112
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung tampak di lingkungan sekolah maupun melalui pemberitaan dari surat kabar atau majalah-majalah tentang kehidupan atau kejadian sehari-hari yang menimpa para siswa. Di antara realita itu adalah ketidakdisiplinan siswa, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sebagai contoh ketidakdisiplinan di sekolah misalnya siswa melanggar tata tertib sekolah. Kenakalan siswa di sekolah dan perkelahian antar pelajar. Sedangkan dalam lingkungan keluarga misalnya kurang patuhnya siswa terhadap orang tua dan tidak hormat kepada masyarakat di lingkungannya sendiri. Adapun faktor penyebab dari kenyataan tersebut adalah karena kurangnya rasa disiplin dari masing-masing individu dan kurangnya perhatian dalam kehidupan sehari-hari terutama dari orang tuanya. Ketidakdisiplinan dalam 1

hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

  • Upload
    lamnhu

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik

yang secara langsung tampak di lingkungan sekolah maupun melalui pemberitaan dari

surat kabar atau majalah-majalah tentang kehidupan atau kejadian sehari-hari yang

menimpa para siswa. Di antara realita itu adalah ketidakdisiplinan siswa, baik di sekolah

maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sebagai contoh ketidakdisiplinan di

sekolah misalnya siswa melanggar tata tertib sekolah. Kenakalan siswa di sekolah dan

perkelahian antar pelajar. Sedangkan dalam lingkungan keluarga misalnya kurang

patuhnya siswa terhadap orang tua dan tidak hormat kepada masyarakat di

lingkungannya sendiri.

Adapun faktor penyebab dari kenyataan tersebut adalah karena kurangnya rasa

disiplin dari masing-masing individu dan kurangnya perhatian dalam kehidupan sehari-

hari terutama dari orang tuanya. Ketidakdisiplinan dalam masyarakat mungkin pula

dipengaruhi oleh lingkungan itu sendiri, karena masyarakat terdiri dari unsur-unsur yang

datang dari lapisan masyarakat yang berbeda, seperti mulai dari masyarakat petani

sampai masyarakat pedagang, dari yang berstatus ekonominya rendah sampai yang

berstatus ekonominya tinggi dan juga dari yang agamanya kuat hingga yang lemah. Hal

ini sesuai dengan pengertian masyarakat yang diungkapkan oleh Mac Iver dan Page

( 1987 :20 ), yaitu :

“Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama, antara berbagai kelompok dan golongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan

1

Page 2: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Dan masyarakat selalu berubah”.

Dengan adanya lapisan-lapisan masyarakat tersebut secara tidak langsung dapat

membawa ketidakdisiplinan terhadap siswa, karena mungkin adanya perbedaan-

perbedaan yang dapat mengubah dirinya menjadi seorang anak yang tidak disiplin, yang

secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang baik dalam

mengembangkan sikap disiplin siswa, misalnya masyarakat itu sendiri sebagian besar

tidak mengenal bangku sekolah, masalah keagamaannya kurang dan sebagian besar dari

masyarakat banyak yang tidak mempunyai pekerjaan.

Pengaruh lingkungan keluarga sangat menentukan dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa, karena melalui lingkungan keluarga anak dapat berkumpul setiap saat

dengan orang tua, secara tidak langsung pendidikan kedisiplinan dapat diterapkan

melalui kegiatan sehari-hari. Adapun menurut pendapat Henkie Liklikuawata ( 1983 :

128 ) menyatakan bahwa :

“Kenakalan seorang anak akibat dari latar belakang yang serba semrawut. Sebaliknya faktor keluarga sebagai faktor dasar dalam pembentukan pribadi anak benar-benar harmonis. Kendari seorang anak berasal dari keluarga; keluarga suatu basis yang maha penting dalam menanggulangi kenakalan anak”.

Melalui kegiatan yang dilakukan di rumah, anak apat menerapkan sikap disiplin

dalam keluarga. Sedangkan dalam lingkungan sekolah, guru beserta stafnya dapat

mengarahkan siswa dalam meningkatkan kedisiplinan melalui kegiatan belajar mengajar.

Masalah kedisiplinan sangat erat kaitannya dengan moral, karena baik buruk

seseorang dapat dilihat dari segi akhlaknya. Memang moral sangat penting bagi suatu

masyarakat, bangsa dan umat manusia, apabila moral rusak, ketentraman dan

kehormatan bangsa itu akan hilang. Maka untuk memelihara kelangsungan hidup secara

2

Page 3: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

bangsa yang terhormat, Indonesia, perlu sekali memperhatikan pendidikan moral bagi

generasi yang akan datang.

Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, seharusnya para orang tua memikirkan

kembali posisinya dalam masyarakat. Jangan satu segi terlalu menonjol tetapi rumah

tangga terlupakan dan mengakibatkan adanya perilaku aneh yang menimbulkan buah

bibir orang lain, misalnya nampak sebagai seorang terpandang dalam masyarakat, tetapi

anaknya menjadi seorang berandal dan meresahkan orang lain. Selain itu juga orang tua

harus dapat mengembangkan pribadi anak-anaknya pada tahap permulaan, dalam hal ini

memberikan pendidikan kepada anak-anaknya supaya menjadi manusia yang

mempunyai kepribadian yang luhur dan disiplin yang kuat.

Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional

yang tertuang dalam GBHN yang isinya :

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kwalitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. ( GBHN 1988 )

Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut, maka bangsa Indonesia sebagai bangsa

yang besar dan penuh tanggung jawab akan berusaha memelihara generasi muda sebagai

generasi penerus, karena hanya kepada generasi muda-lah kelak akan dipercayakan dan

diandalkan seluruh kelanjutan sejarah bangsa.

3

Page 4: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalahnya sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh keluarga dan lingkungan sekolah dalam upaya

mengembangkan sikap disiplin siswa.

b. Sejauh manakah perangan orang tua dan guru dalam mengembangkan sikap

disiplin siswa.

c. Kegiatan apakah yang dapat mengembangkan sikap disiplin siswa, baik di

lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.

2. Pembatasan Masalah

Membatasi masalah yang diteliti dalam penelitian ini hanya akan membahas

tindakan-tindakan siswa yang tidak disiplin dan bagaimana cara menanggulanginya,

dalam hal ini penulis tidak akan membahas hal-hal yang menyangkut kondisi sekolah

dan prestasi belajar siswa.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi

yang erat kaitannya dengan masalah peningkatan kedisiplinan siswa di Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui sejauh mana tingkat kedisiplinan siswa di tingkat SMP.

4

Page 5: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

2. Mengetahui sejauh mana peranan orang tua dan guru dalam mengembangkan

kedisiplinan.

3. Mengetahui kegiatan apa yang dilakukan oleh orang tua dan guru dalam

mengembangkan kedisiplinan siswa yang tidak disiplin.

D. Aanggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Yang dimaksud dengan anggapan dasar menurut Winarno Surakhmad ( 1982 :

63 ) adalah :

“Di dalam suatu penelitian dibutuhkan sesuatu anggapan dasar dimana anggapan dasar merupakan titik tolak penelitian berupa suatu pendapat yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya”.

