136
EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS (STUDI KASUS PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA) PERIODE 2011 - 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh IVANKA ROBBY HAMZAH 2011420007 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARMA PERSADA i

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI

KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

(STUDI KASUS PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG

TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA)

PERIODE 2011 - 2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan

Melengkapi Sebagian Dari Syarat – syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Oleh

IVANKA ROBBY HAMZAH

2011420007

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2015

i

Page 2: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ivanka Robby Hamzah

No. Pokok : 2011420007

Jurusan/Perminatan : Akuntansi/Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul EVALUASI KINERJA

KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN

PENDEKATAN PROFITABILITAS (STUDI KASUS PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2011 – 2014) yang dibimbing oleh Bapak Jombrik, SE, MM

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan maupun

mengcopy sebagian dari hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari ternyata diketemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka

saya bersedia mempertanggungjawabkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya di Jakarta pada tanggal 18 Agustus

2015.

Yang menyatakan,

Ivanka Robby Hamzah

ii

Page 3: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ivanka Robby Hamzah

No. Pokok : 2011420007

Jurusan : Akuntansi

Perminatan : Keuangan

Judul Skripsi : EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN

PROFITABILITAS (STUDI KASUS PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR PADA

BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2014) Telah diperiksa

dan disetujui untuk diajukan dan disajikan dalam sidang Ujian Skripsi

Sarjana tanggal 29 Agustus 2015.

Jakarta, 5 September 2015

Mengetahui, Pembimbing 1, Ketua Jurusan Akuntansi

(Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si) ( Jombrik, SE, MM )

iii

Page 4: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ivanka Robby Hamzah

No.Pokok : 2011420007

Jurusan/Perminatan : Akuntansi/Keuangan

Judul Skripsi : EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN

SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN

PROFITABILITAS (STUDI KASUS PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR

PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2014)

Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam sidang Ujian Skripsi Sarjana tanggal 29 Agustus

2015 dengan hasil LULUS.

Jakarta, 5 September 2015

Ketua Jurusan Akuntansi

(Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si)

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

No. Nama Penguji Jabatan Penguji Tanda Tangan

1. Jombrik, SE, MM Ketua Penguji  

2.Dra. Sri Ari Wahyuningsih,

MM Anggota Penguji  

3.Atiek Isniawati, SE, Ak,

M.Si Anggota Penguji  

Dekan Fakultas Ekonomi

(Sukardi, SE, MM)

iv

Page 5: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

ABSTRAK

NIM : 2011420007 Judul Skripsi : EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS (STUDI KASUS PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2014)Jumlah Hal :xii + 88, Kata Kunci : Analisis Perbandingan, Roa, Roi, Roe dan Profit Margin

Penelitian ini membahas tentang Kinerja Profitabilitas dilihat dari indikator ROA, ROI, ROE dan Profit Margin dengan melakukan perbandingan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kinerja profitabilitas perusahaan pada sektor barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia .

Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dari 40 perusahaan sektor industri konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan hanya ada 29 perusahaan yang dijadikan sampel karena 11 perusahaan lain belum mencapai atau datanya kurang dari empat tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja profitabilitas perusahaan pada sektor barang konsumsi cukup baik jika ditinjau dari analisis rasio profitabilitas.

Daftar Acuan : (2001-2014)

Jakarta, 18 Agustus 2015

Ivanka Robby Hamzah

v

Page 6: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

KATA PENGANTAR

Bismil-laahir-rahmanir-raahiim

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan kuasa-Nya yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan jasmani dan

rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, skripsi yang berjudul “EVALUASI

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI

DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS (STUDI KASUS PERUSAHAAN

SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2011 – 2014)”, yang merupakan salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Darma Persada Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak

terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, sehingga memungkinkan

skripsi ini terwujud. Dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang selama proses skripsi ini telah memberikan banyak

dukungan serta doa kepada penulis.

2. Bapak Sukardi Hardjo Sentono, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Darma Persada.

3. Bapak Ahmad Basid Hasibuan SE, M.Si selaku ketua jurusan Program Studi

Akuntansi Universitas Darma Persada.

vi

Page 7: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

4. Bapak Jombrik, SE, MM selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan

bmbingan, saran, nasihat dan pengarahan dengan penuh sabar sampai akhirnya

skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Dra. Sri Ari Wahyuningsih, MM selaku dosen wali yang telah membimbing dan

memberi nasihat selama proses perkuliahan penulis.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada yang

telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan.

7. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai

banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan

memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain

yang membutukan.

Jakarta, 18 Agustus 2015

Ivanka Robby Hamzah

vii

Page 8: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL SKRIPSI……………………………………………….................. i

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………….. ii

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………….. iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………... iv

ABSTRAK…………………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR……………………………………………………... vi

DAFTAR ISI………………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi

DAFTAR GRAFIK………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1

1.2 Perumusan Masalah…………………………………………… 4

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 4

1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………… 5

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………... 6

2.1 Pengertian Laporan Keuangan…………………………………. 6

2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan…………………………………. 8

2.2.1 Laporan Neraca………………………………………. 8

2.2.2 Laporan Laba Rugi…………………………………… 11

2.2.3 Laporan Arus Kas…………………………………….. 13

2.2.4 Laporan Perubahan Ekuitas…………………………… 15

2.2.5 Laporan Cacatan Atas Laporan Keuangan………….... 16

2.3 Manfaat Laporan Keuangan……………………………………… 16

2.4 Kinerja Keuangan Perusahaan…………………………………... 24

2.5 Rasio Keuangan………………………………………………… 22

viii

Page 9: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

2.6 Analisis Perbandinngan…………………………………………. 45

2.7 Analisis Rasio Profitabilitas……………………………………… 28

2.8 Kerangka Berpikir……………………………………………….. 36

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………… 38

3.1 Lokasi Penelitian………………………...…………………….. 38

3.2 Jenis Data………………………………………………………. 38

3.3 Populasi dan Sampel…………………………………………… 38

3.4 Pengumpulan Data……...……………………………………… 41

3.5 Analisa Data………….....……………………………………… 41

3.5 Variabel Operasional…………………………………………... 41

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN………………………………. 42

4.1 Deskripsi Objek Penelitian……………………………………… 42

4.2 Analisa Data……………………………………………………. 43

4.3 Perhitungan Rasio Profitabilitas……………………………….. 43

4.3.1. Return On Invesment…………………........................ 44

4.3.2. Return On Asset………………………........................ 50

4.3.3. Return On Equity……………………........................ 56

4.3.4. Gross Profit Margin..………………........................ 61

4.3.5. Nett Profit Margin.……..……………........................ 66

4.4 Perbandingan Rasio Profitabilitas Dengan Standar Industri….... 69

4.4.1. Return On Invesment…………………........................ 71

4.4.2. Return On Asset.………….…………........................ 73

4.4.3. Return On Equity……………………........................ 75

4.4.4. Gross Profit Margin..………………........................ 77

4.4.5. Nett Profit Margin….………………........................ 79

4.5 Interpretasi Hasil Analisis Rasio Profitabilitas……………….... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 87

ix

Page 10: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

5.1 Simpulan……………………………………………………….. 87

5.2 Saran…………………………………………………………… 87

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...

LAMPIRAN……………………………………………………………….

x

Page 11: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Standar Industri Untuk Rasio Profitabilitas

TABEL 3.1 Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi

TABEL 4.1 Data Perusahaan Sampel

TABEL 4.2 Return On Invesment Tahun 2011 - 2014

TABEL 4.3 Return On Asset Tahun 2011 - 2014

TABEL 4.4 Return On Equity Tahun 2011 - 2014

TABEL 4.5 Gross Profit Margin Tahun 2011 - 2014

TABEL 4.6 Nett Profit Margin Tahun 2011 - 2014

TABEL 4.7 Perbandingan Rata-rata Roi Dengan Standar Industri

TABEL 4.8 Perbandingan Rata-rata Roa Dengan Standar Industri

TABEL 4.9 Perbadingan Rata-rata ROE Dengan Standar Industri

TABEL 4.10 Perbandingan Rata-rata GPM Dengan Standar Industri

TABEL 4.11 Perbandingan Rata-rata NPM dengan Standar Industri

TABEL 4.12 Rata-rata Kinerja Profitabilitas Tahun 2011 - 2014

TABEL 4.13 Daftar Perusahaan Yang Kinerjanya Diatas Rata-rata Standar Industri

xi

Page 12: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 4.1 Rata-rata Return On Invesment Tahun 2011 - 2014

GRAFIK 4.2 Rata-rata Return On Asset Tahun 2011 - 2014

GRAFIK 4.3 Rata-rata Return On Equity Tahun 2011 - 2014

GRAFIK 4.4 Rata-rata Gross Profit Margin Tahun 2011 - 2014

GRAFIK 4.5 Rata-rata Nett Profit Margin Tahun 2011 - 2014

GRAFIK 4.6 Perbandingan Rata-rata Roi Dengan Standar Industri

GRAFIK 4.7 Perbandingan Rata-rata Roa Dengan Standar Industri

GRAFIK 4.8 Perbadingan Rata-rata ROE Dengan Standar Industri

GRAFIK 4.9 Perbandingan Rata-rata GPM Dengan Standar Industri

GRAFIK 4.10 Perbandingan Rata-rata NPM dengan Standar Industri

xii

Page 13: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan didirikannya perusahaan adalah memperoleh laba (profit). Oleh

karena itu wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para investor dan

perusahaan. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolok ukur bagaimana

perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya. Seorang investor akan

mengaitkan tingkat profitabilitas sebuah perusahaan dengan tingkat risiko yang timbul

dari investasinya.

Pimpinan perusahaan atau manajemen sangat berkepentingan terhadap laporan

keuangan yang telah di analisis, karena dari hasil tersebut akan menentukan keputusan

yang akan di ambil perusahaan kedepannya. Laporan keuangan menjadi acuan

perusahaan dalam menganalisis perkembangan yang ada di perusahaan. Dengan

menggunakan analisis rasio yang diambil berdasarkan data laporan keuangan akan dapat

diketahui hasil-hasil keuangan perusahaan yang telah dicapai dan dapat diketahui apa

saja kelemahan yang ada dalam perusahaan serta apa saja hasil baik yang telah di capai

perusahaan.

Pada dasarnya kinerja keuangan perusahaan dilihat dari laporan keuangannya.

Pertumbuhan yang ada di perusahaan akan terlihat apakah setiap tahunnya akan terjadi

penurunan, tetap atau bahkan peningkatan. Informasi sangat dibutuhkan pihak

manajemen dalam penyusunan laporan keuangan. Langkah yang di ambil perusahaan

pun harus tepat dalam mengambil keputusan yang akan diambil. Informasi mengenai

kinerja perusahaan dapat diketahui dengan dilakukannya penilaian dan pengukuran

kinerja perusahaan oleh pihak manajemen.

xiii

Page 14: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Evaluasi kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis laporan

keuangan, dimana data yang di input dalam analisis ini adalah laporan neraca dan laba

rugi. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio.

Menurut Wild, Subrayaman, dan Halsey dalam Analisis Laporan Keuangan (2005:3)

mendefinisikan :

“analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis”.

Dalam analisis ini memungkinkan pihak manajer keuangan dan pihak lain yang

berkepentingan lebih cepat mengevaluasi kondisi perusahaan karena penyajiannya yang

akan menunjukkan kondisi tidak atau sehatnya suatu perusahaan.

Analisis rasio keuangan adalah perbandingan antara dua atau kelompok data laporan

keuangan dalam suatu periode tertentu, data tersebut  bisa antar data dari neraca dan data

laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran mengenai kelemahan dan

kemampuan finansial perusahaan dari tahun ke tahun. Analisis rasio ini akan sangat

membantu dalam menilai prestasi manajemen di masa lalu dan prospeknya di masa yang

akan datang. Pada dasarnya ada beberapa rasio keuangan yang biasa digunakan yaitu

rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio keuntungan/profitabilitas, rasio leverage, rasio

aktivitas dan rasio penilaian (Sutrisno, 2009:215). Dengan menggunakan rasio tersebut

maka kita dapat mengetahui perkembangan dalam perusahaan. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan satu analisis rasio supaya penelitian ini menjadi fokus, yaitu

analisis rasio profitabilitas.

Analisis rasio keuangan menunjukkan pola hubungan atau perimbangan antara

rekening atau pos tertentu dengan rekening atau pos lainnya di dalam laporan keuangan.

Analisis ini lebih menggambarkan posisi keuangan terutama apabila angka rasio yang

xiv

Page 15: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

diperhitungkan kemudian diperbandingkan dengan angka rasio pembanding yang

digunakan sebagai standar (Warsono, 2003).

Pada saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang bersaing dalam mencari

konsumen. Dalam sektor perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selalu menjadi

sorotan masyarakat karena banyak perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang

disana. Salah satunya yang sedang berkembang pesat adalah di sektor industri barang

konsumsi. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat yang selalu meningkat dari tahun

ke tahun untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan setiap hari. Mulai dari

sektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah

tangga, serta peralatan rumah tangga. Ini semua dibutuhkan oleh masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan mereka.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat skripsi berjudul

“Evaluasi Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Industri Konsumsi Dengan

Pendekatan Profitabilitas (Studi Kasus Perusahaan Sektor Industri Barang

Konsumsi Yang Terdapat Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011 – 2014)

’’.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja profitabilitas perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi ditinjau dari analisis rasio profitabilitas ?

2. Perusahaan mana yang memiliki kinerja paling baik dilihat dari sisi profitabilitas ?

3. Perusahaan mana yang kinerjanya paling baik dengan membandingkan dengan

standar industri ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

xv

Page 16: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

1. Menganalis untuk mengetahui kinerja profitabilitas perusahaan manufaktur sektor

industri barang kosumsi ditinjau dari analisis rasio profitabilitas.

2. Menganalisis untuk mengetahui perusahaan yang memiliki kinerja profitabiitas paling

baik.

3. Menganalisis untuk mengetahui kinerja perusahaan paling baik dengan

membandingkan dengan standar industri.

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

a. Penulis memahami mengenai pengukuran kinerja profitabilitas perusahaan

dengan menggunakan analisis rasio.

b. Penulis mempunyai kesempatan belajar menerapkan pengetahuan dari hasil

perkuliahan yang telah didapatkan.

2. Bagi Pihak Lain

a. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak yang membutuhkan.

b. Sebagai referensi dan perbandingan bagi pihak lain yang ingin mengadakan

penelitian lebih lanjut.

xvi

Page 17: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

BAB II

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisikan informasi seputar

keuangan dari sebuah organisasi. Laporan keuangan di buat atau diterbitkan oleh

perusahaan dari hasil proses akuntansi agar bisa menginformasikan keuangan dengan

pihak dalam maupun pihak luar yang terkait.

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan merupakan informasi

historis. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2012), “Laporan Keuangan adalah

suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entita”.

Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan

keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

Berikut beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli :

xvii

Page 18: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

1. Laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi

akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi (Astute; 2004:29).

2. Harahap dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:105), laporan

keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

3. Menurut Munawir (2004:2)

“mengemukakan pengertian laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan

adalah :

1. Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat

keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun pihak eksternal

perusahaan.

2. Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan maupun

kinerja manajemen perusahaan, apakah dalam kondisi yang baik atau tidak.

3. Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan, pada

periode tertentu.

Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board), melalui Statement of

Financial Acconting (SFAC) No. 2 mengemukakan kualitas laporan keuangan antara lain

:

a. Pembuatan informasi harus mempertimbangkan “Cost and Benefit” artinya

manfaat harus lebih besar dari biayanya.

b. Informasi harus dipahami dengan jelas.

c. Informasi dapat digunakan sebagai proses pengambilan keputusan.

d. Relevansi informasi harus jelas.

xviii

Page 19: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

e. Dapat diyakini kebenarannya.

f. Dapat digunakan untuk tujuan prediksi.

g. Dapat memberikan umpan balik (feed back).

h. Penyajian yang jujur dan benar.

i. Tepat waktu.

j. Konsisten dan dapat diperbandingkan.

k. Netral di atas berbagai kepentingan dan berbagai pemakai laporan.

l. Hanya material saja yang dimuat atau disajikan.

3.2. Jenis Laporan Keuangan

3.2.1. Neraca

Neraca atau laporan posisi keuangan adalah bagian dari laporan keuangan suatu

entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan

entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Tujuan dari neraca ini adalah untuk

memberikan pengguna gambaran tentang posisi keuangan perusahaan bersama dengan

menampilkan apa perusahaan memiliki debit dan kredit. Neraca adalah sebuah kutipan

pada satu titik dalam waktu rekening perusahaan neraca, bersama dengan laporan laba

rugi dan arus kas, adalah alat penting bagi investor untuk mendapatkan informasi tentang

perusahaan dan operasinya. Dengan demikian hal tersebut akan menjadi satu point

penting yang akan sangat diperhatikan oleh para investor.

