View
55
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
UAS FORMATOLOGI BERITA - PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN
Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”
Judul Chapter : “Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment”
Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan
Halaman : 68-93
Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins
Penerbit : MC Graw Hill Higher Education
Tahun Terbit : 2008
Dunia periklanan yang telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno menyimpan sejarah tersendiri.
Sejarah iklan pun menjadi sangatlah penting. Karena, banyak persoalan yang menjadi sorotan
publik terhadap kontennya. Pembuat iklan harus memanajemen iklan yang berisi kampanye
kepentingan tertentu agar reputasi dari produk atau item yang disiarkan, jelas dan dapat diterima
semua pihak. Hal ini untuk meminimalisir konsuekensi buruk dari sebuah iklan.
Beberapa ahli, menyebutkan media dimana tempat iklan disiarkan memberikan efek kekuatan.
Teorijarum suntik dan peluru ajaib menjadi alasan mengapa perlu adanya pembatasan resmi atau
isitilahnya etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan. Etika ini
mengarahkan pada perlindungan konsumen yang sifatnya heterogen. Karena, dampak dari
persoalan periklanan bisa berakibat fatal.
Masyarakat juga akan terpengaruh dengan adanya iklan. Iklan tidak hanya menjual produk, tetapi
ide yang memiliki makna ganda. Dengan sengaja, makna iklan dibuat blur atau ambigu. Agar,
setiap konsumen memaknai iklan itu sendiri. Persoalan inilah yang akhirnya melahirkan banyak
analisis iklan yang mengundang kontraversi. Tidak heran, jika versi iklan dari tahun ke tahun
berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan. Oleh
sebab itu, banyak usulan untuk mengatur peran iklan di dalam penyiaran.
Perlu diingat, bahwa lahirnya etika iklan bukan tanpa tujuan. Ini semua demi pemberdayaan
keuntungan semaksimal mungkin lewat iklan itu sendiri.
Komunikasi sudah sangat dibutuhkan sejak Zaman Yunani Kuno. Pada zaman itu komunikasi
merupakan seni berbicara untuk demokrasi. Oleh karena kebutuhan itu, era Yunani Kuno
komunikasi diisi dengan pesan-pesan persuasif yang kini dikenal sebagai iklan.
Perkembangan komunikasi yang tertuang hingga kini, membawa penyiaran Radio – TV (R-TV)
semakin marak menampilkan berita, selain iklan. Berita dan iklan R-TV menimbulkan asumsi
tentang sebuah hubungan atau keterkaitan antara pesan dengan audience. Namun, persamaan
keduanya yang paling penting dan utama kegiatan ‘mengaburkan’ (sama seperti iklan) dan iklan
tentang isu patut dijadikan sebuah berita (berita menguak isu). Perlu diperhatikan, sifat iklan
yakni singkat, visualnya bagus, dan sengaja dibuat ambigu atau samar. Tetapi, kita perlu
mempelajari dampak dari iklan. Contohnya, iklan tembakau di Amerika Serikat. Sudah banyak
anak-anak usia dibawah 18 tahun yang terjangkit kanker. Dampak itu membuktikan dampak
iklan tidak baik, sehingga negara tersebut mendapat posisi pertama di dunia dalam penderita
penyakit kanker. Oleh sebab itu, etika pembuat iklan, harus memikirkan setiap hal kecil sebagai
proses riset pasar dan strategi perencanaan komunikasi.
Secara psikologis untuk mencoba pahami ajakan (iklan) yaitu dengan model Respon Stimulus.
Media seperti jarum suntik atau peluru ajaib maksudnya, media akan mengirim pesan yang tidak
bertentangan kepada audience terus-menerus. Para peneliti menyebutnya”Teori Kekuatan Efek”.
Hal yang mendukung teori ini adalah kegegeran pada saat Perang Dunia II, seorang yang
bernama Orson Welles menyiarkannya pada 30 Oktober 1938. Siaran itu sukses membuat
propaganda terhadap Perang Dunia. Tetapi di era 1940-an paham terhadap media berubah,
bahwa media memiliki efek yang kosong dan terbatas. Kekuatan media berdasarkan dalam
kognitif (pengetahuan) dan afektif (emosional) alami.
Teori lainnya yang dikenal ialah “Teori Keseimbangan”. Teori ini menjelaskan seseorang akan
menggapai keseimbangan jika tingkah laku, informasi dan tindakannya harmonis. Leon Fastinger
(1957) memberikan istilah “Disonansi Kognitif” untuk menggambarkan keadaan saat pesan dari
sebuah perilaku memberikan konflik dan sinyal tidak aman. Teori ini mempengaruhi perilaku
pembelian dan akan memilih kebiasaan maupun opini dari kekuatan isi iklan tersebut. Para
pembuat iklan menggunakan teori ini dalam naskah iklan untuk mengetuk hati (menarik hati)
konsumen dan menjanjikan perbaikan lewat pembelian produknya. Misalnya, iklan shampoo anti
ketombe. Banyak konsumen yang akan tertarik karena, produk tersebut memperbaiki keadaan
rambutnya. Bagaimanapun, iklan berisi penjelasan keefektifan produknya.
