22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembahasan Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasa sangat penting. Paling tidak karena perkembangan dan pertumbuhan fiqih menunjukkan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai dimanapun dan kapanpun, terutama pada masyarakat – masyarakat agama yang sedang mengalami modernisasi. Jika kita telusuri sejak saat kehidupan Nabi Muhammad SAW, para sejarahwan sering membaginya dalam dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Pada periode pertama, risalah kenabian berisi tentang ajaran – ajaran akidah akhlak, sedangkan pada risalah kedua kenabian lebih banyak berisi tentang hukum – hukum. Dalam mengambil keputusan masalah amaliyah sehari – hari, para sahabat tidak perlu melakukan ijtihad sendiri karena mereka dapat langsung bertanya kepada Nabi Muhammad SAW jika mereka mendapati suatu masalah yang belum mereka ketahui. Sampai dengan masa empat khalifah yang pertama, hukum – hukum syariah itu belum dibukukan dan juga belum diformulasikan sebagai sebuah ilmu yang sistematis. Kemudian pada masa – masa awal periode tabi’in (masa Dinasti Umayyah) muncul aliran – aliran dalam memahami hukum – hukum syariah 1

Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

  • Upload
    docong

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembahasan

Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasa sangat penting. Paling

tidak karena perkembangan dan pertumbuhan fiqih menunjukkan pada suatu dinamika

pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai

dimanapun dan kapanpun, terutama pada masyarakat – masyarakat agama yang sedang

mengalami modernisasi.

Jika kita telusuri sejak saat kehidupan Nabi Muhammad SAW, para sejarahwan sering

membaginya dalam dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Pada periode

pertama, risalah kenabian berisi tentang ajaran – ajaran akidah akhlak, sedangkan pada

risalah kedua kenabian lebih banyak berisi tentang hukum – hukum. Dalam mengambil

keputusan masalah amaliyah sehari – hari, para sahabat tidak perlu melakukan ijtihad sendiri

karena mereka dapat langsung bertanya kepada Nabi Muhammad SAW jika mereka

mendapati suatu masalah yang belum mereka ketahui.

Sampai dengan masa empat khalifah yang pertama, hukum – hukum syariah itu belum

dibukukan dan juga belum diformulasikan sebagai sebuah ilmu yang sistematis. Kemudian

pada masa – masa awal periode tabi’in (masa Dinasti Umayyah) muncul aliran – aliran

dalam memahami hukum – hukum syariah serta dalam merespon persoalan – persoalan baru

yang muncul sebagai akibat semakin luasnya wilayah Islam, yakni al – hadist dan al – ra’y.

Aliran pertama yang berpusat di Hijaz (Mekkah – Madinah) banyak menggunakan hadis dan

pendapat – pendapat sahabat, serta memahaminya secara harfiah. Sedangkan aliran kedua

yang berpusat di Irak, banyak menggunakan rasio dalam merespons persoalan baru yang

muncul. Perbedaan pendapat dalam lapangan hukum tersebut merupakan sebuah hasil

penelitian (ijti’had), hal ini tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan

kedudukan hukum Islam, tapi sebaliknya bisa memberikan kelonggaran pada banyak orang

sebagaimana disampaikan Nabi dalam sebuah hadis yang artimya “perbedaan pendapat di

kalangan umatku adalah rahmat.” Ini berarti bahwa orang bebas memilih satu pendapat dari

banyak pendapat itu dan tidak terpaku pada satu pendapat saja.

1

Page 2: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

B. Rumusan Pembahasan

Berdasarkan latar belakang pembahasan di atas, dapat ditentukan rumusan pembahasan

yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah dan riwayat hidup Imam Hanafi?

2. Bagaimana sejarah dan riwayat hidup Imam Maliki?

3. Bagaimana sejarah dan riwayat hidup Imam Syafi’i?

4. Bagaimana sejarah dan riwayat hidup Imam Hanbali?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan pembahasan

yaitu:

1. Mengetahui dan faham sejarah singkat dan riwayat hidup Imam Hanafi

2. Mengetahui dan faham sejarah singkat dan riwayat hidup Imam Malik

3. Mengetahui dan faham sejarah singkat dan riwayat hidup Imam Syafi’i

4. Mengetahui dan faham sejarah singkat dan riwayat hidup Imam Hanbali

2

Page 3: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Riwayat Hidup Imam Hanafi

Nama lengkap abu hanifah adalah Nu’man bin Tsabit bin Zutha al-Taimy. Lebih dikenal

dengan sebutan Abu Hanifah. Ia berasal dari keturunan Parsi, lahir di Kufah tahun 80 H/699

M dan wafat di Baghdad tahun 150 H/767 M. ia menjalani hidup di dua lingkungan sosio-

politik, yakni di masa akhir Dinasti Umaiyyah dan masa awal Dinasti Abbasiyah.

