Upload
lamxuyen
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Implementasi Kebijakan Publik Tentang Bangunan Gedung Di Kota Tanjungpinang
(Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan)
Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih
Email : [email protected]
Program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Kebijakan publik mengenai bangunan gedung di Kota Tanjungpinang dalam hal ini, izin mendirikan bangunan bertujuan agar adanya ketertiban bangunan-bangunan yang dibangun oleh masyarakat dan tidak melanggar aturan yang ada, serta menimbulkan kenyamanan kepada masyarakat sekitar. Kebijakan Publik adalah Pemerintah seharusnya memperhatikan setiap kebijakan yang dibuat baik kebijakan top-down maupun bottom-up dan kegiatan pemerintah dilakukan dengan semaksimal mungkin untuk masyarakat yang dimana pemerintah sudah harus mengetahui maksud dan tujuan dari kebijakan yang dibuatnya, dan memastikan tidak merugikan masyarakat serta memanfaatkan sumber daya yang ada. Sumber daya yang ada di setiap instansi-instansi pemerintahan yang mengatasi masalah IMB ini kurang memadai atau kurang sehingga para pelayanan publik tidak ekstra dalam melayani masyarakat. Dari berbagai wawancara dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasana yang diberikan pemerintah belum cukup untuk melayani masyarakat yang akan mengurus masalah IMB di Kota Tanjungpinang. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk bangunan baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum (Wikipedia.org). Perda Nomor 7 Tahun 2010 Kota Tanjungpinang Tentang Bangunan Gedung Perda ini dibuat oleh pemerintah Kota Tanjungpinang dengan tujuan agar pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat lebih teratur.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Kenyamanan, Perizinan
1
I. PENDAHULUAN
Pembangunan didaerah Kota Tanjungpinang yang semakin maju membuat
perkembangan dalam pembangunan menjadi semakin meningkat, kawasan
perkotaan dari waktu ke waktu terus mengalami kemajuan mengingat perkotaan
merupakan tempat yang strategis bagi berbagai kegiatan khusus yang berkaitan
dengan ekonomi. Akibat yang timbul adalah semakin pesatnya laju pertumbuhan
penduduk sehingga membuat ruang untuk menampung dan menunjang segala
aktivitas penduduknya semakin tingginya kebutuhan akan ruang, pemerintah
dituntut untuk mampu mengendalikan agar tetap sesuai dan selaras dengan
rencana tata ruang yang ditetapkan Kota Tanjungpinang.
Kota Tanjungpinang yang belakangan ini telah mengalami pertumbuhan
yang sangat pesat dalam pembangunan berbagai sektor, khususnya pada sektor
pembangunan yang berkelanjutan seperti Gedung perkantoran, pertokoan dan
perumahan serta bangunan-bangunan lainnya. Hal ini membuat kota
Tanjungpinang sangat padat oleh bangunan, sehingga ada sebagian titik-titik
pembangunan yang sangat pesat pembangunanya, seperti daerah Bintan Center
yang mungkin sekarang bisa dibilang daerah pusat kota, karena banyak sekali
pembangunan yang ada disana dan ada juga pembangunan yang sedang
berlangsung dan seperti daerah D’green City Center di tempat tersebut sedang
mengalami pesatnya pembangunan dan yang kita ketahui di daerah Dompak ini
akan menjadi pusat pemerintahan provinsi, maka dari itu di tempat tersebut akan
banyak sekali pembangunan yang dibuat.
Maka pemerintah Kota Tanjungpinang mengeluarkan Peraturan Daerah
yang bertujuan untuk mengatur pembangunan yang ada di Kota Tanjungpinang,
2
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga sebagai sarana perizinan dalam rangka
mendirikan/ mengubah bangunan yang dapat digunakan sebagai standar
penyesuaian bangunan yang dapat melindungi keamanan masyarakat serta
lingkungan sekitarnya. Selain itu, IMB juga dapat digunakan sebagai jaminan
hukum yang sah kepada masyarakat terhadap kepemilikan gedung. Sehingga
pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) dalam masalah pembangunan
yaitu “Perda Kota Tanjungpinang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Bangunan
Gedung di Kota Tanjungpinang”. Perda ini dibuat oleh pemerintah Kota
Tanjungpinang dengan tujuan agar pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat
lebih teratur. Adapun isi Perda tersebut adalah sebagai berikut :
1. Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnya disebut IMB, adalah
perizinan yang diberikan Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan
gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi atau
merawat bangunan gedung sesuai persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku.
2. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah permohonan yang
dilakukan pemilik bangunan gedung kepada pemerintah kota
Tanjungpinang untuk mendapat izin mendirikan bangunan gedung.
3. Setiap perorangan/ badan yang mendirikan bangunan gedung wajib
memiliki IMB dari Pemerintah Kota, kecuali bangunan gedung fungsi
khusus.
4. IMB adalah surat bukti dari Pemerintah Kota bahwa pemilik bangunan
gedung dapat mendirikan bangunan sesuai dengan rencana teknis
bangunan gedung yang telah disetujui oleh Pemerintah Kota.
3
5. Walikota menerbitkan izin mendirikan bangunan gedung untuk kegiatan:
a. pembangunan bangunan gedung baru, dan prasarana bangunan gedung.
b. Rehabilitasi/ renovasi bangunan gedung dan prasarana bangunan
gedung, meliputi perbaikan/ perawatan, perubahan, perluasan/
pengurangan.
c. pelestarian/ pemugaran.
6. Setiap rehabilitasi sedang dan rehabilitasi berat serta renovasi bangunan
gedung, dan/atau prasarana bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada
huruf b dengan peralihan fungsi bangunan gedung wajib kembali memiliki
IMB baru.
7. IMB merupakan bagian dari persyaratan untuk mendapat pelayanan utilitas
umum.
8. Setiap bangunan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam IMB harus dibongkar atau dilakukan penyesuaian-penyesuaian
sehingga memenuhi ketentuan dalam IMB.
Banyak fenomena yang terjadi di Kota Tanjungpinang seperti banyaknya
bangunan-bangunan yang berdiri tanpa izin karena di akibatkan oleh beberapa
faktor, seperti lamanya proses pengeluaran IMB dari dinas-dinas terkait yang
dalam fenomena ini pengurusan IMB tidak di titik pusatkan di satu dinas saja,
melaikan dari beberapa dinas yang mengurus IMB ini, dan diambil dari salah satu
surat kabar dalam penjelasannya “Kepala Dinas Tata Kota dan pengawas
Bangunan (DTKPB) Kota Tanjungpinang Efiyar mengatakan, dari catatan Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) tahun 2015 saja, ada 92 berkas IMB yang
dikeluarkan setelah bangunan berdiri. Hal itu tentu menjadi ironi bagi
4
pembangunan di Kota Gurindam ini, karena pembangunan yang dilakukan tanpa
mengantongi izin terlebih dulu, dan tentu akan berdampak pada lingkungan.
"(Sebagian) Mereka sudah dapat Surat Keterangan Rencana Kota (SKRK) dari
Tata Kota. Cuma belum ada IMB, mereka udah bangun. Itu salah, seharusnya
selesaikan perizinan terlebih dulu baru mulai bangun," katanya, Kamis (7/4/2016).
"Seharusnya setelah SKRK keluar mereka teruskan ke BLH. Di BLH nanti dibuat
Surat Pernyataan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL). Baru urus
IMB. Setelah perizinan selesai barulah mulai membangun. Jangan perizinan masih
diproses pembangunan jalan," katanya. (Batam.tribunnews.com, Tanjungpinang).
Berdasarkan fenomena yang terjadi maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan penelitian yang berjudul
“Analisis Implementasi Kebijakan Publik Tentang Bangunan Gedung di Kota
Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan)”.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, dimana peneliti hanya menguraikan dan menjelaskan penelitian sesuai
dengan kondisi sebenarnya tanpa menghubungkan atau mengkaitkan terhadap
unsur-unsur yang lain dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012:14) penelitian
deskriptif: “Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Lingkungan Hidup, Kantor Satuan
5
Polisi Pamong Praja, Kecamatan, dan Kelurahan Kota Tanjungpinang. Alasan
peneliti mengambil lokasi penelitian pada Instansi tersebut karena Instansi ini
yang langsung berhubungan dengan penertipan IMB di Kota Tanjungpinang, dan
mendorong peneliti untuk lebih jauh meneliti tentang implementasi dari instansi
yang bersangkutan.
Data yang diperoleh dari responden secara langsung melalui wawancara,
data primer yang ingin diperoleh menyangkut peran instansi dalam melaksakan
penertipan IMB. Data yang diperoleh dari pihak kedua atau buku-buku dimana
data tersebut telah diolah, antara lain :
1. Struktur Organisasi dan Manajemen di Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Lingkungan
Hidup, Kecamatan, dan Kelurahan Kota Tanjungpinang.
