69
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BELUM DIKOREKSI RISALAH RAPAT KERJA KOMIS! III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEHUTANAN ============================================================ Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke Sifat Rapat D e n g a n Hari/tanggal W a k t u Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r 1999 - 2000 I 9 TERBUKA Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Senin, 13 September 1999 Pukul 14.10 - 18.45 WIB Ir. Umbu Mehang Kunda Ni'mat Nurdin, BcHk 1. Laporan Panja; 2. Laporan Tim Kecil; 3. Kata Akhir Mini Fraksi-fraksi; 4. Pengesahan RUU; 5. Penandatanganan Draft RUU. secara simbolis oleg Fraksi- fraksi dan Pemerintah; 6. Sambutan Pemerintah; 7. Penutup. 47 dari 63 orang Anggota ============================================================ P I M P I N A N : 1. Ir. Umbu Mehang Kunda 2. Slamet ST 3. Ir. H. Sjahrani Sjahrin, SE, MM 4. Drs. Sebastian Massardy Kaphat ANGGOTA: 5. s r i d o n o 6. Dalam Sinuraya, S.Sos

DPRberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200624...2020/06/24  · D e n g a n Hari/tanggal W a k t u Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r 1999 - 2000 I 9 TERBUKA

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    BELUM DIKOREKSI

    RISALAH RAPAT KERJA KOMIS! III DPR-RI

    DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

    KEHUTANAN

    ============================================================

    Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke Sifat Rapat D e n g a n

    Hari/tanggal W a k t u Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a

    H a d i r

    1999 - 2000 I

    9

    TERBUKA Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Senin, 13 September 1999 Pukul 14.10 - 18.45 WIB Ir. Umbu Mehang Kunda Ni'mat Nurdin, BcHk 1. Laporan Panja; 2. Laporan Tim Kecil; 3. Kata Akhir Mini Fraksi-fraksi; 4. Pengesahan RUU; 5. Penandatanganan Draft RUU.

    secara simbolis oleg Fraksi-fraksi dan Pemerintah;

    6. Sambutan Pemerintah; 7. Penutup. 47 dari 63 orang Anggota

    ============================================================

    P I M P I N A N : 1. Ir. Umbu Mehang Kunda 2. Slamet ST 3. Ir. H. Sjahrani Sjahrin, SE, MM 4. Drs. Sebastian Massardy Kaphat

    ANGGOTA: 5. s r i d o n o 6. Dalam Sinuraya, S.Sos

  • 2

    7. Ign. Mulyono 8. Achmadi, S.Sos 9. Uddy Rusdilie, SH 10. Sukandar Arun 11. Dra. Ny. Noldy Ratta 12. Drs. H.M. Syarfi Hutauruk 13. Sutan Moehammad Taufiq Thaib, SH 14. Ir. Suwatri Dato Bandaro Sati 15. Ir. Amrin Kahar 16. Ir. Elyas 17. H. Facruddin Razi, SH 18. M. Akip Renatin, SE 19. PHM Siahaan 20. Drs. Selamat Limbong 21. Drs. H. Amin Ibrahim, MA 22. Drs. H. Dede Suganda Adiwinata 23. Ir. Entang Sastra Atmadja 24. Dra. Hj. Oki Hidayati Marahdjani 25. Ir. H. Awal Kusumah, MSc 26. Ny. Hj. Oetarti Soewasono, SH 27. Ny. Hj. Rosbiatri Agus Sumadi, SH 28. Ir. Gatot Adji Soetopo 29. Ir. Gatot Murdjito, MS 30. Jasman Ismail, SE 31. Yanto, SH 32. Drs. Martinus T. Tennes 33. M. Erham Amin, SH 34. Ir. Wayan Windia 35. Drs. Alo Jong Joko 36. Prof. Dr. drh. Frederic .Patta Sumbung, MSc 37. H. Moh. Hagi Latjambo 38. H. Masrur Javas 39. Drs. H. Muzanni Noor 40. Ny. Hj. Chodidjah 41. HM Harminto Agus Purwotenoyo, BA 42. Ir. HR Soelaiman 43. Drs. M. Syaiful Masjkur 44. H.M. Dja'far Siddiq 45. Drs. Markus Wauran 46. Sajid Soetjoro, BSc 47. Drs. Anthonius Rahail

    P E M E R I N T A H : Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Beserta Staf

  • KETUA RAPAT (IR. UMBU MEHANG KUNDA) : Sesuai dengan catatan kita dari Sekretariat, jumlah

    para Anggota Komisi Ill DPR RI yang telah menandatangani da ftar hadi r tel ah memenuhi ko rum untuk ki ta buka Rapa t Kerja kita pada siang hari ini.

    Rapat Kerja Komisi Ill OPR RI dengan Saudara Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia saya buka dan dinyatakan terbuka untuk umurn.

    (RAPAT DIBUKA PUKUL 14.10 WIB)

    Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Berdasarkan pemantauan Pimpinan ternyata proses admi-

    nistrasi yang merupakan bagian terpenting dalam Rapat Kerja ini masih sementara berjalan. Oleh karena i tu dari meja Pimpi nan menawarkan kepada ki ta sekal ian, bahwa ki ta pada prinsipnya tidak berkeinginan untuk kerja separoh-separoh. Kita berkeinginan dan berkehendak untuk menyelesaikan tugas dan kerja ki ta dengan baik dan rapih. Oleh karena i tu Pimpinan menawarkan kepada kita sekalian, agar Rapat Kerja kita sekarang ini kita undur sedikit sampai pukul 15.00 WIB (mudah-mudahan bisa ki ta mulai). Oleh karena Penjelasan Umum hasil Timcil masih sementara di set sekarang, sedangkan rumusan Batang Tubuh Undang-undang sementara disiapkan dalam bentuk formulir untuk nanti ditandatangani oleh masing-masing F raksi, kemudian nan ti yang Penjelasan Pasal demi Pasal sementara di set sekarang. Dan oleh karena itu Pimpi-nan berkeyakinan. mudah-mudahan pukul 15. 00 WIB a tau pukul 15.15 WIB paling lambat kita bisa mulai atau saya tidak tahu waktu sholatnya ini Pak, bisa juga ki ta sesuaikan sehingga habis Shalat Ashar dulu kita mulai, sekalian sehingga itu pukul 15.30 WI8. Dengan demikian barangkali lebih bagus kita tunda sampai pukul 15.30 WIB.

    Apakah tawaran Pimpinan dapat disepakati ? Silakan Pak Sridono (FABRI).

    FABRI (SRIDONO) : Tawaran Pimpinan di terima. Mohon Pak, apakah dalam Rapat Komisi nanti masih ada

    laporan Panja kepada Komisi,· dan Pancil Perumusan Penjelasan dan Konsiderans kepada Komisi. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Saik, biasanya nanti Rapat Kerja saya akan tawarkan

    agendanya. Tapi karena Bapak menanyakan sekarang, saya kira i tu memang waj i b hukumnya. Karena apa yang ki ta putuskan kalau bukan karjanya Panja dan Timcil, Pak. Hanya prosedur-nya nanti bagaimana, saya kira nanti tergantung kesepakatan ki ta bersama. Nan ti persetuj uan ki ta bersama, apakah mau

  • dibaca satu persatu atau bagaimana, saya kira itu nanti. Dapat ki ta terima untuk ki ta tunda Rapa t Kerja ki ta

    sampai dengan pukul 15.30 WIB ?

    ( RAPAT . : SE TU.JU)

    Terima kasih. Rapat saya skors sampai pukul 15.30 WIB.

    (RAPAT OISKORS PUKUL 14.15 WIB)

    KETUA RAPAT : Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Waktu telah menunjukan pukul 15.45 \'JIB, d.::rn pei·tama

    kali saya mohon maaf karena terlo.mba.t mernu1ai. 1zinkanl3.h saya rnemohon persetujuan agar Rapat Kerj~ kita lanjutkan dan skorsing saya cabut kembali.

    (SKORSING DICABUT PUKUL 15.45 WIB)

    Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Bapak Menteri, dan Para Anggota Komisi III DPR RI yang saya hormati. Rapat Kerja kita pada hari ini mcrupak~n rangka1an

    paling akhi r dari kesel u ruhan pemb.:lha'.::»an y.o.ng id. t.J. lai

  • tanganan secara simbolis itu akan dilakukan nanti oleh masing-masing Fraksi, kemudian Ketua Kom:i.si Ill DPR RI dan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia.

    Setelah penandatanganan secara simbolis Kita akan lanjutkan acara yang berikutnya yai tu Sambutan Pemet'intah atas disahkannya Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan pada Pembicaraan Tingkat III Komisi ini, selanjutnya rapat ki ta tutup dan setelah rapa t di tut up waki l da ri masi ng-masing Fraksi dan Pemerintah yang tadi menandatangani melan-jutkan penandatanganan untuk halaman demi halaman. Sehingga dengan. demikian besok pagi ketika kita memasuki Sidang Paripurna Dewan sudah tidak ada perubahan lagi.

    Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Saya tawarkan agenda rapat kita terutama menyangkut

    pemecahan Draft Rancangan Undang-undang ten tang Kehutanan, karena dari sepanjang pagi sampai petang hari ini kita sudah semua mencermati satu demi satu, saya ingin memperoleh persetujuan Fraksi-fraksi dan Pemerintah, apakah masih diperlukan pemecahan Draft Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan pada sore hari atau tidak ?

    FABRI silakan.

    FABRI (SRIDONO) FABRI ikut saja, apakah mau dibacakan apa tidak. Kalau

    dibacakan ikut, tidak dibacakan juga "Alhamdulillah". Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Di suruh pilih koq, Pak.

    FABRI (SRIDONO) : Tidak usah, Pak.

    KETUA RAPAT : Baik, FABRI mengatakan tidak usah. Mudah-mudahan

    setelah FABRI mengatakan begitu, rakyat ikut semua. FPP silakan, tentunya tanpa menutup kemungkinan

    manakala ada hal-hal yang kurang, begitu.

    FPP (H. MASRUR JAVAS) : Terima kasih. FPP setuju untuk tidak di baca tetapi ada barangkal i

    dua point yang perlu dicermati kembali, sebab tadi rasanya belum diputuskan.

    Pertama, mengenai pasal berapa tadi yang jarak-jarak tadi, nebang jarak sampai 100 ini. Itu tadi omong-omong di luar rasanya perlu ada tambahan satu kata saja "kawasan hutan", sehingga nanti tidak memberatkan masyarakat itu.

  • Kedua, seperti yang pertama kali saya tany,:d·;.::111 p.::1da. Pasal 53 ayat (3) kalau tidak sa1a.h, Penjela.s,J.n F'asal :i. tu tadi yang penjelasan masyarakat yang tidak dijelaskan tadi disambut oleh dari FKP (Yanto, S. H.) l

  • - KETUA RAPAT : Baik, terima kasih. Dengan demikian menyangkut butir acara nomor dua yang

    saya sampaikan tadi, Laporan Panja tidak diikuti dengan pembacaan Draft Rancangan Undang-undang ten tang Kehutanan, namun masih terbuka kesempatan untuk pencermatan lebih dalam apabila ada hal-hal yang menurut pandangan kita masih perlu kita. perbaiki dan dengan demikian sebelum Kata Akhir Fraksi-fraksi, saya kira terbuka kesempatan untuk kita sempurnakan pada hal-hal yang memang ki ta anggap pen ting. Selanj utnya saya sekali lagi menawarkan, apakah dengan draft agenda acara ki ta Rapat Kerja sore hari ini dapat ki ta sctuj ui seperti saya sampaikan tadi ?

    (AAPAT : SETUJU)

    Terima kasih. Bapak-Ibu, dan Saudara-saudara sekalian. Sebelum kita mendengarkan Laporan dari Panja, maka pada

    tempat yang pertama adalah sebagai mandat yang telah Id ta berikan kepada Timcil dimana mandat tersebut mcmang diberikan oleh Komisi kepada Timcil untuk membahas Konsiderans "Menimbang dan Mengingat" serta Penjelasan Umum, maka pada kesempatan sekarang in1 saya persilakan dulu Timcil untuk menyampaikan laporan pada ki ta sekalian pada kesempatan saat ini.

    Saya persilakan dari yang mewakili Timcil, mungkin Pak Dalam (FABRI) silakan.

    FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos.) : Terima kasih Bapak Pimpinan. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Yang kami hormati Pimpinan Sidang; Bapak Menteri beserta jajarannya; Seluruh Anggota Komisi III. Pertama-tama kami sarnpaikan mohon maaf dari Bapak Ketua

    Timcil (Bapak H. Zain Badjeber/FPP) yang seharusnya menyampaikan laporan ini karena satu dan lain hal tugas ke luar Jakarta, maka Timcil ini diserahkan kepada kami untuk memimpin dan melaporkannya.