Abu Hanifah adalah pendiri madzhab hanafi yang terkenal dengan “al-imam al-A’zham”

yang berarti imam terbesar. Menurut suatu riwayat, ia dipanggil dengan sebutan Abu

Hanifah, karena ia mempunyai seorang putra bernama Hanifah. Menurut kebiasaan, nama

anak menjadi nama panggilan bagi ayahnya dengan memakai kata Abu (Bapak/Ayah),

sehingga ia terkenal dengan sebutan Abu Hanifah. Tetapi menurut Yusuf Musa, ia disebut

Abu Hanifah karena ia selalu berteman dengan “tinta” (dawat), dan kata Hanifah menurut

bahasa Arab berarti “tinta”. Abu hanifah senantiasa membawa tinta guna menulis dan

mencatat ilmu pengetahuan yang diperoleh dari teman-temannya.

Abu Hanifah dikenal sangat rajin belajar, taat ibadah dan sungguh-sungguh dalam

mengerjakan kewajiban agama. Kata hanif dalam Bahasa Arab berarti condong atau

cenderung kepada yang benar.

Abu Hanifah berhasil mendidik dan menempa ratusan murid yang memiliki pandangan

luas dalam masalah fiqih. Puluhan dari muridnya itu menjabat sebagai hakim-hakim dalam

pemerintahan dinasti Abbasiyah, saljuk, ‘utsmani dan Mughal. Adapun guru-guru Imam

Abu Hanifah yang banyak jasanya dan selalu member nasihat kepadanya, antara lain adalah:

imam ‘Amir ibn Syahril al-Sya’bi dan Hammad ibn Sulaiman al-‘Asy’ari. Ia mempelajari

qiraat dan tajwid dari Idris ‘Ashim. Beliau sangat rajin dan selalu taat serta patuh pada

perintah gurunya.

Seperti kebiasaan ulama lainya, masa kecilnya dilalui dengan menghafal al-Qur’an

kemudian beberapa hadits-hadits penting. Sedang kehidupan ilmiyahnya dimulai dengan

menekuni Ilmu Kalam, mungkin dikarenakan kondisi masyarakat Irak yang saat itu banyak

perbedaan dan perdebatan masalah akidah sehingga memberikan pengaruh terhadap

kecenderungan Abu Hanifah muda. Namun lama-kelamaan beliau menyadari bahwa selama

3

Page 4: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

ini ia telah mengikuti jalan yang tidak pernah diikuti para salafuna ash-shalih dan sibuk

dengan perdebatan-perdebatan yang tidak jelas manfaatnya. Inilah yang menjadi faktor asasi

perubahan haluan ilmu beliau ke bidang Fiqh yang lebih nampak manfaatnya di tengah

masyarakat

Abu hanifah pada mulanya gemar belajar ilmu qira’at, hadist, nahwu, sastra, syi’ir dan

ilmu-ilmu lainnya yang berkembang pada masa itu.diantara ilmu-I;mu yang diminatinya

adalah teologi, sehingga ia menjadi salah seorang tokoh terpandang dalam ilmu tersebut.

Karena ketajaman pemikirannya, ia sanggup menangkis serangan golongan Khawarij yang

doktrin ajarannya sangat ekstrim.

Selanjutnya, Abu Hanifah menekuni ilmu fikih di Kuffah yang pada waktu itu

merupakan pusat pertemuan para ulama fiqih yang cenderung rasional. Di Irak terdapat

Madrasah Kufah yang dirintis oleh Abdullah ibn Mas’ud (wafat 63 H/682 M).

Kepemimpinan Madrasah Kufah kemudian beralih kepada Ibrahim al-Nakha’I, lalu

Hammad Ibn Abi Sulaiman al-As’ari (wafat 120 H). hammad ibn Sulaiman adalah salah

seorang imam Besar (terkemuka) ketika itu. Ia murid dari Al-qamah ibn Qais dan al-Qadhi

Syuriah, keduanya adalah tokoh dan pakar fikih yangbterkenal di Kufah dari golongan

Tabi’in. dari Hammad ibn Abi Sulaiman itulah Abu Hanifah belajar fikih dan hadist.

