Click here to load reader
Upload
phamcong
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PRAGADIGMA DALAM STRATEGI PEMBELAJARANOleh Zulkarnaini *)
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tahun 2003 merupakan awal dari penerapan paradigma baru pendidikan di Tanah Air.
Pada tahun itu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional ditetapkan. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang-undang
Nomor 2/89. Dua tahun kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tahun 2006 disusul oleh
sejumlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional seperti Nomor 22/2006 tentang Standar Isi,
23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan 24 tentang Pelaksanaan Permen 22/2006 dan
23/2006. Permen standar lainnya menyusul pada tahun-tahun berikutnya. Jadi, undang-undang,
peraturan pemerintah, dan peraturan menteri itulah yang mengawali munculnya paradigma baru
pendidikan secara yurids (hukum).
Teknologi informasi dan komunikasi tumbuh dan berkembang sangat cepat. Dunia
bagaikan mengecil. Peristiwa yang terjadi di salah satu belahan dunia dapat diketahui pada detik
itu juga pada belahan dunia lain. Pemanfaatan telepon seluler dan internet menjadikan informasi
dapat ditransformasi dengan mudah, cepat, tepat, dan akurat. Hal itu juga memasuki dunia
pendidikan. Pembelajaran jarak jauh, e-learning, dan pemanfaatan media elektronik lainnya
merupakan alternatif yang ditawarkan kepada dunia pendidikan. Hal ini pun membawa
paradigma baru dalam dunia pendidikan.
Akibat pengaruh teknologi, keadaan dan kebutuhan masyarakat pun berubah. Perubahan
keadaan dan kebutuhan masyarakat juga mengibas ke dunia pendidikan. Kebutuhan masyarakat
terhadap ilmu, pengetahuan, teknologi, dan informasi menjadikan tantangan berat bagi dunia
pendidikan. Dunia pendidikan sebagai penyedia jasa pendidikan senantiasa berupaya member
kepuasan kepada masyarakat pelanggannya. Hal-hal seperti itu juga akan membawa perubahan
paradigma pendidikan. Paradigma baru pun bergulir di dunia pendidikan dalam hal mengelola
dan melaksanakan pendidikan. Perubahan itu seirama dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
sebagai pemakai jasa dunia pendidikan.
1Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
Perubahan paradigma pendidikan, khususnya pembelajaran dimulai dari perubahan
kurikulum. Ada dua hal penting yang harus berubah jika terjadi perubahan kurikulum. Kedua hal
penting itu adalah perubahan paradigma dan perubahan dokumen. Perubahan paradigma berarti
perubahan pola berpikir dan pola bertindak dalam memandang, menyikapi, dan melaksanakan
kurikulum pendidikan pada umumnya dan pembelajaran pada khususnya. Perubahan dokumen
berarti perubahan terhadap semua dokumen, baik perangkat kurikulum maupun perangkat
pembelajaran. Perubahana paradigma dan perubahan dokumen menjadi mutlak pada setiap
perubahan kurikulum. Jika hanya salah satu yang berubah, tentu akan terjadi kepincangan dalam
pelaksanaan.
Bahan sederhana ini berbicara tentang tiga hal. Ketiga hal itu adalah paradigma
pendidikan/ pembelajaran, kurikulum, dan strategi pembelajaran berdasarkan paradigma
kurikulum. Dari ketiga hal itu dikembangkan menjadi beberapa pokok bahasan. Masing-masing
bagian akan terdiri dari sjeumlah pokok bahasan. Dengan pengorganisasian seperti itu
diharapkan bahan ini dapat memenuhi topik sajian seperti yang tertera pada jadwal dan silabus
kegiatan.
1.2 Deskripsi Materi
Pada bagian paradigma dibahas tiga hal pokok. Ketiga hal pokok itu adalah landasan
paradigma, konsep paradigma, dan implikasi paradigma terhadap perangkat kurikulum dan
perangkat pembelajaran. Pada landasan paradigma dibicarakan landasan hukum, landasan
teoretis, dan landasan empiris. Pada konsep paradigma dititikberatkan pembahasan kepada
paradigma pembelajaran berdasarkan konsep dan landasan. Pada implikasi paradigma
pembelajaran terhadap kuriklulum dibahas perubahan-perubahan pada penanganan,
pengelolaan ,dan pelaksanaan kurikulum.
