Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN AGAMA PADA ANAK DIDIK DI
SAHABAT BUMI BINTARO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana social (S. Sos)
Disusun Oleh:
AULIA HAPSARI
NIM: 1111052000008
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVESITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M / 1439 H
i
ABSTRAK
Aulia Hapsari, Nim: 1111052000008, Evaluasi Program Bimbingan Agama Pada Anak
Didik Di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, di bawah Bimbingan M. Jufri Halim M.SI,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi Program Bimbingan Agama Pada
Anak Didik di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro metode yang digunakan diharapkan dapat
menambah wawasan keilmuan, serta pemikiran yang bermanfaat bagi penulis khususnya pada
penulis berkaitan tentang ametode bimbingan Agama .
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan lokasi di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, Tangerang Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisa data yang dilakukan dengan memberikan
makna itulah dapat ditarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan dilakukan dengan menggunakan
metode dan teori.
Hasil dari penelitian di Wilayah Yayasan Sahabat Bumi Bintaro Tanggerang Selatan
yaitu rumah pendidikan yang menampung anak-anak pemulung dari anak tingkat PAUD, TPA
dan Tahfizd untuk didik menjadi generasi Qur’an. Perencanaan yang akan dilakukan Yayasan
Sahabat Bumi kedepannya yaitu akan diadakannya metode one day one ayat dengan tujuan agar
peserta didik dapat dengan mudah menghafal Al-quran .
Mengingat yayasan tersebut menjadi salah satu Yayasan yang mengutamakan
kepribadian islami, maka peran Tokoh Agama sangat penting dalam mempertahankan ahklak
yang ada serta meminimnalisir dampak negatif dari pengembangan anak didik tersebut.
Disamping itu peran Tokoh Agama dalam pembinaan mental anak didik di wilayah Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro Tangerang Selatan dengan cara memberikan pembinaan baik rohani
maupun jasmani.
Kata Kunci : Evaluasi Program, Bimbingan Agama Pada Anak Didik
ii
KATA PENGANTAR
حمن الر حيم بسم الله الر
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “ Evaluasi Program Bimbingan Agama Pada Anak Didik di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, Tangerang Selatan”
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun
tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Dr. Roudhonah, M.Ag selaku
Wakil Dekan Bidang Adkum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii
Komunikasi, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
4. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. M. Jufri Halim M.Si, Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah
sangat membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu.
7. Teristimewa kepada kedua orangtua, Bapak tercinta H. Hadi Martono dan
mamah tercinta Hj. Pariyam, kakak serta keponakan tercinta Mba Wid,
Mba Dian, Mas Imam, Mas Pomo, Mba Tika, kaka’ Fathya, kaka’ Fakhra,
mas Faza, Fatan Fadhil, Fadhila, faiq, dan juga kepada para Sahabat kecil
ku Tyas, Hanny, Ary, Mala, Icha, dan Monic kepada penulis yang selalu
mendo’akan, memberikan motivasi dan pengorbanannya dari segi moril
dan materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
8. Buat sahabat–sahabat seperjuangan Mujahidin, Al-Muzani, Khoirul
Muslim M, Koen Arief P, Harry Handhiman, Safaruddin, Egi Fauzi
Fahmi, Burhan, Alaika Firmansyah, Nurjamal Sha’id, Siti Nurhasanah,
Mahda Dina Amalia, Winda Sari, Muzayanah, Nurhasanah, Siti Lidya
Rahmi, tidak lupa juga untuk seluruh teman-teman, kakak dan adik
seperjuangan penulis terima kasih atas dukungan dan doanya.
iv
9. Seluruh keluarga besar BPI 11 terimakasih buat dukungan dan doanya
kepada penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus
terjaga dengan baik.
10. Terima kasih kepada lembaga Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, Tangerang
Selatan, khususnya kepada ka Siti Nursa’adah, S.sos dan Ustdz Maskadi
S.Pd. yang telah mendukung dan juga melancarkan proses penelitian,
sehingga dapat berjalan dengan lancar.
11. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Ciputat, 20 Mei, 2018
Aulia Hapsari
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 5
1. Batasan Masalah .................................................................5
2. Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
1. Tujuan Penelitian ................................................................6
2. Manfaat Penelitian ..............................................................6
a. Aspek Akademik ……………………...........................7
b. Segi Praktis ....................................................................7
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 7
1. Penddekatan dan jenis Penelitian ………………............... 7
2. Subjek dan Objek Penelitian ………………….................. 9
a. Subjek Penelitian ………………………................ 9
b. Objek Penelitian ………………………................. 9
c. Sumber Data ……………………..........................10
1. Data Primer .....................................................10
2. Data Skunder ...................................................10
E. Teknik dan Pengumpulan Data ...............................................10
1. Wawancara.........................................................................10
2. Obsarvasi............................................................................11
3. Dokumentasi .....................................................................11
4. Catatan Lapangan ............................................................11
F. Analisis Data ...........................................................................12
v
G. Teknik Penelitian ....................................................................13
H. Tinjauan Pustaka .....................................................................14
I. Sistematika Penulisan ..............................................................15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program....……………………………………...17
1. Pengertia evaluasi Program ………………………….17
2. Model Evaluasi ………………..……………………..19
3. Tujuan Evaluasi …………………………………….. 21
B. Pengertian Bimbingan .......................................................21
1. Syarat dan Kriteria Pembimbing .................................25
2. Metode dan Teknik .....................................................27
C. Pengertian Agama .............................................................30
D. Tujuan Bimbingan Agama ............................................... 31
E. Pengertian Prilaku Keagamaan ........................................ 32
1. Prilaku ........................................................................ 32
2. Keagamaan ................................................................. 33
F. Peserta Didik PAUD ........................................................ 34
G. TPA ( Taman Pendidikan Al-quran )................................ 35
H. Tahfiz Qur’an ................................................................... 36
BAB III SEPUTAR YAYASAN SAHABAT BUMI BINTARO
A. Sejarah......................................................................................37
1. Visi dan Misi…………………………………................. 39
2. Tenaga Pembimbing……………………………….......... 39
3. Struktur Organisasi………………………………............ 40
4. Sarana……………………………………………............ 30
B. Peserta Didik dan Latar Belakang…………………….......... 41
C. Program Bimbingan Agama………………………………... 41
1. Prinsip Bimbingan Agama................................................ 43
2. Pelaksanaan Program........................................................ 44
vi
3. Pengendalian..................................................................... 45
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pemahaman Program Bimbingan Agama............................... 46
B. Evaluasi Program.................................................................... 53
a. Pengajar Bagi Peserta Didik.................................. 55
b. Praktek Bagi Peserta didik ................................... 56
c. Keteladanan Bagi peserta Didik ........................... 56
d. Tantangan dan Hambatan ..................................... 57
e. Pengendalian Program ..........................................58
C. Dampak yang Ditimbulkan......................................................60
D. Temuan-temuan Lapangan...................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………. 64
B. Saran………………………………………………………… 65
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 66
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial dan beradab, yang diciptakan
oleh Allah SWT, agar bisa mengabdi kepada-Nya.1 Manusia juga
termasuk makhluk yang memiliki kecenderungan pada kebenaran dan
kebaikan, serta berserah diri.
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan interaksi dengan
orang lain, dan sebagai makhluk yang beradab di juga membutuhkan
orang lain untuk belajar dan dijadikan panutan, agar manusia bisa
menuju kepada kebaikan dalam kehidupan ini. Lembaga pendidikan dan
seluruh bagiannya menjadi salah satu instrumen dan media pokok yang
melaksanakan berbagai program pengembangan diri yang mampu
mengantarkan manusia melalui bimbingan yang dilakukannya untuk
mencapai puncak kemuliaan dan identitas yang tinggi bagi manusia.
Lembaga pendidikan adalah salah satu wadah untuk menjadikan
manusia berada dalam keadaban yang tinggi.
1Kementerian Agama, Syaamil Al-Quran (Al-Quran dan Terjemah Dilengkapi Usul Fiqih, Surat Al-Dzaariyat, Ayat 56, hal 523. Dikatakan bahwa “wamaa khalatul jinna wal insa illaa liya’buduunii” (Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku).
2
Untuk itulah berbagai program bimbingan dalam lembaga
pendidikan merupakan suatu yang niscaya dalam kehidupan manusia
dalam mewujudkan dirinya sebagai makhluk beradab dan berbudaya.2
Islam memberikan ruang yang kuat agar manusia bisa memiliki
peradaban yang mulia, salah satunya adalah agar manusia terus belajar
dan memperbaiki diri dalam menjalani kehidupan ini. Wahyu pertama
yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana di
jelasakan di dalam Al-Quran pada Surat Al-Alaq ayat 1-5 yakni
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Allah yang
Maha mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajar
manusia apa yang tidak diketahuinya.3 Berpijak dari konsep bahwa
pendidikan berlangsung sepanjang usia manusia, maka sejatinya
manusia memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan tingkat dan
situasi pertumbuhan dan perkembangannya. sebagaimana pesan Nabi
SAW; "Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena dia lahir pada
zamannya, bukan pada zaman kamu". Dalam hal ini orang tua
setidaknya harus memahami hal ini, karena merekalah yang mengawal
kehidupan anaknya semenjak lahir.
2 Maimun, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram, Jl. Gajah Mada Nomer 100.
Matraman NTB 3 Kementerian Agama, Syaamil Al-Quran (Al-Quran dan Terjemah Dilengkapi Usul Fiqih, Surat Al-Dzaariyat, Ayat 56, hal 523. Dikatakan bahwa “wamaa khalatul jinna wal insa illaa liya’buduunii” (Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku).
3
Konteks yang lain Nabi Muhammad SAW bersabda dalam salah
satu haditsnya; "Manusia lahir dalam keadaan suci, orang tuanyalah
yang membuat dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi." Anak yang pada
dasarnya lahir dalam keadaan tidak berdaya namun memiliki potensi
yang bisa dikembangkan yang membutuhkan arahan dan bimbingan
orang dewasa yakni orang tua untuk mengembangkan potensi tersebut.
Jadi anak sesungguhnya memiliki ketergantungan yang sangat tinggi
kepada orang tua terutama pada usia pra sekolah yakni Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK).
Yayasan Sahabat Bumi yang berada di daerah perumahan
kawasan elit Bintaro Sektor V, dekat dengan perguruan tinggi ternama
yaitu Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) milik Kementerian
Keuangan Republik Indonesia dan Akademi Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (AMKG) milik Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia.4 Sekelompok masyarakat pemulung dan sejumlah masyarakat
kurang mampu kurang lebih 250 keluarga menjadi bagian sosial di
sekitar perumahan dimaksud. Yayasan Sahabat Bumi lahir sebagai satu
jawaban atas keprihatinan kondisi riel anak-anak pemulung dan
keluarga-keluarga dhuafa di sekitar peruahan elit Sektor V yang tidak
sekolah akibat kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan membuat
4 4Kementerian Agama, Syaamil Al-Quran (Al-Quran dan Terjemah Dilengkapi Usul Fiqih, Surat Al-Dzaariyat, Ayat 56, hal 523. Dikatakan bahwa “wamaa khalatul jinna wal insa illaa liya’buduunii” (Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku).
4
mereka tidak bisa mengurus kepemilikan identitas, dan keterbelakanan
membuaat mereka terperangkap dalam keterbatas akses informasi.
Secara umum masalah utama di lingkungan pemulung adalah
lemahnya perehatian orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-
anak merekra. Hal ini salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi dan
latar belakang pendidikan para pemulung.
Masalah yang dihadapi peneliti yaitu, fasilitas yang begitu minim
sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam meriset tempat. Namun
ada suatu yang menarik di sistem kurikulum Yayasan Sahabat Bintaro
yaitu adanya sistem one day one ayat.
Usaha Yayasan Sahabat Bumi di dalam membantu menangani
pendidikan anak-anak pemulung dan dhuafa di sekitar Sektor V tersebut
menarik untuk titeliti, mengingat Yayasan Sahabat Bumi menjawab
masalah pendididikan mereka tersebuh dengan sebuah langkah, yaitu
lahirnya lembaga nonformal yang diyakini pendekatannya dapat
memberikan jawaban atas kekosongan intervensi terhadap mereka, yaitu
lahirnya lembaga pendidikan, yaitu. Menjadi menarik sebab berbagai
pendekata dalam program bimbingan agamanya Yayasan Sahabat Bumi
memegang sejumlah pendekatan klasik yang dilakukan oleh pesantren,
terutama di dalam memberikan bimbingan agama. Bahkan sejumlah
pelajaran yang digunakan juga masih menggunakan sejumlah kitab
rujukan yang biasa digunakan oleh lembaga-lembaga pesantren.
Menurut Bagong Suyanto, lebih lanjut menyatakan, sudah bukan rahasia
5
lagi bahwa selama ini orang dan keluarga miskin umumnya hanya
mampu bertahan hidup pas-pasan, bahkan serba kekurangan.5
Dari dasar pemikiran di atas, maka penulis merasa tertarik dan
yakin untuk melakukan penelitian di Yayasan Sahabat Bumi, degan
judul; “Evaluasi Program Pembinan Agama pada Anak Didik di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar dapat mempermudah penulisan serta lebih fokus dalam
melakukan penelitian, maka penulis hanya membatasi masalah yang
akan dibahas meliputi evaluasi pada Program Bimbingan Agama dan
Pelaksanaannya.
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembatasan yang kurang terarah dalam kajian
ini, maka diperlukan pembatasan, untuk itu peniliti membatasi kajian
ini pada Evaluasi Program Bimbingan Agama pada Anak Didik di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro hanya mengacu pada PAUD, TPA
dan Tahfizd.
2. Perumusan masalah
Sebagaimana terurai dalam pembatasan masalah di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan Bimbingan Agama Pada Anak Didik
di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro ?
5 Bagong Suyanto, Tindak kekerasan terhadap anak:masalah dan upaya pemantauanya, Surabaya : LPA Jatim dan Unicef, 2002, h. 1
6
2. Bagaimana proses Program Bimbingan Agama Pada Anak Didik
di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro dilaksanakan.
3. Apa yang dihasilkan oleh Program Bimbingan Agama Pada Anak
Didik di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian skripsi
ini adalah:
a) Untuk mengetahui bagaimana Program Bimbingan Agama
direncanakan dan dirancang?
b) Bagaimana program Bimbingan Agama diaksanakan?
c) Seperti apa yang dihasilkan Program Bimbingan Agama yang
dilakukan oleh pelaksana?
2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari
pencapaiannya tujuan. Seandainya dalam penelitian, tujuan dapat
tercapai dan rumusan masalah dapat dipecahkan secara tepat dan
akurat, maka apa manfaatnya secara praktis maupun secara
teoritis. Kegunaan penelitian mempunyai dua hal yaitu
mengembangkan ilmu pengetahuan (secara teoritis) dan
membantu mengatasi, memecahkan dan mencegah masalah yang
7
ada pada objek yang diteliti. Kegunaan hasil penelitian terhubung
dengan saran-saran yang diajukan setelah kesimpulan.