    Pertama, Timcil telah mernbahas Konsiderans "Menimbang, Mengingat", dan Penjelasan Umum. Konsiderans "Mengingat dan Menimbang" telah dilaporkan oleh Ketua Timcil pada beberapa hari yang lalu dan telah di terima oleh Raker. Maka perkenankanlah pada kesempatan ini kami melaporkan secara garis besar tentang Penjelasan Umum yang telah di bahas oleh Timcil dengan sangat rnendalam sekali. Dalam pernbahasan kami sejak tanggal 30 Agustus 1999 yang lalu sampai dengan detik-detik terakhir sore hari ini, maka secara garis besar

  • ,.

    dapat kami laporkan. Penjelasan Umum telah menampung tentang Hutan scbagai

    karunia Allah SWT wajib disyukuri. Demikian jug.J. sejalan dengan Pasal 33 maka Hutan dipergunakan untuk scbcsar-bcsar kemakmuran rakyat dan dikuasai oleh negara termasuk substan-si-substansi fungsi pokoknya. hut.an .3da t se-:.,uoi dcna.:::.n uu N0.5/1960, peningkatan sumbcr daya manusia, peran serta masyarakat. pengawasan, sanksi pidana. ganti rugi., ::anks1 administrasi dan penyelesaian sengketa serta PPNS yang tugas lingkupnya meliputi pengurusan hut.an sesuai KUHAP tcrcantum pada Penjelasan Umum.

    Pembahasan pada Timcil sudah sangat mendalam dan jeli-met bahkan sampai dengan sore hari ini Ketua juga telah ikut mencermati kata demi kata. Karena i tu l

  • Oleh karena itu kesempatan sclanjutnya saya persilakan Fraksi-fraksi untuk menyampaikan persetujuan atas hasil dari Timcil.

    Selanjutnya saya persilakan ke FPDI dahulu, ~ilakan.

    FPDI {SAJID SOETJORO, B.Sc.) : Terima kasih Saudara Ketua. Kebetulan pembicara dari FPDI adalah Anggota Timcil,

    dengan demikian dari kata demi kata juga sudah ikut membahasnya, untuk itu maka FPDI setuju dengan rumusan Timcil yang diajukan kepada Pak Ketua.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Terima kasih. Selanjutnya FKP silakan.

    FKP (DRS. H. AMIN IBRAHIM, M.A.) Sama dengan FPDI. Teri.ma kasih.

    KETUA RAPAT : Terima kasih. FPP silakan.

    FKP (YANTO, S.H.) Pimpinan, sebentar Pimpinan. Tanpa mengurangi persetujuan, apakah hal-hal kecil

    nanti atau sekarang. Kecil sekali tapi.

    KETUA RAPAT : Contohnya apa dulu.

    FKP (YANTO, S.H.) : Seperti PPNS saja.

    KETUA RAPAT : Di Penjelasan Umum.

    FKP (YANTO, S.H.) : Ya, kita belum menemukan PPNS, dan ini tinggal PPNS

    dalam kurung, begitu saja. Kalau nanti silakan, tapi kalau mau sekarang.

    KETUA RAPAT : Seka rang memang, tidak sempa t lagi.

    namanya. Sebel um i tu apa

    FKP {YANTO. S.H.) Halaman 3 paling bawah itu, Pejabat

    . Sipil (PPNS). Karena nanti di Penjclasan tinggal PPNS-PPNS, begitu.

    Pega~...ra i Ncge r i berikutnya i tu

    KETUA RAPAT : Baik, jadi hanya tambah dalam kurung, (PPNS).

    mana-mana.

    FKP (YANTO, S.H.) : Halaman 3 yang janji diserahkan yang dibagi ini,

    halaman 3 baris paling bawah.

    FABRI (ORA. NY. NOLLY RATTA) : Mohon izin Pak Ketua.

    Coba,

  • l- l)

    KETUA RAPAT : Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

    lingkup tugas.

    FPP (H. MASRUR JAVAS) Sebentar Pak Ketua.

    KETUA RAPAT :

    ter· tontu yang

    Ya, sabar dulu. Ini ki ta tampung dulu yang bertanya, yang mempersoalkan, jangan diserobotin dulu. Diserobotin malah kacau kita nanti.

    Jadi maksudnya FKP adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS), begitu. Saya kira hal 1111 kita harus putuskan sebelum kita setuju semua ini. Saya tawarkan sckar~ng, silakan FABRI.

    FABRI (ORA. NOLLY RATTA) : PPNS ini bukan kepanjangannya Pej.J.bat Pcgawai Negeri

    Sipil. PPNS ini Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Terima kasih, Pak.

    KETUA RAPAT : Kalau FABRI berpendapat begi tu, dengan demikian tidak

    pas kalau dalam kurungnya PPNS disitu. Jadi yang disini adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil

    tertentu yang lingkup tugas. Ini belum penyidik ini, belum. Kalau dalam kalimat ini belum penyidik dan tanggungjawabnya meliputi pengurusan hutan diberi wewenang khusus sebagai penyidik. Sehingga barangkali kata disitu belum pas untuk dicantumkan PPNS, begitulah kira-kira dari FABRI.

    Dari FPP silakan, khusus menyangkut usulan Pak Yan to (FKP).

    · Kita cermati ini supaya mana yang benar saja yang kita pakai.

    FPP (H. MASRUR JAVAS) Terima kasih. Yang jelas singkatan PPNS itu singkatan dari Penyidik

    Pegawai Negeri Sipil apa Pejabat Pegawai Negeri Sipil. Kalau Pejabat ini belum tentu Penyidik yang seperti

    dimaksudkan, saya kira juga tidak perlu di singkat. Tapi kalau memang itu yang dimaksud, ya Pejabatnya diganti.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik, jadi dalam halaman 3 itu Pak Masrur, belum lagi

    dia bertugas sebagai Penyidik, baru Pejabat Pegawai Negeri Sipil. Di halaman 3 yang paling bawah, itu dulu.

    Baik, silakan FPDI.

    FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc.) : Menurut FPDI yakin bahwa PPNS disini adalah kepanjangan

    dari Pejabat Pegawai Neger:i Sipil. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik, jadi katanya PPNS i tu .. '.\d,:\lah 1:icj.:1bat. F'ccpwai

    Negeri Sipil. Pemerintah sekarang, silakan.

    PEMERINTAH (STAF AHLI MENTERI) Bapak Ketua, sebetulnya didal.:~:rn h

  • disebutkan bahwa Pejobat PcgaL'-l . .:d. tk>Jcr \ ;;~;ipi l tcr tcnt.1.1 (j.,d·: i ni rnasi h Pej aba t) yang l i n0kup t.t 10 '"'· cb.11 t.·;r·1·J'J'· 'i'1Jj .· 1;.1.-,bi·1y -; mel i pu ti pengLl rusan hut.an d:i. be 1· i v,J('ith! n.\nJ i i ,u"; u ; ~r:h.:'1(J.J .i penyidik sebagaimana dima.k·:;ud d:1larn i\l!.'l(lf'. Jc,cli. ::i dzd< ::-.c:.rnu.:1 Pegawai Negeri bisa monj8di. peny·i di k tct.~1pi J.''.nCJ Le;· t.cntu saja di be ri wewenang scbo.gai pcnyi d le }·~·-' l-~1u rL,nLi. ..-.uci.:"i.h menjadi penyidik, dia disebut. r•cnyidi!-. r•cg.:wi,:;i NcJcri :·;5 r)il, itu namanya PPNS.

    Teri.ma kasih.

    KETUA AAPAT : Jadi sebet.ulnya begini,

    Pejabat Pegawai Negeri Sipil keselu~uhan muatan itu adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil.

    FKP (YANTO. S.H.) Pak Ketua.

    KETUA RAPAT : Sebentar.

    t e rs c.~ r .:.~ t·1 l< c~ f::,.J. cj z~ !< i t. .. ,.-~ " (~ r1,:·.t i

  • 12

    FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos) Interupsi Pak, Bapak Pimpinan, Mengapa kami tidak singkat disini karena kita memang

    menjelaskan secara garis besar pada Penjelasan Umum tentang Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu sebagaimana dicatumkan pada KUHAP. Sedangkan apa itu Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang nanti sebagian dari itu menjadi penyi-dik, itu akan dijabarkan dalam Batang Tubuh.

    Karena itu disini adalah Penjelasan Umum secara umum, kami menyaranka dari Tim Kecil agar apa yang tertulis pada halaman 3 di bawah tidak di dalam kurung karena pengertian PPNS itu, itu akan dijelaskan lebih lanjut dalam Batang Tubuh.

    Demikian sebagai tarnbahan penjelasan, terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik, Jadi Tim Kecil tidak berkeinginan untuk menyingkat-

    nyingkat, dan sebetulnya tidak ada rnaknanya ini, kecuali di Penjelasan ada tidak singkatan PPNS.

    FKP (YANTO, SH) Ada di Penjelasan Pasal 77, Pak, Itu akan membawa konsekuensi nanti harus ada perubahan

    sedikit. Saya kira ini tidak rnasalah, sarna sekali tidak menginginkan memperdebatkan ini, ini sesuatu yang rnemang keadaannya seperti itu. Nanti di Penjelasan Pasal 77 itu jelas sekali.

    KETUA RAPAT Baik, Ini tidak persoalan yang terlalu berat, tinggal seka-

    rang Pejabat Pegawai Negeri Sipil dalam kurung PPNS tidak salah juga, ditaruh juga tidak salah juga, tinggal pilih saja, tidak mengganggu substansi, dan tidak mengganggu apa-apa.

    Jadi tinggal kita pilih buka kurung ditaruh PPNS atau tidak, tidak ada soal kalimat ini mengalir. Hanya tadi terbawa oleh Yan to ketika ki ta berusaha untuk menyingkat yang namanya Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta, Badan Usaha Milik Daerah, sepanjang dalam Penjelasan kita temukan singkatan-singkatan itu, sehingga dengan demi-kian apabila di Penjelasan Umum sudah ada singkatan itu, maka yang dimaksudkan dengan singkatan di pasal-pasal lain

  • 13

    itu adalah sama yang dimaksudkan Penjelasan Umum, itu saja maksudnya.

    Oleh karena itu apabila dalam Penjelasan pasal di belakang ada singkatan PPNS maka tentunya akan sangat lebih baik kalau kita buka kurung tambah PPNS.

    Pak Jafar tadi ada interupsi, silakan.

    FPP (DJA'FAR SIDDIQ) : Ini berkait dengan diberi wewenang khusus sebagai

    penyidik kalau mau dijelaskan lengkap jelaskan, Penyidik Pejabat Sipil, disitu jelas sesuai dengan apa yang dimaksud dalam KUHAP supaya jangan rancu disini PPNS, yang disini sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT Jadi apapun yang kita buat di depan harus sama dengan

    apa yang ada di layar, sehingga dengan demikian kalau yang kita maksudkan di ayat (3) ini Penyidik Pegawai Negeri Sipil a tau

    FKP (YANTO, SH) : Begini, Pimpina, Ini kekeliruan, jadi disini nanti Penyidik Pegawai

    Negeri Sipilnya itu hilang, jadi penyidik PPNS memberitahu-kan dan seperti tadi saya sampaikan akan ada konvensi-kon-vensi yang harus kita benarkan. Terserah saja, kalau tidak boleh disini nanti di singkatan ini yang kita benarkan, karena nanti di bawahnya rnasih ketemu lagi PPNS. Kalau tidak boleh disini, disini tidak boleh dikramatkan, ya disini nanti, cuma kalau ketemu orang yang memang mendalami perundang-undangan akan kaget kok singkatannya disini pada-hal di Penjelasan Umum ada.

    KETUA RAPAT : Bagaimana kalau di Penjelasan Umum kita biarkan begitu

    saja dulu, nanti di dalam Penjelasan khusus ayat (3) ini kita perbaiki sesuai yang benar. Setuju, saya tawarkan. Jadi tidak usah dibuka kurung tutup kurung dulu disini karena kalimatnya masih mengalir.

    Saya tawarkan kepada kita untuk kita terima dulu? Oke, terima kasih.

  • 14

    FABRI (ORA. NY. NOLDY RATTA) Saya mau menjelaskan saja, Pak. Ini bukan soal kramat tidaknya, PPNS itu kalau kita

    buat UU bahwa PPNS itu Pejabat Pegawai Negeri Sipil alangkah malunya kita, soalnya itu sudah baku Penyidik Pegawai Negeri Sipil, bukan pej abat, bukannya soal ini. Bapak silakan tanya cari dimana itu ada.

    KETUA RAPAT : Jadi PPNS itu adalah singkatan Penyidik Pegawai Negeri

    Sipil, kita nanti akan di Batang Tubuh, yang ini biarkan dulu, setuju?

    (RA.PAT SETUJU)

    Terima kasih. Jadi yang itu tidak usah dulu.

    PEMERINTAH : Interupsi, Bapak Ketua, Apakah yang ini sudah diputuskan ?

    KETUA RAPAT Tidak, yang singkatan ini tadi dalam kurung ini yang

    diputuskan tidak usah dalam kurung.

    FKP (YANTO, SH} : Masih ada Pimpinan, Ini sebenarnya teknis sekali, saya akan menyampaikan

    apa adanya teman-teman itu paralel. Jadi waktu tadi kita koreksi yang sandingan antara Pasal dengan Penjelasannya, yang di sebelah ini format undang-undang. Oleh karena itu tidak semua yang kita lakukan perbaikan tadi itu terperbaiki oleh format undang-undang ini.