2. Visi, Misi Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Lingkungan Hidup,
Kecamatan, dan Kelurahan Kota Tanjungpinang.
Penulis melakukan pengamatan di beberapa dinas yang terkait tentang
IMB dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Maksudnya pengamatan dengan
menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, akan tetapi kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diamati telah
dituangkan dalam kertas observasi.
Dimana penulis dalam penelitian menggunakan observasi partisipan,
maksudnya pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka
6
karena mengingat data yang diambil lebih bersifat objektif. Dengan
mempergunakan alat pengumpulan data berupa daftar ceklist.
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara sipenanya atau pewawancara dengan
sipenjawab, Nazir (1998:234). Dengan jalan melakukan tanya jawab langsung
kepada pegawai dinas yang bersangkutan dengan IMB di Kota Tanjungpinang.
Dengan mempergunakan alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara.
Maksudnya adalah alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan dalam kegiatan
interview. Dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan
disusun dalam Pedoman Wawancara, dan handphone camera yang dilengkapi
aplikasi perekam.
Bahan dokumentasi yaitu berupa dokumen pegawai pada kantor dinas
yang melaksanakan IMB di Kota Tanjungpinang.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
Komunikasi menurut Edward III (Agustino, 2012:149) adalah
“Komunikasi menurutnya sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para
pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan”.
Terdapat tiga indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel
komunikasi, yaitu: Transmisi, Kejelasan, dan Konsistensi
a. Transmisi
Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Tranmisi dapat diartikan dengan sosialisasi yang
7
dimana penyaluran komunikasi dilakukan dengan cara sosialisasi agar terciptanya
implementasi yang baik.
Dari beberapa pendapat informan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Instansi-instansi terkait dengan IMB sudah
cukup baik dan maksimal, dan sosialisasi tersebut dilakukan di media elektronik,
media massa, dan dilakukan dengan sebaik mungkin.
b. Konsistensi
Konsistensi; perintah yang diberikan dalam melaksanakan suatu
komunikasi haruslah konsisten dan jelas untuk diterapkan atau dijalankan. Para
informan mengatakan bahwa konsistensi mereka dalam memberikan informasi
mengenai hal IMB sudah baik, maupun itu melalui baliho, brosur atau
komunikasi lainnya, dan dalam hal penegakan penertiban juga Dinas Satpol PP
bekerja dengan baik dalam hal konsistensi ini.Konsistensi perintah yang
diberikan dalam melaksanakan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas
untuk diterapkan atau dijalankan.
c. Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal penting lainnya dalam mengimplementasikan
kebijakan”, agar memenuhi semua kebutuhan untuk mencapai semua keberhasilan
implementasi tentu saja dibutuhkan sumber daya baik itu tenaga dan sumber daya
lainnya. Dan didalam Sumber Daya ada beberapa Indikator diantaranya : Staf,
Informasi, Wewenang, dan fasilitas.
Adapun indikator yang ada di sumberdaya yang bertujuan untuk lebih
melihat keberhasilan sumber daya itu sendiri ialah :
8
(1) Staf
Dari kesimpulan staf bahwa sumber daya yang ada di setiap instansi-
instansi pemerintahan yang mengatasi masalah IMB ini kurang memadai atau
kurang sehingga para pelayanan publik tidak ekstra dalam melayani masyarakat.
Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua pengertian.
Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi.
Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang
dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua,
SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau
usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang
mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat (Menurut
Sumarsono, 2013)
Dari pendapat sumarsono diatas bahwa untuk menghasilakan barang dan
jasa yang berkualitas harus juga melihat sumber dayanya yang akan ditingkatkan
demi tercapainya sebuah efektif dan efesiensi sebuah keberhasilan kebijakan
publik yang diinginkan pemerintah dan yang diharapkan masyarakat dalam
mengurus ke instansi-instasi yang menjadi alur pengurusan IMB di Kota
Tanjungpinang.