Penelitian ini bertitik tolak dari anggapan dasar sebagai berikut :

1. Peranan orang tua dan guru dalam membimbing siswa perlu dilakukan

secara aktif, baik di rumah maupun di sekolah, maka usaha untuk

mengembangkan sikap disiplin siswa akan mudah tercapai.

2. Melalui kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan siswa di lingkungan

keluarga maupun di lingkungan sekolah, maka siswa dapat

mengembangkan sikap disiplin, baik di rumah maupun di sekolah.

2. Hipotesis

a. Jika orang tua dan guru aktif dalam kegiatan belajar mengajar, maka

proses kedisiplinan siswa akan mudah tercapai.

5

Page 6: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

b. Jika kegiatan-kegiatan siswa yang dilakukan di lingkungan keluarga dan

di lingkungan sekolah bersifat positif dan menunjang terhadap proses

belajar mengajar, usaha pengembangan sikap disiplin siswa akan mudah

dicapai.

6

Page 7: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

BAB IILANDASAN TEORITIS

A. Disiplin Sekolah

1. Pengertian Disiplin

Disiplin begitu penting bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisir. Para

anggota harus mengendalikan keinginan pribadi masing-masing dan bekerja sama untuk

kebaikan bersama. Dengan kata lain mereka harus mengikuti dengan layak tata perilaku

yang ditetapkan oleh pemimpin organisasi, sehingga tujuan-tujuan yang telah disepakati

itu bisa dicapai. Disiplin mengandung maksud bahwa para anggota suatu organisasi,

apakah itu suatu perkumpulan, kantor, perusahaan, pemerintahan atau sekolah, harus

mematuhi peraturan atau hukum yang telah ditetapkan oleh organisasi, apabila tidak

maka organisasi itu akan menghadapi keruntuhan yang sukar dihindari. Kata disiplin

berasal dari bahasa latin “disciplana” yang berarti : “Latihan atau pendidikan kesopanan

dan kerohanian serta pengembangan tabiat”. ( Brigjen TNI Amiroeddin Syarif, SH., 1983

: 11 ). Kata disiplin mengandung arti :“Sebagai pedoman dan pemberian kepastian

berpijak”. ( Muh. Said 1989 : 87 ).

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa sebenarnya yang dimaksud

dengan disiplin tersebut perlu dilihat dari kenyataan-kenyataan yang dapat kita temui di

dalam kehidupan manusia.

Disiplin menurut Brigjen TNI Amiroedin Syarif, SH., 1983 : 11-12 ), disiplin itu

antara lain : “Disiplin Pribadi (self discipline), disiplin keluarga, disiplin masyarakat,

disiplin partai, disiplin kerja, disiplin militer, disiplin nasional dan sebagainya”.

7

Page 8: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Good’s dictionary of Education

menjelaskan disiplin sebagai berikut :

1. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakatn yang lebih efektif.

2. Pencarian suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, sekalipun menghadapi rintangan.

3. Pengendalian perilaku dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan atau hadiah.

4. Pengekangan dorongan, sering melalui cara yang tak enak dan menyakitkan.( Prof. Dr. Oteng Sutisna, 1983 : 97 )

Sedangkan “disiplin sekolah” didefinisikan sebagai kadar karakteristik dan jenis

keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara dengan mana keadaan

teratur itu diperoleh; pemeliharaan kondisi yang membantu kepada efisiensi fungsi-

fungsi sekolah.

Webter’s New World Dictionary memberikan sejumlah definisi kepada kata

“disiplin” itu, empat yang pokok diantaranya adalah :

1. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau keadaan

serba teratur dan efisien.

2. Hasil latihan serupa itu, pengendalian diri dan perilaku yang tertib.,

3. Penerimaan atau kepatuhan terhadap kekuasaan dan kontrol.

4. Perlakuan yang menghukum atau menyiksa.

Definisi-definisi tersebut di atas menyarankan adanya dua pengertian pokok

tentang disiplin.

- Pengertian pertama : Proses atau hasil pengembangan karakter, pengendalian diri,

keadaan teratur dan efisiensial.

- Pengertian kedua : Penggunaan hukuman atau ancaman hukuman untuk

membuat orang-orang mematuhi dan mengikuti peraturan

dan hukum. Jenis disiplin ini telah diberi macam-macam

8

Page 9: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

nama, yaitu ; disiplin negatif, disiplin otoriter ( Administrasi

Pendidikan, 1983 : 98 )

Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian disiplin dibagi menjadi dua

pengertian, yaitu :

a. Disiplin positif

Pendekatan positif terhadap disiplin menciptaan suatu sikap dan iklim

organisasi dimana para anggotanya mematuhi peraturan-peraturan yang perlu

dari organisasi tersebut atas kemauan sendiri, baik selaku perorangan maupun

kelompok, patuh pada tata tertib, karena mereka memahami, meyakini dan

mendukungnya. Mereka berbuat begitu karena mereka menghendakinya,

bukan karena takut akan akibat-akibat dari ketidakpatuhannya.

b. Disiplin negatif

Pendekatan negative terhadap disiplin menggunakan kekuasaan dan kekuatan.

Hukuman diberikan kepada pelanggar peraturan untuk menjerakan dan untuk

menakutkan orang lain, sehingga mereka tidak akan berbuat kesalahan yang

sama. Singkatnya, pendekatan jenis disiplin ini menekankan pada

penghindaran hukuman, tidak pada kerja sama yang bergairah, yang tulus

ikhlas. ( Oteng Sutisna, 1983 : 98-99 )

Dalam hubungannya dengan pendidikan formal, Tatang Kartadinata ( 1986 : 103 )

mengemukakan :

“Dalam arti luas disiplin mencakup setiap pengaruh yang ditujukan untuk membantu siswa agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan dan juga penting tentang cara-cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan siswa terhadap lingkungannya”.

Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan

tertentu dan menjauhi larangannya. Kesediaan ini harus dipelajari dan harus secara sadar

9

Page 10: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

diterima dalam upaya memelihara kepentingan bersama. Di lingkungan sekolah untuk

berupaya memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah. Keuntungan lain dari adanya

pengembangan disiplin di sekolah adalah siswa belajar hidup dengan pembiasaan yang

baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan atau

kemerdekaan seseorang atau siswa, akan tetapi sebaliknya untuk memberikan

kemerdekaan yang lebih besar kepada seseorang atau siswa dalam batas-batas normatif

yang dia miliki.

Akan tetapi bila kebebasan siswa atau individu terlampau dikurangi, dikekang

dengan peraturan, maka dia akan mencari penyaluran atau mengalami frustasi dan

kecemasan. Di sekolah misalnya, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah

laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas sekolah dapat berjalan dengan optimal.

Tujuan disiplin adalah untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara

berperilaku yang legal dan beraturan, tetapi tujuan disiplin yang hakiki ialah untuk

ketetapan kemauan dan kegiatan yang berorientasi pada masyarakat.