    Saya mohon persetujuan apakah disampaikan disini yang belum, memang mereka melakukan paralel tapi ada yang kelewa-tan yang kelewatan ketemu ini apakah sekaligus disini atau mau nanti.

    KETUA RAPAT : Saya kira kita tadi sudah sepakat kalau yang menyangkut

    penyempurnaan itu kalau Batang Tubuh, sekarang ini laporan Tim Kecil dulu, makanya coba ada perhatian sedikit sehingga alur rapat kita sesuai dengan_yang kita sepakati.

  • 15

    Bapak/Ibu sekalian, Dengan demikian Konsiderans Menimbang dan Mengingat

    beserta Penjelasan Umum yang dihasilkan oleh Tim Kecil

    FKP (IR. WAYAN WINDIA, MS) Interupsi, Pak;

    KETUA RAPAT Silakan.

    FKP (IR. WAYAN WINDIA, MS) Kepanj angan ini saya masih ragu apakah BUMN adalah

    kepanjangan dari Badan Usaha Milik Nasional atau Negara, ini mohon dicermati dan dicek lagi mana yang benar.

    KETUA RAPAT : Yang benar itu Negara, jadi jangan tanya lagi. Jadi kita sepakat kita sempurnakan Badan Usaha Milik

    Negara. Masih ada lagi ? Silakan Pemerintah.

    PEMERINTAH : Bapak Ketua, Kami menyarankan dalam Penjelasan Umum alinea ketiga, ,

    dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu sistim pen-yangga kehidupan hutan telah memberikan manf aat besar bagi umat manusia oleh karena itu harus dijaga kelestariannya. Hutan mempunyai peranan sebagai penyerasi dan penyeimbang lingkungan global, sehingga keterikatannya dengan dunia usaha sangat penting. Kalau boleh ditambah "namun harus tetap mengutamakan kepentingan nasional", atau "Dengan tetap mengutarnakan kepentingan nasional".

    Terirna kasih.

    KETUA RAPAT : Tidak ditarnbah juga tetap juga, sudah pas ini, Baik, saya tawarkan kepada Tim Kecil. Jadi ada tambahan

    "Namun tetap rnengutamakan kepentingan nasional". Jadi tidak apa-apa memang semua kita maklumi kerja sambil saling mendu-kung saling menarik, kalau waktunya banyak biasanya pasti kita tolak, cuma kita sadari keterbatasan kita semua.

    Betul Pak, tetapi wewenang Tim Kecil, dimana Tim Kecil itu pemerintah sudah ada juga.

  • 16

    FKP (IR. GATOT ADJI SOETOPO) Pak Ketua, Jangan namun, dengan.

    KETUA RAPAT : Ya, saya tawarkan nanti, Khusus masalah ini mohon pengertian, jadi menjadi

    sangat penting dengan tetap mengutamakan, misalnya begitu, kepentingan nasional. Hanya ini saja permohonan dengan kesadaran bahwa kita memang dalam mengakhiri pembahasan Penjelasan Umum ini dalam berbagai posisi dan kesulitan sehingga mohon mudah-mudahan hanya ini saja.

    Saya tawarkan kepada Tim Kecil ini, silakan.

    FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos) Terima kasih Pimpinan, Kami kira apa yang dikerjakan oleh Tim Kecil sudah kami

    serahkan kepada Rapat Kerja, karena itu kami serahkan kepada forum secara substansi bagi Tim Kecil tidak ada masalah karena ini tinggal memperkuat. Jadi karena ini sudah kami serahkan tadi kami serahkan kepada forum untuk dapat kita terima sebagaimana diusulkan oleh Bapak Pimpinan.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik, terima kasih, Yang mewakili Tim Kecil dengan berjiwa besar dan legGwo

    bisa menerima dan oleh karena itu saya tawarkan kepada kita sekalian, apakah setelah kata penting pada alinea ketiga itu ditambah koma disambung dengan kalimat "Dengan tetap mengu-tamakan kepentingan nasional".

    FKP (IR. GATOT ADJI SOETOPO) Dan, Pak, Karena di atas sudah ada dengan dunia internasional,

    dengannya doble, Pak.

    KETUA RAPAT Kita baca dulu, "Hutan mempunyai peranan sebagai peny-

    erasi dan penyeimbang 1 ingkungan global sehingga keterkai-tannya dengan dunia internasional menjadi sangat penting."

    Tidak bunyi kalau 11 dan" Pak? Jangan alergi sama den-gan, lah. Kalau kata dan itu tidak bunyi Pak Gatot.

  • 17

    FKP (IR. GATOT ADJI SOETOPO) Atau dengan yang di atas itu dihilangkan, keterkaitan-

    nya dunia internasional.

    KETUA RAPAT : Wah, lebih tidak bunyi lagi,

    FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) : Saudara Ketua, Fraksi PDI setuju ditambah dengan tetap mempertahankan

    kepentingan nasional.

    KETUA RAPAT : Baik kita setuju, hanya soal dengan itu tidak apa-

    apalah. Oke kita setuju?

    (RAPAT SETUJU)

    Terima kasih. Saya tawarkan lagi apakah masih ada interupsi tidak

    dengan yang ditawarkan baru? Daripada saya mau tawarkan untuk kita terima seluruhnya, di interupsi lagi.

    Kira-kira tidak ada lagi, ya? Mudah-mudahan.

    FPP (H.M. HARMINTO A. PURWOTENOYO, BA) Ada Pak Ketua, Mungkin ini juga sudah pernah dibahas pada waktu itu,

    ini mengenai alinea lima halaman pertama, itu sebagai kon-sekuensi dari adanya wewenang selanjutnya pemerintah mempun-yai sebagai penguasaan pemerintah mempunyai wewenang untuk memberikan ijin dan hak.

    Pada waktu itu dibahas bahwa hak itu sebagai akibat dari adanya ijin. Disini masih ditulis ijin dan hak pada pihak lain untuk melakukan kegiatan dibidang kehutanan. Apakah yang disebut hak ini hak pengelolaan atau wewenang pengelolaan, kalau pengelolaan sebetulnya di dalam Batang Tubuh adalah wewenang pengelolaan bukan hak pengelolaan. Jadi haknya saya kira lebih baik dibuang saja.

    Kedua, masih pada alinea yang sama, itu berskala dan berdampak luas, waktu itu dipersoalkan ada yang berskala kecil tetapi dampaknya luas. Jadi ini mungkin berskala atau berdampak luas, jangan dua-duanya.

    Terima kasih.

  • 18

    KETUA RAPAT : Kalau dan hak tadi itu ada dalam pasal berapa itu ada

    diberikan hak pengelolaan terhadap hutan adat masyarakat hutan adat, ada itu, jadi hak itu masih ada. Kalau yang ij in dalam kerangka pemanf aatan betul ij i namanya, tetapi dalam rumusan pasal tertentu itu ada pemberian hak terutama untuk mengelola hutan dengan tujuan khusus itu kita berikan hak itu, bisa dicermati nanti di pasal berapa itu saya lupa. Sehingga saya kira tidak apa-apa itu.

    Kemudian berskala dan berdampak luas serta bernilai strategis, saya kira juga tidak ada persoalan yang penting, yang pen- ting Batang Tubuhnya nanti jelas. Kalau inikan kalimat elaborasi yang mengenakan saja, jadi tidak punya dampak apa-apa.

    Jadi khusus alinea ini tetap saja seperti ini, setuju? Masih ada yang lain.

    (RAPAT SETUJU) Kalau tidak ada lagi, dengan berbagai perubahan, yang

    pertama adalah di halaman satu dengan menambah rasa baru setelah kalimat terakhir pada alinea ketiga.

    Pada halaman tiga, dengan menyempurnakan kata nasional menj adi negara pada BUMN. Apakah dengan demikian naskah Penjelasan Umum dari RUU ini hasil kerja dari Tim Kecil sudah dapat kita terima untuk selanjutnya kita jadikan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan muatan RUU ini.

    FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) Bisa diterima

    KETUA RAPAT : Terima kasih, Baik, dengan demikian perlu juga saya sampaikan bahwa

    pengesahan tadi adalah juga termasuk konsiderans Menimbang dan Mengingat yang walaupun sudah disampaikan lewat rapat Panitia Kerja namun karena mandat tersebut diberikan oleh Komisi tidak ada salahnya, makanya kita ketok dua kali. Setuju?

    (RAPAT SETUJU)

    Terima kasih. Dengan demikian mata acara pertama telah dapat kita

    selesaikan selanjutnya saya meminta Saudara Panitia Kerja

  • 19

    untuk menyampaikan laporannya dalam acara yang kedua sore ini.

    KETUA PANJA : Terima kasih Bapak Ketua, Assalamu 1 alaikum Wr.Wb, Selamat sore dan selamat sejahtera bagi kita semua, Yang terhormat Saudara Ketua Komisi III DPR RI, Yang terhormat Saudara Menhutbun beserta Staf, Dan Bapak Ibu sekali yang saya hormati.

    Terlebih dahulu marilah kita panjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas rahmat-Nya kita dapat mengikuti Rapat Kerja pada sore ini dalam rangka membahas RUU tentang Kehutanan dalam keadaan sehat wal'afi-at.

    Selanjutnya ingin kami laporkan pelaksanaan pembahasan yang dilaksanakan oleh Panitia Kerja. Kronologis kegiatan Rapat Panitia Kerja : Rapat Panja dilaksanakan dari tanggal 31 Agustus 1999 sampai dengan 3 September 1999 dan diskors baru dilanjutkan pada tanggal 10 September 1999 sampai dengan hari ini tadi pagi.

    Kedua, Rapat Tim Perurnus dilaksanakan pada tanggal 6 September sampai dengan 8 September 1999; Rapat Tim Sinkro-nisasi dilaksanakan pada tanggal 8 September sampai dengan 13 September 1999.

    Keanggotaan Pani tia Kerj a, sebagaimana kesepakatan Rapat Kerja Komisi III DPR RI pada tanggal 31 Agustus lalu, Panitia Kerja beranggotakan 40 orang terdiri dari FKP 22 orang, FABRI 7 orang, FPP 8 orang, FPDI 3 orang, yang dipim-pin oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi ABRI.

    Tim Perumus beranggotakan 22 orang, terdiri dari FKP 12 orang, FABRI 4 orang, FPP 3 orang, FPDI 3 orang, dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari FKP.

    Tim Sinkrnisasi beranggotakan 11 orang terdiri dari, FKP 4 orang, FABRI 3 orang, FPP 2 orang, dan FPDI 2 orang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI, sedangkan keanggotaan dari Pemerintah menyesuaikan.

    Pelaksanaan Pembahasan : Sesuai Rapat Kerja Komisi yang berlangsung selama 8 hari yang lalu telah diputuskan bahwa 58 butir DIM diterima dan disetujui tetap, 37 butir DIM disetujui dengan penyempurnaan kalimat, 78 DIM diserahkan kepada Panja, 8 butir DIM diserahkan kepada Tim Kecil, 25 butir DIM diserahkan kepada Tim Perumus, dan 10 butir DIM diserahkan kepada Tin Sinkronisasi.

  • 20

    Dalam Panja, materi dan substansi telah dibahas secara cermat dan mendalam dengan memperhatikan berbagai masukan yang berupa DIM dari fraksi-fraksi dan aspek lain yang terkait melalui diskusi yang kadang-kadang berkepanjangan dan berlarut. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh masukan yang paling tepat dan terbaik bagi rakyat bangsa dan negara. Di samping itu, hal-hal yang bersifat redaksional juga mendapat perhatian Panja namun tidak bersifat kaku, dalam · arti bahwa redaksional bisa mengacu kepada rumusan yang telah ada pada RUU yang telah ada maupun peraturan yang lain, dan tidak tertutup kemungkinan untuk dirubah dengan pemikiran bahwa istilah yang akan digunakan merupakan yang terbaik. Termasuk dalam hal ini pernerintah telah menyiapkan ahli bahasa khusus, bahasa Indonesia.

    Materi dan substansi yang telah disetujui dalam Rapat Kerja dan Rapat Panja yang belum sempurna perumusannnya dicermati dan dibahas secara mendalam oleh Timus, guna memperoleh rumusan yang lebih sempurna dan tepat, dan selan-jutnya dicermati dan disinkronisasikan secara keseluruhan oleh Tim Sinkronisasi.

    Panja, Timus, Tim Sin, telah bekerja keras dan sung-guh-sungguh untuk merampungkan semua materi muatan RUU dan semua fraksi-fraksi dan pemerintah bersepakat agar seluruh Rancangan Undang-undang ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal seoptimal mungkin, meskipun kita semua menyadari bahwa waktu itu sangat pendek dan Rapat Panja mundur satu hari.

    Mudah-mudahan dengan kemunduran Rapat Panja tersebut tidak menggaggu jadwal pembahasan RUU ini secara keseluru-han, syukur alhamdulillah semua substansi RUU telah dapat diselesaikan dalam suana demokratis dengan semangat musyawa-rah mufakat dengan tidak mengurangi kualitas hasil pembaha-san.

    Berkat kerjasama yang baik disertai semangat kerja yang tinggi semua anggota Panja dan pemerintah telah dapat men-yelesaikan tugas dengan baik dan menghasilkan rumusan RUU tentang Kehutanan yang semula terdiri dari 14 Bab dengan 62 pasal setelah dibahas dan disempurnakan menjadi 17 Bab dengan 84 pasal.

