Upload
phamdat
View
547
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 5Transaksi
Antarperusahaan-Aset
Tujuan Bab
Mengidentifikasi laba antarperusahaan dalam hubungan
induk-anak.
Memahami keterkaitan laba antarperusahaan dengan
pendapatan investasi.
Membedakan dampak laba antarperusahaan downstream
dan upstream terhadap pendapatan investasi.
Menghitung pendapatan investasi pada tahun transaksi aset
antarperusahaan dan tahun setelah transaksi.
Membedakan laba antarperusahaan atas persediaan, aset
tetap yang memiliki umur yang tidak terbatas, dan aset tetap
yang disusutkan.
Menyusun kertas kerja konsolidasi bila terdapat aset
antarperusahaan.
PENDAHULUAN
Salah satu alasan entitas induk menguasai saham entitas lain adalah untuk
kepentingan bisnis, seperti mendapatkan pemasok (supplier) tetap atau
pelemparan produknya (integrasi vertical). Transaksi jual-beli antara
entitas induk-anak sering terjadi, baik atas barang dagang maupun aset
lainnya. Tidak jarang terjadi intergrasi hulu-hilir antara entitas induk-anak.
Sebagai contoh, seluruh bahan mentah entitas induk berasal dari entitas
anak tertentu, sedangkan hasil peroduksi entitas induk dilempar pada
entitas anak lainnya dalam kelompok yang memiliki lebih dari satu entitas
anak.
Bab ini akan membahas teransaksi jual-beli aset antarperusahaan
dan dampaknya terhadap pendapatan investasi serta penyusunan kertas
kerja laporan keuangan konsolidasi. Pada pembahasan selanjutnya,
penjualan yang dilakukan entitas induk kepada entitas anak disebut
downstream dan apabila entitas anak sebagai pihak penjual disebut dengan
istilah”upstream”. Aset entitas induk yang berasal dari entitas anak, dan
aset entitas anak yang berasal dari entitas induk atau dari entitas anak
lainnya dalam suatu konsolidasi disebut antarperusahaan.
LABA ANTARPERUSAHAAN
Dalam bab terdahulu telah dijelaskan bahwa laporan konsolidasi
memandang seluruh entitas dalam hubungan induk-anak sebagai
satu,sehingga setiap transaksi antarperusahaan harus dieliminasi. Jual-beli
antarperusahaan merupakan salah satu transaksi yang harus dieliminasi
dalam kertas kerja konsolidasi. Dalam sudut pandang konsolidasi, jual-beli
antarperusahaan dipandang sebagai transfer atau pindah tangan saja.
Dalam kenyataannya, secara hukum entitas induk dan anak adalah dua
entitas yang berbeda. PSAK 7 tahun 2010 mengenai pengungkapan pihak-
pihak berelasi, mensyaratkan transaksi pohak-pihak berelasi yang meliputi
entitas induk dan anak dilakukan menurut ketentuan yang setara dengan
yang berlaku dengan transaksi yang wajar. Dengan kata lain, prisip”arms
length transaction” juga harus diterapkan dalam transaksi antara entitas
induk dan anak. Dengan prisip ini apabila entitas induk menjual barang
dagang kepada entitas anak atau sebaliknya, harga jual antar entitas induk
dan anak harus sama dengan harga kepada pihak-pihak yang tidak
memiliki hubungan istimewa atau oihak eksternal. Keuntungan penjualan
induk-anak harus sama dengan keuntungan penjualan kepada pihak
eksternal. Akan tetepi, untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi
yang menganggap entitas induk dan anak satu, laba tersebut dianggap laba
atas diri sendiri sehingga harus dieliminasi.
Transfer aset mengharuskan pihak yang menerima mencatat aset
itu sebesar nilai buku yang dicatat pihak yang member. Hal ini berbeda
dengan transaksi jual-beli di mana pihak pembeli akan membukakan aset
yang diperoleh sebesar harga perolehannya, yang bagi penjualan harga
tersebut merupakan harga pokok ditambah keuntungan penjualan. Laporan
konsolidasi, yang memandang transaksi jual-beli sebagai transfer atau
pindah tangan aset, mengharuskan laba pihak penjual yang melekat dalam
aset yang terdapat dalam neraca pembelian harus dieliminasi agar transaksi
jual-beli antarperusahaan tersaji sebagai transfer aset. Laba yang berasal
dari jual-beli antarperusahaan yang melekat dalam aset pembeli
selanjutnya disebut laba antarperusahaan ini tidak diakui karena sudut
pandang konsolidasi yang dianggap induk-anak sebagai satu memandang
laba antraperusahaan sebagai laba dari diri sendiri.
Laba antarperusahaan ada sepanjang entitas induk atau anak
memiliki aset yang barasal dari transaksi jual-beli antarperusahaan .
Misalkan pada tanggal 1/7/2011 entitas induk menjual aset kepada entitas
anak dengan harga Rp10 juta di mana harga pokoknya bagi penjual adalah
Rp6 juta. Entitas anak akan mencatat nilai aset yang diperoleh sebesar
harga perolehannya, yakni Rp10 juta.
1. Apabila dalam tahun bejalan (sebelum tanggal laporan konsolidasi)
entitas anak menjual aset tersebut seluruhnya kepada pihak eksternal,
tidak ada laba antarperusahaan karena aset sudah dimiliki pihak
eksternal laba pihak penjual sebesar Rp4 juta telah terealisasi dari
pihak eksternal.
2. Apabila pihak pembeli masih memiliki aset antarperusahaan tersebut
pada tanggal laporan konsolidasi (tanggal 31 Desember), maka laba
pihak penjual sebesar Rp4 juta merupakan laba antra perusahaaan,
karena pembeli dan penjual dalam hubungan induk-anak dianggap satu
dari sudut pandang konsolidasi. Aset entitas anak yang berasal dari
entitas induk atau sebaliknya dianggap sebagai pindah tempat saja,
bukan dari pembelian. Laba pihak penjual tidak diakui dari sudut
pandang konsolidasi. Apabila pada tahun berikutnya (tahun 2012)
pihak pembeli menjual aset antarperusahaan tersebut kepada pihak
eksternal, maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta tersebut tidak lagi
dianggap laba antarperusahaan karena telah terealisasi dengan pihak
eksternal.
Transaksi jual-beli aset antarperusahaan dipandang sebagai
transaksi dengan diri sendiri dari sudut pandang konsolidasi karena entitas
induk dan anak adalah satu. Konsolidasi hanya akan menggap sebagai
transaksi riil apabila penjualan tersebut dilakukan kepada pihak eksternal
atau pihak-pihak di luar hubungan induk-anak.
Laba antarperusahaan atas aset biasanya tertanam dalam bentuk
persediaan dan aset tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan lainnya.
Persedian merupakan aset yang dibeli untuk dijual kembali. Bila pada
akhir tahun terdapat persediaan yang merupakan aset antarperusahaan,
maka dalam persediaan tersebut terdapat laba antarperusahaan yang harus
dikoreksi. Persediaan merupakan aset lancar yang dalam satu tahun sudah
terjual pada kondisi normal, sehingga laba antarperusahaan atas persediaan
akhir akan terealisasi dalam tahun berikutnya. Penjualan tahun berjalan
pertama kali bersumber dari persediaan awal, baru kemudian dari
pembelian atau produksi selama tahun berjalan. Karena itu, laba
antarperusahaan atas persediaan akhir direalisasi atas persediaan awal
tahun berikutnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa:
Bila terdapat persediaan akhir antarperusahaan, diperlukan koreksi
untuk menunda laba antarperusahaan karena laba tersebut tidak
diakui.
Bila terdapat persediaan awal, laba antarperusahaan harus
direalisasi karena dalam tahun bejalan persediaan tersebut telah
terjual sehingga perlu dilakukan koreksi. Dalam periode
sebelumnya laba tersebut telah ditunda atau ditangguhkan
(persediaan akhir).
Berbeda dengan persediaan, aset tetap pada dasarnya dibeli untuk
digunakan dalam operasi normal dan tidak dijual kembali walaupun dalam
prakteknya entitas karap menjual aset tetapnya. Menurut masa
pemakaiannya, aset tetap dibagi dua yakni aset tetap yang memiliki masa
pakai tidak terbatas (tidak memiliki umur ekonomis) dan aset yang
memiliki masa pakai terbatas (aset yang memiliki umur ekonomis).
Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur tidak
terbatas hanya akan terealisasi apabila aset tetap tersebut telah berpinda
tangan ke pihak ke-3 yang biasanya terjadi melalui proses penjualan. Laba
antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur terbatas dapat
terealisasi dengan dua cara:
1. Pindah tangan ke pihak eksternal (biasanya melalui proses penjualan).
2. Masa pemakaian atau umur ekonomis aset tetap tersebut telah habis.
Laba antarperusahaan akan terealisasi selama terdapat aset entitas
induk atau anak yang berasal dari transaksi antarperusahaan.apabila
aset tersebut sudah tidak lagidimiliki pihak pembeli, laba
antarperusahaan sudah terealisasi. Aset tetap yang sudah habis masa
pakainya secara akuntansi sudah bernilai nol sekalipun secara fisik aset
tersebut masih ada. Apabila nilai buku aset tersebut telah nol, itu
berartinya aset tersebut sudah tidak terdapat lagi dalam hubungan
induk-anak melalui proses alamiah (penyusutan), sehingga laba
antarperusahaan juga sudah terealisasi secara alamiah. Karena proses
aset tetap menjadi nol bertahap seiring dengan umur aset tetap tersebut,
laba antarperusahaan juga terealisasi secara bertahap bertahap
berdasarkan umurnya. Misalkan terjadi transaksi jual beli aset tetap
antarperusahaan dengan laba penjualan sebesar Rp50 juta. Aset tetap
tersebut berumur 10 tahun dan tidak dijual hingga habis umur
ekonomisnya. Apabila jual-beli aset tersebut dilakukan pada akhir
tahun, penundaan dan realisasi laba antarperusahaan ditunjukkan
dalam peraga 5-1
PERAGA 5-1
Laba Antar Perusahaan-Aset Tetap(Penjualan akhir tahun)
Laba Antarperusahaan Tahun Direalisasi DitundaAkhir Tahun 1Akhir Tahun 2Akhir Tahun 3Akhir Tahun 4Akhir Tahun 5Akhir Tahun 6Akhir Tahun 7Akhir Tahun 8Akhir Tahun 9
-5.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.000
50.000.00045.000.00040.000.00035.000.00030.000.00025.000.00020.000.00015.000.00010.000.000
Akhir Tahun 10Akhir Tahun 11
5.000.0005.000.000
5.000.000-
Pada tahun transaksi (Tahun 1), laba antarperusahaan belum
terealisasi seperti diperlihatkan dalam peraga 5-1 karena nilai aset belum
berkurang melalui proses penyusutan. Pada akhir tahun ke-2 hingga ke-11,
laba antarperusahaan terealisasi per tahun sebesar Rp5000000 seiring
dengan proses penyusutan. Apabila jual-beli aset dilakukan pada awal
tahun, realisasi laba antarperusahaan diperlihatkan dalam peraga 5-2
PERAGA 5-2
Laba Antar Perusahaan-Aset Tetap(Penjualan awal tahun)
Laba Antarperusahaan Tahun Direalisasi DitundaAkhir Tahun 1Akhir Tahun 2Akhir Tahun 3Akhir Tahun 4Akhir Tahun 5Akhir Tahun 6Akhir Tahun 7Akhir Tahun 8Akhir Tahun 9Akhir Tahun 10
5.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.0005.000.000
45.000.00040.000.00035.000.00030.000.00025.000.00020.000.00015.000.00010.000.0005.000.000
-
LABA ANTARPERUSAHAAN DAN PENDAPATAN INVESTASI
Laba antarperusahaan tidak diakui untuk kepentingan penyusunan laporan
konsolidasi, sehingga harus dieliminasi. Pendapatan investasi menurut
metode ekuitas berasal dari laba entitas anak. Kesalahan dalam
perhitungan laba entitas anak akan menyebabkan entitas induk melakukan
kesalahan dalam pencatatan pendapatan investasi yang melakukan koreksi.
Adanya laba antarperusahaan menyebabkan entitas induk harus melakukan
koreksi atas pendapatan investasinya. Laba antarperusahaan menyebabkan
laba tercatat berlebih sehingga pendapatan investasi juga dicatat terlalu
besar dan harus dikoreksi sebagai berikut:
Pendapatan Investasi xxx
Investasi dalam saham xxx
Koreksi pendapatan investasi secara otomatis akan mengurangi nilai
investasi dalam saham karena menurut metode ekuitas, perubahan nilai
investasi dipengaruhi oleh pendapatan investasi selain fakta-fakta lainnya
seperti deviden.
Apabila pada tahun berikutnya laba antarperusahaan terealisasi
karena pihak pembeli dalam hubungan induk-anak telah menjual aset
tersebut kepada pihak eksternal, maka laba yang telah ditunda pada tahun
lalu direalisasi. Entitas indukharus mengembalikan nilai investasi yang
telah dikurangi pada tahun lalu dengan jurnal penyesuaian (adjustment)
berikut:
Investasi dalam saham biasa xxx
Pendapatan Investasi xxx
Jurnal penyesuaian (adjustment) ini adalah kebalikan dari jurnal yang
dicatat pada tahun lalu. Jurnal ini dibuat untuk merealisasi laba
antarperusahaan yang telah ditunda sebelumnya. Dampak laba
antarperusahaan terhadap investasi dan nilai investasi secara detail
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan investasi dan nilai investasi dalam saham berkurang
- Bila terdapatpersedian akhir yang berasal dari transaksi
antarperusahaan.
- Keuntungan penjualan aset tetap antarperusahaan tahunberjalan
baik yang memiliki umur ekonomis maupun tidak memiliki umur
ekonomis.
b. Pendapatan investasi dan nilai investasi bertambah
- Bila terdapat persediaan awal antarperusahaan (penjualan tahun
berjalan berasal dari persediaan awal).
- Pada saat penjualan aset antarperusahaan yang tidak memiliki
umur ekonomis kepada pihak eksternal.
- Jika laba antarperusahaan diamortisasi untuk aset tetap
antarperusahaan yang memiliki umur ekonomis.
Perhitungan pendapatan investasi yang telah dijelaskan dalam Bab 2
akan lebih kompleks bila terdapat laba antarperusahaan, yang disajikan
sebagai berikut:
Laba yang diumumkan entitas anak xxx
Amortisasi selisih investasi dengan nilai buku xxx
- Undervalue xxx
- Overvalue xxx
- Intangible asset xxx
Laba-rugi antarperusahaan xxx
Amortisasi laba-rugi antarperusahaan xxx
Pendapatan investasi xxx
LABA ANTARPERUSAHAAN - PENJUALAN DOWNSTREAM
DAN UPSTREAM
Koreksi atas pendapatan investasi harus dilakukan karena laba
antarperusahaan jumlahnya sama dengan dampak laba antarperusahaan
terhadap pendapatan investasi. Dampak laba antarperussahaan atas
pendapatan investasi berbeda antar penjualan downstream dan penjualan
upstream.
Laba antarperusahaan atas penjualan downstream menyebabkan
entitas induk memiliki laba atas antarperusahaan milik anak. Misalkan PT
Indira memiliki 90% saham biasa PT Andika. Pada tahun 2012, PT
Andika mengumumkan laba sebesar Rp200 juta, dan terjadi
penjualanantarperusahaan-downstream yang menghasilkan laba
antarperusahaan atas aset sebesar Rp40 juta. Hingga tanggal laporn
konsolidasi, aset tersebut masih memiliki pihak pembeli (PT ANdika).
Laba entitas induk sebesar Rp40 juta dalam penjualan downstream
ini memelukan koreksi karena aset antarperusahaan masih berada di
perusahaan anak pada tanggal laporan konsolidasi. Laba antarperusahaan
ini seluruhnya dikoreksi dengan mengurangkannya dari pendapatan
investasi karena laba tersebut berasal dari entitas induk. Jadi, koreksi
pendapatan investasi dalam penjualan downstream merupakan laba
antarperusahaan. Jurnal penyesuaian (adjustment) entitas induk atas laba
antarperusahaan ini adalah sebagai berikut:
Pendapatan Investasi Rp 40.000.000
Investasi dalam saham PT Andika Rp 40.000.000
Laba antarperusahaan upstream berarti laba tersebut adalah entitas anak
atas aset entitas induk. Laba antarperusahaan dari penjualan upstream
akan mempengaruhi pendapatan investasi sebesar persentase kepemilikan
entitas induk atas saham entitas anak, sehingga pendapatan investasi harus
dikoreksi sebesar:
Laba anatrperusahaan x persentase kepemilikan entitas induk
Dalam kasus tersebut, bila laba antarperusahaan bersal dari penjualan
upstream, pendapatan investasi dikoreksi sebesar Rp36 juta (90% x Rp40
juta). Laba entitas anak (sebagai pihak penjual) mempengaruhi pendapatan
investasi 90%, sehingga koreksi laba anatrperusahaan yang berasal dari
entitas anak akan mengharuskan entitas induk mengoreksi pendapatan
investasi 90% dari laba antarperusahaan tersebut dengan jurnal sebagai
berikut:
Pendapatan Investasi Rp 36.000.000
Investasi dalam saham PT Andika Rp 36.000.000
Dampak laba antarperusahaan dalam penjualan downstream dan penjualan
upstream diperlihatkan pada peraga 5-3
PERAGA 5-3
Perbedaan Laba Antarperusahaan
Atas Penjualan Downstream dan Upstream
Downstream Upstream
Laba entitas anak
Koreksi laba antarperusahaan
Laba setelah koreksi
Pendapatan investasi (90% x 200)-40)
Pendapatan investasi (90% x 160)
Rp 200.000.000
-
Rp 200.000.000
140.000.000
Rp 200.000.000
(40.000.000)
160.000.000
Rp 144.000.000
TRANSAKSI ANTARPERUSAHAAN-ASET DAN KERTAS KERJA
KONSOLIDASI
a. Transaksi Antarperusahaan-Barang Dagang dan Aset Tetap
Kertas kerja konsolidasi harus mengeliminasi setiap transaksi
antarperuahaan dan dampaknya sehingga laporan konsolidasi
menggambarkan kesatuan entitas induk dan anak. Transaksi aset
antarperusahaan menyebabkan keterkaitan akun-akun laporan keuangan
entitas induk dan anak dalam kertas kerja konsolidasi. Ketekaitan akun-
akun antarperusahaan itu didasarkan pada jenis aset. Penjualan barang
dagang bagi pihak penjualan menimbulkan akun “penjualan”, sedangkan
bagi pihak pembeli menimbulkan akun”pembelian” jika perusahaan
menggunakan metode periodik, dan akun “persediaan” jika perusahaan
mengunakan metode perpetual. Penjualan aset tetap tidak dicatat sebagai
penjualan melainkan pengkreditan akun “aset tetap”, sedangkan pembelian
aset tetap dicatat dengan menimbulkan akun “aset tetap” sebagai pihak
pembeli. Karena perbedaan pencatatan transaksi jual-beli barang dagang
dan aset tetap, pengeliminasian akun antarperusahaan juga berbeda
bagitransaksi jual-beli antarperusahaan atas kedua aset tersebut.