Adapun manfaat dari penelitian ini bisa dilihat dari dua
aspek, yaitu :
a. Aspek Akademis
Untuk menambahan wawasan pengetahuan dalam bidang
Evaluasi Program, khususnya bagi civitas akademika Prodi
Bimbingan Penyuluhan Islam, serta dapat memperkaya
wawasan dalam bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Segi Praktis
Dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian lebih
lanjut di masa yang akan datang, khususnya penelitian yang
berkaitan dengan program Evaluasi Program Bimbingan
Agama pada anak. Dan tentu bisa menjadi bahan
pembelajaran dan evaluasi untuk melakukan perbaikan di
masa mendatang oleh Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
D. Metedologi Penelitian
1. Pendekkatan dan Jenis Penelitian
Penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses
mengungkapkan rahasia yaitu sesuatu yang belum diketahui dengan
menggunakan metode sistematik dan terarah. Sedangkan metode
penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud, sehubungan
8
dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja,
yaitu cara kerja untuk mendapatkan informasi atau fakta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
sebagaimana diungkapkan oleh Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh
Lexy J. Maleong bahwa “Metodologi Kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6
Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Nawawi ialah
rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi
sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek yang dihubungkan dengan
pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun
praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan pengumpulan informasi
yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.7
Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian
deskriptif yaitu “penelitian yang berupa mengeksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan social dengan
masalah dan unit yang diteliti.8
Data yang peneliti kumpulkan berupa kata-kata, gambaran
dan bukan angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. “Data-data tersebut berasal dari hasil naskah wawancara
6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), cet, ke-27, h. 4. 7 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,(Yogyakarta: Gajah Mada University Perss, 1992), h.209 8 Sanapiah Faisal,Fomat-format Penelitian social, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta 1989), h. 20
9
dengan informan, pengamatan dan catatan lapangan, foto, catatan
atau memo dan dokumen resmi lainnya.9
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah narasumber yang dapat
memberikan informasi pokok yaitu Ketua Yayasan (pengasuh)
terdiri dari 1 orang, Pembimbing Agama terdiri dari 3 orang
meliputin ketua, bendahara dan seketaris dan orang tua
peserta didik terdiri dari 3 orang.
b. Objek Penelitian
Sedangkan objek penelitiannya yaitu Program Bimbingan
Agama menyangkut,
1. Perencanaan yaitu Perencanaan yang akan dilakukan Yayasan Sahabat Bumi
kedepannya yaitu akan diadakannya metode one day one ayat dengan tujuan
agar peserta didik dapat dengan mudah menghafal Al-quran.
2. Pelaksanaan yaitu Metode yang dilakukan Yayasan Sahabat Bumi, Bintaro
Tangerang Selatan yaitu, membuat lingkaran persiapan memulai belajar
dengan do’a sebelu belajar kemuduan tadarusan surat-surat pendek, lalu anak
didik diwajibkan membaca Asmaul Husnah.
3. Hasil yaitu Dari hasil wawancara salah satu peserta didik di Yayasan sahabat
anak yaitu ada salah satu anak didik yang mampu calistung ( baca, tulis dan
hitung ) dalam waktu 1 tahun, sehingga anak tersebut mampu calistung (
baca, tulis dan Hitung ) disaat masuk kejenjang SD.
9 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almasyur, Metode Penelitian Kualitati, h. 34
10
c. Sumber Data
Data yang digunakandalam penelitian ini meliputi dua macam,
yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber utama, yaitu ketua Yayasan Sahabat Bumi Bintaro Ust.
Syafi’ie, S.Ag, Pembimbing Agama Ustz. Nur Sa’ada, S.Sos
sebagai ketua, Ust. Maskadi, S.Pd sebagai sekertaris, Ustz.
Uswatun Hasanah, S. Pdi dan orang tua peserta didik yaitu Bu
Tika, Bu Frida dan Bu Yana. Serta hasil pengamatan sepanjang
peneliti melakukan pengukuran terhadap pelaksanaan Program
Bimbingan Agama di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
b. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui sumber-
sumber informasi tidak langsung, seperti perpustakaan dan
temuan-temuan lapangan yang takterduga.
E. Teknik dan Pengumpulan Data
Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang akan digunakan adalah melalui:
1. Wawancara
Suatu wawancara yang dapat diartikan sebagai suatu proses
interaksi dan komunikasi. Wawancara juga berarti “mengumpulkan data
mengenai sikap dan kelakuan, pengalaman, cita-cita, dan harapan
manusia seperti dikemukakan oleh responden atas pertanyaan peneliti
11
adalah dasar dari teknik wawancara10
. Sedangkan wawancara dalam
artian sederhana adalah “alat pengumpul data berupa tanya jawab antara
pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang
berlangsungsecara lisan.”11
2. Observasi
Selain melakukan wawancara, peneliti melakukan observasi
pengamatan secara langsung dalam mengumpulkan data.”Observasi
merupakan sebuah teknik pengiumpulan data yang mengharuskan
peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tuhjuan
dan perasaan.12
3. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai
macam data seperti data tertulis, pengambilan foto, dan data-data di
perpustakaan atau instansi terkait lainnya yang dapat dijadikan analisa
untuk hasil dalam penelitian ini.13
4. Catatan Lapangan
Kerja paling penting dari pengamatan adalah menyusun catatan
lapangan. Catatan lapangan berisi deskripsi tentang hal-hal yang
10 Jacob Vredenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1981),cet ke -4, h. 88 11 Hadari Nawawi dan Martini Hadari Instrumen Penelitian Bidang Sosial, h.98 12 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186
13 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.39.
12
diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap penting.14
Catatan lapangan
berisi tentang hal-hal yang diamati oleh peneliti dianggap penting.
Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan deskriptif dengan
keterangan tanggal, waktu dan menyertakan informasi-informasi dasar
seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang berlangsung dan lain
sebagainya.
F. Analisa Data
a. Menurut Bogdan dan Biklen dalam bukunya yang berjudul
metode penelitian kualitatif mengemukakan bahwa teknik analisa
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi
bahan yang dapat dikelola, mensinstesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada
orang lain.15
b. Analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Data
yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen
14 Poerwandari E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3 UI,
2013), h. 143-144. 15 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,1989),
h.248.
13
dan sebagainya kemudian dideskripsikan sehingga dapat
memberikan kejelasan terhadap kenyataan realitas.16
c. Setelah melakukan melakukan penghimpunan data yang sesuai
dengan permasalahan penelitian, untuk itu selanjutnya peneliti
mengelola dan menganalisis data tersebut dengan cara:
1. Data-data informasi yang diperoleh melalui teknik Observasi dan
pengamatan langsung, oleh peneliti dijadikan sebagai bahan untuk
mengetahui bagaimana Program Bimbingan Agama di Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro dilaksanakan.
2. Data-data informasi yang diperoleh melalui teknik wawancara, oleh
peneliti akan disimpulkan dan dianalisis yang kemudian diuraikan dan
dimasukkan ke dalam skripsi, yaitu bagaimana para pengelola dan
pengurus merancang Program Bimbingan Agama di Yayasan Sahabat
Bumi Bintaro.
3. Data dan dokumentasi digunakan peneliti sebagai bahan analisis dalam
mendukung diskripsi pada skripsi ini berkaitan dengan Program
Bimbingan Agama di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
G. Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berpedoman kepada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Thesis, dan Disertasi) yang
disusun oleh tim penulis UIN Jakarta dan diterbitkan oleh CEQDA
UIN Jakarta pada tahun 2007. Cet. Ke-2.
16 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 66.
14
H. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan tinjauan pustaka, ditemukan beberapa skripsi
sebelumnya yang memiliki kesamaan dengan judul skripsi ini
diantaranya adalah :
1. “Evaluasi Pelayanan Umroh Angkatan Ke -6 Tahun 2011 PT.
Mulia Utama Tour Jakarta” yang disusun oleh Nadiatul
Khairiyah, Jurusan Menejemen Dakwah Fakulatas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini hampir sama dengan
penelitian yang penulis lakukan , karena memiliki pembahasan
yang sama tentang evaluasi.
2. “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara dalam
Meningkatkan Perkembangan Anak Terlantar Di Yayasan Sayap
Ibu Kebayoran Baru, Jakarta Selatan”, yang disusun oleh Sri
Rahayu, NIM 105054102085, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. Dalam
skripsi tersebut Sri Rahayu membahas Evaluasi Pelaksanaan
Terapi Wicara dalam Meningkatkan Perkembangan Anak
Terlantar. Keterkaitan antara skripsi penulis dengan skripsi
saudari Sri Rahayu adalah sama dalam artian satu bahasan
evaluasi program dan difokuskan pada proses evaluasi saja.
Kemudian yang akan penulis susun lebih kepada hasil program
pembinaan agama pada anak didik di Sahabat Bumi Bintaro
Tangerang Selatan.
15
3. “Pembinaan Akhlak Peserta Didik Melalui Pendidikan Agama
Islam Secara Kontekstual di SDN Kramat Pela 13 Pagi
Kebayoran Baru Jakarta Selatan”. Skripsi ini disusun oleh Aris
Suhadi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
I. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri
atas beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi satu
kesatuan utuh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN, mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan kepustakaan, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS, yang berisi tentang evaluasi program
(pengertian evaluasi, model evaluasi program, dan tujuan evaluasi program),
Pembinaan Agama (pengertian Pembinaan Agama, tujuan Pembinaan Agama,
metode Pembinaan Agama dan prinsip-prinsip Pembinaan Agama), pengertian
anak didik.
BAB III SEPUTAR YAYASAN SAHABAT BUMI BINTARO,
meliputi Profil Yayasan Sahabat Bumi Bintaro terdiri dari sejarah berdirinya,
visi dan misi, tenaga pembimbig, Program Bimbingan Agama yang dimiliki
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, dan peserta didik.
BAB IV PENGULAHAN DATA DAN TEMUAN LAPANGAN,
meliputi pemahaman Program Bimbingan Agama oleh Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro, Evaluasi Program Bimbingan Agama meliputi; a). Pengajaaran, b).
16
Praktek, dan c). Keteladanan bagi anak didik di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
Berkaitan dengan agama dalam hal ini akidah, syari’ah dan akhlaq.
BAB V PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dan saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program terdiri dari dua suku kata yaitu kata evaluasi dan
kata program. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata evaluasi
adalah penilaian, hasil. Mengevaluasi berarti memberikan sebuah penilaian,
menilai.1 Secara etimologi pengertian dari evaluasi menurut Kamus Ilmiah
Popular adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan penentu nilai.2
Sedangkan kata program dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata program (a) adalah rencana (b) adalah kegiatan yang dilakukan
dengan seksama.3 Sedangkan melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari
kegiatan yang direncanakan.4
Ada dua istilah pengertian pokok mengenai “program”, yaitu
pengertian secara khusus dan pengertian umum. Menurut pengertian secara
umum, “program” dapat diartikan sebagai sebuah “rencana”. Sedangkan secara
khusus program merupakan “kegiatan yang dilakukan dengan seksama”.
Apabila program langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program
didefinisikan dari suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
1 Departemen Pendidikan Nasional,. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.384 2 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry.Kamus Ilmiah Popular. (Surabaya: Arkola 1994), h.163
3 Departemen Pendidikan Nasional,. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
..........................................., h,998. 4 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2009) h,24
18
atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.5
Definisi terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler,
yang mengatakan bahwa evalusai program adalah proses untuk mengetahui
apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan. Definisi yang lebih
diterima masyarakat luas dikemukakan oleh dua orang ahli evaluasi, yaitu
Cronbbach dan Stufflebeam. Mereka mengemukakan bahwa evaluasi program
adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil
keputusan.6
Sedangkan tentang evaluasi menurut para ahli mengemukakan pendapat
yang berbeda-beda satu sama lain. Di antara para ahli yang mengemukakan
pendapat mengenai evaluasi yaitu sebagai berikut :
Menurut Nurul Hidayati dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Penelitian Dakwah, mendefinisikan evaluasi program sebagai upaya untuk
mengkritisi suatu program dengan melihat kekurangan, kelebihan, pada konteks
input, proses, dan produk pada sebuah program.7
Seperti yang dikutip Kreitnerr dan Kinicki evaluasi kinerja merupakan
pendapat yang bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang, atau prestasi
sebagai dasar untuk keputusan dan rencana pengembangan personil.8
5 Sudjana, Djudju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h,5. 6 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT:Rineka Cipta, 2012), h,6.
7 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Desember 2006), h. 124 8 Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Penelitian
(Jakarta:Salemba Empat, 2009), h. 11
19
Dari beberapa para ahli yang mengemukakan evaluasi maka penulis
berasumsi bahwa evaluasi merupakan suatu proses kinerja yang dapat dikatakan
selesai apabila telah mencapai target tertentu yang telah direncanakan dan
ditetapkan sebelumnya, atau bisa dikatakan suatu kinerja yang selesai
berdasarkan pada suatu batasan waktu tertentu sehingga dapat dilihat dan diukur
tingkat keberhasilan serta pencapaian pelaksanaannya melalui pengaruh dan
perubahan baik program yang dilaksanakannya maupun personil yang
berkontribusi dalam pelaksanaannya.
2. Model Evaluasi
Ada berbagai macam model-model evaluasi program, model-model
tersebut merupakan rangkaian alternatif yang dipilih oleh evaluator sesuai
dengan masalah dan tujuan evaluasi, salah satu diantaranya yaitu model sistem
evaluasi analisis.
Menurut Stewart I Donaldson pada Theory-Driven Evaluation yang
dikutip Wirawan dalam bukunya yang berjudul “Evaluasi Kinerja Sumber Daya
Manusia, Teori, Aplikasi dan Penelitian.9 Dalam manajemen, sistem
diformulasikan dalam bentuk model linier proses produksi yang terdiri dari :
Masukan (input), Proses (process), Keluaran (output), Akibat (outcome), dan
Pengaruh (impact).
Dari model linier tersebut, setiap segmen perlu dievaluasi untuk
menentukan nilai dan manfaat keseluruhan sistem. Oleh karena itu dalam model
evaluasi sistem analisis terdapat empat jenis evaluasi, yaitu : evaluasi masukan
(input evaluation); evaluasi proses (process evaluation); evaluasi keluaran
9 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2011) h. 70
20
(output evaluation); evaluasi akibat (outcome evaluation); dan evaluasi pengaruh
(impact evaluation). Berikut penjelasan mengenai model evaluasi sistem analisis
: 10
a) Evaluasi Masukan (Input Evaluation). Tujuan dari evaluasi masukan
adalah menjaring, menganalisis, dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas
masukan yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan program.
b) Evaluasi Proses (Process Evaluation). Evaluasi proses memfokuskan
pada pelaksanaan program dan sering menyediakan informasi mengenai
kemungkinan program diperbaiki.
c) Evaluasi Keluaran (Output Evaluation). Evaluasi keluaran mengukur dan
menilai keluaran dari pada program, yaitu produk yang dihasilkan program.
d) Evaluasi Akibat (Outcome Evaluation). Evaluasi akibat mengukur
apakah klien yang mendapat layanan program berubah.
e) Evaluasi Pengaruh (Impact Evaluation). Evaluasi pengaruh menilai
perubahan yang terjadi terhadap klien atau para pemangku kepentingan sebagai
akibat dari intervensi yang dilakukan program.
Dengan model-model evaluasi di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa evaluasi harus menyesuaikan dengan masalah serta tujuan evaluasi
tersebut. Adapun setiap model evaluasi memiliki segmentasi sistem yang
berbeda dan perlu dievaluasi untuk menentukan nilai dan manfaat keseluruhan
sistem.
10
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2011) h. 109-110.
21
3. Tujuan Evaluasi Program
Seperti yang disebutkan oleh Sudjana, tujuan evaluasi program terdapat 6
(enam) hal, yaitu untuk :
1.) Memberikan masukan bagi perencanaan program.
2.) Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan
tindak lanjut, perluasan atau penghentian program.
3.) Memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang modifikasi atau
perbaikan program.