    Adapun hal-hal yang perlu digarisbawahi dan kami lapor-kan dalam Rapat Kerja ini adalah sebagai berikut :

    Pertama, dalam Panja terjadi pemikiran dan pencermatan terhadap Judul Bab III yang semula adalah "Pengurusan Kehu-tanan", namun setelah dicermati dan dikaitkan dengan Bab I

  • 21

    Ketentuan Umum yakni pengertian Hutan dan Kehutanan, maka dirubah Judul Bab III tersebut menjadi "Pengurusan Hutan".

    Kedua, sesuai usul dari FPP tadi pada waktu pembahasan Panja maupun Tim Kecil masih ada dua pasal yang perlu pemba-hasan lebih lanjut, pertama adalah Pasal 50 point "c" yang berisi "Menebang Pohon pada jarak 500 dari Waduk 200 dari Mata Air, dari Kanan Kiri Sungai dan seterusya".

    Ada pemikiran bahwa ini tidak perlu secara eksplisit dicantumkan dalam Batang Tubuh tetapi bisa diatur dalam PP, sehingga tidak terlalu mengikat secara drastis dan keras kepada masyarakat-masyarakat terutama yang di luar kawasan hutan.

    Masalah kedua dari FPP adalah Pasal 53 ayat (3) tentang pengertian masyarakat, ini perlu dicermati lagi.

    Keempat, yang timbul dalam pembahasan Tim Kecil dan ini saya lihat dalam Batang Tubuh masih ada persepsi yang berbe-da antara Pej abat Pegawai Negeri Sipil, Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, kemudian Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang kesemuanya itu kelihatannya konotasinya singka-tannya adalah PPNS. Untuk itu, dalam Rapat Kerja ini kami mohonkan hal-hal tersebut Y.hususnya Bab III mohon persetu-j uan dan tiga hal yang terakhir mohon dicermati kembali sehingga perumusan lebih tepat, sehingga undang-undang ini lebih terbaik bagi masyarakat bangsa dan negara.

    Selanjutnya nanti RUU ini akan kami serahkan kepada Bapak Ketua Komisi untuk mendapat persetujuan dan selanjut-nya dibawa ke Rapat atau Pembicaraan Tingkat IV besok pagi.·

    Selanjutnya kami atas nama Pimpinan a tau Ketua Panj a menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Saudara Menteri Kehutanan dan Perkebunan atas kehadirannya secara terus menerus dalam Rapat Panja maupun Timus, sehingga ini sangat membantu penyelesaian atau perumusan RUU ini.

    Kami juga menyampaikan penghargaan dan rasa hormat yang tinggi kepada semua pihak terutama Tim Kecil Tim Kecil yang telah denga tekun sampai larut malam untuk merumuskan hal-hal yang perlu kita cermati bersama.

    Terakhir, kami mohon maaf kalau selama pembahasan, selama dalam Rapat Panja ada kata-kata kami yang keras yang menyinggug hati maupun nurani Bapak/Ibu, tetapi maksud kami dengan bicara keras adalah untuk mencari yang terbaik bagi kepentingan bangsa dan negara.

    Sekian, kurang lebih sekali lagi mohon mudahan dan harapan kami RUU ini segera dapat

    maaf, mudah-disempurnakan

  • 22

    dan disetujui dan selanjutnya dibawa ke Pernbicaraan Tingkat IV besok pagi.

    Sekian, Wassalamu'alaikum Wr.Wb,

    KETUA RAPAT : Baik, Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Kita secara bersama telah mendengarkan laporan dari Saudara

    Ketua Panitia Kerja Pembahasan Rancangan Undang-Undang ini, dan sebagaimana telah kita sepakati bersama pada waktu kita mengesah-kan Jadwal atau Agenda Rapat kita pada sore hari ini, maka draft yang disarnpaikan oleh Panitia Kerja masih diperoleh atau masih ditemukan beberapa hal yang membutuhkan kesepakatan dalam rapat Kerja sore hari ini.

    Oleh karena itu sebelurn saya menawarkan, manakala ada hal-hal baru yang ditemukan setelah kita menerima rumusan draft· akhir dari RUU hasil Panitia Kerja, maka saya menawarkan agar kita menyelesaikan dulu keempat poin yang telah direkomendasikan oleh Ketua Panja untuk kita sepakati pada Rapat Kerja ini.

    Apakah tawaran Pimpinan dapat disetujui, dernikian ?

    {RAPAT : SETUJU}

    Terima kasih. Baik, Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Hal yang pertama adalah Judul Bab III yang semula pada Rapat

    Kerja disepakati sebagai "Pengurusan Kehutanan", oleh Panitia Kerja telah diubah menjadi "Pengurasan Hutan", hal ini sangat berkait dengan Ketentuan Umurn pengertian pada Bab I tentang Kehutanan.

    Oleh karena itu langsung saya tawarkan kepada kita sekalian, apakah keputusan Rapat Panja yang rnengubah judul Bab III dari 11 Pengurusan Kehutanan" rnenjadi "Pengurusan Hutan 11 , dapat kita sepakati bersama ?

    (RAPAT SETUJU)

    Terima kasih. Yang kedua, Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Saya kira sama kita ikuti Rapat Panja yang tadi sebelurn kita rnemulai rapat kerja ini, ada sinyalernent atau ada pandangan yang katakanlah dalarn tanda petik "menggugat rumusan Pasal 50 poin c 11

    Pasal 50 butir c adalah menyangkut "Penebangan dengan radi-us-radius itu". Oleh karena itu saya kira untuk memberikan keje-lasan kepada kita sekalian, saya kira kita berikan saja kesempa-

  • 23

    tan kepada Bapak Djafar Siddiq, barangkali tidak perlu lagi diceritakan back graundnya karena kita sudah pahami semua, yang kita butuhkan sekarang adalah rumusan alternatif sebagai penggan-ti dari rumusan butir c dari Pasal 50 ayat (3) butir c. Saya kira, saya ingin mengpentakompli Bapak, !bu dan Saudara-saudara sekalian untuk kita percayakan dulu kesana apabila rumusan alter-natif itu sudah muncul, itulah barangkali yang akan kita berbin-cangkan untuk kita sepakati pada kesempatan ini.

    Setuju ?

    (RAPAT

    Terima kasih. Silakan Pak Djafar.

    SETUJU)

    FPP (H.M. DJAFAR SIDDIQ) Saya nanti akan minta bantuan Pak Mulyono untuk, karena kami

    sudah sepakat, tetapi ada sedikit penjelasan untuk menyakinkan, sedikit saja tidak panjang.

    Saya itu punya rumah di Mahakam, di Muara Pahu, dan kawan-kawan, !tu setiap 5 tahun rumah itu harus dibongkar karena harus berpindah, satu arus menghabisi pantai sini, satu arus menambah kawasan baru, menambah tanah baru. Sehingga mau tidak mau 5 tahun itu harus bongkar rumah ke belakang lagi, harus bongkar hutan lagi, harus memotong hutan. Dan ini kawasan itu panjang, berapa kota itu seluruh pedalaman Mahakam begitu keadaannya. Karena itu, kalau ini terjadi banyak yang akan kena hukum pidana ini. Nah oleh karena itu kita anggap, bahwa sebaiknya ini diserahkan kepada Peraturan Menteri saja, jadi bahasanya yang didalam pokok materi Pasal "Melakukan penebangan pohon dikawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan".

    Nah, selanjutnya minta bantuan Pak Mulyono menjelaskan tambahan penjelasannya.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik, karena senior yang memerintah, saya langsung iya saja,

    Pak Mulyono silakan.

    FABRI (IGNATIUS MULYONO) Terima kasih Pak.

    Mohon izin untuk menyampaikan tambahannya. Mohon berkenan untuk membuka halaman 47, yaitu Pasal 50 poin c, tambahannya sebagai berikut : "Melakukan penembangan pohon dalam kawasan hutan dengan raduis atau jarak sampaikan dengan l : 500

  • 24

    meter dari waduk dan seterusnya sampai dengan 6 : 130 kali seli-sih pasang tertinggi dan terendah dari tepi pantai. Pada kalimat berikutnya tersusun sebagai berikut : Penembangan pohon di luar kawasan hutan selanjutnya diatur dengan Peraturan Menteri dengan memperhatikan konserpasi dan aspirasi daerah.

    Demikian Pak.

    KETUA RAPAT : Saya rninta tolong Pak yang terakhir, kalimat pelan-pelan.

    FABRI (IGNATIUS MULYONO) : Penernbangan pohon di luar kawasan hutan s-elanjutnya diatur

    dengan Peraturan Menteri dengan memperhatikan konserpasi dan aspirasi daerah.

    KETUA RAPAT 11 Memperhatikan 11 ya? "konserpasi tanah dan air". Baik, Bapak, Ibu dan Saudara sekalian. Dengan dernikian angka-angka ini masih tetap ?

    FABRI (IGNATIUS MULYONO} : Angka tetap Pak, karena itu ada Keppresnya Pak.

    KETUA RAPAT Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sekalian.

    Rumusan alternatif telah kita peroleh, sehingga butir c dari ayat (3) Pasal 50 itu berbunyi sebagai berikut : Melakukan penembangan pohon dalam kawasan hutan dengan raduis atau jarak sampaikan dengan : sampai kebawah selesai. Di Penjelasan atau kita lihat ini dulu, kita lihat ini dulu Bapak, Ibu dan Saudara sekalian. Jadi tawarannya adalah Melakukan penembangan pohon dalam kawasan hutan 11 • Jadi "penembangan dalam kawasan hutan".

    Saya persilakan FKP.

    FKP {IR. H. AWAL KUSUMAH, MSc) FKP setuju Pak.

    KETUA RAPAT FKP setuju. FPDI.

    FPDI (SAJID SOETJORO, BSc.) : Tidak ada masalah, karni setuju Pak.

  • KETUA RAPAT : Terima kasih. FPP ?

    FPP (H. MASRUR JAVAS} Setuju.

    KETUA RAPAT Terus FABRI .

    FABRJ: (SRJ:DONO)

    25

    Setuju Pak, karena terus terang saja ini yang tadi kita persoalkan dari ABRI.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Siapapun yang persoalkanlah, pokoknya kita punya sekarang,

    tidak ada honor tambahan Pak ini. Baik, Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sekalian.

    Dengan demikian butir c dari ayat {3) Pasal 50 telah. Dari Pemerintah silakan Pak.

    PEMERINTAH/MENHUTBUN : Pemerintah prinsip setuju, meskipun itu hukumannya berat

    banget kalau dalam kawasan itu, dendanya Rp. 5 milyar atau hukuman 10 tahun, tapi tokh ada kecuali, saya takutnya kalau ada rakyat, ini tokh tertinggi, jadi kalau rakyat kebetulan nyerobot disitu ya nolkanlah, kalau yang macam-macam itu baru kena 10 tahun atau denda Rp.5 milyar.

    Jadi prinsip setuju Pak.

    KETUA RAPAT : Baik, mumpung ini ada dilayar, yang butir 2 itu coba dicer-

    mati 200 meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa, kalau sungai biasa tidak ya. Oke jadi yang butir 2 itu khusus yang di daerah rawa.

    Baik, dengan demikian Bapak dan Ibu, dan Saudara-saudara sekalian.

    Pemeri'ntha sudah setuju, apakah dengan demikian butir c "Melakukan penembangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan :, sedangkan yang tadi di luar itu, penjelasan.

    Jadi 200 meter dari tepi mata air dan kiri kanan tepi sungai di daerah rawa", oke ?

  • 26

    Apakah dengan demikian kita dapat setuju rumusan ini.

    (RAPAT SETUJU}

    Terima kasih. Tolong buka penjelasan ayat ini. Butir c "Secara umum jarak tersebut sudah cukup baik untuk

    mengamankan kepentingan konserpasi tanah dan air, demi (pemulihan ?) dari ketentuan tersebut dapat diberikan oleh Men-teri dengan memperhatikan kepentingan masyarakat". Ndak yang rumusan Pak Mulyono terakhir tadi, taruhnya dimana ini?

    Penembangan pohon diluar kawasan hutan" itu taruh dimana.

    FABRI (IGNATIUS MULYONO) Sebetulnya dari konspenya dimasukan dalam Batang Tubuh itu

    Pak, karena ada penunjukan pengaturan Menteri.

    Jadi mohon karena itu tadi belum dimintakan penjelasan pada kami, ya kami diam saja dulu Pak.

    KETUA RAPAT :

    Bukan belum apa, tadi rupanya tidak nangkap Pimpinan ya, kiranya perbaiki diluar saja itu. Sekarang kalau demikian halnya, ap~ tambah butir baru, kan itu persoalnya.

    Jadi "d" baru dengan demikian, saya kira kalau ini yang ki ta atur kan kawasan hutan, ditaruh di penjelasan pun cukup, tanpa merubah nomor-nomor itu, itu pikirannya.

    Silakan Pak Mulyono .