b. Barang Dagang
Jual-beli barang dagang menimbulkan akun “penjualan” bagi pihak
penjual. Sementara itu, penjualan kredit akan memunculkan piutang usaha
yang dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Piutang Usaha xxx
Penjualan xxx
Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, maka arus keluar
persediaan dicatat sebagai berikut:
HPP xxx
Persediaan xxx
Sedangkan dari sisi pembeli, jual-beli barang dagang memunculkan akun
pembelia yang dicatat dengan metode periodic sebagai berikut:
Pembelian xxx
Utang Usaha xxx
Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, pencatatannya adalah
sebagai berikut:
Persediaan xxx
Utang Usaha xxx
Transaksi jual-beli antarperusahaan menyebabkan keterkaitan
akun-akun perusahaan dalam hubungan induk-anak:
1. Akun “penjualan” dan akun “pembelian (jika diterapkan metode
periodik)” atau “HPP (jika diterapkan metode perpetual)”
2. Akun “utang usaha” dan akun “piutang” atas penjualan-pembelian
yang belum dilunasi.
3. Laba antarperusahaan dan persediaan. Laba antarperusahaan atas
persediaan pada akhir tahun dieliminasi dengan mengurangi nilai
persediaan pada harga pokoknya. Laba penjualan akan mengecil jika
HPP bertambah, sehingga laba penjualan dieliminasi dengan mendebet
HPP. Jurnal eliminasinya adalah sebagai berikut:
HPP xxx
Persediaan xxx
Persediaan akhir akan menjadi persediaan awal pada tahun
berikutnya dan dijual dalam tahun berjalan. Pada saat persediaan awal
dijual, laba antarperusahaan yang telah ditunda pada tahun sebelumnya
akan direalisasi.pada tahun lalu, pendapatan investasi telah berkurang
besar dampaknya laba antarperusahaan atas persediaan akhir terhadap
pendapatan investasi (jika laba antarperusahaan merupakan penjualan
downstream, pendapatan dikoreksi 100% sedangkan bila yang terjadi
penjualan upstream, laba antarperusahaan berdampak terhadap pendapatan
investasi sebesar persentase kepemilikan entitas induk atas sahamberhak
suara entitas anak). Pendapatan investasi tahun lalu telah di closing pada
nilai investasi. Karena itu, nilai investasi akan tercatat lebih kecil sebesar
dampak laba antarperuahaan sehingga tidak mencerminkan kekayaan
perusahaan anak yang dimiliki. Dalam penyusunan kertas kerja
konsolidasi, akun “investasi dalam saham” harus didebet sebesar laba
antarperusahaan atas persediaan awal karena persediaan awal merupakan
persediaan akhir tahun sebelumnya, yang telah menyebabkan nilai
investasi tercatat terlalu kecil. Apabila persediaan awal dihasilkan dari
penjualan downstream, dibuat ayat jurnal sebagai berikut:
Investasi dalam saham xxx
HPP xxx
Sedangkan untuk penjualan upstream, ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Investasi dalam saham biasa xxx
Kepentingan nonpengendali xxx
HPP xxx
Contoh:
Entitas induk menguasai 80% saham entitas anak. Pada tahun 2011, terjadi
jual-beli barang dagang antarperusahaan sebesar Rp10 juta di mana pihak
penjual menerapkan tingkat gross profit 40% atas penjualan. Persediaan
dicatat dengan metode perpetual. Pada akhir tahun, pihak pembeli masih
memiliki 25% barang dagang tersebut. Hingga akhir tahun, jual-beli
barang dagang itu baru di bayar Rp7 juta. Pada tahun 2012, terjadi jual-
beli antarperusahaan sebesar Rp15 juta tunai dengan tingkat gross profit
yang sama dengan tahun 2011, pada akhit tahun 2012, pihak pembeli
masih memiliki persediaan akhir senilai Rp5000000.
Selama tahun 2011, pihak penjual akan menjurnal penjualan
barang dagang sebagai berikut:
Kas Rp 7.000.000
Piutang Usaha RP 3.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
Perusahaan menerapkan metode perpetual, sehingga terdapat jurnal untuk
mencatat pengurangan persediaan barang dagang sebagai berikut:
HPP Rp 6.000.000
Persediaan Rp 6.000.000
Pihak pembeli akan mencatat pembelian barang dagang sebagai berikut:
Persediaan Rp 10.000.000
Utang Usaha Rp 3.000.000
Kas Rp 7.000.000
Dalam pembuatan kertas kerja konsolidasi tahun 2011, akun
“penjualan” dan akun “HPP”, serta akun “piutang usaha” dan akun “utang
usaha” adalah akun-akun antarperusahaan yang harus dieliminasi sebagai
berikut:
1 Penjualan Rp 10.000.000
HPP Rp 10.000.000
2 Utang Usaha Rp 3.000.000
Piutang Usaha Rp 3.000.000
Karena pihak pembeli masih memiliki 25% dari barang dagang
yang dibeli (Rp2500000), maka terdapat laba antarperusahaan sebesar
40% x2500000 = Rp 1000000. Laba antarperusahaan ini harus dieliminasi
dalam kertas kerja dengan jurnal sebagai berikut:
HPP Rp 1.000.000
Persediaan Rp 1.000.000
Pada tahun 2012, persediaan akhir menjadi persediaan awal pihak pembeli
sehingga penyusutan kertas kerja konsolidasi tahun 2012 mengeliminasi
akun-akun antarperusahaan sebagai berikut:
1. Jual-beli antarperusahaan
Penjualan Rp 15.000.000
HPP Rp 15.000.000
Jual-beli antarperuahaan dilakukan per kas sehingga tidak terdapat
utang-piutang antarperusahaan.
2. Realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal
Laba antarperusahaan dalam persediaan akhir tahun 2011 telah
mengurangi nilai investasi entitas induk pada akhir tahun 2011. Pada
pembukuan tahun 2012, persediaan tersebut menjadi persediaan awal
sehingga laba antarperusahaan yang telah ditunda tahun lalu harus
direalisasi pada tahun 2012. Realisasi laba antarperusahaan berbeda
antara penjualan downstream dan upstream
Penjualan downstream
Investasi dalam saham biasa Rp 1.000.000
Pendapatan investasi Rp 1.000.000
Penjualan upstream. Misalkan perusahaan anak diakuasai 80%
Investasi dalam saham biasa (80% x 1 juta) Rp 800.000
Kepentingan nonpengendalian (20% x 1 juta) Rp 200.000
HPP Rp 1.000.000
3. Laba antarperusahaan dalam persediaan akhir
Persediaan akhir milik pihak pembeli sebesar Rp5 juta mengandung
laba pihak penjual sebesar 40% x Rp 5000000 = Rp2000000, sehingga
laba antarperusahaan ini harus dieliminasi dengan jurnal sebagai
berikut:
HPP Rp 2.000.000
Persediaan Rp 2.000.000
c. Aset Tetap
Pihak yang melakukan penjualan aset akan mengkredit “aset” dan
“keuntungan” serta mendebet “kas” atau “piutang” dan “rugi
penjualan” pada saat transaksi penjualan terjadi. Pihak pembeli akan
mendebet “aset” dalam pembukuannya dn mengkredit “kas” atau
“utang”.
Transaksi jual-beli aset antarperusahaan menyebabkan aset tetap
hasil penjualan menjadi akun hubungan induk-anak. Kentungan
penjualan aset tetap dieliminasi dari laporan laba-rugi pihak penjual
dengan mengurangi nilai aset tetap pada harga pokoknya.
Aset Tetap yang tidak Disusutkan
Misalkan terjadi penjualan downstream tanah antara PT Indah dengan
PT Andi, yaitu perusahaan anak yang dikuasai 80%, pada tanggal 1
Maret 2012 dengan harga penjualan Rp 500 juta di mana harga
pokoknya bagi PT Andi adalah Rp 400 juta. Pencatatan PT Indah pada
tanggal 1Maret 2012 adalah sebagai berikut:
Kas Rp 500.000.000
Tanah Rp 400.000.000
Keuntungan Rp 100.000.000
PT Andi akan melakukan pencatatan pada tanggal 1 Maret 2012
sebagai berikut:
Tanah Rp 500.000.000
Kas Rp 500.000.000
Laporan keuangan individu PT Andi yang berakhir 31 Desember 2012
mencatat tanah senilai Rp500 juta, sedangkan dalam laporan keuangan
PT Indah terdapat keuntungan sebesar Rp100 juta. Kertas kerja
konsolidasi harus mengeliminasi keuntungan sebesar Rp100 juta
tersebut dengan mengurangi nilai tanah menjadi sebesar harga
pokoknya bagi pihak penjual, yaitu dengan jurnal eliminasi sebagai
berikut:
Keuntungan Rp 100.000.000
Tanah Rp 100.000.000
Salah satu perbedaan antara aset tetap dan persediaan adalah bahwa
persediaan dibeli untuk dijual kembali, sedangkan aset tetap
dimasudkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Aset
tetap yang dibeli akan tetap ada dalam neraca pihak pembeli hingga
aset tersebut hasil masa manfaatnya atau dijual atau dijual atau
disumbangkan. Tanah senilai Rp500 juta tersebut pada tahun-tahun
setelah transaksi jual-beli akan tetap menjadi akun hubungan induk-
anak selama masih berada dalam perusahaan induk, sehingga
keuntungan sebesar Rp100 juta tetap harus dieliminasi dengan
mengurangikan nilai aset tetap itu.