Menurut Munawir (2007:13) :

“neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau kalender, sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet”.

Menurut Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:107),

Laporan neraca, yang disebut juga dengan laporan posisi keuangan perusahaan, adalah

xix

Page 20: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

laporan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu.

Neraca itu sendiri mempunyai elemen-elemen antara lain sebagai berikut :

1. Aktiva (Asset)

Aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

Aktiva biasanya terdiri dari :

a. Aktiva Lancar

Meliputi kas dan aktiva lain yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau

ditukarkan dengan uang tunai. Aktiva lancar disajikan di neraca berdasarkan

urutan likuiditasnya, dimulai dari akun yang paling likuid. Yang termasuk

dalam aktiva lancar, yaitu kas, surat berharga, piutang usaha, persediaan barang

dagangan, dan lainnya.

b. Aktiva Tetap

Merupakan aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan

dan biasanya memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai manfaatnya

dimasa yang akan datang. Aktiva tetap antara lain : peralatan, mesin,

bangungan, dan lainnya.

2. Aktiva Lain-Lain

Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan ke dalam aktiva lancar maupun

aktiva tetap perusahaan, antara lain : hak paten, nama baik (goodwil ), dan lainnya.

3. Hutang (Liabilities)

Hutang adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi oleh suatu perusahaan.

Hutang biasanya terbagi menjadi :

a. Hutang Lancar

Adalah kewajiban-kewajiban yang harus segera dilunasi oleh perusahaan

dengan penggunaan aktiva lancar atau dengan pembentukan kewajiban lancar

xx

Page 21: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

lainnya dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Yang termasuk hutang

lancar adalah hutang dagang, hutang gaji, hutang biaya, serta hutang lancar

lainnya.

b. Hutang Jangka Panjang

Adalah kewajiban-kewajiban yang tidak diharapkan untuk segera dilunasi

dalam siklus operasi normal perusahaan, tetapi pengembaliannya dilakukan

dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Yang termasuk hutang jangka

panjang adalah hutang hipotek, hutang obligasi, dan hutang jangka panjang

lainnya.

4. Modal

Modal pada hakikatnya adalah hak pemilik perusahaan atas kekayaan perusahaan.

Yang termasuk elemen dalam modal antara lain modal saham, laba ditahan, dan

elemen modal lainnya.

3.2.2. Laporan Laba Rugi

Menurut Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:73) :

“Laba rugi menggambarkan hasil yang diperoleh atau diterima oleh perusahan selama satu periode tertentu, serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Hasil dikurangi biaya-biaya merupakan laba atau rugi. Kalau hasil lebih besar dari biaya berarti laba sebaliknya, kalau hasil lebih kecil dari biaya-biaya, berarti rugi”.

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan

dan biaya-biaya dari suatu usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-

pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh

perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau

laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan

keuangan perusahan dan juga merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan.

xxi

Page 22: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Arti penting dari laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang

dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat

dalam suatu periode.

Berikut ini istilah-istilah yang digunakan dalam laporan laba rugi yang diambilkan

dari Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 yang dikeluarkan oleh FASB.

1. Pendapatan (revenue)

Adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan

utangnya (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari

penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang

merupakan kegiatan utama badan usaha.

2. Biaya (expense)

Adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang (atau

kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau

pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang

merupakan kegiatan utama badan usaha.

3. Penghasilan (income)

Adalah selisih penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biaya-biaya. Bila

pendapatan lebih kecil daripada biaya, selisihnya sering disebut rugi.

4. Laba (gain)

Adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau

transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau

kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang

timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemiliknya. Contohnya adalah

laba yang timbul dari penjualan aktiva tetap.

5. Rugi (loss)

xxii

Page 23: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Adalah penurunan modal (aktiva bersih) dan transaksi sampingan atau transaksi

yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain

yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari biaya

(expense) atau distribusi pada pemilik. Contohnya adalah rugi penjualan surat

berharga.

6. Harga Perolehan (cost)

Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh

barang atau jasa. Jumlah ini pada saat terjadinya transaksi akan dicatat sebagai aktiva.

Misalnya pembelian mesin, dan pembayaran uang muka sewa.

3.2.3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk

dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini

penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus

kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis

yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.

1. Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang dagangan,

menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan pembelian

dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa, kegiatan operasional antara lain adalah

menjual jasa kepada pelanggannya. Kegiatan ini akan mengakibatkan terjadinya uang

masuk untuk pendapatan dan aliran uang keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan

biaya yang terjadi telah dilaporkan dalam laporan laba rugi, namun besarnya

pendapatan tersebut belum tentu sama dengan uang yang diterima karena perusahaan

umumnya menggunakan dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya

dengan biaya, biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar

untuk biaya tersebut.

xxiii

Page 24: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

2. Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali investasi pada

surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan membeli

investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual

investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan.

3. Kegiatan keuangan atau ada yang menyebutnya kegiatan pendanaan, adalah kegiatan

menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta pengembalian uang

kepada mereka.

Pengertian Arus Kas menurut Darsono dan Ashari (2005:90) : “arus kas yaitu suatu

laporan yang memuat informasi tentang sumber dan pengguanaan kas perusahaan selama

periode tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun”. Laporan arus kas digunakan oleh

manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan

merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan dimasa yang akan datang. Laporan

arus kas juga digunakan oleh kreditur dan investor dalam menilai tingkat likuiditas

maupun potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

3.2.4. Laporan Perubahan Ekuitas

Menurut Rivai, Veithzal dan Idroes (2007:619) mengemukakan bahwa : “laporan

perubahan ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan perubahan saldo akun

ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal disetor, laba yang ditahan dan akun

ekuitas lainnya”.

Menurut Kasmir (2008:9) laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang

menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini dan juga menunjukkan

perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.

Menurut Hery (2012:5) laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang

menyajikan ikhtisar perubahan pos-pos ekuitas suatu perusahaan untuk satu periode

tertentu. Selama periode tersebut, perubahan ekuitas pemegang saham dapat disebabkan

xxiv

Page 25: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

oleh penerbitan dan pembelian kembali saham, serta penginvestasian kembali laba bersih

yang masih tersisa (setelah pembagian dividen) kedalam perusahaan.

Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang

mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi

perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan

kemungkinan bahaya penyimpangan, salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk

meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu

barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri

terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu.

3.2.5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan tambahan dan informasi yang

ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada

pembaca dengan informasi lebih lanjut. Catatan atas Laporan Keuangan membantu

menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan keuangan serta memberikan

penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan perusahaan. Catatan atas

Laporan Keuangan dapat mencakup informasi tentang hutang, kelangsungan usaha,

piutang, kewajiban kontinjensi, atau informasi kontekstual untuk menjelaskan angka-

angka keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang baru

yang kedudukannya menggantikan Nota Perhitungan Anggaran. Catatan atas Laporan

Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis suatu pos yang disajikan dalam

Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.

3.3. Manfaat Laporan Keuangan

Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 1 tujuan dan manfaat

laporan keuangan adalah:

xxv

Page 26: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

1. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu

investor kreditor dan pengguna lain yg potensial dalam membuat

keputusan lain yg sejenis secara rasional.

2. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu investor kreditor

dan pengguna lain yg potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan

ketidakpastian penerimaan kas dimasa yg akan datang yg berasal dari pembagian

deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.

3. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi

perusahaan. Klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal.

4. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama

satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu untuk

membantu menaksir prospek perusahaan.

Menurut PSAK (2004) pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah

(IAI,2004) :

1. Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang

melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka

membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,

menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada

informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi

mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan

xxvi

Page 27: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat

jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat

jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu

yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama

mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup

perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan,

atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena ini berkepentingan dengan

aktivitas perusahaan, mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk

menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya,

perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional,

xxvii

Page 28: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal

domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan

informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan

serta rangkaian aktivitasnya.

3.4. Kinerja Keuangan Perusahaan

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan

tertentu yang ingin di capai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.

Kinerja keuangan merupakan suatu gambaran tentang kondisi suatu perusahaan yang

dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik

buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam

periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal

dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk

penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur

keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi.

Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di

masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah

diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan

benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut IAI (2007), dikemukakan

bahwa kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.

Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan

perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja

perusahaan akan tercemin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan

perusahaan. Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja

xxviii

Page 29: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

keuangan perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan

perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat.

Salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja

perusahaan adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan untuk periode tertentu.

Dengan rasio-rasio keuangan tersebut akan tampak jelas beragai indikator keuangan yang

dapat mengungkapkan kondisi keuangan sutau perusahaan maupun kinerja yang telah

dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.

Menurut (Munawir, 2002) pengukuran kinerja keuangan memiliki beberapa tujuan :

“Tujuan pertama untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuagan pada saat ditagih. Tujuam kedua untuk mengetahui tingkat sovabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut di likuidasi, yang mencakup baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan ketiga untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk mengetahui stabilitas, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan”.

Dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan, setiap perusahaan memiliki ukuran

yang bervariasi sehingga antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lainnya

berbeda. Pada dasarnya angka-angka rasio dapat digolongkan menjadi dua golongan.

Golongan pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data

keuangan dimana unsur-unsur angka rasio tersebut diperoleh. Dan golongan kedua

adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisa dalam

mengevaluasi perusahaan.

3.5. Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat analisis perusahaan untuk menilai kinerja suatu

perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan

keuangan. Menurut Keown (2004:107) : “Hasil dari menganalisis laporan keuangan

xxix

Page 30: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

adalah rasio keuangan berupa angka-angka dan rasio keuangan harus dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan”. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat

menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya

keadaan atau posisi keuangan suatau perusahaan dari sutau periode ke periode

berikutnya.

Menurut Horne (2005:234) : “Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk

menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan”. Analisis rasio keuangan

memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur

serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. Meskipun analisis rasio mampu

memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan operasi dan kondisi

keuangan perusahaan, terdapat juga unsur keterbatasan informasi yang membutuhkan

kehati-hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam perusahaan

tersebut.

Analisis rasio keuangan merupakan metode yang paling baik digunakan untuk

memperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Rasio

keuangan merupakan perbandingan dari dua data yang terdapat dalam laporan keuangan

peusahaan. Rasio keuangan digunakan kreditur untuk mengetahui kinerja suatu

perusahaan dengan melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya

(Dennis, 2006).

Menurut nugroho (2003), beberapa rasio keuangan yag sering dipakai oleh seorang

analisis dalam mencapai tujuannya, yaitu rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur keampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan

penjualan, total aktiva maupun modal sendiri dan rasio likuiditas, untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada

waktunya.

xxx

Page 31: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan

(BPFE Yogyakarta 2001:331), pengelompokan rasio-rasio keuangan yaitu sebagai

berikut :

1. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas

perusahaan (current ratio, acid test ratio dan lain sebagainya).

2. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa

jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (debt to total assets ratio, net worth to

debt ratio dan lain sebagainya).

3. Rasio-rasio aktiivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai

seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya

(inventory turn over, average collection period dan lain sebagainya).

4. Rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah

kebijaksanaan dan kemampuan-kemampuan (profit margin, return on total assets,

return on net worth dan lain sebagainya).

5. Rasio penilaian yaitu untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan

nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio penilaian (Valuation

Ratio) merupakan ukuran yang paling lengkap tentang prestasi perusahaan, karena

mencerminkan rasio risiko dan rasio pengembalian. Rasio ini sangat penting karena

rasio tersebut berkaitan langsung dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan

dan kekayaaan para pemegang saham. Salah satu bagian dari rasio ini adalah Price to

Book Value (PBV). Rasio PBV digunakan untuk mengetahui seberapa besar harga

saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya (Sutrisno, 2000 :

268). Semakin tinggi nilai rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang

dinikmati oleh pemilik perusahaan.

xxxi

Page 32: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Analisis rasio keuangan tidak hanya berguna bagi kepentingan intern dan ekstern

perusahaan. Bagi para bankir berguna untuk mempertimbangkan pemberian kredit

jangka pendek maupun kredit jangka panjang kepada perusahaan, untuk itu para bankir

lebih tertarik pada rencana jangka pendek, likuiditas, kemampuan memperoleh laba,

tingkat efisiensi operasional dan solvabilitas. Bagi para kreditur jangka panjang lebih

tertarik pada kemampuan laba dan tingkat efisiensi operasional. Sedangkan bagi para

penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh laba jangka panjang dan

tingkat efisiensi perusahaan. Bagi manajer keuangan tentu saja sangat berkepentingan

dengan semua aspek rasio keuangan, karena harus mampu membayar hutang jangka

pendek, mampu membayar hutang jangka panjang, mampu meningkatkan efisiensi

perusahaan, mampu memaksimalkan nilai perusahaan dan mampu memperoleh laba

untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Menurut Harahap (2006:298) keunggulan rasio keuangan adalah sebagai berikut :

1. Rasio merupakan angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan

ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laopran

keuangan yang sangat rinci dan rumit.

Sedangkan kelemahan analisis rasio menurut Warsono (2003; 25) adalah sebagai

berikut :

1. Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dengan perusahaan berada

jika perusahaan beroperasi dalam beberapa bidang usaha.

2. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan

hanya memberikan panduan umum, karena bukan merupakan hasil penelitian

ilmiah dari seluruh perusahaan dalam industri maupun sampel yang cocok dari

beberapa perusahaan dalam industri.

xxxii

Page 33: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

3. Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang

diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi keuangan

perusahaan rata-rata dalam industri. Dalam laporan keuangan, angka-angka yang berdiri

sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai

untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan, oleh karena itu

diperlukan analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Rata-rata

industri bisa dan biasa digunakan sebagai pembanding. Meskipun rata-rata industri ini

bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misalnya karena

perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut.

Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan (Hanafi; 2003:70).

3.6. Analisis Perbandingan

Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan

keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal

dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi

keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini

juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam

persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan

analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa

kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau

lebih periode yang dibandingkan.

Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan

angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen

xxxiii

Page 34: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat

berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik

perbandingan ini, dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan

tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio

normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan

keuangan dapat dilakukan melalui:

1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalny laporan

keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994.

Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.

2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.

3. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm).

Di Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan

mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar &

Poor dan lain-lain.

4. Perbandingan dengan budget (anggaran).

5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.

3.7. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan,

dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan. Menurut Prihadi

(2010:138) profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. Pengertian laba bisa

bermacam-macam, tergantung dari kebutuhan dari pengukuran laba tersebut. Horne dan

Wachowichz (2005:222) dalam buku Analisis Laporan Keuangan mendefinisikan rasio

xxxiv

Page 35: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan

keputusan seperti profit margin on sales, return on total assets dan lain sebagainya.

Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena

untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan

yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit

bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandiangan

antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan, terutama laporan

keuangan neraca dan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode

operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu

tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.

Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik usaha

atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak

yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Menurut Kasmir

(2008:197) , yang menyatakan bahwa :

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar

perusahaan, yaitu:

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang

diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Untuk mengukur produtivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

Sedangakan manfaat dari rasio profitabilitas:

xxxv

Page 36: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

a. Mengetahui besarnya tingkat

laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

melakukan peningkatan penjualan dan menekan biaya-biaya yang terjadi. Selain itu,

rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana yang

dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Rasio profitabilitas menurut

Brigham and Houston (2009:107) :

“Sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi. Rasio ini meliputi margin laba atas penjualan, rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian atas total aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas saham biasa”.

Rasio profitabilitas menurut Weston dan Copeland (2010:237) adalah mengukur

efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan

investasi.

Berdasarkan teori diatas tersebut maka rasio profitabilitas rasio untuk mengukur

seberapa besar sebuah perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan

semua fakto perusahaan yang ada di dalamnya untuk menghasilkan laba yang maksimal.

Rasio profitabilitas ini yang biasanya dijadikan bahan pertimbangan seorang investor

dalam menanamkan sahamnya di suatu perusahaan. Bila suatu perusahaan memilki

tingkat profitabilitas yang tinggi terhadap pengembalian saham, maka seorang investor

akan memilh perusahaan tersebut untuk menanamkan sahamnya.

xxxvi

Page 37: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Disini menunjukkan bahwa penjualan dan investasi yang besar sangat diperlukan dan

mempengaruhi besarnya rasio profitabilitas, semakin besar aktivitas penjualan dan

investasi maka akan semakin besar pula rasio profitabilitasnya.