Pola Pemikiran Imam Hanafi

Menurut sejarahwan, bahwa pada masa pemerintahan dinasti Umayyah dan Abasiyah,

Abu Hanifah pernah ditawari beberapa jabatan resmi, seperti di Kuffah yang ditawarkan

oleh Yazid bin Umar (pembesar kerajaan), akan tetapi Abu Hanifah menolaknya. Pada masa

dinasti Abasiyah, Abu Ja’far al-Mansur pernah pula meminta kedatangannya di Bghdad

untuk diberi jabatan sebagai hakim, namun ia menolaknya. Akibat penolakan itu ia

dipenjarakan sampai meninggal dunia.

Abu Hanifah hidup selama 52 tahun pada masa dinasti Umayyah dan 18 tahun pada

masa dinasti Abasiyah. Alih kekuasaan dari Umayyah yang runtuh kepada Abasiyyah yang

naik tahta, terjadi di Kuffah sebagai ibu kota Abbasiah sebelu pindah ke Baghdad.

Kemudian Baghdad dibangun oleh khalifah kedua abasiyah, Abu Ja’far Al-Manshur (754-

775 M), sebagai ibu kota kerajaan tahun 762 M.

4

Page 5: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

Dari perjalanan hidupnya itu, Abu Hanifah sempat menyaksikan tragedy-tragedi besar di

Kuffah. Disatu segi, kota Kuffah member makna dalam kehidupannya sehingga menjadi

salah seorang ulama besar dan al-imam al-A‘azam. Disisi lain ia merasakan kota Kuffah

sebagai kota terror yang diwarnai dengan pertentangan politik. Kota Bashrah dan Kuffah di

Irak melahirkan banyak ilmuwan di berbagai bidang, seperti ilmu sastra, teologi, tafsir fiqih

hadis dan tasawuf. Kedua kota bersejarah ini mewarnai intelektual Abu Hanifah di tengah

berlangsungnya proses transformasi sosio-kultural, politik dan pertentangan tradisional

antara suku arab utara, Arab Selatan dan Persi. Oleh sebsb itu pola pemikiran Abu Hanifah

dalam menetapkan hukum, sudah sangat tentu dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan

serta pendidikannya, juga tidak lepas dari sumber hukum yang ada.

Abu Hanifah dikenal sebagai ulama Ahl Al-Ra’yi. Dalam menetapkan hukum islam,

baik yang diistinbatkan dari Al-qur’an ataupun hadist, beliau banyak menggunakan nalar.

Beliau mengutamakan ra’yi dari khabar ahad. Apabila terdapat hadis yang bertentangan,

beliau menetapkan hukum dengan jalan qiyas dan istihsan.

Adapun metode istidlal Imam Abu Hanifah dapat dipahami dari ucapan beliau sendiri,

“Sesungguhnya saya mengambil kitab suci Al-Qur’an dalam menetapkan hokum, apabila

tidak didapatkan dalam Al-Qur’an, maka saya mengambil dari Sunnah Rasul SAW yang

shahih dan tersiar dikalangan orang-orang terpercaya. Apabila saya tidak menemukan dari

keduanya, maka saya mengambil pendapat orang-orang terpercaya yang saya kehendaki,

kemudian saya tidak keluar dari pendapat mereka. Apabila urusan itu sampai kepada

Ibrahim Al-Sya’by, Hasan ibn Sirrin dan Sa’id ibn Musayyab, maka saya berijtihad

sebagaimana saya berijtihad.”

B. Sejarah dan Riwayat Hidup Imam Maliki

Nama madzhab Maliki dinisbatkan dari seorang ulama yang bernama Imam Malik bin

Anas (93-179 H). Beliau lahir di Madinah dan menjadi ahli fiqh yang terkenal di Madinah.

Diriwayatkan bahwa beliau tidak pernah meninggalkan kota ini kecuali pada waktu

melaksanakan ibadah haji. Mengenai tahun kelahirannya terdapat beberapa perbedaan. Ibnu

Khaliqan mencatat bahwa tahun lahirnya adalah 75 H, sedangkan Imam Syafi’i berpendapat

bahwa dia lahir 94 H. 

5

Page 6: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

Masa muda Malik disibukkan dengan menuntut ilmu. Mula-mula ia menghafal as-

Sunnah, atsar dan fatwa-fatwa sahabat. Malik bin Anas mulai belajar dan menghafal al-

Qur’an dan pada usia yang sangat muda telah hafal seluruh al-Qur’an. Setelah itu beliau

mulai belajar dan menghafal hadis. Guru beliau dalam hadis antara lain: Ibnu Syihab az-

Zuhri, Ibnu Hurmuz, dan Nafi’. Sementara guru beliau dalam bidang fiqh adalah Rabi’ah

dan Yahya bin Sa’id al-Anshari. 