Kertas kerja konsolidasi tahun 2013 harus mengeliminasi tanah
senilai Rp100 juta untuk mengembalikannya ke harga pokoknya. Akun
“keuntungan penjualan tanah” sebesar Rp100 juta untuk tahun 2012
telah di closing ke akun riil, yakni kekayaan pemegang saham atau
ekuitas berdasarkan sikelus akuntansi. Pendapatan investasi PT Indah
tahun 2012 telah dikurangi dengan laba antarperusahaan dari penjualan
tanah sebesar Rp100 juta. Pengurangan pendapatan investasi ini
menyebabkan saldo investasi yang dicatat PT Indah lebih kecil Rp100
juta disbanding kekayaan entitas anak yang dimiliki, sehingga kertas
kerja konsolidasi per 31 Desember 2013 harus mendebet akun
“investasi dalam saham” induk untuk mengeliminasi tanah PT Andi.
Jurnal adalah sebagai berikut:
Investasi dalam saham Rp 100.000.000
Tanah Rp 100.000.000
Jurnal eliminasi ini harus tetap dilakukan dalam kertas kerja
laporan konsolidasi tahun-tahun berikutnya selama tanah tersebut
masih berada pada PT Andi atau belum berpindah tangan.
Jika dalam kasus ini yang terjadi adalah penjualan upstream,
laporan keuangan entitas induk akan menyajikan aset senilai Rp500
juta dan laporan laba-rugi entitas anak menyajikan keuangan penjualan
tanah sebesar Rp100 juta. Dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi
tahun 2012, dilakukan eliminsi atas keuntungan antarperusahaan
tersebut dengan jurnal sebagai berikut:
Keuntungan penjualan tanah Rp 100.000.000
Tanah Rp 100.000.000
Laba antarperusahaan atas penjualan upstream ini berasal dari
entitas anak karena merupakan pihak penjual. Koreksi laba entitas
anak akibat laba antarperusahaan mengharuskan entitas induk
menyesuaikan dengan pendapatan investasi,yakni sebesar dampak laba
antarperusahaanitu terhadap pendapatan investasi. Dampak laba entitas
anak terhadap pendapatan investasi sebesar persentase kepemilikan
entitas induk atas saham entitas anak.
Koreksi laba entitas anak sebesar Rp100 juta atas penjualan
upstream tahun 2012 menghapuskan entitas induk mengkoreksi
pendapatan investasinya sebesar Rp80 juta (Rp100 juta x 80%)
kepemilikan PT Indah atas PT Andi. Pengurangan pendapatan sebesar
Rp80 juta ini menyebabkan nilai investasi PT Indah atas saham PT
Andi berselisi dengan 80% kekayaan PT Andi yang dimiliki,karena
laporan keuangan individu PT Andi mengkui keuntungan tersebut dan
meng-closing-nya ke laba ditanah per 31 Desember 2012. Dalam
penyusunan laporan konsolidasi per 31 Desember 2013, kertas kerja
konsolidasi harus mengkoreksi dampak laba antarperusahaan terhadap
nilai investasi PT Indah sebesar Rp80 juta dan Rp20 juta sebagai saldo
kepentingan Nonpengendali dengan jurnal sebagai berikut:
Investasi dalam saham PT andi Rp 80.000.000
Kepentingan nonpengendali Rp 20.000.000
Tanah Rp 100.000.000
Pada tahun-tahun berikut, jurnal eliminasi ini tetap dibuat dalam kertas
kerja konsolidasi selama entitas induk masih memiliki tanah yang
berasal dari entitas anak tersebut.
Aset Tetap yang Memiliki umur Ekonomis
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa transaksi aset tetap
antarperusahaan mempengaruhi penyusunan laporan konsolidasi
tahun-tahun setelah kepemilikan, sepanjang aset tetap tersebut masih
terdapat di neraca pihak pembeli. Kertas kerja konsolidasi harus tetap
mengeliminasi laba antarperusahaan sampai aset tersebut tidak terdapat
lagi pada neraca pihak pembeli. Dalam kasus sebelumnya, jika pihak
pembeli menjual tanah itu kepada perusahaan di luar hubungan induk-
anak, laba antarperusahaan telah terealisasi. Sapanjang terhadap aset
tetap entitas induk yang berasal dari entitas anak atau sebaliknya,
selama itu pula laba antarperusahaan harus dieliminasi dalam kertas
kerja konsolidasi.
Aset yang memiliki umur ekonomis akan mengalami penyusutan,
sehingga dalam jangka waktu tertentu nilai bukunya akan menjadi nol
atau terhapus dari neraca sekalipun aset tersebut tidak dijual. Jadi,
transaksi aset antarperusahaan yang memiliki umur ekonomis hanya
akan menpengaruhi kertas kerja konsolidasi maksimum selama umur
ekonomis aset tersebut, jika tidak dijual kepada pihak eksternal
sebelum umur ekonomisnya habis.
Misalkan pada tanggal 1 Juli 2013 terjadi teransaksi penjualan
downstream atas peralatan seharga Rp600 juta antara PT Impal dan PT
Abia, yaitu perusahaan anak yang sahamnya dikuasai 90% oleh PT
Impal, di mana harga pokoknya bagi pihak penjual adalah Rp450 juta.
Aset tetap tersebut masih memiliki umur ekonomis 6 tahun, dan
disusutkan dengan metode garis lurus. Dalam penyusunan kertas kerja
konsolidasi per 31 Desember 2013, eliminasi dilakukan sebagai
berikut:
Keuntungan Rp 150.000.000
Peralatan Rp 150.000.000
Keuntungan penjualan sebesar Rp150 juta yang melekat dalam
peralatan dalam neraca pihak pembeli menyebabkan penyusutan per
tahun tercatat terlalu besar Rp150 juta/6 tahun = Rp25 juta atas
transaksi aset antarperusahaan tersebut. Karena konsolidasi
memandang transaksi aset antarperusahaan sebagai transfer aset, maka
harus dilakukan koreksi penyusutan sebesar Rp25 juta per tahun. Jadi,
kertas kerja konsolidasi harus mengurangi akumulasi penyusutan Rp25
juta per tahun. Untuk tahun 2013, koreksi akumulasi penyusutan
adalah Rp12,5 juta untuk setengah tahun karena treansaksi jual-beli
dilakukan pada pertengahan tahun dengan jurnal:
Akumulasi penyusutan Rp 12.500.000
Beban penyusutan Rp 12.500.000
Dalam penyusunan kertas kerja per 31 Desember 2014, beban
penyusutan harus dikoreksi satu tahun penuh sebesar Rp25 juta dengan
jurnal:
Akumulasi penyusutan Rp 25.000.000
Beban penyusutan Rp 25.000.000
Selain koreksi beban penyusutan, kertas kerja tahun 2014 juga
harus mengkoreksi laba antarperusahaan yang terdapat dalam
peralatan. Laba antarperusahaan telah teramortisasi sebesar Rp12,5
juta pada tahun lalu, sehingga laba antarperusahaan kini bersaldo
Rp137,5 juta. Laba antarperusahaan yang ditunda ini menyebabkan
catatan investasi entitas induk laba kecil, sehingga harus dikoreksi
pada nilai peralatan dengan jurnal:
Investasi dalam saham Rp. 137.500.000Akumulasi penyusutan Rp. 12.500.000
Peralatan Rp. 150.000.000
PERAGA 5-4
TahunNilai Awal
tahun
Amortisasi
Sepanjang tahun
Akumulasi
Amortisasi
1 juli 2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
150.000.000
137.500.000
112.500.000
87.500.000
62.500.000
37.500.000
12.500.000
12.500.000
25.000.000
25.000.000
25.000.000
25.000.000
25.000.000
12. 500.000
12.500.000
37.500.000
62.500.000
87.500.000
112.500.000
137.500.000
150.000.000
Pada tahun-tahun berikutnya, laba antarperusahaan akan terus diamortisasi
hingga menjadi nol ketika umur ekonomisnya habis yang diperlihatkan
pada peraga 5-4. Jurnal eliminasi pada kertas kerja per 31 Desember 2016
berdasarkan tabel 5-4 adalah :
Akumulasi Penyusutan Rp.25.000.000Beban Penyusutan Rp.25.000.00
Investasi dalam saham Rp.87.500.000Akumulasi penyusutan Rp.62.500.000
Peralatan Rp.150.000.000
Apabila transaksi asset tetap antara PT Impal dan PT Abia merupakan
penjualan upstream dalam kertas kerja tahun 2013 atau tahun transaksi,
keuntungan antarperusahaan dieliminasi sebagai penangguhan dengan
jurnal sebagai berikut :
Keuntungan penjualan peralatan Rp.150.000.000Peralatan Rp.150.000.000
Beban penyusutan juga dikoreksi untuk setengah tahun, yang dijurnal
sebagai berikut :
Akumulasi penyusutan Rp.12.500.000Beban penyusutan Rp.12.500.000
Laba antarperusahaan atas penjualan peralatan terelisasi selama periode 6
tahun. Pada tahun 2013, laba antarperusahaan telah terealisasi ½ tahun
atau Rp.12,5 juta sehingga laba antarperusahaan menjadi Rp.137,5 juta
(Rp150 juta – Rp.12,5 juta). Koreksi laba antarperusahaan atas penjualan
upstream ini mempengaruhi pendapatan investasi entitas induk sebesar
90%-nya atau Rp.123.750.000, sehingga pendapatan investasi harus
dikurangi sebesar jumlah tersebut. Koreksi pendapatan investasi akan
menurunkan nilai investasi pada akhir tahun 2013, yang membuat nilai
investasi dalam catatan entitas induk lebih kecil Rp.123.750.000 dari 90%
kekayaan entitas anak yang dimiliki. Pada kertas kerja konsolidasi tahun
2014, laba antarperusahaan atas peralatan dieliminasi dengan mendebet
investasi dalam saham. Jurnalnya adalah :
Akumulasi penyusutan Rp. 12.500.000Investasi dalam saham Rp.123.750.000 Kepentingan nonpengendali Rp. 13.750.000
Peralatan RP. 150.000.000
Selain itu, koreksi atas beban penyusutan tahun berjalan juga harus
dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :
Akumulasi penyusutan Rp. 25.000.000Beban penyusutan Rp. 25.000.000
Pada tahun-tahun berikutnya, laba antarperusahaan yang muncul dalam
kertas kerja konsolidasi akan semakin kecil hingga menjadi nol pada akhir
pengunaan peralatan.
