Upload
ngodang
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perayaan maulid berlangsung semarak di Sulawesi Selatan yang
diselenggarakan sepanjang bulan Rabiul awal secara silih berganti di antara
mesjid-mesjid, organisasi sosial dan politik, sekolah, instansi, pemerintah dan
swasta. Desa Cikoang merupakan salah satu desa yang cukup dikenal di
masyarakat Sulawesi Selatan karena upacara tradisionalnya yang dikenal dengan
Maudu’ Cikoang. Upacara khas yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Cikoang
dalam merayakan Maulid Nabi telah memberikan keunikan tersendiri bagi
masyarakatnya yang tentunya berbeda dengan pelaksanaan Maulid di daerah-
daerah lain. Salah satu diantaranya yang unik itu adalah dalam perayaan maulid
cikoang tersebut banyak menggunakan berbagai macam anyaman yang jarang
ditemui di daerah lain.
Kerajinan anyaman merupakan bentuk kerajinan tradisional yang sudah
lama tumbuh di Indonesia. Perkembangan kerajinan anyaman pada awalnya
memiliki bentuk sederhana sebagai karya seni untuk memenuhi kebutuhan praktis
sehari-hari. Kerajinan anyaman merupakan kegiatan sampingan masyarakat
pedesaan dalam mengisi waktu ketika menunggu saat bercocok tanam sebagai
pencaharian utama. (Koko. K. Arifien, 2011:2)
Tidak hanya dalam bentuk benda pakai, tatanan atau rangkaian dari daun
dapat menghasilkan bermacam-macan benda pajangan. Macam-macam benda
1
2
pajangan pada upacara-upacara adat di daerah adalah hasil karya merangkai janur
menarik yang mengandung nilai-nilai dekoratif.
Bahan anyaman antara lain dari irisan kulit bambu, rotan atau batang rotan
yang berukuran kecil. Dengan bahan bambu dan rotan dapat dicapai anyaman
yang lebih kuat dan kokoh yang biasanya dipakai untuk benda-benda pakai
dengan bentuk tiga dimensional seperti alat-alat dapur, berbagai bentuk wadah,
anyaman dudukan, sandaran kursi, kap lampu dan sebagainya. (Wiyoso
Yudoseputro, 1983:134).
Perayaan ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang
Kabupaten Takalar, menggunakan kerajinan anyaman bentuk wadah adapun
anyaman yang sering di jumpai di kehidupan sehari-hari dan ada pula yang hanya
bisa di jumpai di Desa Cikoang dan hanya waktu tertentu saja.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba meneliti masalah ini
dengan judul “Kerajinan Anyaman Pewadahan pada Ritual Maulid di Desa
Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar” yang merupakan
kebudayaan dari masyarakat desa Cikoang yang perlu dilestarikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid
di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar?
2. Bagaimanakah fungsi kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid di
Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar?
3
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh data mengenai bentuk kerajinan anyaman
pewadahan pada ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar.
2. Untuk memperoleh data mengenai fungsi kerajinan anyaman
pewadahan pada ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, sebagai media belajar dalam usaha menyatakan ide atau
gagasan secara tertulis dalam bentuk karya ilmiah.
2. Bagi mahasiswa, sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang ingin
mengetahui kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid.
3. Bagi perajin, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas
produk kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid.
4. Bagi pemangku adat, sebagai masukan dalam upaya melestarikan
budaya dan kerajinan.
5. Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam rangka pembinaan
usaha kecil atau industri anyaman dan melestarikan budaya di
Kabupaten Takalar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Beberapa hal yang merupakan informasi untuk dijadikan bahan penunjang
dalam melakukan penelitian ini, meliputi: pengertian ritual maulid, kerajinan
anyaman pewadahan, bahan anyaman, teknik kerajinan anyaman, motif-motif
anyaman, dan contoh kerajinan anyaman.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis akan menguraikan hal-hal yang
dimaksudkan di atas.
1. Pengertian Ritual Maulid
Ritual adalah formalitas, seremoni, upacara, peribadatan, ritus. (Eko
Endarmoko, 2007: 531). Maulid ialah: 1) Hari lahir (terutama hari lahir Nabi
Muhammad SAW), 2) Tempat lahir, 3) Hari lahir Nabi Muhammad SAW (dengan
membacakan riwayat hidup, riwayat kematian, dan riwayat perjuangannya), acara
akan diisi dengan ceramah, bulan rabiulawal-rasul hari lahir rasul (untuk Nabi
Muhammad SAW), Bermaulid (rasul) memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. ( Anto M. Moeliono, 1988: 567).
Maulid ialah hari lahir memperingati Nabi Muhammad SAW. (Badudu-
Zain, 1994: 878). Sejak awal abad ke-2 Hijriah orang sudah mulai menulis kisah
hidup Nabi Muhammad Saw dalam berbagai bentuk, ada yang berbentuk prosa,
ada yang berbentuk puisi, dan ada pula yang menggabungkan kedua-duanya.
4
5
Penulisannya itu dilakukan secara turun-temurun oleh tokoh-tokoh Islam dari
berbagai penjuru dunia.
Di Sulawesi Selatan, sumber kisah Maulid yang dibaca ialah sebuah kitab
yang berjudul “Majmuu’t Mauluud Sharf Al- Anam”, yang lebih terkenal sebagai
Kitab Barzanji. Kitab itu mempunyai mukadimah di dalam bahasa Melayu tulisan
Arab Serang. Muqadimah itu antara lain memuat tujuan membaca kisah maulid,
yaitu menghormati dan memuliakan hari ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad
SAW sambil mengharapkan syafa’at pada hari kiamat. Dinyatakan juga manfaat
mengadakan upacara sambutan maulid yaitu terlepas dari bencana, mendapat
syafa’at Nabi pada hari kiamat dan mendapat kebajikan. Tercatat pula dalam
lontara barazanji orang Bugis suatu pernyataan bahwa ruh Nabi Muhammad turut
hadir di dalam upacara maulid ketika orang berdiri sambil bersalawat. Dikatakan
pula berkata-kata atau mengisap rokok di dalam upacara maulid akan menjadikan
keikutsertaan seseorang di dalam acara itu akan sia-sia. (Ahmad Saransi,
2006:34).
Pada awal kedatangan Syek Djalaluddin di Desa Cikoang pada tahun 1621,
perayaan maulid berlangsung sederhana baik dari segi pengikut maupun sarana
yang dipakai, dilihat dari wadahnya hanya menggunakan piring dengan ketan (
ka’do mingnyak), kemudian berkembang menjadi baskom yang dipakai sebagai
wadah dalam maulid seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya
pengikut dari Syek Djaluddin di Cikoang, Masyarakat setempat membuat
anyaman yang lebih praktis dengan memamfaatkan bahan yang tersedia di alam,
status anyaman tersebut pada ritual hanya sunnah karena maulid saja sunnah untuk
6
umat Islam jadi tidak ada unsur pemaksaan bagi pengikut Syed Djalaluddin, (Tuan
Kasang, 26 maret 2012). Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dijelaskan bahwa
ritual maulid adalah Suatu kegiatan/ upacara yang dilakukan oleh umat muslim
dalam rangka memperingati/ memuliakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.