    .FABRI (IGNATIUS MULYONO_) Terima kasih Pak. Bisa sebetulnya tidak usah menambah poin baru, tetapi kan

    bisa ditampung didalam satu poin saja, jadi c-nya menjadi cl untuk angka-angka itu, a gandul "a)" 11 b)" dan sebagainya, yang dua nanti langsung menyangkut penebangan pohon di luar kawasan hutan. Jadi c itu bisa dikasih angka "l", sedang "2" itu terus "a, b, c, d" gandul ")", terus kemudian baru "2" itu jadi "cl dan c2".

    Kira-kira begitu, sehingga tidak perlu merubah karena peru-bahan ini kalau menambah poin pak, itu berpengaruh kepada bela-kang-belakang pak. Jadi kalau yang ini cukup hanya dalam poin ini saja Pak.

    Terima kasih.

  • 27

    KETUA RAPAT : Baik, saya kira bisa kita pertirnbangkan, walaupun tetap

    sulit juga itu pak, 11 c itu 1 11 • Jadi kalau ikut Pak Mulyono, berarti "c.1 Melakukan 11 kan

    baru "2".

    PEMERINTAH/MENHUTBUN Bisa interupsi sedikit Pak supaya jangan menganggu. Karena ini masalah sanksi Pak, j adi kalau sanksi dilarang

    ini, ini, ini, yang punya Pak Mulyono tadi mungkin bisa kita masukan di Penjelasan, supaya tidak masuk dilarang. Kan kita baca mulai diatas "Setiap orang dilarang : a, b, c", dari Pak Mulyono tadi diatas dinyangka rnengalir ini Pak.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik terima kasih. Dengan demikian, jadi karena itu tidak dilarang dan peng'atu-

    ran, tapi membutuhkan pengaturan saya kira ya Pak Sridono, kita tambah di Penjelasan. Tinggal kita carikan dimana kalimat itu kita sisipkan.

    Jadi begini : 11 Kepentingan konserpasi tanah dan air dalam kawasan hutan." begitu dulu, sedangkan "penebangan di luar 11 • Jad;i. secara umum jarak tersebut sudah cukup baik untuk mengaman-kan kepentingan konserpasi tanah dan air dalam kawasan hutan. Jadi tambah "penembangan pohon", "pengecualian dulu" mana dipi-lih, 11 pengecualian 11 dulu, oke.

    "Penebangan pohon diluar kawasan hutan diatur lebih lanjut oleh Menteri". "memperhatikan" tadi perlu lagi?

    FABRI (IGNATIUS MULYONO) Mohon izin. Ada aspirasi daerah pak, jadi 11 konserpasi dan aspirasi

    daerah".

    KETUA RAPAT : "Penebangan pohon diluar kawasan hutan diatur lebih lanjut

    oleh Menteri." titik lah sudah, oke? Silakan.

    FABRI (SRIDONO) Mohon izin menanggapi. Kami mohon dicermati Pak, ini kan Menteri Kehutanan kan

    biasanya kan hanya dikawasan hutan, ini kan diluar kawasan hutan, dan hutan itu kan bukan lagi wewenangnya Menteri. Oleh karena itu

  • 28

    kami kira tambahannya ini tidak kelop, sudah cukup Pak, sudah tahu itu.

    Dengan demikian, titik saja di "dengan memperhatikan aspira-si masyarakat", mohon maaf tambahan ini tidak usah saj a Pak. Nah dihalamannya sendiri masa harus izin ke Menteri, nanti kan Pak Menteri dan Pej abatnya tarnbah bingung pak, ngurus hutan saj a lah Pak, tidak usah ngurus pohon.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik, ada pikiran baru ini, dan kayanya benar juga. Jadi apakah tambahan itu tidak diperlukan lagi, yang penting

    kan Batang Tubuh itu sudah jelas "dalam kawasan hutan".

    FPP (H.M. DJAFAR SIDDIQ) Interupsi Saudara Ketua. Memang masalah kebijakasanaan penataan pohon segala macam

    disetiap Ibukota, disetiap Walikota, disetiap Bupati itu ada aturannya, dan anturannya itulah yang nanti mungkin mewarnai dimensi konserpasi segala macam.

    Oleh karena itu memang ini bukan wewenang, saya tidak tahu apakah ini wewenang Menteri Kehutanan didalam kerangka diluar kawasan, tapi yang jelas bahwa ini kawasan hutan. Dan di luar kaw~san hutan itu kita serahkan saja nanti hubungannya dengan Menteri Kehutanan dengan Pihak Pemerintah Daerah sendiri.

    Demikian.

    KETUA RAPAT Jadi memang pikiran ini sebetulnya berangkat dari pencerma-

    tan kita kemarin, bahwa daera~ aliran sungai kebanyakan memang ada berada diluar kawasan hutan, itu sebetulnya pemikirannya. Oleh karena itu apakah dengan demikian dengan pemahaman semua risalah itu sudah ada juga, apakah tambahan ini kita setuju untuk tidak perlu lagi kita tambahkan, nanti diselipkan saja pada PP yang lain-lain itu.

    Setuju hapus ?

    (RAPAT SETUJU)

    Terima kasih. Selanjutnya Pasal 53 ayat (3). Terutama di Penjelasan

    ayat (3). Baik, Bapak, Ibu clan Saudara-saudara sekalian. Pasal 53 ayat (3) itu menyangkut lembaga penelitian dan

    lain-lain segala macam sarnpai Perguruan Tinggi sudah dijelaskan,

  • 29

    pikiran dari rekan-rekan FPP adalah Penjelasan tentang "masyara-kat 11 harus dimasukan.

    Oleh karena itu saya persilakan FPP untuk memberikan barang-kali rumusan masyarakatnya _bagaimana untuk dijelaskan.

    Silakan.

    FPP (NY. Hj CHODIDJAH) : Yang terhormat Bapak Pimpinan. Bapak, Ibu sekalian yang kami hormati. Kami mencoba membaca dari dokumen yang ada, yaitu bahan

    untuk Timus, yang tercantum didalam halaman 91. Disana tertulis ayat (3) "Penyelenggaraan pendidikan dan latihan kehutanan dilak-ukan oleh Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat". Kemudian didalam konsep penjelasan, memang sesuai dengan apa yang telah disaj ikan dari Timus, bahwa penj elasan ten tang Pemerintah sudah ada, Perguruan Tinggi sudah tertulis disana, BUMN, SUMS, BUMD juga ada, yang belum ada masyarakat.

    Yang tertulis didalam dokumen yang diberikan kepada Timus, disini kami bacakan saja : "Yang dimaksud dengan masyarakat adalah baik perorangan maupun kelompok Cantara lain Pondok Pesan-tren) dan Perguruan Tinggi Swasta". Kemudian masih ada kalimat berikutnya : "Penyelenggaraan pendidi-kan dan latihan dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga interna-sional. 11.

    Untuk ini karena kami hanya membacakan saja, kami mohon bantuannya·kepada Pak Djakfar langsung saja.

    KETUA RA.PAT : Iya, ini bagian dari tanggung jawab kami.

    FPP (H.M. DJAFAR SIDDIQ) : Saya kira masalahnya adalah karena selama ini ada semacam

    nuansa yang besar dikalangan pesantren untuk ikut serta didalam menangani masalah hutan, itu tidak hanya di Jawa bahkan di luar Jawa demikian. Dan saya kira Menteri sendiri sudah keliling kemana-mana dan berjanj i segala macam, sehingga kalau tidak ada satu kalimatpun mengenai "pesantren" rasanya itu tidak meyakinkan apa yang dikelilingkan oleh Pak Menteri kemarin kemana-mana.

    Oleh karena itu kalimat satu saja supaya ada kesan bahwa ini adalah usaha· untuk memenuhi aspirasi yang berkembang dan ini merupakan responsi yang besar sekali maknanya bagi perkembangan hutan.

    Terima kasih.

  • 30

    KETUA RAPAT : Baik, saya kira demikian Bapak, Ibu dan Saudara-saudara

    sekalian. Memang dalam naskah Timus sebetulnya sudah lengkap disitu,

    menyangkut Pemerintah dan segala macam badan Usaha Milik Negara dan seterusnya. Dan khusus masyarakat, yang dimaksud dengan masyarakat adalah baik perorangan maupun kelompok Cantara lain Pondok Pesantren) dan Perguruan Tinggi Swasta". Tapi perguruan tinggi sudah ada ya, sudah masuk. Barangkali LSM.

    Yang dimaksud dengan masyarakat adalah perorangan atau kelompok (antara lain Pondok Pesantren} dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

    Baik, Saudara-saudara sekalian. Saya kira itu rumusan yang dapat ditawarkan untuk kita

    tambahkan dalam Penjelasan ayat (3) dari Pasal 53, saya tawarkan untuk dicermati dan disempurnakan.

    Silakan FABRI.

    FABRI ( SRIDONO) Setuju Pak.

    KETUA RAPAT Baik, FKP ?

    FKP (IR. H. AWAL KUSUMAH, MSc) Setuju.

    KETUA RAPAT Baik, FPDI ? FPDI (SAJID SOETJORO, BSc.) Setuju.

    KETUA RAPAT Baik, FPP. Silakan.

    FPP (DRS. H. HARMINTO AGUSTONO) : Sebentar, hanya sedikit penulisan saja Pak Yang dimaksud masyarakat adalah perorangan atau kelompok,

    tanpa kurung buka, antara lain pondok pesantren tanpa kurung tutup, dan lembaga swadaya masyarakat.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik, Pak Menteri silakan Pak.

  • 31

    PEMERINTAH/MENHUTBUN : Terima kasih. Kami setuju, supaya hanya mungkin, jadi Yang dimaksud dengan

    masyarakat adalah orang atau kelompok antara lain pondok pesan-tren atau lembaga swadaya masyarakat.

    Supaya nanti kalau ada seminar atau apa saja bisa nanti "antara lain pondok pesantren atau lernbaga swadaya rnasyarakat".

    KETUA RAPAT : Yang dirnaksud dengan masyarakat adalah perorangan atau

    kelornpok, kornanya barangkali tidak pas ya, dibelakang 11 kelompok 11

    "antara lain 11 supaya mencakup sernua ini Pak, benar. Oke "antara lain pondok pesantren atau lembaga swadaya masyarakat". Baik, karena ini ada perubahan, say a kembali lagi, saya tawarkan sekaligus saja, apakah ini rurnusan kita setuju ?

    (RAPAT : SETUJU)

    Terirna kasih. Baik, Pasal 53 ayat (3) selesai, dengan demikian rnenjadi

    kesepakatan untuk kita ini. Yang terakhir dari Pak Selamet tadi "PPNS".

    PEMERINTAH/MENHUTBUN : Maaf Pak, mungkin interupsi sedikit. Kalau konsekuensi kalau kita menyetujui ini Pasal 53 ayat

    (3) itu sama halnya dengan Pasal 55 ayat (3), jadi kami itu.ada di Timus kita muat saja sama dengan redaksinya pengertian "rnasya-rakat11, · Pasal 55 ayat (3) k~rena justur malah disini lebih penting lagi "pendidikan, pelatihan" karena pondok itu erat sekali dengan rnasalah pendidikan dan pelatihan, tadi di atas penelitian. Pasal 55 ayat (3) kita tambah redaksi yang sama pengertian "masyarakat".

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Langsung say a tawarkan saj a, apakah rumusan yang sama ki ta

    cantumkan juga pada Pasal 55 ? Mana Interupsi, silakan Pak Mulyono.

    FABRI (IGNATIUS MULYONO) : Interupsi. Saya bukan mebatalkan persetujuan, karni akan rnernantap-

  • 32

    kan persetujuan. Jadi dalam rangka untuk menghindarkan pendapat-pendapat yang mungkin menimbulkan kurang pas ba-rangkali agak antara lainya itu dipanjangkan lagi. sedikit pak, jangan hanya pondok pesantren dan LSM, itu memang dengan kata antara lain seluruhnya bisa, tapi oarng yang tidak mendalami dengan baik seakan-akan hanya pondok pesan-tren dan LSM, jadi barangkali pondio pesantren, lembaga keagamaan lainya, LSM, dan it untuk yang lain-lain juga cocok .begitu pak, maksud kami.

    yang des a

    say a

    Terima kasih

    KETUA RAPAT : Baik, ya silahkan.

    FKP (IR. WAYAN WINDIA, MS) : Ya saya kira benar menurut tadi, Bali ada desa · adat terbukti memang hutan pak, misalnya didesa Tenganan, adatnya kuat sekali.

    Saya kira kalau kelompok itu termasuk juga desa adat kira akan lebih lengkap. Terima kasih Ketua.

    KETUA RAPAT : Ok kalau yang itu pasti masyarakat hukum adat itu,

    kalau memang ada lembaga adatnya silahkan bisa, apabila perlu minta Pak Menteri kasih hak pengelolaan kalau hutan adat, kalau ada hutan dulu, jadi ada tawaran tadi, Bapak Ibu dan saudara sekalian adalah perorangan atau kelompok antara lain Pondok pesantren, lembaga keagamaan lainya.

    FABRI (IGNATIUS MULYONO)

    Kata lainya mohon jangan dihlangkan pak, karena justru uncinya dikaa lainya itu pak, karena nanti kalau mohon maaf saja ini.

