2
o Kamis Jumat EPUTAR INDONESIA o Se/ass o Rabu o Sabtu 8 23 12 13 27 28 6 CB 20 21 22 45 9 10 11 24 25 26 OMar OApr o Me; OJun OJu/ 0 Ags OSep oo« AntaraPenegakanH .~ . danPenegakan KeamananNasionaf Guru Besar ilmu Hokum UniVersitas Padjadjaran "' B~{ld~!Jg see "" '" D ua variabel dalam judul tulisaninimemilikimakna dan pemahaman yang ber- beda secara signifikan. Variabel pertama bertumpu pada UUD 1945 dengan titik berat pada prinsip ke- pastian hukum dan keadilan yang bermuara pada kesejahteraan (prosperity). Sedangkan variabel kedua bertumpu pada UUD 1945 dengan titik beratpadakedaulatan negara yang bermuara pada ke- amanan (security) dalam kehidup- an bangsa dan negara. Wilayah penegakan hukum bergerak dari hulu penyelidikan, penyidikan, penuntutan) sampai ke hilir (pengadilan, termasukMA). Sedangkan wilayah keamanan na- sional bergerak dari pencegahan proaktif termasuk pendeteksian, peringatan dini, dan penindakan dini sampai kepada pengendalian yang bersifat pro-justisia atau non- pro-justisia. Keberhasilan penegakan hu- kum dalam negara demokrasi ber- tumpu pada prinsip 'due process of law', sedangkan keberhasilan ke- . amanan nasional bertumpu pada "efektivitas" tercapainya tujuan. Berdasarkan karakteristik kedua variabel di atas, sangat jelas bahwa keduanya harus dipisahkan satu sama lain dan tidak dapat dicam- pur adukkan. Penegakan hukum merupakan salah satu faktor pendukung ke- amanan nasional, akan tetapi bu- kan merupakan bagian integral dari keamanan nasional. Sebalik- nya juga keamanan nasional tidak idenrik dengan penegakan hukum karena penegakan hukum bersifat terbuka (transparan), sedangkan keamanan nasional bersifat ter- ------------tutup(inklusif). ~2 Penegakan hukum yang ber- sifattertutup bukanlah penegakan hukum seridaknya dalam suatu ne- gara demokrasi, melainkan sering terjadi di dalam negara demokrasi dengan pemerintahan yang otori- tarian. Keamanan nasional yang bersifat terbuka bukanlah ke- amanan dalam arti sesungguhnya setidaknya dalam suatu negara otoritarianyang bertransisikearah demokrasi. Otoriter? Bagaimana politik dalam ne- geri Indonesia dalam menghadapi dua variabel tersebut tampak dari penyusunan Rancangan Undang-Undang Keaman- an Nasional (2010)? RUU KeamananNasional(2010) bertumpu pada ke- daulatan negara dan mempertahankan serta memelihara eksistensi bangs a dan negara Indone- sia. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlu- kan stabilitas keamanan na- sionalyanghanyadapatdicapai melalui peraturan perundang- undangan yang mengatur ke- amanan nasional. Yang masih dipersoalkan di berbagai negara adalah cara atau metode untuk mencapai stabilitas keamanan nasional dengan tujuan yang tentu beragam antara satu negara dengan negara lain. Hal ini sangat bergantung sistem peme- rintahan yang dianut apakah sis- . tern otoritarian atau sistem demo- krasi karena kedua sistem ini sa- ngat mempengaruhi cara bagai- man a keamanan nasional dip er- tahankan dari ancaman luar dan dalam terhadap kedaulatan suatu negara. Dalam menghadapi ancaman terorisme misalnya, contoh nyata, pemerintahan Bush ketika itu te- lah menggunakan UU Patriot Act, dan beberapaarahan dariPresiden Bush, sehingga terjadi peristiwa penangkapan dan penahanan ter-

danPenegakan KeamananNasionaf - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/seputarindonesia... · sial,dan budaya serta kondisipene-gakanhukumsaatini.Eksistensi

Embed Size (px)

Citation preview

o Kamis • Jumat

EPUTAR INDONESIAo Se/ass o Rabu o Sabtu

823

12 1327 28

6 CB20 21 224 5 9 10 11

24 25 26OMar OApr oMe; OJun OJu/ 0 Ags OSep oo«

AntaraPenegakanH .~. danPenegakanKeamananNasionaf

Guru BesarilmuHokum UniVersitasPadjadjaran

"' B~{ld~!Jg see "" '"

D ua variabel dalam judultulisaninimemilikimaknadan pemahaman yang ber-

beda secara signifikan. Variabelpertama bertumpu pada UUD 1945dengan titik berat pada prinsip ke-pastian hukum dan keadilan yangbermuara pada kesejahteraan(prosperity). Sedangkan variabelkedua bertumpu pada UUD 1945dengan titik beratpadakedaulatannegara yang bermuara pada ke-amanan (security) dalam kehidup-an bangsa dan negara.