Pada bagian kurikulum dibahas tiga hal pokok pula. Ketiga hal itu adalah konsep
kurikulum dan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dokumen kurikulum, dan mekanisme
penyusunan kurikulum. Pada bagian konsep kurikulum dibahas dua hal pokok yakni konsep
kurikulum menurut undang-undang dan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pada bagian dokumen kurikulum dibahas jenis-
jenis perangkat kurikulum dan perangkat pembelajaran. Pada bagian mekanisme penyusunan
2Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
kurikulum dibicarakan tim penyusun kurikulum, fase kegiatan penyusunan kurikulum, dan
pemberlakuan kurikulum.
1.3 Tujuan Kegiatan
Setelah mengikuti kegiatan ini peserta diharapkan mampu:
(1) menjelaskan konsep dan landasan paradigma pendidikan/ pembelajaran;
(2) menjelaskan konsep kurikulum dan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan;
(3) menjelaskan dokumen kurikulum berupa perangkat kurikulum dan perangkat
pembelajaran;
(4) menjelaskan mekanisme penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan; dan
(5) menjelaskan tugas-tuas kepala satuan pendidikan untuk mengaplikasikan paradigma
dalam strategi pembelajaran.
2. Paradigma Pendidikan
Paradigma adalah kerangka berpikir (KBBI, 1999:648). Kerangka berpikir dapat
diartikan sebagai pola berpikir. Makna paradigma kemudian berkembang dalam pemakaian
sehari-hari. Perkembangan makna itu menjadi pola pikir dan pola tindak. Dalam konteks ini,
paradigma diartikan secara operasional sebagai pola berpikir dan pola bertindak. Bagian ini
membicarakan konsep paradigma yang dikaitkan dengan pendidikan. Dikaitkan dengan
pembaruan-pembaruan yang harus dan telah dilakukan di dalam dunia pendidikan. Oleh karena
itu, konsep yang dibahas adalah konsep paradigma baru pendidikan.
Paradigma baru pendidikan, dengan demikian adalah pola berpikir dan pola bertindak
baru dalam pendidikan. Pola berpikir dan pola bertindak itu menyangkut dengan sikap, prilaku,
dan tindakan dalam pelaksanaan pendidikan. Jadi, paradigma baru pendidikan adalah “pola
berpikir dan bertindak baru dalam memandang, menyikapi, dan melaksnakan pendidikan
(Zulkarnaini, 2004)”.
Pola berpikir dan pola bertindak baru dalam memandang, menyikapi, dan melaksanakan
pendidikan itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor itu meliputi faktor yuridis, faktor teoretis,
dan faktor empiris. Dengan adanya ketentuan-ketentuan hukum baru, seperti lahirnya Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, akan
dapat (dan seharusnya) mengubah paradigma. Perkembangan ilmu dan teknologi juga dapat (dan 3
Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
seharusnya) mengubah paradigma. Implikasi dari teknologi informasi dan komunikasi di
antaranya adalah terjadinya perubahan keadaan dan kebutuhan masyarakat. Perubahan itu juga
berdampak kepada perubahan paradigma. Pengalaman empiris yang dilalui selama ini dalam
dunia pendidikan, juga berpengaruh terhadap perubahan paradigma.
Perubahan paradigma itu ditujukan kepada setiap anggota masyarakat yang
berkepentingan dengan pendidikan. Hampir semua orang berkepentingan dengan pendidikan.
Untuk itu dapat dikelompokkan atas tiga kelompok. Kelompok pertama ada orang-orang yang
mengurus dan menunjang pelaksanaan pendidikan. Kelompok ini disebut tenaga kependidikan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I, pasa 1, ayat (5) menyatakan, “
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.”
Kelompok kedua adalah pendidik. Pendidik menurut undang-undang ini pada ayat (6)
menyatakan, “ Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”.