2. Pengertian Sekolah

Sebagai pusat pendidikan formal, sekolah lahir dan berkembang demi pemikiran

efesiensi dan efektivitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat.

Lembaga pendidikan atau sekolah, lahir dan tumbuh untuk masyarakat. Pengertian

sekolah menurut Sanafiah Faisal adalah :

“Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserhi kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukannya di masyarakat bersangkutan. Haluan tersebut tercermin di dalam falsafah dan tujuan penjenjangan, kurikulum, pengadministrasian serta pengelolaannya”.

10

Page 11: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Fungsi pemberian pendidikan, memang bukan sepenuhnya dan memang tidak

mungkin diserahkan sepenuhnya kepada lembaga persekolahan, sebab pengalaman

belajar pada dasarnya bisa diperoleh di sepanjang hidup manusia, kapanpun dan

dimanapun, termasuk di lingkungan keluarga dan masyarakat itu sendiri.

Sekolah merupakan lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk

masyarakat. Lembaga sosial formal tersebut, bisa disebut sebagai suatu organisasi, yaitu

terikat pada tata aturan formal, mempunyai program dan mempunyai target atau sasaran

yang jelas serta memiliki struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengelolaan yang

pasti dan resmi. Karena itu, fungsi sekolah terikat kepada target atau sasaran-sasaran

yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri.

Istilah masyarakat di sini, di dalamnya termasuk orang tua, pemerintah dan

lembaga-lembaga sosial lainnya yang berkepentingan dengan hasil pendidikan. Dengan

demikian pendidikan diberikan melalui banyak lembaga dan tugas itu tidak merupakan

monopoli sekolah, maka perlu dipelajari dalam hal apa saja sekolah itu merupakan

sesuatu yang khas dan dapat dibedakan dari lembaga-lembaga pendidikan yang lain.

Sekolah menurut R. Iyeng Wiraputra, M.Sc. adalah mempunyai dua kekhususan,

yaitu :

a. Sekolah merupakan suatu lembaga sosial yang direncanakan dan diakui untuk

mencapai tujuan tertentu dan tidak bersifat insidential.

b. Tujuan utama dan khas ialah mendidik. ( R. Iyeng Wiraputra, M.Sc., 1987 :

46 )

3. Pengertian Disiplin Sekolah

Sekolah merupakan masyarakat pendidikan, dan di dalam masyarakat biasanya

terdapat peraturan-peraturan dan peraturan tersebut merupakan suatu hal yang bisa

11

Page 12: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

menjamin kepentingan-kepentingan terhadap bahaya di dalam lingkungan masyarakat.

Namun apabila peraturan-peraturan tersebut sudah tidak ditaati, maka akan timbul

kegelisahan-kegelisahan yang tidak bisa diatasi. Muh. Said ( 1989 ) menyatakan :

“Tugas sekolah sebagai salah satu masyarakat pendidikan ialah untuk mempengaruhi generasi muda dengan perilaku yang diakui dan mengikat supaya tujuan utama dari masyarakat dapat dibantu dan diwujudkan. Denagan jalan begini masyarakat dapat meneruskan dan dapat mengembangkan kelangsungan hidupnya. Untuk menjalankan tugasnya diadakan pengorganisasian dengan penentuan wewenangnya, program komunikasinya, pengawasan, sanksi-sanksi bagi para anggota kelompoknya berupa tata tertib yang belaku di sekolah tersebut”. ( Ilmu Pendidikan, 1989 : 166)

Tata tertib yang berlaku di lembaga-lembaga pendidikan merupakan salah satu

contoh disiplin di sekolah dengan maksud untuk mengatasi segala permasalahan yang

mungkin timbul di sekolah. Maka setiap lembaga pendidikan menyediakan tata tertib di

sekolah agar menjamin terjadinya proses belajar mengajar yang berhasil dan berdaya

guna. M. Ngalim Purwanto, mengatakan :

“Disipin di sekolah merupakan titik pusat dalam memberikan pendidikan di sekolah, dalam membentuk manusia seutuhnya, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terkandung dalam GBHN : Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk menngkatkan ketaqwaan terhada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air dan agar dapat membangun manusia-manusia pembangunan, yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. (M. Ngalim Purwanto, 1989 : 160 )

Dengan bertitik tolak kepada tujuan nasional, maka arah yang akan ditempuh

dalam membimbing siswa di dalam dunia pendidikan sangatlah jelas. Disiplin di sekolah

sangat berperan dalam dunia pendidikan untuk menanamkan perbuatan baik, oleh karena

itu tata tertib di sekolah perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik itu keluarga,

masyarakat dan lembaga pendidikan itu sendiri. Fungsi sekolah sebagai tempat

pendidikan, juga tidak lepas untuk membantu orang tua yang tidak sempat memberikan

12

Page 13: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

lagi pendidikan secara lebih jauh kepada anak-anaknya, seperti diungkapkan di bawah

ini :

“Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membentuk dan memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mempu lagi memberikan bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya, untuk mempersiapkan anak-anaknya agar hidup cukup bekal dengan kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern yang lebih tinggi kebudayaanya seperti sekarang ini. Anak-anak tidak cukup hanya menerima pendidikan dan pengajaran dari keluarganya saja. Maka dari itu masyarakat atau negara mendirikan sekolah-sekolah”. ( M. Ngalim Purwanto, 1989 : 149 )

Setiap penyelenggara pendidikan formal tentu akan mempunyai peraturan tata

tertib yang harus dipatuhi oleh siswanya, karena tujuan tata tertib sekolah itu adalah

untuk mendidik para siswa. Tata tertib yang berlaku di setiap lembaga pendidikan adalah

untuk memberikan ketegasan dan kepastian bagi setiap siswa yang melanggarnya, begitu

juga merupakan suatu hak dan kewajiban yang harus ditaati sesuai dengan ketentuan

yang belaku.

“Sekolah adalah untuk anak remaja, dan peranan pendidikan hendaknya didesain bagi mereka. Jika mereka hendak menerima perhatian sepenuhnya pada setiap tingkat perkembangan mereka, sekolah harus menyediakan program pelayanan murid yang selengkap mungkin”. ( Oteng Sutisna, 1983 : 65 )

Sekolah sebagai tempat terjadinya proses belajar mengajar. Apa yang dimaksud

dengan belajar ?

“Belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kesanggupan yang berlaku selama waktu tertentu dan tidak dapat dinyatakan sebagai proses pertumbuhan”. ( Robert M. Gagne, 1989 : 91 )

Artinya yang terjadi adalah merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang

terjadi pada diri seseorang. Sedang yang dimaksud dengan mengajar, akan penuli

kemukakan dari beberapa ahli, diantaranya : “Mengajar adalah memberikan pengetahuan

atau melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan kepada anak”.