Yang termasuk dalam rasio profitabilitas menurut Kasmir (2008) adalah sebagai

berikut :

1. ROI (Return on Invesment)

Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan

dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Harahap,

2009:63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on

investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh

perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63). Standar rata-rata industri

untuk untuk ROI ini adalah 30% (Kasmir, 2008:203).

Rumus perhitungan Return on Invesment yaitu :

Return on Invesment (ROI)

2. ROA (Return on Asset)

ROA menujukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya

untuk memperoleh pendapatan. ROA merupakan perbandingan laba sebelum pajak

terhadap total asset. Jadi ROA mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset

yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan

kata lain ROA menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan laba.

xxxvii

Page 38: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan (Munawir, 2002:89). Semakin besar nilai ROA berarti

suatu perusahaan mempunyai kinerja yang bagus dalam menghasilkan laba bersih

untuk pengembalian total aktiva yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap harga

saham, yaitu harga saham akan naik. Standar rata-rata industri untuk untuk ROA ini

adalah 30% (Kasmir, 2008:203).

Rumus perhitungan Return on Asset yaitu :

Return on Asset (ROA)

3. ROE (Return on Equity)

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan

total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan

(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa

maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam

perusahaan (Harahap, 2008:305).

Return on equity adalah  rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan

mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari

investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham

perusahaan (Sawir 2009:20).  ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang

sering disebut rentabilitas usaha. Standar rata-rata industri untuk untuk ROE ini

adalah 40% (Kasmir, 2008:205).

Rumus perhitungan Return on Equity yaitu :

Return on Equity (ROE)

xxxviii

Page 39: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

4. GPM (Gross Profit Margin)

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga

pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk

berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).

Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales.

Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena

hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan

dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin

kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). Standar rata-rata industri

untuk untuk GPM ini adalah 30% (Kasmir, 2008:200).

Rumus perhitungan Gross Profit Margin yaitu :

Gross Profit Margin (GPM)

5. NPM (Net Profit Margin)

Menurut Pastowo (2005:97) rasio Net Profir Margin (NPM) merupakan rasio yang

mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rasio ini

memberi gambaran laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari

penjualan.

Meraih profit yang diharapkan, maka efisisensi mutlak harus dilakukan oleh setiap

perusahaan, tidak terkecuali perusahaan dagang dalam rangka menjaga kelangsungan

usaha maupun meningkatkan daya saing. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak

terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu

perusahaan. Standar rata-rata industri untuk untuk NPM ini adalah 20% (Kasmir,

2008:200).

Rumus perhitungan Net Profit Margin yaitu :

xxxix

Page 40: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Net Profit Margin (NPM)

Jika dari kelima standar industri tersebut dibuatkan tabel, maka menurut (Kasmir,

2008) dalam buku Analisis Laporan Keuangan melihat standar industri dari kelima rasio

tersebut adalah sebagai berikut

Tabel 2.1Standar industri untuk rasio profitabilitas

No Jenis Rasio Standar Industri

1 ROI (Return on Invesment) 30%

2 ROA (Return on Asset) 30%

3 ROE (Return on Equity) 40%

4 GPM (Gross Profit Margin) 30%

5 NPM (Net Profit Margin) 20%

Sumber : Kasmir (2008)

Dalam melakukan analisis rasio profitabilitas tentunya ada kelebihan dan kelemahan

dalam analsisis ini. Menurut Harahap dalam buku Analisa Kritis atas Laporan Keuangan

terdapatat beberapan kelebihan dan kelemahan dari analisis rasio profitabilitas

diantaranya :

Kelebihan analisis rasio profitabilitas dibandingkan dengan analisis lain :

xl

Page 41: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

a. Analisis rasio lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi laporan keuangan

yang rinci dan rumit.

c. Dapat memberikan informasi tentang posisi perusahaan ditengah industri lain.

d. Lebih mudah untuk melihat perkembangan secara periodik atau time series.

e. Lebih mudah melihat trend perusahaan dan melakukan prediksi di masa

mendatang.

Sedangkan kelemahan dari rasio ini adalah :

a. Hasil analisis tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diperbandingkan

dengan rasio perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang hamper

sama serta diadakan analisis kecendrungan dari setiap rasio tahun sebelumnya.

b. Dalam kondisi inflasi, rasio tidak dapat menunjukkan keadaan yang

sesungguhnya dan tidak dapat doperbandingkan dengan keadaan tahun

sebelumnya.

3.8. Kerangka Berpikir

xli

BURSA EFEK INDONESIA

KELOMPOK INDUSTRI MANUFAKTUR

KELOMPOK INDUSTRI BARANG KONSUMSI

ROI

PERHITUNGAN RASIO PROFITABILITAS

KELOMPOK ANEKA INDUSTRI

KELOMPOK INDUSTRI DASAR & KIMIA

LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2011 - 2014

NPMGPMROEROA

Page 42: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan gambar diatas, kerangka pikir pada penelitian ini menjelaskan bahwa

untuk mengetahui kondisi kinerja profitabilitas industri manufaktur sektor industri

barang konsumsi, objek penelitian yang diambil adalah dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah industri manufaktur sektor industri barang

konsumsi.

Dalam kelompok tersebut terdapat lima subsektor dari sektor industri barang

konsusmi. Yaitu ada subsektor makanan dan minuman, subsektor rokok, subsektor

farmasi, subsektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga serta subsektor

peralatan rumah tangga. Dari kelima subsektor tersebut diambil laporan keuangan

perusahaan yang telah diaudit antara tahun 2011 – 2014. Alat análisis yang digunakan

dalam penelitian ada satu análisis yaitu análisis rasio profitabilitas. Analisis rasio

profitabilitas merupakan suatu teknik analisis yang dalam banyak hal mampu

memberikan petunjuk atau indikator dalam berbagai kondisi untuk periode sekarang dan

periode mendatang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan dan keuntungan

perusahaan yang bersangkutan.

Terdapat lima indikator yang dipakai dalam penelitian ini. Pertama, dengan indikator

Return on Invesment yaitu untuk melihat hasil pengembalian investasi yang dilakukan

perusahaan apakah efektif dalam mengelola investasi. Kedua, dengan indikator Return

on Asset yaitu untuk melihat seberapa besar kemampuan asset yang dimiliki untuk

menghasilkan tingkat pengembalian. Ketiga, dengan indikator Return on Equity yaitu

xlii

KESIMPULAN & SARAN

ANALISIS DESKRIPTIF DAN KOMPARATIF

Page 43: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan melihat modal sendiri. Kempat, dengan

indikator Gross Profit Margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan

penjualan, semakin besar Gross Profit Margin maka semakin baik perusahaan. Dan yang

kelima, dengan indikator Nett Profit Margin merupaan ukuran keuntungan dengan

membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dbandingkan dengan penjualan.

Dari kelima indikator tersebut kemudian dianalisis dengan cara membandingkan

rasio-rasio perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang

bersamaan dan dengan standar rata-rata industri. Dan juga membandingkan rasio-rasio

keuangan perusahaan dari suatu periode ke periode lainnya, sehingga dapat diketahui

bagaimana kondisi kinerja profitabilitas perusahaan-perusahaan yang dianalisis. Dari

hasil análisis tersebut akan dibuat kesimpulan dan saran apa saja yang harus dilakukan

perusahaan agar dapat diketahui kinerja keuangan perusahaan tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

xliii

Page 44: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2011 – 2014 yang dapat diakses melalui www.idx.co.id.

3.2. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan

Penulis menggunakan data sekunder berupa laporan perusahaan manufaktur sektor

industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 –

2014.

Sedangkan sumber data yang diperoleh adalah berupa data laporan keuangan dari

www.idx.co.id.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok dimana seorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian

yang dapat disamaratakan (digeneralisasikan). Populasi yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 – 2014 yaitu sebanyak 40

perusahaan.

Sampel adalah suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih dalam penelitian.

Sampel yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah sebanyak 29 perusahaan.

Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

judgjement sampling yaitu salah satu bentuk metode sampling dengan mengambil sampel

yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Adapun

xliv

Page 45: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

kriteria yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian iniadalah sebagai berikut

:

1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 -2014 dan memiliki data keuangan

lengkap berdasarkan penelitian ini. Sementara itu, perusahaan yang datanya belum

mencapai atau kurang dari 4 tahun sebanyak 11 perusahaan.

2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2011 – 2014

yang telah diaudit dan telah mempublikasikannya secara berturut-turut melalui

www.idx.co.id.

Tabel 3.1Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi

No Keterangan jumlah

3 Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 29

-11

401

2

Jumlah perusahaan sektor industri konsumsi yang terdaftar di BEI sampai dengan 2014Perusahaan yang datanya belum mencapai atau kurang dari empat tahun

Sumber : Data Diolah

3.4. Pengumpulan Data

Untuk sampai tujuan yang diharapkan, penelitian ini memiliki metode yang sesuai

dengan keutuhan didalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

metode :

1. Metode penelitian kepustakaan yaitu penulis membaca buku-buku yang mendukung

dan berhubungan dengan permasalahan yang diangkat penulis.

xlv

Page 46: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

2. Metode penelitian dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat

dan mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan tentang perusahaan yang

diteliti, seperti laporan neraca, laporan laba/rugi.

3.5. Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisa deskriptif dan comparative dari perhitungan rasio

profitabilitas dan membandingkan hasil perhitungan rasio profitabilitas dengan standar

rata-rata industri sebagai acuan apakah perusahaan memiliki kinerja keungan yang baik

atau tidak.

3.6. Definisi Variabel Operasional

Kinerja perusahaan pada dasarnya menjadi acuan dalam mengelola atau menilai sehat

atau tidaknya suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik

dikarenakan suatu kinerja perusahaan yang baik pula sehingga dapat memenuhi harapan

– harapan para pemegang saham dan kreditur.

Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh

perusahaan dalam suatu periode. Yang termasuk dalam rasio ini adalah :

a. Return On Invesment : yaitu salah satu rasio yang digunakan untuk menilai

total investasi dilihat dari laba bersih setelah pajak dibagi dengan total

assetnya.

b. Return On Asset : yaitu untuk melihat seberapa besar tingkat asset yang

dimiliki perusahaan untuk melakukan tingkat pengembalian dengan cara

melihat laba sebelum pajak dibagi dengan total assetnya.

c. Return On equity : yaitu untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang

diperoleh dilihat dari modal sendiri.

xlvi

Page 47: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

d. Gross Profit Margin : yaitu yaitu untuk mengetahui seberapa besar

keuntungan dari penjualan dilihat dari sebelum adanya beban bunga dan

pajak yang ada diperusahaan.

e. Net Profit Margin : yaitu untuk mengetahui hasil keuntungan dari

penjualan perusahaan dilihat dari sesudah adanya beban bunga dan pajak

yang telah dibayarkan oleh perusahaan.

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sektor

industri barang konsumsi yang terdaftar di ursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011- 2014

sebanyak 29 perusahaan sebagaimana tabel 4.1.

Tabel 4.1.Data Perusahaan Sampel

xlvii

Page 48: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

NO KODE EMITEN NAMA PERUSAHAAN1 ADES Akasa Wira International Tbk.2 CEKA Cahaya Kalbar Tbk.3 DLTA Delta Djakarta4 DVLA Darya Varia Labotaria Tbk.5 GGRM Gudang Garam Tbk.6 HMSP Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.8 INAF Indofarma (Persero) Tbk.9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.10 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk.11 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk.12 KLBF Kalbe Farma Tbk.13 LMPI PT Langgeng Makmur Industry Tbk.14 MBTO PT Martina Berto k.15 MERK Merc Indonesia Tbk.16 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.17 MRAT PT Mustika Ratu Tbk.18 MYOR Mayora Indah Tbk.19 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk.20 PYFA Pyridam Farma Tbk.21 RMBA Bentoel International Investama Tbk.22 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.23 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk.24 SKLT Sekar Laut Tbk.25 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.26 STTP Siantar Top Tbk.27 TCID PT Mandom Indonesia Tbk.28 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk.29 ULTJ PT Unilever Indonesia Tbk.

Sumber : www.idx.co.id data diolah

4.2. Analisa Data

Adapun pembahasan dalam penelitian ini menggunakan satu alat analisis rasio

keuangan yaitu rasio profitabilitas. Dimana dari hasil tersebut, penulis dapat mengetahui

kinerja perusahaan tersebut menggunakan analisis tersebut. Dari hasil ini pula dapat

dibandingkan antara hasil dari perhitungan dengan standar rata-rata industry perusahaan.

Rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return On Invesment, Return On Asset,

Return On Equity, Gross Profit Margin, dan Net Profit Margin. Untuk perhitungan rasio

itu sendiri yaitu melihat laporan keuangan selama 4 tahun dimulai dari tahun 2011 –

2014.

4.3. Perhitungan Rasio Profitabilitas

A. Return On Invesment (ROI)

xlviii

Page 49: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Return On Invesment (ROI) merupakan hasil perbandingan dari total aset dengan laba

bersih setelah pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan

dalam menghasilkan keuntungan. Makin baik keuntungan yang dihasilkan perusahaan,

maka semakin baik ROI yang di dapat oleh perusahaan. Perhitungan dari salah satu ROI

yaitu perusahaan ADES pada tahun 2011 adalah :

Return on Invesment (ROI) = 8,18%

Untuk perhitungan selanjutnya dihitung dengan cara yang sama. Berikut adalah tabel

hasil perhitungannya.

Tabel 4.2Return On Invesment (ROI) Periode 2011 – 2014

xlix

Page 50: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

2011 2012 2013 2014ADES 8,18% 21,43% 12,62% 6,14% 12,09%CEKA 11,69% 5,68% 6,08% 3,19% 6,66%DLTA 21,79% 28,64% 31,20% 29,04% 27,67%DVLA 13,10% 13,86% 10,57% 6,55% 11,02%GGRM 12,68% 9,80% 8,63% 9,27% 10,10%HMSP 41,72% 37,89% 39,48% 35,87% 38,74%ICBP 13,57% 12,86% 10,51% 10,16% 11,77%INAF 3,31% 3,57% -4,19% 0,09% 0,70%INDF 9,12% 8,06% 4,40% 5,99% 6,89%KAEF 9,57% 9,91% 8,72% 7,97% 9,04%KICI 0,40% 2,38% 7,55% 4,86% 3,80%KLBF 18,40% 18,85% 17,41% 17,07% 17,93%LMPI 0,79% 0,29% -1,46% 0,21% -0,04%MBTO 7,88% 7,47% 2,64% 0,47% 4,61%MERK 39,56% 18,93% 25,17% 25,32% 27,25%MLBI 41,56% 39,36% 65,72% 35,63% 45,57%MRAT 6,60% 6,75% -1,52% 1,48% 3,33%MYOR 7,33% 8,97% 10,44% 3,98% 7,68%PSDN 5,66% 3,75% 3,13% -4,54% 2,00%PYFA 4,38% 3,91% 3,54% 1,54% 3,34%RMBA 4,83% -4,66% -11,29% -22,23% -8,34%ROTI 15,27% 12,38% 8,66% 8,80% 11,28%SCPI -8,13% -2,81% -1,63% -4,74% -4,33%SKLT 2,79% 3,19% 3,79% 4,97% 3,68%SQBB 33,19% 34,06% 35,50% 35,88% 34,66%STTP 4,57% 5,97% 7,78% 7,26% 6,40%TCID 12,38% 11,92% 10,92% 9,41% 11,16%TSPC 13,80% 13,71% 11,81% 10,45% 12,44%ULTJ 5,89% 14,60% 11,56% 9,71% 10,44%

Return On Invesment (ROI)PERUSAHAAN Rata-rata

Sumber :

Data Diolah

Dari tabel 4.2 pada tahun 2011 Return On Invesment tertinggi dimiliki oleh HMSP

(Handjaya Mandala Sampoerna Tbk) dengan perolehan 41,72%. Sementara yang

terendah adalah SCPI (Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) dengan perolehan -8,13% saja.

HMSP memiliki ROI paling tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 41,72%

dikarenakan total asset yang dimiliki oleh HMSP lebih besar dibandingkan dengan laba

bersih setelah pajak yang telah dibayarkan oleh perusahaan. Sistem pengelolaan

l

Page 51: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

manajemen yang baik atas pengembalian investasi menunjukkan produktifitas

perusahaan dalam melakukan pengelolaan dana perusahaan. Peningkatan keuntungan

disebabkan karena beban pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan sedikit dan

pembayaran bunga tidak banyak jadi keuntungan perusahaan yang di peroleh dari hasil

aktiva lebih tinggi daripada beban yang dibayarkan oleh perusahaan.