Kelompok ketiga adalah pemakai atau pengguna jasa pendidikan. Kelompok ini adalah
anggota masyarakat dan peserta didik. Mengenai peserta didik dinyatakan pada ayat (4) undang-
undang ini, “Pesert adidik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.”
Tenaga kependidikan, pendidik, dan masyarakat pengguna jasa pendidikan seyogianya
mengubah paradigmanya. Mengubah pola berpikir dan pola bertindaknya dalam memandang,
menyikapi, dan melaksanakan pendidikan berdasarkan landasan yuridis, akademis, dan empiris.
Perubahan paradigma itu hendaknya dilakukan dalam bahasa yang sama, dalam konteks yang
sama, dan dari landasan yang sama pula. Dari sinilah diharapkan lahir kebersamaan dalam
mengelola, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil pendidikan.
Ketiga komonen berkepentingan dalam pendidikan (tenaga kependidikan, pendidik, dan
pengguna jasa pendidikan) seyogyanya memiliki pola berpikir dan pola bertindak yang sama
dalam memandang, menyikapi, dan melaksanakan pendidikan/pembelajaran. Kesamaan itu
hanya akan terjadi jika pemahamannya berangkat dari konsep yang sama, dari landasan yang
sama, dan dari sumber hokum yang sama. Oleh karena itu, Undang-undang Republik Indonesia 4
Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menetapkan delapan standar nasional
pendidikan. Kedelapan standar itu diharapkan menjadi landasan dalam paradigma pendidikan.
UURI No.20/2003, Bab IX, pasal 35 menyatakan pada ayat (1), “Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, darana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus dikembangkan secara berencana dan berkala.” Pada ayat (2), “Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.”
Dari delapan standar nasional itu, yang terkait langsung dengan strategi pembelajaran
adalah standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian. Hal itu
berhubungan langsung dengan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Hal yang termaktub di dalam undang-undang itu
dijabarkan secara hierarkis lebih rinci ke dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Rincian masing-masing standar ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006 tentan Standar Isi, 23/2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan, 20/2007 tentang Standar Penilaian, dan 41/2007 tentang
Standar Proses. Agar paradigma dalam pembelajaran dapat berubah, seyogianya ketiga
komponen pendidikan di atas memahami hal-hal yang menjadi landasan dari paradigma ini.
3. Konsep Kurikulum dan Dasar Hukum
Undan-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab I, pasal 1, ayat 19 menyatakan:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
Batasan kurikulum menurut undang-undang ini memberikan informasi, bahwa
kurikulum terdiri dari dua hal penting yakni seperangkat rencana dan seperangkat
pengaturan. Substansinya adalah tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan.
Fungsinya adalah sebagai pedoman untuk penyelenggaraan pembelajaran. Seperangkat rencana
maksudnya adalah hal-hal yang akan dilaksanakan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Jadi,
inti kurikulum itu adalah perencanaan dan pengaturan. Hal yang direncanakan adalah tujuan, isi,
dan bahan pelajaran. Hal yang diatur adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, cara 5
Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
yang digunakan untuk menggunakan isi dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Berdasarkan hal itu sekurang-kurangnya ada tiga substansi yang ada di dalam sebuah
dokumen kurikulum yakni: (1) substansi rencana; (2) substansi aturan dan cara; dan (3)
substansi tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Formulasi dari ketiga hal itu, kemudian dibungkus
dalam satu dokumen, itulah yang disebut dengan dokumen kurikulum. Untuk melahirkan suatu
dokumen kurikulum ketiga komponen substansial itu haruslah ada di dalamnya. Jika kurang
salah satu, tentu akan menimbulkan masalah.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di dalam Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menetapkan konsep sebagau berikut:
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Jika ditilik konsep ini, substansi KTSP yang harus ada terdiri dari lima komponen.
Kelima komponen itu adalah: (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan; (2) struktur
kurikulum tingkat satuan pendidikan; (3) muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan; (4)
kalender pendidikan; dan (5) silabus. Pada hakikatnya kelima hal itu hanyalah merupakan
rencana. Hanyalah merupakan perencanaan dari kegiatan sekolah, khususnya pembelajaran.
