Upload
duongbao
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOP SEKOLAH
PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri ............ menerangkan
bahwa:
Nama : .......................................
NIP : ........................................
Jabatan : ........................................
Memang benar yang tersebut di atas telah melakukan penelitian
tentang .......................................................................................................................
.......
Mengetahui ......................, ......................Kepala Dinas Pendidikan Kab. .......... Kepala SMA Negeri..............
................................................... ......................................... NIP. NIP.
ii
KOP SEKOLAH
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Pengelola Perpustakaan SMA Negeri ............
menyatakan bahwa:
Nama : ................................
NIP : ................................
Jabatan : .................................
Memang benar yang tersebut di atas telah mempublikasikan Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul.............................................. di sekolah kami dan menaruh 1
(satu) buah karyanya di perpustakaan SMA Negeri ..............................................
Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan dimana mestinya.
Mengetahui ......................, ......................Kepala SMA Negeri .......... Pengelola Perpustakaan
SMA Negeri..................
................................................... ......................................... NIP. NIP.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini asli dan tidak berisi material-
material yang telah dipublikasikan di tempat lain, terkecuali yang dikutip sebagai
sumber referensi dan digunakan dalam teks tulisan ini, yang sumbernya sudah
dinyatakan. Karya Tulis Ilmiah ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh
derajat kesarjanaan atau diploma pada institusi tertentu, begitu juga tidak ada
kolaborasi yang telah dibuat dengan orang lain.
Penulis
......................................
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmatNya penulis mendapat kekuatan, semangat, pikiran yang kuat
sehingga karya tulis yang berjudul “.......................................................................”,
dapat terselesaikan sesuai jadwal waktu yang telah direncanakan.
Karya ini penulis kerjakan dengan sekuat tenaga, dengan pengorbanan
material dan pemikiran untuk dapat memperoleh angka kredit pengembangan
profesi sebagai syarat bagi seorang guru untuk bisa naik ke jenjang kepangkatan
setingkat lebih tinggi dengan kewajiban mengumpulkan angka kredit minimal 12
poin.
Rasa terimakasih perlu penulis sampaikan kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu
yang telah membantu sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu
terimakasih yang sebanyak-banyaknya penulis lanjut sampaikan kepada:
1. Kepala Sekolah SMA Negeri ................................
2. Para siswa dan siswi, yang telah menunjukkan objektivitas yang tinggi
sehingga data-data hasil penelitian ini benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
Demikian secara singkat pengantar yang dapat penulis sampaikan, semoga
karya ini bermanfaat dalam meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di
SMA Negeri ...........................
......................, ......................
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH...................................................... ii
PERNYATAAN PERPUSTAKAAN.......................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
ABSTRAK................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 5
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nama-nama Siswa Kelas ....................................................... 12
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Wawancara..............................................
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Observasi Proses Pembelajaran..............
Tabel 4. Instrumen Wawancara.............................................................
Tabel 5. Instrumen Observasi Proses Pembelajaran.............................
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rancangan Penelitian.............................................................. 5
Gambar 2.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1. Pedoman Wawancara...........................................................
Lampiran 2. Jawaban-jawaban yang Penting dari Pertanyaan Tentang Wawancara...........................................................................
ix
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri .................................. di Kelas ........ yang kemampuan siswanya untuk materi .................. cukup rendah.
Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan tes prestasi belajar. Metode analisis datanya adalah deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data kuantitatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Co-Op Co-Op dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada Siklus I meningkat ........% untuk keaktifan belajar siswa dan .....% untuk prestasi belajar. Dari Siklus I ke Siklus II naik .......% untuk aktivitas belajar dan ....... untuk prestasi belajar.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru
melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata
pelajaran yang diajarnya. Selain pemahaman akan hal-hal tersebut keefektipan
itu juga ditentukan oleh kemampuan guru untuk merubah model pengajaran
menjadi model pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh Permen No. 41
tahun 2007 tentang Standar Proses.
Peran mata pelajaran .................. adalah untuk pengembangan intelektual,
sosial dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju
keberhasilan dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Fungsi mata
pelajaran .................. adalah sebagai suatu bidang kajian untuk
mempersiapkan siswa mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan
pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaan serta
memahami beragam nuansa makna, sedang kegunaannya adalah untuk
membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat,
membuat keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi, sosial,
menemukan serta menggunakan kemampuan analitic dan imajinatif yang ada
dalam dirinya. Disamping mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata
pelajaran, sebagai seorang guru juga diperlukan untuk mampu menerapkan
beberapa metode ajar sehingga paradigma pengajaran dapat dirubah menjadi
paradigma pembelajaran sebagai tuntutan peraturan yang disampaikan
pemerintah (Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, Permen No.
16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru).
Kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang
dilakukan selama ini yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
tentu tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor luar seperti kesibukan guru,
keadaan rumah tangga, lingkungan dan lain-lain. Kelemahan-kelemahan yang
ada tentu banyak pula dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri
1
seperti kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, termasuk kemauan guru
itu sendiri untuk menerapkan metode-metode ajar yang telah didapat di
bangku kuliah. Selain itu guru juga kurang mampu untuk dapat
mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa
dan merangsang siswa untuk belajar. Keterampilan yang mesti dikuasai guru
dalam melaksanakan pembelajaran ada 7, yaitu: 1) keterampilan bertanya, 2)
keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4)
keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
6) keterampilan membimbing diskusi, 7) keterampilan mengelola kelas.
Keterampilan-keterampilan ini berhubung dengan kemampuan guru untuk
menguasai dasar-dasar pengetahuan yang berhubungan dengan persiapan dan
pelaksanaan proses pembelajaran yang akan memberikan dukungan terhadap
cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan
profesionalisme guru (I G. A. K. Wardani dan Siti Julaeha, Modul IDIK 4307:
1-30).
Penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat
penting dalam upaya memajukan suatu bidang tertentu. Model sangat
berkaitan dengan teori. Model merupakan suatu analog konseptual yang
digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris
sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model merupakan suatu struktur
konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan
sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir
dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang
(Mark 1976 dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 5).
Cuplikan di atas menunjukkan betapa pentingnya model untuk diterapkan
dalam mencapai suatu keberhasilan, begitu pula terhadap kegunaan model-
model pembelajaran. Sebelum ada model, dikembangkan terlebih dahulu teori
yang mendasari model tersebut, sehingga boleh dikatakan bahwa teori lebih
luas daripada model. Model-model, baik model fisika, model-model
komputer, model-model matematika, semua mempunyai sifat “jika – maka”,
dan model-model ini terkait sekali pada teori (Shelbeeker, 1974 dalam Ratna
Wilis Dahar, 1989: 5).
2
Dari semua uraian di atas dapat diketahui hal-hal yang perlu dalam upaya
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa seperti penguasaan metode-
metode ajar; penguasaan model-model pembelajaran; penguasaan teori-teori
belajar; penguasaan teknik-teknik tertentu; penguasaan peran, fungsi serta
kegunaan mata pelajaran. Apabila betul-betul guru menguasai dan mengerti
tentang hal-hal tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran ........................ tidak akan rendah. Namun kenyataannya
keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa kelas....................... di
semester ........... tahun ajaran ................... baru mencapai nilai D dan untuk
keaktifan belajar dan untuk prestasi belajar baru mencapai rata-rata......
Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan
dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki
mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran.........................., sangat perlu
kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Co-Op
Co-Op. Oleh karenanya penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Melihat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang
ada di lapangan seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang
masalah, maka rumusan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut:
1) Apakah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas ..... SMA Negeri .................
2) Apakah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas ..... SMA Negeri ..................
2. Cara Pemecahan Masalah
Model pembelajaran Co-Op Co-Op merupakan salah satu dari
banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran. Model ini mempunyai langkah-langkah yang mendorong
keaktifan siswa dalam belajar dengan cara memberikan kesempatan bagi
3
siswa untuk siap tampil dihadapan teman-temannya. Untuk mampu tampil
dihadapan orang banyak bukanlah hal yang gampang. Untuk mampu
tampil dihadapan orang banyak bukanlah hal yang gampang. Hal itu
memerlukan persiapan yang matang. Untuk persiapan yang matang ini,
guru memberik kesempatan yang sebanyak-banyaknya, guru memberi
kesempatan agar siswa menyiapkan sebaik-baiknya apa yang akan
ditampilkan dihadapan siswa-siswa yang lain. Model Co-Op Co-Op ini
mampu merangsang siswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya, menuntut persiapan yang sangat matang, menuntut
kemampuan yang matang dalam presentasi, menutut semangat yang tinggi
untuk mengikuti pelajaran agar dapat mempersiapkan tampilan yang
diharapkan, menuntut sebab akibat dari pelaksanaan diskusi. Contoh sebab
akibat tersebut adalah, apabila siswa giat mengikuti pelajaran, akibatnya
adalah mampu memberi tampilan yang diharapkan. Siswa akan menjadi
aktif akibat diberikan giliran untuk berbicara di depan teman-temannya,
yang sudah pasti akan menimbulkan tuntutan-tuntutan kemampuan yang
tinggi baik dalam penampilan maupun keilmuan. Tanpa keilmuan yang
mencukupi tidak akan mungkin tampilannya akan memuaskan, dalam hal
ini siswa tidak bisa sembarangan saja, mereka harus betul-betul mampu
menyimpulkan terlebih dahulu apa yang mereka akan bicarakan. Tuntunan
langkah-langkah, motivasi, interpretasi yang inovatif dipihak guru akan
menentukan keberhasilan pelaksanaan model ini.
Dari uraian singkat ini jelas bahwa model pembelajaran Co-Op
Co-Op menuntut kemampuan siswa untuk giat mempelajari apa yang
disampaikan guru, mampu menampilkan dirinya di depan siswa-siswa
yang lain. Dipihak lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan tersebut,
inovasi yang dilakukan guru akan sangat menentukan. Inovasi tersebut
berupa tuntunan-tuntunan, motivasi-motivasi, interpretasi serta
kemampuan implementasi yang tinggi. Cara inilah yang dapat digunakan
sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah yang telah disampaikan, rumusan masalah
yang dapat disampaikan adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan aktivitas belajar yang akan
dicapai siswa setelah diterapkan model pembelajaran Co-Op Co-Op dalam
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa akan
terjadi setelah diterapkan model pembelajaran Co-Op Co-Op dalam
pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai
acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru.
Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah,
khususnya SMA Negeri ........ dalam rangka meningkatkan kompetensi guru
IPS/IPA/................... Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan
bermanfaat sebagai informasi yang berharga bagi teman-teman guru, kepala
sekolah di sekolahnya masing-masing.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
Kebanyakan sekolah yang belajar pada kompetisi individu belajar
kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran di mana siswa dalam
kelompok kecil yang heterogen saling bertukar tanggung jawab. Akhirnya,
siswa belajar dari seseorang ke yang lainnya. Mereka belajar untuk
menghargai perbedaan pada masing-masing yang lainnya dan membangun
kekuatan individu termasuk kekuatan kelompok.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa strategi belajar kooperatif
mendorong harga-diri individu dan menganjurkan siswa untuk mengambil
kendali dari belajarnya sendiri. Tuntutan ini melengkapi suatu ringkasan dan
strategi belajar kooperatif dan menunjukkan bagaimana guru-guru dapat
mengintegrasikan strategi-strategi tersebut dalam rencana pembelajaran
mereka (Hilke, 1998: 3).