4.) Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan
penghambat program.
5.) Memberikan masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (supervise
dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program.11
B. Pengertian Bimbingan
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Secara
etimologi (harfiah), kata bimbingan merupakan terjemah bahasa Inggris
“guidance” yang berarti; menunjukkan, memberikan jalan, menuntun,
mempedomani, menjadi penunjuk jalan, dan mengemudikan.12
Bimbingan
dalam arti “guidance”, menunjukkan pada dua hal, yang masing-masing berdiri
sendiri, yaitu sebagaimana dikatakan oleh W.S Wingkel adalah:
1) Memberi informasi, yakni memberikan petunjuk, bahkan memberikan
nasihat kepada seseorang atau kelompok. Maka atas dasar pengetahuan
tersebut, orang dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
11
Sudjana Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005). h.48. 12
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syahid, 2008), h. 6
22
2) Menuntun atau mengarahkan kepada sesuatu tujuan yang akan dituju, yang
mungkin tempat tersebut hanya diketahui orang yang menuntun saja.13
Bimo Walgito memberikan batasan mengenai bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya,
agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.14
Berdasarkan pengertian bimbingan yang dipaparkan di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada
seseorang maupun kelompok agar dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup
mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkungannya dan dapat memperbaiki
tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Bimbingan yang dilaksanakan
dalam rangka menuntun seseorang ke arah kehidupan yang bermanfaat,
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan karena dalam
kehidupan ini tidak ada manusia yang hidup dengan sempurna.
Sedangkan agama dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang mengatur
kata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasas
serta kaidah yang menghubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Kata “agama” berasal dari bahasa Sangsekerta, agama juga bisa
berarti “trdisi”.
Di dalam Hadits Nabi Besar Muhammad SAW yang diriwayatkan dari
Umar Bin Khaththab ra dia berkata:
13
W.S. Wingkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta:
P.T Gramedia, 1999), h. 18 14
Elfi Mu’awanah dan Fifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
Cet2. h. 53-54
23
“Ketika kami duduk di sisi Nabi Muhammad saw, pada suatu hari
tiba-tiba menjelang seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya,
sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya bekas bepergian, dan
tiada seorangpun di antara kami yang mengenalnya, sehingga dia duduk
ke dekat Nabi Muhammad saw, dan merapatkan lututnya ke lutut Nabi
Muhammad saw. Kemudian meletakkan kedua tangannya di atas
pahanya, lalu bertanya: “Ya Muhammad, beritakan kepadaku Islam?”.
Jawab Nabi Muhammad saw : “Islam itu: 1. Percaya bahwa tiada tuhan
kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, 2. Mendirikan
shalat, 3. Mengeluarkan zakat, 4. Berpuasa di buloan ramadhan, 5. Pergi
haji ke Baitullah jika kuasa dalam perjalanannya”. Berkatalah orang
tersebut, “benar engkau”. Umar berkata, “kami merasa heran, ia bertanya
tetapi ia membenarkan, seakan-akan ia telah mengetahui”. Lalu ia
bertanya pula, “beritakan kepadaku tentang iman?” Jawab Nabi
Muhammad saw, “Iman ialah percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, nabi-nabi utusan-Nya, hari kemudian/kiamat dan
percaya pada ketentuan takdir baik dan buruk dari Allah Ta’ala”. Dia
berkata: “benar engkau, dan beritakan kepadaku tentang Ihsan?”. Jawab
nabi Muhammad saw, “Ihsan jika engkau menyembah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatNya, maka jika engkau tidak dapat
melihatNya, kethuilah bahwa Allah melihat engkau”. Dia berkata,
“beritakan kepadaku, bilakah hari kiamat?” Nabi Menjaawab, “yang
ditanyaa tentang hari kiamat itu, tidak lebih mengetahui dari yang
24
bertanya”. Lalu dia berkata, “beritakan kepadaku tanda-tandanya?”.
Jawab Nabi saw, jika ibu (budak) telah melahirkan majikannya yakni ibu
sudah dianggap budak oleh seorang anak dan orang-orang yang terbiasa
telanjang kaki dan pakaian yang bagaikan telanjang dan biasa miskin,
pengembala kambing tiba-tiba mereka berlomba-lomba membangun
gedung”. Kemudaia dia pergi dan Umar berkata, “maka aku tinggal
tercengang (terdiam sejenak)”. Kemudian nabi Muhammad saw berkata,
“hai Umar, taukah engkau siapakah penanya tadi itu?”. Jawabku, “Allah
dan Rasulullah lebih mengetahui”. Maka sabda Nabi Muhammad saw,
“itu Malaikat Jibril datang kepadamu untuk mengajarkan
agamamu”.(HR. Muslim).15
Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
“agama” pada hadirs di atas menyangkut tiga hal pokok. Pertama, menyangkut
pelajaran akidah sebagaimana Malaikat Jibril yang bertanya tentang Iman,
kedua, menyangkut pelajaran syari’ah sebagaimana pertanyaan dalam hadits di
atas tentang Islam, dan yang ketiga, menyangkut akhlaq yaitu pertanyaan dalam
hadits di atas tentang Ihsan.
Oleh karena itu, kaian tentang bimbingan agama yang dimaksudkan
dalam kajian skripsi ini adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-
kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya melalui peguasaan materi akidah,
15
H. Salim Bahreisy, Petunjuk ke Jalan Lurus (Terjemahan Irsyadul Ibad ilaa Sabiilurrasyad), (Surabaya:
Darussaggaf, tt). H. 5-7.
25
syariah dan akhlak. Yaitu bantuan atau pertolongan yang dilakukan kepada
individu atau kelompok individu melalui proses yang kontinu dan terus menerus
secara sistematis, baik melalui pengajaran (pemberian informasi), praktek dan
atau keteladanan tentang agama yaitu menyangkut akidah, syariah dan akhlak.
Hal tersebut dilakukan agar bisa menjadi bekal di dalam perjalanan hidup
seorang individu atau sekelompok individu..
1. Syarat dan Kriteria Pembimbing
Ada beberapa syarat dan kemampuan, menyangkut kompetensi seorang
pembimbing, yang harus dimiliki oleh seorang pembimbing agama (Islam)
tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh M. Arifin, dia menyatakan di dalam
bukunya “Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan” yang dikutip oleh M. Lutfi
dalam satu rumusan bahwa syarat-syarat bagi pembimbing agama adalah
sebagai berikut:
1) Pembimbing meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya,
menghayati dan mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma
agama (religious) yang konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh
yang dikagumi) sebagai muslim sejati, baik lahir maupun batin
dikalangan orang yang dibimbingnya.
2) Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang yang
dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya.
Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas
terhadap profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan kondisi
masyarakat yang selalu berubah-ubah.
26
3) Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang
memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional).
4) Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak,
terutama dengan kliendan pihak lain dalam kesatuan tugas atau
profesinya.
5) Mempunyai sikap dan perasaan terkait dengan nilai-nilai keislaman dan
kemanusiaan, klien harus ditempatkan sebagai individu yang normal
yang memiliki harkat dan martabat sebagai mahluk tuhan.
6) Memiki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki
kemampuan dasar (potensi) yang mungkin bisa dikembangkan menjadi
lebih baik.
7) Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap
terbimbing, sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan
masalahnya.
8) Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan tugas.
9) Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua
kesulitan yang disampaikan terbimbing.
10) Memiliki watak dan kepribadian yang familiar, sehingga setiap orang
yang menggunakan jasanya merasa nyaman, terkesan dan kagum dengan
cara pelayanannya.
27
11) Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga
ada upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang
ada dalam masyarakat.
12) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, sehingga mempunyai
kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah mental
atau rohaniyah yang dirasakan terbimbing.
13) Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas atau profesinya.16
Penulis menyimpulkan bahwa syarat pembimbing harus menguasai
kondisi masyarakat serta berpengalaman dalam menghadapi masalah-masalah
yang terjadi di masyarakat dalam hal ini sesuai dengan kondisi riel peserta didik
dan pembimbing harus berpengalaman secara profesi.
2. Metode dan Teknik Bimbingan
Metode dapat diartikan jalan yang harus dilalui. Pengertian yang lebih
luas lagi, adalah segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Selain kata metode ada kata teknik dan pendekatan, keduanya
dipahami sebagai cara ilmiah yang dipakai sebagai instrument dalam melakukan
pekerjaan yang sifatnya lebih fokus kepada subyek atau obyek yang dijadikan
sasaran pelayanan. Maka pemahaman istilah teknik atau pendekatan sering
disebut dengan kata strategi dan teknik khusus dalam melakukan sesuatu sesuai
dengan fokus atau pokok permasalahannya.
16
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syahid, 2008), h. 156-158.
28
Secara khusus dalam pendekatan Islam ada metode atau teknik yang biasa
digunakan, termasuk dalam pelaksanaan dakwah pada umumnya. Berikut ini
secara ringkas akan dijelaskan:
1. Teknik bil-hikmah: adalah cara bijaksana, bersifat akademis. Teknik ini biasa
digunakan untuk orang terbimbing yang terpelajar, intelek yang memiliki
rasional tinggi, tetapi ragu atau kurang yakin terhadap kebenaran agama,
sehingga menjadi masalah baginya.
2. Teknik bil-mujadalah: teknik melalui perdebatan yang digunakan dalam
menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan dalil-dalil.
Penggunaan teknik ini lebih tepat untuk orang yang kritis, yang tidak mudah
menerima apa saja yang disampaikan pembimbing.
3. Teknik bil-mauidzoh: menunjukkan contoh yang benar, supaya orang mengikuti
dengan mudah, dikarenakan kemampuan logikanya sulit menerima bila hanya
berupa penjelasan atau teoriyang masih baku (tekstual).
4. Teknik ceramah: penjelasan yang bersifat umum, cara ini lebih efektif diberikan
dalam bimbingan kelompok (group guidance). Tetapi konselor harus
menyesuaikan apa yang akan disampaikan sesuai dengan kondisi orang yang
beragam
5. Teknik diskusi atau tanya jawab: kelebihan teknik ini, orang bisa menyampaikan
semua yang dirasakan secara luas, sehingga pembimbing mampu memberikan
jawaban yang tepat.
6. Teknik persuasif: yaitu berupa dorongan yang positif, santai, hiburan yang
mendidik, sehingga orang termotivasi untuk melaksanakan saran dan nasihat
dari pembimbing dengan senang hati.
29
7. Teknik lisan: melalui pesan langsung yang disampaikan dengan ucapan atau
kata-kata, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
8. Teknik tulisan: adalah cara bimbingan atau bantuan yang diberikan pembimbing
pada orang yang terbimbing melalui tulisan, bisa dengan pesan yang
mengandung hikmah maupuncerita-cerita. Ada sebagian orang yang terkesan
dengan membaca tulisan karena bisa lebih menghayati dan meresapi secara
mendalam, dibanding mendengarkan kata-kata langsung (lisan).
9. Teknik bil-yadi (kekuasaan): adalah melalui wibawa karismatik atau pengaruh
personal yang dimiliki pembimbing. Ada sebagian orang yang memperhatikan
siapa konselornya, baru mau patuh dengan arahannya.
10. Teknik do’a (dengan hati): dalam Islam setiap permasalahan tidak mungkin
diatasi sendiri tanpa melibatkan Allah SWT. (Tuhan). Karena itu konselor
mengajak klien untuk memohon pertolongan dari Allah SWT. Sebab terapi
terapis terbaik adalah Allah SWT., Kesembuhan yang haq dan sejati hanya dari-
Nya. Hal ini sekaligus menyadarkan, memberitahu orang bahwa pembimbing
hanyalah fasilitator, sahabat yang membantu untuk menemukan akar
permasalahan (solusi).17
Dengan demikian, puncak dari semua teknik yang sudah dipaparkan di atas
ialah menjadikan orang sadar terhadap potensi dan kemampuan diri mereka,
serta menyadarkan bahwa tugas dan kewajiban meraka terhadap Sang Pencipta
(Al-Khaliq).
17
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syahid, 2008), h. 120-137
30
C. Pengertian Agama
Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan
mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, cara menghadapi tiap-tiap
masalah.18
Agama sebagai sebuah keyakinan, diyakini sebagai sebuah sarana
bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan (Allah). Seperti yang dikatakan
William James, sebagaimana dikutip oleh Zakiah Daradjat: “Agama adalah
perasaan dan pengalaman bani insan secara individu, yang menganggap bahwa
mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan”.19
H.M. Arifin menjelaskan pengertian agama sebagai istilah yang sering
dipakai sehari-hari dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
a. Aspek Subjektif: agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa gerakan batin,
yang mengatur, dan mengarahkan tingkah laku tersebut, kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya.
b. Aspek Objektif: agama dalam hal ini mengandung nilai-nilai ajaran tuhan
yang bersifat menuntun manusia ke arah tujuan yang sesuai dengan
kehendak ajaran tersebut. Agama dalam hal ini belum masuk ke dalam batin
manusia, atau belum membudaya dalam tingkah laku manusia. Oleh karena
itu secara formal agama dilihat dari aspek objektif dapat diartikan sebagai
peraturan yang bersifat Ilahi, yang menuntun orang berakal budi, kearah
ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.20
18
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), Cet. Ke-3 h. 52 19
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-5, h.18 20
H.M Arifin., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press), h. 1.
31
Secara jelas telah dipaparkan diatas, mengenai agama menurut para
ahli. Penulis berasumsi bahwa agama dapat dilihat dari sudut pandang
subyektif (Pribadi Manusia). Bahwa agama mengandung pengertian tingkah
laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yakni berupa getaran
batin yang mengatur dan menggerakkan tingkah laku tersebut kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya.
D. Tujuan Bimbingan Agama
Tujuan dari bimbingan agama dapat dipaparkan secara umum yaitu untuk
meningkatkan dan menumbuh-suburkan kesadaran manusia tentang
eksistensinya sebagai makhluk Allah. Di samping itu pula tujuan yang lainnya
untuk membantu pihak yang dibimbing agar mempunyai kesadaran untuk
mengamalkan ajaran agama islam.21
Kemudian tujuan agama yang masih bersifat umum tersebut, dapat lebih
dijelaskan menjadi lebih khusus, yaitu :
a) Menanamkan rasa keagamaan
b) Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam
c) Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran islam
d) Membiasakan berakhlak mulia
e) Mengajarkan Al-Qur’an.22
Tujuan lain dari bimbingan keagamaan adalah :
1) Bimbingan keagamaan dimaksudkan untuk untuk membantu pihak
yang terbimbing agar mempunyai religious reference (sumber
pegangan) dalam pemecahan masalah-masalah kehidupan.
21
HM. Arifin, Pokok-Pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h. 29. 22
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al Ikhlas, (tt), Surabaya, hal.60
32
2) Bimbingan keagamaan yang ditujukan kepada pihak yang melakukan
bimbingan agar dengan kesadaran dan kemauan bersedia
mengamalkan ajaran keagamaan.
Dari sekian penjelasan yang dipaparkan diatas mengenai tujuan
bimbingan agama, penulis mencoba menyimpulkan bahwa tujuan
bimbingan agama yakni untuk memberikan tuntunan kepada individu
atau sekelompok individu-individu tentang ajaran agama (Islam)
sebagai sumber pedoman atau pegangan hidup dengan demikian
individu atau sekelompok individu-individu tersebut dapat terhindar
dari perbuatan buruk dan sesat. Sehingga pada akhirnya mereka
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
E. Pengertian Perilaku Keagamaan
1. Perilaku
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa perilaku atau tingkah laku sebagai
berikut :
a. Tingkah laku mempunyai penggerak (motivasi), pendorong dan tujuan.
b. Motivasi itu bersifat dari dalam yang muncul dari diri manusia itu sendiri,
tetapi ia rangsang dengan rangsangan-rangsangan dari luar atau rangsangan-
rangsangan dari dalam yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan
jasmani dan kecenderungan-kecenderungan alamiah, seperti rasa lapar, cinta
dan takut kepada Allah.
c. Menghadapi motivasi-motivasi manusia mendapati dirinya terdorong untuk
mengerjakan sesuatu.