Sedangkan pengaturan, seperti yang diminta oleh undang-undang yang dikutip di atas belum
tercantum di dalam konsep ini. Dengan demikian timbul pertanyaan. Yang manakah yang harus
diikuti dalam memahami konsep KTSP untuk diterapkan? Apakah yang diamanatkan undang-
undang atau yang diamanatkan BSNP? Tentu jawabannya bepulang kepada kita.
Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
menyatakan bahwa ada delapan standar nasional yang harus menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Khusus untuk untuk konsep dan pengembangan
kurikulm tingkat satuan pendidikan ada beberapa dokumen yang harus dipelajari dan dipahami.
Dokumen-dokumen hukum itu adalah:
(1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
6Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
(3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006 tentang Standar Isi (SI)
(4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23/2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL)
(5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian
(6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses
(7) Panduan Penyusunan KTSP dari Badan Standar Nasional Pendidikan
Dokumen-dokumen tersebut seyogianya dibaca dan dipahami oleh mereka yang ingin
memahami konsep dan pengembangan KTSP. Oleh karena, keberadaan KTSP dikukuhkan oleh
dokumen tersebut. Selain itu, dokumen ini juga memberikan arahan, panduan, dan bimbingan
kepada khalayak tentang cara menyusun kurikulum sekolah atau kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
4. Dokumen KTSP dan Moto Pembelajaran
Perubahan pola berpikir dan pola bertindak itu terjadi dalam memandang, menyikapi,
dan melaksanakan pendidikan (kurikulum). Cara memandang kurikulum 1994 berbeda dengan
cara memandang KTSP. Kurikulum 1994 semuanya dibuat oleh pusat (Departemen), kecuali
muatan lokal dibuat oleh provinsi. Akan tetapi, KTSP semuanya dibuat oleh satuan pendidikan.
Semua perangkat dibuat oleh satuan pendidikan. Itulah contoh cara memandang. Jika cara
memandang sudah berubah, tentu cara menyikapi dan cara melaksanakannya pun otomatis harus
berubah.
Untuk perubahan paradigma khususnnya dalam pembelajaran KTSP ada tiga motto
yang perlu dijadikan landasan. Ketiga motto itu adalah:
(1) memberikan pelayanan optimal, adil, dan merata kepada semua peserta didik;
(2) pembelajaran klasikal, pelayanan individual; dan
(3) mengubah mengajar menjadi menjadi belajar atau membelajarkan.
KTSP dalam pelaksanaan pembelajarannya mengacu ke motto tersebut. Untuk mengubah
perilaku ke arah motto tersebut memerlukan waktu. Sekurang-kurangnya, pendidik harus berlatih
terus-menerus ke arah itu.
Perubahan dokumen adalah perubahan perangkat-perangkat yang berhubungan dengan
dokumen. KTSP memiliki dua perangkat yakni perangkat kurikulum dan perangkat 7
Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
pembelajaran. Kedua perangkat itu memiliki hubungan hierarkis. Perangkat pembelajaran
diturunkan dari perangkat kurikulum. Perangkat pembelajaran dilahirkan dari perangkat
kurikulum. Perbedaan keduanya terletak pada penanggung jawab, pemakaian, dan
perubahannya. Perangkat kurikulum penanggung jawabnya adalah kepala satuan pendidikan,
dipakai untuk satuan pendidikan (sekolah) itu, dan perubahannya hanya boleh dilakukan sekali
setahun. Perangkat pembelajaran penanggung jawabnya adalah guru, dipakai pada kelas tertentu,
dan perubahannya dapat dilkukan setiap saat.