CONTOH MENYELURUH
Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai dampak transaksi
antarperusahaan, berikut ini disajikan contoh aplikasi transaksi
antarperusahaan dalam penjualan downstream dan Upstream atas barang
dagang serta asset tetap. Sebagai contoh, PT Lucia mengakuisisi 90%
saham PT Angelica pada tanggal 31 Desember 2012. Kekayaan PT
Angelica pada tanggal tersebut adalah :
Modal Saham Rp. 400.000.000.000
Agio Saham Rp. 100.000.000.000
Laba ditahan Rp. 80.000.000.000
Total kekayaan pemegang saham Rp. 580.000.000.000
Akuisisi dilakukan dengan total harga perolehan Rp.531 miliar atas 90%
dari harga yang wajar. Selisih harga perolehan dan nilai buku disebabkan
oleh goodwill. Penurunan nilai (impairment) goodwill terjadi 20% pada
tahun 20014.
Laporan keuangan PT Lucia dan perusahaan anaknya, PT Angelica, yang
dimiliki 90% pada akhir tahun 2014 disajikan dalam peraga 5-5.
Hubungan induk dan anak antara PT Lucia dan PT Angelica terjadi sejak
tanggal 31 Desember 2012. Harga akuisisi yang wajar atas kekayaan PT
Angelica adalah Rp 531 miliar/ 90% yakni Rp 590 miliar. Harga akuisisi
tersebut menimbulkan goodwill sebesar Rp 10 miliar yang dialokasikan
ke entitas induk 90% atas Rp 9 miliar. Nilai buku yang diperoleh pada
tanggal akuisisi sebesar persentase kepemilikan, yakni 90% x Rp 580
miliar = Rp 522 miliar. Penurunan nilai goodwill baru terjadi pada tahun
2014 sebesar 20% atau Rp 2 miliar yang dialokasikan ke entitas induk Rp.
1,8 milar.
PERAGA 5-5
Laporan Keuangan
PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/ 12/ 2014 (Rp 000)
Laporan Laba-Rugi PT Lucia PT AngelicaPenjualan 1.400.000.000 500.000.000Keuntungan penjualan tanah - 5.000.000Pendapatan dari PT Angelica ?HPP (350.000.000) (300.000.000)Beban penyusutan (750.000.000) (40.000.000)Beban operasi lainnya (69.400.000) (65.000.000)Laba bersih ? 100.000.000Laba ditahan 1 januari 2014 150.000.000 100.000.000Dividen (160.000.000) (80.000.000)Laba ditahan 31/12/2014 ? 120.000.000 Kas 69.900.000 80.000.000Piutang 140.000.000 70.000.000Persediaan 90.000.000 50.000.000Tanah dan bangunan 370.000.000 450.000.000Peralatan 170.000.000 140.000.000Akumulasi penyusutan (40.000.000) (50.000.000)
Investasi saham PT Angelica ? - Total aktiva ? 740.000.000
Utang usaha 250.000.000 120.000.000Modal saham 800.000.000 400.000.000Agio saham 100.000.000Laba ditahan ? 120.000.000 Total Pasiva/ kewajiban ? 740.000.000
Keterangan:
1. Penjualan antarperusahaan selama tahun 2014 adalah Rp 400 miliar,
dimana hingga tanggal 31 Desember 2014 penjualan masih terutang
Rp 100 miliar. Tingkat gross profit PT Lucia tahun 2013 dan 2014 adalah
40% dari harga jual.
2. Persediaan PT Angelica pada 31 Desember 2013 dan 2014 yang berasal
dari PT Lucia masing-masing sebesar Rp 25 miliar dan Rp 40 miliar.
3. PT Angelica menjual peralatan yang sisa umurnya 8 tahun pada tanggal
januari 2013, dengan keuntungan sebesar Rp 8 miliar. Peralatan tersebut
masih digunakan oleh PT Lucia.
4. PT Angelica menjual tanah kepada PT Lucia pada tanggal 1 juli 2014
dengan keuntungan penjualan tanah Rp 5 miliar.
Pendapatan Investasi Periode 2014
Pendapatan investasi PT Lucia tahun 2014 dipengaruhi oleh goodwill yang
diimpair Rp 2 miliar, serta laba antarperusahaan dalam persediaan awal dan
akhir atas penjualan downstream, keuntungan penjualan upstream, dan
realisasi laba antar perusahaan atas peralatan yang transaksinya terjadi pada
tahun lalu. Berikut disajikan perhitungan pendapatan investasi tahun 2014 :
Laba entitas anak (90% x Rp 100miliar) Rp. 90.000.000.000
Penurunan nilai goodwill (90% x Rp 2 miliar) (Rp. 1.800.000.000)
Laba antarperusahaan dalam persediaan
- Persediaan awal (40% x Rp 25 miliar) Rp. 10.000.000.000
- Persediaan akhir (40% x Rp 40 miliar) (Rp.16.000.000.000)
Laba antarperusahaan- tanah 90% x Rp5miliar Rp 4.500.000.000
Laba antarperusahaan-persediaan 90%x (8M/8th) Rp. 900.000.000
Pendapatan Investasi tahun 2014 Rp. 78.600.000.000
Dalam Bab 2 telah dijelaskan bahwa nilai investasi merupakan cerminan
dari nilai buku kekayaan investee atas entitas anak yang dimiliki. Apabila
pada saat akuisisi terdapat selisih investasi, nilai investasi setelah akuisisi
merupakan penjumlahan nilai buku kekayaan entitas anak yang dimiliki
dan selisih investasi yang belum diamortisasi pada tanggal dimaksud.
Apabila terdapat laba antarperusahaan yang ditangguhkan, nilai investasi
lebih kecil sebesar laba yang ditangguhkan tersebut. Nilai investasi dapat
dihitung sebagai berikut:
Nilai buku kekayaan entitas anak yang dimilki xxx
Selisih Investasi yang belum diamortisasi xxx
Laba antarperusahaan yang ditangguhkan (xxx)
Nilai Investasi xxx
Dalam penyusunan kerts kerja laporan konsolidasi per 31 desember 2014,
selisih investasi yang merupakan goodwill sudah diimpair Rp 2miliar atau
Rp. 1,8 miliar dialokasikan untuk entitas induk, sehingga saldo goodwill
per 31/12/2014 menjadi Rp 8 miliar, atau Rp 7,2 miliar goodwill goodwill
milik entitas induk. Laba antarperusahaan yang ditangguhkan terdapat
dalam persediaan akhir, tanah, dan peralatan, tetapi laba antarperusahaan
dalam peralatan telah teramortisasi 2 tahun sehingga nilainya berkurang
karena telah terealisasi. Nilai investasi PT Lucia dalam saham PT Angelica
per 31/12/2014 adalah sebagai berikut (dalam jutaan):
Nilai buku kekayaan anak yg diimiliki (90%xRp620.000) Rp 558.000
Saldo goodwill (Rp 9 miliar – Rp 1,8m miliar) Rp 7.200
Laba antarperusahaan
- Persediaan akhir (Rp 16.000)
- Tanah (Rp 4.500)
- Peralatan (Rp 8 miliar –(2thn x Rp1000)) (Rp 5.400)
Nilai investasi 31 Desember 2014 Rp. 539.300
Perhitungan nilai investasi tersebut juga dapat dilakukan dengan mengikuti
alur investasi seperti disajikan pada peraga 5-6 (dalam jutaan rupiah).