(2) Fasilitas
Fasilitas adalah “fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi,
mengerti apa yang harus dilakukan dan memiliki wewenang untuk
melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan
9
prasarana) makan implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.” Dari
wawancara yang telah dilakukan Inf1 mengatakan “ya, kalau SDMnya sudah
cukup, sarana prasarana kurang, terutama untuk kelapangan, seperti mobil,
kemudian aplikasi, saya maunya kan aplikasi secara online” dan dari Inf2
menyampaikan “Masih kurang karena kami baru lebih dari dinas tata kota ke
dinas PU, jadi saat ini kita masih baru jadi sarana dan prasarananya masih
kurang, contoh di pemeriksaan teknis untuk pemakaian kerja SOTK terkadang
harus mengeluarkan dana sendiri.
Hal diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasana yang diberikan
pemerintah belum cukup untuk melayani masyarakat yang akan mengurus
masalah IMB di Kota Tanjungpinang.
(3) Diposisi
Disposisi adalah ”kecenderungan-kecenderungan atau disposisi merupakan
salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi
kebijakan yang efektif”
Pengankatan birokrat, disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan apabila personil
yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-
pejabat tinggi. Sebagian besar bagaimana sikap pelayanan publik yang diberikan
ke masyarakat untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang telat di buat.
Dapat dilihat bagaimana para pelayan publik untuk melayani masyarakat
dengan sikap yang baik, tetapi diinginkan juga melihat bagaimana sikap para
masyarakat sebagai pemohon izin mendirikan bangunan di Kota Tanjungpinang,
Selagi mereka memahami persyaratan yang mereka harus bawa untuk penerbitan
10
IMB mereka ikuti alur pengurusaanya, dan sejauh ini dilihat baik sikap
masyarakat terhadap pegawai pelayanan publik.
Instansi-instansi pemerintahan dalam hal pengurusan IMB di Kota
Tanjungpinang dengan memberikan informasi yang baik dan benar kepada
masyarakat agar terciptanya sebuah pelayanan publik yang baik pula, dan pada
sikap pegawai yang sebagai mana melayani masyarakat yang mengurus harus baik
dalam memberikan informasinya sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan
dalam pelayanan.
Menurut Edward III (Agustino, 2012:152-153) Insentif adalah “menyatakan
bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi kecenderungan para
pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya
orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif
oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan”.
Manipulasi Insentif atau menggunakan jasa pihak orang ke-3 dalam hal
pengurusan administrasi dalam hal IMB ini bukan menjadi rahasia lagi.
Variabel Disposisi ini juga menentukan keberhasilan perjalanan
implementasi yang dimana para pelayanan publik ikut andil dalam menjalankan
roda administrasi, dan para pelayanan publik harus mengerti dengan apa yang
mereka laksanakan, karena jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka
para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui untuk melaksananya,
sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias.
Dari pendapat Edward diatas bahwa dapat dilihat Disposisi keinginan semua
para pelaksana dalam menjalankan roda administasi dengan baik, dan lancar.
Untuk mencapai itu semua tentulah harus memiliki jiwa pelayanan publik yang
11
baik, dan serta para masyarakat yang melakukan pelayanan disetiap instansi
harusnya juga memiliki rasa kepedulian yang tinggi dalam mengurus, sehingga
para pelayanan administrasi dan masyarakat mencapai tujuan bersama haruslah
saling memahami dengan semua yang di pertanggung jawabkan, sehingga tidak
akan terjadinya manipulasi insentif ketika ada praktik-praktik administrasi yang
dimana ketika para masyarakat tidak mengetahui gimana cara pengurusam, tetapi
juga para masyarakat tidak juga menggunakan jasa orang lain untuk
pengurusannya.
Yang mempengaruhi keberhasilan Implementasi Kebijakan Publik adalah
Struktur Birokrasi. Walaupun sumber daya untuk melaksanakan suatu kebijakan
tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan, dan
mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan
kebijakan tersebut tidak dapat dilaksanakan atau direalisasikan karena terdapatnya
kelemahan dalam struktur birokrasi. Menurut Edward III (Agustino, 2012:153-
154) Standart Operating Prosudures (SOPs) adalah adalah suatu kegiatan rutin
yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana kebijakan/ administrator/
birokrat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari sesuai dengan
standar yang ditetapkan atau standar minimum yang dibutuhkan.