33
d. Tingkah laku ini mengandung rasa kebutuhan dengan perasaan tertentu dan
kesadaran akal terhadap suasana tersebut. Ini semua disertai oleh aktivitas
jenis tertentu yang tidak terpisah dari rasa, perasaan dan kesadaran dari
suasana itu.
e. Kehidupan psikologi adalah suatu perbuatan dinamis, dimana perilaku
interaksi terus menerus antara tujuan atau motivasi dengan tingkah laku.
f. Tingkah laku bersifat individual yang berada menurut perbedaan faktor-faktor
keturunan dan perolehan atau proses belajar.
g. Tingkah laku ada dua tingkatan. Tingkatan pertama pertama manusia
berdekatan dengan semua makhluk hidup, yang dikuasai oleh motivasi-
motivasi sedangkan pada tingkatan yang kedua ia mencapai cita-cita idealnya
dan mendekatkan pada makna-makna ke-tuhanan dengan tingkah laku
malaikat, tingkat ini dikuasai oleh keimanan dan akal.23
2. Keagamaan
Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata agama yang berarti sistem,
prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu. Kata keagamaan itu sudah mendapat awalan
“ke” dan akhiran “an” yang mempunyai arti sesuatu (segala tindakan) yang
berhubungan dengan agama.24
Penulis berasumsi bahwa perilaku keagamaan berarti suatu implementasi
yang ada dalam diri seseorang yang memiliki nilai-nilai agama. Tindakan
(tingkah laku) maupun ucapan yang dilakukan seseorang yang didalamnya
berkaitan tentang agama yakni nilai-nilai yang ada pada Agama ditanamkan
23
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Al-husna, 2000), h.306 24
Pusat Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: BalaiPustaka,1990),
h.11
34
didalam jiwa seseorang serta unsur lingkungan yang mendukung, sehingga
tindakan (tingkah laku) atau perbuatan serta ucapan yang dilakukan dikarenakan
sebab adanya kepercayaan kepada tuhan, maka dengan nilai-nilai atau ajaran
agama dan kewajiban-kewajiban itulah semuanya bertalian dengan
kepercayaan.
Oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung banyak
aktivitas yang telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya antara makhluk
agama dengan pencipta, maupun hubungan antara makhluk dengan sesama
makhluk, itu pada dasarnya sudah diatur oleh agama.25
Dapat disimpulkan bahwasannya perilaku keagamaan yaitu suatu
tindakan atau aktivitas yang memiliki nilai-nilai agama yang dilakukan dalam
berinteraksi sosial
F. Peserta Didik (PAUD)
Peserta didik dari Yayasan Sahabat Bumi bintaro adalah anak-anak usia
dini, yang mereka terhinpun dari lingkungan keluarga pemulung dan berpotensi
menjadi anak jalanan. Sebab mereka adalah anak-anak yang putus sekolah sebab
kultur dan keadaan ekonomi yang lemah. Mereka terdiri dari anak-anak usia 5-
12 tahun.
Sebagaimana dijelaskan dalam banyak kesempatan, anak seusia di atas
merupakan usia emas yang harus memperoleh perhatian dan pendekatan yang
khusus dan komprehensif. Mengingat mereka memerlukan asupan bimbingan,
praktek dan keteladanan yang memadai, agar mereka terbiasa dengan pola-pola
yang tepat, terlebih berkaitan dengan agama sebagai pegangan hidup mereka.
25
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.204
35
Secara khusus anak usia dini yang menjadi peserta didik di Yaysan
Sahabat Bumi Bintaro memerlukan bimbingan yang intensif dan khusus
mengingat mereka berasal dari keluarga pemulung dan dhuafa yang tentu saja
mereka berpotensi putus sekolah dan menjadi anak jalanan. Maka diperlukan
kesiapan metodologis yang harus dilakukan Yayasan Sahabat Bumi Bintaro agar
agama yang disuguhkan kepada mereka dapat diterima dengan baik.
G. TPA ( Taman Pendidikan Al-Qur’an )
Kegiatan TPA dilaksanakan setiap hari senin-sabtu mulai pukul 3 (ba’da
ashar) sampai pukul 5 sore. TPA juga terbagi kedalam dua kelas yaitu kelas
untuk anak yang masih belajar Iqra` dan kelas untuk anak yang sudah belajar Al-
Qur`an. Mahasiswa dalam hal ini mengambil jadwal dari hari kamis sampai
dengan hari sabtu dalam satu minggu. Anak-anak belajar membaca Iqra` dan Al-
Qur`an kemudian menulis ayat yang sudah dibacanya sebagai bentuk latihan
supaya terbiasa dengan huruf-huruf Al-Qur`an (Arab). Jumlah anak-anak dalam
proses belajar mengajar ini tidak menentu. Terkadang 10 anak namun bisa saja
sampai 40 anak datang ke tempat pembelajaran. Hal ini karena keadaan yang
mendukung ataupun tidak. Absensi anak-anak pun kurang berjalan secara
optimal sehingga tidak menentu setiap harinya anak-anak datang ke lokasi
belajar mengajar.
36
H. Tahfidz Al-Qur`an
Kegiatan Tahfidz (hafalan) Al-Qur`an dilaksanakan setiap hari senin-sabtu
mulai pukul 6 petang (ba’da maghrib) sampai pukul 7 malam (adzan Isya).
Biasanya setiap anak diwajibkan minimal menghafal 2 sampai 3 ayat Al-Qur`an
yang telah ditentukan lalu dilanjutkan dengan shalat Isya berjamaah. Mahasiswa
dalam hal inimengikuti Proses penghafalan. Tidak hanya meghafal Al-Quran,
dalam kegiatan ini juga Diselingi dengan pngekajian mKana ayat yang
dihafalkna atau pengkajian Kitab-Kitab Islam Lain nya sepert Safinatun Najah.
37
37
BAB III
SEPUTAR YAYASAN SAHABAT BUMI BINTARO
A. Sejarah
Pemulung dipandang sebagai strata kasta paling bawah di dalam
masyarakat kita. Mungkin karena pekerjaan mereka yang bersinggungan
langsung dengan sampah. Bahwasanya hanya beberapa orang saja dari
masyarakat kita yang menyadari sesungguhnya betapa besar peran pemulung
dalam pengelolaan sampah. Disini sifat kepeduliannya terhadap masyarakat
pemulung yang kebiasaannya hanya meminta-minta dan memulung saja, tidak
sekolah, tidak belajar, belum bisa mengaji serta belum bisa membaca.
Status sosial pemulung dapat dibedakan berdasarkan pada jenis-jenis
barang yang mereka dapatkan setiap hari, sedangkan kehidupan ekonomi
mereka sangatlah memprihatinkan karena rendahnya jumlah penghasilan yang
diperoleh tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan mereka, sebagian besar
pemulung tidak pernah sekolah karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh
orang tua mereka meskipun demikian mereka mempunyai aspirasi untuk
memiliki kehidupan yang lebik baik.
Akhirnya yayasan membuat program belajar untuk anak pemulung
yang siap untuk belajar tanpa dipungut biaya sedikit pun (gratis). Sementara
awalnya dalam belajar hanya di tempatkan dirumahnya, awalnya dari pihak
keluarga tidak setuju karena pemulung di pandang sebelah mata.
Namun karena niatnya benar-benar ingin anak pemulung itu bisa baca,
mengaji dan menghafal Al-qur`an maka dari pihak keluarga pun
menyetujuinya. Meski belajar di tempat seadanya, tanpa meja kursi, dan
38
fasilitas lainnya, anak-anak itu tetap semangat belajar. Mereka datang tiap sore
untuk mengais ilmu di „Sahabat Bumi‟ di daerah Bintaro.
Awalnya anak-anak pemulung ini hanya diajari mengaji. Lambat laun
pelajaran bertambah. Ada yang belajar penceramah, menghapal ayat-ayat Al-
Qur‟an dan Bahasa Arab. Pelajaran ini diberikan untuk menambah
pengetahuan anak- anak yang tak bisa belajar di sekolah pada umumnya.1
Lalu Mengajar disekitar lapak pemulung dengan sukarela, semakin
lama semakin banyak yang berdatangan untuk mengikuti proses belajar.
Karena niatnya agar ilmu dapat bermanfaat buat orang lain.
Semakin berjalannya waktu kegiatan di pemulung mulai terekspos
(masuk) di majalah lalu mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah Provinsi
Banten berupa barang-barang, yaitu alat-alat edukasi. Dalam pengambilan
hadiah haruslah mempunyai nama, dari situlah muncul ide yaitu ”Sahabat” dan
kita tinggal di “Bumi” , maka jadilah Yayasan SAHABAT BUMI Bintaro.2
Mulailah ada perhatian dan kepedulian dari beberapa pihak dan
masyarakat sekitar, terhadap kegiatan-kegiatan yang diprogramkan dan
kemudian banyak yang ikut membantunya secara sukarela mulai dari
mahasiswa STAN, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, BSI dan lain- lain.
Kegiatannya mulai dari PAUD, TPA, TPQ, Hapalan (Tahfiz Al-Qur`an) dan
Kegiatan Pengajian ibu- ibu.
1 Wawancara pribadi dengan Nursa’adah, Pengelola dan Pengajar Di Sahabat Bumi Bintaro pada Jum’at 6 Juli 2018 2 Wawancara pribadi dengan Nursa’adah, Pengelola dan Pengajar Di Sahabat Bumi Bintaro pada Jum’at 6 Juli 2018
39
1. Visi dan misi Yayasan Sahabat Bumi Bintaro
Visi dari Yayasan Sahabat Bumi Bintaro yang beralamat di Jalan
Jurang Mangu Barat RT/RW 003/01 No. 56 Kecamatan Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten adalah “Menjadi Rumah bagi
Peningkatan Harkat dan Martabat Keluarga Pemulung, Melalui Pendidikan
dan Bimbingan Agama”.
Adapun misi dari Yayasan Sahabat Bumi Bintaro adalah:
1) Menjadikan rumah yang nyaman bagi keluarga besar pemulung,
baik anak-anak usia dini atau orang tua bagi mereka.
2) Menjadikan lembaga yang peduli bagi peningkatan harkat dan
martabat keluarga pemulung dan dhuafa di sekitar Sektor V
bintaro jaya, melalui pendidikan dan Bimbingan Agama Islam.
3) Menjadi pusat pengembangan diri (pembangunan karakter) bagi
anak-anak usia dini di lingkungan keluarga pemulung dan dhuafa,
termasuk anak-anak remaja dan ibu rumah tangga3
2. Tenaga pembimbing
Adapun tenaga pendidik dan pembimbing agama pada seluruh
kegiatan Yayasan Sahabat Bumi
3 Wawancara pribadi dengan Nursa’adah, Pengelola dan Pengajar Di Sahabat Bumi Bintaro pada Jum’at 6 Juli 2018
40
Tabel 3.1
Nama Usia Lama Mengajar
Ustadz Maskadi, S.Pd 31 tahun 7 tahun
Ustadzah Nur Sa‟adah, S.Sos 38 tahun 7 tahun
Ustadzah Uswantu Hasanah, S.Pd.I 26 tahun 6 tahun
Ustadz Romdhani 28 tahun 5 tahun
Ustadz Dedi Sunardi 20 tahun 2 tahun
Struktur Organisasi dan Pengurus Yayasan Sahabat bumi Bintaro.4
STRUKTUR ORGANISASI (SAHABAT BUMI
TAHUN 2017/2019
Jl. Jurang Mangu Barat Rt/Rw.003/01 No. 56
Pondok Aren Tangerang Selatan
4 Wawancara pribadi dengan Nursa’adah, Pengelola dan Pengajar Di Sahabat Bumi Bintaro pada Jum’at 6 Juli 2018
Nur Sa'adah
Ketua
Seksi Pendidikan
Didit
Seksi Keagamaan
Siti
Seksi Humas
Dedi Sumardi
Seksi Kebersihan
Dedi
Maulana Maskadi
Sekretaris
Yati Octavviani
Bendahara
Penasehat
Ust. Syafi'ie , S.Ag
Ust. Faisal A, S.Ag
41
3. Sarana Yayasan Sahabat Bumi Bintaro
Sarana yang dimiliki Yayasan Sahabat Bumi Bintaro antara lain:
a. Rumah Pamong Sahabat Bumi
b. Balai Warga Jurang Mangu Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan
c. Mushala Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
d. Papan Tulis, Meja Belajar dan Kursi bagi anak-anak,
e. Pengeras Suara atau Sound System,
f. Alas Belajar (Karpet) untuk pertemuan besar bersama orang tua atau
wali santri.
Keseluruhan sarana dimaksud juga menjadi lokasi dan kelas prosesn
belajar mengajar dan bimbingan agama yang dilangsungkan di Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro.
B. Peserta Didik dan Latar Belakang Keluarga
Peserta didik beserta keluarganya sebagai sasaran dari kegiatan
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, kurang lebih 89 peserta didik, meliputi:
1) Peserta Didik Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 17 peserta.
2) Peserta Didik Taman Pendidikan al-Quran (TPA) sebanyak 40 peserta.
3) Peserta Didik Tahfidz al-Quran sebanyak 32 peserta.
C. Program Bimbingan Agama Yayasan Sahabat Bumi Bintaro
Program bimbingan agama yang dibuat dan akan dilaksanakan di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, tentulah bukan sekedar bikin program dan asal-
asalan. Akan tetapi program yang dibuat harus bermuara pada persoalan yang
terjadi di dalam masyarakat pemulung dan dhuafa di sekitar Sektor V
42
Perumahan Bintaro Jaya. Secara umum masalah utama di lingkungan pemulung
adalah lemahnya perehatian orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-
anak merekra. Hal ini salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi dan latar
belakang pendidikan para pemulung.
Pada saat sebelum Yayasan Sahabat Bumi Bintaro berdiri, keadaan
pendidikan anak-anak para pemulung sungguh sangat memprihatinkan. Tidak
sedikit dari anak-anak mereka yang putus sekolah, bahakn memang tidak
sekolah.
Dalam keseharian mereka tidak jarang anak-anak yang mengikuti
orang tuanya memulung, sehingga baik orang tua atau anak-anak mereka sama
sekali tidak memiliki dan tidak mempunyai perhatian yang cukup terhadap
pendidikan dan masa depannya.
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro memiliki tantangan yang sangat berat
mengingat mengembalikan perhatian mereka kepada pentingnya pendidikan,
bahkan sebagian besar orang tuanya menganggap bahwa anak-anak mereka
harus menghasilkan dan menambah income sejak usia dini. Untuk meyakinkan
orang tua mereka tentu bukanlah perkara mudah sebab hal tersebut telah
mendarah daging dan menjadi cara pandang mereka sejak lama.5
Bermula dari adanya penempatan Praktikum Mikro Profesi Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam di lingkungan pemulung, dan kerja sama dengan
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, maka proses pendekatan kepada keluarga-
keluarga pemulung dan menyakinkan mereka agar berkenan memasukkan anak-
anaknya untuk dibimbing di Yayasan Sahabat Bumi. Sehingga para orang tua
5 Wawancara pribadi dengan Nursa’adah, Pengelola dan Pengajar Di Sahabat Bumi Bintaro pada Jum’at 6 Juli 2018
43
merasakan betapa pentingnya pendidikan bagi mereka, melalui bimbingan
agama yang diprogramkan Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, diharapkan mereka
mau dan termotivaasi untuk menempatkan anak-anaknya dibimbing dalam
kegiatan bimbingan agama.