Wilayah penegakan hukumbergerak dari hulu penyelidikan,penyidikan, penuntutan) sampaike hilir (pengadilan, termasukMA).Sedangkan wilayah keamanan na-sional bergerak dari pencegahanproaktif termasuk pendeteksian,peringatan dini, dan penindakandini sampai kepada pengendalianyang bersifat pro-justisia atau non-pro-justisia.

Keberhasilan penegakan hu-kum dalam negara demokrasi ber-tumpu pada prinsip 'due process oflaw', sedangkan keberhasilan ke- .amanan nasional bertumpu pada"efektivitas" tercapainya tujuan.Berdasarkan karakteristik keduavariabel di atas, sangat jelas bahwakeduanya harus dipisahkan satusama lain dan tidak dapat dicam-pur adukkan.

Penegakan hukum merupakansalah satu faktor pendukung ke-amanan nasional, akan tetapi bu-kan merupakan bagian integraldari keamanan nasional. Sebalik-nya juga keamanan nasional tidakidenrik dengan penegakan hukumkarena penegakan hukum bersifatterbuka (transparan), sedangkankeamanan nasional bersifat ter-

------------tutup(inklusif).~2 Penegakan hukum yang ber-

sifattertutup bukanlah penegakanhukum seridaknya dalam suatu ne-gara demokrasi, melainkan seringterjadi di dalam negara demokrasidengan pemerintahan yang otori-tarian. Keamanan nasional yangbersifat terbuka bukanlah ke-amanan dalam arti sesungguhnyasetidaknya dalam suatu negaraotoritarianyang bertransisikearahdemokrasi.

Otoriter?Bagaimana politik dalam ne-

geri Indonesia dalam menghadapidua variabel tersebut tampak daripenyusunan RancanganUndang-Undang Keaman-an Nasional (2010)? RUUKeamananNasional(2010)bertumpu pada ke-daulatan negara danmempertahankanserta memeliharaeksistensi bangs adan negara Indone-sia. Untuk mencapaitujuan tersebut diperlu-kan stabilitas keamanan na-sionalyanghanyadapatdicapaimelalui peraturan perundang-undangan yang mengatur ke-amanan nasional.

Yang masih dipersoalkan diberbagai negara adalah cara ataumetode untuk mencapai stabilitaskeamanan nasional dengan tujuanyang tentu beragam antara satunegara dengan negara lain. Hal inisangat bergantung sistem peme-rintahan yang dianut apakah sis- .tern otoritarian atau sistem demo-krasi karena kedua sistem ini sa-ngat mempengaruhi cara bagai-man a keamanan nasional dip er-tahankan dari ancaman luar dandalam terhadap kedaulatan suatunegara.

Dalam menghadapi ancamanterorisme misalnya, contoh nyata,pemerintahan Bush ketika itu te-lah menggunakan UU Patriot Act,dan beberapaarahan dariPresidenBush, sehingga terjadi peristiwapenangkapan dan penahanan ter-

sangka teroris di Guantanamo de-ngan cara-cara yang mengabaikanprinsipdueprocessoflaw, bahkandi-duga kuat telah melanggar Kon-vensi PBBAntipenyiksaan. Pembe-naran pemerintah Bush terhadappelanggaran- pelanggaran prinsip-prinsip HAM dilakukan dengan

mengkaji Konvensi PBB ter-sebut dari perspektif Kon-stitusiAS.

secara implisit menempatkan stra-tegi kebijakan keamanan nasionaldalam ruang "terbatas" dan cen-derung "kaku" serta sulit diguna-kan di dalam mengantisipasi danmenegakkan kedaulatan negarasecara benar dan tepatguna. Halinidisebabkan mobilitas ancaman dangangguan serius baik dari dalamdan terutama dari luar terhadapkeamanan nasional sangat variatif,mobilitas tinggi dengan dukunganteknologi canggih, serta dengan

dampak yang bersifat luarbiasa dan bersifatmasif.