Menurut Laksmi (2008) Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang
paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Dari pendapat laksmi diatas dalam pengurusan IMB SOP yang diberikan
oleh Instansi-instansi terkait mengennai IMB dalah maksimal 14 hari kerja
12
tentunya menjadi permasalahan SOP di instansi terkait dalam hal IMB ini, tidak
begitu efektif dan tidak menghemat biaya, dikarenakan dalam pengurusan IMB ini
tidak tertitik pada satu instansi aja melainkan ada beberapa instansi yang
mengurus masalah IMB ini, dan tentunya biaya akan semakin banyak keluar
ketika masyarakat yang mengurus permohonan IMB ini akan ke instansi-instansi
yang bersangkutan dan tidk dalam 1 (satu) Instansi saja.
Berdasarkan dari tinjauan awal yang dilakukan oleh beberapa pihak dan
peneliti mengambil penelitian-penelitian terdahulu agar memperkuat penelitian
yang akan dilakukan ini, seperti penelitian dilakukan oleh Syapril, (Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2014) dengan judul
penelitian Implemetasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Tanjungpinang No 7
Tahun 2010 Tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung di Kota
Tanjungpinang. Di penelitian tersebut ini mengambil masalah banyaknya
bangunan yang tidak sebanding dengan IMB yang dimiliki oleh gedung tersebut,
dan kurangnya pengawasan oleh Dinas Tata Kota mengenai ketidaksesuaian
bentuk bangunan dengan IMB yang diperoleh masyarakat atau pengembang
pertokoan di Kota Tanjungpinang, dan Dinas Tata Kota juga tidak mempunyai
keberanian untuk melakukan eksekusi pada bangunan-bangunan yang tidak ber-
IMB. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Implementasi
Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung
dalam hal ini adalah kepemilikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) belum
terlaksana dengan baik. Serta faktor pendukung adanya ketetapan kebijakan
Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung yang
13
didalamnya telah termuat segala ketetapan yang mengatur tentang bangunan
gedung beserta sanksi pelanggarannya.
Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang
sedang berjalan adalah peneliti lebih menekan kepada Implementasi Peraturan
Daerah Kota Tanjungpinang yang dimana terfokuskan kepada alur pelayanan
pembuatan surat izin mendirikan bangunan, masih banyak masalah yang terjadi
diantara lain, masalah tentang perizinan pembangunan dan penerapan bangunan-
bangunan yang di bangun secara liar/ tidak ada izin mendirikan bangunan, dan
alur secara administratifnya dan secara teknis tentang penerapan IMB, bangunan
yang menyalahi aturan pada proses pembangunannya seperti tidak memiliki ruas
jalan yang sesuai dengan aturan yang ada, agar terhindar dari masalah-masalah
pembangunan dimana sudah ada Peraturan Daerah yang mengatur untuk
mengatasi masalah tatanan pembangunan di Kota Tanjungpinang, sehingga
sebelum bangunan yang akan dibangun itu melanggar aturan, maka pemerintah
berusaha menghindari kesalahan-kesalahan tentang masalah bangunan yang
selama ini terjadi agar terciptanya pembangunan yang baik, rapi, tentram, sesuai
dengan kegunaan bangunan tersebut.
14
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh sebuah kesimpulan untuk
menjawab rumusan masalah yang telah diajukan dalam penelitian ini adalah
Implementasi Kebijakan Publik mengenai Bangunan Gedung di Kota
Tanjungpinang dalam hal alur pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
sudah cukup baik walaupun masih ada beberapa yang menjadi hambatan untuk
melaksanakan implementasi mengenai IMB ini yaitu seperti fasilitas yang
diberikan pemerintah Kota Tanjungpinang dalam membantu Instansi-instansi
yang mengurus masalah IMB ini dinilai belum cukup memadai, dan seperti
sumber daya yang masih kurang untuk membantu memperlancar proses
pengurusan IMB yang akan diurus oleh masyarakat.
15
Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, kesimpulan juga diambil dari
beberapa tolak ukur teori yang dipakai untuk penelitian ini dengan sebagai
berikut:
1. Dari tolak ukur yang pertama yaitu komunikasi dapat disimpulkan dari
pembahasan dalam penelitian ini bahwa sebuah komunikasi yang
dilakukan oleh instansi-instansi dalam hal alur pengurusan IMB di Kota
Tanjungpinang sudah lancar dan tidak ada kendala sedikit pun, karena
pemerintah Kota Tanjungpinang sudah melakukan komunikasi baik
berupa media online maupun media cetak.