1. Prinsip Perencanaan Program Bimbingan Agama
Prinsip pertama adalah mempertimbangkan peserta didik sebagai anak-
anak dan latar belakang kelurganya. Untuk itu program bimbingan agama
yang akan dibuat harus sesuai dengan kondisi obyektif mereka sebagai
anak-anak, didibuat menyenangkan sebab mereka berasa dari keluarga
yang tidak merasa penting dengan pendidikan, termasuk pendidikan
agama.
Prinsip kedua adalah bahwa program bimbingan agama ini adalah sebuah
ladang amal yang sangat bagus, mengingat mereka adalah generasi bangsa,
dan keluargany adalah keluarga muslim yang harus memperoleh perhatian.
Prinsip yang ketiga merancang program yang realistis dan bisa
dilaksanakan, memulai dari hal yang sederhana dan melakukan perbaikan
secara terus menerus, agar bisa mencapai hal yang baik di masa yang akan
datang.
Prinsip yang keempat program dibuat mereka (baik peserta didik atau
keluarganya) dibuat untuk tidak bergantung, namun harus dibuat mandiri
agar mereka merasakan bahwa agama bukan sekedar ibadah mahdloh saja,
namun ada ibadah lain yang disebut sebagai ghairu mahdloh.
44
Prinsip kelima adalah dibutuhkan ketulusan, kesabaran dan kerja sama di
antara semua elemin di dalam organisasi.6
2. Pelaksanaan Program Bimbingan Agama
Pelaksanaan bimbingan agama dapat dilakukan melalui beberapa
kegiatan, di antaranya: pengajian kitab tauhid, fikih, dan akhlak. Untuk
pengajian tersebut dilakukan proses belajar mengajar dengan sangat
sederhana dan mudah atau memudahkan bagi peseerta diupakan tidak.
Merupakan tambahan dari materi tersebut adalah dilaksanakannya
pengajian al-Quran dan tahfidz al-Quran.7
1. Program bimbingan agama juga dilakukan dalam praktek, yaitu, dalam
kehidupan sehari-hari, ditanamkan kejujuran pada anak, kesabaran disaat
berpuasa, keikhlasan disaat memberi dan dipinta dan saling membantu
(gotong royong) sebagai salah bentuk pengabdian. Selain itu peserta didik
juga diajarkan prkatek ibadah yaumiyah seperti praktek wuduk, shalat dan
lain sebagainya. praktek akhlak juga dilakukan dengan cara mengingatkan
mereka dalam kehidupan sehari-hari agar memiliki adab dan sopan santun
kepada orang tua, guru, masyarakat, dan bahkan kepada lingkungan dan
makhluk lain. Berikut contoh wawancara dengan salah satu peserta didik di
Yayasan sahabat anak yaitu ada salah satu anak didik yang mampu calistung
( baca, tulis dan hitung ) dalam waktu 1 tahun, sehingga anak tersebut
mampu calistung ( baca, tulis dan Hitung ) disaat masuk kejenjang SD.
6 Wawancara pribadi dengan Nursa’adah, Pengelola dan Pengajar Di Sahabat Bumi Bintaro pada Jum’at 6 Juli 2018 7 As’ad Human, Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis, Memahami Al-Qur’an (Yogyakarta: Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus A M M, 1995), h. 7
45
Termasuk bimbingan agama dilakukan dalam bentuk keteladanan
semua ustadz dan ustadzah, termasuk pengurus mempertimbangkan semua
ucapan, prilaku dan tindakan yang dilakukan sebab semua yang nampak
akan menjadi contoh dan rujukan bagi peserta didik dan orang tua yang
mengantarkan mereka.
3. Pengendalian Program Bmbingan Agama
Program bimbingan agama pada Yayasan Sahabat Bumi Bintaro
dilakukan secara normal. Dari sisi orgnisatoris pengendalian dilakukan
oleh pengurus terutama ketua pengurus sebaga pendiri utama. Namun
demikian, di dalam yayasan ada mikanismi yang dianut, bahwa setiap
pengurus dan bahkan para pembimbing agama diberikan kesempatan dan
kewenangan untuk memberikan pengendalian dengan cara melakukan
tegoran dan pemberitahuan yang tepat dan tegoran serta pemberitahuan
tersebut disampaikan terutama pada kesempatan yang tepat pula.
46
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Pemahaman Program Bimbingan Agama
Sebagaimana dijelaskan di dalam bagin kajian teori, bahwa
evaluasi program adalah suatu upaya dalam hal menyediakan informasi
untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.1 Demikian halnya
dengan penelitian ini, bahwa evaluasi program pada bimbingan agama di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro adalah adalah suatu upaya atau usaha
memahami dan mengetahui berbagai kegiatan suatu program bimbingan
agama yang dilaksanakan di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro untuk
ketersediaan informasi, guna disampaikan pada pengambilan keputusan
yaitu kepada pihak Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan akan menjadi bahan
pengembangan dan peningkatan bagi perencanaan, pelaksanaan, dampak
yang dihasilkan dari program yang sedang dievaluasi, dalam hal ini
adalah program bimbingan agama yang menjadi fokus evaluasi pada
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemangku kewenangan
bagi perencanaan dan pelaksana program bimbingan agama di Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro, maka diajukanlah sejumlah pertanyaan kepada
mereka berkaitan dengan pemahaman mereka berkaitan dengan:
1 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT:Rineka Cipta, 2012), h,6.
47
1. Bagaimana pemahaman mereka berkaitan dengan masalah utama
yang terjadi pada sasaran program bimbingan agama di Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro?
2. Bagaimana pandangan dan pemahaman mereka mengenai siapa
sasaaran yang sedang dihadapi?
3. Bagaimana pandangan dan pemahaman mereka tentang apa yang
dimaksud dengan bimbingan agama?
4. Bagaimana pandangan dan pemahaman mereka tentang apa dampak
yang diharapkan dengan diprogramkannya bimbingan agama di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
Pertanyaan pertanyaan tersebut penting untuk ditelusuri, sebab
akan berpengaruh kepada bagaimana Program Bimbingan Agama di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro itu direncanakan. Pertanyaan-pertanyaan
ini secara spesifik diajukan kepada pemangku kewenangan dan pelaksana
diprogramkannya bimbingan agama.
Berdasarkan jawaban dari sejumlah pihak yang memiliki
kewenangan bagi direncnakannya program tersebut, maka diketahui
bahwa:
1. Program Bimbingan Agama dirancang dan direncanakan, bahkan
secara khusus merupakan bagian dari sejarah berdirinya Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro, atas dasar “keprihatinan” sejumlah anak muda
yang melihat tidak adanya kepedulian dan kepekaan keluarga-
48
keluarga pemulung terhadap pendidikan anak-anaknya. Hal tersebut
tidak adanya sebuah kesadaran yang berpengaruh pada masa depan
generasinya, munculnya kesadaran di kalangan mereka nantinya
diharapkan bisa mengantarkan generasi mereka pada peningkatan
taraf hidup dan masa depan anak-anak mereka. Hal ini nampak
terlihat dari banyaknya anak-anak keluarga pemulung berkeliaran,
terutama pada jam-jam sekolah dan mengaji di suatu kawasan yang
berdampingan langsung dengan perumahan elit di Wilayah Bintaro.
Bahkan tidak sedikit di antra anak-anak dari keluarga pemulung yang
juga ikut memulung baik sendiri maupun ikut bersama orang tuanya.
Tidak adanya kesadaran ini pula, nampak terlihat dari aktifitas orang
tua dari keluarga pemulung yang mereka asyik dan sibuk dengan
aktivitas memulung saja. Namun mereka tidak memiliki kepedulian
terhadap pendirikan anak-anaknya, bahkan tidak peduli terhadap
pendidikan agama anak-anaknya.
Maka berdirilah Yayasan Sahabat Bumi Bintaro dan di dalamnya
dirancang dan direncanakan satu Program Bimbingan Agama
terutama buat anak-anak mereka. Walaupun juga dibuat sebuah
program yang diperuntukkan untuk orang tua-orang tua (pemulung),
baik khusus bagi ibu-ibu maupun khusus bagi bapak-bapaknya.
Munculnya spirit untuk membela dan mengantarkan mereka pada
sebuah pilihan hidup yang tepat, dengan diantarkannya mereka untuk
memperoleh pendidikan sesuai dengan masanya. Spirit kepekaan
49
tersebut disebabkan oleh kebiasaannya mereka sebagai salah ssatu
aktifis kampus, yang merasa gelisa jika melihat keadaa yang tidak
normal seperti tidak adanya kepedulian orang tua terhadap
pendidikan dan masa depan anak-anaknya, sebagai mana masyarakat
pemulung di atas.
Hal ini dapat dilihat dari wawancara dengan Sdri. Nur Sa’adah
sebagai pendiri dan sekalugus sebagai Ketua Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro.
“Pertama sebagai aktifis kampus di Fakultas Usuludin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, saya merasa kok ada yang kurang
melihat lingkungan sosial di sekirat kawasan pemulung. Sebagai
sarjana muslim saya merasa terpanggil untuk berbuat, terutama
berkaitan peningkatan harkat dan martabat lingkungan sosial saya
(lingkungan pemulung) melalui peningkatan kepedulian terhadap
pendidikan, terutama berkaitan dengan penguasaan dalam kehidupan
sehari hari tentang agama yang kita dan mereka anut. Kedua, saya
melihat bahwa mereka adalah saudara kita yang kebetulan mereka
dalam keadaan tidak berdaya di dalam menghadapi hidup. Maka
penting dilakukan satu terobosan agar bisa membatu mereka keluar
dari lingkaran syatan, yaitu kebodohan, kemiskinan dan
keterbelakanagan. Ketiga, adalah kewajiban saya sebagai seorang
muslim, dan melakukan upaya, walaupun saat itu saya secara pribadi
tidak punya apa apay yang bisa dilakukan, terutama berkaitan
dengan materi/finansial untuk mensupport kegiatan yang akan saya
lakukan.
Dengan demikian, kuatlah di dalam pikiran saya untuk
melakukan langkah-langkah pemberdayaan kepada mereka, terutama
melalui bimbingan agama, agar mereka dapat menjalankan agama
dengan benar dan bisa meningkatkan taraf hidup mereka, sebab
kepedualiannya kepada masa depannya melalui pendidikan. Hal ini
berdasarkan pealaman setelah saya berdiskusi dengan sdr. M. Jufri
halim (Dosen UIN) setelah dia melakukan kegiatan sosial, yaitu
melakukan isbat nikah (pengesahan pernikahan sirri mereka melalui
sidang di pengadilan agama) dan kebetulan dari sekian banyak
pesertanya dari lingkungan pemulung di daerah saya. Maka saya
50
percaya mereka memerlukan pembelaan dalam menghadapi masa
depan, terutama masa depan anak-anak generasi mereka”.2
2. Di dalam merancang Program Bimbingan Agama, para pihak yang
memangku kewenangan memiliki pemahaman yang serius mengenai
siapa sasara mereka. Sebab pandangan mengenai sasaran program
akan berpengaruh bagaimana dan seperti apa program akan dibuat.
Sebagai mana dikethui bahwa pandangan pendiri dan pemangku
kewenangan dalam merencanakann Program Bimbingan Agama
tentang kelompok sasaran, maka mereka kelompok sasaran terutama
anak-anak, dipahami sebagai saudara seiman, orang yang kurang
beruntung dan kelompok yang harus dibela. Hal yang sama mereka
para orang tua (keluarga besar) adalah mereka saudara seiman,
kurang berutung dan penting memperoleh pembelaana. Bahkan
pembelaan itu bukan saja dilatar-belakangi oleh masalah pandangan
tidak beruntung, termasuk dalam bayangan pengurus anak-anak
mereka adalah unik dan mungkin akan berprilaku tidak biasanya
(tidak normal sebagai mana umumnya anak-anak).
“Dalam benak saya tentu mereka adalah anak-anak yang dekil, yang
cuek, dan tak berpendidikan. Oleh sebab itu, ini adalah tantangan
yang menarik buat saya”.3
2 Nur Sa’adah, Wawancara tangal 22 Maret 2018 3 Ustadz Maskadi, Wawancara tanggal 25 Maret 2018
51
Untuk itulah, program dirancang untuk melayani sebagaimana
kewajiban beragama untuk diri sendiri, seperti yang mereka
sampaikan.
3. Menurut mereka bimbingan agama merupakan gabungan dari dua
kata, masing-masing bisa dipahami bahwa pertama bimbingan tidak
sekedar pemberian bantuan informasi, tetapi bimbingan juga bisa
berupa sebuah praktek dan keteladanan. Dengan demikian bimbingan
memerlukan sebuah usaha mengarahkan, menunjukkan, dan
mencontohkan. Di dalamnya juga memerlukan kontinuits,
keistikomahan, sistematis, kesungguhan, kelapangan hati dan lain
sebagainya. Kedua adalah agama, dalam hal ini bukan agama dalam
arti umum, tetapi menurut mereka agama yang dimaksudkan adalah
Agama Islam yang di dalamnya mencakup bahan ajar tentang akidah
dan keimanan menyangkut keimanan kepada Allah, malaikat Allah,
kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, hari akhir dan berimana kepada
takdir baik dan buruk yang terjadi pada diri manusia. Menyangkut
syariat dan atau tata cara beribadah, yaitu menyangkut fikih dan
hukum-hukumnya, seperti tentang suci, shalat, akat, puasa, dan haji.
Dan agama dalam pandangan meraka juga menyangkut ihsan atau
akhlak, yaitu akhlak kepada Allah sebagai Tuhan, akhlak kepada
rasul, malaikat, kitab, alam dan makhluk lainnya. Seperti yang
dijelaskan Nur Sa’adah, Maskadi, dan Uswatun Hasanah.
52
“Setahu saya, bimbingan itu adalah usaha atau proses
memberikan pengetahuan atau petunjuk kepada seseorang atau
sekelompok orang melalui suatu proses yang panjang,
terencana dan sistematis, biasanya melalui pemberian
informasi dan atau pengajaran, praktek yang diulang-ulang
kepada peserta didik, dan keteladanan dari pembimbing.
Sedangkan agama meliputi pengetahuan tentang:
1) Akidah (keimanan dan atau tauhid, meliputi keimanan
kepada Allah –ketuhanan--, keimanan kepada nabi-nabi,
keimanan kepada malaikat-malaikat, keimanan kepada
kitab-kitab, keimanan kepada hari kiamat/akhir dan
keimanan kepada takdir baik dan buruk yang ditetapkan
oleh Allah SWT),
2) Syariat (tata cara beribadah, meliputi syahadetaini,
thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, muamalah, dan lain
sebagainya),
3) Akhlak (tatakrama dan adat istiadat, meliputi hubungan
baik dengan Allah, dengan Malaikat Allah, dengn Nabi-
nabi Allah, dengan orang tua, guru, masyarakat, dengan
alam dan lain sebagainya).