    Kalau hanya lembaga keagamaan inikan bisa juga hanya mohon maaf saja kaitannya dengan pondok pesantren juga.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Apa yang dilayar itu saya persilahkan untuk dicermati,

    walaupun harus diketok ulang, tidak apa-apa sesuai kesepaka-tan tadi.

    Pak Menteri sudah setuju, yang lain setuju ?

    (RAPAT : SETUJU)

  • 33

    Terima kasih. Di Pasal 55, saya tawarkan apakah rumusan yang sama,

    kita insert ke Pasal 55 ayat (3), apakah langsung kita setuju ?

    (RAPAT : SETUJU)

    Terima kasih saya ketok langsung. Baik yang berikut adalah menyangku PPNS, apakah kita

    sepakat bahwa PPNS itu adalah Pejabat Pegawai negeri Sipil, itu saja tadi persoalan kan Pak Slamet, ataukan penyidik Pegawai Negeri Sipil, lha ini tidak ngerti kita ini, sebe-tulnya tidak usah kita persoalkan ini.

    FKP silahkan.

    FKP (DRS. H. DEDE SUGANDA ADIWINATA) : Pimpinan, Bapak Menteri beserta jajaranya, rekan-rekan

    yang saya hormati. Saya kira didalam KUHAP Pasal 6 disebutkan penyidik

    adalah : a. Pejabat b. Pejabat

    wewenang

    Polisi Negara RI. Pegawai Negeri Sipil tertentu

    khusus oleh undang-undang. yang diberi

    Jadi dia akan menjadi penyidik setelah diberi wewenang khusus, maka didalam undang-undang yang kita olah, Pejabat Pegawai Negeri Sipil ini singkatannya PPNS, makro, kalau dia sudah diberi wewenang dan diatur dalam peratran tertentu misalnya Jutlak Kepolisian, Jutnis Kepolisian, yang bersang-kutan itu akan disebut Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

    Jadi dibuku mikronya yang khusus itu pasti akan disebut Penyidik Pegawai Negeri Sipil, tapim didalam KHAP Pejabat Pegawai Negeri Sipil, jadi saya memaklumi kalau Ibu Noly yang memegang buku pelaksanaannya berarti kita disan sudah beremblem ditangan kanan, itu sudah penyidik pak, tapi di makronya, diumumnya di KUHAP itu tetap saja Pejabat Pegawai Negeri Sipil.

    Terima kasih mudah-mudahan bisa diterima.

    KETUA RAPAT : Baik, saya kira karena ini banyak juga digeluti di

    Panja, Pak Slamet tolong siapa tahu bisa kasih jalan keluar untuk segera ini.

    Silahkan Pak Slamet.

  • 34

    FABRI (SLAMBT ST) : Terima kasih Bapak Ketua. Memang apa yang disampaikan FKP tadi sebagian betul

    bahwa secara Juklik sudah dijelaskan bahwa ada Juklik atau Juklak mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

    Kemudian kalau kita kaitkan dengan Pasal 6 KUHAP disini berbunyi berbeda dengan apa yang bapak sampaikan bunyinya adalah, penyidik adalah :

    a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. b. Pejabat Pegawai negeri Sipil tertentu yang diberi

    wewenang khusus oleh undang-undang.

    Ini berbeda dengan apa ang disampaikan FKP tadi, kemudian dalam naskah undang-undang ini, pada Pasal 77 ayat (2) disitu berbunyi Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, kalau itu salah tentunya ya apa kita betulkan.

    Tapi kami berpendapat mungkin penyelesaian yang terbaik adalah kita tidak singkat sehingga kita normal, kita tidak menyalahi Juklik-Juklak bhawa kalau kita berkepentingan dengan PPNS ya kita sebutkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil memang itulah yang diberi kewenangan kepada pejabat Pegawai negeri Sipil untuk menyidik PNS-nya, itu wewenang tertentu keppda pejabat, untuk itv pendapat kami tidak usah di singkat-singkat tapi kalau itu pengertian luas Pejabat Pegawai negeri Sipil ya sudah lengkap tidak usah disingkat PPNS tapi kalau kepentingannya langsung memang Penyidik Pegawai negeri Sipil ya kita tidak singkat-singkat tidak terjadi kerancuan.apakah PPNS itu pejabat atau penyidik. Itu mungkin begitu, sehingga kita tidak menyalahi KUHAP maupun Juklis, itu pendapat kami.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik saya lansung tawarkan saja apakah yang disampaikan

    Pak Slamet tadi tidak usah kita singkat-singkat, dapat kita sepakati, setuju ya ?

    (RAPAT SETUJU)

    Terima kasih. Dengan demikian apa ada pengaruhnya di Pasal 77 itu

    tidak selain penjabat penyidik coba dicermati saja, selain pejabat penyidik atau selain penyidik pejabat kepolisian, mana yang benar ini, rnakanya dari penjelasan kawan-kawan itu

  • 35

    saya mencermati ini, ini apa benar begini atau selain penyi-dik pejabat atau selain pejabat penyidik sudah betul ini, kalau sudah betul kita ketok lagi.

    Selain pejabat penyidik ya sudah betul, Ok Pak Sri silahkan.

    FABRI {SRIDONO) : Salah satu contoh ini pak, mohon maaf dari Undang-

    undang Lingkungan Hidup pak, Pasal 40 itu, selain penyidik pejabat polisi negara RI juga pejabat PNS tertentu.

    Jadi tetap pak seperti itu.

    KETUA RAPAT Ini pejabat penyidik ini pak, yang di Pasal 77 Pak Sri.

    FABRI (SRIDONO) : Kami hanya mencari padanannya gitu pak, yang sudah

    diputuskan, yaitu selain penyidik pejabat polisi negara juga pejabat PNS tertentu lalu penyidik pejabat negeri sipil, ayat (2) nya penyidik pejabat negeri sipil ayat (3)-nya penyidik pejabat PNS ayat (4) dan (5) semuanya pakai begitu pak penyidik pejabat PNS, ini Undang-undang Lingkungan Hidup pak, mungkin mohon maaf di Pak Slamet ada Undang-undang mengenai masalah konservasi alam mohon dibandingkan juga pak.

    FABRI (IGNATIUS MULYONO) : Tambahan pak, dihalaman 67 buku kita sendiri pak un-

    dang-undang sudah kita setujui, mohon dilihat halaman 67 yaitu pada Pasal 77 ayat (3). di Penjelasan, tolong ditengok dulu, sudah dihapus itu, karena kalau yang masih asli ada nih pak yang belum dihapus itu, jadi dihalaman 67 itu ayat (3) dikatakan memang penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) memberi tahukan dan selanj utnya. Ini ki ta sebetulnya sudah menetapkan awal-awalnya pak, tapi karena sudah dihapus ya sudah.

    KETUA RAPAT : Tidak Pak Mul, kita tidak persoalkan itu lagi, tadi

    sudah sepakat untuk tidak kita singkat sudah satu, hanya mengganggu di pasal ini tadi, yang benar itu penyidik peja-bat atau pejabat penyidik, itu lho kita sepakat saja ini, jadi penyidik pejabat.

  • 36

    FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) Penyidik pejabat pak.

    KETUA RAPAT : Karena kalau lihat KUHAP tadi kan yang dimaksud penyi-

    dik adalah, kan begitu, oleh karena itu kita rubah saja ini kita sesuaikan kata-kata yang ini menjadi selain penyidik. pejabat kepolisian negara.

    Ok tolong langsung disempurnakan saja itu.

    FABRI {DRA. NOLDY RATTA) : Mohon maaf pak, saya kira FKP ini sudah tahu, apalagi

    Bu Rosbiati biasa mernutuskan utusan ini, saya yang sebagai yang bekerja tiap hari saya tidak menyetujui terus terang sebagai FABRI maupun pribadi, karena PPNS ini sudah penyidik pegawai negeri sipil, kernudian yang disebut di Pasal 7 yaitu rnengenai penyidik ialah pejabat kepolisian negara.

    Itu rnenunjukan orangnya, pejabat kepolisian negara RI itupun harus perwira dan ini, jadi tidak ada konotasi bahwa itu musti pejabat, jadi pejabat, penyidik kepolisian negara RI, itu yang biasa dipakai dalam penyidikan dan lain-lain dalarn koordinasi dan itu urnurn.

    KETUA RAPAT Kita tidak diskusi ini, kita sempurnakan saja yang

    benar penyidik pejabat atau pejabat penyidik.

    FABRI (DRA. NOLDY RATTA) : Pejabat penyidik.

    KETUA RAPAT : Jadi pejabat penyidik, kita sepakat pejabat penyidik

    saja, sarna saja bagi kita yang penting kita mengerti barang itu dia.

    FKP (YANTO, S.H) : Pimpinan kalau boleh samakan saja dengan undang-undang

    tadi Pimpinan, dengan undang-undangnya Pak Sri, saya kira ikut undang-undang yang sudah ada.

    KETUA RAPAT : Coba Pak Sri, dical dulu yang bapak pegang disitu,

    supaya kita ikut saja gitu.

  • 37

    FABRI (SRIDONO} : Kalau Undang-undang mengenai Lingkungan Hidup itu

    disini disebutkan penyidik pejabat pegawai negeri sipil pak, bukan pejabat penyidik pegawai negeri sipil, bukan kepoli-sian. pak.

    Inikan yang ayat ( 2) inikan pejabat penyidik, kalau disini di Undang-undang Nomor 23 Tahun 1970 mengenai masalah Lingkungan Hidup itu 97 itu pejabat penyidik pegawai negeri sipil, mohpn maaf Pak Slamet diundang-undang ada pak, konservasi tidak ada anunya pak.

    FABRX (SLAMET ST) : Kalau di Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Konservasi

    Alam, sumber daya alam, hayati dan ekosisitemnya, pada Bab XI Penyidikan Pasal 3 9 ayat ( 1) disini berbunyi, selain pejabat penyidik kepolisian negara RI.

    Jadi memang kelihatannya kesana kesini, ada dua undang-undang yang isinya ternya ta berbeda, ini terserah · kepada kita.

    KETUA RAl?AT : Baik Bapak Ibu dan saudara sekal ian, j adi ini tidak

    terlalu salah, dimana-mana tempat banyak beda, oleh karena itu tinggal kita milih saja, mau duiluan penyidik pejabat atau pejabat penyidik.

    FABRI silahkan.

    FABRI ( SRIDONO) Kernbali saja pak, kepada draft RUU yang kita sahkan

    ini, tetap saja tidak usah mengacu ke Undang-Undang Lingku-ngan Hidup ini pak, toh sama benarnya, daripada kita rneru-bah-rubah lagi pak.

    Terima kasih.

    KETUA RAl?AT : Jadi tadi penyidik pejabat ya, yang kita sepakat tadi.

    FABRI (SRIDONO) : Pejabat penyidik sudah seperti ini pak, jangan dirubah-

    rubah lagi lagi pak, kembali ke draft saja.

    FKP (YANTO, S.H) : Pimpinan kalau boleh kami ingin mengacu KUHAP kita

    sesuaikan KUHAP saja Pimpinan.

  • 38

    KETUA RAPAT : Jadi pejabat penyidik ya.

    FKP (YANTO, S.H) : Pimpinan mohon dilihat di KUHAP Pimpinan, karena ini

    mengacu KUHAP langsung Pimpinan. KETUA RAPAT : KUHAP-nya yang mana, baca saja.

    FKP (DRS. H. DEDE SUGANDA ADIWINATA) Penyidik adalah : a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. b. Pajabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi

    wewenang khusus oleh undang-undang.

    KETUA RAPAT Saya kira yang dulu-dulu juga bukin undang-undang pasti

    lihat itu juga, oleh karena itu saya tawarkan saja pejabat penyidik atau penyidik pejabat, ya pilihanya itu, say tawar-kan saja PP pejabat penyidik ya.

    FKP pejabat penyidik, rABRI pejabat penyidik, FPDI.

    FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc} FPDI mana yang terbaik.

    KETUA RAPAT Pemerintah

    PEMERINTAH Pemerintah itukn menampung aspirasi rakyat, jadi kita

    menampung saja aspirasi rakyat, aspirasi rakyat pejabat penyidik ikut.

    KETUA RAPAT Terima kasih pak. Dengan demikian apa yang tertulis dilayar itu adalah

    pejabat penyidik, kita setuju ?

    (RAPAT : SETUJU)

    Baik ada hal lain pak.

    PEMERINTAH : Interupsi Bapak Pimpinan. Dengan seizin Bapak Menteri Pada Pasal 17 Penjelasan

  • 39

    pak, hari ini yang terakhir, sebetulnya kita sudah membahas pada beberapa rapat-rapat baik Rapat Kerja, Rapat Panja, maupun Rapat Timus, yang terakhir itu ada kalimat halaman 23, yang dimaksud dengan unit pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan atau fungsi pokoknya dan peruntukannya yang dapat secara ef isien dan lestari antara kesatuan hutan-hutan lindung kesatuan hutan produksi.

    Kesatuan konservasi, kesatuan pengelolaan hutan kema-syarakatan dan kesatuan pengelolaan hutan adat tuan pengelolaan daerah aliran sungai pak, kalimat itu pak.