Lebih lanjut Hilke mengemukakan tujuan utama dari belajar kooperatif
adalah: (1) untuk membantu perkembangan kerjasama akademik di antara
siswa, (2) untuk menganjurkan hubungan kelompok yang positif, (3) untuk
mengembangkan harga-diri siswa, dan (4) untuk meningkatkan pencapaian
akademik.
Siswa dapat mengejar tujuan pembelajaran melalui tiga cara: secara
kompetitif, secara individu, dan secara kerjasama. Pada tahun 1940, Morton
Deutsch (1949) menyusun suatu teori tentang bagaimana orang-orang
berhubungan dan berinteraksi pada masing-masing susunan tersebut. Pada
susunan kompetitif, seorang siswa bekerja melawan masing-masing yang
lainnya dan tampilan mereka dibandingkan. Beberapa siswa mengalami
kekeliruan dalam susunan ini, hasilnya kehilangan harga-diri dan kadang-
kadang berperasaan negatif terhadap teman sebaya mereka secara bebas pada
langkah mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh guru.
Guru selanjutnya mengevaluasi sekelompok tujuan untuk masing-masing
individu.
6
Dalam susunan kooperatif, kelompok siswa yang heterogen bekerja
bersama untuk menemukan tujuan. Masing-masing pribadi
mempertanggungjawabkan pembelajarannya sendiri dan membantu yang
lainnya. Kekuatan yang dapat dicapai untuk setiap pribadi dalam kelompok.
Keterampilan komunikasi dan sosial yang baik di-butuhkan dalam urut-urutan
perkembangan hubungan kerja yang baik. “Dalam ke-lompok belajar
kooperatif, di sana cenderung terjadi peraturan teman sebaya, umpan balik,
dukungan, dan anjuran belajar yang agak beragam. Dukungan akademik
teman sebaya demikian tidak tersedia pada situasi belajar kompetitif dan
individualistik” (Johnson and Johnson, 1987: 28).
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses
penalaran nilai-nilai moral, melalui diskusi dan proses tanya jawab dialektis
yang bersifat mengajar dan menantang proses pemahaman (Lickona, 1992:
236-238). Menurut Slavin (1995: 2), metode pembelajaran kooperatif
menunjuk pada bermacam-macam model pembelajaran, di mana para siswa
bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu, berdiskusi dan saling
memberi argumentasi, untuk saling menilai pengetahuan yang dimiliki
sekarang dan mengisi kesenjangan pemahaman di antara mereka.
Dari kedua pendapat di atas mengenai model pembelajaran kooperatif,
maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan siswa, yaitu belajar dalam kelompok kecil yang heterogen, di mana
setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan atau menyampaikan
argumentasinya, sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa, antara
siswa dengan siswa lainnya, komunikatif dan bersifat multi arah.
Menurut Slavin (1995: 5), terdapat enam metode utama dalam
pembelajaran bertim (Student Teams Learning). Empat di antaranya, berlaku
secara umum pada semua bidang studi, yaitu sebagai berikut : “Student
Teams-Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT),
Jigsaw II, dan Co-Op Co-Op”. Sedangkan dua metode lainnya hanya berlaku
secara khusus, yaitu: “Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC)”.
7
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ini, maka
dapat meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa
dengan siswa lainnya, komunikatif, dan bersifat multi arah.
Johnson and Johnson (1984: 15) mengidentifikasi lima elemen dasar
dalam belajar kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan tujuan yang positif,
(2) memajukan interaksi tatap muka, (3) pertanggungjawaban individu, (4)
keterampilan sosial, dan (5) proses kelompok. Pembicaraan masing-masing
elemen tersebut seperti berikut.
1) Saling ketergantungan yang positif
Saling ketergantungan tujuan yang positif terjadi bila siswa
melaksanakan tugas kelompok dengan perasaan saling menguntungkan.
Mereka perlu mengerjakan bagian mereka sendiri, untuk keuntungan seluruh
kelompok. Sebagai contoh, bila tugas kelompok untuk meneliti dan menulis
laporan, nilai untuk laporan merupakan nilai kelompok. Pencapaian yang
rendah dalam kelompok menimbulkan usaha kerja terbaik mereka untuk
keselamatan seluruh kelompok. Pencapaian yang tinggi, ingin
mempertahankan kualitas kerja mereka yang tinggi, akan membantu yang
lainnya dalam menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya masing-masing
individu memperoleh manfaat yang penting dan harga-diri. Johnson et al.
(1984) berpendapat bahwa saling ketergantungan yang positif dicapai:
‘melalui tujuan yang saling menguntungkan (saling ketergantungan tugas);
pembagian material, sumber-sumber, atau informasi di antara anggota
kelompok (saling ketergantungan sumber); pemberian peranan siswa yang
berbeda (saling ketergantungan peran); dan melalui pemberian penguatan
bersama (saling ketergantungan penguatan). Dalam urutan untuk situasi
belajar menjadi kooperatif, siswa harus bersedia bahwa mereka secara positif
saling ketergantungan dengan anggota lainnya dari kelompok belajar mereka’.
2) Memajukan interaksi tatap muka
Kemajuan interaksi terjadi bila pertukaran verbal mengambil tempat di
mana siswa menjelaskan bagaimana mereka memperoleh suatu jawaban atau
8
bagaimana suatu masalah bisa dipecahkan. Mereka juga dapat membantu
masing-masing yang lainnya untuk memahami suatu tugas. Siswa memeriksa
masing-masing pemahaman yang lainnya dan menyatakan pertanyaan pada
anggota kelompok sebelum menyatakan pada guru untuk klarifikasi. Bila
sebuah tugas sudah lengkap, anggota kelompok meringkaskan apa yang telah
dipelajari.
3) Pertanggungjawaban individu
Pertanggungjawaban individu merupakan pengambilan pertanggung-
jawaban pribadi untuk materi belajar. Sebagai tambahan untuk kontribusi
kelompok, masing-masing siswa memerlukan penguasaan material tertentu.
Salah satunya guru menentukan tingkat penguasaan, anggota kelompok sering
mendukung dan membantu masing-masing yang lainnya dalam mencapai
tingkat penguasaan tersebut.
Suatu pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi tentang belajar
kooperatif adalah apa yang dikerjakan siswa yang tidak berpartisipasi,
membiarkan yang lainnya untuk bekerja, dan memastikan untuk belajar materi
dasar. Untuk mencegah kejadian ini, seorang guru dapat merata-ratakan skor
ujian individu untuk nilai kelompok. Selanjutnya bila seseorang skor ujiannya
lebih rendah dari rata-rata teman sebaya bukan hanya mendesak bahkan secara
halus menekan individu untuk belajar lebih giat. Atau mereka akan melihat
perlunya bekerja dengan individu dalam urutan untuk mencapai tingkat
ketuntasan. Juga dari waktu ke waktu, guru bisa menyeleksi penempatan nilai
individu, yang menganjurkan semua anggota kelompok untuk
mengerjakannya secara langkap dalam waktu yang tepat dan dengan cara yang
wajar.
4) Keterampilan sosial
Kritik untuk kesuksesan belajar kooperatif adalah keterampilan sosial
demikian seperti mengetahui bagaimana berkomunikasi secara efektif dan
bagaimana mengembangkan rasa hormat dan kepercayaan dalam kelompok.
Kelompok yang bertugas dengan baik tidak terjadi secara wajar; siswa
9
memerlukan petunjuk bagaimana mengikuti dan juga berperan. Bila
pertanggungjawaban belajar diperlukan, siswa membutuhkan anjuran masing-
masing anggota lainnya untuk melengkapi tugas yang diberikan. Mereka perlu
mengetahui bagaimana meminta bantuan bila mereka membutuhkannya. Bila
muncul konflik (dan konflik memang akan muncul), siswa perlu mengetahui
bagaimana menggunakan strategi resolusi konflik.
5) Proses kelompok
Secara periodik siswa memerlukan pencerminan pada bagaimana
kelompok yang baik bekerja dan menganalisis bagaimana keefektifan mereka
bisa diperbaiki. Ini disebut proses kelompok. Pengamatan oleh anggota
kelompok, guru, atau seorang individu yang berperan sebagai pengamat dapat
melengkapi umpan-balik yang esensial untuk proses kelompok. Seorang
pengamat bisa mencatat apa yang terjadi dalam kelompok bila rencana suatu
projek mengenai adanya kekuatan perbedaan pendapat. Dengan umpan-balik
ini, siswa dapat bergerak untuk menemukan suatu pemecahan dan
menawarkan usul untuk menangani perselisihan tersebut di masa yang akan
datang. Keluaran dari proses ini, kelompok bisa bersimpulan: ‘Kita telah
membuat permulaan yang baik dalam rencana projek, tetapi kita perlu bekerja
lebih giat untuk mendengar ide-ide setiap orang’.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op Co-Op
Co-Op Co-Op benar-benar sama untuk investigasi kelompok. Ini
Menempatkan tim dalam kooperasi dengan yang lainnya untuk mempelajari
suatu topik kelas. Bahkan Slavin (1995: 111) menyatakan bahwa tiga tipe
belajar kooperatif yang bisa diterapkan dalam spesialisasi tugas adalah
investigas kelompok (group investigation), Co-op Co-op, dan jigsaw.
Co-Op Co-Op mengizinkan siswa untuk bekerja bersama dalam
kelompok kecil, pertama untuk kemajuan pemahaman mereka mengenai diri
mereka sendiri dan dunia, dan selanjutnya untuk kesediaan mereka dengan
kesempatan untuk berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sebaya
mereka. Metodenya sederhana dan felskibel. Suatu situasi seorang guru
10
memegang filosofi di belakang Co-Op Co-Op, dia bisa memilih sejumlah cara
untuk menerapkan pendekatan yang akan diberikan di dalam ruang-kelas.
Slavin (1995: 119-122) mengemukakan sembilan tahapan spesifik dalam
peningkatan kemungkinan kesuksesan dari metode ini.
Tahap 1: Diskusi kelas yang terpusat pada siswa
Pada awalnya, suatu unit kelas yang menggunakan metode Co-Op Co-Op
menganjurkan siswa untuk mengungkapkan dan minatnya dalam subjek yang
akan dipelajari. Suatu inisial kelompok membaca, ceramah, atau eksperimen
dapat tersimpan pada tujuan ini. Selanjutnya lakukan diskusi kelas yang
berpusat pada siswa. Tujuan dari diskusi ini akan meningkatkan keterlibatan
siswa dalam mempelajari suatu unit melalui penemuan dan stimulasi
kuriositas, bukan membawa mereka ke topik studi. Diskusi akan membawa ke
suatu pemahaman di antara guru dan semua siswa tentang apa yang siswa
inginkan untuk dipelajari dan pengalaman dalam hubungan ke topik yang akan
dipelajari.
Waktu yang dibutuhkan untuk tahap pertama ini bergantung pada bagian
tingkatan perbedaan minat yang dimiliki siswa pada suatu topik. Manfaat awal
dari diskusi yang berpusat pada siswa tidak dapat diremehkan; ini tidak
memungkinkan bahwa Co-Op Co-Op akan menjadi berhasil untuk beberapa
siswa yang tidak berminat secara aktif dalam suatu topik yang dihubungkan ke
suatu unit dan tidak termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang suatu
topik.