Situasi ketika Malik hidup juga memberikan pengaruh besar terhadap sikap

konsistensinya pada hadis dan keengganannya pada ijtihad rasio. Selama 40 tahun ia hidup

dalam periode Umayyah dan 46 tahun dalam periode Abbasiyah. Masa-masa ini merupakan

orde penuh gejolak dan sarat gelombang fitnah dan politik. Dalam lapangan politik,

misalnya, munculnya aliran Syi’ah dan Khawarij. Dalam teologi muncul aliran Qadariyah,

Jahmiyah dan Murji’ah. Dalam upaya membela madzhab-madzhabnya, kadang-kadang

mereka menggunakan hadis-hadis nabi secara serampangan. Akibatnya timbul hadis-hadis

palsu dan pertentangan di kalangan masyarakat.

Akibat dari kecerobohan-kecerobohan terhadap hadis-hadis Nabi itu, Imam Malik merasa

perlu untuk meneliti riwayat-riwayat hadis. Dari sinilah lahir bukunya yang monumental,

¬al-Muwattha’, yang memuat hadis-hadis shahih, perbuatan-perbuatan orang-orang

Madinah, fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in yang disusun secara sistematis mengikuti

sistematika penulisan fiqh. Keistimewaan buku ini adalah bahwa Imam Malik memerinci

berbagai persoalan dan kaidah-kaidah fiqhiyah yang diambil dari hadis-hadis dan atsar.

Buku yang berjudul al-Muwattha’ dan disusun selama 40 tahun ini bermakna “kemudahan”

dan “kesederhanaan”, karena penulisannya yang diusahakan sebaik mungkin untuk

memudahkan dan menyederhanakan kajian-kajian hadis dan fiqh. 

Adapun dasar-dasar yang digunakan oleh madzhab Maliki adalah sebagai berikut:

1) Al Qur’an

2) As-Sunnah. Berbeda dengan Abu Hanifah yang mensyaratkan dengan kualifikasi

tertentu, Imam Malik meski mengutamakan hadis mutawatir dan masyhur, juga

menerima hadis ahad asalkan tidak bertentangan dengan amal (praktik) ahli Madinah.

3) Amal ahli Madinah (praktik masyarakat Madinah). Imam Malik berpendapat bahwa

Madinah merupakan tempat Rasulullah menghabiskan 10 tahun terakhir hidupnya,

maka praktik yang dilakukan oleh masyarakat Madinah mesti diperbolehkan, atau

6

Page 7: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

bahkan dianjurkan oleh Nabi Saw. Oleh karena itu, Imam Malik beranggapan bahwa

praktik masyarakat Madinah merupakan bentuk as-Sunnah yang sangat otentik yang

diriwayatkan dalam bentuk tindakan.

4) Fatwa sahabat

5) Qiyas

6) Al-Mashlahah Mursalah yakni menetapkan hukum atas berbagai persoalan yang tidak

ada petunjuk nyata dalam nash, dengan pertimbangan kemaslahatan, yang proses

analisisnya lebih banyak ditentukan oleh nalar mujtahidnya

7) Al Istihsan

8) Adz-Dzari’ah yakni Imam Malik menetapkan hukum dengan mempertimbangkan

kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu perbuatan. Jika perbuatan itu

akan menimbulkan mafsadah meski hukum asalnya boleh, maka hukum perbuatan tadi

adalah haram. Sebaliknya, jika akan menimbulkan maslahah, maka hukum perbuatan

tadi tetap boleh atau bahkan dianjurkan atau meningkat menjadi wajib. 

Penganut madzhab Maliki ini sampai sekarang banyak pengikutnya dan mereka tersebar

di negara-negara, antara lain: Mesir, Sudan, Kuwait, Bahrain, Maroko dan Afrika.

C. Sejarah dan Riwayat Hidup Imam Syafi’i

Sebagaimana nama madzhab-madzhab sebelumnya, nama madzhab ini juga diambil dari

nama imam yang menjadi tokoh utama yang pemikirannya banyak diikuti oleh pengikut

madzhab ini. Beliau adalah Imam Abdullah bin Muhammad bin Idris asy-Syafi’i yang lahir

bertepatan dengan wafatnya Abu Hanifah yaitu 150 Hijriyah di daerah yang bernama

Ghazzah, salah satu kota di daerah Palestina, dan wafat di Mesir tahun 204 H (822). Ayah

beliau meninggal ketika masih kecil. Pada usia dua tahun ia dibawa ibunya ke Mekkah.