Itulah pemahaman saya mengenai bimbingan agama
yang saya ketahui dan saya praktekkan”.4
“Saat saya diajak oleh saudari Nur Sa’adah (Osin) yang
saya bayangkan tentang bimbingan agama adalah memberikan
pengetahuan tentang pendidikan agama, sebagaimana
umumnya di sekolah-sekolah.
Belakangan setelah terlibat dalam proses-proses
bimbingan di dalam yayasan ini, baru saya tau, bahwa
bimbingan tidak saja pengajaran atau pemberian informasi
kepada mereka (peserta didik), namun di dalamnya dibutuhkan
kasih sayang, kontinuitas, kesabaran, ketelatenan, konsistensi,
praktek, keteladanan dan lain sebagainya. Karenanya
bimbingan agama sebuah proses bantuan yang disajikan
kepada mereka sesuai dengan kadar dan keadaannya.
Sedangkan agam meliputi materi akidah, syariat dan akhlak”.5
“Ya membimbing dan membantu memberikan
pemahaman tentang agama (iman, islam dan ihsan) melalui
sebuah pengajaran dan praktek, serta keteladanan dari kita
sebagai pendidik”.6
4 Nur Sa’adah, Wawancara tangal 22 Maret 2018 5 Ustadz Maskadi, Wawancara tanggal 25 Maret 2018 6 Uswatun Hasanah, Wawancara tanggal 27 Maret 2018
53
4. Berkaitan dengan pandangan dan pemahaman mereka tentang
dampak yang diharapkan dengan diprogramkannya bimbingan agama
di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro adalah berharap terjadi perubahan
berfikir bahwa pendidikan itu penting, lebih-lebih pendidikan agama,
baik bagi anak-anak ataupun keluarga besarnya (bapak dan ibunya).
Termasuk terjadinya perubahan prilaku sebab mereka telah
memperoleh pelajaran agama dari program bimbingan agama yang
dijalankan.
Dengan rancangan program tersebut, diaharapkan Program
Bimbingan Agama yang direncanakan akan efektif menjangkau
terjadinya perubahan kepada mereka yuaitu keluarga besar pemulung.
B. Evaluasi Program Bimbingan Agama
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa evaluasi program yang
dimaksudkan dalam tulisan ini adalah evaluasi program yang
didefinisikan oleh Stewart I Donaldson pada Theory-Driven Evaluation
yang dikutip Wirawan dalam bukunya yang berjudul “Evaluasi Kinerja
Sumber Daya Manusia, Teori, Aplikasi dan Penelitian.7
Pada kesempatan ini evaluasi pada Program Bimbingan Agama
sebagai satu sistem bimbinga di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro, akan
disederhanakan menjadi tiga bagian yaitu berupa bagian evaluasi masukan
Program Bimbingan Agama (input evaluastion), yang dimaksudkan di sini
adalah proses merencanakan program, yaitu bagaimana Program
7 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2011) h. 70
54
Bimbingan agama direncanakan. Kedua evaluasi proses (process
evaluation), yaitu bagaimana implementasi Program Bimbingan Agama di
lapangan? Dan yang ketiga adalah evaluasi keluaran (output evaluation),
evaluasi akibat (outcome evaluation), dan evaluasi pengaruh (impact
evaluation) disederhanakan menjadi evaluasi dampak meliputi keluaran,
akibat dan pengaruh, yaitu dampak dari diprogramkan bimbingan agama
di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro.
Dengan demikian evaluasi pada Program Bimbingan Agama di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro ini akan dilakukan penelusuran sebagai
proses evaluasi yang berkaitan dengan direncanakannya program ini
sebagai evaluasi input, penelusuran implementasi program ini sebagai
evaluasi proses, dan penulusuran dampak dari diimplementasikannnya
program tersebut.
Pada bagian pertama dari bab ini telah dilakukan evaluasi pada
input program Bimbingan Agama, yaitu bagaimana program dimaksud
direncanakan, dan dibuat. Bagian ini akan dijelaskan bagaimana temuan
setelah dilakukan penelusuran pada proses diimplementasikannya program
ini. Dalam evaluasi proses peneliti tidak saja melihat bagaimana
bimbingan dalam arti pemberian informasi yang mendeteksi proses belajar
mengajarnya, namun peneliti akan standby melihat secara langsung
bagaimana implementasi program dipraktekkan dan dicontohkan oleh para
pembimbing agama.
55
a) Pengajaaran bagi Anak Didik
Bimbingan dalam arti memberikan bantuan informasi mengenai
agama kepada para peserta didik (santri) dilakukan para
pembimbing dengan memberikan materi secara terencana dan
menyenangkan melalui pengajian dan pelajaran di kelas, seperti
melalui pendekatan bernyanyi, membaca bersama-sama, menulis,
mengulang dengan diucapkan kembali, dan menjawab
pertanyaan.
Bahkan pada saat peserta didik hendak akan pulang, pembimbing
agama masih bertanya tentang pelajaran yang yang diberikan
sebagai syarat di antara mereka bisa pulang lebih awal dari yang
lain. Hal yang sama pertanyaan akan dilakukan kembali saat
mereka kembali ke dalam kelas pengajian, yang dilakukan secara
acak, sekedar mengingat pelajaran yang sebelumnya.
Penguatan bimbingan juga diberikan tugas rumah agar terjadi
bimbingan lanjutan di rumah antara anak dan orang tua, bahkan
hal tersebut berdampak pada makin meningkatnya kedekatan anak
dan orang tua, terutama dalam hal memperoleh pelajaran agama.
Sebab para orang tua juga dapat pelajaran dari pengajian tentang
agama yang mereka anut.
56
b) Praktek bagi Peserta Didik
Di d alam bimbingan yang bersifat praktek, sepanjang peneliti
standby di dalam peroses program tersebut, diketahui bahwa
praktek dilakukan dengan menarik, misalnya mereka diajak ke
kebun dan dijelaskan dan diperkenalkan tentang makhluk-
makhluk Allah, hal ini praktek dari pengenalan terhadap Allah.
Termasuk mereka diajak praktek wudhu, shalat dan proses
penanganan najis dalam kegiatan langsung. Pada hal yang sama,
pembimbing juga langsung memberikan contoh yang benar dan
langsung dipraktekkan oleh peserta didik.
c) Keteladanan bagi Peserta Didik
Proses bimbingan melalui Program Bimbingan Agama di yayasan
ini, salah satunya dilakukan dengan cara memberikan keteladanan.
Sepanjang yang peneliti amati ketika di lapangan, para
pembimbing selalu berhati-hati dalam hal bersikap, bertutur, dan
bertindak. Sebab mereka menyadari bahwa apa yang mereka
pikirkan, katakan dan lakukan memiliki dampak kepada peserta
didik. Untuk itulah mereka selalu memberikan keteladanan dalam
hal akidah, syareat dan akhlatk.
Keteladanan ini menjadi menarik dan pokok di dalam lingkungan
pendidikan mengingat seorang pembimbing akan diikuti oleh
57
peserta didiknya jika ada kesesuaian antara apa yang dikatakan,
dan apa dilakukan.
d) Tantangan dan Hambatan
Di dalam semua kegiatan lapangan, selalu ditemukan tantangan
dan hambatan, tidak terkecuali dengan Program Bimbingan
Agama di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan di lapangan, maka diketahui bahwa
ada tantangan dan hambatan yang bersifat individu pelaksana
program, terkadang juga dari sasaran atau dari peserta didik.
Seperti yang dijelaskan Nur Sa’adah berikut:
“Tantangan dan hambatan pertama dari kita para
pengurus dan pembimbing, kami harus melakukan penyamaan
persepsi dan diskusi yang terus menerus, agar kami bisa
mencairkan berbagai kebuntuan, bisa berbagi pengalaman
dalam hal memberikan bimbingan dan pendekatan kepada
peserta didik. Tantangan dan hambatan kedua adalah dari para
orang tua, yang memiliki cara pandang sendiri tentang anak-
anakknya. Mereka sering kali mengaitkan dengan pendapat
yang harus dilakukan oleh ana-ana mereka, karena itu
bimbingan kami alkukan tidak saja kepada anak-anak mereka,
kami juga lakukan bimbingan kepada ibu-ibunya, kepada
bapak-bapaknya. Tantangan dan hambatan ketiga adalah
mencara formula berbagai bentuk pendekatan yang akan akami
sajikan kepada peserta didik, agar tidak menimbulkan
kejemuan, kesulitan dan keberulang-ulangan.Tantangan dan
hambatan keempat adalah enjaga konsistensi kita di dalam
memberikan bimbingan agama, termasuk konsisten di dalam
memberikan materi agar tidak ada benturan pendapat antara
satu pebimbing deengan pembimbing yang lain”.8
Hal lain juga dikatakan oleh Uswatun hasanah, seperti berikut
8 Nur Sa’adah, Wawancara tangal 22 Maret 2018
58
“Saya rasa tantangan dan hambatannya hampir sama
dengan di tempat lain, secara khusus perbedaannya karena
mereka termasuk anak-anak yang khusus disebabkan mereka
berada di lingkungan yang memiliki kebiasaan yang tidak
umum. Masalahnya sering kali muncul pada pribadi sayanya,
kadang muncul kejemuan, kadang saya merasa perlu mencari
terobosan baru untuk menghadapi mereka”.9
Atau juga disampaikan oleh Maskadi, dia menggabarkan
bagaimana proses implementasi program itu dilakukan.
“:Secara pribadi tantangan dan hambatan yang saya
hadapi dan alami dari program ini adalah: Pertama,
kemampuan saya menyesuaikan diri dengan hebit dan latar
belakang mereka, ibaratnya saya beluk bisa mengimbangi
mereka. Kedua diperlukan penggunaan istilah yang lebih
sederhana, mengingat sebelumnya mereka (peserta didik)
termasuk anak putus sekolah, bahkan tidak sekolah”.10
e) Pengendalian Program
Pengendalian pada Program Bimbigan Agama di Yayasan Sahabat
Bumi Bintaro dilakukan sesuai dengan ketentuan organisasi,
namun demikian ada hal yang menarik peneliti amati, yaitu
diberikannya kewewenang kepada unsur pengelola, pengurus dan
para pembimbing untuk dapat memberikan kontrol dan
pengendalian pada proses pelaksanaan program. Dengan ketentuan
bahwa proses pengendalian berupa pemberitahuan, dan
disampaikan dalam sebauh kesempatan yang telah ditentukan
tanpa harus menimbulkan gejolak dan dampak buruk bagi
organisasi.
9 Uswatun Hasanah, Wawancara tanggal 27 Maret 2018 10 Ustadz Maskadi, Wawancara tanggal 25 Maret 2018
59
Berikut hasil beberapa pendapat mereka di dalam keterlibatannya
memberikan kontrol atau pengendalian dalam program ini.
“Kami dalam melakukan kontrol adalah dengan cara: Pertama
membangun kesadaran bersama bahwa lembaga ini adalah milik kita
bersama, maka setiap kita sama-sama memiliki tanggung jawab untuk
saling memperbaiki, namun kita memiliki satu kesepakatan untuk
mengingatkan pada yang lainnya melalui waktu dan forum yang tepat.
Kedua, kita membangun satu forum diskusi agar saling memperkuat dan
saling mengingatkan. Dengan cara ini kontrol bukan saja ada di pundak
saya sebagai ketua, tapi juga ada pada setiap kita sebagai bagian dari
yayasan ini. Sekalipun dalam keseharian sebagai ketua saya tidak melepas
diri di dalam pengendalian dan kontrol pada program bimbingan agama
yang sedang dilangsungkan”.11
“Secara organisatoris konstrol berada pada pengurus, terutama ketua.
Namun hebatnya yayasan ini kita semua dilibatkan untuk melakukan
kontrol namun melalui mekanisme diskusi yang telah dibangun lama”12
.
“Dalam proses kontrol atau pengendalian kegiatan biasanya dilakukan
oleh pengurus, terutama ketua yang sekaligus pendiri. Bagi saya kontrol
terjdi pada saat memberikan masukan di dalam rapat atau diskusi kecil
bersama pengurus dan yang lainnya. Diskusi-diskusi tersebut sering kali
menjadi masukan penting sebagai bagiand aari sebuah kontrol pada
program bimbingan agama di yayasan ini”13
.
Intinya proses pengendalian diakui mereka berdasar pada
ketentuan oraganisasi Namun demikian, pengolola memberikan ruang-
ruang partisipasi kepada elemin-elemin lain dalam organisasi seperti pada
pebimbing agama dan lain sebagainya.
11 Nur Sa’adah, Wawancara tangal 22 Maret 2018 12 Uswatun Hasanah, Wawancara tanggal 27 Maret 2018 13 Ustadz Maskadi, Wawancara tanggal 25 Maret 2018
60
C. Dampak yang Ditimbulkan
Dari hasil temuan di lapangan dan wawancara yang dilakukan,
maka peneliti menyimpulkan bahwa Program Bimbingan Agama di
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro telah terjadi perubahan yang sangat luar
biasa kepada keluarga-keluarga pemulung di dalam memandang
pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Hal ini diawali sejak
berdirinya yayasan dimaksud.
Bahkan ketika adanya beberapa kali pelaksanaan Prakttikum
Profesi Mikro yang dilakukan mahasiswa BPI di Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro, para orang tua menyadari sepenuhnya bahwa pendidikan penting,
dan hal ini ditandai oleh makin intensifnya aktifitas pengajian bapak-
bapak dan ibu-ibu, serta ras bangganya para orang tua mereka akan anak-
anaknya yang memahami banyak hal tentang agama dan terjadinya
perubahan prilaku pada anak yang lebih santun dan menghargai orang
tuanya. Seperti sikap selalu mengucapkan salam dan berjabatan tangan
(dengan mencium tangan ortuanya) baik saat berangkat ke TPA atau
pulangnya, tentu hal tersebut membuat bangga para orang tua.
Hal ini diakui oleh responden, sebagai bagian dari pengamatan
atas proses yang selama ini mereka alami. Berikut jawban mereka atas
dampak yang ditimbulkan dari Program Bimbingan Agama.