Selanjutnya, pembuat iklan diharapkan bisa mengoperasikan dengan mengikuti kerangka berikut
ini :
1. Klien dan masyarakat publik membutuhkan informasi yang memberikan mereka “ alasan baik
untuk mengambil sebuah cara dalam suatu tindakan” ( Koehn 1998, 106). Alasannya tidak boleh
mengadili dan mampu membantu masyarakat mendukung tindakan lainnya.
2. Daripada hanya menghina opini yang sudah ahli, iklan terus-menerus membahasnya jadi
orang-orang itu dapat mengembangkan ketika pilihan sudah ada dan pengetahuannya sudah
tinggi.
3. Iklan seperti berita, dapat membantu perkembangan refleksi sekelompok orang, termasuk
sekelompok konsumen.
4. Iklan harus menjadi peran yang serius dalam suatu budaya di hidup kita. Itu artinya, bahwa
iklan harus benar-benar menggambarkan suara yang beraneka ragam yang terdiri dari budaya
kita.
5. Iklan berbicara untuk peran dalam berorganisasi di dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan
sejarah dan latar belakang menyampaikan didalamnya, tetapi harus diselesaikan secara akurat
dan ada dalam suatu konteks.
Barker dan Martison mengusulkan satu set pertanyaan yang dinamakan TARES tes. Dimana tes
ini memuat pertanyaan mengenai etika di dalam dunia periklanan. Tes ini memang tidak akan
menyelesaikan semua masalah etika, namun mampu memberikan orang yang kreatif, direktur
pemasaran dan perencana alat strategi komunikasi. Berikut inti dari tes TARES :
T ruthful ( Kepercayaan penuh)
A uthentic ( Asli )
R espect ( Menghargai )
E equity ( Adil )
S ocially ( Sosial atau tanggung jawab sosial )
Kini, permasalahan khusus periklanan, audience ( penonton, pendengar, pembaca, penikmat
media, dll) adalah mudah diserang. Ingat kembali, bahwa iklan ada dalam media masa yang
audiencenya bersifat heterogen (banyak, bermacam-macam). Kadangkala, hasil iklan itu lucu,
dan mungkin sedikit memalukan, sesaat iklan untuk kontrasepsi dan produk kesehatan seseorang
menjadikan cara mereka (pembuat iklan) menanyangkannya pada program-program prime time.
Contoh saja kasus “Camel Cigarettes” (rokok), iklan ini terkuak dalam dokumen rahasianya,
target audience-nya adalah anak dibawah umur. Pertanyaan sekarang, apakah ada tipe audience
yang pasti yang berhak mendapatkan perlindungan dari pesan sebuah iklan? Hukum Amerika
sudah menjawab pertanyaan ini pada golongan, terutama dalam kasus anak-anak. Demikianlah,
ada angka pada pembatasan golongan resmi di dalam sebuah iklan yang ditargetkan untuk anak-
anak, yaitu segala program pada sabtu pagi harus menyeleksi pesan dan semua karakteristiknya.
Alasannya, bahwa anak-anak tidak sama seperti orang dewasa yang tidak diharuskan memenuhi
kebutuhan moral dirinya sendiri.
Beberapa sarjana mengusulkan kalau, orang dewasa yang masuk dalam anggota minoritas juga
perlu diberikan perlindungan khusus dari sebuah iklan. Mereka perlu diperhatikan agar tidak ada
penyalahgunaan kepercayaan antara konsumen dengan produk, keduanya memiliki konsukensi
yang dikenal dengan istilah singkat dan istilah panjang. Dalam istilah singkatnya, produk tidak
mungkin menjual atau mungkin saja mencari dirinya ada dalam target kebijakan. Sebaliknya,
pada istilah panjang ialah beban maupun tanggungan dijatuhkan (diolok-olok) dan
ketidakpercayaan masyarakat bisa meningkat. Pembeli mungkin belajar tentang makna
periklanan itu sendiri daripada menggunakan iklan untuk membantu menyeleksi informasi yang
lebih baik.
CONTOH KASUS
Daisy Girl yang dihidupkan kembali : “Menggunakan ketakutan sebagai senjata politik”
ANDREA MILLER
Lousiana State University
Iklan ini menceritakan gadis dengan rambutnya yang keriting ikal mengambil daun bunga aster
(karena itu dijuluki Daisy Girl). Ia memetiknya satu persatu, namun disisi lain ada suara orang
yang menghitung mundur ledakan bom nuklir. Iklan tersebut asli dibuat oleh legendaris pembuat
iklan yaitu Tony Schwartz untuk kampanye presiden Lyndon Johnson melewati konservasi
dengan Barry Goldwater. Pesan tersirat pada iklan tersebut ialah, dukungan untuk Goldwater.