Tahap 2: Pemilihan tim belajar siswa dan pembentukan tim
Bila siswa tidak siap bekerja dalam tim, tandai mereka dan distribusikan
ke dalam 4-5 anggota tim yang heterogen seperti dalam STAD. Gunakan
latihan pembentukan tim yang digunakan dalam STAD atau mereka telah
bekerja beberapa minggu pada unit STAD atau jigsaw II sebelum memulai
11
unit Co-Op Co-Op. Siswa dituntut sudah mengembangkan kejujuran dan
keterampilan bekerja kelompok yang baik sebelum memulai Co-Op Co-Op.
Tahap 3: Pemilihan topik
Izinkan siswa memilih topik untuk tim mereka. Bila pemilihan topik tim
tidak secara langsung mengikuti diskusi kelas yang berpusat pada siswa,
mengingatkan siswa (lewat papan tulis, overhead, atau ringkasan) mengenai
topik kelas secara keseluruhan yang telah ditunjukkan dan paling diminati.
Penunjukkan bahwa tim dapat bekerjasama sangat penuh dalam mewujudkan
tujuan kelas bila mereka memilih topik yang dihubungkan kepada minat kelas.
Doronglah siswa untuk mendiskusikan variasi topik di antara diri mereka juga
dapat menyelesaikan topik yang paling diminati untuk tim mereka.
Seperti diskusi tim yang menjadi minat mereka dan mulai menyelesaikan
suatu topik, sebarkan di antara mereka dan bertindak sebagai fasilitator. Bila
dua tim mulai menyelesaikan pada topik yang sama, Anda dapat menunjukkan
hasil ini dan mendorong tim untuk mencapai kompromi, melalui pembagian
topik itu atau melalui pengalihan salah satu tim memilih topik yang diminati
lainnya. Bila tidak ada tim yang menyelesaikan pada suatu topik berarti kelas
menganggap penting, Anda dapat menunjuk hasil ini dan mendorong siswa
untuk merespon yang dibutuhkan.
Bila tahap ketiga dari Co-Op Co-Op ini berhasil secara lengkap, masing-
masing tim mempunyai sebuah topik dan merasa kenal dengan topik tersebut.
Guru bisa memfasilitasi kesatuan kelas melalui penunjukan masing-masing
topik yang membuat kontribusi yang penting untuk tujuan kelas, yakni
ketuntasan unit belajar.
Tahap 4: Pemilihan minitopik
Seperti kelas sebagai keseluruhan membagi unit belajar ke dalam bagian-
bagian topik untuk menciptakan suatu pembagian kerja di antara anggota.
12
Masing-masing siswa memilih minitopik yang mengungkap satu aspek dari
topik tim.
Minitopik bisa tumpang tindih, dan anggota tim didorong untuk berbagi
referensi dan sumber, tetapi masing-masing minitopik harus menyediakan
kontribusi yang unik untuk usaha tim. Guru melibatkan siswa dalam
pemilihan minitopik yang bervariasi, bergantung pada tingkat kemampuan
siswa. Guru perlu mengetahui bahwa minitopik sesuai dengan siswa atau
siswa cocok dan menerimanya. Dengan kata lain, minitopik-minitopik tersebut
cocok untuk level minat siswa atau cukup sumber-sumber yang tersedia pada
mereka.
Karena perbedaan dalam kemampuan dan minat, ini dapat diterima dan
alami untuk beberapa siswa berkontribusi lebih daripada yang lainnya untuk
usaha tim, tetapi semua anggota perlu untuk membuat suatu kontribusi yang
bermanfaat. Guru-guru dapat mengerjakan ini melalui: (1) mengizinkan siswa
untuk mengevaluasi kontribusi teman yang menjadi anggota tim mereka; (2)
menandai kertas kerja individu atau projek untuk siswa pada minitopik
mereka; dan (3) memantau kontribusi individu. Bila minitopik dipilih dengan
tepat, masing-masing siswa akan membuat kontribusi yang unik untuk usaha
kelompok, dan dengan demikian anggota kelompok mempunyai sumbangan
untuk ketuntasan minitopik mereka.
Tahap 5: Persiapan minitopik
Setelah siswa membagi topik tim ke dalam minitopik, mereka bekerja
secara individu. Mereka masing-masing mengetahui bahwa mereka dapat
mengerjakan untuk minitopik mereka dan kelompok bergantung pada mereka
untuk mengungkap suatu aspek penting dari usaha tim.
Penyediaan minitopik mengambil bentuk yang berbeda-beda, bergantung
pada sifat-sifat unit kelas yang akan diungkap. Penyediaan bisa melibatkan
penelitian perpustakaan, pengumpulan data melalui wawancara atau
eksperimentasi, kreasi projek individu, atau suatu aktivitas ekspresif seperti
menulis atau melukis. Aktivitas tersebut mengambil minat yang sangat tinggi
13
karena siswa tahu mereka akan berbagi produk mereka dengan anggota tim
mereka dan pekerjaan mereka itu akan berkontribusi untuk presentasi tim.
Tahap 6: Presentasi minitopik
Setelah siswa bekerja sendiri secara lengkap, mereka menampilkan
minitopik mereka untuk anggota timnya. Presentasi minitopik dalam tim akan
menjadi formal, yaitu masing-masing anggota tim memberikan waktu yang
khusus, dan menunggu saat menampilkan minitopiknya.
Presentasi minitopik dan diskusi dalam tim dilakukan dalam suatu cara yang
sesuai dengan pengetahuan atau pengalaman semua anggota tim yang
diperlukan oleh masing-masing anggota. Mengikuti presentasi, anggota lain
mendiskusikan topik tim seperti suatu panel ahli. Siswa mengetahui
minitopik-minitopik itu, seperti irisan teka-teki jigsaw, harus diambil bersama-
sama seluruhnya bertalian untuk keberhasilan presentasi tim untuk kelas.
Interaksi dengan teman sebaya atas suatu topik umum berkenaan dengan
melengkapi suatu kesempatan untuk beberapa pembelajaran yang sangat
penting untuk terjadi.
Selama presentasi minitopik, pembagian kerja dalam tim mungkin dianjurkan
juga bahwa salah satu anggota tim membuat catatan, yang lainnya mengajukan
kritik, yang lainnya berperan sebagai pendukung, dan yang lainnya mengecek
bagian-bagian pendapat yang benar dan yang keliru dalam informasi yang
dipresentasikan.
Waktu mungkin disediakan untuk umpan-balik, siswa bisa melaporkan
kembali kepada tim setelah mereka meneliti, memperbaiki, atau memikirkan-
kembali minitopik mereka dalam penjelasan dari umpan-balik yang mereka
terima dari tim. Anggota mendorong anggota tim untuk mengetahui sisa
pertanyaan yang berkenaan dengan minitopik yang tidak terjawab; anggota
tim dapat merespon untuk kelompok mereka.
14
Tahap 7: Persiapan presentasi tim
Siswa didorong untuk mengintegrasikan semua material minitopik dalam
presentasi tim. Di sini harus terjadi suatu sintesis aktif dari minitopik yaitu
selama diskusi tim, tampilan tim akan menjadi lebih dari seluruh presentasi
minitopik.
Diskusi dalam bentuk presentasi tim akan mengikuti sintesis material
minitopik. Presentasi panel yang mana masing-masing laporan anggota tim
pada minitopik juga mengecilkan hati, seperti mereka bisa menampilkan suatu
kesalahan untuk mendekati sintesis kooperatif tingkat tinggi. Bentuk tampilan
akan ditentukan oleh isi material. Sebagai contoh, bila suatu kelompok tidak
dapat datang untuk suatu konsensus, bentuk ideal untuk presentasi mereka
akan menjadi tampilan suatu debat untuk kelas. Format tanpa-ceramah, seperti
pameran, demonstrasi, pusat belajar, lakon pendek yang lucu, dan tim yang
berhubungan dengan diskusi kelas sangat didorong. Penggunaan papan tulis,
overhead, media pandang-dengar, dan ringkasan juga didorong.
Tahap 8: Presentasi tim
Selama presentasi, tim mengambil kontrol ruangan-kelas. Anggota tim
dapat merespon mengenai waktu, ruangan, dan sumber-sumber kelas yang
digunakan selama presentasi mereka; dan mereka didorong untuk membuat
penggunaan penuh dari fasilitas-fasilitas ruang-kelas.
Karena tim sulit mengelola waktu secara umum harus menunjuk seorang
pencatat waktu kelas yang bukan anggota dari tim yang tampil. Pencatat
waktu mengangkat kartu perhatian bila ada lima, satu, dan tidak ada menit
yang tersisa.
Tim bisa masuk dalam periode menjawab-pertanyaan presentasinya
dan/atau waktu untuk mengomentari dan umpan-balik. Sebagai tambahan,
selama mengikuti presentasi guru bisa menemukan manfaat presentasi untuk
membawa suatu bagian umpan-balik dan/atau untuk wawancara tim, yaitu tim
lainnya dapat belajar sesuatu dari apa yang terlibat dalam pengembangan
15
presentasi. Teristimewa tim yang berhasil diangkat sebagai model. Selama
wawancara di akhir-presentasi, guru mengungkap strategi-strategi yang bisa
berguna untuk tim lainnya pada unit Co-Op Co-Op yang akan datang.
Tahap 9: Evaluasi
Evaluasi mengambil tempat pada tiga tingkatan, yaitu: (1) tampilan tim
dievaluasi oleh kelas; (2) kontribusi individu untuk usaha tim dievaluasi oleh
anggota tim; dan (3) tulisan atau presentasi minitopik dari masing-masing
siswa dievaluasi oleh guru.
Mengikuti masing-masing presentasi, guru bisa menunjukkan suatu
diskusi kelas mengenai kekuatan dan kelemahan isi dan format presentasi.
Bentuk evaluasi formal juga kadang-kadang digunakan untuk anggota tim dan
kontribusi tim.
Beberapa cara pembelajaran CO-Op Co-Op menyatakan bahwa guru dan
kelas menyukai untuk aktif belajar dan berbagi hadiah; yang lainnya menyukai
evaluasi formal. Dalam kasus lainnya, kelas akan dapat mempunyai
pertimbangan pernyataan dalam menentukan bentuk evaluasi.
Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op
Co-op di dalam pembelajaran sejarah pada siswa kelas II SMP untuk
kelompok eksperimen. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya model
pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dapat berlaku secara umum dalam
semua bidang studi dan penelitian ini menggunakan spesialisasi tugas untuk
setiap anggota kelompok.
16
C. Prestasi Belajar
Prestai belajar dimulai dengan kegiatan atau aktivitas, setelah itu belajar
dan terakhir baru prestai belajar.
1. Aktivitas
Kata “Aktivitas” berasal dari Bahasa Inggris ‘activity’ yang artinya
‘state of action, lireliness or ingorous mation’ (Webster’ New American
Dictionary: 12). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia kata ini berarti
kebenaran dari perlakuan, kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau
giat dalam melakukan gerak-gerik, usul. Dalam bahasa Indonesia aktif
berarti giat belajar, giat berusaha, dinamis, mampu berkreasi dan beraksi
(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 32).