PERAGA 5-6
Investasi 31 Desember 2018 Rp 531.000
Kenaikan kekayaan anak per31/12/2013 (90%x(100-80) 18.000
Laba antarperusahaan – persediaan akhir (10.000)
Laba antarperusahaan – peralatan (90% x 8000) (7.200)
Realisasi laba antarperusahaan – peralatan (90% x Rp1000) 900
Nilai investasi 1/1/2014 Rp 532.700
Laba tahun 2014 (90% x Rp 100.000) 90.000
Penurunan nilai goodwill (1.800)
Laba antarperusahaan – persediaan awal 10.000
Laba antarperusahaan – persediaan akhir (16.000)
Realisasi laba antarperusahaan – peralatan (90% x Rp1000) 900
Laba antarperusahaan – tanah (90% x Rp 5.000) (4.500)
Dividen tahun 2014 (90% x Rp 80.000) (72.000)
Nilai investasi 31/12/2014 Rp 539.300
Penyusunan Kertas Kerja Konsolidasi
Kertas kerja laporan konsolidasi PT Lucia dan PT Angelica tahun 2014
disajikan dalam peraga 5-7. Jurnal eliminasi dibuat sebagai berikut :
1) Eliminasi atas pendapatan investasi (induk) dan laba yang dibagi anak
Pendapatan investasi Rp 78.600.000.000
Dividen Rp.72.000.000.000
Investasi dalam saham Rp 6.600.000.000
2) Alokasi laba kepentingan nonpengendali. Laba kepentingan
nonpengendali
Di pengaruhi oleh keuntungan penjualan upstream tanah sebesar
Rp 5miliar yang harus ditangguhkan, dan realisasi laba antarperusahaan
Rp 1miliar dari penjualan upstream tahun lalu. Laba kepentingan
nonpengendali adalah :
Laba entitas anak (10% x Rp100 miliar) Rp 10.000.000.000
Penurunan nilai goodwill (10% x Rp 2 miliar (Rp 200.000.000)
Laba antarperusahaan–tanah 10% x Rp miliar ( Rp 500.000.000)
Laba antarperusahaan-peralatan 10%x(Rp8M/8th) Rp 100.000.000
Pendapatan investasi tahun 2014 Rp 9.400.000.000
Jurnal alokasi laba kepentingan nonpengendali adalah sebagai berikut:
Laba kepentingan nonpengendali Rp.9.400.000.000
Dividen Rp.8.000.000.000
Kepentingan nonpengendali Rp.1.400.000.000
3) Eliminasi saldo awal. Nilai investasi per 1/1/2014 seperti disajikan dalam
Peraga 5-6 adalah Rp. 532.700.000.000, tetapi nilai ini disesuaikan dengan
dampak realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal sebesar Rp
10 miliar padsa jurnal eliminasi No.7 dan laba antarperusahan dalam
peralatan sebesar rp 6,3 miliar pada jurnal eliminasai No.10, yang
meningkatkan saldo investasi sehingga nilai investasi yang harus
dieliminasi berjumlah Rp.549 miliar.
Modal saham Rp.400.000.000.000
Agio saham Rp.100.000.000.000
Laba ditahan Rp.100.000.000.000
Goodwill Rp 10.000.000.000
Investasi dalam saham biasa Rp.549.000.000.000
Kepentingan nonpengendali 10% (610juta) Rp. 61.000.000.000
4) Penurunan nilai goodwill pada tahun 2014 sebesar Rp 2 miliar
Beban operasi Rp.2.000.000.000
Goodwill Rp.2.000.000.000
5) Penjualan antarperusahaan sebesar Rp 400 miliar
Penjualan Rp. 400.000.000.000
HPP Rp. 400.000.000.000
6) Utang – piutang usaha antarperusahaan sebesar Rp 100 miliar.
Utang usaha Rp.100.000.000.000
Piutang usaha Rp. 100.000.000.000
7) Realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal sebesar Rp 10
miliar (40% x Rp 25 miliar).
Investasi dalam saham Rp. 10.000.000.000
HPP Rp.10.000.000.000
8) Pengeliminasian laba antarperusahaan dalam persediaan akhir sebesar
Rp 16 miliar (40% x Rp 40 miliar).
HPP Rp.16.000.000.000
Persediaan Rp. 16.000.000.000
9) Laba antarperusahaan dalam tanah atas penjualan upstream tahun berjalan
sebesar Rp 5 miliar
Keuntungan penjualan tanah Rp. 5.000.000.000
Tanah Rp. 5.000.000.000
PERAGA 5-7
Kertas Kerja Konsolidasi
PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/12/2014 (dalam ribuan)
Laporan L/R PT LuciaPT
AngelicaEliminasi Konsolidasi
PenjualanKeuntungan penjualan tanahPendapatan dr PT AngelicaHPP
Beban penyusutanBaban operasi lainnyaLaba kep.nonpengendaliLaba bersihLaba ditahan 1/1/2014DividenLaba ditahan 31/12/2014KasPiutangPersediaanTanah dan bangunanPeralatan
1.400.000
78.600(350.000)
(760.000)(68.400)
300.200150.000
(160.000)290.20070.900
140.00090.000
370.000170.000
500.0005.000
(300.000)
(40.000)(65.000)
100.000100.000(80.000)120.00080.00070.00050.000
450.000140.000
400.0005.000
78.60016.000
2.0009.400
100.000
400.00010.0001.000
80.000
100.00016.0005.0008.000
1.500.000
(256.000)
(799.000)(135.400)
(9.400)300.200150.000
(160.000)290.200149.900110.000124.000815.000302.000
Akumulasi penyusutanInvestasi saham PTAngelica
Goodwill Total aktiva
Utang usahaModal sahamAgio sahamLaba ditahanKepentingan nonpengendaliTotal pasiva
(40.000)539.300
1.340.200
250.000800.000
290.200
1.340.200
(50.000)-
740.000
120.000400.000100.000120.000
740.000
2.00010.0006.300
10.000
100.000400.000100.000
700
1.240.000
6.600549.000
2.000
1.40061.000
1.240.000
(88.000)
8.0001.420.900
270.000800.000
290.200
60.7001.420.900
10) Pengambilan nilai investasi akibat laba antarperusahaan sebesar Rp. 6,3
miliar dan kepentingan nonpengendali Rp. 700 juta akibat laba
antarperusahan tahun lalu atas peralatan sebesar Rp 8 miliar yang telah
direalisasi Rp 1 mliar.
Akumulasi penyusutan Rp. 1.000.000.000
Investasi dalam saham Rp. 6.300.000.000
Kepentingan nonpengendali Rp. 700.000.000
Peralatan Rp.8.000.000.000
11) Amortisasi laba antarperusahaan dalam peralatan sebesar Rp 8 M / 8thn.
Akumulasi penyusutan Rp. 1.000.000.000
Beban penyusutan Rp. 1.000.000.000
Pertanyaan1) Apa yang dimaksud dengan laba antarperusahaan, dan mengapa dieliminasai
dalam kertas kerja konsolidasi?
2) Jelaskan perbedaan dampak laba antarperusahaan dari penjualan downstream
dan upstream terhadap pendapatan investasi!
3) Uraikan komponen-komponen pendapatan investasi apabila ada amortisasi
selisih investasi karena undervalue, overvalue, goodwill, laba
antarperusahaan dalam persediaan, asset tetap yang tidak disusutkan, dan
asset tetap yang disusutkan!
4) Jelaskan perbedaan laba antarperusahaan dalam persediaan dan asset tetap
berdasarkan waktu realisasinya!
5) Mengapa laba antarperusahaan menyebabkan nilai investasi berselisih dengan
kekayaan entitas anak yang dimiliki?
Pilihan Berganda
1. Pada tanggal 1 Ju\li 2014, perusahaan induk menjual mesin kepada
perusahaan anak yang dikuasai 80%. Keuntungan penjualan adalah Rp 200
juta. Umur mesin adalah 10 tahun tanpa nilai residu. Pendapatan investasi
perusahaan induk dalam saham perusahaan anak tahun 2014 akan dikoreksi
dengan:
a. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 200 juta.
b. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 160 juta.
c. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 190 juta.
d. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 180 juta.
2. Masih dalam soal No.1. manakah pertanyaan berikut yang benar?
a. Beban penyusutan konsolidasi tahun 2014 dieliminasi sebesar Rp 10 juta.
b. Laba kepentingan nonpengendali tahun 2014 adalah 20% dari laba
perusahaan anak setelah dikurangi laba antarperusahaan.
c. Akumulasi penyusutan konsolidasi per 31/12/2014 dikoreksi sebesar Rp
20 juta.
d. Semua jawaban salah.
3. Pada tanggal 1 januari 2013 perusahaan anak yang sahamnya dikuasai 90%
oleh perusahaan induk menjual tanah kepada perusahaan induk. Keuntungan
penjualan tanah adalah Rp 100 juta. Pendapatan investasi perusahaan induk
dalam saham perusahaan anak pada tahun 2013 adalah :
a. Laba perusahaan anak dikurangi laba antarperusahaan Rp 100 juta.
b. 90% dari laba perusahaan anak setelah dikurangi laba antarperusahaan.
c. Laba perusahaan anak.
d. 90% laba perusahaan anak.