Dalam ketakukan pada perang dingin, iklan ditayangkan sekali sebelum akhirnya penonton
protes memaksa untuk ditarik iklannya. Pada Januari 20013, kelompok lain berusaha
mengagendakan menanamkan kembali benih-benih kekhawatiran. Akar dari organisasi
MoveOn.org, memiliki versi baru dalam “ Daisy Nuke”, iklan yang dibuat menerima untuk
memprotes Amerika Serikat yang tampaknya tidak mendapati jalan keluar perang dengan Irak.
Dalam iklan, gadis itu memetik daun sambil berkata :
Perang dengan Irak
Mungkin akan berakhir dengan cepat
Mungkin saja tidak
Mungkin saja akan diperlebar
Mungkin juga semakin kacau dengan mengambil alih negara menggunakan senjata nuklir
Sebelumnya, menayangkan “Daisy 2”, kelompok tersebut juga mengahabiskan uang 300.000
dollar dalam iklan koran yang mendesak Presiden Bush untuk menghindari perang dengan Irak.
Eli Pariser selaku direktur kampanye internasional menjelaskan asosiasi Pers bertujuan bahwa
“Daisy 2” mendorong bahasan nasional. Namun kritik membantah itu, 40 tahun silam, iklan
dicampuri dengan isi yang lebih mengkhawatirkan daripada debat.
Akhirnya, munculah dua jaringan stasiun tv dibagi agar tidak mengarahkan penyiarannya pada
iklan. Dua jaringan itu adalah KNBC TV di Los Angeles dan WRC-TV di Washington, D.C.
Keduanya milik NBC. Pemiliknya merupakan seorang jenderal listrik. Ia dapat mencairkan
pendapat tentang “tidak adanya sambutan” terhadap iklannya. Ia mengatakan, persoalan lebih
kontraversi jika isinya seperti berita yang isi programnya peristiwa-peristiwa di publik, sehingga
lebih adil dan seimbang. Empat dekade setelah iklan Daisy Girl pertama, Daisy 2 kurang
kontraversi dari segi sejarah dan psikologisnya. Berdasarkan berita 9/11, orang Amerika menjadi
takut karena tragedi pesawat yang dibajak menghantam gedung WTC (Word Trade Center).
Karena, ketakutan seseorang terbentuk dari persepsi mereka terhadap fakta (Jamieson,
1983). Iklan bisa menyebabkan seseorang percaya terhadap realita dalam scenario yang
digambarkan lewat kasus yang lebih buruk.
Analisisnya :
1. Persoalan Kecil
- Kemungkinan positif apa dan konsukuensi terburuk apa yang ada pada iklan tersebut?
- Apakah keputusan kedua afiliasi NBC bergabung untuk tidak menyiarkan iklan itu tepat?
2. Persoalan Rata-Rata
- Khawatir perang nuklir? Apakah ketakutan itu ada pada anak dan cucu anda?
- Apakah media memainkan tambahan aturan di dalam kontraversi dengan mengikuti alur
cerita iklan itu sendiri? Apakah cerita tersebut memiliki nilai berita dari sudut pandang etika?
3. Persoalan Besar
- Apakah perbedaan iklan yang menakuti/mengkhawatirkan menjual ide berbeda dengan iklan
yang menggunakan ketakutan/kekhwatirkan itu untuk menjual produknya?
- Apakah wajib etika masuk dalam memainkan persoalan dalam peran
Masih banyak lagi analisis mengenai persoalan dalam periklanan. Perlu ada pengawasan dalam
isi iklan itu sendiri. Kasus lain yang sempat menjadi kontraversi di publik adalah iklan komputer
Apple, NIKE, KFC, dan iklan kampanye, yang mana perlu ditinjau untuk melindungi audience
sebagai konsumen dari media penyiaran. Menjadi catetan bahwa, etika iklan sangatlah penting,
sama seperti sejarah iklan. Karena itu, media akan menyoroti terus-menerus iklan yang
mengandung kontraversi.
Karina Laprisa Putri Nasution
013 12 143 491
FORMAT PEMBUATAN RINGKASAN BUKU
--------PENTINGNYA KONTEN MEDIA------1
Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influences of Mass Media Content
Judul Chapter : Analyzing Media Content
Halaman : 23 – 37
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 1991
A. MENGAPA ISI (KONTEN) MEDIA ITU PENTING?
Isi media adalah keputusan yang diambil oleh produser, penulis, editor, dan juga oleh perilaku
konsumen media baik televisi maupun radio. Isi dari media itu menjadi penting juga krena dapat
membantu dalam menyimpulkan beragam fenomena. Seperti contoh adalah media luar negeri
yaitu National Enquirer yang mengemas isi media khususnya koran lebih menarik dibandingkan
dengan New York Times. Media mempunyai editor yang berbeda sehingga setiap media
menunjukan orientasi politik yang berbeda juga. Pembelajaran tentang isi media juga dapat
menentukan dan memprediksi reaksi penonton.
Buku dari Bradley Greenbergs yang berjudul Life On Televisions pada tahun 1980 hanya
berfokus kepada isi televisi hiburan, Bradley juga berpendapat bahwa hal yang penting dalam
membuat isi media adalah mempelejari dunia dari konsumen, apa yang konsumen sukai dan
inginkan. Mempelajari konten atau isi dari media juga dapat membantu dalam menilai kenyataan
yang terjadi di sekitar atau lebih tepatnya menilai kenyataan yang terjadi di kehidupan
konsumen.