2. Pengertian Kerajinan Anyaman Pewadahan
Kerajinan adalah kegetolan, ketekunan tangan dan hasrat karya, pekerjaan
tangan prakarya. (Eko Endarwanto, 2007: 503). Kerajinan adalah 1) Kegiatan
Atau kegetolan:nya belajar sudah terbukti; 2) Hasil pekerjaan atau usaha: barang-
barang rumah (indistri rumah). (Badudu-Zain, 1990: 1122).
Anyaman ialah hasil menganyam. Menganyam ialah mengatur (bilah, daun
lontar dan sebagainya) tindih menindih dan silang menyilang (seperti membuat
tikar bakul, dan sebagainya). (Badudu-Zain, 1990: 53).
Anyam adalah menganyam, melapih, memilin, mengepang (rambut),
menjalin. Anyaman adalah jalinan, kelabang, kepang (rambut). (Eko Endarwanto,
2007: 31).
Kerajinan ayaman adalah suatu usaha/ kegiatan keterampilan masyarakat
dalam pembuatan barang-barang dengan cara/ teknik susup menyusup antara
lungsi dan pakan. Lungsi yaitu: pita/ daun anyaman tegak lurus terhadap dan
berhadapan dengan Sipenganyam. Pakan yaitu pita/ daun anyaman yang
disusupkan dan dilintaskan pada lungsi. (S. Wahudi, 1979: 3). Pada dasarnya
menganyam adalah menyusun lungsi dan pakan. Lungsi adalah helai batang
anyaman yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah helai batang anyaman
yang disusun melintang. (Waldjinah, 2007: 6)
7
Menganyaman adalah mengatur bila atau bambu, daun pandan atau bahan
lain secara tindih menindih dan silang menyilang antara lungsi dengan pakan dan
hasilnya disebut anyaman, dalam menganyam memerlukan keterampilan,
kesabaran dan kesungguhan supaya hasilnya memuaskan. (Abdul Rahim, 2000:3)
Berdasarkan penjelasan tersebut, kerajinan anyaman ialah suatu kegiatan
dengan menciptakan suatu benda dengan cara tindih menindih dan silang
menyilang (bilah, daun dan sebagainya) yang memerlukan keterampilan dan
kecakapan.
Wadah adalah 1. Tempat untuk menaruh, menyimpan sesuatu: 2. Tempat
berhimpun: perhimpunan. Berwadahkan adalah menggunakan sebagai wadah,
berada dalam wadah, berada dalam wadah: suku suku bangsa yang tersebar di
pulau antara Saban sampai Maraoke negara kesatuan republik indonesia.
Mewadahi menampung suatu wadah :organisasi. Terwadahi: tertampung.
(Lukman Ali 1994: 1122)
Berdasarkan penjelasan di atas maka kerajinan anyaman pewadahan ialah
kegiatan dengan menciptakan suatu benda yang untuk menampung sesuatu atau
benda yang berongga dengan cara tindih menindih dan silang menyilang (bilah,
daun dan sebagainya) atau pembuatan barang dengan cara atau teknik susup
menyusup antara lungsi dengan pakan.
8
Lungsi
pakan
Gambar 1. Bentuk Anyaman Tunggal Ilustrasi dari Yulius Rompon
3. Jenis-jenis Bahan Anyaman
a. Bahan alam adalah bahan yang terdapat di alam dan belum di olah (bahan
mentah). Kekayaan alam yang berhubungan erat dengan kerajinan anyaman,
sebagai bahan yang dapat dianyam yaitu: rotan, daun kelapa, daun pandan,
lontar.
Gambar 2 Rotan
Dokumentasi Asrianti, 9 September 2012
9
Gambar 3Pohan Kelapa
Dokumentasi Asrianti, 9 September 2012
Gambar 4 Daun pandan
Dokumentasi Asrianti, 9 Septembere 2012
10
Gambar 5Pohon Lontar
Dokumentasi Asrianti, 9 September 2012
b. Bahan buatan adalah bahan sintetis hasil industri bukan dari alam atau bahan
yang sengaja dibuat oleh orang dari hasil industri seperti plastik, kertas, dan
pita.
Gambar 6Plastik
Dokumentasi Asrianti, 9 September 2012
11
Gambar 7Pita
Dokumentasi Asrianti, 9 September 2012
Gambar 8Kertas
Dokumentasi Asrianti, 9 September 20124. Teknik-teknik Kerajinan Anyaman
Teknik anyaman ialah suatu cara atau metode yang memberi petunjuk agar
dapat membuat anyaman dengan semudah-mudahnya dengan hasil sebaiknya. Teknik
anyaman adalah pengetahuan yang harus dimiliki oleh penganyam, ia harus tahu
begaimana meletakkan dan menyusupkan iratan-iratan dan tahu pula bagaimana
memulai dan mengakhiri sebuah anyaman sehingga kerjanya sempurna. Teknik yang
paling mudah ialah berdasarkan pola anyaman dua arah, baik yang arahnya sejajar
12
dengan sisi persegi panjang maupun yang diagonal. (Wiyoso Yudoseputro 1983:
132).
Adapun teknik-teknik kerajinan anyaman yang sering digunakan yaitu sebagai
berikut:
a. Teknik Anyaman Tegak adalah anyaman yang letak lungsinya tagak lurus
terhadap pada si penganyam, sedangkan pakannya sejajar dengan si
pengrajin. hal tersebut dikatakan bahwa anyaman tengak ialah anyaman
yang lungsi dan pakannya tegak lurus sesamanya, sedangkan lungsinya
tegak lurus terhadap si penganyam.
Gambar 9Anyaman Tegak
Sumber: S wahudi, 1979: 55
b. Teknik Anyaman Serong adalah anyaman dan lungsi dan pakannya tagak
lurus sesamanya tetapi keduanya terletak menyimpang 45 kekiri dan
kekanan terhadap si penganyam. Oleh karena itu sukar membedakan antara
lungsi dan pakannya terutama kalau iratannya sewarna, masing-massing
diberikan istilah irki dan irka. Irki diperuntukan bagi iratan yang
menyimpang kekiri sedangkan irka bagi yang menyimpang ke kanan.
13
Gambar 10 Anyaman Serong Sumber: S Wahudi, 1979: 65
c. Teknik Anyaman Kombinasi adalah perpaduan antara anyaman tegak
dengan anyaman serong.
Gambar 11 Anyaman Kombinasi Sumber: S Wahudi, 1979: 65
d. Teknik Anyaman Pita adalah anyaman yang dibuat hanya dalam beberapa
jalur pita dan anyaman bersifat memanjang.