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa, baik
dalam aktivitas jasmani maupun dalam aktivitas rohani. Aktivitas ini jelas
merupakan ciri bahwa siswa berkeinginan untuk mengikuti proses. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemui ciri-ciri seperti berikut (Tim
Instruktur PKG, 1992: 2):
1. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
2. Terjadi interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa
3. Siswa terlibat dan bekerjasama dalam diskusi kelompok
4. Terjadi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
5. Siswa berpartisipasi dalam menyimpulkan materi.
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari
(Nana Sudjana, 2000: http://www.scribd.com/doc/90372008):
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2. Terlibat dalam pemecahan masalah
3. Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
17
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
2. Belajar
Belajar dalam Bahasa Inggris adalah “Study” yang artinya ‘The act
of using the mind to require knowledge’ (Webster’ New American
Dictionary: 1993). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia, belajar
adalah perbuatan menggunakan ingatan/pikiran untuk mendapatkan/
memperoleh pengetahuan. Belajar artinya berusaha untuk memperoleh
ilmu atau menguasai suatu keterampilan; juga berarti berlatih (Kamus
Besar Bahasa Indonesia: 27). Selanjutnya belajar juga berarti perubahan
yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat
pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dari praktek yang
dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen Diknas No. 41 tahun
2007). Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah penggunaan pikiran untuk memperoleh ilmu. Ini berarti bahwa
belajar adalah perbuatan yang dilakukan dari tahap belum tahu ke tahap
mengetahui sesuatu yang baru.
Prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar
siswa aktif adalah: stimulus, perhatian dan motivasi, respon, penguatan
dan umpan balik (Sriyono, 1992: http://www.scribd.com/doc/90372081).
Juga dikatakan bahwa ativitas belajar berupa keaktifan jasmani dan rohani
yang meliputi keaktifan panca indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan
keaktifan emosi. Pendapat lain menyatakan bahwa aktivitas belajar
dilakukan dalam bentuk interaksi antara guru dengan siswa dan antara
siswa siswa dengan siswa lain (Abdul, 2002 dalam
http://www.scribd.com/doc/90372081/).
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa belajar
sebenarnya merupakan cara yang membuat siswa aktif, baik dengan
penggunaan cara simulasi, respon, motivasi, penguatan, umpan balik yang
dapat membangkitkan keaktifan jasmani dan rohani siswa sehingga
18
muncul interaksi antar siswa dengan guru begitu juga interaksi antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya.
Dengan menggabungkan semua pendapat yang telah disampaikan
serta pengertian-pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah penggunaan ingatan atau pikiran untuk memperoleh
pengetahuan baru yang belum diketahui sebelumnya dengan penggunaan
cara-cara tertentu seperti Inquiri, simulasi, respon, motivasi, penguatan,
umpan balik yang dapat membangkitkan keaktifan siswa baik jasmani
maupun rohani yang dapat membangun interaksi positif bagi para siswa.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar ................ sama dengan prestasi belajar bidang studi
yang lain merupakan hasil dari proses belajar siswa dan sebagaimana biasa
dilaporkan pada wali kelas, murid dan orang tua siswa setiap akhir
semester atau akhir tahun ajaran.
Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi
anak didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau
angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa
dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa
yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan
kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan
tingkah laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka
perubahan tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman
untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya
di sekolah. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar
atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
19
Dengan mengkaji hal tersebut di atas, maka faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar menurut Purwanto (2000: 102) antara lain:
(1) faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat disebut
faktor individual, seperti kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
motivasi, dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu yang
disebut faktor sosial., seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru
dan cara mengajamya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-
mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Dalam penelitian ini factor ke 2 yaitu factor yang dari luar seperti guru dan
cara mengajarnya yang akan menentukan prestasi belajar siswa. Guru
dalam hal ini adalah kemampuan atau kompetensi guru, pendidikan dan
lain-lain. Cara mengajarnya itu merupakan factor kebiasaan guru itu atau
pembawaan guru itu dalam memberikan pelajaran. Juga dikatakan oleh
Slamet (2003: 54-70) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja,
yaitu faktor intern dan faktor ekstem. Faktor intern diklasifikasi menjadi
tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
Faktor jasmaniah antara lain: kesehatan, cacat tubuh. Faktor psikologis
antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan. Faktor kelelahan antara lain: kelelahan jasmani dan rohani.
Sedangkan faktor ekstern digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor
keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. Faktor keluarga antara lain:
cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah antara lain: metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat antara lain: kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat. Peningkatan prestasi belajar yang penulis teliti dalam hal ini
dipengaruhi oleh factor ekstern yaitu metode mengajar guru.
Sardiman (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat vital dalam
dunia pendidikan, mengingat prestasi belajar itu dapat berperan sebagai
20
hasil penilaian dan sebagai alat motivasi. Adapun peran sebagai hasil
penilaian dan sebagai alat motivasi diuraikan seperti berikut.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dibicarakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan prestasi siswa
setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan
bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa.
Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan
siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting
adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar,
baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan
dibicarakan mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian dan pada
pembahasan berikutnya akan dibicarakan pula prestasi belajar sebagai alat
motivasi. Prestasi belajar sebagai hasil penilaian sudah dipahami. Namun
demikian untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui, bahwa
penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan rendahnya prestasi
belajar itu sendiri.
Abdullah (dalam Mamik Suratmi, 1994: 22), mengatakan bahwa
fungsi prestasi belajar adalah: (a) sebagai indikator dan kuantitas
pengetahuan yang telah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai lambang
pemenuhan keingintahuan, (c) informasi tentang prestasi belajar dapat
menjadi perangsang untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan (d) sebagai
indikator daya serap dan kecerdasan murid.
Mohammad Surya (1979), mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
antara lain dari sudut si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut
situasi belajar.
Bila kita coba lihat lebih dalam dari pendapat di atas, maka prestasi
belajar dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri
atau faktor dalam diri siswa dan faktor luar. Faktor dalam diri siswa seperti
IQ, motivasi, etos belajar, bakat, keuletan, dan lain-lain sangat
berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
21
Penjelasan Surya selanjutnya adalah: dari sudut si pembelajar (siswa),
prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan
jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dan
kemampuan berinteraksi siswa. Sedangkan yang bersumber dari proses
belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
sangat menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi
pelajaran dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran
yang tepat, mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki
kemampuan untuk menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa untuk
belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar
siswa. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang
berbentuk angka sebagai simbol dari ketuntasan belajar bidang studi
sejarah. Prestasi belajar ini sangat dipengaruhi oleh factor luar yaitu guru
dan metode. Hal inilah yang menjadi titik perhatian peneliti di lapangan.
Terkait dengan penelitian ini, untuk mengukur prestasi
belajar ................... digunakan tes hasil belajar, dengan mengacu pada
materi pelajaran .................. pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang berlaku di sekolah ini.
D. Kerangka Berpikir
Kemampuan menampilkan sesuatu yang baik di depan orang lain bukan
merupakan hal yang gampang untuk dilakukan. Hal ini memerlukan pelatihan-
pelatihan yang perlu dimatangkan, dilatih, diulang serta dicoba beberapakali
tampilan.
Kemampuan menampilkan sesuatu yang baik tentu memerlukan
bimbingan orang lain, dalam hal ini adalah bimbingan guru terhadap
siswanya. Apabila guru telah melakukan inovasi-inovasi untuk mematangkan
siswanya memperoleh kemampuan yang diharapkan dalam menampilkan
sesuatu tentu dapat diharapkan para siswa akan memiliki kebiasaan-kebiasaan,
22
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan. Untuk dapat terwujudnya apa
yang diharapkan tersebut, inovasi langkah-langkah yang diupayakan guru
akan dapat memecahkan permasalahan yang ada. Langkah-langkah Co-Op
Co-Op tersebut meliputi: diskusi kelas yang terpusat pada siswa, pemilihan
tim belajar, pemilihan topik, pemilihan mini topik, persiapan mini topik,
presentasi mini topik, persiapan presentasi tim, presentasi tim, dan evaluasi.
Dasar berpikir inilah yang dijadikan acuan dalam memecahkan masalah yang
sedang diteliti.
E. Hipotesis Tindakan
Melihat langkah-langkah model pembelajaran Co-Op Co-Op yang ampuh
dalam memecahkan masalah yang ada, yang lebih diyakini lagi dengan
kebenaran teori yang disampaikan, maka hipotesis tindakan ini dapat
dirumuskan seperti berikut:
Langkah-langkah Model Pembelajaran Co-Op Co-Op dapat
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas...... SMA
Negeri ...................................
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh karenanya,
rancangan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan.
Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka
atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai
tujuan tercapai (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 6-7).
Dalam melaksanakan penelitian, rancangan merupakan hal yang sangat
penting untuk disampaikan. Tanpa rancangan, bisa saja alur penelitian akan
ngawur dalam pelaksanaannya.
Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang
disampaikan oleh ........................ seperti terlihat pada gambar berikut.
24
IDE AWAL
Temuan dan Analisa
Rencana UmumLangkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3
ImplementasiLangkah Tindk. 1
Minitor Implementasi dan Efeknya
Penjelasan kegagalan untuk implementasi
Revisi rencana umum
Rencana diperbaiki
Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3
Implementasi langkah berikut
Monitor implementasi dan efek
Jelaskan setiap implementasi dan efek Revisi ide umum
Rencana diperbaiki
Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3
Implementasi langkah berikut
Monitor implementasi dan efek
DAUR
DAUR
DAUR
Model No. 1 (Model Ebbut) (Desain 1)
Model Ebbut merupakan salah satu model PTK yang dikembangkan oleh
Dave Ebbut.
Gambar 1
Penelitian Tindakan Model Ebbut (1985)
25
REFLECT
TA
Plan
Plan
Plan
Plan
REFLECT
TA
1
2
5
6
4
3
8
7
Model No. 2 (Kemmis dan Mc. Taggart) (Desain 2)
Gambar 2
Penelitian Tindakan Model Spiral (Kemmis & Mc Taggart, 1988)
Sebagai alur PTK, Kemmis dan Mc. Taggart memberi contoh sebagai
berikut:
1. Siswa mengira bahwa sain sekedar mengingat fakta dan bukan proses
inkuiri. Bagaimana saya dapat merangsang inkuiri pada siswa? Apakah
dengan mengubah teknik bertanya? Teknik bertanya yang sama?
Menukar strategi bertanya agar siswa dapat menggali jawaban atas
pertanyaan sendiri.
26
Ide Umum
Reconnaissance
Rencana Menyeluruh
Memperbaiki/ Mengubah
Tindakan 2 dst Tindakan 1 Tindakan 3 dst
Tindakan 2 dst
atauMonitor dan
reconnaissance
Pengintaian/ Peninjauan
Rencana Menyeluruh
Rencana Menyeluruh
atau
atau
Model No. 3 (Elliot) (Desain 3)
Gambar 3
Penelitian Tindakan Model Elliot (1991)
Ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-
langkah yang ada di dalam model PTK yang dikembangkan oleh Ebbut, Elliot,
dan Kemmis. Bila guru akan menerapkan atau mengadopsi untuk penelitian
tindakan kelas.
27
TINDAKAN DAUR ITindakan perlu perbaikan DAUR 2
Penerapan Definisi masalah
Evaluasi tindakan Need assessement
Implementasi tindakan Hipotesis ide
Develop action plan T 1
Penerapan Redefine problem
Evaluate action Need assessement
Impl. Revise plan New hypothesis
Revise action plan T 2
dst
Model No. 4 (Mc. Kernan) (Design 4)
Gambar 4
Penelitian Tindakan Model Mc. Kernan ((1991)
Diadopsi dari (Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002: 46 – 54)
Perlu diketahui bahwa sebenarnya model-model ini lebih memberikan
gambaran garis besar proses daripada suatu teknologi. Urutan langkah-langkah
memang diperlihatkan, tetapi hanya sedikit sekali yang menyinggung soal
‘apa’nya dan ‘bagaimana’ antara langkah-langkah ini. Tidak mengherankan
kalau model-model ini dapat membingungkan para praktisi. Bahkan Ebbut
sendiri mengakui bahwa gambar Elliot cenderung sulit untuk dimengerti.