Berbeda dengan SCPI pada tahun 2011 memiliki ROI paling rendah hanya -8,13%

saja. Penyebabnya adalah banyaknya beban yang dibayarkan perusahaan sehingga pada

tahun 2011 perusahaan mengalami rugi tahun berjalan. Jika dilihat dari sisi aktiva

sebenarnya pengelolaannya sudah baik hanya pada laporan laba rugi perusahaan

mengalami kerugian, dari total penjualan yang diperoleh, perusahaan banyak

mengeluarkan beban. Karena setiap kemampuan perusahaan berbeda-beda jadi tidak

semua perusahaan dilihat dari sisi ROI mengalami kenaikan, karena ada sebagian

perusahaan yang mengalami penurunan juga.

Dari tabel 4.2 pada tahun 2012 Return On Invesment tertinggi dimiliki oleh MLBI

(Multi Bintang Indonesia Tbk) yaitu sebesar 39,36% sedangkan yang terendah adalah

RMBA (Bentoel International Investama Tbk) yaitu hanya -4,66%.

Pada tahun 2012 MLBI mengalami peningkatan ROI sebesar 39,36% karena

pengelolaan aktiva yang baik diimbangi dengan pembayaran beban yang tidak terlalu

tinggi sehingga laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan pun baik. Keuntungan yang

diperoleh maksimal karena hasil keuntungan yang dilihat dari total aktiva tersebut dapat

mengimbangi pembayaran pajak pada laporan laba ruginya. Pengendalian yang baik

membuat MLBI dapat memperoleh keuntungan dari ROI jika dilihat dari sisi aktiva

tersebut.

Berbeda dengan RMBA yang pada tahun 2012 mengalami penurunan ROI sebesar -

4,66%. Banyak faktor yang menyebabkan perusahaan mengalami penurunan. Dari hasil

li

Page 52: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

pendapatan bersih yang diperoleh RMBA hampir setengahnya dibayarkan pajak.

Menyebabkan perusahaan rugi tahun berjalan pada tahun 2012. Pendapatan penjualan

yang diperoleh tidak sebanding dengan beban yang harus ditanggung perusahaan ketika

dilakukan pembayaran beban-beban.

Dari tabel 4.2 pada tahun 2013 Return On Invesment tertinggi diperoleh MLBI (Multi

Bintang Indonesia Tbk) sebesar 65,72% sedangkan yang terendah adalah RMBA

(Bentoel International Investama TBK) hanya sebesar -11,29% saja.

Pada tahun 2013 MLBI mengalami peningkatan ROI sebesar 65,72%. Mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya. Pengelolaan manajemen dalam melakukan tingkat

pengembalian investasi menjadi kunci utama MLBI mejadi yang tertinggi lagi pada

tahun 2013. Manajemen yang baik dalam memanfaatkan keuntungan yang diperoleh

membuat perusahaan terus berkembang dengan baik. Dilihat dari laba bersih setelah

pajak dari sisi laporan laba ruginya, MLBI mendapatkan laba pada tahun 2013. Beban

yang dibayarkan dan hutang yang dibayarkan yang tidak banyak membuat MLBI dapat

mengimbangi antara total pendapatan penjualan yang didapat dengan total beban dan

pajak yang harus dibayarkan.

Lain dengan RMBA mengalami penurunan sebesar -11,29% pada tahun 2013.

Pengelolaan yang kurang baik dan hasil pendapatan penjualan yang tidak sebanding

dengan total beban yang dibayarkan membuat RMBA pada tahun 2013 mengalami rugi

tahun berjalan. Pembayaran beban yang lebih dari setengahnya total pendapatan

membuat perusahaan mengalami kerugian tahun berjalan. Dan jika dilihat dari sisi

aktiva, RMBA masih signifikan dalam menghasilkan keuntungan hanya dari sisi laporan

laba ruginya terlihat kurang baik. Banyaknya hutang yang tidak sedikit bisa menjadi

faktor perusahaan mengalami rugi tahun berjalan.

lii

Page 53: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Dari tabel 4.2 pada tahun 2014 Return On Invesment tertinggi diperoleh oleh SQBB

(Taisho Pharmeutical Indonesia Tbk) sebesar 35,88%, sedangkan yang terendah adalah

RMBA (Bentoel International Investama Tbk) hanya -22,23%saja. Seperti pada tahun-

tahun sebelumnya, RMBA masuk kategori penurunan selama tiga tahun berturut-turut.

Tentunya ini tidak baik karena kinerja RMBA selalu mengalami penurunan terus dan

tidak ada kenaikan lagi.

Pada tahun 2014 Return On Invesment tertinggi diperoleh oleh SQBB sebesar

35,88%. Sama seperti perusahaan sebelumnya yang mengalami kenaikan, pengelolaan

manajemen yang baik membuat SQBB mengalami keuntungan tertinggi pada tahun

2014. Seimbangnya antara total pendapatan penjualan yang diperoleh sebanding dengan

pajak yang dibayarkan yang tidak terlalu membengkak. Total aktiva yang diperoleh pun

seimbang dengan laba bersih setelah pajak yang harus dibayarkan.

Berbeda dengan RMBA yang selama tiga tahun berturut-turut mengalami penurunan

keuntungan hingga pada tahun 2014 ini terjadi penurunan ROI sebesar -22,23%.

Tentunya kurang baik karena banyak beban-beban yang setiap tahunnya dibayarkan

perusahaan karena hutang yang selalu menumpuk. Setiap tahunnya selalu terjadi

peningkatan hutang perusahaan agar menutup laporan keuangan tahun sebelumnya.

Tentu hal ini tidak baik bagi perusahaan, karena jika dibiarkan terus tidak menutup

kemungkinan prusahaan akan mengalami kerugian. Tingkat pengembalian investasi pun

menjadi rendah karena banyaknya beban dan hutang yang harus dibayarkan perusahaan.

Dari hasil Return On Invesment selama empat tahun diatas maka dapat di rata-rata

perusahaan mana yang memiliki kinerja profitabiitas paling baik dan mana yang

terendah. Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan

perusahaan selama empat tahun seperti pada grafik dibawah ini :

liii

Page 54: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Grafik 4.1Rata-rata Return On Invesment (ROI) Tahun 2011 – 2014

Sumber : Data Diolah Dari Tabel 4.2

Dari grafik 4.1 dapat terlihat bahwa perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan

paling baik selama empat tahun adalah MLBI (Multi Bintang Indonesia) dengan

perolehan sebesar 45,57% sedangkan yang terendah adalah RMBA (Bentoel

International Investama Tbk) hanya -8,34% saja.

B. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan

aset untuk memperoleh keuntungan. Cara mencarinya dengan membagi laba sebelum

pajak dengan total aset perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh

mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan dana yang ada untuk digunakan dalam

operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perhitungan dari salah satu ROI

yaitu perusahaan ADES pada tahun 2011 adalah :

Return on Asset (ROA) = 9,37%

liv

Page 55: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Untuk perhitungan selanjutnya dihitung dengan cara yang sama. Berikut adalah tabel

hasil perhitungannya.

Tabel 4.3Return On Asset (ROA) Tahun 2011 – 2014

2011 2012 2013 2014ADES 9,37% 19,69% 13,42% 8,22% 12,68%CEKA 15,81% 8,14% 8,09% 4,44% 9,12%DLTA 29,42% 38,57% 41,33% 38,25% 36,89%DVLA 18,02% 19,02% 14,76% 8,56% 15,09%GGRM 16,92% 13,32% 11,69% 12,37% 13,58%HMSP 56,44% 50,98% 52,94% 48,33% 52,17%ICBP 18,03% 17,05% 13,95% 13,60% 15,66%INAF 4,95% 5,19% -4,86% 0,59% 1,47%INDF 11,85% 10,63% 5,15% 7,24% 8,72%KAEF 12,92% 13,40% 11,49% 10,63% 12,11%KICI 0,66% 3,24% 10,12% 6,54% 5,14%KLBF 24,01% 24,50% 22,73% 22,24% 23,37%LMPI 1,12% 0,62% -1,70% 0,37% 0,10%

MBTO 10,04% 9,77% 3,76% 0,92% 6,12%MERK 48,46% 25,62% 28,23% 28,61% 32,73%MLBI 55,74% 52,71% 88,48% 48,33% 61,32%MRAT 8,69% 9,34% -2,30% 2,01% 4,44%MYOR 9,49% 11,56% 13,96% 5,14% 10,04%PSDN 8,80% 7,44% 6,34% -3,05% 4,88%PYFA 6,00% 5,86% 4,85% 2,43% 4,79%RMBA 7,66% -6,17% -14,05% -17,03% -7,40%ROTI 20,41% 16,58% 11,56% 11,79% 15,09%SCPI -9,01% -2,67% -0,85% -5,37% -4,48%SKLT 3,74% 4,67% 5,49% 7,10% 5,25%SQBB 44,52% 45,54% 47,36% 47,91% 46,33%STTP 6,45% 7,45% 9,71% 9,86% 8,37%TCID 16,81% 16,11% 14,89% 12,91% 15,18%TSPC 17,41% 17,53% 15,34% 13,28% 15,89%ULTJ 7,19% 18,91% 15,53% 12,86% 13,62%

Return On Asset (ROA)PERUSAHAAN Rata-rata

Sumber : Data Diolah

Dari tabel 4.3 Return On Asset tertinggi pada tahun 2011 adalah HMSP (Handjaya

Mandala Sampoerna Tbk) sebesar 56,44% sedangkan yang terendah adalah SCPI (Merck

Sharp Dohme Pharma Tbk) sebesar -9,01% saja.

Pada tahun 2011 ROA tertinggi diperoleh oleh HMSP sebesar 56,44%. Seimbangnya

antara total pendapatan penjualan dengan beban pokok yang dibayarkan membuat laba

sebelum pajak yang dihasilkan sesuai. HMSP mampu melakukan tingkat pengembalian

lv

Page 56: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

keuntungan jika dilihat dari total aset yang dimiliki. Tentu ini merupakan hasil positif

karena perusahaan dapat konsisten ketika melakukan pembayaran pajak.

Berbeda dengan SCPI yang hanya memperoleh ROA -9,01% saja dan menjadi yang

terendah pada tahun 2011. tingginya pembayaran beban, membuat rugi sebelum pajak

tahun berjalan. Sementara hasil dari pendapatan penjualannya terlalu banyak terpakai

untuk pembayaran beban pokok penjualan. Membuat dana yang digunakan perusahaan

untuk menghasilkan keuntungan menjadi kecil karena harus menanggung beban yang

tidak sedikit.

Dari tabel 4.3 pada tahun 2012, Return On Asset tertinggi diperoleh oleh MLBI (Multi

Bintang Indonesia Tbk) sebesar 52,71% sedangkan yang terendah adalah RMBA

(Benthoel International Investama Tbk) sebesar -6,17%.

Pada tahun 2012 MLBI memperoleh Return On Asset terbesar yaitu 52,71%.

Penggunaan dana yang tepat oleh perusahaan membuat tingkat pengembalian asetnya

bernilai positif. Pemanfaatan dana yang tepat yang dilakukan oleh perusahaan membuat

hasil keuntungan dari ROA yang didapat menjadi maksimal. Beban pokok penjualan

yang dibayarkan pun sesuai dengan total pendapatan penjualan yang didapat, sehingga

ketika akan membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total asetnya menjadi

sesuai hasilnya dan tidak terjadi kerugian.

Berbeda dengan RMBA berada di posisi paling rendah hanya -6,17% saja.

Berbanding terbalik dengan MLBI yang berada di posisi teratas. Penyebab dari

rendahnya ROA dari RMBA adalah karena perusahaan merugi pada tahun berjalannya.

Banyaknya beban yang dibayarkan perusahaan membuat RMBA mengalami

pembengkakan beban, sehingga tingkat keuntungan jika dilihat dari rugi sebelum pajak

dibagi dengan total asetnya menjadi ngatif hasilnya.

lvi

Page 57: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Dari tabel 4.3 untuk tahun 2013, terlihat bawha Return On Asset tertinggi dimiliki

oleh MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk) yaitu sebesar 88,48% sementara yang

terendah adalah RMBA (Bentoel International Investama Tbk) hanya -14,05%. Selama

dua tahun ini posisi terendah dan tertinggi dimiliki oleh perusahaan yang sama pada

tahun sebelumnya. Dari tabel tersebut terlihat selama dua tahun periode, Return On Asset

Tertinggi diperoleh oleh MLBI sebesar 88,48%. Sebanding dengan efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dilihat dari total aset yang dimiliki.

Pengelolaan dana yang baik membuat MLBI memperoleh ROA yang cukup baik. Dari

total pendapatan penjualan yang diperoleh sesuai dengan beban yang dibayarkan,

sehingga total dari laba sebelum pajak dibagi dengan total asetnya bernilai positif.

Kinerja perusahaannya pun baik dalam menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal

sehingga dana dari aset yang ada dapat menghasilkan keuntungan dari total penjualan

perusahaan.

Lain dengan RMBA yang berada di posisi terendah selama dua tahun periode, Return

On Asset yang dihasilkan hanya -14,05% saja. Selama dua tahun RMBA mengalami

pembengkakan pembayaran beban dari pokok penjualan yang menyebabkan rugi

sebelum pajak tahun berjalan. Tidak sebanding dengan pengelolaan dana total aset yang

dimiliki, karena perusahaan harus menanggung beban yang harus dibayarkan setiap

tahunnya sehingga pada tahun 2013 perusahaan dalam menghasilkan ROA bernilai

negatif.

Dari tabel 4.3 pada tahun 2014, Return On Asset tertinggi diperoleh oleh HMSP

(Handjaya Mandala Sampoerna Tbk) dan MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk) dengan

perolehan yang sama yaitu sebesar 48,33% sedangkan ROA terendah diperoleh

perusahaan yang sama yaitu RMBA (Bentoel International Investama Tbk) hanya -

17,03% saja. Selama tiga tahun terakhir RMBA mengalami penurunan.

lvii

Page 58: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Pada tahun 2014 terdapat kesamaan hasil Return On Asset antara HMSP dan MLBI

yaitu sebesar 48,33% pada tahun 2014. Keduanya menjadi yang tertinggi dalam

menghasilkan keuntungan ditahun 2014. Pengelolaan total aset dalam melakukan

transaksi agar mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dikelola secara maksimal

sehingga prusahaan mendapatkan keuntungan yang positif. Hasil dari total pendapatan

penjualannya seimbang dengan total beban penjualan yang dibayarkan. Perbandingan

antara laba sebelum pajak dengan total asetnya pun menjadi tinggi karena perusahaan

selalu taat dalam melakukan pembayaran bebannya dan tidak terjadi penumpukan dan

pembengkakkan pembayaran.

Lain dengan RMBA yang dalam tiga tahun ini berada diposisi terendah disebabkan

pemanfaatan keuntungan dari total aset yang sangat kecil, serta pembayaran beban yang

diatas setengah dari total pendapatan penjualan membuat hasil dari Return On Asset

menjadi negatif pada tahun 2014. Hal ini harus diantisipasi oleh perusahaan agar dari

tahun ketahun perusahaan tidak selalu mengalami keuntungan kecil. Harus ada yang

diperbaiki dari pengelolaan aset supaya dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal

jika dilihat dari ROA itu sendiri.

Dari hasil Return On Asset selama empat tahun diatas maka dapat di rata-rata kan,

perusahaan manakah yang memiliki kinerja profitabiitas paling baik dan manakah yang

terendah. Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat

dilihat rata-rata keuntungan perusahaan selama empat tahun seperti pada grafik dibawah

ini :

lviii

Page 59: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Grafik 4.2Rata-rata Return On Asset (ROA) Tahun 2011 – 2014

Sumber : Data Diolah Dari Tabel 4.3

Dari grafik 4.2 dapat terlihat perusahaan yang menghasilkan keuntungan paling baik

selama empat tahun adalah MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk) dengan perolehan

sebesar 61,32% sedangkan yang terendah adalah RMBA (Bentoel International

Investama Tbk) yaitu sebesar -7,40% saja.

C. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak dengan

total ekuitas dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

perusahaan mengembalikan keuntungan kepada para pemegang saham. Rasio ini

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin

baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.

Perhitungan dari salah satu ROE yaitu perusahaan ADES pada tahun 2011 adalah :

lix

Page 60: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Return on Equity (ROE) = 20,57%

Untuk perhitungan selanjutnya dihitung dengan cara yang sama. Berikut adalah tabel

hasil perhitungannya.