13

Page 14: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Mengajar tidak identik dengan penyampaian sesuatu/konsep dan bukan semata-

mata bicara atau khotbah di muka kelas. Juga bukan memberikan perintah kepada

siswanya dan janganlah menafsirkan mengajar adalah berdiri di muka kelas atau menjadi

komandan yang maha tahu, maka kuasa bagi siswa-siswanya, tetapi mengajar dapat

diartikan sebagai :

a. Seluruh upaya dan penampulan guru dalam menyampaikan stimulus/stimuli pengajaran.

b. Serentetan kegiatan atau suasan interaksi/transaksi/dialog siswa dengan guru melalui sejumlah media pengajaran.

c. Sejumlah penampilan guru di muka para siswanya di kelas. ( Ahnad Kosasih Djahari, 1988 : 94 )

Dari kedua pendapat di atas, pada hakekatnya sama, yaitu berbagai upaya

mendewasakan anak/siswa, di antara sikap dewasa itu adalah sikap disiplin, yaitu

mematuhi peraturan-peraturan yang ada di sekolah. Contoh-contoh disiplin di sekolah :

a. Siswa harus mengikuti upacara yang diadakan setiap hari Senin sebelum

pelajaran dimulai.

b. Siswa harus hadir di sekolah paling lambat 10 menit sebelum pelajaran

dimulai.

c. Siswa diharuskan masuk dengan tertib dan teratur.

d. Pada waktu istirahat siswa dilarang berada di ruang kelas, kecuali yang sedang

menjalankan tugas kebersihan.

e. SIswa diperbolehkan pulang setelah pelajaran selesai.

f. Siswa harus senantiasa memelihara dan menjaga kebersihan dan kerapihan

sendiri.

g. Siswa harus memakai seragam yang telah ditentukan oleh sekolah, berpakaian

sopan.

14

Page 15: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

h. Setiap siswa wajib membayar SPP melalui Tata Usaha/Bedahara yang

ditunjuk oleh Kepala Sekolah.

Apabila siswa tidak mematuhi peraturan-peraturan tersebut maka siswa akan mendapat

sanksi (hukuman) baik dari guru maupun dari kepala sekolah.

4. Sanksi-sanksi Terhadap Pelanggaran

Dalam suatu ketentuan atau peraturan selalu harus diimbangi dengan sanksi.

Sanksi adalah sama dengan hukuman bagi siapa yang melakukan pelanggaran terhadap

peraturan yang sudah ditetapkan. Agar peraturan dapat ditegakkan dan mempunyai

kekuatan yang memaksa, artinya tidak boleh tidak harus dipatuhi oleh seluruh lapisan

masyarakat yang terikat oleh peraturan tersebut. Demikian juga dengan tata tertib dan

sanksi yang terdapat dalam lingkungan persekolahan.

Sanksi atau hukuman yang merupakan suatu alat untuk mencegah agar setiap

manusia yang terikat oleh peraturan itu, berusaha untuk tidak melanggarnya dan

diharapkan adanya kesadaran pada setiap manusia yang terikat oleh peraturan itu dan tata

tertib tersebut, sehingga dapat menyadari bahwa pelanggaran itu tidak baik.

Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, penegak hukum dan lain sebagainya), sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau keselahan. Sanksi dijatuhkan atas perbuatan jahat atau buruk yang telah dilakukan. ( M. Ngalim Purwanto, 1987 : 236 )

Maksud orang memberikan hukuman itu bermacam-macam, dan hal ini sangat erat

dengan pendapat orang tentang teori-teori hukum :

a. Teori PerbaikanMenurut teori ini hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi maksud hukuman ini ialah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan seperti itu lagi. Teori ini lebih bersifat pedagogis, karenanya bermaksud memperbaiki si pelanggar, baik lahiriyah maupun batiniah.

b. Teori Perlindungan

15

Page 16: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Menurut teori ini hukuman dilakukan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini masyarakat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang dilakukan si pelanggar.

c. Teori PembalasanMenurut teori ini hukuman diberikan sebagai suatu pembalasan terhadap kelalaian atau pelanggaran yang telah dilakukan oleh seseorang, sehingga teori ini tidak tepat untuk dipakai dalam pendidikan sekolah.

d. Teori ganti rugiMenurut teori ini hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita akibat perbuatan-perbuatan kejahatan pada pelanggaran itu. Teori ini banyak digunakan dalam masyarakat atau pemerintahan. ( M. Ngalim Purwanto, 1987 : 238 )

Hukuman atau sanksi hendaknya berfungsi sebagai pendidikan dan harus bersifat

mendidik, hal ini sesuai pula dengan pendapat dari Prof. Dr. Lengeveld ( 1987 :245 ),

yang menyatakan bahwa :

“Hukuman itu tidak boleh bersifat balas dendam si anak yang mendapat duka cita, hukuman harus mengetahui bahwa yang menghukum juga merasakan duka citanya, suatu duka cita yang ditimbulkan si anak meskipun tidak dihilangkan sama sekali, karena duka cita si anak maka hubungan yang renggang antara pendidik harus sanggup mengampuni dengan kerelaan hati untuk membawa anak yang bersedih kepada alamnya, atau kepada keadaan semula”.

Dalam proses pendidikan, hukuman itu penting, karena sifatnya untuk mendidik,

sehingga anak didik menyadari sepenuhnya bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak baik

dan dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak baik tersebut.

5. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin

Makin guru mengenal siswa, maka akan semakin besar kemungkinan guru untuk

mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa

tidak mendapat perhatian guru, maka sangat mungkin terjadi siswa melanggar disiplin

sekolah. Setiap siswa pada dasarnya mempunyai daya atau tenaga untuk mengontrol

dirinya sendiri, tetapi biasanya mereka kurang menghargai oteritasnya dan mereka tidak

menyukai dan membencinya. Pengenalan terhadap mereka dan latar belakangnya

16

Page 17: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

merupakan usaha penanggulangan pelanggaran disiplin. Contoh alat untuk

menanggulangi pelangaran disiplin :

a. Interest-invertory, merupakan cara sederhana yang dapat dibuat oleh guru. Alat ini berupa sejumlah pertanyaan tentang buku apa yang mereka senangi, hobby favorit apa yang siswa kerjakan kalau punya waktu senggang, acara apa yang paling disenangi dari siaran TV, guru yang paling disenangi, dan sebagainya.

b. Sosiogram, yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi mereka dalam rangka hubungan sosial pishikologis dengan teman-temannya.

c. Feedback letter, dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu surat tentang perasaan mereka terhadap sekolahnya, apa yang disukainya pada hari pertama masuk sekolah. ( Tatang Kartadinata, 1986 : 106 )

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa

Disiplin merupakan salah satu nilai yang menentukan tingkat moral seseorang,

terutama kaitannya dengan kepentingan bersama, termasuk kepentingan bangsa dan

negara yang kita kenal dengan Disiplin Nasional. Timbulnya sikap disiplin dipengaruhi

oleh berbagai faktor, terutama faktor lingkungan, faktor pembawaan ada namun relatif

kecil.

Lingkungan yang mempengaruhi nilai-nilai seorang siswa, termasuk sikap

berdisiplin, dapat dibagi ke dalam : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat. Pengaruh ketiga lingkungan tesebut tidak berdiri sendiri, tetapi

saling berkaitan dan salah satunya mungkin paling dominan.

1. Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor keluarga yang terlihat dalam masyarakat sekarang adalah kerukunan hidup

dalam rumah tangga yang stabil, seperti adanya saling pengertian, saling menerima,

saling menghargai, saling mencintai di antara suami istri. Tidak rukunnya ibu dan bapak

akan menyebabkan gelisahnya anak-anak, mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan

17

Page 18: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

berada di tengah-tengah orang tua yang tidak rukun. Anak-anak yang gelisah dan cemas

itu mudah tergoda kepada perbuatan-perbuatan yang merupakan ungkapan rasa hatinya,

biasanya mengganggu ketentraman orang lain.

Demikian juga halnya dengan anak-anak yang merasa kurang mendapat perhatin,

kasih sayang dan pemeliharaan orang tua, mereka akan mudah mencari kepuasan di luar

rumah.

Kenakalan seorang anak akibat dari latar belakang yang serba semrawut, sebaliknya faktor keluarga sebagai faktor dasar dalam pembentukan pribadi anak-anak, benar-benar harmonis. Kendali seorang anak berasal dari keluarga. Keluarga merupakan basis yang maha penting dalam menanggulangi kenakalan anak. Sedangkan sekolah hanya sekedar faktor penunjang. Jadi jangan terlalu berharap dari sekolah sebelum dasar ini kukuh ditanamkan. ( Henkie Liklikuawata, 1989 : 128 )

Mengenai sebab-sebab timbulnya tindakan tidak disiplin yang berasal dalam

keluarga, dikemukakan oleh Sofyan Wills, 1981 : 62-64, yaitu :

a. Kehidupan keluarga yang tidak harmonis.b. Anak kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya, sehingga hal yang

amat dibutuhkan itu terpaksa dicari di luar rumah.c. Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, telah menyebabkan tidak mampu

mencukup kebutuhan anak-anaknya.

Demikian uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya dan betapa besarnya

pengaruh dan peran keluarga terhadap sikap dan perilaku seorang anak, termasuk sikap

indisipliner dan kenakalan remaja.

2. Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga, karena itu

sekolah cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang

bertanggung jawab.

18

Page 19: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Khusus mengenai tugas kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah

ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak dewasa dan

terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina

anak menjadi dewasa yang bertanggung jawab. Dalam hal ini peranan guru sangat

diperlukan.

Sekolah merupakan masyarakat kecil bagi anak. Di lingkungan sekolah, anak

terlatih bergaul dengan sesamanya. Dalam rangka menjadi anggota masyarakat yang

baik, kepada anak diberikan teori serta prakteknya yang menyangkut moral, mental

dengan perasaan sosialnya, termasuk di dalamnya sikap berdisiplin. Apa yang dididikkan

kepada anak diketengahkan oleh M. Ngalim Purwanto ( 1987 : 218 ), di antaranya :

a. Anak-anak dibiasakan datang dan pergi ke sekolah tepat pada waktunya : masuk dan keluar pada waktunya.

b. Anak-anak diajar bekerja perorangan maupun berkelompok, dalam hal ini perasaan tanggung jawab pada anak harus dipupuk.

c. Anak-anak diajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan anak-anak lain di sekolah.

Sekolah merupakan suatu sistem, terdiri dari berbagai komponen yang satu

dengan yang lainnya saling mempengaruhi, seperti guru, kondisi sarana, kurikulum dan

lain-lain yang kesemuanya menentukan hasil belajar siswa. Di antara hal-hal tersebut ada

yang berkaitan dengan sikap moral, khususnya nilai disiplin. Hal-hal yang dapat

mendorong seorang siswa bersikap tidak disiplin, di antaranya :

a. Mutu guru tidak sesuai dengan tuntutan sebagai pendidik, akibatnya guru dalam menjalankan tugasnya hanya menyampaikan ilmu saja tanpa memperhatikan perubahan tingkah laku yang terjadi pada anak didik. Hal ini mendorong timbulnya tindakan indisipliner pada siswa di sekolah. Misalnya : tidak punya minat untuk menjadi guru atau kondisi sosial ekonomi guru sangat minim.

b. Kurangnya dedikasi guru dalam mengajar, sehingga tugas ini dilakukan hanya sekedar mencari uang tanpa memperhatikan kebutuhan serta minat siswa, akibatnya siswa merasa tidak puas dan cemas, akhirnya melakukan tindakan indisipliner yang jelas bertentangan dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.

19

Page 20: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

c. Kurang kompaknya guru-guru dalam menyampaikan norma-norma pendidikan di sekolah, menyebabkan adanya pilih kasih di antara siswa di sekolah. Hal ini bisa mendorong timbulnya tindakan indisipliner siswa di sekolah.

d. Kurang nya tenaga pendidikan, mengakibatkan sering terjadi waktu kosong bagi anak didik, karena guru sering absent. Hal ini dapat mendorong siswa untuk melakukan tindakan indisipliner.

e. Kurang tegasnya kepala sekolah dalam menindak anak yang melakukan tindakan indisipliner, sehingga mengakibatkan kebiasaan pada siswa untuk selalu melakukan tindakan yang bertentangan dengan tata tertib. ( Sofyan Wills, 1981 : 72 )

3. Faktor Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan dimana terdapat rasa kebersamaan keinginan.

Lingkungan masyarakat besar pengaruhnya terhadap kehidupan yang terjadi dalam

lingkungan masyarakat tersebut, sehingga baik langsung maupun tidak langsung

merupakan pendidikan yang diterima anak dalam perkembangan dan pembentukan

pribadinya. Pendapat Brighman yang dikutip oleh Oten Sutisna ( 1985 : 144 ) :

“Masyarakat adalah tempat dimana hidup sejumlah kelompok manusia yang mempunyai ketentuan dan peraturan hidup yang disepakati bersama dan berkembangnya norma-norma yang berlainan di dalamnya. Lingkungan dan hubungannya dengan pembawaan atau pengaruh lingkungan terhadap pendidikan manusia, merupakan penyebab dan akibat dari cara maupun efek pasif yang eksistensinya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan”.

Interaksi antara menusi menyebabkan adanya kehidupan masyarakat. Bentuk-

bentuk interaksi ini kemudian mewarnai kondisi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Dalam proses interaksi ini dapat ditemukan berbagai sifat hubungan antar manusia,

mulai dari hubungan yang sangat intim, agak renggang, malahan kadang kala hubungan

dalam arti benturan antar kelompok kepentingan yang satu dengan yang lainnya.

Perkembangan dan perubahan adalah merupakan ciri dari seluruh tingkatan

masyarakat. Masyarakat juga amat menentukan bagi penyesuaian diri anak, karena

sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di rumah, dan rumah mereka berada di

20

Page 21: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

dalam lingungan masyarakat. Banyak hal-hal yang terdapat di lingkungan masyarakat

yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyesuaikan diri anak dan

perkembangannya. Pengaruh pergaulan bebas dan kekerasan serta tingkah laku yang

bertentangan dengan Pancasila, menimbulkan hal-hal negatif bagi anak-anak dan remaja.