28
Model No. 5
Gambar 5. Rancangan Penelitian
Diadopsi dari Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006)
29
Permasalahan
Siklus I
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi
I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi
II
Pengamatan/ Pengumpulan Data
II
Permasalahan baru
hasil refleksi
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Apabila
permasalahan belum
terselesaikan
Siklus II
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas......... SMA
Negeri ................................... Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 01. Nama-nama siswa Kelas ..... SMA Negeri ..........................
No Nama Siswa1 Abdurrahman2 Saleh3456789101112131415161718192021222324252627282930
2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan
prestasi belajar siswa kelas ....... SMA Negeri ............................. setelah
diterapkan model Co-Op Co-Op dalam proses pembelajaran.
30
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan .................... sampai
bulan ...................... Sebagai gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
31
Tabel 02. Jadwal Penelitian
No Kegiatan1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal dan
perencanaan tindakan I
2. Pelaksanaan tindakan I
3. Pengamatan/pengumpulan data I
4. Refleksi I
5. Perencanaan tindakan II
6. Pelaksanaan tindakan II
7. Pengamatan/ pengumpulan data II
8. Refleksi II
9. Penulisan laporan/ penjilidan
32
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan observasi dan tes
prestasi belajar.
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini
adalah metode deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data
kuantitatif. Untuk data kualitatif dianalisis dengan memberi pertimbangan-
pertimbangan, memberi komentar-komentar, mengklasifikasikan data,
mencocokan dengan validitas internal dan validitas eksternal, mencari
hubungan-hubungan, mencari perbandingan-perbandingan, mengkategorikan
data dan selanjutnya membuat kesimpulan refleksi dengan mencari makna dari
kesimpulan hubungan antarkategori.
Sebelum melakukan analisis kualitatif sebaiknya kita mencoba melihat
pendapat para ahli analisis. Menurut Matthew B. Miles dan A. Michael
Hubberman (1992: 390), dalam penelitian kualitatif cendrung diabaikan. Ini
terjadi karena inti penelitian kualitatif adalah menjangkau sesuatu yang lebih
dari sekedar, yang dapat dikatakan kepada kita akan pentingnya kualitas
tersebut. Selanjutnya dikatakan, akan tetapi sebagaimana yang kita perhatikan
sebelumnya, terjadi banyak perhitungan pada saat penentuan kualitas dibuat.
Jadi dalam penelitian kualitatif perlu diketahui, yang pertama-tama adalah
bahwa kita juga menghitung. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari
mean, median, modus, standar deviasi, membuat interval kelas dan melakukan
penyajian dalam bentuk tabel dan grafik.
F. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar
No Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Materi Indikator Bentuk Tes
2. Instrumen Penelitian
Instrumen Penilaian Prestasi Belajar Siswa
Instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa kelas.........
adalah tes. Tes ini terdiri dari...... soal dengan bentuk tes adalah.......,
seperti terlihat di bawah ini.
34
Tes Prestasi Belajar :.....................
Hari/Tanggal :
Petunjuk : Jawablah ...................................
35
G. Indikator Keberhasilan Penelitian
Dalam penelitian ini diusulkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu untuk
prestasi belajar siswa diharapkan pada siklus I mencapai nilai 6,5 dan pada
siklus II mencapai nilai 8,5.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini, akan dipaparkan data yang diperoleh dari penelitian
tindakan ini secara rinci berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA
Negeri ................................ Sebelum menyampaikan hasil-hasil penelitian ada
baiknya dilihat dahulu pendapat para ahli pendidikan berikut: dalam
menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu menyajikan uraian
masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek
keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang
mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan
grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi
disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas (Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa yang harus
dilihat dalam Bab ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat sesuai
perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaanya, apa hasil yang dicapai,
sampai pada refleksi berikutnya semua hasilnya. Oleh karenanya pembicaraan
pada bagian ini dimulai dengan apa yang dilakukan dari bagian perencanaan.
1. Siklus I
1. Rencana Tindakan I
Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi:
a. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
akan dilaksanakan dengan metode Co-Op Co-Op sepeti terlihat
pada lampiran 8. Berdasar hasil awal kemampuan siswa kelas.....
yang tertera pada latar belakang, peneliti merencanakan kegiatan
yang lebih intensif seperti berkonsultasi dengan teman-teman guru
dan kepala sekolah tentang persiapan pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode Co-Op Co-Op .
37
b. Menentukan waktu pelaksanaan, yang menyangkut hari, tanggal,
sesuai dengan jadwal penelitian yaitu pada minggu ke..... bulan....
c. Meminta kepada teman-teman guru bidang studi sejenis dan kepala
sekolah sebagai mitra kesejawatan dalam pelaksanaan RPP yang
sudah direncanakan. Hasilnya adalah kesiapan teman-teman guru
untuk ikut melaksanakan supervisi kunjungan kelas.
d. Menentukan yang menjadi prinsip supervisi teknik kunjungan
kelas. Hasilnya adalah format-format perencanaan teknik
kunjungan kelas untuk penilaian guru (terlampir di lampiran 7).
e. Sebelum masuk kelas, peneliti meminta guru untuk membawa
lembar penilaian yang berisikan tentang penilaian proses
pembelajaran. Berdasar format yang sudah dibawa guru, peneliti
melakukan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan supervisi kelas adalah:
a) Supervisor sudah diberitahu terlebih dahulu untuk memahami
metode pembelajaran yang menggunakan Co-Op Co-Op dan
kehadirannya di kelas bukan mencari kesalahan, tetapi untuk
kepentingan bersama yaitu memperbaiki pembelajaran.
b) Supervisor telah diberitahu untuk lebih memahami tentang
prinsip-prinsip supervisi sehingga tidak lagi cenderung
instruktif dan lebih bersahabat dengan prinsip kesejawatan.
c) Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor diharapkan
menunjukkan rasa kesejawatan yang akrab.
d) Guru yang disupervisi diharap tidak selalu memperhatikan
supervisor, tetapi tetap berkonsentrasi pada pelaksanaan
pembelajaran.
f. Peneliti memberikan penjelasan pada siswa bahwa kehadiran
supervisor ke kelas bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan
guru dalam pembelajaran, tapi untuk meningkatkan kemampuan
menguasai ilmu.
38
g. Memperbanyak jumlah/frekuensi kunjungan kelas dalam siklus
berikutnya sehingga kedekatan supervisor dengan guru dan siswa
akan terjalin dengan baik.
h. Merencanakan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan.
Menentukan bahan pelajaran, dengan cara menyesuaikan dengan
silabus yang berlaku dan penjabarannya dengan cukup baik.
i. Memilih dan mengorganisaasikan materi, media, dan sumber
belajar.
Pada siklus pertama ini, peneliti mengorganisasikan materi
pembelajaran dengan baik. Urutan penyampaiannya dari yang
mudah ke yang sulit, cakupan materi cukup bermakna bagi siswa,
menentukan alat bantu mengajar. Sedangkan dalam penentuan
sumber belajar sudah disesuaikan dengan tujuan, materi
pembelajaran dan tingkat perkembangan peserta didik.
j. Merancang skenario pembelajaran.
Skenario pembelajaran disesuikan dengan tujuan, materi dan
tingkat perkembangan siswa, diupayakan variasi dalam
penyampaian. Susunan dan langkah-langkah pembelajaran sudah
disesuaikan dengan tujuan, materi, tingkat perkembangan siswa,
waktu yang tersedia, sistematiknya adalah menaruh siswa dalam
posisi sentral, mengikuti perubahan strategi pendidikan dari
pengajaran ke pembelajaran sesuai Permen Diknas No. 41 Tahun
2007.
2. Pelaksanaan Tindakan I
a. Pengelolaan Kelas
Mengelola kelas dengan persiapan yang matang, mengajar materi
dengan benar sesuai perencanaan di RPP.
b. Alat Penilaian
Pembahasan dan jenis penilaian, terlampir di RPP berikut format
penilaian, memulai dengan pembukaan, pembelajaran inti,
pembelajaran penutup dan dilanjutkan dengan penilaian.
39
c. Penampilan
Penampilan secara umum, peneliti berpakaian rapi, menggunakan
bahasa yang santun, menuntun siswa semaksimal mungkin dengan
penggunaan metode Co-Op Co-Op, peneliti mengupayakan strategi
agar mudah mengamati siswa yang sedang belajar. Setelah
pembelajaran selesai dilakukan, dilanjutkan dengan mengadakan
pertemuan dengan guru yang mengawasi proses pembelajaran
untuk mendiskusikan hasil pengamatan
d. Dari diskusi dengan guru, terungkap bahwa:
1. Pembelajaran yang dilakukan belum maksimal, karena peneliti
baru pertamakali mencoba metode ini.
2. Siswa-siswa memang belum aktif menerima pelajaran dan
memberi tanggapan, ini sesuai dengan tujuan metode Co-Op
Co-Op.
3. Peneliti mengusulkan agar guru yang mengamati mau kembali
dan bersedia mengamati kembali pada kesempatan di siklus II.
4. Untuk sementara, peneliti belum yakin bahwa pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas akan meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa, tetapi menurut pengamat, cara yang
dilakukan peneliti cukup mampu mendorong meningkatkan
kreativitas dan prestasi belajar.
5. Penyampaian pengamat pada peneliti dapat disampaikan
sebagai berikut:
Pengelolaan ruangan, waktu, dan fasilitas belajar
Dalam mengelola ruang kelas, waktu serta fasilitas belajar,
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Peneliti menyediakan alat bantu/media pembelajaran.
2) Peneliti kurang memperhatikan kebersihan papan tulis,
kebersihan seragam siswa, dalam hal lain yang berguna
untuk menumbuhkan motivasi belajar dan disiplin siswa.
3) Peneliti belum begitu baik dalam waktu. Memulai
pelajaran tidak tepat waktu akibat hal-hal tertentu.
40
6. Penggunaan strategi pembelajaran
1) Jenis kegiatan sesuai dengan tujuan serta lingkungan
siswa. Namun, guru kurang memperhatikan kebutuhan
siswa, guru masih menerapkan gaya pembelajaran
tradisional. Guru juga kurang memperhatikan disiplin
siswa. Banyak siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru.
2) Guru sama sekali tidak menggunakan alat bantu pelajaran,
walaupun sekolah telah menyediakannya.
3) Dalam menjelaskan pelajaran, guru kurang
memperhatikan keterkaitan materi yang satu dengan
materi yang lain. Guru tidak memberikan kesimpulan dan
tindak lanjut pada akhir pelajaran.
4) Kelebihannya, guru telah menggunakan cara
pembelajaran yang baru yaitu Co-Op Co-Op.
7. Pengelolaan interaksi kelas
1) Penjelasan guru cukup dimengerti oleh siswa. Hal ini bisa
dilihat dari respon siswa. Jika ada siswa yang belum
mengerti, guru berusaha menjelaskan ulang.
2) Dalam bertanya, guru menggunakan kata atau tindakan
yang mengurangi keberanian siswa untuk bertanya atau
menjawab pertanyaan guru. Guru mengabaikan partisipasi
aktif siswa.
3) Dalam menyajikan pelajaran, guru menggunakan
komunikasi lisan, tulisan, isyarat, token atau gerakan
badan. Pembicaraan guru cukup lancar dan dimengerti
siswa, namun gerakan badan atau tangan guru kurang
menunjukkan keantusiasan dalam mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif.