“Alhamdulillah, banyak sekali perubahan dan ghirah
yang terlihat di kalangan keluarga pemulung. Dulu sebelum
program bimbingan melalui Yayasan Sahabat Bumi Bintaro ini
dilaksanakan, jangankan kepedulian ayah dan ibu mereka
kepada pendidikan anak-anaknya (baik formal atau non
formal), pada shalat keseharian anak-anak mereka, bahkan
61
pada ibadah kesehariannya sungguh sangat jauh. Di
lingkungan merek ada mushollah, namun dibuat tempat tidur
oleh mereka. Saat sekarang, sejak berdirinya yayasan ini dan
dilaksanakannya program secara konsisten dan atas dukungan
dari berbagai pihak, perubahan mereka sungguh sangat luar
biasa. Anak-anaknya rajin mengikuti pengajian, ayah dan
ibunya bergantian mengantarkan anak-anaknya mengaji,
mushallah di lingkungan mereka sekarang udah hidup dan
berjalan normal (setiap saat udah ada adzannya), ada pengajian
khusus untuk ibu-ibu, ada pengajian jumatan khusus untuk
bapak-baoaknya. Intinya saya amat sangat bersyukur, atas
kesadaran dan merupakan dampak dari program bimbingan
agama yang ada, menimbulkan satu perubahan yang sangat
signifikan, diharapkan di masa yang akan datang akan terus
terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Amin”14
“Saya rasa dampak dari kegiatan program bimbingan
agama ini sangat baik dan nyata. Hal ini bisa dilihat dari
sejumlah perubahan yang terjadi pada keluarga-keluarga
pemulung. Di mana aktifitas keagamaan sering kali tidak
memperoleh perhaihatan yang serius dari mereka, namun
sekedar merupakan hal yang penting dan tidak penting. Namun
pada akhir-akhir ini terlihat perubahan yang mencolok,
setidaknya dari segi spirit anak-anak mereka di dalam
mengikuti pengajian dan taklim telihat lebih antusias, terlebih
ketika di berikan sebuah penghargaan kepada mereka. Dalam
sejumlah kesempatan para orang tua juga mengalami
perubahan, bahkan di kalangan mereka cukup femilier dalam
hal menggunakan pakaian-pakain muslim, sebab mereka sudah
banyak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang sering
dilakukan di lingkungan mereka. Seperti pengajian untukibu-
ibu dan bapak-bapak”.15
“Sepengetahuan saya dampak yang ditimbulkan
bagus, dan perubahan nampak sekali di dalam prilaku mereka
bergama, termasuk sikap mereka terhadap menjalankan ibadah
sehari-hari”.16
14 Nur Sa’adah, Wawancara tangal 22 Maret 2018 15 Ustadz Maskadi, Wawancara tanggal 25 Maret 2018 16 Uswatun Hasanah, Wawancara tanggal 27 Maret 2018
62
D. Temuan-temuan Lapangan
Sepanjang peneliti berada di lapangan, peneliti memperhatikan
sejumlah anak-anak didik saat baru datang mereka selalu dalam keadaan
senang, dan seraya mengucapkan salam pada teman temannya. Akan
tetapi sebelum mereka data dan memasuki ruang belajar, dia selalu datang
dan memasuki rumah pengasuh dan ruang pembimbing terlebih dahulu.
Prilaku mereka sungguh sangat menarik, mengingat mereka
masih anak-anak, datang ke sekolah masih membawa mainan. Walaupun
demikian, saat salah satu diantara mereka ada yang jahil, maka yang lain
melarangnya dan mengaakan “tidak boleh, kata bu guru kita harus rukun
dan tidak boleh menjahili teman, sebab Allah selalu melihat kita”.
Kalimat di atas menarik dan menjadi perhatian saya, tentu materi
tauhid sekaligus akhlak ini tidak mudah dimasukkan dan hingga
membekas pada diri anak tersebut, kalau tidak dilakukan dengan cara
yang tepat dan berulang-ulang dalam waktu yang tidak pendek.
Hal lain yang menarik adalah saat anak-anak datang, maka setiap
anak selalu memperbaiki posisi sandal mereka, bahkan selalu
memperbaiki sandal ustadz dan atau ustadzahnya. Ini juga bagian dari
pengembangan bimbingan akhlak yang masuk kepada mereka.
Hasil perbincangan peneliti dengan ibu-ibu yang sedang
menunggu anak-anaknya di luar kelas, pada umumnya mereka
mengatakan bahwa senang dan berterima kasih atas adanya sekolah ini,
sebab dengan adanya sekolah ini anak-anak mereka bisa tau Islam, bisa
63
santun, bisa tau bagai mana mengaji al-Quran dan bisa melaksanakan
shalat dengan rajin.
64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro
Tangerang Selatan berikut peneliti menjabarkan kesimpulan dari penelitian
ini:
1. Perencanaan yang akan dilakukan Yayasan Sahabat Bumi kedepannya
yaitu akan diadakannya metode one day one ayat dengan
tujuan agar peserta didik dapat dengan mudah menghafal Al-quran .
2. Perencanaan lain yaitu renovasi tempat demi kenyamanan anak-anak
dalam belajar, seperti halaman buat olah raga, ruang khusus untuk
sholat berjamaah, ruang bermain, dan ruang belajar. Selain itu
menambah sarana dan prasarana seperti buku baca, alat tulis, dan
maianan edukasi.
3. Metode yang dilakukan Yayasan Sahabat Bumi, Bintaro Tangerang
Selatan yaitu, membuat lingkaran persiapan memulai belajar dengan
do’a sebelu belajar kemuduan tadarusan surat-surat pendek, lalu anak
didik diwajibkan membaca Asmaul Husnah.
4. Sistem pembagian kelas sesuai dengan pembimbingnya masing-
masing. Pelajaran meliputi BTQ (baca, tulis, qur’an), BTQ Iqra setelah
itu masing-masing pembimbing membagi kelompok hafalan satu hari
65
satu ayat, sampai menunggu watu Isya. 2 menit sebelum Isya persiapan
untuk sholat Isya berjamaah yang diawali dengan qolbiyah Isya.
5. Dari hasil wawancara salah satu peserta didik di Yayasan sahabat anak
yaitu ada salah satu anak didik yang mampu calistung ( baca, tulis dan
hitung ) dalam waktu 1 tahun, sehingga anak tersebut mampu calistung
( baca, tulis dan Hitung ) disaat masuk kejenjang SD.
6. Kemampuan anak yang dapat menghafal juz 30 dalam waktu 1 Tahun,
sehingga menjadi sorotan masyarakat Bintaro.
B. SARAN
Selesai pembahasan skripsi ini, penulis memberikan saran untuk
pihak-pihak yang terkait didalamnya:
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa antusias masyarakat
sangat tinggi akan tetapi disini peneliti memberikan saran agar Penyuluh
Agama.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arifin HM, 1976. Pokok-pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto Suharsimi dan Cepi Safarudin Abdul Jabar, 2009 Evaluasi Program
Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
A Partanto Pius, 1994. Kamus Ilmiah Popular, Surabaya, Arkola.
Almasyur Fauzan dan M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif.
Bagong Suyanto, 2002. Tindakan Kekerasan Terhadap Anak dan Upaya
Pemantauannya, Surabaya,Jatim.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, 1012. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Daradjat Zakiah, 1982. Pendididkan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta:
Bulan Bintang.
Darajat Zakiah, 1996. Ilmu Jiwa dan Agama, Jakarta: Bulan Bintang .
Departemen Agama RI. No,26
Departemen Pendidikan, 2008. Kamus Besar Bahasa Indosesia Pusat Bahasa,
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Djuju Sudjana, 2005. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung,:
Remaja Rosda Karya.
E.K Poerwandari, 2013. Pendekatan Kualitatif Perilaku Manusia, Depok:
LPSP3 UI.
Hidayati Nurul, 2006. Metodologi Penelitian Dakwah, Pendekatan Kualitatif,
Jakarta: Lebaga Penelitian UIN Jakarta.
Maimun, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram, Mataram
NTB.
Maleong Lexi J, 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja
Rosada Karya.
Faisal Sanapiah, 1989. Format Penelitian social, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Nawawi Hadari dan Martin Hadari, 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta: Gajah Mada University.
67
Vredenbergt Jacob, 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Jakarta:
PT, Gramedia.
E.K Poerwandari, 2013. Pendekatan Kualitatif Perilaku Manusia, Depok:
LPSP3 UI.
Sudarto, 1997. Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: PT.Grafindo Persada,
Departemen Pendidikan, 2008. Kamus Besar Bahasa Indosesia Pusat Bahasa,
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Jakarta: Aplikasi dan
Penelitian.
Wirawan, 2011. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, Jakarta:
PT. Raja, Grafindo.
Lutfi M, 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling), Jakarta:
UIN Syahid.
Langgulung, 2000. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna.
Maskadi, 25 Maret 2018, Pengelolah dan Pengajar di Sahabat Bumi.
Mu’awanah Elif, 2009. Bimbingan Konsling Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Nursa’adah, 6 Juli 2018, Pengelolah dan Pengajar di Sahabat Bumi.
Winkel, W.S. 1999. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Jakarta:
Salim, H Bahreisy, Petunjuk ke Jalan Lurus, Terjemahan Iesyadul Ibad Ilaa
Sabiilurrasyad, Surabaya.
Syukir Hakim, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya.
Yunus Muhammad, 1973. Kamus Besar Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan
Qur’an.
BAHAN PERTANYAAN
UNTUK PENGELOLA DAN PEMBIMBING AGAMA
YAYASAN SAHABAT BUMI BINTARO
Nama Nur Sa’adah, S.Sos (Osin)
Tempat/Tgl/Lahir Tangerang, 03 September 1981
Status/jabatan Ketua Yayasan/Pendiri
Tgl Wawancara 22 Maret 2018
Waktu Wawancara 15.30-19.30 WIB
1. Apa yang anda banyangkan tentang sasaran Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro?
Pertama sebagai aktifis kampus di Fakultas Usuludin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, saya merasa kok ada yang kurang melihat
lingkungan sosial di sekirat kawasan pemulung. Sebagai sarjana muslim
saya merasa terpanggil untuk berbuat, terutama berkaitan peningkatan
harkat dan martabat lingkungan sosial saya (lingkungan pemulung)
melalui peningkatan kepedulian terhadap pendidikan, terutama berkaitan
dengan penguasaan dalam kehidupan sehari hari tentang agama yang kita
dan mereka anut.
Kedua, saya melihat bahwa mereka adalah saudara kita yang kebetulan
mereka dalam keadaan tidak berdaya di dalam menghadapi hidup. Maka
penting dilakukan satu terobosan agar bisa membatu mereka keluar dari
lingkaran syatan, yaitu kebodohan, kemiskinan dan keterbelakanagan.
Ketiga, adalah kewajiban saya sebagai seorang muslim, dan melakukan
upaya, walaupun saat itu saya secara pribadi tidak punya apa apay yang
bisa dilakukan, terutama berkaitan dengan materi/finansial untuk
mensupport kegiatan yang akan saya lakukan.
Dengan demikian, kuatlah di dalam pikiran saya untuk melakukan
langkah-langkah pemberdayaan kepada mereka, terutama melalui
bimbingan agama, agar mereka dapat menjalankan agama dengan benar
dan bisa meningkatkan taraf hidup mereka, sebab kepedualiannya kepada
masa depannya melalui pendidikan. Hal ini berdasarkan pealaman setelah
saya berdiskusi dengan sdr. M. Jufri halim (Dosen UIN) setelah dia
melakukan kegiatan sosial, yaitu melakukan isbat nikah (pengesahan
pernikahan sirri mereka melalui sidang di pengadilan agama) dan
kebetulan dari sekian banyak pesertanya dari lingkungan pemulung di
daerah saya. Maka saya percaya mereka memerlukan pembelaan dalam
menghadapi masa depan, terutama masa depan anak-anak generasi
mereka.
2. Bisakah saudara menjelaskan apa yang saudara ketahui tentang bimbingan
agama itu?
Setahu saya, bimbingan itu adalah usaha atau proses memberikan
pengetahuan atau petunjuk kepada seseorang atau sekelompok orang
melalui suatu proses yang panjang, terencana dan sistematis, biasanya
melalui pemberian informasi dan atau pengajaran, praktek yang diulang-
ulang kepada peserta didik, dan keteladanan dari pembimbing. Sedangkan
agama meliputi pengetahuan tentang:
1) Akidah (keimanan dan atau tauhid, meliputi keimanan kepada Allah –
ketuhanan--, keimanan kepada nabi-nabi, keimanan kepada malaikat-
malaikat, keimanan kepada kitab-kitab, keimanan kepada hari
kiamat/akhir dan keimanan kepada takdir baik dan buruk yang
ditetapkan oleh Allah SWT),
2) Syariat (tata cara beribadah, meliputi syahadetaini, thaharah, shalat,
zakat, puasa, haji, muamalah, dan lain sebagainya),
3) Akhlak (tatakrama dan adat istiadat, meliputi hubungan baik dengan
Allah, dengan Malaikat Allah, dengn Nabi-nabi Allah, dengan orang
tua, guru, masyarakat, dengan alam dan lain sebagainya).
Itulah pemahaman saya mengenai bimbingan agama yang saya ketahui dan
saya praktekkan.
3. Dapatkah diceritakan bagaimana program bimbingan agama dirancang dan
direncanakan di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
Program bimbingan agama yang kami rancang melalui beberapa proses,
diantaranya adalah:
1) Melalui satu proses diskusi bersama sejumlah pembimbing dan
pengurus, setelah mengetahui dan memahami siap dan bagaimana
kelompok sasaran kami.
2) Hal yang sama secara kontinu kami lakukan pertemuan-pertemuan
dengan para pembimbing dan pengurus, setelah mengetahui berbagai
masalah yang berkembang.
3) Program yang kami rancang selalu berbasis pada bahan kitab yang
baku sebagaimana kitab yang biasa digunakan di berbagai pesantren,
seperti kitab safinatunnnajah, kitab ta’limul muta’allim, kitab
nashaihul ibad, dan lain sebagainya.
4) Program yang kami lakukan dimulai dari hal yang sederhan, dengan
berbasis pada prinsip memudahkan. Yaitu pengajaran dan
penyampaian pengetahuan dengan cara mudah dan menyenangkan.
Melalui bermain, menyanyi, dan berbagai hal yang kira-kira bisa
menyenangkan kepada mereka. Selain bimbingan dilakukan melalui
proses pengajaran dan pemerian informasi, juga dilakukan secara
praktek sehari-hari, bahkan dalam banyak kesempatan dilakukan
dengan cara memberikan teladan dan contoh kepada mereka.
Oleh karenanya, program bimbingan agama yang direncanakan
selalu mencakup pengajaran, praktek dan keteladanan. Sedangkan
agama yang dimaksudkan meliputi akidah, syari’at dan akhlak.
5) Program dirancang harus bisa dilakukan secara realistis dan bisa
diimplementasikan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bagaiamana tantangan dan hambatan yang dialami dan dirasakan saat
program bimbingan agama dilaksanakan di Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro?
Tantangan dan hambatan pertama dari kita para pengurus dan
pembimbing, kami harus melakukan penyamaan persepsi dan diskusi yang
terus menerus, agar kami bisa mencairkan berbagai kebuntuan, bisa
berbagi pengalaman dalam hal memberikan bimbingan dan pendekatan
kepada peserta didik.
Tantangan dan hambatan kedua adalah dari para orang tua, yang memiliki
cara pandang sendiri tentang anak-anakknya. Mereka sering kali
mengaitkan dengan pendapat yang harus dilakukan oleh ana-ana mereka,
karena itu bimbingan kami alkukan tidak saja kepada anak-anak mereka,
kami juga lakukan bimbingan kepada ibu-ibunya, kepada bapak-bapaknya.
Tantangan dan hambatan ketiga adalah mencara formula berbagai bentuk
pendekatan yang akan akami sajikan kepada peserta didik, agar tidak
menimbulkan kejemuan, kesulitan dan keberulang-ulangan.
Tantangan dan hambatan keempat adalah enjaga konsistensi kita di dalam
memberikan bimbingan agama, termasuk konsisten di dalam memberikan
materi agar tidak ada benturan pendapat antara satu pebimbing deengan
pembimbing yang lain.
5. Bagaimana anda mengkontrol pelaksanaan atau mengendalikan program
bimbingan agama di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
Kami dalam melakukan kontrol adalah dengan cara:
Pertama membangun kesadaran bersama bahwa lembaga ini adalah milik
kita bersama, maka setiap kita sama-sama memiliki tanggung jawab untuk
saling memperbaiki, namun kita memiliki satu kesepakatan untuk
mengingatkan pada yang lainnya melalui waktu dan forum yang tepat.
Kedua, kita membangun satu forum diskusi agar saling memperkuat dan
saling mengingatkan. Dengan cara ini kontrol bukan saja ada di pundak
saya sebagai ketua, tapi juga ada pada setiap kita sebagai bagian dari
yayasan ini.
Sekalipun dalam keseharian sebagai ketua saya tidak melepas diri di dalam
pengendalian dan kontrol pada program bimbingan agama yang sedang
dilangsungkan.