Tabel 4.4Return On Equity (ROE) Tahun 2011 – 2014

2011 2012 2013 2014ADES 20,57% 39,86% 21,01% 10,48% 22,98%CEKA 23,77% 12,59% 12,31% 7,62% 14,07%DLTA 26,48% 35,67% 39,98% 37,68% 34,95%DVLA 16,61% 17,69% 13,75% 8,40% 14,11%GGRM 20,19% 15,29% 14,90% 16,23% 16,65%HMSP 89,33% 76,86% 76,42% 75,42% 79,51%ICBP 19,29% 19,04% 16,84% 16,83% 18,00%INAF 6,06% 6,51% -9,17% 0,19% 0,90%INDF 15,47% 13,99% 9,01% 12,48% 12,74%KAEF 13,71% 14,27% 13,27% 13,05% 13,58%KICI 0,55% 3,39% 10,02% 5,97% 4,98%KLBF 23,37% 24,08% 23,18% 21,60% 23,06%LMPI 1,33% 0,57% -3,02% 0,42% -0,18%MBTO 10,65% 10,47% 3,58% 0,64% 6,34%MERK 46,77% 25,86% 34,25% 32,77% 34,91%MLBI 95,68% 137,45% 118,60% 143,53% 123,82%MRAT 7,77% 7,96% -1,77% 1,92% 3,97%MYOR 19,94% 24,26% 26,02% 9,99% 20,05%PSDN 11,56% 6,25% 5,10% -7,44% 3,87%PYFA 6,27% 6,05% 6,59% 2,75% 5,42%RMBA 13,61% -16,80% -118,16% -163,13% -71,12%ROTI 21,21% 22,37% 20,06% 19,64% 20,82%SCPI -117,70% -71,54% -117,09% -142,42% -112,19%SKLT 4,86% 6,14% 8,19% 10,74% 7,48%SQBB 39,68% 41,56% 43,08% 44,67% 42,25%STTP 8,70% 12,87% 16,48% 15,10% 13,29%TCID 13,72% 13,70% 13,53% 13,58% 13,63%TSPC 19,25% 18,94% 16,52% 14,13% 17,21%ULTJ 9,50% 21,08% 16,13% 12,50% 14,80%

PERUSAHAANReturn On Equity (ROE)

Rata-rata

Sumber : Data Diolah

Dari tabel 4.4 Return On Equity tertinggi pada tahun 2011 adalah MLBI (Multi

Bintang Indonesia Tbk) sebesar 95,68% dan yang terendah diperoleh oleh SCPI (Merck

Sharp Dohme Pharma Tbk) yaitu dengan perolehan -117,70%. Pada tahun 2011 Return

On Equity tertinggi adalah MLBI dengan perolehan 95,68%. Pengelolaan yang baik

lx

Page 61: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

menjadi salah satu faktor utama MLBI berada pada tingkat atas. Tingkat pengembalian

modal yang tinggi kepada para pemegang saham membuat total ekuitas yang didapat

tinggi. Seimbangnya antara total pendapatan penjualan yang didapat dengan beban

penjualan yang dibayarkan serta pembayaran hutang bunga sangat mempengaruhi hasil

akhir dari laba bersih termasuk dikurangi pembayaran pajak. Keuntungan yang didapat

maksimal karena perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas

seimbang.

Lain dengan SCPI hanya memperoleh ROE -117,70% pada tahun 2011 karena

banyaknya hutang yang menumpuk tidak diimbangi dengan hasil keuntungan

perusahaan. Karena perusahaan mengalami rugi tahun berjalan sehingga hasil akhir dari

laba bersih nya menjadi negatif dan menyebabkan laporan laba rugi pada tahun 2011

menjadi rugi. Oleh sebab itu perusahaan tidak dapat memaksimalkan hasil keuntungan

dari modal sendiri.

Dari tabel 4.4 pada tahun 2012, Return On Equity tertinggi adalah MLBI (Multi

Bintang Indonesia Tbk) dengan perolehan keuntungan sebesar 137,45% sedangkan posisi

terendah adalah SCPI (Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) yang memperoleh -71,54%.

Pada tahun 2012 MLBI kembali mendapatkan Return On Equity tertinggi dengan

perolehan 137,45%. Dari tahun ke tahunnya keuntungan yang diperoleh MLBI selalu

mengalami peningkatan. Pengembalian modal keuntungan dari hasil total ekuitas

perusahaan merata karena pemilik modal mendapatkan hasil keuntungan kembali dari

hasil penjualan yang diperoleh. Perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitasnya

bernilai positif sehingga hasil akhir yang diperoleh menjadi maksimal.

Beda dengan SCPI diposisi paling rendah hanya -71,54% saja. Hal ini sangat

berpengaruh sekali terhadap keuntungan yang didapat, karena dengan hasil yang negatif

maka keuntungan yang didapatkan tidak maksimal. Selama dua tahun berturut-turut

lxi

Page 62: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

SCPI mengalami kenaikan beban penjualan sehingga pada tahun 2012 mengalami rugi

tahun berjalan. Keuntungan yang didapat tidak maksimal karena posisi ROA menjadi

negatif yang menyebabkan pengembalian keuntungan modal sendiri yang didapat dari

perusahaan menjadi kecil.

Dari tabel 4.4 pada tahun 2013 Return On Equity tertinggi diperoleh oleh MLBI

(Multi Bintang Indonesia Tbk) dengan perolehan 118,60% sedangkan yang terendah

adalah RMBA (Bentoel International Investama Tbk) dengan perolehan -118,16%. Pada

tahun 2013 Return On Equity tertinggi adalah MLBI dengan keuntungan mencapai

118,60%. Pada tahun 2013 ini mengalami kenaikan tetapi jika dilihat dari persentase

keuntungan tahun sebelumnya, MLBI mengalami penurunan. Tetap saja ROE dari MLBI

berada diposisi paling atas. besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan membuat

pengembalian modal dari total ekuitas menjadi merata kepada pemegang saham.

Lain dengan RMBA hanya memperoleh -118,16% jauh dari angka positif sehingga

menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Pengembalian modal sendiri atas total

ekuitasnya menjadi kecil karena pembayaran beban yang ditanggung besar dan

dibayarkan setiap tahunnya. ROE yang dihasilkan tidak maksimal dimanfaatkan oleh

para pemegang sahamnya.

Dari tabel 4.4 Return On Equity tertinggi diperoleh MLBI (Multi Bintang Indonesia

Tbk) sebesar 143,53% sedangkan yang terendah adalah RMBA (Bentoel International

Investama Tbk) hanya -163,16%. Selama 4 tahun kinerja perusahaan yang paling baik

adalah MLBI, setiap tahunnya selalu berada paling atas dan menghasilkan keuntungan

maksimal. Pada tahun 2014 MLBI memperoleh ROE sebesar 143,53%. Pemanfaatan

modal sendiri yang baik membuat MLBI mendapatkan keuntungan maksimal, serta

didukung oleh laba bersih setelah pajak yang untung karena pembayaran beban pokok

penjualan yang seimbang dengan total pendapatannya.

lxii

Page 63: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Sementara berbanding terbalik dengan RMBA selama dua tahun berturut-turut

mengalami penurunan sehingga berada diposisi paling rendah pada tahun 2014.

Pemanfaatan yang kurang maksimal ditambah dengan rugi setelah pajak membuat

RMBA hanya bisa menghasilkan ROE hanya -163,13% saja sehingga pengembalian

modal sendiri terhadap laba bersihnya menjadi negatif. Hal ini menjadi bahan

pertimbangan bagi perusahaan agar dapat memanfaatkan hasil keuntungan menjadi lebih

baik lagi agar untuk tahun-tahun selanjutnya tidak terjadi kerugian lagi.

Dari hasil Return On Equity selama empat tahun diatas maka dapat di rata-rata kan,

perusahaan manakah yang memiliki kinerja profitabiitas paling baik dan manakah yang

terendah. Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan

perusahaan selama empat tahun seperti pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.3Rata-rata Return On Equity (ROE) Tahun 2011 – 2014

Sumber : Data Diolah Dari Tabel 4.4

Dari grafik 4.3 dapat dilihat perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan paling

baik selama empat tahun adalah MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk) dengan perolehan

sebesar 123,82% sedangkan yang terendah adalah SCPI (Merck Sharp Dohme Pharma

Tbk) yaitu hanya -112,19% saja.

lxiii

Page 64: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

D. Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak

dibandingkan dengan total penjualan. Hasil dari GPM ini akan terlihat dari persentase

laba kotor perusahaan. GPM menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh

jika dilihat dari laba kotor. Perhitungan dari salah satu GPM yaitu perusahaan ADES

pada tahun 2011 adalah :

Gross Profit Margin (GPM) = 9,89%

Untuk perhitungan selanjutnya dihitung dengan cara yang sama. Berikut adalah tabel

hasil perhitungannya.

Tabel 4.5Gross Profit Margin (GPM) Tahun 2011 – 2014

lxiv

Page 65: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

2011 2012 2013 2014ADES 9,89% 16,07% 11,77% 7,17% 11,23%CEKA 10,51% 7,45% 3,41% 1,54% 5,73%DLTA 36,32% 39,93% 41,33% 43,16% 40,19%DVLA 18,48% 18,80% 15,95% 9,59% 15,71%GGRM 15,79% 11,28% 10,70% 11,05% 12,21%HMSP 20,64% 20,08% 19,33% 17,00% 19,26%ICBP 14,17% 14,03% 11,82% 11,28% 12,83%INAF 4,58% 5,33% -4,71% 0,53% 1,43%INDF 14,01% 12,60% 7,19% 9,79% 10,90%KAEF 6,66% 7,45% 6,53% 6,98% 6,91%KICI 0,66% 3,24% 10,04% 6,14% 5,02%KLBF 18,21% 16,92% 16,07% 15,91% 16,78%LMPI 1,54% 0,84% -2,07% 0,58% 0,22%MBTO 8,39% 8,29% 3,58% 0,84% 5,28%MERK 30,83% 15,69% 24,42% 23,75% 23,67%MLBI 36,60% 38,75% 44,27% 36,08% 38,93%MRAT 9,03% 9,28% -2,82% 2,30% 4,45%MYOR 6,62% 9,13% 11,28% 3,73% 7,69%PSDN 2,97% 3,89% 3,37% -1,94% 2,07%PYFA 4,68% 4,51% 4,41% 1,89% 3,87%RMBA 4,81% -4,34% -10,56% -12,38% -5,62%ROTI 19,05% 16,77% 14,00% 13,44% 15,82%SCPI -10,31% -3,89% -1,56% -7,32% -5,77%SKLT 2,32% 2,90% 2,92% 3,45% 2,90%SQBB 47,12% 46,67% 46,77% 44,24% 46,20%STTP 5,87% 7,25% 8,42% 7,72% 7,32%TCID 11,49% 10,98% 10,76% 10,37% 10,90%TSPC 12,80% 12,25% 12,10% 9,88% 11,76%ULTJ 7,45% 16,29% 12,62% 9,58% 11,49%

PERUSAHAAN Gross Profit Margin (GPM) RATA-RATA

Sumber : Data Diolah

Dari tabel 4.5 terlihat Gross Profit Margin tahun 2011 yang mengalami kenaikan

adalah SQBB (Taisho Pharmauetical Indonesia Tbk) sebesar 47,12% sedangkan yang

terendah adalah SCPI (Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) sebesar -10,31% saja. Pada

tahun 2011 Gross Profit Margin tertinggi adalah SQBB sebesar 47,12%. Perusahaan

dapat memaksimalkan keuntungan dengan melihat dari total pendapatan penjualan yang

didapat dengan total beban penjualan yang dibayarkan perusahaan sehingga hasil dari

laba kotor itu sendiri bernilai positif. Pengelolaan yang baik berdampak baik terhadap

perusahaan dalam memanfaatkan kondisi yang ada.

Berbeda dengan SCPI pada tahun 2011 hanya memperoleh Gross Profit Margin -

10,31% saja. Hal ini disebabkan karena tidak seimbangya antara total pendapatan

penjulan yang didapat dengan beban penjulan yang harus dibayarkan oleh pihak

lxv

Page 66: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

perusahaan. Membuat rugi perusahaan karena selisih antara laba sebelum pajak dengan

total penjualan menjadi tidak maksimal.

Dari tabel 4.5 pada tahun 2012, Gross Profit Margin Tertinggi adalah SQBB (Taisho

Pharmauetical Indonesia Tbk) sebesar 46,67% sedangkan yang terendah adalah RMBA

(Bentoel International Investama Tbk) hanya -4,34%. Terlihat pada dua tahun berturut-

turut Gross Profit Margin SQBB berada diposisi paling tertinggi dengan nilai perolehan

sebesar 46,67% sehingga perusahaan dapat memaksimalkan keuntungannya secara baik.

Perolehan hasil yang baik karena hasil dari total pendapatan penjualan seimbang dengan

beban penjualan yang harus dibayarkan serta adanya tambahan penghasilan keuangan

dan pendapatan lain-lain membantu perusahaan dalam mencapai keuntungan yang

diinginkan oleh pihak perusahaan.

Lain dengan RMBA berada diposisi paling rendah karena perusahaan harus

menanggung beban penjulan yang tinggi sehingga menyebabkan rugi sebelum pajak

penghasilan. Perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total penjualan menjadi

tidak maksimal sehingga total keuntungan yang diperoleh kurang memuaskan.

Dari tabel 4.5 pada tahun 2013 Gross Profit Margin tertinggi diperoleh oleh SQBB

(Taisho Pharmauetical Indonesia Tbk) sebesar 46,77% sedangkan yang terendah adalah

RMBA (Bentoel International Investama Tbk) hanya -10,56% saja. Pada tahun 2013

Gross Profit Margin tertinggi adalah SQBB. Selama tiga tahun berturut-turut kinerja

SQBB selalu baik karena selalu mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan sehingga

hasil dari laba sebelum pajaknya bernilai positif.

Berbeda dengan RMBA pada tahun 2013 menanggung kerugian akibat dari besarnya

beban pokok penjualan yang dibayarkan perusahaan tidak sebanding dengan total

pendapatan penjualan yang didapat selama tahun 2013. Perusahaan harus menanggung

rugi sebelum pajak penghasilan selama dua tahun berturut-turut. Penanggungan beban

lxvi

Page 67: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

yang lebih dari setengah total penjualan perusahaan ditambah dengan keuntungan bersih

lainnya yang tidak berlalu besar menyebabkan hasil dari laba sebelum pajak penghasilan

menjadi negative.

Dari tabel 4.5 pada tahun 2014 persentase Gross Profit Margin tertinggi adalah SQBB

(Taisho Pharmauetical Indonesia Tbk) sebesar 44,24% sedangkan yang terendah adalah

RMBA (Bentoel International Investama Tbk) hanya -12,38% saja. Dapat terlihat bahwa

kinerja perusahaan paling baik dalam menghasilkan keuntungan adalah SQBB karena

selama empat tahun ini, perusahaan selalu berada diposisi tertinggi, walaupun terjadi

penurunan dari tahun ke tahunnya tetapi perusahaan dapat selalu menyeimbangkan

antara total pendapatan penjulan yang didapat dengan laba sebelum pajak

penghasilannya.

Berbeda dengan RMBA pada tahun 2014 berada diposisi terendah. Selama tiga tahun

terakhir semenjak tahun 2012 perusahaan selalu mengalami rugi tahun berjalan dan tidak

dapat memanfaatkan keuntungan secara maksimal. Adanya tanggungan beban pokok

penjualan yang besar membuat perusahaan selalu merugi pada saat laba sebelum pajak

penghasilan.

Dari hasil Gross Profit Margin selama 4 tahun diatas maka dapat di rata-rata kan,

perusahaan manakah yang memiliki kinerja profitabiitas paling baik dan manakah yang

terendah. Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan

perusahaan selama empat tahun seperti pada grafik dibawah ini :

lxvii

Page 68: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Grafik 4.4Rata-rata Gross Profit Margin (GPM) Tahun 2011 – 2014

Sumber : Data Diolah dari tabel 4.5

Dari grafik 4.4 dapat terlihat perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan paling

baik selama 4 tahun adalah SQBB (Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk) dengan

perolehan sebesar 46,20% sedangkan yang terendah adalah SCPI (Merck Sharp Dohme

Pharma Tbk) hanya -5,77% saja.

E. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan

keuntungan kepada para pemegang saham. Rasio ini mengukur perbandingan antara laba

bersih terhadap total penjualan. Semakin tinggi hasil NPM maka semakin tinggi

keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam perusahaan. Perhitungan

dari salah satu NPM yaitu perusahaan ADES pada tahun 2011 adalah :

lxviii

Page 69: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Net Profit Margin (NPM) = 8,63%

Untuk perhitungan selanjutnya dihitung dengan cara yang sama. Berikut adalah tabel

hasil perhitungannya.