4) Guru tidak membantu siswa dalam mengingat kembali
pengalaman atau pengetahuan yang telah diperoleh siswa
dan kurang memberikan peluang kepada siswa yang pasif
41
untuk berpartisipasi. Guru tidak memberi pertanyaan yang
menggali reaksi siswa. Cara guru merespon siswa yang
berpartisipasi aktif masik kurang baik.
5) Dalam mengakhiri pelajaran, guru kurang mengupayakan
kesimpulan yang lengkap. Guru juga kurang melibatkan
siswa dalam membuat kesimpulan. Dengan demikian,
pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.
8. Sikap guru
1) Dalam kegiatan pembelajaran, kadang-kadang guru
kurang bersikap ramah. Guru kurang menunjukkan sikap
bersahabat dengan siswa. Dalam menegur siswa yang
berbuat salah, guru menggunakan kata yang kurang
sopan. Jika ada pendapat siswa yang kurang sesuai
dengan pendapat guru, guru langsung menepis begitu saja.
2) Guru sangat bergairah dalam mengajar. Hal itu terlihat
dari ekspresi wajah dan pandangan matanya. Tetapi, suara
monotun, isyarat tangan dan gerakan tubuh kurang
beraturan.
3) Dalam membantu siswa yang menghadapi kesulitan,
bantuan guru kurang maksimal. Guru juga tidak
mendorong siswa untuk memecahkan masalah sendiri.
4) Guru tidak memperhatikan perbedaan individual siswa.
Guru tidak memberi perhatian khusus kepada siswa yang
memiliki kelainan, misalnya yang suka usil, pembohong
yang pura-pura ikut bekerjasama, tapi dia ngomong lain-
lain dari pelajaran. Guru juga tidak memberikan
penghargaan kepada siswa yang memiliki kelebihan. Guru
tidak membina kerjasama diantara siswa.
9. Pelaksanaan penilaian
Guru mengadakan apersepsi penilaian awal sehingga guru
mengetahui kesiapan siswa terhadap materi pelajaran yang
42
akan diajarkan. Penilaian juga dilakukan dalam proses
pembelajaran.
10. Kesan umum dalam proses
1) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
cukup jelas, tetapi kurang baku karena bercampur dengan
bahasa daerah. Demikian juga Tata Bahasa Indonesianya
kurang baik.
2) Penampilan guru dilihat dari perkataan, rambut dan
perlengkapan yang lain cukup rapi. Suara cukup jelas
tetapi kurang bervariasi. Posisi guru juga kurang ada
variasi.
3. Refleksi Siklus I
Sebelum memulai refleksi, ada baiknya melihat pendapat para
pakar pendidikan tentang apa yang dimaksud dengan refleksi.
Pendapat ini akan merupakan panduan terhadap cara atau hal-hal yang
perlu dalam menulis refleksi. Refleksi merupakan kajian secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin,
1993 dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80).
1) Analisis kuantitatif prestasi belajar siswa siklus I
Sesuai data pada lampiran ..........
1. Rata-rata (mean) yang diperoleh adalah.................................
2. Median (titik tengahnya) adalah ............................................
3. Modus (angka yang paling banyak muncul)..............................
4. Standar deviasi dihitung dengan rumus:
SD = √∑ (X−x)2
N−1
SD = √ …..(…… .. x …….)2
N−1
43
SD = 1,549
No Nama Siswa Nilai(X)
(X-x) (X-x)2
X
5. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal
berikut dihitung terlebih dahulu.
1. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) = ........
2. Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum
3. Panjang kelas interval (i) = rK
=………
4. Tabel data kelas intervalNo
Urut Interval NilaiTengah
FrekuensiAbsolut
FrekuensiRelatif
1 4.0 – 4.95 3 302 5.0 – 5.95 1 103 6.0 – 6.9 3 304 7.0 – 8.0 3 30
Total ........... 100
Frekuensi Relatif = nilai F absolut
jumlahnilai f absolut x 100
5. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
Contoh Histrogram
44
10
9
8
7
6
5
4
3
2
10
0 4 5 6 7 8
Grafik 01. .......................................................
Untuk penyajian tabel rekapitulasi hasil penelitian ini
sekaligus disampaikan pada akhir analisis refleksi siklus II.
2. Siklus II
1. Perencanaan
Dengan melihat semua hasil yang didapat pada siklus I, baik
refleksi data kualitatif maupun refleksi data kuantitatif, maka untuk
perencanaan pelaksanaan penelitian di siklus II ini ada beberapa hal
yang perlu dilakukan yaitu:
a. Peneliti merencanakan kembali jadwal untuk melakukan
pembelajaran di kelas dengan melihat jadwal penelitian pada Bab
III dan waktu dalam kalender pendidikan. Hasil dari refleksi siklus
i merupakan dasar dari pembuatan perencanaan di siklus ini.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik serta
membuat instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan
data yang dibuat seperti instrumen-instrumen sebelumnya yang
meliputi instrumen observasi keaktifan belajar dan instrumen tes
prestasi belajar.
c. Merencanakan kunjungan kelas bersama-sama guru dan kepala
sekolah sebagai upaya trianggulasi data. Untuk ini peneliti
berkonsultasi dengan kepala sekolah, minta kesediaannya untuk
ikut proses pembelajaran yang dilakukan. Inovasi ini dilakukan
agar peneliti dapat berupaya lebih maksimal untuk melaksanakan
pembelajaran yang lebih baik dan lebih berkualitas. Hasil
konsultasi dengan kepala sekolah adalah adanya kesiapan kepala
sekolah untuk ikut melakukan supervisi kunjungan kelas. Guru
yang akan mengobservasi diberitahu bahwa kepala sekolah akan
ikut berpartisipasi, masuk ke ruangan untuk bersama-sama
melakukan supervisi. Hal ini diberitahukan pada guru dengan
45
harapan agar guru yang akan mengobservasi bisa lebih siap lagi
untuk melakukan supervisi yang lebih berkualitas.
d. Bersama guru merancang skenario penerapan pembelajaran dengan
melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dengan
mengidentifikasi hal-hal yang bisa dilakukan untuk peningkatan
pembelajaran. Untuk hal ini, semua catatan tentang kekurangan
yang ada di siklus I yang merupakan hasil refleksi disampaikan
pada guru untuk dipelajari. Memberitahu guru apa-apa yang perlu
dilaksanakan, apa saja yang siswa mesti kerjakan, cara penerapan
metode Co-Op Co-Op yang benar sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Uraian tentang pelaksanaan tindakan pada siklus II ini disampaikan
sebagai berikut:
a. Pada hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal, peneliti memulai
tahap pelaksanaan tindakan dengan membawa semua persiapan
yang sudah dibuat. Terkait Co-Op Co-Op mulai diupayakan dalam
pembelajaran, pada kali yang kedua ini peneliti mengajak kepala
sekolah untuk ke kelas dan ikut melakukan pengamatan. Hal ini
dilakukan dengan harapan peneliti akan lebih bersemangat untuk
dapat melaksanakan pembelajaran lebih serius. Dengan kepala
sekolah ikut mengamati berarti ada orang lain yang mesti dilihat
oleh siswa yang akan menimbulkan keseriusan mereka yang lebih
dari biasanya. Peneliti membawa instrumen pengamatan observasi
keaktifan belajar dan instrumen tes prestasi belajar. Setelah masuk
kelas bersama guru yang akan mengamati proses pembelajaran
memulai aktivitas pembelajaran sambil mempersilahkan kepala
sekolah dan guru yang mengamati duduk di bangku paling
belakang yang sudah disediakan. Setelah pelaksanaan
pembelajaran berjalan, tiba-tiba kepala sekolah dicari oleh
pegawainya karena ada urusan kantor, sehingga pengamatan
melaksanakan pembelajaran hanya dilanjutkan oleh guru yang
46
penulis minta untuk mengobservasi proses selanjutnya. Di
belakang, guru yang mengamati proses pembelajaran sangat aktif
menulis hal-hal yang terjadi di kelas untuk memberi penilaian
terhadap kemampuan dan profesionalisme guru sedangkan di
depan kelas peneliti sibuk dengan pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas. Pada pembelajaran inti peneliti
melaksanakan explorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan
membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil untuk siap
menerima pembelajaran, dan terakhir peneliti melaksanakan
penutupan pembelajaran. Untuk pelaksanaan explorasi, elaborasi
dan konfirmasi bagian-bagiannya cukup banyak dan penulis tidak
paparkan panjang lebar karena kegiatan yang mesti dilakukan
seperti diskusi, presentasi dan lain-lain sudah bisa dibaca pada
instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilampirkan di
lampiran 8.
3. Observasi/Penilaian
Penilaian terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan pada saat
peneliti melakukan tindakan. Peneliti menilai keaktifan belajar siswa
sesuai format penilaian aktivitas belajar yang dibawa. Dari catatan-
catatan yang cepat tersebut penulis mengetahui dibagian mana
diperbaiki, dibagian mana diperlukan penekanan-penekanan, dibagian
mananya perlu diberi saran-saran serta penguatan-penguatan.
Disamping itu pada catatan cepat yang dilakukan peneliti, dicatat juga
kreativitas siswa, kemauan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam
pembelajaran, kontribusi diantara para siswa. Apabila semua ini
terlaksana dengan baik sudah pasti guru dalam melaksanakan tugas
pembelajaran akan cukup profesional. Pelaksanaan penilaian akhirnya
dilanjutkan minggu depannya karena setelah guru melakukan proses
pembelajaran, waktu untuk memberikan tes tidak mencukupi sehingga
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
47
4. Refleksi Siklus II
Analisis Kuantitatif untuk Perolehan Nilai Tes Prestasi Belajar Siklus
II
Sesuai data pada lampiran 13.
1. Rata-rata (mean) hasil tes prestasi belajar siswa adalah ............
2. Median (titik tengahnya) adalah ............................................
3. Modus (atau angka yang paling sering muncul) adalah.......
4. Standar deviasinya adalah: ............................
5. Untuk menyajikan data tersebut dalam bentuk grafik maka
dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
1) Banyak kelas dihitung dengan rumus STURGES:
K = 1 + 3,3 x log N
= .......................
= .......................
= .......................
2) Rentangan dihitung dengan:
r = skor maksimum – skor minimum
= ................ - ................
= .............
3) Panjang kelas interval dihitung dengan:
i =rK
=¿
i = ...................
4) Tabel data kelas interval disajikan sebagai berikut:
NoUrut
Interval NilaiTengah
FrekuensiAbsolut
FrekuensiRelatif
1 16 – 17,20 2345
Total ........... 100
48
1009080706050403020100
100200300400500600700
6. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
Contoh Histrogram
Grafik 02. .......................................................
49
Tabel ....... Rekapitulasi Hasil Penelitian dari Siklus I sampai Siklus II
Variabel Awal
Siklus I Siklus II
Skor rata-rata
Rata-rata kenaikan
% kenaikan
Skor rata-rata
Rata-rata
kenaikan
% kenaikan
Prestasi Belajar
50
B. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus I
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembahasan data kualitatif
adalah: kelemahan-kelemahan yang ada, kelebihan-kelebihan, perubahan-
perubahan, kemajuan-kemajuan, efketivitas waktu, keaktifan yang
dilakukan, konstruksi, kontribusi, diskripsi fakta, pengecekan validitas
internal dan validitas eksternal, identifikasi masalah, faktor-faktor yang
berpengaruh, cara-cara untuk memecahkan masalah, pertimbangan-
pertimbangan, perbandingan-perbandingan, komentar-komentar,
tanggapan-tanggapan, tambahan pengalaman, summary, pendapat-
pendapat, gambaran-gambaran, interpretasi/penafsiran-penafsiran, makna
di belakang perbuatan, trianggulasi, hubungan antaraspek, klasifikasi,
standar-standar penetapan nilai, alasan-alasan penggunan teknik tertentu,
alasan penggunaan langkah-langkah tertentu, penggolongan-
penggolongan, penggabungan-penggabungan, tabulasi, pemakaian,
kriteria-kriteria, katagorisasi, pengertian-pengertian, hubungan antar
kategori.
Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes ....................... memforsir
siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Nilai
rata-rata siswa di siklus I sebesar...... menunjukkan bahwa siswa setelah
menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil
ini menunjukkan peningkatan kemampuan siswa menguasai mata
pelajaran ..................... Apabila dibandingkan dengan nilai awal siswa
sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya.
Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama
bahwa penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa yang dalam hal ini adalah metode Co-Op Co-Op. Hal ini
sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan
51
oleh Soedomo, 1990 (dalam Puger, 2004) yang menyatakan bahwa metode
pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap
prestasi belajarnya.
Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran.......
menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, .............., dan .......
sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk
penyelesaian kesulitan yang ada maka penggunaan metode ini dapat
membantu siswa untuk berkreasi, bertindak aktif, bertukar pikiran,
mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi,
bertukar informasi dan memecahkan masalah yang ada bersama
dengan anggota kelompok diskusinya. Hal inilah yang membuat siswa
berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya
adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi mata
pelajaran ........... lebih jauh.
Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi
belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai
dengan tuntutan KKM mata pelajaran............ di sekolah ini yaitu......
Oleh karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan
sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus
selanjutnya.
2. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus II
Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan
bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini
terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai.......... Hasil ini menunjukkan
bahwa metode Co-Op Co-Op telah berhasil meningkatkan kemampuan
siswa menempa ilmu sesuai harapan. Co-Op Co-Op merupakan model
yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka memiliki
kemampuan berkreasi, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara
lugas, bertukar pikiran, berargumentasi, mengingat penggunaan metode ini
adalah untuk memupuk kemampuan berbicara dihadapan orang banyak.
52
Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model
yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru
sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran
karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh
dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain
seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada
dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Mata pelajaran............ menitikberatkan kajiannya pada aspek
kognitif, ............. sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran,
prilaku maupun keterampilan yang dimiliki. Untuk semua bantuan
terhadap hal ini, model Co-Op Co-Op menempati tempat yang penting
karena dapat mengaktifkan siswa secara maksimal. Dari nilai yang
diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai ........, ........ siswa
memperoleh nilai menengah dan ...... siswa memperoleh nilai rendah. Dari
perbandingan nilai ini sudah dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa
dapat ditingkatkan dengan penggunaan model Co-Op Co-Op. Walaupun
penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil, namun pada saat-saat peneliti
mengajar di kelas cara selanjutnya, cara ini akan terus dicobakan termasuk
di kelas-kelas lain yang peneliti ajar.
Setelah dibandingkan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi
kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah ..... naik di
siklus I menjadi........ dan di siklus II naik menjadi ....... Kenaikan ini tidak
bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-
upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu
pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SMA
Negeri ................................
53
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Bertitik tolak dari pemicu rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar
ada pada faktor-faktor seperti metode yang digunakan guru, sehingga
penggunaan atau penggantian metode konvensional menjadi metode-metode
yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti mencoba
metode Co-Op Co-Op dalam upaya untuk dapat memecahkan permasalahan
yang ada.
Bertumpu pada rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa yang
disampaikan pada latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran
Co-Op Co-Op diupayakan untuk dapat menyelesaikan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar. Seberapa besar peningkatan
yang dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis. Dari hasil
penelitian yang telah disampaikan di Bab IV dan dengan melihat semua data
yang telah dipaparkan, dapat disampaikan bahwa pencapaian tujuan penelitian
di atas dapat dibuktikan dengan argumentasi sebagai berikut:
Untuk pencapaian tujuan peningkatan prestasi belajar dapat dilihat bukti-
bukti:
a. Dari data awal ada ....... siswa mendapat nilai di bawah 25 dan pada siklus I
menurun menjadi ...... siswa dan siklus II hanya ....... siswa mendapat nilai
5.
b. Dari rata-rata awal ....... naik menjadi ...... pada siklus I dan pada siklus II
naik menjadi.....
c. Dari data awal siswa yang tuntas hanya ...... orang sedangkan pada siklus I
menjadi lebih banyak yaitu ...... siswa dan pada siklus II menjadi cukup
banyak yaitu ...... siswa.
54
Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan
pembelajaran dapat disampaikan bahwa model Pembelajaran Co-Op Co-Op
dapat memberi jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua
ini dapat dicapai adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak
pembuatan proposal, review hal-hal yang belum bagus bersama teman-teman
guru, penyusunan kisi-kisi dan instrumen penelitian, penggunaan sarana
trianggulasi data sampai pada pelaksanaan penelitian yang maksimal.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi..............................., dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran...............,
penggunaan model pembelajaran Co-Op Co-Op semestinya menjadi
pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti
dapat meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar
informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi
dan lain-lain.
2. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model
pembelajaran Co-Op Co-Op dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat
meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat
diteliti.
3. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti
lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil
penelitian.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/
Adnyani, Nyoman. 2002. Kelemahan-Kelemahan Penerimaan Siswa SMP yang
Beracuan pada NUAN. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Ilmiah
Universitas Mahasaraswati, September 2003.
Anastasi, Anne. 1976. Psychological Testing. Fifth Edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Ardana, Nengah. 1999. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pola Pemberian Tugas dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Fisika pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Skripsi. IKIP Mahasaraswati Tabanan.
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aryana, Wayan. 2003. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September 2003.
Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.
Budiadnya, Made. 2004. Ujicoba Model Pembelajaran Generatif dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di SMP Negeri 5 Singaraja. Tesis. Singaraja: Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.
Budiadnyana, Putu. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Bermodul yang Berwawasan SMK Terhadap Hasil Belajar Biologi (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMA di Singaraja). Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.56
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2002. Co-Op Co-Op . Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
-------. 1996. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran IPS-Sejarah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
-------. 1984/1985. Program Akta Mengajar V-B Komponen Dasar Kependidikan: Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta. National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.
Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Good, Thomas L. & Jere E. Brophy. 1990. Educational Psychology, A Realistic Approach. New York: Longman.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York: Holt, Reinhart and Winston.
Gay, L. R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. Seventh Edition. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.
Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing: History, Principles, and Applications. Boston: Allyn and Bacon.
Gronlund, Norman E. 1982. Constructing Achievement Tests. Third Edition. London: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
57
Herrhyanto, Nar dan Hamid, Akib. 2006. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York: McGraw-Hill, Inc.
INTEN, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKN dan Sejarah Pada Siswa Kelas II SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Singaraja. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.
Irianto, Agus. 1989. Bahan Ajaran Statistika Pendidikan (Buku Kedua). Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom. Edina,Minnesota: A publication Interaction Book Company.
------- et al. 1984. Circles of Learning. Fairfax, Va.: Association for Supervision and Curriculum Development.
------- and R.T. Johnson. 1987. Learning Together and Alone: Cooperation, Competition, and Individualistic Learning. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.
Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character. How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Maba, Wayan. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Makalah yang disampaikan dalam penataran PBM Dosen Kopertis Wilayah VIII, Tanggal 27-30 Oktober 2002.
Marhaeni, A.A.I.N. 2005. Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi dalam Belajar Bahasa Inggris Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja, 2004). Desertasi: IKIP Negeri Jakarta.
Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Modern Educators and Lexicographers. 1939. Webster’s New American Detionary. New York: 140 Broadway, Books, Inc.
58
Modern Educators and Lexicographers. 1939. Webster’s New American Detionary. New York: 140 Broadway, Books, Inc.
Montgomery, Douglas C. 1991. Design and Analysis of Experiments. Third Edition. Canada: John Willy & Sons, Inc.
Murwansyah dan Mukaram. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Indonesia..
Nana Sudjana. 2000. http//www.scribd.com/doc/9037208/
Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik Metodologi Pengajaran dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.
Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar. Surabaya: University Press.
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Popham, W. James dan Eva L. Baker. 1984. Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. Diterjemahkan Oleh R.H. Dj. Sinurat et al. Yogyakarta: Kanisius.
Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa Unipas.
-------. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas III SMP Negeri Seririt (Eksperimen pada Pokok Bahasan Reproduksi Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Jakarta: Depdiknas.
Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi Pada Siswa Kelas III SMP Negeri Seririt (Experimen Pada Pokok Bahasan Reproduksi Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Sahertian, Piet A & Aleida Sahertian. 1992. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
59
Sax, Gilbert. 1979. Foundations of Educational Research. New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpanbalik. Jakarta: PT Grasindo.
Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon.
Soedomo, M. 2001. Landasan Pendidikan. Malang: Penyelenggara Pendidikan Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.
Soemanto, Wasty. 2001. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Sriyono. 1992. http://www.scribd.com/doc/9037208/
Sudiarta, Wayan. 1996. Pengaruh Penyisipan Berpikir Silogisme dalam Proses Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September 1996.
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
-------. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiarto et al. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sukarta, Wayan. 2005. Pengaruh Pemberian Pretest Terhadap Prestasi Belajar PKPS pada Siswa Kelas V SD Lab. Singaraja. Laporan Penelitian. Denpasar: IKIP PGRI.
Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbti: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.
60
Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Press.
Tim Redaksi Focus Media. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung: Focus Media.
Tim Redaksi Fokus Media. 2006. Himpunan Perundang-Undangan dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Bandung: Focus Media.
Tuckman, Bruce W. 1972. Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Javonovich, Inc.
Universitas Negeri Jakarta. 2000. Aplikasi Komputer: Kalibrasi Instrumen, Pengolahan Data, dan Pemanfaatan Internet. Jakarta: Laboratorium Komputer UNJ.
Uno, B. Hamzah, et. al. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press.
Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wartawan, I Wayan. 2004. “Pembinaan Kualitas Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SMU Negeri 2 Singaraja”. Dalam Jurnal IKA, Vol. 2 No.1 Mei 2004 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
Wojowasito. 1982. Kamus Umum Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris. Malang: Delta Citra Grafindo.
Woolfolk, Anita E. 1993. Educational Psychology. Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon.
61
Lampiran 1. Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang Digunakan dalam Pembelajaran untuk Memperoleh Data Awal
62
Lampiran 2. Tes Prestasi Belajar ...................................... (tes yang digunakan untuk mencari data awal penelitian)
63
Lampiran 3. Data Awal Siswa yang Diambil dari Semester lalu
NO NAMA SISWANILAI BAHASA INGGRIS SEMESTER ....... TAHUN
AJARAN ........./........