Gambar 12 Anyaman pita
Sumber: S. Wahudi, 1979: 57
14
e. Teknik Anyaman Melingkar adalah anyaman yang lungsinya merupakan
jari-jari dan pakannya melingkar dari pusat ke arah luar. Bahan alam yang
sangat cocok terhadap teknik anyaman ini ialah rotan, sedangkan bambu
memerlukan ketekunan yang lebih tinggi.
Gambar 13 Anyaman Melingkar Sumber: S Wahudi, 1979: 69
f. Teknik Anyaman Datar setali, istilah ini disesuaikan dengan habisnya bahan
untuk setiap anyaman jadi. Di sebut anyaman dasar setali karena tidak
bersambung. Sebagai contoh yang hampir setiap orang mengenalnya ialah
tapi kasur.
Gambar 14 Anyaman Datar Setali Sumber: S Wahudi, 1979: 72
15
g. Anyaman Berbentuk, dari semua anyaman yang telah di jelaskan
sebelumnya adalah anyaman datar. Hasil anyaman bukan selalu merupakan
anyaman datar, di dalam kerja anyaman dapat menghasilkan barang yang
berbentuk tiga dimensi.
h. Anyaman bakul dasar setali ialah bakul yang penganyamnya langsung dari
dasar hingga akhir tepinya. Pertama kali orang menganyam dasarnya ,kalau
kiranya luas dasar tersebut telah sesuai dengan rencana, maka dengan
melalui tengah-tengah sisi dasarnya, iratan yang tadinya mendatar itu kita
silang-silangkan memakai teknik serong tegak.
Gambar 15 Anyaman Bakul Sumber: S Wahudi, 1979: 72
i. Teknik Anyaman Berangka ialah anyaman yang bentuknya menurut
kerangka yang telah disiapkan
Gambar 16 Anyaman Berangka
Sumber: S Wahudi, 1979: 74
16
j. Teknik Anyaman segi tiga
Gambar 17 Anyaman Segi Tiga Sumber: S Wahudi, 1979: 84
k. Teknik Anyaman Segi Empat
Gambar 18Anyaman Segi Empat
Sumber: S Wahudi, 1979: 84
l. Teknik Anyaman Segi Enam
Gambar 19Anyaman Segi Enam
Sumber: S Wahudi, 1979: 85
17
m. Teknik Anyaman Segi Delapan
Gambar 20
Anyaman Segi Delapan Sumber: S Wahudi, 1979: 74
n. Teknik Anyaman Truntum
Gambar 21Anyaman Truntum
Sumber: S Wahudi, 1979: 85
o. Teknik Anyaman Rapat Segi Enam
Gambar 22 Anyaman Rapat Segi Enam Sumber: S Wahudi, 1979: 85
18
5. Motif-motif anyaman
a. Motif Anyamam Tunggal
Anyaman motif tunggal adalah menganyam satu helai lungsi atau pakan
dengan menumpangkan satu helai pakan atau lungsi.
Gambar 23 Anyaman Tunggal
` Sumber: Yudi Irawan, 2007: 24
b. Motif Anyaman Ganda Dua
Cara pengerjaan motif anyaman ini sama dengan membuat anyaman
tunggal. Hanya saja dua helai lungsi ditarik atau ditumpangkan sekaligus.
Gambar 24 Anyaman Ganda Dua Sumber: Yudi Irawan, 2007: 25
19
c. Motif Anyaman Ganda Tiga
Cara pengerjaan motif anyaman ganda tiga sebenarnya juga merupakan
pengembangan dari motif ganda dua. Hanya saja pemisahan setiap lungsi
berjumlah tiga lebar sekaligus.
Gambar 25 Anyaman Ganda Tiga Sumber: Yudi Irawan, 2007: 25
d. Motif Anyaman Kepang
Motif anyaman kepang adalah cara menganyam dengan mengangkat dua
atau lebih helai lungsi dan menumpangkan dua atau lebih helai pakan.
Gambar 26 Anyaman Kepang
Sumber: Waldjinah, 2007: 7
20
e. Motif Anyaman Peta Silang
Motif anyaman peta silang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Teknik
ini merupakan kombinasi anyaman dasar yang telah dipraktikkan.
Gambar 27 Anyaman Peta Silang
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 27
f. Motif Anyaman Bunga Cengkih
Membuat motif anyaman bunga cengkih tidaklah terlalu sulit. Perhatikan
gambar di bawah ini dan praktikkan pada anyaman eceng gondok.
Gambar 28 Anyaman Bunga Cengkih
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 2
21
g. Motif Anyaman Ombak Banyu
Motif anyaman ini sama dengan desain motif gerigi.
Gambar 29 Anyaman Ombak Banyu
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 29
h. Motif Anyaman Pihuntuan Tangkup
Motif anyaman ini bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 30 Anyaman Pihuntuan Tangkup
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 28
i. Motif Anyaman Turik Wajik
Motif anyaman ini dapat digunakan untuk menambah variasi model
kerajinan yang akan dibuat.
22
Gambar 31 Anyaman Turik Wajik
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 30
j. Motif Anyaman Bunga Lengko
Gambar 32 Anyaman Bunga Lengko
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 29
k. Motif Anyaman Mata Walik
Gambar 33 Anyaman Mata Walik
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 30
l. Motif Anyaman Bunga Gambir
Motif anyaman ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
23
Gambar 34 Anyaman Bunga Gambir
Sumber: Yudi Irawan, 2007: 31
m. Motif Anyaman Jenis Kelinci
Gambar 35 Anyaman Jenis Kelinci Sumber: Yudi Irawan, 2007: 31
6. Contoh kerajinan anyaman
Gambar 36Kandang Ayam Dari Kerajinan anyaman dari bahan bambu di daerah Takalar
Dokementasi : Asrianti, September 2012B. Kerangka Pikir
24
Berdasarkan penelitian tentang Kerajinan Anyaman Pewadahan pada Ritual
Maulid di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar maka
kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 37Skema kerangka pikir
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dijelaskan bahwa komponen
tersebut saling berkaitan atau berhubungan. Dalam kerajinan anyaman pewadahan
pada ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten
Takalar.
Betuk Kerajinan Anyaman Pewadahan pada Ritual Maulid di Desa Cikoang Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takakar.
Fungsi Kerajianan anyaman Pewadahan pada Ritual Maulid di Desa Cikoang Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar.
Kerajinan anyaman Pewadahan pada Ritual Maulid di Desa Cikoang Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini tepatnya di Desa Cikoang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar.