Tabel 4.6Rata-rata Net Profit Margin (NPM) Tahun 2011 – 2014

2011 2012 2013 2014ADES 8,63% 17,49% 11,07% 5,35% 10,64%CEKA 7,77% 5,19% 2,56% 1,10% 4,16%DLTA 26,89% 29,64% 31,19% 32,76% 30,12%DVLA 13,44% 13,69% 11,41% 7,33% 11,47%GGRM 11,83% 8,29% 7,90% 8,27% 9,07%HMSP 15,25% 14,92% 14,41% 12,61% 14,30%ICBP 10,66% 10,57% 8,90% 8,43% 9,64%INAF 3,06% 3,66% -4,05% 0,08% 0,69%INDF 10,79% 9,54% 6,14% 8,09% 8,64%KAEF 4,93% 5,51% 4,95% 5,23% 5,16%KICI 0,40% 2,38% 7,49% 4,56% 3,71%KLBF 13,95% 13,01% 12,31% 12,21% 12,87%LMPI 1,08% 0,39% -1,78% 0,33% 0,01%

MBTO 6,57% 6,34% 2,52% 0,43% 3,97%MERK 25,16% 11,59% 21,77% 21,02% 19,89%MLBI 27,29% 28,93% 32,88% 26,59% 28,92%MRAT 6,85% 6,71% -1,87% 1,69% 3,35%MYOR 5,11% 7,08% 8,43% 2,89% 5,88%PSDN 1,91% 1,96% 1,66% -2,88% 0,66%PYFA 3,42% 3,00% 3,21% 1,19% 2,71%RMBA 3,03% -3,28% -8,49% -16,17% -6,23%ROTI 14,25% 12,52% 10,49% 10,02% 11,82%SCPI -9,30% -4,08% -2,98% -6,46% -5,71%SKLT 1,73% 1,98% 2,01% 2,41% 2,03%SQBB 35,12% 34,89% 35,06% 33,12% 34,55%STTP 4,15% 5,81% 6,75% 5,68% 5,60%TCID 8,46% 8,12% 7,89% 7,55% 8,01%TSPC 10,14% 9,57% 9,31% 7,77% 9,20%ULTJ 6,10% 12,57% 9,39% 7,23% 8,82%

PERUSAHAAN Nett Profit Margin (NPM) Rata-rata

Sumber : Data Diolah

Dari tabel 4.6 pada tahun 2011 Net Profit Margin tertinggi adalah SQBB (Taisho

Pharmaeutical Indonesia Tbk) sebesar 35,12% sedangkan yang terendah adalah SCPI

(Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) hanya -9,30%. Pada tahun 2011 Net Profit Margin

tertinggi diperoleh SQBB. Keuntungan setelah laba bersih yang diperoleh SQBB sangat

lxix

Page 70: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

baik karena dari hasil tersebut dapat menarik para pemegang saham untuk berinvestasi

keperusahaan tersebut. Seimbangnya antara total pendapatan penjualan yang diperoleh

sebanding dengan laba bersih yang dihasilkan karena pembayaran beban pokok serta

pembayaran pajaknya normal tidak melebihi dari setengah total pendapatan yang didapat

pada tahun 2011 sehingga SQBB pada tahun 2011 dapat memperoleh laba bersih sebesar

35,12%.

Lain dengan SCPI pada tahun 2011 Net Profit Margin yang dihasilkan mengalami

kerugian karena harus menanggung beban yang tinggi dan tidak sebanding dengan hasil

dari total pendapatan. Tidak seimbangnya perbandingan antara total penjualan yang

didapat dengan laba bersih membuat hasil akhir menjadi negatif. Tentu harus dilakukan

pembayaran beban pada tahun berikutnya agar pada tahun selanjutnya laba bersih yang

dihasilkan mendapatkan keuntungan sehingga dapat dibagikan kepada para pemegang

saham perusahaan.

Dari tabel 4.6 pada tahun 2012 Net Profit Margin Tertinggi adalah SQBB (Taisho

Pharmaeutical Indonesia Tbk) sebesar 34,89% sedangkan yang terendah adalah SCPI

(Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) hanya -4,08%. Pada dua tahun terakhir SQBB berada

diposisi paling tertinggi lagi. Kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan

keuntungan membuat perusahaan selalu mendapatkan hasil yang memuaskan dari total

pendapatan penjualan yang didapat sehingga hasil laba bersih menjadi positif. Para

pemegang saham dapat menikmati hasil dari laba bersih perusahaan dikarenakan hasil

akhirnya baik.

Berbeda dengan SCPI pada tahun 2012 mengalami kerugian. Pada dua tahun terakhir

SCPI mengalami hal yang sama berada diposisi terendah dengan perolehan hanya -

4,08% saja. Akan tetapi dalam hal pembayaran beban, SQBB mengalami pengurangan

lxx

Page 71: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

pembayaran beban karena pada tahun 2012 beban serta pembayaran lain-lainnya menjadi

berkurang, tentu menjadi peningkatan kinerja perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan karena sedikit berkurang beban yang harus ditanggung perusahaan.

Dari tabel 4.6 untuk tahun 2013, Net Profit Margin tertinggi adalah SQBB (Taisho

Pharmauetical Indonesia Tbk) sebesar 35,06% sedangkan yang terendah adalah RMBA

(Bentoel International Investama Tbk) hanya -8,49% saja. Pada tahun 2013 Net Profit

Margin tertinggi diperoleh SQBB. Selama tiga tahun sampai tahun 2013, SQBB selalu

berada paling atas. kinerja yang baik membuat SQBB berada diposisi tertinggi. Para

pemegang saham dapat memanfaatkan keuntungan karena keuntungan dari laba bersih

bernilai positif. Perbandingan antara total pendapatan penjualan dengan laba bersih yang

dihasilkan membuat keuntungan dapat dimanfaatkan baik oleh perusahaan sehingga pada

tahun 2013 perusahaan memperoleh laba sebesar 35,06%.

Berbeda dengan RMBA yang pada tahun 2013 terjadi penurunan laba sehingga berada

diposisi paling terendah dengan perolehan hanya -8,49% saja. Merupakan hasil negatif

bagi para pemegang saham dikarenakan perusahaan pada tahun 2013 mengalami

kerugian. Penghasilan dari penjualan tidak sebanding dengan total beban dan bunga yang

harus dibayarkan. Tentunya harus dibayarkan pada tahun berikutnya agar tidak terjadi

penumpukan beban pada tahun berjalan berikutnya.

Dari tabel 4.6 tahun 2014 Net Profit Margin tertinggi adalah SQBB (Taisho

Pharmauetical Indonesia Tbk) sebesar 33,12% sedangkan yang terendah adalah RMBA

(Bentoel International Investama Tbk) hanya -16,17% saja. Selama empat tahun berturut-

turut Net Profit Margin SQBB berada diposisi paling atas. pada tahun 2014 SQBB dapat

menghasilkan keuntungan yang tinggi karena berada diposisi paling tinggi. Kinerja

perusahaan yang baik dalam memaksimalkan keuntungan menjadi kunci utama SQBB

memperoleh laba bersih yang tinggi. Seimbangnya antara total penjualan yang dihasilkan

lxxi

Page 72: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

sebanding dengan beban yang dibayarkan sehingga perbandingan antara total penjualan

dengan laba bersihnya bernilai positif dan pada tahun 2014 memperoleh NPM sebesar

33,12%.

Lain dengan RMBA yang pada dua tahun terakhir berada diposisi terendah.

Perbandingan dari tahun sebelumnya menunjukkan kinerja perusahaan RMBA dalam

menghasilkan keuntungan dari tahun ketahun semakin menurun. Pada tahun 2014

mengalami kenaikan pembayaran beban sehingga pada tahun 2014 ini laba bersih yang

dihasilkan bernilai negatif.

Dari hasil Net Profit Margin selama 4 tahun diatas maka dapat di rata-rata kan,

perusahaan manakah yang memiliki kinerja profitabiitas paling baik dan manakah yang

terendah. Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan

perusahaan selama empat tahun seperti pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.5Rata-rata Net Profit Margin (NPM) Tahun 2011 – 2014

Sumber : Data Diolah Dari Tabel 4.6

Dari grafik 4.5 perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan paling baik selama 4

tahun adalah SQBB (Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk) dengan perolehan sebesar

lxxii

Page 73: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

46,20% sedangkan yang terendah adalah SCPI (Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) yaitu

sebesar -5,77% saja.

4.4. Perbandingan Rasio Profitabilitas dengan Standar Industri

Dalam perhitungan kali ini, hasil dari analisis rasio profitabilitas akan dibandingkan

dengan rata-rata standar industri perusahaan. Diantara perusahaan tersebut, akan

diketahui kinerja perusahaan mana yang paling baik yang memenuhi persyaratan dan

menghasilkan keuntungan paling maksimal.

Standar industri tidak bisa dijadikan acuan bagi perusahaan dalam mencapai

keuntungan bersih, namun sedikit membantu perusahaan dalam melihat keuntungan rata-

rata pertahun dari hasil keuntungan yang diperoleh. Agar perusahaan tau sejauh mana

dalam menghasilkan keuntungan dan membagikannya kepada para pemegang saham.

Berikut ini adalah tabel perbandingan dari analisis rasio profitabilitas yang

dibandingkan dengan rata-rata standar industri perusahaan.

A. Return On Invesment (ROI)

Dibawah ini adalah tabel perbandingan standar industri dengan Return On Invesment.

Tidak dijadikan sebagai acuan dalam perusahaan, tetapi standar industri membantu untuk

menentukan apakah perusahaan berada diatas rata-rata dalam menghasilkan keuntungan

ataupun masih rendah.

lxxiii

Page 74: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Tabel 4.7Perbandingan rata-rata ROI dengan Standar Industri

ADES 12,09% 30,00% RendahCEKA 6,66% 30,00% RendahDLTA 27,67% 30,00% RendahDVLA 11,02% 30,00% RendahGGRM 10,10% 30,00% RendahHMSP 38,74% 30,00% Diatas Rata-rataICBP 11,77% 30,00% RendahINAF 0,70% 30,00% RendahINDF 6,89% 30,00% RendahKAEF 9,04% 30,00% RendahKICI 3,80% 30,00% RendahKLBF 17,93% 30,00% RendahLMPI -0,04% 30,00% RendahMBTO 4,61% 30,00% RendahMERK 27,25% 30,00% RendahMLBI 45,57% 30,00% Diatas Rata-rataMRAT 3,33% 30,00% RendahMYOR 7,68% 30,00% RendahPSDN 2,00% 30,00% RendahPYFA 3,34% 30,00% RendahRMBA -8,34% 30,00% RendahROTI 11,28% 30,00% RendahSCPI -4,33% 30,00% RendahSKLT 3,68% 30,00% RendahSQBB 34,66% 30,00% Diatas Rata-rataSTTP 6,40% 30,00% RendahTCID 11,16% 30,00% RendahTSPC 12,44% 30,00% RendahULTJ 10,44% 30,00% Rendah

PERUSAHAAN Standar Industri

keteranganRata-rata

Sumber : Data Diolah

Jika dilihat Return On Invesment dari tabel 4.7 hanya ada tiga perusahaan diatas rata-

rata jika dibandingkan dengan standar industri yaitu HMSP (Handjaya Mandala

Sampoerna Tbk), MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk), dan SQBB (Taisho

Pharmaceutical Tbk). Ketiga perusahaan tersebut selama empat tahun berturut-turut

menghasilkan ROI diatas 30% sementara 26 perusahaan lainnya masih dibawah standar

industri. Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan

lxxiv

Page 75: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

perusahaan selama empat tahun dibandingkan dengan standar industri seperti pada grafik

dibawah ini :

Grafik 4.6Perbandingan rata-rata ROI dengan Standar Industri

Sumber : Data Diolah Dari Tabel 4.7

Dari grafik 4.6 terlihat hanya ada tiga perusahaan yang berada diatas standar industri,

sementara 26 perusahaan lainnya masih dibawah standar industri.

B. Return On Asset (ROA)

Dibawah ini adalah tabel perbandingan standar industri dengan Return On Asset.

Tidak dijadikan sebagai acuan dalam perusahaan, tetapi standar industri membantu

untuk menentukan apakah perusahaan berada diatas rata-rata dalam menghasilkan

keuntungan ataupun masih rendah.

Tabel 4.8Perbandingan rata-rata ROA dengan Standar Industri

lxxv

Page 76: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

ADES 12,68% 30,00% RendahCEKA 9,12% 30,00% RendahDLTA 36,89% 30,00% Diatas Rata-rataDVLA 15,09% 30,00% RendahGGRM 13,58% 30,00% RendahHMSP 52,17% 30,00% Diatas Rata-rataICBP 15,66% 30,00% RendahINAF 1,47% 30,00% RendahINDF 8,72% 30,00% RendahKAEF 12,11% 30,00% RendahKICI 5,14% 30,00% RendahKLBF 23,37% 30,00% RendahLMPI 0,10% 30,00% Rendah

MBTO 6,12% 30,00% RendahMERK 32,73% 30,00% Diatas Rata-rataMLBI 61,32% 30,00% Diatas Rata-rataMRAT 4,44% 30,00% RendahMYOR 10,04% 30,00% RendahPSDN 4,88% 30,00% RendahPYFA 4,79% 30,00% RendahRMBA -7,40% 30,00% RendahROTI 15,09% 30,00% RendahSCPI -4,48% 30,00% RendahSKLT 5,25% 30,00% RendahSQBB 46,33% 30,00% Diatas Rata-rataSTTP 8,37% 30,00% RendahTCID 15,15% 30,00% RendahTSPC 15,89% 30,00% RendahULTJ 13,62% 30,00% Rendah

PERUSAHAAN Standar Industri

KeteranganRata-rata

Sumber : Data Diolah

Jika dilihat Return On Asset dari tabel 4.8 hanya ada lima perusahaan yang diatas-rata

jika dibandingkan dengan standar industri yaitu DLTA (Delta Djakarta Tbk), HMSP

(Handjaya Mandala Sampoerna Tbk), MERK (Merc Indonesia Tbk), MLBI (Multi

Bintang Indonesia Tbk), dan SQBB (Taisho Pharmaceutical Tbk). Kelima perusahaan

selama empat tahun berturut-turut menghasilkan ROA diatas 30% sementara 24

perusahaan lainnya masih dibawah standar industri. Jika digambarkan dalam bentuk

grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan perusahaan selama empat tahun dibandingkan

dengan standar industri seperti pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.7Perbandingan rata-rata ROA dengan Standar Industri

lxxvi

Page 77: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Sumber :

Data Diolah Dari Tabel 4.8

Dari grafik 4.7 terlihat terdapat lima perusahaan yang berada diatas standar industri,

sementara 24 perusahaan lainnya masih dibawah standar industri.

C. Return On Equity (ROE)

Dibawah ini adalah tabel perbandingan standar industri dengan Return On Equity.

Tidak dijadikan sebagai acuan dalam perusahaan, tetapi standar industri membantu untuk

menentukan apakah perusahaan berada diatas rata-rata dalam menghasilkan keuntungan

ataupun masih rendah.

Tabel 4.9Perbandingan rata-rata ROE dengan Standar Industri

lxxvii

Page 78: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

ADES 22,98% 40% RendahCEKA 14,07% 40% RendahDLTA 34,95% 40% RendahDVLA 14,11% 40% RendahGGRM 16,65% 40% RendahHMSP 79,51% 40% Diatas Rata-rataICBP 18,00% 40% RendahINAF 0,90% 40% RendahINDF 12,74% 40% RendahKAEF 13,58% 40% RendahKICI 4,98% 40% RendahKLBF 23,06% 40% RendahLMPI -0,18% 40% RendahMBTO 6,34% 40% RendahMERK 34,91% 40% RendahMLBI 123,82% 40% Diatas Rata-rataMRAT 3,97% 40% RendahMYOR 20,05% 40% RendahPSDN 3,87% 40% RendahPYFA 5,42% 40% RendahRMBA -71,12% 40% RendahROTI 20,82% 40% RendahSCPI -112,19% 40% RendahSKLT 7,48% 40% RendahSQBB 42,25% 40% Diatas Rata-rataSTTP 13,29% 40% RendahTCID 13,63% 40% RendahTSPC 17,21% 40% RendahULTJ 14,80% 40% Rendah

PERUSAHAAN Standar Industri

KeteranganRata-rata

Sumber : Data Diolah

Jika dilihat Return On Equity dari tabel 4.9 hanya ada tiga perusahaan yang diatas

rata-rata jika dibandingkan dengan standar industri yaitu HMSP (Handjaya Mandala

Sampoerna Tbk), MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk), dan SQBB (Taisho

Pharmaceutical Tbk). Ketiga perusahaan tersebut selama empat tahun berturut-turut

memperoleh ROE diatas 40% sementara 26 perusahaan lainnya masih dibawah standar

industri. Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan

perusahaan selama empat tahun dibandingkan dengan standar industri seperti pada grafik

dibawah ini :

Grafik 4.8Perbandingan rata-rata ROE dengan Standar Industri

lxxviii

Page 79: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Sumber : Data Diolah Dari Tabel 4.9

Dari grafik 4.8 terlihat terdapat tiga perusahaan yang berada diatas standar industri,

sementara 26 perusahaan lainnya masih dibawah standar industri.