6. Bagaiman dampak dari kegiataan program bimbingan agama di Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro kepada peserta didik dan orang tua?
Alhamdulillah, banyak sekali perubahan dan ghirah yang terlihat di
kalangan keluarga pemulung. Dulu sebelum program bimbingan melalui
Yayasan Sahabat Bumi Bintaro ini dilaksanakan, jangankan kepedulian
ayah dan ibu mereka kepada pendidikan anak-anaknya (baik formal atau
non formal), pada shalat keseharian anak-anak mereka, bahkan pada
ibadah kesehariannya sungguh sangat jauh. Di lingkungan merek ada
mushollah, namun dibuat tempat tidur oleh mereka.
Saat sekarang, sejak berdirinya yayasan ini dan dilaksanakannya program
secara konsisten dan atas dukungan dari berbagai pihak, perubahan mereka
sungguh sangat luar biasa. Anak-anaknya rajin mengikuti pengajian, ayah
dan ibunya bergantian mengantarkan anak-anaknya mengaji, mushallah di
lingkungan mereka sekarang udah hidup dan berjalan normal (setiap saat
udah ada adzannya), ada pengajian khusus untuk ibu-ibu, ada pengajian
jumatan khusus untuk bapak-baoaknya.
Intinya saya amat sangat bersyukur, atas kesadaran dan merupakan
dampak dari program bimbingan agama yang ada, menimbulkan satu
perubahan yang sangat signifikan, diharapkan di masa yang akan datang
akan terus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Amin
Jurng Mangu, 22 Maret 2018
Yang diwawancarai,
(Nur Sa’adah, S.Sos)
Ketua Yayasan Sahabat Bumi Bintaro
BAHAN PERTANYAAN
UNTUK PENGELOLA DAN PEMBIMBING AGAMA
YAYASAN SAHABAT BUMI BINTARO
Nama Ustadz Maskadi, S.Pd
Tempat/Tgl/Lahir Indamayu, 25 Oktober 1987
Status/jabatan Pembimbing Agama
Tgl Wawancara 25 Maret 2018
Waktu Wawancara 15.30-19.30 WIB
1. Apa yang anda banyangkan tentang sasaran Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro?
Setelah saya mendengar cerita dari saudari Nur Sa’adah (Osin), saya
terpanggil, dan saya bayangkan bagaimana jika kondisi mereka itu terjadi
pada saya, tentu saja hal tersebut akan sangat memberatkan. Dan saya bisa
memahami keadaan ekonomi mereka dan tidak adanya kesadaran mereka
akan pentingnya pendidikan. Maka tergeraklah dalam jiwa saya untuk ikut
terlibat dalam program bimbingan agama di Yayasan Sahabat Bumi ini,
saya sebut program ini adalah program akhirat.
Dalam benak saya tentu mereka adalah anak-anak yang dekil, yang cuek,
dan tak berpendidikan. Oleh sebab itu, ini adalah tantangan yang menarik
buat saya.
2. Bisakah saudara menjelaskan apa yang saudara ketahui tentang bimbingan
agama itu?
Saat saya diajak oleh saudari Nur Sa’adah (Osin) yang saya bayangkan
tentang bimbingan agama adalah memberikan pengetahuan tentang
pendidikan agama, sebagaimana umumnya di sekolah-sekolah.
Belakangan setelah terlibat dalam proses-proses bimbingan di dalam
yayasan ini, baru saya tau, bahwa bibingan tidak saja pengajaran atau
pemberian informasi kepada mereka (peserta didik), namun di dalamnya
dibutuhkan kasih sayang, kontinuitas, kesabaran, ketelatenan, konsistensi,
praktek, keteladanan dan lain sebagainya. Karenanya bimbingan agama
sebuah proses bantuan yang disajikan kepada mereka sesuai dengan kadar
dan keadaannya. Sedangkan agam meliputi materi akidah, syariat dan
akhlak.
3. Dapatkah diceritakan bagaimana program bimbingan agama dirancang dan
direncanakan di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
Sepengetahuan saya program bimbingan agama dirancang melalui sebuah
diskusi yang berkelanjutan, dan bahkan dalam proses rancangannya pun
dilakukan dalam kesempatan-kesempatan diskusi berikutnya.
Yang jelas, semua kita terlibat dan memikirkan program apa saja yang
akan dijadwalkan dan dilakukan semua bersandar pada hasil diskusi antar
pengurus dan pembimbing agama, termasuk dengan pembimbing-
pembiming materi lain sebagai penunjang.
4. Bagaiamana tantangan dan hambatan yang dialami dan dirasakan saat
program bimbingan agama dilaksanakan di Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro?
:Secara pribadi tantangan dan hambatan yang saya hadapi dan alami dari
program ini adalah:
1) Kemampuan saya menyesuaikan diri dengan hebit dan latar
belakang mereka, ibaratnya saya beluk bisa mengimbangi mereka.
2) Diperlukan penggunaan istilah yanng lebih sederhana, mengingat
sebelumnya mereka (peserta didik) termasuk anak putus sekolah,
bahkan tidak sekolah.
5. Bagaimana anda mengkontrol pelaksanaan atau mengendalikan program
bimbingan agama di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
Dalam proses kontrol atau pengendalian kegiatan biasanya dilakukan oleh
pengurus, terutama ketua yang sekaligus pendiri. Bagi saya kontrol terjdi
pada saat memberikan masukan di dalam rapat atau diskusi kecil bersama
pengurus dan yang lainnya. Diskusi-diskusi tersebut sering kali menjadi
masukan penting sebagai bagiand aari sebuah kontrol pada program
bimbingan agama di yayasan ini.
6. Bagaiman dampak dari kegiataan program bimbingan agama di Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro kepada peserta didik dan orang tua?
Saya rasa dampak dari kegiatan program bimbingan agama ini sangat baik
dan nyata. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah perubahan yang terjadi pada
keluarga-keluarga pemulung. Di mana aktifitas keagamaan sering kali
tidak memperoleh perhaihatan yang serius dari mereka, namun sekedar
merupakan hal yang penting dan tidak penting. Namun pada akhir-akhir
ini terlihat perubahan yang mencolok, setidaknya dari segi spirit anak-anak
mereka di dalam mengikuti pengajian dan taklim telihat lebih antusias,
terlebih ketika di berikan sebuah penghargaan kepada mereka.
Dalam sejumlah kesempatan para orang tua juga mengalami perubahan,
bahkan di kalangan mereka cukup femilier dalam hal menggunakan
pakaian-pakain muslim, sebab mereka sudah banyak mengikuti kegiatan-
kegiatan keagamaan yang sering dilakukan di lingkungan mereka. Seperti
pengajian untukibu-ibu dan bapak-bapak.
Jurng Mangu, 25 Maret 2018
Yang diwawancarai,
(Maskadi, S.Pd)
Pembimbing Agama
BAHAN PERTANYAAN
UNTUK PENGELOLA DAN PEMBIMBING AGAMA
YAYASAN SAHABAT BUMI BINTARO
Nama Ustadzah Uswatun Hasanah, S.Pd.I
Tempat/Tgl/Lahir Cirebon, 31 Oktober 1992
Status/jabatan Pembimbing Agama
Tgl Wawancara 27 Maret 2018
Waktu Wawancara 15.30-19.30 WIB
1. Apa yang anda banyangkan tentang sasaran Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro?
Ya mereka adalah anak yang kurang beruntung, sebab tidak berada di
dalam keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan, terutama
pendidikan agama. Mereka adalah hamba Allah yang harus kita bantu,
karenan itu saya senang membantu dan menghadapi mereka.
2. Bisakah saudara menjelaskan apa yang saudara ketahui tentang bimbingan
agama itu?
Ya membimbing dan membantu memberikan pemahaman tentang agama
(iman, islam dan ihsan) melalui sebuah pengajaran dan praktek, serta
keteladanan dari kita sebagai pendidik.
3. Dapatkah diceritakan bagaimana program bimbingan agama dirancang dan
direncanakan di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
Secaara khusus saya tidak tau, sebab saya hanya sekedar dimintai pedapat
dan yang banyak mengetahui program bimbingan agama dirancanag tentu
adalah ketua yang memahami betul program kaitannya dengan
permasalahan sasaran.
Dalam beberapa kesempatan saya hanya memberikan sejumlah masukan
sebagai urun rembuk mengenai bagaimana program ini akan dilaksanakan.
4. Bagaiamana tantangan dan hambatan yang dialami dan dirasakan saat
program bimbingan agama dilaksanakan di Yayasan Sahabat Bumi
Bintaro?
Saya rasa tantangan dan hambatannya hampir sama dengan di tempat lain,
secara khusus perbedaannya karena mereka termasuk anak-anak yang
khusus disebabkan mereka berada di lingkungan yang memiliki kebiasaan
yang tidak umum. Masalahnya sering kali muncul pada pribadi sayanya,
kadang muncul kejemuan, kadang saya merasa perlu mencari terobosan
baru untuk menghadapi mereka.
5. Bagaimana anda mengkontrol pelaksanaan atau mengendalikan program
bimbingan agama di Yayasan Sahabat Bumi Bintaro?
Secara organisatoris konstrol berada pada pengurus, terutama ketua.
Namun hebatnya yayasan ini kita semua dilibatkan untuk melakukan
kontrol namun melalui mekanisme diskusi yang telah dibangun lama.
6. Bagaiman dampak dari kegiataan program bimbingan agama di Yayasan
Sahabat Bumi Bintaro kepada peserta didik dan orang tua?
Sepengetahuan saya dampak yang ditimbulkan bagus, dan perubahan
nampak sekali di dalam prilaku mereka bergama, termasuk sikap mereka
terhadap menjalankan ibadah sehari-hari.
Jurng Mangu, 27 Maret 2018
Yang diwawancarai,
(Uswatun Hasanah, S.Pd.I)
Pembimbing Agama
Hasil wawancara dengan peserta didik
1. Sudah berapa lama adik belajar di PAUD Sahabat Bumi?
2. Kegiatan apa saja yang ada di PAUD Sahabat Bumi?
3. Bagaimana cara pembimbing mengajar di TPA Sahabat Bumi?
4. Metode apa yang di ajarkan pembimbing di TPA Sahabat Bumi?
5. Mengapa adik tertarik belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
6. Apakah manfaat yang adik rasakan setelah belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
7. Adakah kesan dan pesan Adik buat Yayasan Sahabat Bumi?
Pertanyaan 1:
Nama : Salma
Umur : 4 Tahun
T : Sudah berapa lama adik belajar di PAUD Sahabat Bumi?
J : Baru 1tahun dari TK A lanjut TK B
T : Kegiatan apa saja yang ada di PAUD Sahabat Bumi?
J : Belajar sambil Bermain, menggambar, senam dan berdoa.
T : Bagaimana cara pembimbing mengajar di TPA Sahabat Bumi?
J : Pertama sebelum mulai mengaji kita diberi tugas untuk dikerjakan sambil
menunggu giliran mengaji.
T : Metode apa yang di ajarkan pembimbing di TPA Sahabat Bumi?
J : Menghafal surat-surat pendek, bercerita tentang kisah-kisah nabi, sama
kadang-kadang suruh nulis ayat Al-Qur’an
T : Mengapa adik tertarik belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
J : Karena senang menghafal Al-Qur’an nya bareng-bareng sama teman-teman
yang lain nya
T : Apakah manfaat yang adik rasakan setelah belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
J : Mendapatkan ilmu yang banyak dri hafalan Al-Qur’an
T : Adakah kesan dan pesan Adik buat Yayasan Sahabat Bumi?
J :Seneng banget bisa belajar di sini, temen-temen nya banyak terus gurunya baik-
baik seneng banget deh pokoknya
Wawancara Peserta Didik
Nama : Viani
Umur ; 5 Tahun
T : Sudah berapa lama adik belajar di PAUD Sahabat Bumi?
J : Udah 2 tahun
T : Kegiatan apa saja yang ada di PAUD Sahabat Bumi?
J :Menggambar dan mewarnai, belajar berhitung, sama kadang-kadang cerita
T : Bagaimana cara pembimbing mengajar di TPA Sahabat Bumi?
J : Baca do’a dulu, abis itu mengulang hafalan surat-surat pendek terus abis itu
disuruh nulis deh
T : Metode apa yang di ajarkan pembimbing di TPA Sahabat Bumi?
J :Menghafal surat-surat pendek, cerita tentang nabi, terus kadang-kadang nulis
kali grafi
T : Mengapa adik tertarik belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
J : Karena suka menghafal ayat-ayat Al-Qur’an bateng temen-temen
T : Apakah manfaat yang adik rasakan setelah belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
J :Mendapat banyak ilmu dari hafalan Al-Qur’an
T : Adakah kesan dan pesan Adik buat Yayasan Sahabat Bumi?
J :Seru banget belajar disini, temen-temen nya banyak sama guru-guru nya enak-
enak ngajarin nya
Wawancara Peserta Didik
Nama : Viano
Umur : 5 Tahun
T : Sudah berapa lama adik belajar di PAUD Sahabat Bumi?
J :Udah 2 tahun
T : Kegiatan apa saja yang ada di PAUD Sahabat Bumi?
J : Belajar sambil bermain, menggambar dan mewarnai, berhitung, membaca, dan
olah raga
T : Bagaimana cara pembimbing mengajar di TPA Sahabat Bumi?
J :Baca do’a, mengulang bacaan surat-surat pendek, abis itu di suruh nulis sambil
menunggu antrian baca iqra
T : Metode apa yang di ajarkan pembimbing di TPA Sahabat Bumi?
J :Hafalan surat, menulis ayat-ayat Al-Qur’an sama baca Iqra atau Juz Amma’
T : Mengapa adik tertarik belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
J : Karena temen-temen nya banyak disini
T : Apakah manfaat yang adik rasakan setelah belajar di Tahfiz Sahabat Bumi?
J :Jadi lebih tenang
T : Adakah kesan dan pesan Adik buat Yayasan Sahabat Bumi?
J :Seneng banget bisa belajar disini, yang tadi nya males ngafalin Al-Qur’an jadi
semangat banget karena temen-temen nya banyak
Nur Sa'adah
Ketua
Seksi Pendidikan
Didit
Seksi Keagamaan
Siti
Seksi Humas
Dedi Sumardi
Seksi Kebersihan
Dedi
Maulana Maskadi
Sekretaris
Yati Octavviani
Bendahara
Penasehat
Ust. Syafi'ie , S.Ag
Ust. Faisal A, S.Ag
LAMPIRAN
1. KEGIATAN PAUD
Kegiatan belajar mengajar PAUD Yayasan Sahabat Bumi Bintaro ( Gambar 1.1 )
Anak – anak sedang memperhatikan penjelasan guru ( Gambar 1.2)
Anak – anak yang sedang serius mengerjakan tugas dari guru ( Gambar 1.3 )
2. TPA (Taman Pendidikan Al-Quran )
Para Santri sedang menunggu giliran membaca Iqro dan Al- quran ( Gambar 2.1)
Salah satu Santri yang sedang membaca Iqro ( Gambar 2.2 )
Salah satu kegiatan Santri yaitu mewarnai ( Gambar 2.3 )
3. Tahfiz
Salah satu kegiatan Tahfiz yaitu tilawah bersama ( Gambar 3.1 )
Kelompok anak usia SD sedang merojaah surat pendek ( Gambar 3.2 )
Salah satu acara lomba anak Tahfiz ( Gambar 3.3 )
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN SAHABAT BUMI