Dalam usia anak-anak, sekitar 9 tahun, ia sudah hafal al-Qur’an di luar kepala. Ia juga

menghafal hadis-hadis Nabi. Syafi’i juga tekun belajar bahasa Arab, bahkan karena

minatnya yang demikian tinggi ini membawanya selalu berkelana ke pelosok-pelosok

pedesaan (badawah). Dari sana Imam Syafi’i menguasai sastera Arab untuk memahami teks

al-Qur’an dan hadis dengan baik. 

Dalam bidang hadis, di Mekkah ia berguru kepada Sufyan bin Uyainah dan Muslim bin

Khalid. Ia menghafal ¬al-Muwattha’ sebelum bertemu penulisnya, Imam Malik. Konon ia

menghafalnya hanya dalam waktu 9 hari. Pada diri asy-Syafi’i terkumpul pemikiran fiqh

7

Page 8: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

fuqaha Mekkah, Madinah, Irak, Syam dan Mesir. Ar-Razi – seperti dikutip Mun’im –

mengatakan bahwa hampir semua ulama terkemuka yang hidup di zamannya pernah

menjadi gurunya atau, paling tidak, pernah mendiskusikan berbagai persoalan dengannya. 

Kehidupan ilmiahnya bersama Imam Malik selama 3 tahun di Hijaz, dengan tatanan

kehidupan sosial yang sederhana membuat Imam sy-Syafi’i cenderung pada aliran hadis,

bahkan mengaku sebagai pengikut madzhab Maliki. Tetapi sesudah ia mengembara ke

Baghdad, Irak, dan menetap di sana untuk beberapa tahun lamanya serta mempelajari fiqh

Abu Hanifah dan pemikiran rasional Ahlur Ra’yu, maka mulailah ia condong pada aliran

Ahlur Ra’yu. Apalagi setelah ia rasakan sendiri tingkat kebudyaan di Irak sebagai daerah

perkotaan menyebabkan aneka ragam masalah kehidupan berikut problematikanya yang

seringkali tidak ditemukan ketentuan jawabannya dalam al-Qur’an dan Sunnah.

Kedua kondisi yang berbeda ini dapat diikuti dengan cermat sehingga melahirkan suatu

sintesa pemikiran fiqh moderat antara Ahlul Hadis dan fiqh Ahlur Ra’yi. Imam Syafi’i

dalam beberapa hal berbeda pendapat dengan Imam Malik dan juga melakukan koreksi

terhadap pengikut-pengikut madzhab Hanafi. Dari kritik-kritik kedua madzhab itu akhirnya

muncul dengan madzhab baru yang merupakan sintesa dari kedua madzhab tersebut. 

Kehidupan sosial masyarakat dan keadaan zamannya amat memengaruhi Imam Syafi’i

dalam membentuk pemikiran dan madzhab fiqhnya. Munculnya apa yang disebut qaul jadid

dan qaul qadim membuktikan hal tersebut. Madzhab qaul qadim dibangun di Irak tahun 195

H. Kedatangan Imam Syafi’i ke Baghdad pada masa pemerintahan khalifah al-Amin itu

melibatkan Syafi’i dalam perdebatan sengit dengan para ahli fiqh rasional. Sedangkan qaul

jadid adalah pendapatnya selama berdiam di Mesir yang dalam banyak hal mengoreksi

pendapat-pendapat sebelumnya. Lahirnya madzhab jadid ini merupakan dampak dari

perkembangan baru yang dialaminya, dari penemuan hadis, pandangan dan kondisi sosial

baru yang tidak ditemui sebelumnya di Hijaz dan Irak. 

Secara ringkas, dasar-dasar madzhab Syafi’i dalam menentukan hukum adalah sebagai

berikut:

1) Al Qur’an

2) As Sunnah

3) Ijma’.Imam Syafi’i berpandangan bahwa kemungkinan ijma’ berarti persamaan faham

atau kesepakatan seluruh ulama atas suatu persoalan pada satu masa merupakan hal

8

Page 9: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

yang sulit terjadi, karena jauhnya jarak dan sulitnya komunikasi di antara para ulama

tersebut. Namun demikian, ia tetap mengakui adanya ijma’ dan memeganginya sebagai

dalil dan mungkin terjadi adalah ijma’ sahabat dalam persoalan-persoalan tertentu.