D. Gross Profit Margin (GPM)

Dibawah ini adalah tabel perbandingan standar industri dengan Gross Profit Margin.

Tidak dijadikan sebagai acuan dalam perusahaan, tetapi standar industri membantu untuk

menentukan apakah perusahaan berada diatas rata-rata dalam menghasilkan keuntungan

ataupun masih rendah.

Tabel 4.10Perbandingan rata-rata GPM dengan Standar Industri

lxxix

Page 80: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

ADES 11,23% 30% RendahCEKA 5,73% 30% RendahDLTA 40,19% 30% Diatas Rata-rataDVLA 15,71% 30% RendahGGRM 12,21% 30% RendahHMSP 19,26% 30% RendahICBP 12,83% 30% RendahINAF 1,43% 30% RendahINDF 10,90% 30% RendahKAEF 6,91% 30% RendahKICI 5,02% 30% RendahKLBF 16,78% 30% RendahLMPI 0,22% 30% RendahMBTO 5,28% 30% RendahMERK 23,67% 30% RendahMLBI 38,93% 30% Diatas Rata-rataMRAT 4,45% 30% RendahMYOR 7,69% 30% RendahPSDN 2,07% 30% RendahPYFA 3,87% 30% RendahRMBA -5,62% 30% RendahROTI 15,82% 30% RendahSCPI -5,77% 30% RendahSKLT 2,90% 30% RendahSQBB 46,20% 30% Diatas Rata-rataSTTP 7,32% 30% RendahTCID 10,90% 30% RendahTSPC 11,76% 30% RendahULTJ 11,49% 30% Rendah

PERUSAHAAN Standar Industri

keteranganRata-rata

Sumber : Data Diolah

Jika dilihat Gross Profit Margin dari tabel 4.10 hanya ada tiga perusahaan yang diatas

rata-rata jika dibandingkan dengan standar industry yaitu DLTA (Delta Djakarta Tbk),

MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk), dan SQBB (Taisho Pharmaceutical Tbk). Ketiga

perusahaan tersebut selama empat tahun berturut-turut menghasilkan Gross Profit

Margin diatas 30% sementara 26 perusahaan lainnya masih dibawah standar industri.

Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan perusahaan

selama empat tahun dibandingkan dengan standar industri seperti pada grafik dibawah

ini :

Grafik 4.9Perbandingan rata-rata GPM dengan Standar Industri

lxxx

Page 81: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Sumber :

Data Diolah Dari Tabel 4.10

Dari grafik 4.9 terlihat terdapat tiga perusahaan yang berada diatas standar industri,

sementara 26 perusahaan lainnya masih dibawah standar industri.

E. Net Profit Margin (NPM)

Dibawah ini adalah tabel perbandingan standar industri dengan Net Profit Margin.

Tidak dijadikan sebagai acuan dalam perusahaan, tetapi standar industri membantu untuk

menentukan apakah perusahaan berada diatas rata-rata dalam menghasilkan keuntungan

ataupun masih rendah.

Tabel 4.11Perbandingan Rata-rata NPM Dengan Standar Industri

lxxxi

Page 82: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

ADES 10,64% 20% RendahCEKA 4,16% 20% RendahDLTA 30,12% 20% Diatas Rata-rataDVLA 11,47% 20% RendahGGRM 9,07% 20% RendahHMSP 14,30% 20% RendahICBP 9,64% 20% RendahINAF 0,69% 20% RendahINDF 8,64% 20% RendahKAEF 5,16% 20% RendahKICI 3,71% 20% RendahKLBF 12,87% 20% RendahLMPI 0,01% 20% Rendah

MBTO 3,97% 20% RendahMERK 19,89% 20% RendahMLBI 28,92% 20% Diatas Rata-rataMRAT 3,35% 20% RendahMYOR 5,88% 20% RendahPSDN 0,66% 20% RendahPYFA 2,71% 20% RendahRMBA -6,23% 20% RendahROTI 11,82% 20% RendahSCPI -5,71% 20% RendahSKLT 2,03% 20% RendahSQBB 43,55% 20% Diatas Rata-rataSTTP 5,60% 20% RendahTCID 8,01% 20% RendahTSPC 9,20% 20% RendahULTJ 8,82% 20% Rendah

PERUSAHAAN Stndar Industri

keteranganRata-rata

Sumber : Data Diolah

Jika dilihat Net Profit Margin dari tabel 4.11 hanya ada tiga perusahaan yang diatas

rata-rata jika dibandingkan dengan standar industri yaitu DLTA (Delta Djakarta Tbk),

MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk), dan SQBB (Taisho Pharmaceutical Tbk).

Keempat perusahaan tersebut selama empat tahun berturut-turut menghasilkan Net Profit

Margin diatas 20% sementara 26 perusahaan lainnya masih dibawah standar industri.

Jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat rata-rata keuntungan perusahaan

selama empat tahun dibandingkan dengan standar industri seperti pada grafik dibawah

ini :

Grafik 4.10Perbandingan rata-rata NPM dengan Standar Industri

lxxxii

Page 83: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Sumber :

Data Diolah Dari Tabel 4.11

Dari grafik 4.10 terlihat terdapat tiga perusahaan yang berada diatas standar industri,

sementara 26 perusahaan lainnya berada dibawah standar industri.

4.5. Interpretasi Hasil Analisis Rasio Profitabilitas

Dari indikator-indikator diatas, dapat diketahui hasil dari indikator Return On

Invesment, Return On Asset, Return On Equity, Gross Profit Margin, dan Net Profit

Margin selama empat tahun periode. Rangkuman dari seluruh informasi mengenai

kinerja profitabilitas akan disajikan menjadi satu, mana yang diatas rata-rata dari kelima

indikator dan mana yang terendah dari kelima indikator. Interpretasi mempunyai arti

pengambaran suatu informasi yang disatukan untuk menyesuaikan gambaran dari hasil

yang telah dianalisis. Dibawah ini adalah hasil gabungan dari kelima indikator dari

analisis rasio profitabilitas.

Tabel 4.12Rata-rata Kinerja Profitabilitas Tahun 2011 – 2014

lxxxiii

Page 84: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

ADES 12,09% 12,68% 22,98% 11,23% 10,64%CEKA 6,66% 9,12% 14,07% 5,73% 4,16%DLTA 27,67% 36,89% 34,95% 40,19% 30,12%DVLA 11,02% 15,09% 14,11% 15,71% 11,47%GGRM 10,10% 13,58% 16,65% 12,21% 9,07%HMSP 38,74% 52,17% 79,51% 19,26% 14,30%ICBP 11,77% 15,66% 18,00% 12,83% 9,64%INAF 0,70% 1,47% 0,90% 1,43% 0,69%INDF 6,89% 8,72% 12,74% 10,90% 8,64%KAEF 9,04% 12,11% 13,58% 6,91% 5,16%KICI 3,80% 5,14% 4,98% 5,02% 3,71%KLBF 17,93% 23,37% 23,06% 16,78% 12,87%LMPI -0,04% 0,10% -0,18% 0,22% 0,01%

MBTO 4,61% 6,12% 6,34% 5,28% 3,97%MERK 27,25% 32,73% 34,91% 23,67% 19,89%MLBI 45,57% 61,32% 123,82% 38,93% 28,92%MRAT 3,33% 4,44% 3,97% 4,45% 3,35%MYOR 7,68% 10,04% 20,05% 7,69% 5,88%PSDN 2,00% 4,88% 3,87% 2,07% 0,66%PYFA 3,34% 4,79% 5,42% 3,87% 2,71%RMBA -8,34% -7,40% -71,12% -5,62% -6,23%ROTI 11,28% 15,09% 20,82% 15,82% 11,82%SCPI -4,33% -4,48% -112,19% -5,77% -5,71%SKLT 3,68% 5,25% 7,48% 2,90% 2,03%SQBB 34,66% 46,33% 42,25% 46,20% 43,55%STTP 6,40% 8,37% 13,29% 7,32% 5,60%TCID 11,16% 15,15% 13,63% 10,90% 8,01%TSPC 12,44% 15,89% 17,21% 11,76% 9,20%ULTJ 10,44% 13,62% 14,80% 11,49% 8,82%

NPMPERUSAHAAN ROI ROA ROE GPM

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.12 Return On Invesment tertinggi adalah MLBI (Multi Bintang Indonesia

Tbk) sebesar 45,57%. Hasil tersebut cukup baik karena keuntungan yang diperoleh diatas

rata-rata. Perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total asetnya sudah cukup

baik karena hasilnya positif. Lain dengan RMBA (Bentoel International Investama Tbk)

berada diposisi terendah hanya -8,34%. Rendahnya margin laba karena rendahnya

perputaran aktiva diperusahaan.

Dari tabel 4.12 Return On Asset tertinggi adalah MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk)

sebesar 61,32%. Dari hasil tersebut cukup baik karena perbandingan antara laba sebelum

pajak dengan total asetnya seimbang sehingga hasil keuntungan yang didapat positif.

Lain dengan RMBA (Bentoel International Investama Tbk) berada diposisi terendah

hanya -7,40%. Seperti pada indikator sebelumnya, Return On Invesment dari RMBA

lxxxiv

Page 85: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

juga rendah kemudian untuk ROA juga berada diposisi terendah. Tentunya biaya yang

dikeluarkan masih membengkak sehingga keuntungan yang diperoleh tidak maksimal.

Dari tabel 4.12 Return On Equity tertinggi adalah MLBI (Multi Bintang Indonesia

Tbk) sebesar 123,82%. Dari tiga indikator ini MLBI cukup baik dalam menghasilkan

keuntungan. Tingkat pengembalian investasi sudah cukup baik dan sistem pengelolaan

manajemen dalam memperoleh ROE baik karena mampu melakukan pengembalian

investasi kepada para pemegang saham. Lain dengan SCPI (Merck Sharp Dohme Pharma

Tbk) berada diposisi terendah hanya -112,19%. pengelolaan manajemen yang kurang

baik untuk memperoleh Return On Equity seiring turunnya ROI membuat keuntungan

yang diperoleh tidak bisa maksimal.

Dari tabel 4.12 Gross Profit Margin tertinggi adalah SQBB (Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk) sebesar 46,20%. Hasil yang diperoleh baik karena seimbang antara laba

bersih sebelum pajak dengan hasil penjualan yang didapat sehingga keuntungan yang

diperoleh maksimal. Lain dengan SCPI (Merck Sharp Dohme Pharma Tbk) berada

diposisi terendah hanya -5,77% saja. Beban yang dibayarkan tidak seimbang dengan

barang yang dijual atau total pendapatan penjualan yang diperoleh sehingga hasil yang

dihasilkan tidak maksimal.

Dari tabel 4.12 Net Profit Margin tertinggi adalah SQBB (Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk) sebesar 43,55%. Hasil yang diperoleh baik dan pada Gross Profit Margin

SQBB memperoleh keuntungan yang paling tinggi. Hasil penjualan yang tinggi membuat

seimbang antara total penjualan dengan laba bersih setelah pajaknya sehingga hasilnya

positif. Lain dengan RMBA (Bentoel International Investama Tbk) hanya -6,23% saja.

Meningkatnya biaya tidak langsung yang relatif tinggi terhadap penjualan menyebabkan

keuntungan yang diperoleh tidak maksimal.

lxxxv

Page 86: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Sementara jika dibandingkan antara rasio profitabilitas dengan standar industri

terdapat lima perusahaan yang berada diatas rata-rata standar industri sedangkan 24

perusahaan lainnya masih dibawah standar industri seperti tabel dibawah ini :

Tabel 4.13Daftar Perusahaan yang Kinerjanya diatas rata-rata Standar Industri

DLTA LK LB LK LB LBHMSP LB LB LB LK LKMERK LK LB LK LK LKMLBI LB LB LB LB LBSQBB LB LB LB LB LB

NPMPERUSAHAAN ROI ROA ROE GPM

Sumber : Data Diolah Dari Sampel

Keterangan : LB : Lebih BesarLK : Lebih Kecil

Dari Tabel 4.13 terlihat kinerja perusahaan yang paling baik menghasilkan

keuntungan. Terdapat lima perusahaan yang berada diatas rata-rata standar industri yaitu

DLTA (Delta Djakarta Tbk), HMSP (Handjaya Mandala Sampoerna Tbk), MERK (Merc

Indonesia Tbk), MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk), dan SQBB (Taisho

Pharmaceutical Indonesia Tbk) sementara 24 perusahaan lainnya dibawah standar

industri.

Kelima perusahaan mampu melakukan efisiensi dalam hal penekanan biaya sehingga

dapat melakukan persaingan dengan perusahaan lain. Kemajuan teknologi diimbangi

dengan Sumber Daya Manusia yang ahli dalam melakukan pengelolaan yang baik

membuat perusahaan tidak kehilangan pelanggan serta perusahaan selalu melakukan

inovasi baru agar pelanggan selalu puas.

lxxxvi

Page 87: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

Dari kelima perusahaan pada tabel 4.13 terdapat dua perusahaan yang berada diatas

rata-rata standar industri dari kelima indikator rasio profitabilitas. Pengelolaan yang baik

serta pangsa pasar yang mendukung membuat MLBI dan SQBB selalu mengalami

keuntungan dari setiap indikator rasio profitabilitas.

Berbeda dengan 24 perusahaan yang lainnya yang dibawah standar industri, daya beli

masyarakat yang rendah dan banyaknya persaingan serta kurangnya melakukan inovasi

membuat perusahaan kalah bersaing dengan perusahaan lainnya. Pengelolaan

manajemen yang kurang baik dalam hal menarik pelanggan juga menjadi salah satu

faktor perusahaan kalah bersaing dengan perusahaan lain. Kemajuan teknologi saat ini

tidak diimbangi dengan Sumber Daya Manusia dalam perusahaan sehingga perusahaan

tidak berkembang.

BAB V

lxxxvii

Page 88: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Adapun simpulan dari hasil penelitian analisis perbandingan kinerja profitabilitas

dengan pendekatan ROA, ROI, ROE, dan Profit margin pada perusahaan sektor industri

barang konsumsi yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011 -2014

adalah sebagai berikut :

1. Kinerja perusahaan sektor industri konsumsi dilihat dari kinerja profitabilitas sudah

baik. Dari setiap indikator hanya ada tiga perusahaan saja yang tingkat keuntungannya

rendah.

2. Perusahaan yang memiliki kinerja profitabilitas paling baik dalam menghasilkan

keuntungan adalah MLBI ( Multi Bintang Indonesia Tbk) dan SQBB (Taisho

Pharnaceutical Indonesia Tbk).

3. Perusahaan yang memiliki kinerja paling baik dalam menghasilkan keuntungan jika

dibandingkan dengan standar industri adalah MLBI ( Multi Bintang Indonesia Tbk)

dan SQBB (Taisho Pharnaceutical Indonesia Tbk). Kedua perusahaan tersebut dari

setiap indikatornya selalu berada diatas rata-rata standar industri.