    KETUA RAPAT

    serta kesa-kurang satu

    Jadi Bapak ibu sekalian pegang yang ini, dihalaman 23 ini adalah contoh, tapi sebetulnya saya tadi mengakhiri dulu apa yang sudah kita ini pak, tapi Pak Waskito takut keting-galan rupanya.

    Jadi baik bapak ibu dan saudara sekalian, itu tadi menurut catatan Ketua Panja, hal-hal yang ditemukan oleh kita sekalian untuk kita cermati sebelum kita ketok, jadi yang pertama dari Pak Dirjen PHP halaman 23 dari naskah draft, ada yang ketinggalan, jadi setelah kesatuan pengelo-laan hutan adat HPHA serta kesatuan pengelolaan DAS (KPDAS) , ba~k ada ditemukan saudara sekalian dihalaman 23 ada keting-galan rasa serta kesatuan pengelolaan DAS (KPDAS) jadi sudah dicantumkan disitu dilayar tolong dicermati apakah ini langsung kita tawarkan saja daripada putar, setuju ?

    FKP (IR. WAYAN WINDIA, MS) : Belum pak, kalau itu setara KPH, KPDAS itu pak itu

    dan-nya hilang satu yang depan itu pak, ini menjadi dan dia paling belakang, dan KPDAS, karena setara KPHL, KPPP.

    KETUA RAPAT Ya dan-nya dibuang itu dipindahkan kebelakang sertanya

    hilang, apakah langsung kita setujui ini ?

    (RAPAT : SETUJU)

    Terima kasih. Baik Bapak Ibu dan Saudara-saudara sekalian masih ada

    lagi yang, tadi yanto masih ada, tadi seperti disampaikan

  • 40

    FKP (YANTO, S.H) : Sebenarnya kalau yang diperbaiki Sandingan ini belum

    kena, karena tadi sudah kita perbaiki, yang justru bermasa-lah adalah naskah yang nanti akan ditandatangai, karena ada ketidak paralellan oleh teman-teman pendukung ini waktu dilakukan perbaikan ini dengan naskah yang dalam bentuk RUU, oleh karena itu terserah kebijakan Pimpinan, itu yang perta-ma, terhadap itu silahkan kemudian nanti akan kembali ke perubahan yang tadi sudah dilakukan yang menyangkut PPNS tadi, nanti tentunya kembali dan ini mari kita lihat sama-sama supaya tidak, clear.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Baik saya kira tadi sudah dicermati, justru sekarang

    ini saatnya adalah untuk apakah masih ada yang ketinggalan atau tidak, saya kira tadi dicatat persis dan sudah dicoba untu di usahakan, namun demikian saya kira nanti apabila ada halaman-halaman tertentu ya~g, kalau hanya sekedar koma apa segala macam saya kira tidak masalah.

    FKP {YANTO, S.H) : Kalau bisa difahami begitu saya kira tidak masalah,

    jadi nanti perbaikannya tidak usah langsung dinaskah yang RUU tapi nanti dihalaman-halaman tertentu yang tidak sinkron dengan halaman dengan bagian Persandingan ini bisa dilakukan tanpa mengganggu, saya kira tidak ada masalah, kalau umpama-nya disini di Pasal 4 itu ayat (3) negara masih n kecil, sementara disitu tadi sudah n besar, umpamanya semacam ini kalau ini bisa tanpa melalui forum silahkan saja.

    KETUA RAPAT : Kalau yang begitu itu tak perlu lah, yang penting tidak

    substansi, saya kira tidak ada masalah itu. Bila perlu kita paraf ulang lagi kalau baru ketemukan

    kan gitu, dan soal penulisan sebetulnya nanti yang afhlinya itu ada di Sekneg itu, sebelum masuk Lembaran Negara nanti akan dicermati betul kalau soal kata-kata yang penting rumusan substansi yang perlu kita cermati.

    Dengan demikian Bapak Ibu dan saudara sekalian apakah dengan demikian tidak ada lagi hal-hal lain yang perlu kita cermati lebih dalam lagi.

  • 41

    FKP {YANTO, S.H} : Kaitan penjelasan Pasal 77 tadi karena sudah ada yang

    dihilangkan, barangkali kalau kita kembalikan dan kita saksikan bersama supaya keadaannya seperti.

    KETUA RAPAT Pasal 77 ya coba dibuka Penjelasan Pasal 77 ayat (3)

    FABRI (SRIDONO) : Ya itu masih ada PPNS-nya pak, Penjelasannya itu pak.

    KETUA RAPAT : Diperpanjang, Pejabat Pegawai Negeri Sipil.

    FKP (YANTO, S.H) : Kemudian ayat (l} Pimpinan disitu juga

    Batang Tubuh itu kita tambahkan kitab, oleh bepengaruh ke Penjelasan tapi tidak terlalu

    tadi itu di karena itu substansial

    namun harus kita sempurnakan, hanya satu masalah mas, sebe-lah kiri itu ditambah Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

    Oleh karena itu di Penjelasannya juga yang dimaksud dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yaitu tambah kitab juga, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Saya kira ini t idak merubah substansi cuma memperjelas dan memang seharusnya begitu.

    Terima kasih Pimpinan.

    FPP (DRS. SYAIFUL MASJKUR} Diperhatikan tentang-tentang itu Pak Yanto.

    KETUA RAPAT : Tentangnya itu huruf besar tidak, huruf kecil saja. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, ya. Sudah, moi. Oke kita langsung setuju yang ini ya.

    FABRI {SRIDONO) Sebentar Pak.

    KETUA RAPAT Mana lagi.

    FABRI (SRIDONO) Ayat (3) mohon diinikan lagi.

  • 42

    KETUA RAPAT : Ayat (1) setuju ya, ketok.

    (RAPAT SETUJU)

    Ayat (3) buka.

    FABRI {SRIDONO) Penjelasannya Pak.

    KETUA RAPAT : Ya itu penjelasan. Sudah Pak silakan mana yang perlu diperbaiki.

    FABRI (SRIDONO) : Setelah saya bacakan ya Pak : "Pejabat Penyidik Pegawai

    Negeri Sipil memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Penyidik POLRI, dan hasil penyidikan diserahkan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI". Hal itu dimaksudkan

    ·untuk memberikan jaminan bahwa hasil penyidikannya begitu Pak, tidak usah pakai Penyidik PPNS lagi, telah memenuhi ketentuan persyaratan, hasil penyidikannya telah memenuhi ket.entuan dan persyaratan, mekanis hubungan antara Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dengan Penyidik POLRI dilaku-kan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Saya pikir sudah apa namanya.

    KETUA RAPAT : Saya langsung tawarkan setuju ? Terima kasih saya ketok.

    FABRI (Ny. NOLDY RATTA) : Mohon ijin Pak.

    KETUA RAPAT Apa lagi.

    FABRI (Ny. NOLDY RATTA) : Itu atasnya pejabat mekanisme hubungan koordinasi

    antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dengan Penyidik POLRI. Diatas itu tidak pakak Pejabat, kalau Pejabat itu orangnya Pak, kalau memang dipakai atas, di bawah juga pakai itu tidak konsekuen itu.

  • 43

    KETUA RAPAT Sudah cocok tadi Bu itu.

    FABRI (Ny. NOLDY RATTA) Lho atasnya itu.

    KETUA RAPAT Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sudah tadikan.

    FABRI (Ny. NOLDY RATTA) : Yang terakhir, dengan Penyidik POLRI, kalau mau konsek-

    uen dengan usulannya FKP berarti di bawah juga Pejabat Penyidik POLRI.

    KETUA RAPAT Tambah tambah Pejabat, saya mau itu suruh tambah

    begitu saja lebih enak. Oke dengan begini, saya ketok sudah.

    (RAPAT SETUJU)

    Baik, nanti kita bikin seminar khusus Pejabat Penyidik. Baik Bapak/Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, Apakah dengan demikian sudah selesai hal-hal yang sudah

    kita temukan ? Selesai ya.

    FKP (YA.NTO, SH) Pimpinan, Ini dokumen ini mau sar.npai kemana karena di ujung ini

    belum ada Tambahan Lembaran Negara, di ujungnya penjelasan dilengkapi apa tidak gitu saja, nanti kalau di lembar ini harus dilengkapi kalau di lembar yang diteken, di terakhir mas. Di terakhir itu penj elasan ditutup dengan Tambahan Lembaran Republik Indonesia.

    KETUA RAPAT : Tambah langsung.

    FKP (YANTO, SH) : Disitu bawah Pasal 84.

    KETUA RAPAT Yang begitu itu lebih banyak point, kalau mutar-mutar

    kurang.

  • 44

    FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos) : Yang dibagikan sudah ada ini Pak. Yang dibagikan kepada FABRI sudah ada Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor .....

    FKP {YANTO, SH) : Memang tadi sudah dilakukan perbaikan, jadi tadi sempat

    disusulkan sementara inikan harus disampaikan dalam forum. Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Saya kira tidak apa-apa tambah, disaya juga belum ada. Kalau yang ini sudah, yang penjelasan yang belum Pak,

    Tambahan Lembaran Negara Pak, ya Bapak sudah punya karni belum, hanya takut sama ABRI mereka. Sudah semakin sore.

    Oke, baik Bapak/Ibu, dan Saudara-saudara sekalian. Sudah ya To, oke baik. Dengan demikian acara kedua telah dapat kita akhiri,

    saya belum ketok untuk seluruhnya, karena itu adalah ada pada kewenangan Fraksi-fraksi.

    Oleh karena itu kita masuk pada acara yang ketiga Kata Akhir Mini Fraksi-fraksi.

    Pak.

    FPP (H.M. HARMINTO A PURWOTENOYO, BA) Kalau Kata Akhir itu perlu seperempat jam.

    KETUA RAPAT : Interupsi dulu Pak, minta ijin dulu kalau mau ngomong

    KETUA RAPAT : Silakan Pak.

    FPP (H.M. HARMINTO A PURWOTENOYO, BA) : Karena sekarang waktu sudah 17.30, sedangkan Kata Akhir

    Mini itu kira-kira memakan waktu seperempat jam, katakanlah 15 menit kali 4 itu berarti 1 jam. Kalau dari FABRI oh 3 menit, 5 menit, baiklah saya cabut interupsi saya.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Oke jalan terus ya Pak. Baik, saya kira saya persilakan yang pertama untuk

  • 45

    menyampaikan Kata Akhir Mini dari Fraksi-fraksi dan untuk giliran pertama kepada yang mini juga FPDI.

    FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) Terima kasih Saudara Ketua. Akan kami bacakan Pendapat Akhir Mini dari FPDI.

    Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita sekalian. Ketua Komisi III DPR-RI yang kami hormati, Menteri Kehutanan dan Perkebunan beserta seluruh jaja-

    ran yang kami hormati, Rekan-rekan Anggota Komisi III,

    Hadirin dan hadirat yang kami muliakan. Tiada kata atau ungkapan yang dapat kami sampaikan pada

    kesempatan ini selain menyampaikan ucapan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rakhmat, karunia dan bimbingan-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita dapat menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan dalam Pembicaraan Tingkat III pada malam hari ini, dengan cukup lancar dan sesuai dengan jadual yang telah kita sepakati bersama.

    Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menilai bahwa pemba-hasian Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan yang ditu-gaskan kepada Komisi III berjalan cukup lancar. Ini dikare-nakan berkat adanya sikap, tekad, saling pengertian dan keterbukaan diantara Fraksi-fraksi dan Pemerintah dalam pembahasan materi-materi yang ada dengan tanpa mengabaikan semua masukan dari masyarakat ataupun mengurangi kecermatan maupun kesungguhan kita ber.sama terhadap hal-hal yang me-nyangkut kepentingan rakyat dan masa depan bangsa.

    Hal ini dapat terlaksana berkat semangat kebersamaan dan motivasi yang tinggi diantara Fraksi-fraksi bersama Pemerintah untuk menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang ini. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia mencatat bahwa semangat pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan ini diwarnai nasionalisme untuk bekerja tekun, membela keadilan, menciptakan tempat kerja, memajukan kehidupan rakyat.

    Pimpinan Sidang, dan Hadirin sekalian yang kami hormati; Dalam Pembahasan Tingkat III terhadap Rancangan Undang-

    undang Kehutanan ini, sebagaimana telah kita ketahui bersama banyak permasalahan-permasalahan atau perbedaan pendapat yang menjadi perdebatan serius diantara Fraksi-fraksi maupun

  • ----------------

    46

    Pemerintah yang cukup alot dan memakan waktu yang cukup panjang. Namun kesemuanya itu, dapat kita selesaikan melalui forum lobby dan saling pengertian diantara kita semua sehingga tidak ada yang menjadikan crucial dalam pembahasan Rancangan Undang-undang ini.

