Upload
alfan-fazan-jr
View
816
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Nama : Ahmad Fawzan Rohman
NIMKO : 2011.4.064.0026.1.00330
Pengertian PTK
1. Rochman Nata Wijaya (1977): PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan
praktis yang bersifat situasional dan kontekstual yang ditujukan untuk
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yanh
dihadapi atau memperbaiki sesuatu.
2. Suyanto (1997) : PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapar memperbaiki
dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
professional.
3. Tim PGSM (1999) : PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana
praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
Sumber: Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu
Mudah. Jakarta : Bumi Aksara
Jadi PTK adalah sebuah proses di mana para peserta (participants) menguji praktik
pendidikan mereka sendiri secara sistematik dan hati-hati dengan menggunakan teknik-
teknik penelitian untuk melakukan perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi
atau situasi pembelajaran yang lebih efektif sehinggan profesionalitas mereka
berkembang. Meskipun ada beberapa tipe penelitian tindakan yang dapat dilakukan
oleh seorang guru, penelitian tindakan sebaiknya secara khusus merujuk pada
melakukan penelitian sesuai dengan keahlian seorang guru. Penelitian tindakan yang
dilakukan dengan bermaksud memberitahu dan mengubah praktik-praktik
pembelajarannya di masa mendatang. Penelitian tindakan ini berpengaruh pada
lingkungan guru bekerja yaitu siswa-siswa dan sekolah di mana guru bekerja. Ketika
orang menyebut seorang guru professional, berarti guru tersebut sudah mampu
merubah minimal lingkungan kerjanya menjadi lebih efektif dan efisien dari pada
keadaan sebelumnya.
PROPOSAL PTK
Judul PTK : Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui
Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH
Tahun Pelajaran 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelejaran di
sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam
mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan
bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang
selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga
sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah
merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswwa dengan muatan-
muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang
oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celka lagi, siswa
belajar dalam situasi yang membebani dan menakuktkan karena dibayangi oleh
tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.
Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses
belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan
belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol
ksong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu
oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa.
Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesame siswa yang lainnya. Bahkan, banyak
penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching)
ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang
member kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesame siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong
royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator.
Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai
lebih sering di sekolahh-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi
transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk
lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa
ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak
terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya
sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru
telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.
Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai
sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja
kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan.
Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa
rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka.
Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni
menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa
berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang
merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-
kadnag orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu
kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang.
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok
tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak
waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok.
Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan
sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem
pengajarancooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/ belajar kelompok
yang terstruktur. Yang termauk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Kekhawatiran bahwa semngat siswa dalam mengembangkan diri secara
individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti
karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa
bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun
melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok
melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada sistem akuntabili tas individu.
Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap
siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk
melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap
prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas
6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Fokus Penelitian
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun
pelajaran 2013/2014?
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa
Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengungkap prestasi hasil pembelajaran kooperatif model STAD terhadap
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun
pelajaran 2013/2014.
2. Ingin mengetahui seberapa jauh permasalahan dan penguasaan mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model
STAD pada siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014.
D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun
pelajaran 2013/2014.
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli dan Agustus semester satu tahun
pelajaran 2013/2014.
3. Materi Pokok Pembelajaran yang disampaikan adalah Perkembangan sistem
administrasi wilayah Indonesia.
E. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif model STAD adalah:
Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-
kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk meningkatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah
siswa mengikuti pelajaran.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan ciri -ciri penelitian kualitatif
(Sudjana, 2004:197), yaitu: (a) menggunakan lingkungan alamiah sebagai
sumber data langsung, (b) bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan penelitian ada
pada proses bukan pada hasil, (d) bersifat induktif, (e) mengutamakan makna.
Selanjutnya Sudjana (2004:200) mengatakan bahwa penelitian kualitatif
tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari
lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik
makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa
menggunakan enumerasi dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses
terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak
perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang,
waktu dan situasi tertentu.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri
dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku
siswa selama pembelajaran berlangsung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2005:12) yang mengatakan
bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai
hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
2. Kehadiran Peneliti
Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Menurut
Moleong (dalam Sri Harmini, 2004:22), kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis,
penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian.
Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati
secara langsung keadaan-keadaan atau kegiatan-kegiatan yang berlangsung,
fenomena-fenomena social dan gejala-gejala fsikis yang terjadi di sekolah. Hal
tersebut dimaksudkan untuk mengamati langsung apakah kejadian-kejadian
tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-hasil penelitian yang
diperoleh dari hasil wawancara.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini di MI AN - NAJAH Jalan Pakotan I/2
Pasongsongan, Sumenep, Jawa Timur, Alasan pemilihan lokasi penelitian di
sekolah ini dikarenakan banyaknya minat masyarakat di sekolah tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2013/2014.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran
2013/2014. Alasan pemilihan kelas ini dikarenakan siswa kelas tersebut
berjumlah 34 orang siswa dan mempunyai rata-rata prestasi yang baik
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes kepada
sumber data, melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian di lapangan,
dan memberikan angket kepada sumber data.
6. Analisis Data
Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik analisis data yang
digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif
digunakan terhadap hasil tes, sedangkan analisis kualitatif digunakan terhadap
data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa
atau hal-hal lain yang tampak selama berlangsungnya penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Pertemuan
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena
itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan
dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330).
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi
dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam peneli tian kualitatif
(Moleong, 2007:29).
Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan
8. Tahap-tahap penelitian
PTK ini dikembangkan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Siklus I
Pada siklus I dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi.
Dilaksanakan pada hari ……..tanggal ………….
b. Pada siklus II dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi.
Dilaksanakan pada hari ……..tanggal ………….
c. Pada siklus III dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi.
Dilaksanakan pada hari ……..tanggal ………….
G. Sistematika Penulisan
Sistematika proposal penelitian tindakan kelas dapat dibagi menjadi dua bagian
utama, yaitu bagian awal, bagian inti. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai :
(1) Bagian awal, (2) Bagian inti,
1. Bagian Awal memuat:
Halaman Sampul; Lembar Logo; Halaman Judul;
2. Bagian Inti memuat:
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah.
b. Fokus Penelitian
c. Tujuan Penelitian.
d. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
e. Definisi Istilah
f. Metode Penelitian
g. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision)
Hamalik (2003: 57) mengemukakan: Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia
terlibat dalam sistem pembelajran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.
Material meliputi: buku-buku, papan tulis, kapur, audio. Fasilitas dan perlengkapan
berupa: ruangan kelas, perlengkapan, dan prosedur meliputi: jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dansebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang diawali dengan persiapan mengajar
(prainstruksional), proses pembelajaran (instruksional) dan diakhiri penilaian atau
evaluasi. Kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti
hanya guru yang aktif sedang murid pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua
belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran agar proses pembelajaan
dapat berlangsung optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berorientasi pada
kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk kelompok sehingga siswa dapat
belajar bersama dalam suasana kelompok.
Lie (1999: 28) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif atau gotong
royong adalah kegiatan pembelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara
siswa di kelas”. Nasution (2004: 146) mengemukakan “pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran gotong royong atau kerjasama dalam kelas”. Sementara
Sanjaya (2006: 239) mengemukakan “pembelajaran kooperati f adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru di sekolah sesuai
dengan tuntutan materi pelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara siswa
dalam kelas dalam melakukan kerja kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam
suasana belajar berkelompok.
B. Motivasi Belajar
Motivasi belajar pada dasarnya merupakan bagian dari motivasi secara
umum. Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yaitu
motivasi yang ada dalam dunia pendidikan atau motivasi yang dimiliki peserta didik
(siswa).
Sardiman (2006) mengemukakan bahwa “motif” dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu
demi mencapai tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
terutama bila keinginan untuk mencapai kebutuhan sangat kuat. Selain itu, menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006) motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar. Nasution ( dalam Rohani, 2004) menyatakan
motivasi peserta didik (siswa) adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga
siswa mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.
Menurut Winkel (2005) “Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam
memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi
kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa
motivasi belajar adalah suatu penggerak yang timbul dari kekuatan mental diri
peserta didik maupun dari penciptaan kondisi belajar sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar itu sendiri.
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu
prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan dan diantara
keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum mengulas
lebih dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita telusuri kata tersebut satu
persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi belajar itu. Menurut Djamarah
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individu maupun kelompok. (Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994. Hlm)
Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia
tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang
gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai
rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan
keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.
Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar,
sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum
mereka sepakat bahwa prestasi belajar adalah “hasil” dari suatu kegiatan Wjs.
Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai
(dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul
Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil
pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan,
sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai -nilai yang
terdapat dalam kurikulum.
Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara
individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.