4) Perkataan Sahabat

5) Qiyas

6) As-Istihab yaitu membiarkan suatu hukum yang sudah ditetapkan pada masa lampau

dan masih diperlukan ketentuannya hingga ada dalil lain yang menggantikannya. Imam

Syafi’i dalam kitabnya al-Umm menyatakan: “Apabila seseorang melakukan suatu

perjalanan dan ia membawa air, kemudian ia menduga bahwa air tersebut tercampuri

najis, tetapi ia tidak yakin akab terjadinya percampuran tersebut, maka dalam hal ini air

tersebut tetap dihukumi suci, bisa dibuat wudhu’ maupun diminum, hingga orang

tersebut yakin benar bahwa air itu telah tercampuri najis.”

Pengikut-pengikut madzhab Syaf’I ini di antaranya di daerah-daerah seperti Mesir,

Afrika Timur, Persia dan Malaysia, Indonesia, Khurasan, Syiria, Armenia, Ceylon,

Tiongkok dan Filipina Selatan.

D. Sejarah dan Riwayat Hidup Imam Hanbali

Imam Ahmad bin Hambal adalah Imam terakhir atau imam yang keempat di antara para

Imam madzhab empat yang terkenal sepanjang sejarah dan dapat dipastikan bahwa tidak

akan ditemukan lagi para Imam seperti mereka, yang memiliki berbagai keahlian.

Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Bilal bi Asad bin

Idris bin Abdullah bin Hasan Asy – Syaibani Al – Marwazi, lahir pada Rabiul Awal pada

tahun 164 H di Bagdad.1

Ahmad ibn Hanbal dibesarkan dalam keadaan yatim oleh ibunya karena ayahnya

meninggal ketika beliau masih bayi. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan sifat dan pribadi

yang mulia, sehingga menarik simpati banyak orang. Dan sejak kecil itu pula beliau telah

menunjukkan minat yang besar kepada ilmu pengetahuan, dan kebetulan pada saat itu

Bagdad merupakan kota pusat ilmu pengetahuan. Beliau memulai dengan belajar menghafal

1 Ibrahim, Muslim. 1989. Pengantar Fiqh Muqaaran. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Hlm 96

9

Page 10: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

Al – Qur’an dan hafal pada usia 14 tahun. Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah

Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta para tabi’in.2

Untuk memperdalam ilmu, beliau pergi ke Bashrah untuk beberapa kali dan di sanalah

beliau bertemu dengan Imam Syafi’i. Beliau juga pergi menuntut ilmu ke Yaman dan Mesir.

Di antara guru beliau yang lain adalah Yusuf Al – Hasan ibn Ziyad, Husyaim, ‘Umair, Ibn

Humam dan Ibn Abbas. Imam Ahmad ibn Hanbal banyak emmpelajari dan meriwayatkan

hadis, serta beliau tidak mengambil hadis, kecuali hadis – hadis yang sudah jelas sahihnya.

Oleh karena itu, akhirnya beliau berhasil mengarang kitab hadis yang terkenal dengan nama

Musnad Ahmad Hanbal. Beliau mulai mengajar ketika berusia empat puluh tahun.

Pada masa pemerintahan Al – Mu’tashim, khalifah Abbasiyah, beliau sempat dipenjara

karena sependapat dengan opini yang mengatakan bahwa Al – Qur’an adalah makhluk.

Beliau dibebaskan pada masa Khalifah Al – Mutawakkil.

Imam Ahmad ibn Hanbali wafat di Baghdad pada usia 77 tahun atau tepatnya pada tahun

241 H (855M) pada masa pemerintahan Khalifah Al – Wathiq. Sepeninggal beliau, mazhab

Hanbaliberkembang luas dan menjadi salah satu mazhab yang memiliki banyak penganut.

Pokok – pokok fiqih mazhab Hanbali yakni :

1. Nash Al – Qur ’an dan nash hadis yang sahih. Bila beliau telah menemukan nash Al –

Qur’an dan nash hadis yang sahih untuk menetapkan hukum dari suatu masalah, maka

beliau tidak menggunakan dalil – dalil yang lain sekalipun dalil yang lain itu berupa

keterangan atau fatwa sahabat – sahabat Rasulullah.

2. Fatwa sahabat Rasulullah, bila tidak ditemukan nash Al – Qur’an dan hadis yang sahih.

3. Fatwa seorang sahabat yang belum disepakati oleh sahabat yang lain. Dalam hal ini

beliau mengambil fatwa sahabat yang lebih dekat dan lebih sesuai dengan Al – Qur’an

dan hadis. Bila beliau belum menetapkan mana fatwa yang lebih dekat kepada Al –

Qur’an dan hadis, beliau meramal dengan salah satu dari fatwa itu dengan tidak

menyatakan mana fatwa yang lebih kuat dan mana yang kurang kuat.