2. Dari tolak ukur yang kedua yaitu Sumberdaya dapat disimpulkan bahwa
keadaan sumberdaya yang ada di pemerintahan Kota Tanjungpinang
kurang memadai dalam hal ini seperti pegawai/ staf didalam sebuah
instansi pemeritahan yang menjalankan sebuah proses alur pengurusan
IMB ini, karena pegawai/ staf yang berada di instansi tersebut belum
cukup dan masih kurang.
3. Tolak ukur yang ketiga yaitu Disposisi, dapat disimpulkan disposisi yang
terjadi di penelitian ini ialah didalam menjalankan sebuah tanggung jawab
yang telah diberikan para pegawai di sebuah instansi pemerintah telah
menjalankan tugasnya dengan yang semestinya dan sesuai dengan
prosedur yang ada, tetapi didalam tolak ukur disposisi ini terjadi sebuah
praktek-praktek yang dimana ada beberapa pegurusan IMB dilakukan oleh
pihak ketiga tidak setiap masyarakat yang mempunyai waktu untuk
mengurus IMB itu sendiri, dan para pihak ketiga ini diberikan surat kuasa
16
untuk mengurus IMB yang tidak mempunyai waktu untuk mengurus
sendiri.
4. Struktur birokrasi merupakan tolak ukur yang keempat dalam teori yang
dipakai di penelitian ini dan kesimpulan yang dapat diambil adalah
didalam sebuah struktur organisasi ini terdapat sebuah standart kerja yaitu
Standard Operasional Prosedure (SOP) yang dinilai cukup lama oleh para
pengurus IMB di Kota Tanjungpinang dikarenakan dalam proses
pengurusan IMB dari rekomendasi IMB sampai penerbitan IMB itu adalah
14 hari kerja yang dimana itu menjadi keterhambatan masyarakat yang
mengurus karena tidak di satu titik instansi yang mengurus masalah IMB
ini tetapi ada beberapa instansi yang menjadi alur pengurusan IMB ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Abdul Wahab, Solichin. 2014. Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusun Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV Pusaka Setia
Kismartini. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Universitas Terbuka
Nugroho, Riant D, 2003. Kebijkan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Parson, Wayne, 2005. Public Policy Penghantar Teori dan Praktis Analisis Kebijakan, Kencana : PT Fajar Interpratama Mandiri
Setiawan, Guntur, 2004. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Subarsono AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
17
Wibawa, Samodra dkk., 1994, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Widodo, Joko. 2006. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik, Malang:Bayumedia Publishing
Suharto, Edi. 2012. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta
----------------. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta
--------------. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta
Winarno, Budi, 2012, Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Studi Kasus, Jogjakarta: CAPS
Dokumen
Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang No 7 tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung Kota Tanjungpinang.
Keputusan Walikota Tanjungpinang Nomor 84 Tahun 2004 Tentang Garis Sempadan Bangunan
Amirudin Rohmat pada tahun 2013. Pelaksanaan Peraturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Implikasinya Terhadap Tata Ruang di Kabupaten Batang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Heru Fatamorgana pada tahun 2014. Penelitian Analisa Pengawasan Dinas Tata Kota dan Pemakaman Kota Tanjungpinang Tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Tanjungpinang Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Mareci Susi Afrisca Sembiring pada tahun 2015. Efektivitas Advis Planning Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Pemantangsiantar. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Mukti Satrio pada tahun 2013. Penerbitan IMB yang Melanggar Tata Ruang. Universitas Brawijaya.
Syapril pada tahun 2014. Implemetasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Tanjungpinang No 7 Tahun 2010 Tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung di Kota Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Websitehttps://id.wikipedia.org/wiki/Izin_Mendirikan_Bangunan. (Rabu, 01-02-2017)
18
http://batam.tribunnews.com/2016/12/08/dinas-tata-kota-lakukan-pengawasan-untuk-atasi-pelanggaran-dokumen-imb-di-tanjungpinang (Minggu, 12-02-2017)
http://batam.tribunnews.com/2016/04/07/ternyata-masih-banyak-warga-tanjungpinang-yang-urus-imb-setelah-bangunan-selesai. (Selasa, 14-02-2017)
https://informasiana.com/pengertian-komunikasi/ (Kamis, 29-06-2017)
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-sosialisasi-menurut-para-
ahli.html (Kamis, 29-06-2017)
http://humancapitaljournal.com/pengertian-sumber-daya-manusia/ (Kamis, 29-06-
2017)
http://www.kajianpustaka.com/2016/10/pengertian-tujuan-fungsi-dan-manfaat-
sop.html (Kamis, 29-06-2017)
19