Faktor lingkungan masyarakat merupakan penunjang dalam pembenrukan

kepribadian siswa, tetapi juga merupakan faktor yang menyebabkan kemungkinan

timbulnya perbuatan-perbuatan indisipliner pada siswa, seperti diungkapkan oleh Sofyan

Wills (1981 : 65-68 ), yang menyatakan sebagai berikut :

a. Kurangnya ajaran-ajaran agama secara konsekuen dalam masyarakat.b. Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan.c. Kurangnya pengawasan terhadap anak.d. Pengaruh-pengaruh/norma dari luar (asing).

Faktor lingkungan yang bernafaskan agama sangat besar artinya dalam

mendorong anak untuk berkembang jadi manusia yang taat melaksanakan kewajiban

yang dibebankan dalam agama bagi pemeluknya, dan ini akan mendorong siswa untuk

mengembangkan kepribadiannya, ke arah pribadi yang positif.

C. Pembinaan Terhadap Siswa

Membina adalah keseluruhan upaya mendidik, baik di dalam maupun di luar

sekolah, dengan tujuan meningkatkan kemampuan serta kesanggupan, baik secara fisik

maupun spiritual. Dengan kata lain, membina berarti membangun sesuatu untuk

mewujudkan unsur-unsur yang baru dan lebih baik di dalamnya. Melaksanakan

pembinaan terhadap siswa adalah hal yang sangat penting, karena siswa diharapkan

tampil sebagai subyek pembangunan.

21

Page 22: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Pada dasarnya dalam pelaksanaan pembinaan terjadi proses komunikasi yang

timbal balik secara formal maupun non formal. Pola dasar pembinaan dan

pengembangan generasi muda dikemukakan oleh Direktorat Jendral PLSPO Depdikbud (

1980 : 61 ) sebagai berikut :

“Pembinaan dan pengembangan pada dasarnya adalah upaya pendidik baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah dan teratur serta tanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing serta mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras. Pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bakat, kecerdasan, keinginan serta kemampuan-kemampuan sebagai bekal untuk melanjutkan atas prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesame maupun lingkungan ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri”.

Pembinaan terhadap siswa adalah tugas utama yang bersifat mutlak. Oleh karena

itu peran keluarga, sekolah dan masyarakat sangat diperlukan. Bimbingan dan

pembinaan terhadap siswa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Pembinaan khusus dalam keluarga

Secara prinsipal keluarga adalah lembaga pertama yang melakukan pembinaan

terhadap anak, karena itu keluargalah yang meletakkan pondasi bagi hari depan

anaknya. Selain itu juga fungsinya sebagai lingkungan utama generasi muda, yang

faktor-faktor kondisional dan situasional lingkungannya dapat memberi pengaruh

menguntungkan atau merugikan pertumbuhan dan perkembangan generasi muda.

Oleh karena itu usaha-usaha pembinaan generasi muda penting sekali.

Tujuan dari pembinaan keluarga itu adalah :

a. Tujuan intermediate, agar supaya keuarga dapat melaksanakan

fungsinya sebagai Pembina anak yang baik dan menciptakan

lingkungan rumah tangganya sebagai lingkungan utama anak dengan

faktor-faktor pendidikan dan pembinaan yang menguntungkan.

22

Page 23: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

b. Tujuan umum, agar supaya anak (generasi muda) mendapatkan suatu

lingkungan keluarga yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak dalam rangka pembangunan nasional secara

konperhensip. (Simanjuntak B., S.H., Drs., 1990 : 66 )

Sasaran operasi pembinaan meliputi keluarga-keluarga di lingkungan

masyarakat pedesaan maupun di lingkungan masyarakat kota, baik keluarga-

keluarga yang tergolong kaya, menengah maupun miskin. Perhatian yang lebih,

dicurahkan pada pembinaan keluarga-keluarga di daerah.

Materi operasi pembinaan meliputi :

a. Usaha-usaha penyuluhan, bimbingan dan pendidikan kesejahteraan

keluarga.

b. Usaha konsultasi masalah-masalah keluarga dan masalah-masalah

anak.

c. Usaha menerbitkan peraturan perundang-undangan tentang

kesejahteraan keluarga.

d. Usaha perlindungan dan jaminan sosial serta asistensi sosial.

e. Usaha peningkatan ekonomi keluarga.

f. Usaha pemenuhan kebutuhan perlengkapan dan persyaratan

pembinaan anak dan remaja.

g. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi program kesejahteraan keluarga,

serta usaha penyempurnaan aparatur (organisasi, personal dan sistem

pelayanan) dari para pembina kesejahteraan keluarga, seperti BKIA,

PKBI, BKKBN, PKK dan lain sebagainya. (Simanjuntak B., S.H.,

Drs., 1990 : 67 )

23

Page 24: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Pembinaan putra-putri adalah tugas keluarga yang bersifat mutlak. Oleh

karena itu peran keluarga sangat diperlukan dengan bimbingan dan pembinaan

yang terarah.

2. Pembinaan khusus pada Lembaga Pendidikan Formal/Sekolah

Lembaga pendidikan formal yang terdiri dari sekolah dan atau kursus, merupakan

lembaga kedua yang melaksanakan pembinaan terhadap anak (generasi muda).

Komplek sekolah atau kursus juga merupakan lingkungan kedua yang diharapkan

berpengaruh baik pada perkembangan kepribadian anak. Walaupun sekolah atau

kursus sebagai lembaga kedua dalam pembinaan anak (generasi muda) telah

melakukan usaha-usaha pembinaan dengan penuh kesengajaan dan secara teratur,

akan tetapi kekurangan-kekurangan masih banyak terdapat pada lembaga

pendidikan formal tersebut, karena kompleksnya permasalahan.

Sasaran operasi pembinaan lembaga pendidikan formal adalah keseluruhan unsur

pemerintahan dan masyarakat yang melakukan kegiatan-kegiatan yang telah

terlembaga terutama dalam bentuk pendidikan persekolahan dari mulai tingkatan

Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), kursus

kejuruan/keahlian, sekolah agama dan pesantren.