4. Masih dalam soal no.3, manakah dari pertanyaan berikut yang benar?
a. Dalam kertas kerja konsolidasi akun tanah berkurang Rp 100 juta.
b. Untuk penyusunan kertas kerja konsolidasi yang berakhir 31/12/2013,
investasi perusahaan induk dalam saham perusahaan anak pada awal tahun
harus dikoreksi sebesar Rp 90 juta.
c. Untuk penyusunan kertas kerja konsolidasi yang berakhir 31/12/2013,
investasi perusahaan induk dalam saham, perusahaan anak pada awal
tahun harus dikoreksi sebesar Rp 100 juta.
d. Laba kepentingan nonpengendali tahun 2013 tidak dipengaruhi oleh
keuntungan penjualan tanah tersebut.
5. Manakah dari pertanyaan berikut yang benar
a. Laba antarperusahaan direalisasi ketika asset antarperusahaan musnah oleh
bencana alam.
b. Bila jumlah persediaan upstream akhir tahun lebih besar disbanding
persediaan awal, maka pendapatan investasi meningkat.
c. Harga pokok penjualan dalam kertas kerja konsolidasi harus dikoreksi
sebesar penjualan antarperusahaan, sehingga saldo HPP dalam laporan
konsolidasi meningkat.
d. Semua jawaban salah.
Latihan1) Laba entitas anak yang dikuasai entitas induk 80% pada tahun berjalan adalah
Rp 1 miliar. Selama tahun berjalan terjadi penjualan downstream atas barang
dagang dengan laba sebesar Rp 200 juta. Sebanyak ¼ dari penjualan tersebut
termasuk dalam persediaan akhir entitas anak. Laba entitas induk sebelum
pendapatan investasi adalah Rp 3 miliar. Hitunglah laba konsolidasi.
2) Dalam Latihan 1, jika terjadi penjualan upstream, hitunglah laba konsolidasi.
3) Pada tanggal 1 Januari 2015, entitas induk membeli 90% saham biasa entitas
anak dengan harga Rp 189 miliar. Kekayaan entitas anak pada saat itu adalah
Rp 200 miliar yang telah mencerminkan nilai wajarnya. Jika pada tanggal 31
Desember 2018 kekayaan entitas anak berjumlah Rp 260 miliar, yang
meliputi laba entitas anak tahun 2018 sebesar Rp 15 miliar, dan tidak ada
transaksi antarperusahaan selama tahun berjalan, hitunglah saldo investasi
entitas induk atas kekayaan entitas anak.
4) PT D membeli saham biasa PT E pada tanggal 1 Januari 2014 seharga Rp 2,5
miliar untuk 80% kepemilikan. Kekayaan PT E pada tanggal tersebut terdiri
dari modal saham sebesar Rp 2 miliar dan laba ditahan Rp 500 juta.
Kelebihan investasi dengan nilai buku merupakan goodwill. Hingga 1/1/2016,
goodwill tealah diimpair 30% dari nilainya pada tanggal kombinasi bisnis.
Pada tahun 2016, goodwill mengalami penurunan nilai sebesar 20% dari nilai
goodwill pada tanggal kombinasi bisnis. Kebijakan manajemen PT D adalah
menetapkan PT E sebagai satu-satunya pemasok bahan baku. Dalam neraca
saldo PT D per 31 Desember 2016 terdapat nilai persediaan bahan baku
sebesar Rp 500 juta dan utang usaha Rp 250 juta. Tingkat gross profit PT E
pada tahun 2016 adalah 30% dari harga jual. Pada tahun 2016, PT E
melaporkan laba bersih sebesar Rp 400 juta. Pada tanggal 1 Januari 2015,
PT D telah menjual mesin yang berumur 5 tahun dengan keuntungan
penjualan sebesar Rp 100 juta, yang disusutkan dengan metode garis lurus.
Diminta:
a. Berapakah pendapatan investasi PT D untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2016?
b. Apabila Retained earnings PT E pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar
Rp 1 miliar, berapakah nilai investasi PT D atas PT E?
c. Buatlah jurnal eliminasi atas laba antarperusahaan dan utang-piutang
usaha dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi per 31/12/2016
berdasarkan data-data yang ada!
5) PT B merupakan perusahaan anak PT A yang dikuasai 90%. Akuisisi
dilakukan pada tanggal 1 januari 2012 dimana pada tanggal itu terjadi selisih
investasi sebesar Rp 300 juta yang disebabkan oleh goodwill. Pada tahun
2012, goodwill mengalami penurunan nilai 15% dari nilainya pada tanggal
kombinasi bisnis. Setiap penjualan barang dagang PT B dilakukan kepada PT
A dan setiap pembelian PT A berasal dari PT B. penjualan barang dagang PT
B tahun 2013 sebesar Rp 2 Miliar yang dibayar tunai Rp 1,5 miliar hingga
tanggal 31 Desember 2013. Tingkat gross profit PT B tahun 2012 adalah 40%
dan tahun 2013 adalah 305. Persediaan awal PT A sebesar Rp 200 juta dan
persediaan akhir tahun 2013 sebesar Rp 400 juta. Pada tanggal 1 Januari
2013, PT A menjual peralatan berharga pokok Rp 600 juta seharga Rp 1
Miliar kepada PT B. peralatan tersebut memiliki umur ekonomis 10 tahun dan
digunakan metode penyusutan garis lurus. Pada tahun 2013, PT B
mengumumkan laba bersih sebesar Rp 700 juta dan mengumumkan dividen
Rp 200 jta. Jumlah total kekayaan pemegang saham PT B pada tanggal 31
Desember 2013 adalah Rp 3 miliar.
Diminta:
a. Hitunglah pendapatan investasi PT A pada tahun 2013.
b. Hitunglah nilai investasi PT A dalam saham PT B pada tanggal 31
Desember 2013.
c. Dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi per 31/12/2013, susunlah
jurnal eliminasi yang berhubungan dengan transaksi antarperusahaan.
6) PT Iktisar mengakuisisi 70% saham biasa PT Akhiran tanggal 1 Juli 2012
pada harga diatas nilai buku yang diperoleh sebesar Rp 200 juta, yang
disebabkkan oleh undervalue bangunan Rp 100 juta (umur 10 tahun),
overvalue tanah Rp 40 juta, dan sisanya oleh goodwill. Goodwill mengalami
penurunan nilai sebesar 10% dan 20% dari nilainya pada tanggal akuisisi
masing-masing untuk tahun 2014 dan 2015. Kekayaan pemegang saham PT
Akhiran pada tanggal akuisisi adalah Rp 10 miliar. Pada tanggal 29 Desember
2012, PT Ikhtisar menjual bangunan kepada PT Akhiran dengan keuntungan
Rp 150 juta. Pada tanggal 3 maret 2014, PT Akhiran menjual tanah (bukan
tanah yang terdapat pada tanggal akuisisi) kepada PT Ikhtisar. Setiap
penjualan barang dagang dilakukan kepada PT Ikhtisar. Persediaan PT
Ikhtisar per 31/12/2014 dan 31/12/2015 yang berasal dari PT Akhiran
masing-masing adalah Rp 1 miliar dan Rp 800 juta. Tingkat gross profit PT
akhiran tahun 2014 dan 2015 masing-masing adalah 30% dan 40%. Laba
bersih PT Akhiran untuk periode 2014 dan 2015 masing-masing adalah Rp
900 juta dan Rp 1 miliar.
Diminta :
a. Hitunglah pendapatan investasi PT Ikhtisar untuk tahun 2014 dan 2015.
b. Hitunglah nilai investasi per 31/12/2014 dan 31/12/2015.
7) PT Insyaf menguasai 90% saham PT Amar pada harga yang sama dengan
nilai buku yang diperoleh. HPP PT Insyaf selama tahun 2015 terdiri dari
persediaan awal Rp 5 miliar ditambah pembelian Rp 47 miliar dikurangi
persediaan akhir sebesar Rp 2 miliar. Seluruh pembelian barang dagang PT
Insyaf dilakukan dari PT Amar. Tingkat gross profit PT Amar selama 2
tahun terakhir adalah 30%. Pada tanggal 1 agustus 2015, PT Insyaf menjual
tanah kepada PT Amar dengan keuntungan Rp 500 juta. Hingga akhir tahun
tanah tersebut masih dimiliki PT Amar. Laba bersih PT Amar tahun
2015adalah Rp 8 miliar. Kekayaan pemegang saham PT Amar per
31/12/2015 sebesar Rp 120 miliar terdiri dari modal saham Rp 100 miliar dan
laba ditahan Rp 20 miliar.
Diminta:
a. Hitunglah pendapatan investasi PT Insyaf atas saham biasa PT Amar.
b. Hitunglah nilai investasi PT Insyaf dalam saham PT Amar per 31/12/2015.
c. Hitunglah laba kepentingan nonpengendali tahun 2015.
d. Buatlah jurnal eliminasi yang dibutuhkan dalam penyusunan kertas kerja
konsolidasi per 31/12/2015 terkait dengan data yang tersedia.
Kertas Kerja KonsolidasiSOAL I
Laporan Keuangan
PT Isabela dan PT Anjani
Per 31/12/2014
Laporan L/R (dalam ribuan) PT Isabela PT Anjani
PenjualanKeuntungan penjualan peralatanPendapatan dari PT AnjaniHPPBeban penyusutanBeban operasi lainnyaLaba bersihLaba ditahan 1/1/2014DividenLaba ditahan 31/12/2014KasPiutangPersediaan Tanah dan bangunanAkumulasi penyusutan bangunanPeralatanAkumulasi penyusutan peralatan
4.000.000100.000
?(2.000.000)
(400.000)(800.000)
?2.000.000(400.000)
??