Perangkat kurikulum khsusunya KTSP memiliki dua dokumen yakni dokumen satu dan
dokumen dua. Dokumen satu berisi rencana dan pengaturan (seperti diuraikan terdahulu) dan
dokumen dua adalah silabus. Rencana pada dokumen satu dimuat pada batang tubuh dokumen,
sedangkan pengaturan merupakan lampirannya. Struktur dokumen satu yang diasarankan oleh
pengembang KTSP pusat adalah: (1) BAB I PENDAHULUAN (berisi latar belakang atau dasar
pemikiran pengembangan KTSP, tujuan pengembangan KTSP, dan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP); (2) BAB II TUJUAN PENDIDIKAN (berisi tujuan pendidikan yang
siesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan, visi satuan pendidikan, misi satuan pendidikan,
dan tujuan satuan pendidikan); (3) BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM (yang
berisi mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, penganturan beban belajar,
ketuntasan belajar, ketentuan kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan, pendidikan kecakapan
hidup, dan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, khusus PLB dan pendidikan khusus
ditambah dengan program khusus); dan (4) BAB IV KALENDER PENDIDIKAN (yang berisi
kalender pendidikan yang digunakan sekolah, yang disusun sesuai dengan kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat dengan memperhatikan kalender
pendidikan pendidikan seperti yang tercantum pada Standar isi).
Isi bab satu sampai dengan bab empat adalah berupa rencana atau seperangkat rencana.
Rencana itu adalah hal yang akan dilaksanakan atau yang dapat dilaksanakan. Sedangkan
pengaturannya belum tercantum di dalamnya kecuali pengaturan beban belajar, kenaikan kelas,
dan kelulusan. Pengaturan lain belum tertera di situ. Oleh karena itu, dokumen satu tersebut
masih memerlukan lampiran. Lampirang itu adalah berupa pedoman pelaksanaan (domlak) yang
mengatur pelaksanaan setiap rencana yang ada pada dokumen satu.
Jika merujuk ke Kurikulum 1994 (konsep kurikulum UURI No.2/89 sama dengan
UURI No.20/2003), sekurang-kurangnya ada lima pedoman berupa juklak dan satu pedoman 8
Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
berupa juknis yang harus dibuat sebagai lampiran dokumen satu. Kelima juklah itu adalah: (1)
Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran; (2) Petunjuk Pelaksanaan Penilaian; (3) Petunjuk
Pelaksanaan Supervisi; (4) Petunjuk Pelaksanaan Administrasi; dan (5) Petunjuk Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling. Sedangkan petunjuk teknis yang harus adalah ialah petunjuk teknis
tiap mata pelajaran.
Jadi, dokumen satu KTSP itu terdiri dari batang tubuh dokumen dan lampiran
dokumen. Batang tubuh merupakan rencana dan lampiran berupa pengaturan (batasan kurikulum
menurut UURI No.20/2003).
Dokumen dua adalah silabus. Tiap jenjang pendidikan memiliki kekhasan sendiri.
Lebih lengkap dilihat sebagai berikut:
(1) Silabus SD dan MI terdiri dari: (a) silabus tematik kelas 1 sampai dengan 3; (b)
silabus mata pelajaran kelas 4 sampai dengan 6; (c) silabus muatan lokal; dan (d)
silabus keagamaan khusus untuk MI
(2) Silabus SMP dan MTs terdiri: (a) silabus mata pelajaran; (b) silabus IPA terpadu;
(c) silabus IPS terpadu; (d) silabus muatan lokal; dan (e) silabus keagamaan khusus
untuk MTs
(3) Silabus SMA dan MA terdiri dari: (a) kelas X 16 mata pelajaran; (b) kelas XI dan
XII IPA 13 mata pelajaran; (c) kelas XI dan XII IPS 13 mata pelajaran; (d) kelas Xi
dan XII Bahasa 13 mata pelajaran; (e) silabus muatan lokal; dan (f) silabus
keagamaan khsusus MA.
Perangkat pembelajaran pada hakikatnya hanya rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). RPP disusun dengan mempedomani silabus. Ada dokumen lain yang perlu disusun untuk
mendukung penyusunan dan keberadaan RPP. Dokumen lain itu adalah: (1) penghitungan
minggu dan jam efektif; (2) pemetaan berdasarkan aspek penilaian; (3) pemetaan berdasarkan
teknik (jenis) penilaian; (4) penghitungan kriteria ketuntasan minimal (KKM); (5) jadwal
tahunan dan semesteran; dan (6) bahan ajar. Keenam dokumen ini pada dasarnya hanya
dokumen pendmaping RPP. Akan tetapi, RPP tidak akan sempurna jika dokumen-dokumen ini
tidak dibuat oleh guru.