Materi operasi pembinaan meliputi usaha-usaha sebagai berikut :

a. Intensifikasi penerangan terhadap keluarga dan anak pada khususnya ;

masyarakat pada umumnya, tentang tujuan pendidikan, sistem

pendidikan yang berlangsung, masalah–masalah pendidikan dan

kesepakatan pendidikan yang dapat ditempuh.

b. Intensifikasi penyuluhan dan bimbingan/konsultasi terutama pada

siswa dan mahasiswa tentang jurusan-jurusan atau bidang-bidang

keahlian yang pendidikannya tersedia di perguruan tinggi atau pada

24

Page 25: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

sekolah kejuruan dihubungkan dengan lapangan kerja yang ada dan

dengan kemungkinan-kemungkinan kesempatan pendidikan yang

dapat dibuka atau yang akan tersedia.

c. Peningkatan kemampuan guru sesuai dengan perkembangan dan

perubahan ilmu dan teknologi, sesuai pula dengan perkembangan dan

perubahan sosial yang berlangsung, sesuai pula dengan tuntutan

kebutuhan yang juga berubah dan meningkat. Tidak kurang pula

pentingnya usaha peningkatan pendapatan, pemenuhan kebutuhan

perumahan, sandang dan pangan, serta kebutuhan perlengkapan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

d. Meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, baik

untuk sekolah atau kursus, maupun untuk masyarakat pada umumnya,

seperti misalnya : ekstensifikasi perpustakaan rakyat, penyediaan

buku-buk pelajaran dan sebagainya.

e. Penyempurnaan kurikulum pendidikan (dalam arti luas) dan perbaikan

sistem pendidikan yang dapat menjamin semakin majunya mutu

pendidikan.

f. Mengembangkan dan meningkatkan pendidikan luar biasa, baik bagi

golongan anak-anak yang menderita ketunaan, buta, tuli, bisu, lemah

mental, cacat badan, maupun bagi golongan anak-anak yang

brilyan/genius.

g. Mencantumkan program pembinaan generasi muda dalam undang-

undang pokok pendidikan yang akan datang. ( Simanjuntak, B., S.H.,

Drs., 1990 : 70-71 )

25

Page 26: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam pembinaan di sekolah diharapkan

dapat meningkatkan sikap disiplin di sekolah. Oleh karena itu peranan sekolah

sangat diperlukan dengan bimbingan dan pembinaan terarah.

3. Pembinaan khusus dalam masyarakat

Dalam rangka pembinaan anak didik, masyarakat mempunyai peranan penting dan

tanggung jawab yang besar. Sebagai suatu kesatuan, masyarakat lembaga Pembina

dan sekaligus pula sebagai lingkungan ketiga bagi anak (generasi muda).

Memperhatikan fungsi masyarakat tersebut yang mungkin dapat memberikan

pengaruh yang baik maupun yang merugikan, maka dirasakan perlu adanya usaha-

usaha pembinaan masyarakat.

Tujuan pembinaan masyarakat adalah agar dapat lebih fungsional dalam perannya

sebagai Pembina maupun sebagai lingkungan yang dapat membawa serta

mengantarkan anak ke arah perkembangan jasmani, rohano, sosial, dan moral yang

sehat, serta berkemampuan dan bertanggung jawab dalam kegiatan pembangunan

di masyarakat dan pembangunan bangsa dan negara pada umumnya.

Sasaran operasi pembinaan dalam masyarakat adalah keseluruhan masyarakat di

desa dan di kota dan komponen-komponen dalam masyarakat yang mempunyai

peranan atau pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada

khususnya.

Komponen masyarakat itu antara lain :

a. Lembaga, badan dan organisasi masyarakat, organisasi olahraga,

organisasi kesenian.

b. Kondisi dan situasi sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial psikologi.

c. Media massa, film, bacaan, gambar-gambar dan literatur-literatur

lainnya.

26

Page 27: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

d. Tempat-tempat hiburan umum dengan bermacam-macam bentuk

hiburannya, tempat-tempat rekreasi, lalu lintas dan kegiatan-kegiatan

pengisi waktu luang. ( Simanjuntak, B., S.H., Drs., 1990 : 70-71 )

Untuk pembinaan masyarakat, materi yang diperlukan antara lain :

a. Penyuluhan dan bimbingan guna menyebarluaskan pengertian tentang masalah-

masalah siswa serta pembinaan dan memotivasi masyarakat kepada

peningkatan partisipasi dalam pembinaan generasi muda.

b. Bimbingan terhadap kegiatan masyarakat terarah kepada kegiatan yang

terorganisir dan sistematik serta kontinyu dengan memperkuat sistem

koordinasi, pendirian organisasi-organisasi olahraga, kesenian, kepemudaan,

studi group, pramuka, perpustakaan dan sebagainya.

c. Menggerakkan pengarahan sumber-sumber dana dan fasilitas guna melengkapi

dan atau menyediakan sarana dan prasarana pembinaan anak didik, perlu ada

paling sedikit satu lapangan sepak bola dan fasilitas olahraga lainnya, fasilitas

kesenian, untuk tiap-tiap desa di daerah pedesaan dan untuk tiap-tiap Rukun

Warga di kota.

Dengan demikian usaha-usaha pembinaan yang dilakukan di masyarakat,

diharapkan akan dapat meningkatkan sikap disiplin dalam lingkungan masyarakat. Juga

dengan adanya pembinaan terhadap anak didik, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan

juga di lingkungan masyarakat, diharapkan pula akan menambah perhatian serta

bimbingan untuk membina anak ke arah positif, agar anak dapat meningkatkan sikap

disiplin, baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

27

Page 28: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

BAB IIILAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penulis

memilih metode ini karena penelitiannya berkenaan dengan situasi yang ada pada saat ini

dan penelitian ini bermaksud menggambarkan apa adanya.

Sedangkan untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik penelitian

sebagai berikut :

1. Observasi, dalam teknik ini penulis langsung mengadakan penelitian ke lokasi yang

akan dijadikan tempat penelitian.

2. Angket, dalam teknik ini penulis menggunakan angket yang disebarkan kepada

siswa dan orang tua untuk mengumpulkan data.

3. Wawancara, dengan teknik ini penulis dapat mengetahui secara langsung dari guru

tentang sebab-sebab siswa melakukan tindakan tidak disiplin.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

SMP N 3 Subang yang berjumlah 780 orang, guru 45 orang dan orang tua

berjumlah 780 orang.

2. Sampel

Yang dimaksud dengan sampel sebagaimana yang dikemukakan oleh

Suharsisi Arikunto (1982 : 104 ) adalah sebagai berikut : “Yang dimaksud

28

Page 29: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dinamakan sampel

apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.”

Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel 25 % dari jumlah

keseluruhan populasi, yaitu :

Siswa = 200 orang

Orang tua = 200 orang

Guru = 20 orang +

Jumlah = 420 orang

C. Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan oleh penulis dalam persiapan penelitian terlebih dahulu

mengadakan pra penelitian.

Langkah-langkah pra penelitian itu adalah sebagai berikut :

1. Instrumen penelitan disusun dalam bentuk angket untuk mengumpulkan data dari

siswa dan bahan pertangaan untuk mewawancarai guru secara langsung.

2. Mempersiapkan persyaratan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

hal ini dimaksudkan untuk mempermudah jalannya penelitian.

Setelah semua terpenuhi barulah penulis mengadakan penelitian lapangan yang

dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 24 Januari 2010 dengan lokasi SMP N 3 Subang.

29

Page 30: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

D. Pengumpulan Data

Untuk memastikan agar data yang diperoleh sesuai dengan metode yang

digunakan, maka perlu adanya komunikasi antara peneliti dengan yang diteliti. Adapun

teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi tidak

langsung dengan menggunakan alat pengumpul data. Alat pengumpul data yang penulis

gunakan antara lain :

a. Angket

Yang dimaksud dengan angket adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Setya

Yuwana Sudikin pada Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah ( 1983 : 38 ), yaitu :

“Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti kepada sejumlah responden secara tertulis untuk mendapatkan jawaban seperlunya dan sesudah diisi oleh responden daftar pertanyaan dan daftar isian diserahkan kembali pada peneliti”.