T
U S
B
Gambar 38 Peta Desa cikoang Sumber dari kator desa cikoang
Keterangan:
= Rumah Pengrajin
= Rumah Pemangku Adat
= Lapangan
===== = Batas Dusun -------- = Jalan
3925
26
Gambar 39 Peta Takalar Sumber dari internet
27
Berikut ini digambarkan situasi dan kondisi Desa Cikoang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar. Desa Cikoang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar yang memiliki wilayah 5,56 km2. Desa
Panaikang memiliki jumlah penduduk keseluruhan di antaranya, jumlah laki-laki
sebanyak 1.332, sedangkan jumlah perempuan keseluruhan berjumlah 1.239 data
tahun 2011. Letak geografis desa Cikoang dimana sebelah utara berbatasan
dengan bontomanai, selatan dengan punaga,timur dengan pattopakang dan sebelah
barat berbatasan dengan desa lakatong.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dengan variabel utama dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bentuk kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid di Desa
Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar
b. Fungsi kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid di Desa
Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar
2. Desain Penelitian
28
Desain penelitian ini dirancang sesuai dengan tahapan pelaksanaan
penelitian sebagai berikut:
Gambar 40 Desain penelitian
C. Definisi Operasional Variabel
Pelaksanaan Penelitian
Perencanaan Penelitian
Pengumpulan data-Observasi
-Wawancara-Dokumentasi
Analisis Data
Kesimpulan
Hasil
29
Berdasarkan varabel tersebut, maka perlu dilakukan pendefinisian
operasional variabel guna memperjelas dan menghindari penafsiran yang
keliru. Adapun definisi operasional variabel tesebut adalah:
1. Bentuk kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid yang
dimaksud ialah wujud dari anyaman yang dipakai pada ritual maulid.
2. Fungsi kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid yang maksud
ialah kegunaan atau mamfaat kerajinan anyaman pada ritual maulid.
D. Subyek dan obyek penelitian
Subyek penelitian adalah narasumber atau informan yang bisa
memberikan informasi-informasi utama yang di butuhkan dalam penelitian.
Sedangkan obyek penelitian adalah apa yang akan di selidiki dalam kegian
penelitian. (http://prahesti10411084.blogspot.com/2012/01) di akses pada
taggal 26 januari 2013, pukul 11.38 wita.
Berdasarkan hasil survei di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang
Takalar ditemukan usaha kerajinan anyaman pewadahan yang memiliki 29
orang pengrajin dan 5 pemangku adat, jadi jumlah keseluruhan dari subyek
penelitian adalah 34, dari jumlah keseluruhan subyek di pilih 5 orang
pengrajin dan 3 pemangku adat.
Adapun obyek dalam penelitian ini yaitu kerajinan anyaman pewadahan
pada ritual maulid di mana terdi dari: bakul (baku’), bakul maulid (baku’
ma’udud), tepa’-tepa’, masig-masigi (mesjid-mesjid), kara’-karanjeng
(keranjang), dandang (pangnyongkolan), tikar (takpere’), dan penyaring
minyak (tapisang mingnya’) nyiru (pa’tapi).
30
Para penrajin dan pemangku adat yang menjadi narasumber
penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Narasumber
No Nama Pekerjaan L/P Umur Lama Kerja
1 Daeng Bu’di Pengrajin P 35 15
2 Daeng lino Pengrajin P 34 19
3 Daeng Miko Pengrajin P 41 21
4 Daeng Kambang Pengrajin P 17 5
5 Daeng Pati Pengrajin P 32 17
6 Tuan Kasang Pemangku adat L 57 30
7 Tuan Baso Pemangku adat/ kepala desa cikoang
L 35 15
8 Tuan Ka’I (Karaeng
Opu)
Kepala pemengku
adat (opu)
L 75 32
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid
di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar, dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian observasi, wawancara, dokumentasi
dengan penelitian lapangan, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
31
Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan langsung terhadap objek peneliti yakni mengamati bagaimana
kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid di desa Cikoang
Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar, bentuk anyaman
pewadahan dan fungsi anyaman pewadahan pada ritual maulid.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab, dilakukan untuk memperoleh data yang dapat memperkuat hasil
observasi. Dalam wawancara tersebut peneliti mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan kepada pengrajin
dan pemangku adat. (Format wawancara terlampir)
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data kepada
subyek penelitian. Dokumentasi dapat berupa catatan pribadi,buku harian ,
lsaporan kerja rekaman kaset/vide/foto dan sebagainya. (Yabu M dalam
Sukandarrumidi, 2004: 100).
F. Teknik Analisis Data
Semua data yang berasal dari sumber data dalam penelitian ini adalah
subjek yang disebut informan yaitu orang-orang yang memberi informasi atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti berupa wawancara, observasi dan
dokumentasi. Oleh karena penelitian ini adalah kualitatif, maka analisis datanya
adalah menggunakan metode kualitatif. Semua data yang telah dianalisis
disajikan secara deskriptif.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
33
A. Penyajian Hasil Penelitian
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan tentang
kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar. Data yang terkumpulkan melalui penelitian
pustaka, observasi dan dokumentasi. Penyajian data ini diuraikan dengan metode
deskriptif berdasarkan kenyataan di lapangan.
Berbagai jenis anyaman yang terdapat pada ritual ada yang biasa kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari tapi ada juga ayaman ini hanya bisa dijumpai
di desa dan waktu tertentu (bulan maulid), anyaman ini biasa juga disebut sebagai
anyaman musiman. Anyaman ini bukan hanya pelengkap ritual tapi memiliki nilai
ekonomi yang cukup memberikan nilai tambah bagi pengrajin yang telah
dilakukan turun-temurun. Beberapa jenis anyaman yang terdapat pada ritual
maulid tersebut diantaranya adalah bakul (baku’), bakul maulid (baku’ ma’udud),
tepak (tepa’-tepa’), mesjid-mesjid (masig-masigi), keranjang (kara’-karanjeng),
dandang (pangnyongkolan), tikar (takpere’), dan penyaring minyak (tapisang
mingnya’) nyiru (pa’tapi).
1. Bentuk Anyaman Pada Ritual Maulid
a. Bakul biasa dan bakul maulid (baku-maudud)
Bentuk dari bakul adalah bundar bagian atas bundar dan segi enam
pada bagian dasar, yang menggunakan teknik anyaman rapat segi enam.
Bahan dasar dalam pembutan bakul adalah daun lontar.33
34
Bentuk bakul dalam ritual maulid sama dengan bakul biasa, dari segi
teknik dan bahannya pun sama dengan bakul biasa, yang membedakan
yaitu pada bibir bakul biasa bergerigi. Bakul maulid polos saja dan juga
pada tahap penyelesaian ujung atas dilipat turun dan diselipkan dibagian
atas bakul ditambahkan hiasan (dianyam kembali) hingga membentuk jubai
jubai (jombe-jombe) lalu dipotong sesuai dengan selera pengrajin sebagai
hiasan pada bakul maulid (baku’ maudud). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 41 Bakul biasa
Dokumentasi, Asrianti 26 Maret 2012
35
Gambar 42 Bakul maulid Dokumentasi, Asrianti 26 Maret 2012
b. Tepak (tepa’-tepa’)
Bentuk tepa’-tepa’, bentuknya sama dengan bakul maulid, hanya saja
pada tepa’-tepa’ mempunyai penutup. Tepak diartikan sebagai kotak kecil
yang bertutup di buat dari pandan berfungsi sebagai tempat sirih dan
tembakau (Badudu-zain 1994:1482). Adapun motif pada penutup tepa’-
tepa’ ini adalah motif bintang, Dikatakan motif bintang karena motif ini
menggambarkan bintang, Pada bagian pinggir atas penutup dihiasi dengan
motif anyaman silang dan pada bodi tepa’-tepa’ dikelilingi motif anyaman
serong yang berwarna. Pada tahap akhir tepa’-tepa’ diberi gantungan yang
memakai teknik anyaman pita. Tepa’-tepa’ ini ada dua macam yaitu tepa’-
tepa’ biasa dan tepa’-tepa’ bertingkat (a’tingka).