1 Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi
Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014
dengan Dosen Pengampu Darmanto.
Reformasi social beranggapan bahwa isi media setara atau sejajar dengan dampak langsung dari
konsumen dan juga isi media menggunakan penelitian konten atau riset dalam membentuk isi
media khusus atau tertentu. Studi media saja tidak cukup, melainkan lebih kepada penelitian
konten yang sistematis dengan pola beraturan juga dapat menentukan isi media.
B. PENELITIAN TEORI KONTEN DAN KOMUNIKASI
Mengategorikan Konten
Pengertian tentang apa itu media konten masih sangat membingungkan dan tidak jelas, karena
tiap konten memiliki efek yang berbeda, tergantung dengan tujuan konsumen dan tekanan dari
organisasi sekitar. Banyak teori dan studi yang tidak secara nyata dalam memeriksa konten,
mereka lebih peduli dan lebih memeriksa konten dari media lain.
Mengkategorikan isi media bisa berdasakan beberapa aspek, diantaranya adalah daya tarik
khalayak –pintar atau bodoh, efek tertentu –pro social atau anti social, media yang digunakan –
tv, radio atau koran, konten seksual –porno atau non porno, dan berbagai macam cara lainnya.
Salah 1 pendekatan umum yakni berdasarkan fungsi. Harold Lasswell mengusulkan beberapa
mode komunikasi dan mengidentifikasi 3 fungsi penting komunikasi di masyarakat. Yang
pertama adalah pengawasan lingkungan yang paling erat dan Wright juga mengatakan bahwa
berita menyeduakan peringatan tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk
berbagai hal di dunia seperti pasar saham, navigasi dan hal lainnya. Yang kedua adalah
hubungan antara elemen masyarakat dalam menanggapi lingkungan yang menjelaskan bahwa
media adlaah instrument fungsional dan Laswell masih kurang tegas karena terlalu banyak
analogi, ia juga menafsirkan berita sering dianggap komunikasi membujuk. Laswell juga
mengatakan bahwa konten korelatif tidak ada iklan namun masih dipertimbangkan. Dan yang
terakhir adalah transmisi warisan social dari 1 generasi ke generasi selanjutnya yang bermakna
agar tiap media mengirimkan pelajaran untuk anggota baru di masyarakat sehingga dapat
mewariskan sikap dari 1 generasi ke generasi selanjutnya. Lalu Wright pada taun 1986
menambahkan 1 fungsi penting komunikasi yakni hiburan. Beberapa peneliti komunikasi
cenderung menggunakan teori fungsional yang sudah disebutkan diatas.
Fokus Kepada Berita dan Hiburan
Banyak peneliti komunikasi yang masih ragu dengan konten korelatif dan lebih memilih kata
persuasive, dan konten korelatif hanya dipakai sebagaian kecil ruang media yang tersedia.
Berita dan hiburan adalah 2 jenis konten media yang paling diminati di masyarakat karena
manggambarkan realitas social yang terjadi. Berita dan hiburan juga secara bersamaan
memberitahukan hal tentang dunai dan membentuk lingkaran simbolik yang sangat signifikan, 2
konten ini juga menentukan bagaimana masyarakat harus bersikap dan membawa konsumen atau
penonton ke tempat yang belum mereka datangi sebelumnya, contohnya adalah tayangan di luar
negeri atau penjara, dan lain lain. 2 konten ini juga akan diperiksa secara otomatis di beberapa
bagian seperti frekuensi pesan, teknik produksi dan sasaran penonton.
C. PENGUKUR ISI (KONTEN)
Pengukur konten dapat dilihat dari apapun yang muncul di media massa. Para peneliti
komunikasi mendekati atau mempelajari konten dengan cara yang berbeda yakni dengan
menggunakan alat konseptual serta metodologis yang berbeda, seperti contohnya aspek humanis
dan perilaku tradisional.
Biasanya, kita hanya melakukan pendeketan ilmu social untuk membahas konten sedangkan para
peneliti komunikasi menggunakan pendekatan humanistic seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Konten juga merupakan bagian internal dari berbagai budaya yang nyata. Para humanis juga
memeriksa setiap konten sebelum disiarkan atau dicetak untuk makna estetika. Analisis retoritis
adalah salah 1 cabang menonjol dari tradisi humanistic yang meneliti tentang logika internal
konten, bentuk, kesatuan tematik dan lain-lain.
Aspek lain adalah kuantitatif dan kualitatif, analisis perilaku tidak berdasarkan atau
menggunakan teknik kuantitatif atau numeric, tapi berdasarkan 2 hal tersebut. Ilmuan social
mengukur konten sesuai dengan perilaku stimulus konsumen. Aspek kuantitatif membahas
tentang pendekatan penelitian media dan analisis isi. Sedangkan aspek kualitatif biasanya
digunakan oleh analisis humanistic.