1.400.000700.000
3.000.000(1.000.000)
2.000.000(500.000)
2.500.000
(1.500.000)(200.000)(300.000)
500.0001.000.000(200.000)1.300.000
300.0001.200.000
500.0001.500.000(500.000)1.000.000(200.000)
Investasi saham PT Anjani Total Aktiva
Utang usaha Modal sahamLaba ditahan Total Pasiva / kewajiban
??
1.000.0005.000.000
??
-3.800.000
500.0002.000.0001.300.0003.800.000
PT Isabela memiliki 90% saham PT Anjani pada tanggal 1 Januari 2012.
Selisih harga perolehan dengan nilai buku yang dimiliki sebesar Rp 200 juta
disbabkan oleh goodwill senilai Rp 150 juta dan tanah yang dinilai undervalue
Rp 50 juta. Tanah tersebut masih dimiliki PT Anjani hingga tahun 2014.
Goodwill telah mengalami penurunan nilai sebesar Rp 30 juta pada tahun 2013,
sementara pada tahun 2014 terjadi lagi penurunan nilai sebesar Rp 15 juta.
Pada tanggal 1 Januari 2012, PT Isabela menjual bangunan seharga Rp 1 miliar
kepada PT Anjani. Harga pokok bangunan tersebut adalah Rp 600 juta dengan
masa pemakaian 20 tahun tanpa nilai residu. Pada tanggal 1 Juli tahun berjalan
(tahun 2014), PT Isabela menjual peralatan seharga Rp 500 juta yang harga
pokoknya bagi PT Isabela adalah Rp 400 juta. Peralatan tersebut diestimasi
memiliki umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Penjualan barang dagang
upstream pada tahun 2014 adalah Rp 800 juta, dimana 50% dari penjualan
tersebut merupakan persediaan barang dagang PT Isabela. Persediaan awal PT
Isabela yang berasal dari PT Anjani adalah Rp 200 jut. Tingkat gross profit PT
Anjani tahun 2013 adalah 30% dan tahun 2014 adalah 40%.
Diminta:
a. Susunlah perhitungan pendapatan investasi PT Isabela tahun 2014 dan
perhitungan nilai investasi per 31/12/2014.
b. Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Isabela dan perusahaan anaknya per
31/12/2014.
SOAL II
PT Istana memiliki 80% saham PT Arena pada harga yang sama dengan nilai
bukunya per 1 Januari 2011. Laporan keuangan PT Istana dan PT Arena
untuk periode yang berakhir 31/12/2014 disajikan berikut ini.
Keterangan:
a. Pada tanggal 1 September tahun berjalan, PT Arena melakukan penjualan
tanah kepada PT Istana dengan keuntungan penjualan Rp 50 juta.
b. Pembelian PT Arena selama tahun berjalan yang berasal dari PT Istana
adalah Rp 1 miliar. PT Arena memiliki persediaan yang berasal dari PT
Istana, yakni persediaan awal Rp 150 juta dan persediaan akhir Rp 250
juta. Tingkat gross profit PT Istana untuk tahun 2013 dan 2014 adalah
40%.
c. Pada tanggal 1 Januari 2014, PT Arena melakukan penjualan peralatan
kepada PT Istana dengan keuntungan Rp 100 juta. Umur ekonomis
peralatan tersebut adalah 10 tahun tanpa nilai residu.
Diminta :
1 Susunlah perhitungan pendapatan dan nilai investasi PT Istana tahun 2014.
2 Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Istana dan perusahaan anaknya per
31/12/2014.
Laporan KeuanganPT Istana dan PT Arena
Per 31/12/2014Laporan L/R PT Istana PT ArenaPenjualanKeuntungan penjualan tanahKeuntungan penjualan peralatanPendapatan dari PT ArenaHPPBeban penyusutanBeban operasi lainnyaLaba bersihLaba ditahan 1/1/2014DividenLaba ditahan 31/12/2014
3.000.000??
248.000(1.800.000)
(200.000)(548.000)
700.0001.500.000(200.000)2.000.000
1.500.00050.000
100.000
(750.000)(100.000)(300.000)
500.0001.000.000(100.000)1.400.000
KasPiutangPersediaan Tanah dan bangunanAkumulasi penyusutan bangunanPeralatanAkumulasi penyusutan peralatanInvestasi saham PT Arena Total AktivaUtang usaha Modal sahamLaba ditahan Total Pasiva / kewajiban
592.000700.000800.000
1.500.000(600.000)3.000.000
(1.000.000)2.508.0007.500.000
500.0005.000.0002.000.0007.500.000
300.000700.000400.000
1.500.000(500.000)2.000.000(400.000)
-4.000.000
600.0002.000.0001.400.0004.000.000
SOAL III
PT Amira dimiliki 100% oleh PT Injani pada harga yang sama dengan
nilai bukunya. Nilai buku pada tanggal akuisisi telah mencerminkan nilai
wajarnya. Keterangan mengenai laporan keuangan kedua perusahaan pada
tanggal 31/12/2014 adalah sebagi berikur:
- Pembelian PT Injani kepada PT Amira selama tahun berjalan berjumlah
Rp. 1 miliar. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 750 juta telah dilunasi.
- Persediaan PT Injani yang berasal dari PT Amira pada awal tahun adalah
Rp 300 juta dan pada akhir tahun Rp 250 juta. Tingkat gross profit PT
Amira untuk tahun 2013 dan tahun berjalan adalah 50%.
- Tanah PT Amira diperoleh dari PT Injani pada tanggal 1 April 2013
seharga Rp 500 juta. Harga perolehan tanah tersebut bagi PT Injani adalah
Rp 400 juta.
Laporan KeuanganPT Injani dan PT Amira
Per 31/12/2014Laporan L/R (dalam ribuan) PT Injani PT AmiraPenjualanPendapatan dari PT AmiraHPP
4.000.000625.000
(2.800.000)
2.000.000
(1.000.000)
Beban penyusutanBeban operasi lainnyaLaba bersihLaba ditahan 1/1/2014DividenLaba ditahan 31/12/2014KasPiutangPersediaan Tanah dan bangunanAkumulasi penyusutan bangunanPeralatanAkumulasi penyusutan peralatanInvestasi saham PT Amira Total AktivaUtang usaha Modal sahamLaba ditahan Total Pasiva / kewajiban
(200.000)(600.000)1.025.0002.000.000(500.000)2.525.000
500.000600.000800.000
1.500.000(700.000)2.000.000
(1.000.000)3.375.0007.075.000
550.0004.000.0002.525.0007.075.000
(100.000)(300.000)
600.0001.200.000(200.000)1.600.000
400.000500.000500.000
1.600.000(600.000)2.000.000(500.000)
-3.900.000
300.0002.000.0001.600.0003.900.000
Diminta:
1 Susunlah perhitungan pendapatan investasi PT Injani dalam saham
PT
Amira pada tahun 2014dan nilai investasi per 31/12/2014.
2 Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Injani dan perusahaan anaknya
per 31/12/2014.
SOAL IV
PT Intisari mengakuisisi 75% saham PT Arun pada tanggal 5 januari 2015
dengan harga Rp. 9.562.500.000. Kekayaan PT Arun pada tanggal tersebut
adalah Rp 13 miliar, yang terdiri dari modal saham Rp 10 miliar dan laba
ditahan Rp 3 miliar. Selisih harga perolehan dengan nilai buku disebabkan oleh
undervalue persediaan sebesar Rp 250 juta yang telah dijual pada tahun
2016. Laporan keuangan PT Intisari dan PT Arun untuk tahun yang berakhir
31/12/2018 disajikan berikut ini. Pada tahun 2016, PT Arun menjual tanah
kepada PT Intisari dengan keuntungan sebesar Rp 150juta, hingga tahun 2018
PT Intisari masih memiliki tanah tersebut. Pada tanggal 1 Juli 2018, PT
Intisari menjual mesin seharga Rp 500 juta dimana harga pokok mesin tersebut
bagi PT Intisari adalah Rp 400 juta. Umur mesin tersebut ditaksir 5 tahun dan
disusutkan dengan metode garis lurus.
Keterangan (dalam ribuan) PT Intisari PT ArunPenjualanPendapatan dari PT ArunHPPKeuntungan penjualan mesinBeban operasi Laba kepentingan nonpengendaliLaba bersihLaba ditahan 1/1/2018DividenLaba ditahan 31/12/2018KasPiutang dividenPiutang usahaPersediaan Investasi saham PT ArunBangunan dan peralatan (net)Tanah Total Aktiva
Utang dividenUtang usaha Modal sahamLaba ditahan
15.000.000?
(6.000.000)100.000
(7.500.000)
?7.000.000
(1.000.000)??
150.0003.000.0005.000.000
?4.000.0005.000.000
?
1.667.50020.000.000
?
8.000.000
(4.800.000)
(2.500.000)
700.0004.000.000(200.000)4.500.000
400.000
1.500.0001.600.000
6.500.0006.000.000
16.000.000
200.0001.300.000
10.000.0004.500.000
Kepentingan nonpengendali Total Pasiva / kewajiban ? 16.000.000
Diminta:
1 Susunlah perhitungan pendapatan investasi periode 2018 dan nilai investasi
dalam saham biasa PT Arun per 31/12/2018
2 Buatlah jurnal eliminasi dalam kertas kerja konsolidasi per 31/12/2018.
3 Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Intisari dan perusahaan anaknya per
31/12/2018.