36
Gambar 43 Anyaman Tepa’-tepa’ Dokumentasi, Asrianti 26 Maret 2012
Tepa’-tepa’ bertingkat (a’tingka) ialah bentuk dasar, motif dan teknik
yang digunakan sama, hanya saja sesuai dengan namanya bertingkat di
mana pada tingkatan yang kudua itu memiliki dua fungsi yaitu sebagai dasar
sekaligus penutup, untuk lebih jelanya dapat di lihat pada gambar sebagai
berikut:
Gambar 44 Tepa’-tepa’ bertingkat (tepa’-tepa’ a’tingka) Dokumentasi, Asrianti 26 Maret 2012
37
c. Mesjid-mesjid (masig-masigi’)
Bentuk masig-masigi’ ini berbentuk persegi. Dikatakan masig-masigi’
karena menyerupai bentuk mesjid, masig-masigi’ ini menggunakan teknik
anyaman tegak dengan motif anyaman tunggal. Pada masig-masigi’ ini
sama halnya dengan tepa’-tepa’ dimana ada bodi dan penutup yang sesuai
dengan bodi, pada bagian bodi anyaman masig-masigi’ dihiasi motif
anyaman renggang segi empat berwarna yang membentuk variasi anyaman,
pada bagian penutup motif anyamannya sama, hanya pada bagian penutup
di tambahkan hiasan segi tiga yang di selip pada bagian penutup, ada tiga
macam model yaitu model masig-masigi’ biasa, masig-masigi’ bertingkat
(a’tingka) dan model masig-masigi’ kembar (a’kambara)
Gambar 45anyaman masig-masigi’
Dokumentasi, Asrianti 26 Maret 2011
Masig-masigi’ kembar ialah bentuk dasar persegi panjang, dimana
masig’-msigi’ kembar ini memiliki dua bentuk penutup yang sama menyatu.
Motif anyaman ganda tiga yang digunakan dan bagian penutup mamakai
38
motif yang sama pada masig-masigi’ biasa yaitu motif segi tiga. Untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 46 Anyaman Masig-masigi’ kembar (a’kambara’) Dokumentasi, Asrianti 26 maret 2012
Masig-masigi bertingkat (a’tingka) bentuk, motif dan teknik sama
dengan masig-masigi biasa hanya saja pada anyaman ini memilki 3 bagian
bodi dasar, bodi yang kedua sebagai dasar dan juga berfungsi sebagai
penutup, bagian yang ke tiga sebagai penutup yang bentuknya sama pada
masig-masigi biasa.
Gambar 47
Anyaman Masig-masigi’ a’tingka Dokumentasi, Asrianti 26 Maret 2011
39
d. Keranjang (kara’-karanjeng)
Bentuk dasar persegi dengan teknik anyaman renggang segi empat
memiliki kancing yang berfungsi sebagai pengait antara penutup dengan
bodi anyaman, pada sudut anyaman terdapat tali yang terbuat dari tulang
daun lontar yang dililiti dengan iratan daun lontar yang berfungsi sebagai
gantungan. Anyaman ini ada 2 macam yaitu kara’-karanjeng persegi
(sulapa’appa) dan kara’-karanjeng rumah (balla) lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 48 Kara’-karanjeng persegi (sulapak appa) Dokumentasi Asrianti, 5 Desember 2012
Kara’-karanjeng rumah (balla) bentuk dasar persegi dan berbentuk
seperti rumah dengan bentuk segi tiga dibagian atas, memakai teknik
anyaman renggang segi empat, memiliki kancing yang berfungsi sebagai
pengait antara penutup dengan bodi anyaman, pada sudut anyaman terdapat
tali yang berfungsi sebagai gantungan dilapisi dengan daun lontar yang
berwarna.
40
Gambar 49 Kara’karanjeng rumah (balla) Dokumentasi, asrianti 5 Desember 2012
e. Dandan (pangnyongkolan)
Bentuknya seperti terompet atau kerucut, memakai teknik anyaman rapat
segi enam pada bagian bibirnya bergerigi dan memiliki penutup yang
berbentuk bundar sesuai dengan bodi dandan. Bahan dasar anyaman adalah
daun lontar.
Gambar 50 Dandan (panyongkolan) Dokumentasi, Asrianti 5 Desember 2012
41
f. Tikar
Tikar persegi panjang (tappere sulapa’ la’bu) tikar berbentuk persegi
panjang, di mana memakai teknik anyaman tegak, dengan motif anyaman
tunggal berwarna. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar di bawah
ini:
Gambar 51 Tikar segi panjang (Ta’peresulapa’la’bu) Dokumentasi, asrianti 5 Desember 2012
Tikar segi delapan (tappere bundala) berbentuk segi delapan , memakai
teknik anyaman tegak, dengan motif anyaman tunggal berwarna. Untuk
lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 52 Tikar bundar atau segi delapan (Ta’pere bundala) Dokumentasi, Asrianti 5 Desember 2012
g. Penyaring minyak goreng (tapisang mingnya’)
42
Penyaring minyak bentuk dasarnya sama dengan dandang memakai
teknik anyaman tegak yang agak renggang.
Gambar 53Penyaring minyak goreng (tapisan mingnya’)
Dokumentasi, Asrianti 5 desember 2012
h. Nyiru
Bentuk nyiru adalah bundar dan memakai motif anyaman ganda dua,
dengan bahan dasar pembuatan ini adalah bambu.
Gambar 54 Nyiru
Dokumentasi, Asrianti 5 desember 2012
i. Nyiru yang pada bagian tengahnya memiliki lubang-lubang kecil (soro-soro)
43
Bentuk nyiru adalah bundar sama dengan nyiru biasa yang memakai
teknik anyaman ganda dua, hanya saja pada bagian tengah iratan nyiru di
perkecil sehingga membentuk lubang-lubang kecil.