64
Lampiran 4. Penilaian Guru oleh Teman Sejawat
FORMAT B
OBSERVASI BELAJAR MENGAJAR
Instrumen Penilaian Profesionalisme Guru sesuai Standar Proses
NO INDIKATOR SUB INDIKATOR SKOR1 Persiapan Program Tahunan
Program SemesteranSilabusR P PDaftar NilaiFormat Analisis Hasil PenilaianProgram RemedialProgram PengayaanAgenda/Jurnal
2 SK Ada Standar Kompetensi3 KD Ada Kompetensi Dasar4 Indikator Pencapaian
KompetensiAda minimal 3 buah indikatorAda indikator mengukur kognitifAda indikator mengukur afektif/ psikomotorik
5 Tujuan Pembelajaran Ada tujuan yang mengukur kognitifAda tujuan yang mengukur afektif/ psikomotorikTujuan teratur, berurut-urut sesuai tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor
6 Materi Ajar Materi dibuat dengan melihat indikatorMateri bisa kognitif, bisa afektif, bisa psikomotorMateri sistimatis (teratur, bersistim, berurut-urut) dan sistemik (saling terkait, holistik atau satu kesatuan lebih penting daripada bagian-bagian; tidak terpisah, explorasi, elaborasi dan konfirmasi)Materi bermanfaat sehingga dapat memberi inspirasi/cita-cita kelak dan menyenangkanBerhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari, sesuai karakteristik siswa dan lingkungan
7 Alokasi Waktu Alokasi waktu pertemuan keseluruhan di RPP
Ketepatan penggunaan waktu di pembukaanKetepatan penggunaan waktu di intiKetepatan penggunaan waktu di penutup
8 Metode Pembelajaran Ada strategi/model pembelajaran yang digunakanAda minimal 3 metode ajar Discovery Inquiry
9 Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Ada salam pendahuluanAda motivasi/apresiasiAda apersepsi yang dilakukan Ada penyampaian tujuan, ada uraian cakupan materi
Kegiatan Pembelajaran Inti/Explorasi (kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencaritemukan berbagai informasi, pemecahan masalah dan inovasi)
Kompetensi Evaluasi Pendidikan (Depdiknas, 2009)
Ada pelibatan siswa mencari informasiAda ragam pendekatan pembelajaranAda guru memberi penjelasan bahwa materi yang sedang diexplorasi sangat bermanfaat untuk memecahkan kehidupan sehari-hari siswaAda upaya guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa, antar siswa dan guru, siswa dengan lingkunga dan sumber belajarAda upaya guru melibatkan seluruh siswa secara aktifUpaya guru memfasilitasi siswa membuat percobaan-percobaan, melakukan tindakan-tindakan
Kegiatan Pembelajaran Inti/Elaborasi (yang memungkinkan siswa mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang bermakna)
Kompetensi Evaluasi Pendidikan (Depdiknas, 2009)
Ada kegiatan yang membuat siswa terbiasa membaca dan menulisAdatugas yang diberikan yang membuat gagasan-gagasan siswa munculAda kegiatan-kegiatan seperti diskusi, tanya jawab, presentasi, dllAda pemberian kesempatan berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalahAda cara pembelajaran kooperatif (kerjasama) dan kolaboratif (bekerja bersama)Ada cara membuat kompetisi yang sehatAda pembahasan laporan explorasi Ada perintah-perintah yang jelas diucapkan guru dalam menuntun keberhasilan pencapaian KD
67
Ada aktivitas oleh siswa baik individual maupun kelompokAda penyampaian produk oleh siswa pada guruAda kegiatan yang menimbulkan kebanggaan dan rasa percaya diriAda kegiatan guru yang menuntut kreativitas, prakarsa, perkembangan minat, bakat, serta perkembangan fisik peserta didikAda kegiatan guru yang mengarah pada penempatan siswa sebagai posisi sentralDalam penggunaan metode tanya jawab ada terlihat yang dilakukan adalah tanya jawab lebih dari dua arah yang membuat siswa interaktif dan tertantang
Kegiatan Pembelajaran Inti/Konfirmasi (yang memungkinkan ada kesepakatan penilaian, penguatan, umpan balik)
Ada umpan balik, penguatan yang (baik lisan, tulisan, isyarat, token atau hadiah bagi siswa yang berhasil)Ada konfirmasi terhadap hasil explorasi dan elaborasi (menggunakan berbagai sumber)Ada refleksi yang digunakanAda memfasilitasi siswa dalam menjawab pertanyaanAda upaya guru membantu penyelesaian masalahAda pemberian acuan untuk mencek hasil explorasiAda pemberian motivasi bagi siswa yang kurang/belum berpartisipasi
Kegiatan Pembelajaran Penutup
Ada pembuatan rangkuman/simpulanAda refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukanAda pemberian tindak lanjut seperti remidi dan pengayaan, tugas-tugas individual maupun kelompokAda penyampaian rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnyaAda kegiatan guru menyuruh siswa mengatakan dan melakukan, untuk 90% pencapaian penguasaanAda tugas tidak terstruktur Ada salam penutupGuru melakukan penilaian proses atau penilaian akhir
68
10 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian yang dilakukan hierarchinya benar (bertahap, misalnya: C1, terus C2, dst.)Penilaian yang dilakukan sistimatiknya benar (penggolongan, misalya: beberapa soal mudah, beberapa sedang, beberapa sulit)Penggunaan index sensitivitas bagi yang menggunakan pre test post testAda penilaian yang digunakan bisa test, bisa non testPenilaian mengacu pada tujuanTest tepat mengukur kognitif, afektif, psikomotor yang ditujuTerbukti bahwa test yang dilakukan berdasar acuan kriteria pada sistim penilaian yang berkelanjutanAda minimal 2 penilaian seperti penugasan, fortofolio, proyek dan/atau produk, penilaian diri, kinerja, pengukuran sikap, tugas, observasi, laporan praktikum, unjuk kerja, performansi, responsi (ujian praktek), dll.
Tambahan Penilaian Guru oleh Pengawas
Ada pengajaran interaktif yaitu memfasilitasi terjadinya interaksi yang bermakna antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungan dan sumber belajarAda cara pengajaran inspiratif yaitu mendorong dan memicu siswa agar aktif mencaritemukan hal-hal yang baru dan inovatif, misalnya penggunaan pendekatan, metode dan teknik-teknik tertentuAda pembelajaran yang memotivasi yaitu mendorong dan memberi semangat untuk mencapai prestasi, berkompetisi, berani mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dengan materi pelajaranMengupayakan pembelajaran yang menyenangkan yaitu memungkinkan siswa belajar dalam suasana tanpa tekanan, bebas, terlibat secara psikis dan fisik
69
Ada pembelajaran yang menantang yaitu menghadapkan siswa pada masalah, persoalan-persoalan delematis, yang jawabannya membutuhkan kreativitas dan kemungkinan-kemungkinan baru sesuai tingkat kognitif siswa
11 Sumber Belajar Ada sumber belajar berupa buku-bukuAda sumber belajar berupa alatAda sumber belajar berupa bahanAda sumber lain seperti lingkungan, orang (nara sumber), peristiwa, media non buku
Jumlah SkorNilai KuantitatifNilai Kualitatif
Keterangan:Skor adalah 1 – 4Skor maksimal adalah: 80 x 4 = 3201 = tidak sempurna/D2 = kurang sempurna/C3 = sempurna/B4 = sangat sempurna/A
Nilai Kuantitatif = Jumlah skorJumlah skor maksimal
x 100 =. .. . .. .. .?
Nilai Kualitatif = A : 85 – 100B : 70 – 84C : 55 – 69D : di bawah 55
Kata kunci:Kegiatan inti adalah kegiatan dengan menggunakan strategi, metode dan teknik tertentu sesuai karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (Evaluasi Pendidikan, Depdiknas, 2009: 24).
Kepala Sekolah Guru Yang Mengamati
( ) ( )
70
FORMAT C
DAFTAR PERTANYAAN POST OBSERVASIPENGAWAS MASUK KE RUANG TERTENTU DAN BERDISKUSI
DENGAN GURU
NO PERTANYAAN JAWABAN12
3
456
7
8
Apakah KBM sesuai dengan yang Anda rencanakan?Dapatkah saudara menjelaskan hal-hal yang dirasakan kurang memuaskan dalam proses pembelajaran tadi?Bagaimana perkiraan saudara mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran?, Metode?, Strategi?, Tehnik, dll.Apa yang menjadi kesulitan siswa?Apa yang menjadi kesulitan saudara?Marilah kita bersama-sama mengidentifikasi hal-hal yang perlu ditingkatkan berdasarkan pengalaman saudara dan pengamatan saudara, Pengawas berdiskusi dengan guru bidang studi.Dengan demikian apa yang akan saudara lakukan untuk pertemuan berikutnya?Diadakan pembicaraan tentang penggunaan lab, perpustakaan dan media-media lain seperti internet, komputer, surat kabar, majalah, dll.Apa Anda membuat program analisis hasil belajar? Boleh dilihat? Kesulitannya apa? dll.
9 Program Remidial (Depdiknas, 2008: 8, diberikan minimal setelah beberapa KD selesai atau setelah selesai 1 standar kompetensi yang harus dihargai sebagai nilai tambah karena yang baik menentukan nilai adalah guru sendiri)a. Keterlaksanaan Hasil Belajar Remidial
Mata Pelajaran Terlaksana Pencapaian(%)Ya Tidak
b. Pertanyaan terhadap keberhasilan program remidialPertanyaan Jawaban
1. Apakah Anda puas degan hasil pelaksanaan program remidial yang Anda lakukan? Ya Tidak2. Apakah bentuk remidial yang Anda lakukan:
a. Mengulang bagian-bagian materi yang belum tuntas?b. Memberikan tugas pada siswa yang belum tuntas?c. Mengulang seluruh materi?d. Memberi bimbingan secara khusus bagi siswa yang belum tuntas?e. Memberi tugas latihan secara khusus?f. Pemanfaatan tutor sebaya?g. Tes ulang bagi mereka yang belum tuntas?
3. Apakah pelaksanaan remidial dilakukan berdasarkan permintaan:a. Siswa?b. Guru?c. Ketentuan Sekolah?
4. Apabila remidial tidak dilakukan, disebabkan karena:a. Tidak ada waktu?b. Siswa yang bersangkutan tidak menginginkan mengikuti remidial?c. ...................................................................
10 Program Pengayaan (Depdiknas, 2008: 8; diberikan minimal setelah beberapa KD selesai atau setelah selesai 1 standar kompetensi yang harus dihargai sebagai nilai tambah karena yang boleh menentukan nilai adalah guru sendiri)a. Keberhasilan Program Pengayaan
Mata Pelajaran TerlaksanaPencapaian
(%)Ya Tidak
1. Apa Anda melaksasnakan pengajaran terhadap materi-materi baru?2. Apa Anda memberi tugas yang lebih menantang?3. Apa Anda menyuruh siswa menjawab 10 soal baru dalam 15 menit?4. Apa Anda memperkaya siswa yang tuntas?5. Apa memberi pengembangan keterampilan berpikir?6. Apa membuat pengembangan kreativitas?7. Apa memberi keterampilan memecahkan hal-hal baru?
71
Lampiran 6. Hasil Tes Siswa Kelas.......... Semester ............ Tahun Pelajaran ........................ Siklus I
No Nama Siswa Nilai
73
Lampiran 8. Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas....... Semester....... Tahun Ajaran....../........ Siklus II
75
Lampiran 9. Masukan-masukan/Saran guru yang Mengobservasi Pembelajaran
1. Saran pada siklus I
a. Agar guru lebih terfokus pada perubahan pengajaran ke pembelajaran
b. Agar lebih memberi rangsangan-rangsangan agar siswa lebih giat untuk
belajar
c. Agar guru lebih memperhatikan keinginan-keinginan siswa
d. Agar Guru mampu mendorong motivasi intrinsik siswa
2. Saran/masukan pada siklus II
a. Giliran siswa tampil sangat mempengaruhi kesiapan mental mereka.
b. ..........................
c. ..............................
d. ......................................
76