14
TUGAS ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA “ANALISIS ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH MENURUT FUNGSI PENDIDIKAN” Yudi Bowo Prasetya 071311133051 PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

TUGAS

ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA

“ANALISIS ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH MENURUT FUNGSI

PENDIDIKAN”

Yudi Bowo Prasetya

071311133051

PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

Page 2: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 11 ayat

(5), mengatur mengatur pengelompokan anggaran belanja Pemerintah Pusat

menurut fungsi. Fungsi ini terdiri dari 11 fungsi yang menggambarkan berbagai

aspek penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Sebelas fungsi pemerintah tersebut meliputi:

(1) fungsi pelayanan umum, (2) fungsi pertahanan, (3) fungsi ketertiban dan

keamanan, (4) fungsi ekonomi, (5) fungsi lingkungan hidup, (6) fungsi perumahan

dan fasilitas umum, (7) fungsi kesehatan, (8) fungsi pariwisata dan budaya, (9)

fungsi agama, (10) fungsi pendidikan, dan (11) fungsi perlindungan sosial.

Dalam periode 2006–2011, sebagian besar anggaran belanja Pemerintah Pusat

dialokasikan untuk melaksanakan fungsi pelayanan umum yang mencapai rata-rata

sekitar 66,8 persen dari total realisasi belanja Pemerintah Pusat tiap tahunnya.

Selebihnya, sekitar 33,2 persen dari realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat

selama periode tersebut digunakan untuk menjalankan fungsi-fungsi lainnya.

1

Page 3: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

Ilustrasi realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat tersebut disajikan dalam grafik

berikut:

Dalam grafik di atas terlihat jelas gambaran alokasi anggaran ke-8 fungsi, yaitu:

pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan

hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, dan pariwisata-budaya.

Sementara 3 fungsi lainnya (fungsi agama, fungsi perlindungan sosial, dan

perlindungan lingkungan hidup) tidak terlihat karena tidak signifikan secara angka

nominal.

Disini saya akan sedikit memberikan rincian fungsi dan perkembangan alokasi

anggarannya (hanya untuk beberapa fungsi yang menonjol) dari Fungsi Pendidikan:

Belanja Fungsi Pendidikan

Realisasi anggaran fungsi pendidikan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Anggaran pendidikan melalui

belanja Pemerintah Pusat merupakan realisasi anggaran pada fungsi pendidikan

untuk seluruh K/L, yang terdiri dari beberapa subfungsi, yaitu: subfungsi pendidikan

anak usia dini (PAUD), subfungsi pendidikan dasar, subfungsi pendidikan

menengah, subfungsi pendidikan nonformal dan formal, subfungsi pendidikan tinggi,

subfungsi pelayanan bantuan terhadap pendidikan, subfungsi pendidikan

keagamaan, subfungsi penelitian dan pengembangan pendidikan, dan subfungsi

2

Page 4: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

pendidikan lainnya. Perkembangan realisasi untuk fungsi pendidikan dapat dilihat

pada grafik berikut:

Anggaran Pendidikan

Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 mengamanatkan bahwa negara

memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN

serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diamanatkan

bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan

kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap

warga negara tanpa diskriminasi. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor: 013/PUU-VI/2008, Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan

sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional.

Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang

dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan

melalui transfer ke daerah, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran

pembiayaan, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan

kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung

3

Page 5: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

jawab Pemerintah. Untuk menjalankan amanat tersebut, dalam UU Nomor 41 Tahun

2008 tentang APBN Tahun Anggaran 2009, Pemerintah mengalokasikan 20 persen

dari APBN untuk anggaran pendidikan. Persentase anggaran pendidikan tersebut

adalah perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total alokasi anggaran

belanja negara.