D. APAKAH MEDIA MENCERMINKAN PERISTIWA?
Konseptualisasi Aktif & Pasif
Menurut Walter Lippmann, konsumen harus bisa membedakan antara realitas dan realitas social
atau yang biasa disebut dengan “dunia luar”, Lippmann mengatakan ini karena ia memperhatikan
bahwa konsumen berperilaku dan berfikir berdasarkan dengan apa yang mereka lihat di media.
Peran Pasif Untuk Media: Media Sebagai Kanal
Orang dahulu sangat dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dan politik dari komunitas internal
mereka sendiri. Beberapa konsep memperlakukan media sebagai alat pemancar pasif sementara
media lain melihat media sebagai pengambil peran yang lebih aktif dalam memanipulasi realitas.
Westiey dan Maclean pada tahun 1957 mengatakan bahwa media sendiri tidak lebih disalurkan
melalui pemancar netral pesan yang menghubungkan pengirim kepada penerima
Proses komunikasi media massa khusus dirancang dengan pengumpulan berita lewat pikiran
yang akan dikirimkan tanpa maksud apapun untuk mempengaruhi konsumen. Pembelajaran
tentang efek media khususnya media massa dianggap sebagai alat yang kuat dan dapat
digunakan untuk tujuan social. Media juga dipandang sebagai instrument untuk menyampaikan
pesan.
Harold Lasswell mengatakan pada studinya tahun 1927 yang membahas tetang perang dunia
pertama dan menggunakan komunikasi modern. Lalu studi dilanjutkan oleh Paul Lazasfeld yang
tujuannya adalah untuk menyamakan pikiran konsumen. Studi tersebut menyimpulkan bahwa
efek utama dari media massa dalam kampanye politik adalah untuk memperkuat sikap politik
yang sudah ada. Komunikasi massa juga mempunyai fungus antara dan melalui perhubungan
factor dan pengaruh mediasi.
Konsumen diasumsikan memberikan komentar menurut pandangan sendiri sehingga analisis
media tidak dianggap penting. Media juga dianggap sebagai kanal karena memilih pesan yang
paling konsisten. Selain tanggapan masyarakat (konsumen), wartawan adalah sumber lain dari
media.
Efek nol mediayakni menyatakan bahwa media massa memberikan representasi yang adil
mengenai realitas. Efek ini juga mempelajari bahwa konten media bebas dari distorsi, Karena
semakin konten media memuat siaran distorsi, makan akan mengurangi konsumen dan
merugikan pemilik media. Model nol dan model terbatas tidak terpengaruhi dengan teori distorsi
ini. Karena control media terletak pada pemirsa atau konsumen.
Peneliti komunikasi mulai mengatasi beberapa masalah dalam konten media diantaranya adalah
banyak media yang gagal menjelaskan liputan 1 berita di tempat yang sama namun hasilnya
berbeda.
Peran Aktif Untuk Media: Media Sebagai Peserta
Penampilan di televisi atau media akan sangat berbeda dengan realita seperti acara parade
MacArthur pada tahun 1951 yang dianalisis oleh Kurt & Gladys Lang pada tahun 1971.
Manipulasi Realitas
Isi media didasarkan pada apa yang terjadi secara psikologis dan media punya logika struktur
berdasarkan elemen psikologis tersebut. Acara media banyak dimanipulasi terutama beberapa
acara yang ditayangkan untuk acara prime time. Media juga terkadang memaksakan logikanya
lewat stereotype yang diselipkan di tiap siarannya.
Visual & Manipulasi Verbal
Penelitian utama terarah pada konten verbal (teks), bukan kepada gambar, karena konsumen
berasumsi bahwa teks lebih banyak memberikan manipulasi dibanding dengan gambar yang
menunjukan realitas. Ada beberapa penelitian yang juga menyatakan bahwa film dan tv susah
dipelajari dan dianggap kurang serius karena kamera dapat memanipulasi persepsi dibandingkan
dengan tulisan
Aghni Fajar Pratiwi
01312143508
Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influence of Mass Media Content
Judul Chapter : Beyond Processes and Effects
Halaman : 9-20
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 2008
FOKUS PENELITIAN PADA KOMUNIKASI
Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan micro ke
macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji komunikasi
sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu sama lain,
komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan. Kejadian yg
terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang terjadi di level
atasnya.
Apa yang dipelajari?
Salah satu kutipan tentang proses komunikasi yang cukup populer adalah dari Harold Lasswell
(1948):
Apa, berbicara apa, melewati channel apa, untuk siapa dan menimbulkan efek apa.
Komunikasi masa telah menguji element diatas. Tapi dari semua itu intinya adalah, audience dan
efek.
Studi utama pada komunikasi
Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang menonjol dari
isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the Innocent (1954) yang
menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan dengan sexual dan
kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negative bagi pembaca.
Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn Fund
Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience, dengan
objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan bahwa
sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland selama
perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang bersifat
persuasive.
studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan agenda media.
para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu yang penting
sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media ditemukan memiliki
dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu yang memberitahu
orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun individu secara spesifik
diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-isu penting peringkat
oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media yang tersedia bagi
mereka.
dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai sesuatu yang
ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah
menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek pada penonton itu.
bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang efek
potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya.
sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir
untuk membuat titik kita dengan cara lain. sebagian besar mahasiswa telah memiliki banyak
pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan
dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang
mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma. kita bisa,
karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan
berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas Massa
Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek
kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian
mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. tan
mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi, dan
media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). hanya 6 persen
dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya menunjukkan,
mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada efek sosial,
politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang
terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. sekitar 15 persen dari buku terdiri
dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi.
WHY THE TRADITIONAL FOCUS?
Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan
apa dampaknya.
Konteks Ilmu Sosial
Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa
dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan
ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur.
Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara
menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan
menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya ,
kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta
bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu
tapi juga lingkungan budaya.
Fokus pada Individual
Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah
menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di
Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak
berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi.
Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada
sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga
terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang
berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur
lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi.
Individualisme sebagai Metodologi
Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei
dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang
mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut
adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa
memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu.
Individualisme sebagai Teori
Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih
rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab.
Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian
individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward
Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan
diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan
lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih
tujuan dalam hidupnya sebagai manusia.
Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk
berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk
menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger,
1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan
disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut
(Aronson & Mills, 1959).
Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat
mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore,
1952; Berkowitz, 1962).
Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan,
kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian
tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap
sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya.Budaya
yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya
tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang
biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku
individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya
penyebab dari suatu perilaku.
Fokus pada Audiens dan Dampak
Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada
proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi,
institusi dan akar budaya dari konten tersebut.
Kekeliruan Ilmu Sosial
Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai
luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang
dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau
menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada
menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi.
Awal Perlindungan Institusi
Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu
bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari
luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara
akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama
akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk
media tersebut.
Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka
menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat
mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II.
Kaitannya dengan Masa Kini
Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar
untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan
universitas.
Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian
yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga
mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa
menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada
sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori
perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika
seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia
akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan
dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku
manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi.
Ana Marissa Farhani
01312143504
Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”
Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers”
Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu
Halaman : 53- 84
Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins
Penerbit : MC Graw Hill Higher Education
Tahun Terbit : 2008
Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada
kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu
banyak seks / kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang
menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat
film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat.
Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik
pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar
belakang pribadi dan profesional untuk melihat “bagaimana”, misalnya, pendidikan wartawan
dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi
komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan - bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari
latar belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga,
kami menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya
sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya
sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita.
pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun, wartawan Amerika memiliki lebih banyak
kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. ketika hart (1976)
mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan
bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan
kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka
hingga menjadi pemilik surat kabar. editor abad kesembilan belas muda lebih mungkin berasal
dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. editor muda umumnya memulai karier
jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli
saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja.
Evolusi Karir Komunikasi
jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into- tidak ada lisensi atau tes yang
diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang
berpikir bahwa mereka bisa menulis (apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir
bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik.
kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat
wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang
dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau
dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan
pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.
Pendidikan Komunikator
Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka
miliki. departemen komunikasi telah berkembang di perguruan tinggi di bawah sejumlah nama-
jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, seni komunikasi,
dan ilmu komunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi,
sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi
Amerika, atau disiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus "tahu lebih sedikit
tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan
sejarah seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. departemen komunikasi massa yang paling
diselenggarakan menurut media, di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public
relations, atau iklan . mahasiswa mengambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada
perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka.
Hari ini, sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya
mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin
ilmu lainnya (Weaver dan wilhoit, 1986). Tidak semua orang-orang media menghargai
pendidikan jurnalistik, bagaimanapun, CBS penulis / editor Charles Kuraltmengatakan bahwa ia
lebih suka menyewa studi pascasarjana Amerika dari seseorang dari sekolah jurnalisme.
Perubahan dari lulusan komunikasi dalam manajemen selama beberapa dekade dapat
menjelaskan peningkatan komunikasi karyawan pascasarjana.Dalam penilaiannya dari
"contoh sekolah jurnalistik" Footlick (1988) menulis bahwa jurnalis handal harus
tahu lebih tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik
pengadilan sejarah seni. Mereka harus peduli tentang banyak hal. Mereka harus mampu belajar
dengan cepat . Mereka harus menulis dengan baik, dan menghargai kemampuan itu. Untuk
sebagian besar profesional, sekolah jurnalisme teladan adalah orang-orang yang memberikan
siswa kesempatan terbaik untuk mulai menguasai sifat-sifat yang mendasar.