Gambar 55 Nyiru yang pada bagian tengah mamiliki lubang-lubang kecil (soro-soro) Dokumentasi, Asrianti 5 desember 2012
1. Fungsi Anyaman Pewadahan pada Ritual Maulid
Berdasarkan hasil penelitian maka data yang terkumpul tentang fungsi
anyaman pada ritual maulid antara lain:
a. Fungsi bakul maulid (baku’ ma’udud)
Bakul berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan barang ,biasanya
digunakan untuk menyimpan hasil-hasil pertanian seperti padi,buah-buahan,
sayur-sayuran dan lain-lain, tempat bahan makanan dan sebagainya.
Sedangkan bakul maulid (baku’ maudud) sebagai tempat beras yang sudah
dikukus setengah masak (kanre maudud), ayam dan ketan (ka’do mingnya’),
pada bagian atas bakul sebagai tempat di tancapkannya telur yang telah
dihiasi bunga-bunga dan sebagai tempat menampung dan memindahkan
44
padi dan beras selama proses penumbukan padi menjadi beras. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 56 Bakul maulid
Dokumentasi, Asrianti 26 Maret 2011
Gambar 57 Bakul maulid dan bakul biasa
Dokumentasi, Asrianti 14 Januari 2013 b. Tepak (tepa’-tepa’)
45
Fungsi tepa’-tepa’ adalah sebagai wadah atau tempat kue adapun kue
yang terdapat di dalam yaitu waje’ (kue dari beras ketan yang dicampur
dengan gula merah dan kelapa), ranggina (kue dari beras ketan yang
dikeringkan terus digoreng), Dengan bentuk anyaman yang unik dan indah
anyaman ini juga sebagai penghias pada ritual tersebut.
Gambar 58 Fungsi tepak dalam ritual maulid
Dokumentasi, Asrianti 9 Maret 2013
c. Mesjid-mesjid (masig-masigi)
Fungsi masig-masigi ialah sama halnya dengan tepa’-tepa’ sebagai
wadah atau tempat kue dan juga sebagai penghias pada ritual tersebut.
46
Gambar 59 Fungsi Mesjid-mesjid pada ritual maulid
Dokumentasi, Asrianti 9 Maret 2013
d. Keranjang (kara’-karanjeng)
Fungsi kara’karanjeng ialah sebagai tempat kue sama halnya dengan
tepa’-tepa’ dan masig’-masigi’, dan sebagai hiasan pada maulid tersebut.
Gambar 60 Fungsi keranjang pada ritual maulid
Dokumentasi, Asrianti 9 Maret 2013
47
e. Dandan (pangnyongkolan)
Fungsi dandan (pangnyongkolan) adalah sebagai kukusan nasi setengah
matang (kangre maudud) pada ritual tersebut.
Gambar 61 Fungsi dandan (panyongkolan) Dokumentasi, Asrianti 5 Desember 2012
f. Tikar (tappere’)
Tikar persegi panjang (tappere’ sulapa’ la’bu) sebagai tempat untuk
mendinginkan dan mengeringkan nasi setengah matang yang telah di masak
agar nasi tersebut tetap tahan lama selama dalam bakul maulid. Sedangkan
fungsi tikar segi delapan (tappere bundala) sebagai dudukan pada bakul
maulid yang berukuran besar agar mudah di geser.
Gambar 62 Fungsi tikar pada ritual maulid
Dokumentasi, Asrianti 9 Maret 2013
48
g. Penyaring Minyak (tapisang mingnya’)
Fungsi penyaring minyak adalah menyaring minyak antara minyak
dengan ampas minyak (nyanyi),di mana minyak ini untuk menggoreng
ayam maulid.
h. Nyiru (pa’tapi)
Fungsi dari nyiru adalah membuang kotoran beras maulid (kangre’
maudud) adapun kotoran beras yaitu padi yang kulitnya belum terkelupas,
batu-batu kecil yang biasa ikut saat padi di jemur, kulit padi dan lain-lain
Gambar 63 Nyiru (pa’tapi) Dokumentasi, Asrianti 14 Januari 2013
i. Nyiru yang bagian tengahnya memiliki lubang-lubang kecil (Soro-soro)
Fungsinya adalah menyaring beras dengan gabah setelah proses
penumbukan gabah maulid.
49
Gambar 64 Nyiru yang tengahnya memiliki lubang-lubang (soro-soro)
Dokumentasi, Asrianti 14 Januari 2013
B. PEMBAHASAN
Sesuai dengan data yang ditemukan di lapangan ada beberapa jenis
anyaman pewadahan pada ritual maulid yaitu bakul maulid (baku’ ma’udud),
tepa’-tepa’, masig-masigi, kara’-karajeng, dandang (pangnyongkolan), tikar
(takpere’), penyaring minyak (tapisang mingnyak) dan nyiru. Penulis akan
membahas hasil penelitian hanya mengenai bentuk dan fungsi anyaman
pewadahan pada ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang
Kabupaten Takalar sebagai berikut:
Bakul (baku’) dan bakul maulid (baku-maudud), bentuk bakul bundar dan
pada bagian dasar berbentuk segi enam. Bakul maulid (baku’ maudud), bentuk
dasar sama dengan bakul biasa adalah hasil dari kreasi pengrajin dan pada bagian
pinggir bakul memiliki jubai-jubai (jombe-jombe) yang manjadi karakter
50
tersendiri pada bakul maulid dan juga sebagai pembeda antara bakul biasa dengan
bakul mauli. Bentuk dan ukuran bakul di sesuaikan dengan berapa besar yang
akan di tampung oleh bakul tersebut.
Sedangkan bentuk tepa’-tepa’ adalah hasil modifikasi dari bakul dimana
bentuk dasar dari tepa’-tepa’ sama dengan bentuk bakul hanya saja memiliki
penutup dengan ukuran yang lebih kecil yang membuat anyaman tersebut manjadi
lebih menarik di bandingkan bakul biasa. Pada bagian pinggir penutup memakai
motif anyaman silang yaitu motif yang di buat dengan cara kombinasi antara
jalinan sasag dengan kepang (koko k arifien 2011: 42). Motif bintang pada bagian
penutup sebagai hiasan dalam anyaman yang di ilhami dari kehidupan pengrajin
yang tuangkan dalam anyaman, pada bagian pinggir bodi anyaman di kelilingi
dengan motif anyaman serong yaitu anyamanyang lungsi dan pakannya tegak
lurus sesamanhya, tetapi keduanya terletak menyimpang 45 kekiri dan ke kanan
terhadap si penganyam(S.Wahudi, 1979:65).
Adapun bentuk tepa’-tepa’ bertingkat (a’tingka) adalah hasil kreasi dari
pengrajin itu sendiri yang telah dimodifikasi dari tepa’ tepa’ biasa .
Bentuk masig-masigi’ adalah hasil kreasi dari pengrajin yang di kaitkan
dengan maulid nabi yang identik dengan umat islam dimana mesjid sebagai
tempat peribadatan umat muslim. Bentuk dasar persegi yang menyerupai bentuk
dasar mesjid sebagai bodi anyaman dan pada bagian penutup bertingkat dari yang
ukuran besar ke kecil menjulang ke atas menyerupai bentuk atap mesjid secara
umum. Motif anyaman segi tiga dan motif anyaman tunggal yang menghiasi
penutup masig-masigi’ adalah kreasi pengrajin.