Dalam konteks ke-adaan tertentu sep-

erti itu, Presiden se-lakukepalanegaraberwenang meng-ambil tindakan-tindakanluar biasayangbolehmenyim-pang dari ketentuanhukum objektif yang

berlaku. TindakanPresiden terse but ha-

nya dapat diatur di da-lam UU Keadaan Bahaya

atau "Emergency Act" atau"Martial Law" .UUKeadaanBahaya Nomor 23 Tahun

1959 telah menetapkan klasi-fikasi keadaan bahaya dalam tigahal, yaitu keadaan darurat sipil, da-rurat militer dan darurat perang.

Tiga jenis keadaan bahaya ter-sebut masih relevan dengan ke-adaan situasi politik, ekonomi, so-sial, dan budaya serta kondisi pene-gakanhukumsaatini.Eksistensi UUTahun 1959 tersebut kini diperkuatdengan UU Nomor 15Tahun 2003ten tang Pemberantasan Tindak Pi-dana Terorisme yang bertumpu pa-da keamanan nasional, dan UU No-mor8Tahun2010tentangPencegah-an dan Pemberantasan Tindak Pi-dana Pencucian Uang yang berkait-an dengan pendanaan terorisme.

Iktikad baik pemerintahmeng-ajukan RUU Kamnas (2010) ke da-lam Prolegnas Tahun 2010 patutdiapresiasi untuk menyesuaikanUU Nomor 23Tahun 1959ke dalam

SINDO ITAHYUDIN

Inti dari fakta terse but adalahketika keamanannasional diancamoleh kekuatan sipil bersenjata,dalam pemerintahan yang berbasisdemokrasi bisa juga terjadi sikapdan perilaku yang bersifat otoritari-an. Bassiouni dalam buku, The Insti-tutionalization of Torture of Bush Ad-ministration: IsAnyone Responsible?(2010), menyebutnya dengan "sis-tern pemerintahan demokrasi ber-basis otoritarianisme".

Tindakan Luar Biasajika lingkup keamanan nasio-

nalsangatluas,akansulitmenetap-kan indikator keberhasilan yangpasti, terukur, dan tepercaya. Kare-na itu, pengaturan masalah ke-amanannasional di dalamsuatu UU

situasi dan kondisi Kamnas eraabad 21. Meski dernikian, sistemketatanegaraan berdasarkan UUD1945telahmemberikanrnandatke-pada Presiden sebagai kep a ne-gara untuk mengambil tin akan-tindakan tertentu dalam keadaanbahaya (darurat) sekalipun me-nyimpang dari prinsip-prinsip dueprocess of law.

Yang terpenting di dalam se-tiap tingkatan keadaan bahaya ter-sebutsetiaplangkahatautindakanhams dilandaskan pad a ketenruanyang berlaku di dalam UU terse-but. Penyimpangan terhadap prin-sip-prinsip hukum objektif jugatidak keliru karena UUD 1945Pasal29 Jmembolehkan tindakantersebut sepanjang untuk melin-dungi hak-hak dasar warga negaradan diatur dalam suatu UU.

Unsur penentu kebijakan me-nentukan kebijakan untuk tiga ke-adaan bahaya (darurat) yang tidakbertentangan dengan UUD 1945adalah hanya pada Presiden selakukepala negara. Sedangkan unsurpelaksana kebijakan Presiden di-sesuaikan dengan tingkatankeada-an bahayanya (darurat sipil,rniliter,atau perang).Peinbedaan tingkatankeadaan bahaya berdasarkan UUNomor 23Tahun 1959 sangat jelasdan pasti mengenai dalam keadaanbagaimanadansiapa pelaksanadanpenanggungjawabnya.

Salah satu contoh yaitu dalamRUU Kamnas (2010)belum tampkepastian hukum yang dilandaskanpada asas lex certa, dalam hal me -definisikan dan membedakan ant a-ra pengertian istilah "tertib sipi "dan "daruratsipil" ,antara "keaman-an insani" dan "keamanan publik".Begitu pula perbedaan pengertianistilah," 'unsur utama'· penyeleng-gara Kamnas dan 'Koordinator pe-nyelenggara Kamnas'. Muara ke-tidakpastian hukum dalam RUUKAMNASadalah rentannya jamin-an perlindungan hukum atas hak-hak dasar warga negara sejalan de-ngan bunyiketentuanBABXA1945tentangHAM.(*)