Pemerintah berupaya untuk menjaga anggaran pendidikan agar tetap memenuhi

amanat konstitusi yaitu sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN. Dari sisi nominal,

dalam periode tersebut anggaran pendidikan mengalami peningkatan yang sangat

signifikan yaitu dari Rp208,3 triliun pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp368,9

triliun pada tahun 2014

Alokasi anggaran pendidikan melalui belanja Pemerintah Pusat meningkat dari

Rp90,6 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp130,3 triliun pada tahun 2014. Alokasi

anggaran pendidikan pada Pemerintah Pusat digunakan antara lain untuk

penyediaan beasiswa untuk siswa/mahasiswa kurang mampu, rehabilitasi ruang

kelas, pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas baru, serta pembangunan

prasarana pendukung dan pemberian tunjangan profesi guru.

Alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah antara lain terdiri dari

bagian anggaran yang dialokasikan pada DBH, DAU, DAK, Dana Otsus dan Dana

Penyesuaian. Bagian anggaran pendidikan dalam DBH terdiri atas bagian DBH

pertambangan minyak bumi dan gas bumi. Penghitungan DBH pendidikan tersebut

berdasarkan pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Bagian

anggaran pendidikan dalam DAU terdiri atas DAU untuk gaji pendidik dan DAU

untuk non gaji. Bagian anggaran pendidikan dalam DAK ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR. Bagian anggaran pendidikan dalam

otonomi khusus dihitung berdasarkan pasal 36 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21

tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua dan pasal 182 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Bagian

anggaran pendidikan dalam dana penyesuaian antara lain terdiri atas tunjangan

profesi guru, dana tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil Daerah

(PNSD), dan bantuan operasional sekolah (BOS) yang penghitungannya bersumber

dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta dana insentif daerah yang

penggunaannya ditujukan terutama untuk pelaksanaan fungsi pendidikan yang

4

Page 6: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

dialokasikan kepada daerah dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Dari tahun

2009-2014, alokasi anggaran pendidikan pada transfer ke daerah juga mengalami

perkembangan yang sangat signifikan, yaitu dari Rp117,7 triliun pada tahun 2009

menjadi Rp238,6 triliun pada tahun 2014. Alokasi anggaran pendidikan pada transfer

ke daerah tahun 2014 sebagian besar disalurkan melalui DAU sebesar 56,8 persen;

dana penyesuaian sebesar 36,8 persen, DAK sebesar 4,2 persen, Dana Otsus

sebesar 1,7 persen dan sisanya DBH sebesar 0,4 persen.

Selanjutnya, anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan yang

selanjutnya disebut dana pengembangan pendidikan nasional (DPPN) terdiri atas

dana abadi (endowment funds) pendidikan dan dana cadangan pendidikan, dimana

dana tersebut dikelola oleh BLU bidang pendidikan yaitu Lembaga Pengelola Dana

Pendidikan (LPDP) yang merupakan satker dari Kementerian Keuangan.

Endowment Fund adalah Dana Pengembangan Pendidikan Nasional yang

dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN-P yang bertujuan untuk menjamin

keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk

pertanggungjawaban antargenerasi (intergenerational equity). Sedangkan Dana

Cadangan Pendidikan adalah Dana Pengembangan Pendidikan Nasional yang

dialokasikan dalam APBN dan/atau APBN-P untuk mengantisipasi keperluan

rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Pengelolaan DPPN

tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor:

238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan.

Penyediaan DPPN ini dimulai tahun 2010 sebesar Rp1,0 triliun, kemudian tahun

2011 sebesar Rp2,6 triliun, tahun 2012 sebesar Rp7,0 triliun, dan tahun 2013

sebesar Rp5,0 triliun sehingga total dana pokok DPPN yang bersumber dari APBN

sampai dengan tahun 2013 berjumlah Rp15,6 triliun

Pada tahun 2014, anggaran pendidikan diarahkan untuk mencapai tema prioritas

bidang pendidikan yaitu peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau,

relevan, dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian,

keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang

pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung

keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1)

menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan 2) menjawab tantangan

5

Page 7: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

kebutuhan tenaga kerja. Kebijakan bidang pendidikan pada tahun 2014 diarahkan

untuk: 1. Mendukung pelaksanaan program 12 tahun wajib belajar; 2. meningkatkan

kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi; 3. meningkatkan

profesionalisme dan pemerataan distribusi guru dan tenaga kependidikan; 4.