Efek dari Latar Belakang Profesional Media pada Konten MediaMasih ada kecenderungan untuk
latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. Keluarga kami, sekolah kami,
dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kita, harapan, dan impian. Ini tidak
berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada bagi pekerja konstruksi, dokter, atau
pekerja sosial.tetapi seberapa kuat adalah pengaruh seperti itu? Weaver dan wilhoit mengatakan
bahwa efekdari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat
pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986, hal.25). Oleh karena itu, ada
kemungkinanbahwa peningkatan jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak
akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam konten media, pendidikan, sosialisasi, dan
kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Ini
adalah pertanyaan empiral, bagaimanapun, dan dapat diatasi dengan penelitian. Seperti dalam
semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "relawan" untuk
menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun-dan orang-orang yang memilih karir yang sama
cenderung memiliki karakteristik yang sama. Hess (981, p.124) mengatakan bahwa ada
"tipe kepribadian" dalam jurnalisme tentang wartawan kepribadian "mungkin
bidang yang paling menjanjikan dari studi untuk menjelaskan mengapa berita seperti itu."
Dia mengatakan bahwa wartawan seperti abstraksi kegembiraan dan tidak suka. Cinta mereka
untuk kegembiraan membuat mereka lebih memilih menutupi Senat daripada rumah Perwakilan
danpolitik ketimbang manajemen.
SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN
Tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, Antiagama, dan tidak seperti
"kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir.
Kepedulian dengankomunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa
sikap seorang jurnalis mempengaruhi cerita nya.
NILAI PRIBADI DAN KEPERCAYAAN
Wartawan AS (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya memegang apa yang disebut
"ibu" nilai-mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran
ekonomi; mereka menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979, hal. 42). Selain
nilai-nilai dasar ini berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga
memegangnilai-nilai yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika dari awal abad twentleth
(Gans, 1979). Demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian
besar wartawan keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan
publik dan pelayanan publik" (1979, hal.43). Nilai ini menggarisbawahi cerita tentang
politisi korup dan lain-lain yang menyimpang dari suatu ideal demokrasi tak tertulis, limbah
pemerintah, dan kegagalanKapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan
wartawan mengharapkan orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi
atau eksplorasi pekerja, dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki.Kota kecil
pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota kecil sebagai
pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaanmenekankan
kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman terhadap
lingkungan.Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan
"individualis kasar" - orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan
cara mereka sendiri. Individu adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan.
Nilai ini juga berlaku untuk cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang
individualisme mereka.
Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus
melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan
sebagaitersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh.Tatanan sosial
dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita tentang
kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana orang
bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu
menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.Kepemimpinan juga
dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk penanganan sosial.
SIKAP POLITIK PRIBADI
Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa
yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan
cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan
dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal
(Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa
tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih
konservatif.Apakah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang
wartawan yang secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal
terhadap hal ini: dalam studinya tentang "elit" persatuan pers Washington, Hess
(1981) menemukan bahwa, meskipun wartawan washington juga melihat berita yang memiliki
bias liberal, mereka menilai diri mereka lebih konservatif dibandingkan gambar ini (hal.115).
Hess menyebutkan bahwa wartawan elit washington lebih apolitis dari tekan kritikus.
ORIENTASI KEPERCAYAAN PERSONAL
Terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana
wartawanatau menentang Kristen, Yahudi, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan
bahwa, meskipun wartawan itu kristen sampai pertengahan 1800-an, wartawan modern telah
"dipengaruhi humanisme anti-kristen dan panteisme.Lichter, Rothman, dan Lichter (1986)
belajar jurnalisme di sepuluh "elit" organisasi media nasional, menemukan bahwa 20
persen Protestan, sekitar 13 persen adalah Katolik, dan 14 persen Yahudi. Sekitar setengah dari
wartawan elit mengatakan bahwa mereka tidak memilikiafiliasi keagamaan, dan 86 persen
wartawan elit melaporkan bahwa mereka "jarang atau tidakpernah menghadiri acara
keagamaan".ini wartawan elit berubah menjadi jauh lebih sekuler daripada wartawan
secara keseluruhan.
PENGARUH SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN PADA KONTEN
Salah satu dari pertnyaan paling kontroversial yang dihadapi orang-orang yang mempelajari isi
media massa adalah sejauh mana sikap komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi
konten ..Dari uji empiris sejauh mana sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan
mempengaruhi pekerjaan mereka memberikan hasil yang bertentangan:Shoemaker (1984)
menunjukkan bahwa sikap umum tentang minat khusus dan kelompok politik lainnya dapat
mempengaruhi bagaimana kelompok ditutupi oleh media berita. Ia berkorelasi data dari analisis
isi tentang bagaimana pengesahan new york times yang dituutupisebelas kelompok politik
dengan survei dari sikap wartawan AS terhadap kelompok.
PERAN DAN ETIKA PROFESIONAL
kita memperlakukan orientasi kerja terkait secara terpisah dari sikap komunikator pribadi, nilai-
nilai, dan keyakinan, yang terutama dibentuk oleh kekuatan-kekuatan luar off komunikasi masa,
seperti karakteristik pribadi mereka, latar belakang, dan pengalaman.
sebagai wartawan muda membaca koran atau menonton stasiun televisi mereka siaran berita,
mereka belajar banyak tentang norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi
kontroversi. adalah kandidat yang demokratis dan republik diperlakukan dengan cara yang sama?
nwhat tentang calon partai libertarian atau sosialis? mereka juga belajar dari proces editing, yang
memberikan wartawan baru umpan balik langsung tentang apa yang diterima dalam cerita.
berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau
penerbit manajer jarang. karyawan baru belajar dengan osmosis hal.182 seperti dengan
mendengarkan atasan mereka membahas pross dan kontra dari berbagai berita.
