawali sempurna sebab dunia ini tidak ada yang sempurna
kecuali Sang Pencipta alam semesta, bangsa Indonesia harus memberanikan
diri untuk merdeka, untuk lepas dari bentuk penjajah dari Negara asing.
Kemudian bapak Ir. Soekarno juga menjelaskan dan mengutipkan perkataan
Armstrong, Ibn Saud terkait upaya mendirikan Negara dan pemerintahan
kerajaan Saudi Arabia yang merdeka dan berdaulat, ternyata peristiwa itu
hanya dalam tempo satu malam. Faktanya sebanyak 80 persen rakyatnya pada
waktu itu masih nomaden/ berpindah-pindah (pengembara), bahkan mereka
tidak tahu bahwa mobil harus menggunakan minyak bahan bakar atau bensin,
sehingga rakyatnya pernah mengisi bahan bakar motor dengan menggunakan
gandum pada mobil Ibn Saud. Setelah proklamasi kemerdekaan barulah Ibn
Saud berupaya membangun rakyatnya mulai dari pendidikannya,
ketatanegaraan peraturan dan perundang-undangannya, kekuatan militernya,
perekonomiannya, serta idiologi politik dalam negeri. Jadi kemerdekaan
adalah jembatan emas. Di dalam Indonesia merdeka itulah cerminan kita untuk
memerdekakan rakyat kita, hal ini dapat lihat dalam pidato lahirnya Pancasila 1
Juni 1945.
Peristiwa sakral dan monumental sejak dibacakan teks naskah proklamasi yang
diketik oleh Sayuti Melik yang dibacakan oleh Ir.Soekarno serta ditandangani
oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Namun apakah arti dari
proklamasi tersebut ? mengapa Ir. Soekarno harus menyibukan diri dan
berusaha untuk berperan membacakan teks proklamasi?. Hal yang demikian
menarik untuk kita bahas dan perlu diketahui bahwa proklamasi memiliki arti
adalah pengumuman kepada seluruh masyarakat atau rakyatnya.
Pengumuman tersebut terutama pada hal-hal yang berhubungan dengan
ketatanegaraan. Proklamasi kemerdekaan suatu Negara merupakan
pengumuman kepada seluruh rakyat tentang akan adanya suatu kemerdekaan.
Dengan proklamasi, yang telah DISERUKAN dan dikumandangkan kepada
warga dunia akan adanya sebuah NEGARA BARU yang bernama NEGARA
REPUBLIK INDONESIA yang terbebas dari penjajahan Negara lain. Hal inilah
yang diimpikan bersama oleh bangsa Indonesia pada saat itu yaitu peristiwa
atau momentum bapak Ir.Soekarno membacakan teks proklamasi yang
ditandai dengan berdirinya sebuah Negara baru yaitu Indonesia.
Namun untuk mencapai arti dari sebuah Negara yang merdeka harus
mempunyai 2(dua) syarat utama yaitu DE FACTO dan DE JURE, diseluruh
dunia, dan semua negara yang hidup dimuka bumi ini telah memiliki 2 (dua)
persyaratan utama tadi. Kemudian KEDAULATAN DE JURE SUATU NEGARA
adalah pengakuan suatu wilayah atau suatu situasi menurut hukum yang
berlaku yang ditandai dengan adanya pengakuan dunia internasional secara
hukum, sudah dicapai ketika para pendahulu kita memproklamasikan
kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara teoritis kedaulatan de
jure untuk menjalankan kekuasaan, dan perlu ditaati secara nyata. Oleh karena
itu, kedaulatan de jure hanya membutuhkan pengakuan dari rakyat dan
ketaatan rakyat pada penguasa secara hukum. Dalam pengakuan kedaulatan
de jure yang dibutuhkan yaitu berbagai norma negara dan aturan negara yang
wajib ditaati dan dapat berfungsi untuk mengatur seluruh kehidupan
masyarakat atau warga negaranya dalam berkedudukan bernegara.
Pengertian PENGAKUAN DE FACTO yaitu pengakuan yang diberikan oleh suatu
negara kepada negara lain yang telah memenuhi unsur-unsur negara, seperti
ada pemimpin, rakyat dan wilayahnya. Sejarah mencatat bahwa Negara
Belanda saat itu belum bersedia memberikan pengakuan kedaulatan Negara
atas bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk syarat berdirinya suatu Negara ,
Founding_Fathers_of_Indonesia State dan para pemikir Negara kita tidak
pernah menyerah, mereka berusaha untuk melobi keberbagai negara baik
yang ada di Timur Tengah, Eropa dan sekitarnya. Setelah melalui negoisasi
yang lama akhirnya Negara yang mengakui kedaulatan Negara Indonesia
adalah Mesir.
Oleh karena itu kami selaku warga negara Republik Indonesia bertepatan
dengan Hari Kemerdekaan Indonesia marilah kita sama-sama mengheningkan
diri sejenak untuk memaknai apakah arti dari Kemerdekaan tersebut. Dan juga
dalam Perjuangan kemerdekaan telah mengajarkan kepada kita semua, bahwa
persatuan dan kesatuan adalah kunci bagi terbebasnya bangsa ini dari
belenggu penjajahan. Berkaca dari pernyataan diatas sudah barang tentu
kita semuanya sebagai warga Negara Indonesia marilah sama-sama dengan
kesadaran yang tinggi dan dilandasi keikhlasan untuk merubah mindset atau
pola pikir kita yaitu tentang pernyataan “JANGAN TANYA APA YANG NEGARA
BERIKAN KEPADAMU, TETAPI TANYALAH APA YANG BISA KAMU BERIKAN
UNTUK NEGARA”. Meskipun usia bangsa semakin matang, terutama di usia
yang ke-70 tahun ini, namun bangsa Indonesia harus berjuang lebih keras
mengejar ketertinggalannya jika dibandingkan dengan Negara Asia lainnya,
oleh karena itu berbagai strategi diterapkan dan diupayakan guna
mewujudkan suatu keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran bagi rakyatnya,
harapannya mulailah berbenah diri, instropeksi dan segera melakukan suatu
perubahan secara nyata sebagaimana yang didambakan oleh masyarakat yaitu
kondisi yang di cita-citakan, kondisi Negara yang aman tentram kerta raharja,
gemah ripah loh jinawi, Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur negaraku..
Untuk itu, seharusnya generasi muda tidak boleh hanya berdiam diri, ambil
sikap bekerja dan berbuat, sekecil apapun yang dilakukan akan berdampak
kepada suatu keadaan perubahan. Mengutip perkataan dari bapak
Ir.Soekarno adalah sebagai berikut “Perjuanganku lebih mudah karena
mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan sulit karena melawan
bangsamu sendiri”.
Kami sekeluarga mengucapkan, ”Dirgahayu kemerdekaan Negara Indonesia,
selamat hari ulang tahun Kemerdekaan ke-70 tanggal 17 Agustus 2015, suara
MERDEKAMU menggelegar dan membahana disegenap penjuru nusantara
maupun dunia jayalah bangsaku, abadilah negaraku, MERDEKA INDONESIAKU,
SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA (dalam pertempuran dengan semboyan
MERDEKA atau MATI)”.
Recommended