5. Mekanisme dan Prinsip Penyusunan KTSP
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Naisonal, Bab X, pasal 38, ayat (2) menyatakan:9
Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah.
Penyusun kurikulum adalah kelompok atau satuan pendidikan bersama komite sekolah/
madrasah. Mekanisme penyusunannya diatur oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
atas tiga fase yang meliputi pembentukan tim penyusun, kegiatan yang dilaksanakan, dan
pemberlakuan. Lebih lengkap dapat dilihat pada uraian berikut ini
1. Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
2. Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.
10Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
3. Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Mekanisme kegiatan penyusunan KTSP ditata sedemikian rupa. Fase-fase kegiatan
jelas. Penanggung jawab masing-masing kegiatan jelas. Seyogyanya penyusun KTSP mengikuti
mekanisme itu secara benar. Dari situlah akan lahir KTSP yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan satuan pendidikan. Selain itu, ada beberapa prinsip yang harus ditaati dalam
pengembangan KTSP. Prinsip-prinsip tersebut ditetakan oleh BSNP seperti berikut ini.
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
11Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudaya-an, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhati-kan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
6. Peran Kepala Satuan Pendidikan
Melihat mekanisme penyusunan KTSP terdahulu, posisi kepala satuan pendidikan di
dalam tim adalah sebagai ketua merangkap anggota. Selain itu, sebagai menejer pendidikan di
satuan pendidikannya, kepala satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Rencana-rencana itu dituangkan dalam program
operasional (renop). Terkait dengan aplikasi paradigma dalam strategi pembelajaran ini, kepala
satuan pendidikan berperan penting dalam merencanakan penyusunan KTSP dengan segala
dokumen dan perangkatnya.
Hal-hal yang diprogramkan adalah seperti yang tertera pada mekanisme penyusunan
KTSP poin kegiatan. Kegiatan itu meliputi penyusunan draf, mereviw, merevisi, memfinalisasi,
memantapkan, dan menilai dokumen. Fase-fase terseebut dituangkan ke dalam program rencana
operasional. Substansinya meliputi dokumen kurikulum yang meliputi perangkat kurikulum dan
12Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
perangkat pembelajaran. Format rencana operasional yang mungkin dapat digunakan terlampir
pada bahan sajian ini.
7. Simpulan
Bahan sajian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Paradigma adalah pola berpikir dan pola bertindak. Paradigma pendidikan/
pembelajaran adalah pola berpikir dan pola bertindak dalam memandang, menyikapi,
dan melaksanakan pembelajaran.
(2) Landasan hukum paradigma pendidikan/pembelajaran adalah: (1) UURI No.20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) PP No.19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan; (3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang berhubungan dengan
delapan standar nasional pendidikan
(3) Kurikulum adalah, “ seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Sedangkan KTSP adalah, “
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.”
(4) Dokumen kurikulum meliputi perangkat kurikulum dan perangkat pembelajaran;
Perangkat kurikulum terdiri atas dokumen satu dan dokumen dua. Dokumen satu
berisi rencana dan pengaturan dan dokumen dua adalah silabus. Perangkat
pembelajaran adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan segala
dokumen yang mendukungnya seperti penghitungan minggu dan jam efektif,
pemetaan aspek penilaian, pemetaan bentuk penilaian, penetapan criteria ketuntasan
minimal, program semesteran dan tahunan.
(5) Mekanisme penyusunan KTSP meliputi penetapan tim penyusun, pelaksanaan
kegiatan, dan pemberlakuan. Penetapan tim penyusun dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan. Anggotanya adalah kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota,
semua pendidik, konselor, komite, dan narasumber. Pelaksanaan kegiatan meliputi
penyusunan draf, reviw, revisi, finalisasi, pemanatapan, dan penilaian. Pemberlakuan
oleh kepala sekolah, pertimbangan oleh komite, dan mengetahui kepala dinas atau
kepala kantor departemen agama13
Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com
(6) Peran kepala satuan pendidikan adalah merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, dan mengontrol.
14Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com