PERAN PROFESIONAL
adalah jurnalisme profesi? jawabannya tergantung pada yang menetapkan kriteria yang Anda
gunakan, salah mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut (Lambeth,
1986 p.82)
1. itu adalah waktu pekerjaan penuh. ini memang benar dari sebagian besar wartawan.
2. praktisi yang sangat cominitted dengan tujuan dari profession.journalists mungkin tidak
cominitted jurnalisme sebagai dokter harus obat
3.entrance ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh organisasi formal yang telah ditetapkan
standards.there profesional ada otoritas perizinan bagi wartawan, dan meskipun kode ethies dan
standart profesional yang direkomendasikan oleh banyak organisasi jurnalistik.
4.praktisi yang mengaku profesi berikut pendidikan formal resep dan akuisisi badan khusus
knowladge. meskipun sebagian besar wartawan saat ini memiliki pelatihan kolase jurnalistik,
tidak ada gelar jurnalisme atau gelar lain dalam hal ini diperlukan.
5. harus melayani masyarakat. meskipun kritikus menyatakan bahwa aspek bisnis media massa
gerhana peran layanan mereka.
6. anggotanya harus memiliki otonomi tingkat tinggi. walaupun beberapa wartawan memiliki
otonomi lebih dari yang lain, wartawan sebagai kelompok tunduk pada berbagai kendala
organisasi yang mendikte apa yang mereka lakukan dan ketika mereka lakukan.
Kriteria jurnalis profesionla yang cocok dengan sangat baik. meskipun sebagian besar pekerjaan
jurnalisme penuh waktu, setidaknya untuk sementara berkomitmen untuk pekerjaan mereka, dan
melakukan pelayanan bahwa masyarakat bantuan, tidak ada mekanisme untuk menegakkan
standar profesional atau presscribing sekolah formal dan akuisisi tubuh.
tapi perasaan di wartawan tentang profesionalisme mereka mempengaruhi cerita yang mereka
menulis dan mengedit? penenun dan wilhoit menyimpulkan bahwa organisasi media
mengerahkan banyak kontrol birokrasi atas produksi contens media, dan kontrol ini membatasi
pengaruh Journalis individu orientasi profesional.
wartawan netral melihat pekerjaan mereka sebagai mendapatkan informasi kepada masyarakat
dengan cepat, menghindari cerita dengan konten belum diverifikasi, concontrating pada audiance
terluas, dan entertzining audiance tersebut.
penenun dan wilhoit demikian mengidentifikasi tiga konsepsi peran jurnalistik (1986,112-117)
1. fungsi interpretatif
2. fungsi penyebaran
3 fungsi lawan
PERAN ETIKA
keyakinan wartawan tentang apa yang etis dapat mengerahkan lebih berpengaruh terhadap
konten media walaupun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik enforseable. ini
memiliki standart diterbitkan yang mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi.
beberapa wartawan mengambil pandangan sederhana terhadap etika, menyamakannya dengan
objektivitas (Merril, 1985) yang lain dapat menyamakan perilaku etis dengan pengungkapan
kebenaran, tetapi kebenaran? definisi kebenaran shif dari waktu ke waktu dan antara sumber.
(christian, rotzoll Dan Fackler, 1987)
beberapa wartawan berlindung dalam apa Tuchman 1972 panggilan "objektivitas sebagai ritual
strategis". merancang satu set penguasa yang, setelah mengikuti memungkinkan wartawan untuk
melindungi dirinya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang lain
katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen akan dibahas
panjang lebar di bab berikutnya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang
orang lain katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen
akan dibahas panjang lebar di bab berikutnya.
dalam analisis akhir namun tidak ada kode etik dapat meresepkan perilaku dalam setiap situasi
yang mungkin. interpretasi standar etika dan keputusan spesifik harus dilakukan oleh wartawan
individul.
EFEK DARI PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA PADA KONTEN
itu seens jelas bahwa cara wartawan mendefinisikan pekerjaan mereka akan mempengaruhi
konten yang mereka produce.journalist yang melihat diri mereka sebagai penyebar atau netral
harus menulis rekening yang sangat berbeda dari suatu peristiwa daripada mereka yang melihat
diri mereka sebagai juru bahasa atau peserta.
peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. cuaca keputusan untuk menerbitkan photograp
tertentu didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan pribadi seseorang. keputusan
memiliki efek nyata terhadap isi media. berkembang biak menunjukkan pada tahun 1964 bahwa
standart etika dapat berbenturan dengan nilai-nilai lain, seperti menghargai kesopanan publik
untuk konvensi dan ketertiban.
Lathifah Arifianti
01312143502 - Manarita 3b
Recommended