peningkatan akses, dan kualitas, pendidikan anak usia dini, pendidikan non-formal

dan informal; 5. meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan; 6.

memantapkan pelaksanaan sistem pendidikan nasional; 7. meningkatkan efisiensi

dan efektivitas manajemen pelayanan pendidikan; 8. menguatkan tata kelola

pendidikan; 9. memantapkan pendidikan karakter.

Alokasi anggaran pendidikan yang ditetapkan dalam APBN 2014 adalah sebesar

Rp368,9 triliun (20,0 persen), yang terdiri dari anggaran pendidikan melalui belanja

Pemerintah Pusat sebesar Rp130,3 triliun; anggaran pendidikan melalui transfer ke

daerah sebesar Rp238,6 triliun. Adapun perkembangan anggaran pendidikan tahun

2009 – 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

6

Page 8: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

Sejak tahun 2009, Pemerintah memenuhi amanat konstitusi 20% anggaran

pendidikan. Anggaran pendidikan mengalami peningkatan yang sangat signifikan

yaitu dari Rp208,3 triliun pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp368,9 triliun pada

tahun 2014. Besarnya peningkatan anggaran pendidikan untuk menyelesaikan

persoalan pendiidkan yang masih karut marut dan diarahkan untuk meningkatkan

mutu akses dan pemerataan pelayanan pendidikan. Anggaran akan disediakan

untuk melanjutkan penuntasan rehabilitasi ruang kelas rusak, serta pembangunan

sekolah baru, akademi komunitas, dan sarana pendukungnya. Kemudian untuk

semakin memeratakan akses pendidikan dalam tahun 2014 ditingkatkan lagi

penyediaan bantuan siswa miskin (BSM) dan beasiswa Bidik Misi.

7

Page 9: Klasifikasi belanja pemerintah pusat menurut fungsi

Dari anggaran belanja negara menurut fungsi pendidikan kita dapat melihat

beberapa kontribusi atau hasil, seperti berikut :

Terlaksananya program wajib belajar 9 tahun yang berkualitas

Peningkatan kualitas pembelajaran (kurikulum yang terus disempurnakan)

Terciptanya berbagai program untuk mendukung keberlangsungan

pendidikan, seperti dana bantuan operasional sekolah (BOS), beasiswa-

beasiswa bagi yang menempuh pendidikan sarjana, dan lain-lain

Perbaikan-perbaikan bangunan sekolah yang sudah tidak layak, terutama di

daerah-daerah terpencil

Peningkatan jumlah Institusi Pendidikan Dasar dan Menengah. Sejak zaman

kemerdekaan tahun 1945 hingga saat ini, jumlah sekolah dasar meningkat

drastis dan jumlahnya 4 kali lipat dari sekolah menengah. Tahun 2014, total

sekolah dasar di Indonesia sebanyak 148.061, sekolah menengah sebanyak

36.210, dan sekolah menengah kejuruan sebanyak 25.580

Peningkatan akses, kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan tinggi,

seperti penggunaan IT dan media pembelajaran lain

Peningkatan akses dan kualitas pendidikan anak usia dini, seperti dibukanya

pendidikan anak usia dini/PAUD dan s1 untuk prodi paud

Pemberantasan Buta Huruf. Persentase buta huruf masyarakat Indonesia

turun sangat drastis sejak zaman kemerdekaan, dari 95 persen menjadi

hanya 8 persen di tahun 2011.

Penguatan pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan

karakter untuk mendukung revolusi mental

Peningkatan efisiensi pembiayaan pendidikan

Daftar Pustaka

Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN Di Indonesia, [pdf],

(http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/dasar%20penyusunan

%20apbn.pdf, diakses tanggal 17 Maret 2015)

8