20
Disusun oleh : Disusun oleh : 1. 1. FAISHAL NUR’ALIM FAISHAL NUR’ALIM (142050017) (142050017) 2. 2. FITRI FAUZIAH (142050031) FITRI FAUZIAH (142050031) 3. 3. DELA GANTIKA DELA GANTIKA P. P. (142050040) (142050040) 4. 4. ADYSTA TARTIANA K. ADYSTA TARTIANA K. (142050048) (142050048)

Etika dan Filsafat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Etika dan Filsafat

Disusun oleh :Disusun oleh :

1.1.FAISHAL NUR’ALIM FAISHAL NUR’ALIM (142050017)(142050017)2.2.FITRI FAUZIAH (142050031)FITRI FAUZIAH (142050031)3.3.DELA GANTIKADELA GANTIKA P. P. (142050040)(142050040)4.4.ADYSTA TARTIANA K. ADYSTA TARTIANA K. (142050048)(142050048)

Page 2: Etika dan Filsafat

INDUKTIFDEDUKTIF

MATEMATISSUBJEKTIF

POSITIVE REGARDTENDESI AKTUALISASI DIRI

Page 3: Etika dan Filsafat

Induktif adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi yaitu: generalisasi, hipotesa dan teori, analogi induktif dan kausal.

PENALARAN INDUKTIFPENALARAN INDUKTIF

Page 4: Etika dan Filsafat

4 (4 (EMPATEMPAT) macam PENALARAN INDUKTIF) macam PENALARAN INDUKTIF1. Generalisasi

Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena.

Page 5: Etika dan Filsafat

4 (4 (EMPATEMPAT) macam PENALARAN INDUKTIF) macam PENALARAN INDUKTIF2. Hipotesis dan Teori

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Page 6: Etika dan Filsafat

Hubungan antara hipotesis dengan teori

Teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori

Page 7: Etika dan Filsafat

4 (4 (EMPATEMPAT) macam PENALARAN INDUKTIF) macam PENALARAN INDUKTIF

3. Analogi Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama.

Page 8: Etika dan Filsafat

Macam-macam analogi

1. Analogi InduktifAnalogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.

2. Analogi DeklaratifAnalogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.

Page 9: Etika dan Filsafat

4 (4 (EMPAT)EMPAT) macam PENALARAN INDUKTIF macam PENALARAN INDUKTIF

4. Hubungan KausalHubungan kausal sering diartikan sebagai penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan, hubungan sebab – akibat (hubungan kausal) dapat berupa sebab yang sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya.

Page 10: Etika dan Filsafat

PENALARAN deduktifPENALARAN deduktif Deduktif berasal dari bahasa Inggris

deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induktif .

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Adapun berbagai macam corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme disjungtif, atau silogisme alternatif dan entimem.

Page 11: Etika dan Filsafat

PENALARAN deduktifPENALARAN deduktif

a. Silogisme KategorialSilogisme adalah suatu bentuk penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang ketiga.

b. Silogisme HipotesisSilogisme hipotesis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.

Page 12: Etika dan Filsafat

PENALARAN deduktifPENALARAN deduktif

c. Silogisme AlternatifJenis silogisme alternatif biasa juga disebut dengan silogisme disjungtif, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan.

d. EntimemEntimen adalah penalaran deduktif secara langsung.

Page 13: Etika dan Filsafat

PENGERTIAN “MATEMATIS”PENGERTIAN “MATEMATIS” Berpikir matematis merupakan

kemampuan yang penting untuk dikembangkan oleh setiap orang. Kemampuan berpikir matematis yaitu dapat menghubungkan permasalahan-permasalahan ke dalam suatu ide atau gagasan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan matematis. Kemampuan tersebut dilakukan secara sistematis dan melalui langkah-langkah penyelidikan.

Page 14: Etika dan Filsafat

Proses berpikir matematis terdiri dari 4 tahap: 1.pendalaman (specializing)2.memperkirakan (conjecturing)3.menghasilkan kesimpulan  (generalizing) 4.memperkuat keyakinan (convincing).

Page 15: Etika dan Filsafat

PENGERTIAN SUBJEKTIFPENGERTIAN SUBJEKTIF Subjektif adalah lebih kepada keadaan dimana seseorang berpikiran relatif, hasil dari menduga duga, berdasarkan perasaan atau selera orang.Subjek filsfat adalah seseroang yagn berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat.

Page 16: Etika dan Filsafat

PENGERTIAN “PENGERTIAN “Positive Regard”Positive Regard”Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak, tergantung pada cinta yang diterima seorang anak saat ia masih kecil. Rogers menyebut hal ini sebagai penghargaan positif (positive regard). Setiap anak terdorong untuk mencari positive regard, namun tidak semuanya mendapatkan kepuasan yang cukup. Anak akan puas jika ia mendapatkan kasih sayang, cinta, pujian atau persetujuan dari orang lain, tetapi ia kecewa jika menerima celaan dan kurang mendapat kasih sayang.

Page 17: Etika dan Filsafat

Positive Regard dari orang tua dapat diberikan terhadap anak melalui dua cara, yakni:

Conditional Positve Regard (penghargaan positive bersyarat) Unconditional Positive Regard (penghargaan positive tanpa syarat)

Positive RegardPositive Regard

Page 18: Etika dan Filsafat

Tendensi Aktualisasi DiriAktualisasi diri menjadi salah satu tema besar dalam kajian humanistic.Dalam pandangan humanistic sendiri, manusia diyakini memiliki kehendak bebas atau free will. Manusia dikenal sebagai makhluk yang aktif. Kecenderungan atau tendensi aktualisasi diri pada manusia juga menggambarkan bahwa manusia bukanlah makhluk yang statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kehendak untuk maju.

Page 19: Etika dan Filsafat

Tendensi Aktualisasi DiriDalam menekankan tendensi aktualisasi diri, Rogers menekankan beberapa ide:a. Tendensi aktualisasi adalah kekuatan motivasi utama dari organisme manusiab. Tendensi aktualisasi adalah fungsi dari seluruh organisme bukan hanya satu bagian dari organismec. Tendensi aktualisasi merupakan suatu konsepsi motivasi yang luas.d. Hidup adalah suatu proses yang aktif dan bukan pasif.e. Manusia memiliki kapasitas dan tendensi atau motivasi untuk mengaktualisasikan diri.

Page 20: Etika dan Filsafat

SEKIANSEKIAN&&

TERIMA TERIMA KASIHKASIH