2 Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Dahulukan Akhlak di atas Fiqih. Bandung : PT. Mizan Pustaka. Hlm 192

10

Page 11: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

4. Hadis mursal dan hadis dhaif, apabila beliau tidak menemukan Al – Qur’an, hadis,

fatwa sahabat yang beliau anggap kuat atau belum dinyatakan mana yang kuat di antara

fatwa – fatwa itu, perawi – perawinya tidak dinyatakan orang – orang pendusta.

5. Qiyas, apabila tidak ditemukan no 1 sampai 4. Beliau hanya menggunakan qiyas dalam

keadaan darurat.

Dari keterangan di atas, nyatalah bahwa Ahmad bin Hanbal adalah seorang ulama yang

mementingkan riwayat, orang yang berusaha benar agar semua ibadat yang dilakukan itu

sesuai benar dengan ibadat yang dilakukan Rasulullah SAW yang kemudian dicontoh dan

dikerjakan oleh para sahabat – sahabat beliau.

Mazhab Hanbali mulai tersiar di kota Baghdad, tempat kelahiran Imam Ahmad,

kemudian berkembang ke Syria. Sampai abad ke VII belum nampak perkembangan mazhab

ini. Barulah berkembang abad ke VIII di Mesir yang dikembangkan oleh Hafiz Abdul Ghani

Al Muqaddasi, pengarang kitab ‘Umdah. Kemudian dikembangkan oleh Abdullah bin

Muhammad bin Abdul Malik Al Hajawi sewaktu beliau menjadi qadhi di Mesir tahun 738

H.3

Pada periode akhir ini mazhab Hanbali dikembangkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnul

Qayyim, Muhammad Abdul Wahab (pemuka aliran Wahabi), Waliullah Ad Dahlawi di

India dan Pakistan serta yang terakhir oleh Muhammad Abduh di Mesir.

E. Tabel Riwayat Imam Empat Madzhab (terlampir)

3 Ibrahim, Muslim. 1989. Pengantar Fiqh Muqaaran. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Hlm 104

11

Page 12: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Madzhab Hanafi. Nama asli yaitu Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan

at-Taymi. Ayahnya keturunan bangsa persi yang menetap di kuffah bernama Tsabit4. Lahir pada

tahun 80 H atau 699 M di Kuffah dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 150 H atau 797

M5. Metode yang dipakai yaitu al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, Perkataan Shahabat, Qiyas, Istihsan

dan ‘Urf (Adat)6. Madzhab hanafi dikenali dengan madrasah ahli ra'yi atau rasional, kerana

banyak menggunakan ijtihad dalam fiqihnya7. Penyebarannya berawal di Baghdad dan Kuffah,

namun kemudian terus meluas sampai ke daerah-daerah lain, khususnya yang pernah berada di

bawah kekuasaan Abbasiyah, seperti Mesir, Syam, Tunis, Jazair, Tripoli, Yaman, India, Parsi,

Romawi, Cina, Bukhara, Afghan, Turkistan bahkan Brazil8. Sampai saat ini bisa dikatakan

Mazhab Hanafi banyak dipakai di Irak, Syam/Syiria, India, Turkistan.

Madzhab Maliki. Imam dari madzhab ini yaitu Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik

bin Abi ‘Amir al-asybahi al-‘araby al-Yamaniyahal9. Ayahnya berasal dari kabilah Dzi Ashbah

yang ada di Yaman, dan ibunya bernama ‘Aliyah binti syuraik dari kabilah Azdi. Lahir pada

tahun 93 H atau 712 M di Madinah dan wafat pada tahun 179 H atau 798 M 10. Dasar atau pokok

pemikiran bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ Ahlu Al-Madinah, Fatwa Sahabat,

Qiyas, ‘Urf, Istishab, Syar’u man Qoblana11. Madzhab ini terkenal dengan mengutamakan akal

penduduk Madinah dari hadith Ahad walaupun sahih. Mazhab imam Maliki tersebar di daerah

Hijaz, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko, Tripoli, Sudan, Bashrah, dan Baghdad12.