51
Adapun bentuk masig-masigi kembar ialah bentuk dasarnya persegi
panjang dimana sesuai dengan namanya masig-masigi’ ini memiliki penutup yang
terdiri dari dua penutup masig-masigi’ biasa yang di satukan, motif anyaman
ganda tiga yang digunakan dan bagian penutup mamakai motif yang sama pada
masig’-masigi’ biasa yaitu motif segi tiga sebagai penghias pada masig-masigi’
adalah hasil modifikasi dari pengrajin.
Dan bentuk masig-masigi bertingkat (a’tingka) sama halnya dengan
masig-masigi’ kembar yaitu hasil modifikasi dari masig-masigi’ biasa yang
terinspirasi dari bentuk yang ada di lingkungan sekitar.
Kara’-kara’jeng sulapa’appa’ (keranjang persegi), bentuk dasar persegi
dengan teknik anyaman renggang segi empat memiliki kancing yang berfungsi
sebagai pengait antara penutup dengan bodi anyaman. Adapun bentuk lain dari
anyaman ini yaitu kara’-karanjeng rumah (balla) berbentuk seperti rumah diaman
pada bagian dasar berbentuk segi enam dan pada bagian atas berbentuk segi tiga
adalah hasil modifikasi dari kara’-kara’jeng sulapa’appa’ yang terinspirasi dari
bentuk ysng ada di lingkungan sekitar.
Fungsi dari anyaman tepa’-tepa’, masig-masgi dan kara’-karanjeng
adalah sebagai wadah atau tempat kue adapun kue yang terdapat pada tepa’-tepa’
yaitu waje’ (kue dari beras ketan yang dicampur dengan gula merah dan kelapa),
ranggina (kue dari beras ketan yang dikeringkan terus digoreng). Dengan bentuk
anyaman yang unik dan indah anyaman ini juga sebagai penghias pada ritual
tersebut.
52
Dandang (pangnyongkolan), bentuknya seperti terompet atau kerucut
dengan teknik anyaman rapat segi enam di bentuk sesuai dengan fungsinya
sebagai wadah untuk memasak beras maulid.
Tikar persegi panjang (tappere sulapa’ la’bu) tikar berbentuk persegi
panjang, yang memakai teknik anyaman tegak, dengan motif anyaman tunggal
berwarna berfungsi sebagai wadah mendinginkan beras maulid. Sedangkan tikar
segi delapan (tappere bundala) berbentuk segi delapan tapi masyarakat
menyebutnya dengan tikar bundar, dibentuk sesuai dengan fungsinya sebagai alas
bakul maulid yang berukuran besar dan di sesuaikan dengan ukuran bakul.
Penyaring minyak (tapisang mingnya’) bentuk dasarnya sama dengan
dandang memakai teknik anyaman tegak yang agak renggang di sesuaikan dengan
fungsinya sebagai wadah penyaring minyak goreng dengan ampas minyak.
Bentuk nyiru adalah bundar memakai motif anyaman ganda dua seperti
motif anyaman terbuat dari bambu dang melengkung pada pinggir nyiru, bentuk
anyaman ini di sesuaikan dengan fungsinya untuk menampi atau membersihkan
beras. Sedangkan nyiru yang pada bagian tengahnya memiliki lubang-lubang kecil
(soro-soro) sama halnya dengan nyiru biasa hanya saja pada bagian tengah
memakai iratan yang lebih kecil yang membentuk lubang-lubang kecilb diu
sesuaikan dengan fungsinya untuk memisahkan gabah dengan beras.
Kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid di Desa Cikoang
Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar kebanyakan memakai teknik
anyaman rapat segi enam dan dari teknik inilah terlahir beberapa hasil kreasi
pengrajin. Kerajinan anyaman tersebut berfungsi sebagai pelengkap dan penghias
53
semata, tidak memiliki makna tertentu dalam ritual tersebut, dan tersedianya
bahan dari alam.
Tabel 2 Klasifikasi kerajinan anyaman pewadahan pada ritual maulid
No Nama anyaman Pola dasar Bentuk
sebenarnya Bagian Bahan
1 Bakul biasa
Bagian atas bundar dan bergerigi, bagian dasar bakul berbentuk segi enam
Utama Daun lontar
Bakul maulid
Bagian atas bundar dan bergerigi, bagian dasar bakul berbentuk segi enam dan menggunakan teknik anyaman rapat segi enam. Hanya saja pada bakul ini meliki jubai-jubai(jombe-jombe) dari atas membujur ke bawah.
utama Daun lontar
2 Tepa’-tepa’
pada bagian dasar berbentuk segi enam di kelilingi anyaman serong berwarna, pada bagian pokok berbentuk bundar pada bagian atas penutup dihiasi dengan motif bintang dan di
Dasar atau alas Penutup
Pokok
Pengikat
Daun lontar
54
kellilingi dengan anyaman peta silang dan pada tahap akhir diberi gantungan yang memekai teknik anyaman pita berwana
Tepa’-tepa’ bertingkat(a’tingka)
pada bagian dasar berbentuk segi enam di kelilingi anyaman serong berwarna, pada tingkatan kedua memiliki dua fungsi yaitu sebagai dasar dan juga sebagai penutup. pada bagian atas penutup dihiasi dengan motif bintang dan di kellilingi dengan anyaman peta silang dan pada tahap akhir diberi gantungan yang memekai teknik anyaman pita berwana
Dasar atau alas
PenutupPokok/bodi
Bagian ke dua
Pengikat
Daun lontar
3 Masig-masigi biasa
Bentuk dasar persegi penutup yang berbentuk mesjid yang bertingkat-tingkat dan diberi motif yang sama ti tambahkan dengan motif segi tiga pada bagian bodi di beri teknik anyaman
Alas
Penutup
Pokok/bodi
Daun lontar
55
kombinasi berwarna
.
Masig-masigi kembar
bentuk dasar persegi panjang pokok/bodi memakai motif anyaman ganda tiga pada bagian penutup berbentuk dua penutup masig-masigi biasa di satkan, mamiliki motif anyaman ganda tiga dan motif segi tiga. Gantungan yang terbuat dari tulang daun lontar
AlasPokokPenutup gantungan
Daun lontar
Masig-masigi bertingkat
Bentuk dasar persegi Pokok atau bodi memakai teknik anyaman tegak dengan motif anyamn renggang segi enam Pada bagian tingkatan kedua yang memiliki fungsi ganda sebagai dasar
AlasPokokTingkatan ke duapenutup
Daun lontar
56
sekaligus penutup memiliki motif yang sama. Pada bagian penutup memiliki motif yang sama dengan bodi.