5.2. Saran

Adapun saran dari hasil penelitian analisis perbandingan kinerja profitabilitas dengan

pendekatan ROA, ROI, ROE, dan Profit margin pada perusahaan sektor industri barang

konsumsi yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011 -2014 adalah

sebagai berikut :

1. Untuk perusahaan yang sudah memiliki kinerja profitabilitas yang baik agar selalu

dipertahankan tiap tahunnya dan jangan sampai terjadi penurunan. Harus selalu ada

peningkatan dari tahun ke tahunnya supaya perusahaan dapat terus berkembang dan

memaksimalkan keuntungan.

lxxxviii

Page 89: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

2. Untuk perusahaan yang masih memiliki kinerja profitabilitas rendah agar selalu

ditingkatkan terus kemampuan perusahaannya dan terus berkembang agar untuk

tahun-tahun berikutnya tidak terjadi hal serupa yang membuat perusahaan tidak bisa

memaksimalkan keuntungannya.

lxxxix

Page 90: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

LAMPIRAN

1. Total laba sebelum pajak tahun 2011 – 2014

PERUSAHAAN EBIT 2011 EBIT 2012 EBIT 2013 EBIT 2014ADES 29.627.000.000 76.631.000.000 59.194.000.000 41.511.000.000 CEKA 130.254.192.528 83.714.325.804 86.553.141.929 57.072.544.226 DLTA 204.871.170.000 287.505.070.000 358.395.988.000 379.518.812.000 DVLA 166.324.563.000 204.477.046.000 175.756.777.000 105.866.443.000

GGRM 6.614.971.000.000 5.530.646.000.000 5.936.204.000.000 7.205.845.000.000 HMSP 10.911.082.000.000 13.383.257.000.000 14.509.710.000.000 13.718.299.000.000 ICBP 2.744.910.000.000 3.027.190.000.000 2.966.990.000.000 3.388.725.000.000 INAF 55.202.775.624 61.732.101.766 (63.032.747.250) 7.401.635.942 INDF 6.352.389.000.000 6.309.756.000.000 4.000.751.000.000 6.229.297.000.000 KAEF 232.007.059.693 278.284.452.055 284.125.432.299 315.611.059.635 KICI 581.238.730 3.079.969.405 9.947.532.870 6.328.129.933 KLBF 1.987.259.361.668 2.308.017.092.492 2.572.522.717.231 2.763.700.548.048 LMPI 7.745.220.632 5.080.875.834 (14.019.452.357) 3.002.947.069

MBTO 54.406.395.474 59.554.649.590 23.006.208.262 5.699.438.368 MERK 283.226.816.000 145.914.877.000 196.772.132.000 205.058.431.000 MLBI 680.487.000.000 607.261.000.000 1.576.945.000.000 1.078.378.000.000 MRAT 36.719.868.781 42.552.200.238 (10.127.657.365) 10.040.984.104 MYOR 626.440.817.709 959.815.066.914 1.356.073.496.557 529.701.030.755 PSDN 37.116.872.381 50.794.652.652 43.237.563.647 (18.967.883.663) PYFA 7.085.375.595 7.971.954.730 8.499.928.945 4.206.712.519

RMBA 485.237.000.000 (428.369.000.000) (1.297.227.000.000) (1.745.763.000.000) ROTI 154.948.034.286 199.792.980.761 210.804.904.162 252.762.908.103 SCPI (28.179.746.000) (11.786.155.000) (6.370.864.000) (70.759.509.000) SKLT 8.016.925.358 11.663.883.341 16.597.785.538 23.554.037.458

SQBB 161.085.574.000 180.897.794.000 199.482.401.000 220.106.578.000 STTP 60.382.411.569 93.116.800.006 142.799.075.520 167.765.041.979 TCID 190.142.752.846 203.263.152.528 218.297.701.912 239.428.829.612 TSPC 740.100.267.340 812.379.718.258 829.935.403.086 742.732.619.498 ULTJ 156.817.906.428 457.970.115.184 436.720.187.873 375.356.927.774

Sumber : Data Diolah Dari Laporan Keuangan

2. Total Laba Setelah Pajak Tahun 2011 – 2014

xc

Page 91: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

PERUSAHAAN EAT 2011 EAT 2012 EAT 2013 EAT 2014ADES 25.868.000.000 83.376.000.000 55.656.000.000 31.021.000.000 CEKA 96.305.943.766 58.344.237.476 65.068.958.558 41.001.414.954 DLTA 151.715.042.000 213.421.077.000 270.498.062.000 288.073.432.000 DVLA 120.915.340.000 148.909.089.000 125.796.473.000 80.929.476.000

GGRM 4.958.102.000.000 4.068.711.000.000 4.383.932.000.000 5.395.293.000.000 HMSP 8.064.426.000.000 9.945.296.000.000 10.818.486.000.000 10.181.083.000.000 ICBP 2.066.365.000.000 2.282.371.000.000 2.235.040.000.000 2.531.681.000.000 INAF 36.919.316.551 42.385.114.982 (54.222.595.302) 1.164.824.606 INDF 4.891.673.000.000 4.779.446.000.000 3.416.635.000.000 5.146.323.000.000 KAEF 171.763.175.754 205.763.997.378 215.642.329.977 236.531.070.864 KICI 356.739.464 2.259.475.494 7.419.500.718 4.703.508.241 KLBF 1.522.956.820.292 1.775.098.847.932 1.970.452.449.686 2.121.090.581.630 LMPI 5.424.322.790 2.340.674.019 (12.040.411.197) 1.710.590.575

MBTO 42.659.406.355 45.523.079.819 16.162.858.075 2.925.070.199 MERK 231.158.647.000 107.808.155.000 175.444.757.000 181.472.234.000 MLBI 507.382.000.000 453.405.000.000 1.171.229.000.000 794.883.000.000 MRAT 27.867.834.532 30.751.407.882 (6.700.373.076) 7.371.973.842 MYOR 483.486.152.677 744.428.404.309 1.013.558.238.779 409.824.768.594 PSDN 23.858.490.558 25.623.404.271 21.322.248.834 (28.175.252.332) PYFA 5.172.045.680 5.308.221.363 6.195.800.338 2.657.665.405

RMBA 305.997.000.000 (323.351.000.000) (1.042.068.000.000) (2.278.718.000.000) ROTI 115.932.533.042 149.149.548.025 158.015.270.921 188.577.521.074 SCPI (25.420.338.000) (12.366.677.000) (12.167.645.000) (62.461.393.000) SKLT 5.976.790.919 7.962.693.771 11.440.014.188 16.480.714.984 SQBB 120.059.348.000 135.248.606.000 149.521.096.000 164.808.009.000 STTP 42.675.154.847 74.626.183.474 114.437.068.803 123.465.403.948 TCID 140.038.819.641 150.373.851.969 160.148.465.833 174.314.394.101 TSPC 586.362.346.430 635.176.093.653 638.535.108.795 584.293.062.124 ULTJ 128.449.344.052 353.431.619.485 325.127.420.664 283.360.914.211

Sumber : Data Diolah Dari Laporan Keuangan

3. Total Aset tahun 2011 – 2014

xci

Page 92: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

PERUSAHAAN TOTAL ASSET 2011 TOTAL ASSET 2012 TOTAL ASSET 2013 TOTAL ASSET 2014ADES 316.048.000.000 389.094.000.000 441.064.000.000 504.865.000.000 CEKA 823.360.918.368 1.027.692.718.504 1.069.627.299.747 1.284.150.037.341 DLTA 696.166.676.000 745.306.835.000 867.040.802.000 991.947.134.000 DVLA 922.945.318.000 1.074.691.476.000 1.190.054.288.000 1.236.247.525.000

GGRM 39.088.705.000.000 41.509.325.000.000 50.770.251.000.000 58.220.600.000.000 HMSP 19.329.758.000.000 26.247.527.000.000 27.404.594.000.000 28.380.630.000.000 ICBP 15.222.857.000.000 17.753.480.000.000 21.267.470.000.000 24.910.211.000.000 INAF 1.114.901.669.774 1.188.618.790.410 1.294.510.669.195 1.248.343.275.406 INDF 53.585.933.000.000 59.324.207.000.000 77.611.416.000.000 85.938.885.000.000 KAEF 1.794.399.675.018 2.076.347.580.785 2.471.939.548.890 2.968.184.626.297 KICI 87.419.114.499 94.955.970.131 98.295.722.100 96.745.744.221 KLBF 8.274.554.112.840 9.417.957.180.958 11.315.061.275.026 12.425.032.367.729 LMPI 685.895.619.326 815.153.025.335 822.189.506.877 808.892.238.344

MBTO 541.673.841.000 609.494.013.942 611.769.745.328 619.383.082.066 MERK 584.388.578.000 569.430.951.000 696.946.318.000 716.599.526.000 MLBI 1.220.813.000.000 1.152.048.000.000 1.782.148.000.000 2.231.051.000.000 MRAT 422.493.037.089 455.472.778.210 439.583.727.200 498.786.376.745 MYOR 6.599.845.533.328 8.302.506.241.903 9.710.223.454.000 10.291.108.029.334 PSDN 421.366.403.319 682.611.125.989 681.832.333.141 620.928.440.332 PYFA 118.033.602.852 135.849.510.061 175.118.921.406 172.736.624.689

RMBA 6.333.957.000.000 6.935.601.000.000 9.232.016.000.000 10.250.546.000.000 ROTI 759.136.918.500 1.204.944.681.223 1.822.689.047.108 2.142.894.276.216 SCPI 312.518.674.000 440.498.391.000 746.401.836.000 1.317.314.767.000 SKLT 214.237.879.424 249.746.467.756 301.989.488.699 331.574.891.637

SQBB 361.756.455.000 397.144.458.000 421.187.982.000 459.352.720.000 STTP 934.765.927.864 1.249.840.835.890 1.470.059.394.892 1.700.204.093.895 TCID 1.130.865.062.422 1.261.572.952.461 1.465.952.460.752 1.853.235.343.636 TSPC 4.250.374.395.321 4.632.984.970.719 5.407.957.915.805 5.592.730.492.960 ULTJ 2.180.516.519.057 2.420.793.382.029 2.811.620.982.142 2.917.083.567.355

Sumber : Data Diolah Dari Laporan Keuangan

4. Total Equity Tahun 2011 – 2014

xcii

Page 93: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

PERUSAHAAN EQUITY 2011 EQUITY 2012 EQUITY 2013 EQUITY 2014ADES 125.746.000.000 209.122.000.000 264.778.000.000 295.799.000.000 CEKA 405.058.748.832 463.402.986.308 528.274.933.918 537.551.172.122 DLTA 572.935.427.000 598.211.513.000 676.557.993.000 764.473.253.000 DVLA 727.917.390.000 841.546.479.000 914.702.952.000 962.431.483.000

GGRM 24.550.928.000.000 26.605.713.000.000 29.416.271.000.000 33.228.720.000.000 HMSP 9.027.088.000.000 12.939.107.000.000 14.155.035.000.000 13.498.114.000.000 ICBP 10.709.773.000.000 11.986.798.000.000 13.265.731.000.000 15.039.947.000.000 INAF 609.193.834.668 650.100.577.219 590.793.367.889 591.963.192.495 INDF 31.610.225.000.000 34.142.674.000.000 37.891.756.000.000 41.228.376.000.000 KAEF 1.252.662.935.740 1.441.533.689.666 1.624.354.688.981 1.811.143.949.913 KICI 64.297.602.391 66.557.077.885 73.976.578.603 78.680.086.844 KLBF 6.515.935.058.426 7.371.643.614.897 8.499.957.965.575 9.817.475.678.446 LMPI 407.119.930.796 409.460.604.815 397.420.193.618 399.130.784.193

MBTO 400.542.318.744 434.562.913.348 451.318.464.718 453.749.133.904 MERK 494.181.710.000 416.741.865.000 512.218.622.000 553.690.856.000 MLBI 530.268.000.000 329.853.000.000 987.533.000.000 553.797.000.000 MRAT 358.429.064.718 385.886.711.173 377.791.327.039 383.944.578.889 MYOR 2.424.669.292.434 3.067.850.327.238 3.893.900.119.177 4.100.554.992.789 PSDN 206.289.106.038 409.577.291.829 417.599.733.163 378.574.690.831 PYFA 82.397.251.515 87.705.472.878 93.901.273.216 96.558.938.621

RMBA 2.247.284.000.000 1.923.933.000.000 881.865.000.000 (1.396.853.000.000) ROTI 546.441.182.786 666.607.597.550 787.337.649.671 960.122.354.744 SCPI 21.596.812.000 17.285.981.000 10.391.012.000 (43.856.772.000) SKLT 122.900.348.177 129.482.560.948 139.650.353.636 153.368.106.620 SQBB 302.500.442.000 325.359.028.000 347.052.274.000 368.878.943.000 STTP 490.065.156.836 579.691.340.310 694.128.409.113 817.593.813.061 TCID 1.020.412.800.735 1.096.821.575.914 1.182.990.689.957 1.283.504.442.268 TSPC 3.045.935.747.008 3.353.156.079.810 3.862.951.854.240 4.132.338.998.550 ULTJ 1.351.971.313.937 1.676.519.113.422 2.015.146.534.086 2.265.097.759.730 Sumb

er : Data Diolah Dari Laporan Keuangan

5. Total Penjualan Tahun 2011 – 2014

xciii

Page 94: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

PERUSAHAAN SALES 2011 SALES 2012 SALES 2013 SALES 2014ADES 299.409.000.000 476.638.000.000 502.524.000.000 578.784.000.000 CEKA 1.238.169.022.036 1.123.519.657.631 2.531.881.182.546 3.701.868.790.192 DLTA 564.051.178.000 719.951.793.000 867.066.542.000 879.253.383.000 DVLA 899.632.048.000 1.087.379.869.000 1.101.684.170.000 1.103.821.775.000

GGRM 41.884.352.000.000 49.028.696.000.000 55.436.954.000.000 65.185.850.000.000 HMSP 52.856.708.000.000 66.626.123.000.000 75.025.207.000.000 80.690.139.000.000 ICBP 19.367.155.000.000 21.574.792.000.000 25.094.681.000.000 30.022.463.000.000 INAF 1.203.466.970.652 1.156.050.256.720 1.337.498.191.710 1.381.436.578.115 INDF 45.332.256.000.000 50.059.427.000.000 55.623.657.000.000 63.594.452.000.000 KAEF 3.481.166.441.259 3.734.241.101.309 4.348.073.988.385 4.521.024.379.759 KICI 87.517.382.578 94.787.254.405 99.029.696.717 102.971.318.497 KLBF 10.911.860.141.523 13.636.405.178.957 16.002.131.057.048 17.368.532.547.558 LMPI 502.186.982.451 598.259.974.490 676.111.070.762 513.547.309.970

MBTO 648.375.230.795 717.788.399.047 641.284.586.295 671.398.849.823 MERK 918.532.462.000 929.876.824.000 805.746.000.000 863.207.535.000 MLBI 1.858.750.000.000 1.566.984.000.000 3.561.989.000.000 2.988.501.000.000 MRAT 406.315.784.681 458.197.338.824 358.127.545.503 434.747.101.600 MYOR 9.453.865.992.878 10.510.625.669.832 12.017.837.133.337 14.169.088.278.238 PSDN 1.246.290.753.836 1.305.116.747.447 1.279.553.071.584 975.081.057.089 PYFA 151.094.461.045 176.730.979.672 192.555.731.180 222.302.407.528

RMBA 10.070.175.000.000 9.850.010.000.000 12.273.615.000.000 14.091.156.000.000 ROTI 813.342.078.952 1.190.825.893.340 1.505.519.937.691 1.880.262.901.697 SCPI 273.311.280.000 302.829.675.000 407.088.731.000 965.818.287.000 SKLT 344.435.729.830 401.724.215.506 567.048.547.543 681.419.524.161

SQBB 341.814.910.000 387.535.486.000 426.436.344.000 497.501.571.000 STTP 1.027.683.999.319 1.283.736.251.902 1.694.935.468.814 2.170.464.194.350 TCID 1.654.671.098.358 1.851.152.825.559 2.027.899.402.527 2.308.203.551.971 TSPC 5.780.664.117.037 6.630.809.553.343 6.854.889.233.121 7.512.115.037.587 ULTJ 2.102.383.741.532 2.809.851.307.439 3.460.231.249.075 3.916.789.366.423

Sumber : Data Diolah Dari Laporan Keuangan

xciv

Page 95: EVALUASI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI KONSUMSI DENGAN PENDEKATAN PROFITABILITAS

DAFTAR PUSTAKA

Dennis, Michael, 2006, “Key Financial Ratio for The Credit Department”, Business

Credit, New York, Nov./Dec., Vol.108, Iss. 10; pg. 62, 1 pgs.

Hanafi, M. Mamduh dan Abdul Halim, 2002, Analisis Laporan Keuanga, UPP AMP

YKPN, Yogyakarta.

IAI, 2007, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat:

Jakarta.

Kasmir, 2008, “Analisis Laporan Keuangan”, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Munawir, S., 2002, Analisis Informasi Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang,  2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta, BFE

UGM.

Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan

Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Prihadi, Toto, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PPM, Jakarta.

Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid Pertama. Edisi Ketiga.

Malang: Bayumedia Publishing.

Weston J.Fred. dan Eugene F. Brigham, 2001, Dasar-Dasar manajemen Keuangan,

Erlangga: Jakarta.

Wild John J, K.R. Subramanyam, Robert E. Halsey, Financial Statement Analysis, Mc

Graw-Hill, Ninth Edition, 2005

Referensi Situs :

1. www.idx.co.id Juni 2015

2. www.schoolar.google.co.id Juni 2015

xcv