4 Ar-rahbawi, `Abdul Qadir. 2008. Salaf Empat Mazhab. Pustaa litera antarNusa : Bogor. Hlm : 3. 5 Ibid. 6 http://ragab304.wordpress.com/2009/02/13/mazhab-hanafi/

7 Ibid8 Ibid9 http://www.slideshare.net/marhamahsaleh/sejarah-pola-istinbath-mazhab-hanafi-maliki

10 Ar-rahbawi, `Abdul Qadir. 2008. Salaf Empat Mazhab. Pustaka Litera AntarNusa : Bogor. Hlm 411 http://www.slideshare.net/marhamahsaleh/sejarah-pola-istinbath-mazhab-hanafi-maliki12 ibid

12

Page 13: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

Madzhab Syafi`i. Dengan Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi`i13 sebagai imam

madzhabnya. Keturunan beliau bertemu dengan titisan keturunan Rasulullah s.a.w pada ‘Abd

Manaf. Ibunya berasal dari Kabilah Al-Azd, satu kabilah Yaman yang masyhur. Lahir di Guzat

palestina pada 150 H atau 769 M wafat di Mesir pada tahun 204 H atau 820 M14. Metode atau

manhaj imam Syafi`I yaitu: Al-Qur`an, Sunnah, Ijma`, Qiyas, As-Istihab15. Beliau tidak

menggunakan fatwa sahabat, istihsan dan amal penduduk Madinah sebagai dasar ijtihadnya.

Penyebaran madzhab imam Syafi`i meliputi Mesir, Syam, Irak, Persia, kawasan Khurasan,

Palestina, Hadramaut (Yaman), Pakistan, Srilanka, India, Indonesia16.

Madzhab Hanbali. Dengan imam yaituAbu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal

bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith

bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy Syaibaniy17. Ibunya bernama

Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asy-Syaibaniy18. Lahir di Baghdad pada tahun 164

H atau 780 M dan wafat pada tahun 241 H atau 855 M19. Dasar atau pokok pemikiran yaitu An-

Nushush (yaitu Qur'an dan hadis, Qaulus shahabi (fatwa sahabat), Ijma', Qiyas. Penyebaran dari

madzhab Imam Hanbali ini meliputi Irak, Mesir, Semenanjung Arab dan Syam, dan menjadi

mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia20.

13 Abu Zahrah, muhammad. 2007. Imam Syafi`i : biografi dan pemikirannya dalam masalah akidah, politik, dan fiqih. Lentera : jakarta. Hlm 514 Ibid15 http://www.slideshare.net/marhamahsaleh/sejarah-pola-istinbath-mazhab-hanafi-maliki

16 Abu Zahrah, muhammad. 2007. Imam Syafi`i : biografi dan pemikirannya dalam masalah akidah, politik, dan fiqih. Lentera : Jakarta. Hlm 564. 17 Ar-rahbawi, `Abdul Qadir. 2008. Salaf Empat Mazhab. Pustaka Litera AntarNusa : Bogor. Hlm 618 http://www.slideshare.net/marhamahsaleh/sejarah-pola-istinbath-mazhab-hanafi-maliki

19 Ar-rahbawi, `Abdul Qadir. 2008. Salaf Empat Mazhab. Pustaka Litera AntarNusa : Bogor. Hlm 620 Ibidk

13

Page 14: Web viewDalam lapangan politik, ... Kemudian belajar bahasa Arab, hadis, sejarah Nabi Muhammad SAW dan sejarah para sahabat serta

DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rahbawi, Abdul Qadir. 2008. Salaf Empat Madzhab. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.

Abu Zahrah, Muhammad. 2007. Imam Syafi’i: Biografi dan Pemikirannya dalam masalah

akidah, politik dan fiqih. Jakarta: Lentera.

Ibrahim, Muslim. 1989. Pengantar Fiqh Muqaaran. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Dahulukan Akhlak di atas Fiqih. Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Asy-Syarqowi, Abdurrahman. 2000. Riwayat Sembilan Imam Fiqh. Bandung: Pustaka Hidayah.

Al-Aqil, Muhammad. 2005. Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi’i. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.

Muasalih, Khaled. 2005. Biografi 10 Imam Besar. Jakarta: Pustaka al Kautsar.

Yanggo, Huzaemah. 1997. Pengantar Perbandingan Madzhaab. Jakarta.

Asy-Syurbasi, Ahmad. 2004. Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, Hanafi, Maliki, Syafi’i,

Hanbali, Penerj. Sabil Huda dan H.A. Ahmadi, Cet.IV, ttp.: Amzah.

Hasan, M. Ali. 2002. Perbandingan Mazhab, Cet.IV. Jakarta: PT Rajawali Press.

Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. 1999. Pengantar Ilmu Fiqh, Cet.II. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

14