4 Kara’-karanjengpersegi (sulapa’appa)
Bentuk dasar persegi dan memakai teknik anyaman renggang segi empat, penutup memiliki kancing yang berfungsi sebagai pengait antara penutup dengan bodi anyaman, pada sudut anyaman terdapat tali yang berfungsi sebagai gantungan dengan dilapisi dengan daun lontar berwarna.
DasarPenutupTali atau gantungan
Daun lontar dan tulang daun lontar
Kara’-karanjeng rumah (balla)
Bentuk dasar persegi penutup berbentuk seperti rumah dengan bentuk segi tiga dibagian atas, memakai teknik anyaman renggang segi empat, memiliki kancing yang berfungsi sebagai pengait antara penutup dengan bodi anyaman, pada sudut anyaman terdapat tali yang berfungsi sebagai gantungan
DasarPenutupTali atau gantungan
Daun lontar dan tulang daun lontar
57
dengan dilapisi dengan teknik anyaman serong.
5Dandang (pangnyongkolan)
Penutup dandan (pa’tongko pangnyokolang)
Bentuknya seperti terompet segi tiga, memakai teknik anyaman rapat segi enam pada bagian bibirnya bergerigi.
Berbentuk bundar sesuai dengan bodi,teknik yang di pakai adalah anyaman rapat segi enam.
PokokPenutup
Daun lontar
7 Tikar persegi panjang (tappere sulapa’ la’bu)
Tikar berbentuk persegi panjang yang memakai teknik anyaman tegak, dengan motif anyaman tunggal berwarna.
Utama Daun pandan
Tikar segi delapan (tappere bundala)
Tikar berbentuk segi delapan tapi masyarakat menyebutnya dengan tikar bundar, memakai teknik anyaman tegak, dengan motif anyaman tunggal berwarna.
Utama Daun pandan
8 Penyaring minyak goreng (tapisang mingnyak)
Bentuk dasarnya sama dengan dandan memakai teknik anyaman tegak yang agak renggang.
Utama Daun pandan
58
9 Nyiru (pa’tapi)
Bentuk dasar bundar memakai teknik anyaman ganda dua
utama bambu
Nyiru dengan anyaman renggang di bagian tengahnya
Bentuk dasar bundar hanya saja pada bagian tengah memakai teknik anyaman renggang, teknik yang pakai adalah teknik anyaman ganda dua
utama Bambu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Kerajinan anyaman pewadahan pada
ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar.
Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa bentuk anyaman pada ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar bervariasi yaitu ada yang bentuk
bundar (bakul dan nyiru), persegi (masig-masigi’ biasa dan bertingkat),
persegi panjang (masig-masigi’) , bertingkat (masig-masigi’ bertingkat),
kerucut (dandang dan penyaring minyak). Teknik yang digunakan yaitu
teknik anyaman pita(gantungan pada tepa’tepa’), renggang segi empat
(penyaring minyak), serong motif pada tepa’-tepa’), tegak (masig’-
masigi) dan rapat segi enam (tepa’-tepa’, dandang, bakul), renggang segi
empat (keranjang) yang di pakai dalam pembuatan anyaman. Motif
anyaman pun beragam yaitu motif bintang (penutup tepa’-tepa’), ganda
dua (nyiru), ganda tiga (masig-masigi’ kembar), tunggal (masig-masigi’)
2. Fungsi anyaman pewadahan pada ritual maulid di Desa Cikoang
Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar yaitu sebagai tempat
untuk beras maulid (kengre maudu’), ayam, kue, memasak,
membersihkan beras, menyaring minyak dan juga sebagai penghias pada
ritul maulid tersebut.
49 59
49
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas tentang kerajinan anyaman pewadahan pada
ritual maulid di Desa Cikoang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar,
maka disaranka sebagai beriku:
1. Mengharapkan para pakar ilmu dibidang seni budaya khususnya yang
ada di Sulawesi Selatan menggalakkan inventarisasi dan penulisan
terhadap seni kerajinanan anyaman yang lebih spesifik sebagai upaya
untuk melengkapi koleksi pustaka budaya.
2. Mengharapkan kepada instansi-instansi yang terkait agar dapat
memberikan pembinaan yang lebih mapan, baik berupa bantuan dana
maupun dalam hal pembinaan pengelolaan upah dan pemasaran terhadap
usaha kecil menengah khususnya di bidang kerajinan.
3. Mengharapkan kepada masyarakat setempat tentang pelestarian alam,
khususnya pohon lontar.
4. Mengharapkan kepada para perajin agar hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau acuan kreatifitas dan
produktifitas kerajinan anyaman pewadahan.
5. Mengharapkan kepada rekan-rekan mahasiswa ataupun kepada para
tenaga edukatif pada jurusan pendidikan seni rupa dan kerajinan
khususnya yang menyangkut mata kuliah seni kerajinan anyam, agar
dapat dijadikan sebagai tambahan literatur.
6. Mengharapkan kepada pemerintah setempat agar aktif untuk
mengsosialisasikan seni kerajinan ayaman pewadan pada ritual meaulid
60
50
di Sekolah-sekolah yang ada di kabupaten takalar agar mereka dapat
mengetahui dan mempelajari seni kerajinan tersebut sehingga dapat
mempertahankan budaya lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, lukman. 1994. Kamus Bahasa besar Indonesia.Edisi ke dua Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.
Ali, Mohammad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Arifien K. Koko. 2011. Peluang Bisnis Anyaman. Bandung: Yrama Widya.
Badudu, J.S/ Zain Muhammad Sutan. 1983. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka.
Endarmoko, Eko.2007.Kamus besar Bahasa Indonesia.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Irawan,Yudi. 2007. Pengolahan Pandan Menjadi Kerajinan Tangan. Bandung: CV Karsa Mandiri.
M, Yabu. 2006, Metodologi Penelitian Ilmiah, Makassar: Fakultas bahasa dan seni universitasw negeri makassar.
Moeliono,Anto, M.1988 Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Rahim, Abdul, Dkk.2000.(Tim Bina Karya Guru )Kerajinan Tangan Dan Kesenian untuk Sekolah Dasar Kls 3, Jakarta: Erlangga
Saransi, Ahmad, Dkk. 2006. Tradisis Masyarakat Sulawesi Selatan. Makassar: La Macca Press.
Surani, prahesti 2011. Makalah subyek dan obyek penelitian. http://prahesti10411084.blogspot.com/2012/01/makalah-subyek-dan-obyek-penelitian.html, di akses pada tanggal 26 januari 2013, pukul 11.28 wita.
Wahudi, S, Darmowiyono. 1979. Pengetahuan Teknologi Kerajinan Anyaman. Jakarta: Depdikbud
Waldjinah. 2007. Kerajinan dari Serat Tanaman, Klaten:Macanan Jaya Cemerlang.
Yudoseputro, Wiyoso. 1983. Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta: NV Sapdodadi