    Di dalam pembahasan Rancangan Undang-undang Kehutanan ini, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia, mencatat bahwa Pemer.intah dalam hal ini Saudara Menteri Kehutanan dan Perkebunan beserta segenap jajaran, mempunyai sikap yang terbuka, akomodatif dan demokratis di dalam menampung, membahas setiap susbtansi yang diusulkan oleh Fraksi-fraksi. Sebelum memulai pembahasan ini, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia merasa ragu apakah Rancangan Undang-undang Kehuta-nan ini bisa diselesaikan pembahasannya dalam periode Keang-.gotaan DPR masa bhakti tahun 1997-1999 ini, karena substansi atau DIM yang diajukan oleh Fraksi-fraksi cukup banyak dan permasalahannya cukup berat serta sangat kompleks, berdimen-si luar karena terkait dengan kepentingan nasional maupun global. Namun apa yang menjadi keraguan Fraksi kami tersebut, tidak-lah menjadi kenyataan, Komisi III yang ditugasi membahas Rancangan Undang-undang ini bersama Pemerintah, dengan tekad y~pg sungguh dapat dapat menyelesaikan tugas pembahasan Rancangan Kehutanan ini, sesuai dengan j adual waktu yang telah ditetapkan oleh Badan Musyawarah DPR-RI.

    Saudara Ketua, Saudara Menteri, beserta Rekan-rekan Anggota Dewan, Hadirin yang kami muliakan Setelah kami mendengarkan laporan dan mencermati sub-

    stansi Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan, sebagaima-na yang telah dilaporkan didalam forum Rapat Kerj a Komisi ini, dan mengingat kita semua telah terlibat dalam keseluru-han pembahasan Rancangan Undang-undang ini dan telah ikut dalam perumusan substansi baik pasal-pasal maupun ayat-ayat Rancangan Undang-undang ini, maka sudah barang tentu kita akan bersepakat pula agar Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan yang tel ah ki ta bahas dalam Pembicaraan Tingkat II~ di Komisi ini, dapat segera kita teruskan pembahasannya di Pembicaraan Tingkat IV.

    Demikianlah sikap Fraksi Partai Demokrasi Indonesia yang perlu kami sampaikan dalam kesempatan ini dan kami yakin bahwa rekan-rekan Fraksi lainnya, Fraksi ABRI, Fraksi

  • 47

    Karya Pembangunan, dan Fraksi Persatuan Pernbangunan akan sependapat dengan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia.

    Melalui kesempatan yang baik ini pula, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas kerjasama dan saling pengertian yang terjalin selama pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan ini, kepada rekan Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi Persatuan Pembangunan, dan terlebih kepada Menteri Kehutanan yang mewakili Pemerintah beserta Staf, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas berat ini untuk dipersembah-kan kepada rakyat, bangsa dan negara.

    Apabila di dalam pembahasan ini ada.tutur kata, perbua-tan atau apa saja yang kurang berkenan dihati Bapak-bapak, !bu dan Saudara sekalian, kami atas nama Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyampaikan permohonan maaf yang sebe-sar-besarnya dan juga kepada Staf Sekretariat Komisi III serta Staf Sekretariat Departemen Kehutanan dan Perkebunan yang telah membantu kelancaran tugas pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan ini, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

    Sekian dan terima kasih.

    KETUA RAPAT : Terima kasih kami sampaikan kepada yang mewakili FPDI

    atas Kata Akhir dan persetujuannya terhadap RUU tentang Kehutanan, selanjutkan kami persilakan dari FKP.

    FKP (IR. WAYAN WINDIA, MS) : Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera dan Om Swasti Astu Yang terhormat Saudara Pimpinan Rapat Kerja Yang terhormat Saudara Menteri Kehutanan dan Perkebunan

    RI beserta jajarannya, Yang terhormat rekan-rekan Anggota DPR-RI, Hadirin sekalian yang kami muliakan. Pertama-tama marilah kita memanj atkan puj i dan syukur

    kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rakhmat dan karunia-Nya pada hari ini, Komisi III DPR-RI bersama-sama dengan Pemerintah yang mengemban tugas dan amanah rakyat di sektor kehutanan telah dapat menyelesaikan pembahasan Ran-cangan Undang-undang Kehutanan (RUUK) .

    Sebelum RUUK ini dibahas secara resmi oleh kita bersama telah timbul wacana publik yang keras dan bahkan ada dianta-ra mereka yang menuntut agar RUUK ini dicabut.

  • 48

    FKP dapat memahami latar belakang dari kemunculan wacana yang cenderung bernada skepdis itu. Tentu saja karena pengalaman masa lalu dalam pengurusan hutan di Indonesia yang cenderung bernuansa negatif dan ke depan adanya keingi-nan untuk merubah sistem pengurusan hutan di Indonesia agar lebih memihak kepada rakyat.

    Adalah merupakan kewajiban yang terhormat bagi FKP untuk menampung semua aspirasi yang berkembang itu dan memperjuangkannya dalam forum yang terhormat ini.

    Hadirin yang kami hormati, Berikut 1n1 ijinkan kami menyampaikan beberapa hal

    berkai t dengan substansi yang berkembang dalam pembahasan RUUK sebagai berikut : Substansi yang paling mendasar yang menjadi isu dalam wacana publik berkiat dengan pembahasan RUUK ini adalah keinginan agar diakuinya eksistensi Masyarakat Hukum Adat di Indone-sia, khususnya yang berkait dengan pengelolaan hutan adat yang ada di kawasannya. FKP telah memperjuangkannya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Masyarakat Hukum Adat juga dijamin eksistensinya dalam pemungutan hasil hutan dan mendapat j am.inan pemberdayaan untuk meningkatkan kesej ahteraannya. Pengukuhan dan penghapusan eksistensi Masyarakat Hukum Adat, dilakukan oleh Bupati atau Walikota setempat bersama-sama dengan DPRD. Tuntutan lain yang berkembang adalah agar Pemerintah Daerah dan DPRD lebih diberikan peran dalam pengurusan hutan sesuai dengan tuntutan UU No. 22 Tahun 1999. Untuk itu FKP telah memperjuangkan, agar substansi ii dimuat secara jelas dalam materi-materi yang akan dicantumkan dalam Peraturan Pemerin-tah (PP} . FKP sangat menghargai adanya mutiara kata yang bernuansa religi dalam RUU ini. Misalnya tercatat adanya kata "ama-nah, iman dan taqwa, akhlaq mulia" dan kata-kata lainnya. FKP berharap dengan adanya nuansa kata yang bersifat religi ini . semua komponen yang berkai t dengan sistem pengurusan hutan akan tergugah kesadarannya, bahwa hutan adalah anuger-ah Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga tanggung j awabnya tidak saja bersifat duniawi, namun juga mengandung nuansa tanggung jawab sorgawi. Dengan demikian sesuai dengan harapan FKP, kiranya hutan dapat dimanfaatkan secara optimal dan sebesar-besar kemakmu-ran rakyat dan dijaga kelestariannya.

  • 49

    Pengawasan tidak hanya harus dilakukan oleh Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah tetapi juga masyarakat, FKP juga meminta adanya ruang bagi masyarakat untuk melakukan. gugatan perwakilan bila masyarakat memantau adanya kerusakan hutan di sekitarnya. Masyarakat juga perlu diberikan konpensasi bila tertutup aksesnya ke suatu kawasan hutan. FKP memandang perlu peran Pemerintah untuk mendorong peran serta masyarakat dalam pengurusan hutan di Indonesia. Dorongan yang diberikan oleh Pemerintah seyogyanya adalah merupakan penciptaan kondisi yang kondusif sehingga muncul-nya peran serta masyarakac adalah karena kesadaran hati nurani mereka sendiri.

    Mengakhiri Pendapat Akhir Mini ini ijinkan kami secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Saudara Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI karena sangat akomodatif dan rnampu mengembangkan nuansa yang demok-ratis dalam proses pembahasan RUU ini. Bahkan beberapa konsep yang dikembangkan bernuansa lebih maju dari aspirasi yang berkembang selama ini. Keberpihakannya kepada rakyat dan juga kepada koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat terasa sudah teruj i dalam pembahasan RUU ini . Tarnpaknya RUU ini sudah mencerminkan keberpihakan kita kepada rakyat. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada seluruh jajaran Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI.

    Dengan semua ungkapan-ungkapan tadi, maka dengan ini FKP menyatakan menerima hasil pembahasan RUU tentang Kehuta-nan ini untuk disahkan. Kemudian terima kasih kepada teman-teman dari FABRI, FPP dan FPDI karena telah mampu membangun kerjasama dengan nuansa kekeluargaan dalam pembahasan RUU ini.

    Terima kasih kepada Staf Komisi III dan Staf Dephutbun, karena telah membantu pekerjaan kita dalam pembahasan RUU ini. Terima kasih kepada rekan-rekan dari media massa baik cetak maupun elektronika karena telah bersedia menyebarkan informasi tentang pembahasan RUU ini.

    Tentu saja kami mohon maaf kepada semua pihak bila ada hal-hal yang tidak berkenan dalam rangka pembahasan RUU ini, dan kami juga mohon maaf bila seandainya aspirasi yang disampaikan dalam rangka pembahasan RUU ini tidak dapat diperjuangkan secara maksimal. Harapan kami semoga RUU ini dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan dimasa depan.

    Sekian dan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Om Shanti Shanti Shanti Om.

  • 50

    KETUA RAPAT : Kepada Saudara yang mewakili FKP, Pimpinan menyampaikan

    terirna kasih atas Kata Akhir dan persetujuannya, selanjutnya saya persilakan FPP.

    FPP (NY. HJ. CHODIDJAH) Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bismillahirrokhmanirrokhim, Alhamdulillahilladzi manna 'alaina bihil hadi nabiyyil

    karim wa hadana bibi'tsatihi wa risalatihi iladdinilqowim, Ashsholatu wassalamu'ala sayyidina Muhammadin asyrofil

    anbiya-i walmursalin wa'ala alibi washohbihi ajma'in. Faqolallahu ta'ala fi kitabihil karim.

    a'udzubillahiminasysyaithonirrojim wa idzistasqa musa liqau-mihi faqulnadlrib biashokal hajar. Fanfajarot minhuts·nata asyrota 'aina qad'alima kullu unasim masyrobahum, qulu wasyrobu minrizkillah wala ta'tsau fil ardhi mufsidin.

    Shodaqollahuladzim. Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang, Yang terhormat Saudara Menteri Kehutanan dan Perkebunan

    beserta jajarannya wakil dari Pemerintah, Bapak Ibu rekan-rekan Anggota Komisi III, Rekan-rekan Pers, Hadirin yang berbahagia, Marilah kita bersama-sama memanjatkan puJi syukur

    kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan tauf iq dan hida-yah-Nya kepada kita sekalian, sehingga pada hari ini kita masih diperkenankan untuk menyelesaikan Pembahasan Tingkat III terhadap Rancangan Undang-undang tentang Kehutanan.

    Terima kasih kami sampaikan juga kepada Pimpinan Sidang yang telah memberikan waktu kepada Fraksi Persatuan Pemban-gunan untuk menyampaikan Pendapat Akhir RUU tentang Kehuta-nan. Pembahasan RUU Kehutanan ini mendapat respon dari masyarakat secara luas baik dari kalangan LSM, Masyarakat Hukum Adat, akademisi, mahasiswa maupun pengusaha dan lain-lain, dengan nada yang bervariasi, ada yang bernada keras, tolak RUU Kehutanan. Fraksi Persatuan Pembangunan menganggap semua ini merupakan masukan yang sangat berharga karena mereka ikut merasa memilikinya. Untuk itu FPP menyampaikan hormat dan terima kasih.

    Hadirin yang terhormat, Kerusakan bumi baik yang ada di daratan maupun lautan

    karena ulah manusia, tangan-tangan jahil dengan nafsu sera-

  • 51

    kahnya dengan motto aji mumpung berlomba bagaimana mendapat-kan keuntungan pribadi yang sebesar-besar tanpa ingat bagai-mana generasi Bangsa Indonesia yang akan datang dapat menik-mati karunia Tuhan Allah SWT, berupa sumberdaya alam khusus-nya sumberdaya hut an yang sekal igus merupakan amanah dari Sang Pencipta maupun amanah konstitusional UUD 1945. Mereka menguras habis, mengekploitir secara besar-besaran sehingga kondisi hutan sekarang ini sampai pada titik nadir, hilangnya plasma nutfah khas Indonesia, baik flora, fauna dan atau mikro organisme yang sulit dibayangkan bagaimana untuk membangunnya kembali, mewujudkan hutan tropis yang ideal sebagai paru-paru dunia dan menjadi sumber kehidupan umat manusia, kecuali dengan tekad yang kuat dan usaha yang keras serta memohon mu'jizat kepada Allah SWT.

    Alhamudilillah di era reformasi ini Allah SWT, membuka-kan mata dan telinga hati kita sekalian untuk segera bertan-dang membuat landasan hukum berupa Undang-undang Kehutanan yang menjamin keberpihakannya kepada rakyat dengan tema hutan untuk rakyat atau forest for people. Masalah yang menonjol bagaimana perwujudan dari tema dimak-sud sekaligus dapat menggambarkan secara nyata dari amanah Pasal 33 UUD 1945 ayat (3) dalam konteks "Hutan dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya .untuk kemakmu-ran rakyat, serta mampu menjawab tantangan di era globalisa-si atau pasar bebas dunia.

    Dalam RUU Kehutanan yang tengah kita bahas ini terdapat perubahan yang sangat mendasar bila kita bandingkan dengan UU No. 5 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan, yang tergambar antara lain :

    1. Peranan Pemerintah Daerah yang secara aktif ikut serta membangun, me