Adapun angket yang digunakan pada penelitian adalah angket bervariasi (dalam

setiap item atau pertanyaan telah disediakan alternatif jawabannya).

b. Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara, menurut Setya Yuwana Sudikin pada

Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah ( 1983 : 42 ) adalah :

“Wawancara yaitu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, merupakan proses tanya jawab lisan yang dilakukan dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”.

Penulis menggunakan teknik wawancara tersebut bertujuan :

1. Untuk melengkapi serta memperkuat data yang diperoleh melalui angket.

2. Untuk memperoleh keterangan secara langsung dari responden yang diteliti.

30

Page 31: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

c. Observasi

Yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap

obyek yang diteliti guna memperoleh data yang obyektif.

d. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi dimaksudkan untuk mengumpulkan sejumlah laporan dan data-

data dari guru BP secara langsung mengenai perbuatan siswa yang tidak disiplin.

E. Pengolahan Data

Menentukan cara dan teknik pengolahan data merupakan langkah yang sangat

penting. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh mempunyai arti dan akhirnya

akan menghasilkan kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Pada penelitian ini, data diolah dengan mempergunakan beberapa langkah teknik

pengolahan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data, yaitu sebelum data diolah lebih lanjut, terlebih dahulu diperiksa

agar tidak terjadi kekeliruan.

2. Tabulasi data, yaitu setiap data mentah yang didapatkan melalui teknik angket,

dimasukkan pada kolom tabel sehingga setiap option alternatif jawaban dari selutuh

responden dapat terlihat.

3. Perhitungan data, yaitu dengan menggunakan teknik pengolahan secara statistik

dalam bentuk prosentase.

Pedoman yang digunakan untuk mencari prosentase adalah sebagai berikut :

a. Menghitung jawaban sampel untuk setiap alternatif jawaban.

b. Menjumlahkan jawaban untuk setiap alternatif jawaban.

31

Page 32: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

c. Menghitung prosentase jawaban sampel untuk setiap alternatif jawaban dengan

menggunakan rumus :

FP = x 100

NKeterangan :

P : Jumlah prosentase yang dicari

F : Jumlah frekwensi jawaban

N : Jumlah sampel penelitian

100 : Bilangan standar

4. Tafsiran data, yaitu menafsirkan hasil perhitungan data dalam bentuk kolom-kolom

tabel untuk membuat konklusi atau kesimpulan sehingga data yang diperoleh jelas

maksudnya.

Untuk mempermudah dalam mengambil kesimpulan, dalam penyajian hasil

penelitan, penulis berpedoman pada hal-hal sebagai berikut :

100 % : Ditafsirkan seluruhnya

75 % : Ditafsirkan pada umumnya

51 % : Ditafsirkan sebagian besar

50 % : Ditafsirkan setengahnya

25 % : Ditafsirkan hampir setengahnya

1 % : Ditafsirkan sebagian kecil

0 % : Ditafsirkan tidak ada

Setelah data terkumpul, kemudian penulis menyusun sehingga merupakan

rangkaian data yang dapat penulis laporkan dalam karya tulis ini, dan merupakan bahan

masukkan bagi penulis untuk mendapatkan hipotesis yang diharapkan. Data hasil dari

penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

32

Page 33: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Dari Siswa

TABEL ISiswa suka belajar di rumah

No. Alternatif Jawaban F P %1. Belajar 120 60

Kadang-kadang 60 30Tidak pernah 20 10

J u m l a h 200 100

Data pada tabel 1 menunjukkan siswa suka belajar di rumah. Pada tabel tersebut

dapat dilihat bahwa sebagian besar (60 %) siswa belajar di rumah, hampir setengahnya

(30 %) menyatakan kadang-kadang dan sisanya sebagian kecil (10 %) menyatakan tidak

pernah belajar di rumah.

TABEL IIKesulitan siswa dalam belajar

No. Alternatif Jawaban F P %2. Selalu kesulitan 10 5

Kadang-kadang 124 62Tidak pernah 66 33

J u m l a h 200 100

Data tabel II menunjukkan siswa di sekolah menemui kesulitan dalam belajar.

Pada tabel tesebut dapat dilihat sebagian kecil (5 %) siswa menemui kesulitan dan

sebagian besar (62 %) menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya hampir

setengahnya (33 %) menyatakan tidak pernah menemui kesulitan dalam belajar.

33

Page 34: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL IIIBantuan dari orang tua saudara dalam belajar

No. Alternatif Jawaban F P %3. Selalu dibantu 18 9

Kadang-kadang 44 22Sekali-sekali 108 54Tidak pernah 30 15J u m l a h 200 100

Data pada tabel III menunjukkan bahwa sebagian kecil siswa, yaitu berturut-

turut (9 %), (22 %) siswa menyatakan selalu dibantu dan pernah dibantu dan sebagian

besar (54 %) siswa menyatakan sekali-kali dibantu, sedangkan sisanya sebagian kecil (15

%) siswa tidak pernah dibantu dalam belajar.

TABEL IVBantuan belajar selain orang tua

No. Alternatif Jawaban F P %4. Guru 12 6

Para siswa 24 14Tetangga 34 17Teman 126 63J u m l a h 200 100

Data pada tabel IV menunjukkan bahwa sebagian kecil, yaitu berturut-turut (6

%), (14 %) siswa minta bantuan guru dan para siswa dan sebagian kecil (17 %) siswa

minta bantuan pada tetangga, sedangkan sisanya sebagian besar (63 %) menyatakan

minta bantuan kepada teman.

TABEL VGuru mengharuskan siswa belajar kelompok

No. Alternatif Jawaban F P %5. Mengharuskan 116 58

Bila dianggap perlu 62 31Tidak pernah 22 11

J u m l a h 200 100

34

Page 35: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Data pada tabel V menunjukkan bahwa sebagian besar guru (58 %)

mengharuskan ikut belajar kelompok dan hampir setengahnya (31 %) menyatakan bila

dianggap perlu, sedangkan sisanya sebagian kecil (11 %) guru tidak mengharuskan

belajar kelompok.

TABEL VIPerasaan siswa apabila tidak mengikuti belajar kelompok

No. Alternatif Jawaban F P %6. Merasa rugi 120 60

Biasa-biasa saja 50 25Acuh 30 15J u m l a h 200 100

Data pada tabel VI menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (60 %) merasa rugi

apabila tidak mengikuti kelompok belajar, hampir setengahnya (25 %) menyatakan

biasa-biasa saja sedangkan sisanya sebagian kecil (15 %) siswa bersikap acuh.

TABEL VIIManfaat yang dapat diambil dari belajar kelompok

No. Alternatif Jawaban F P %7. Menambah pengetahuan 134 62

Supaya pintar 38 19Meningkat nilai 38 19

J u m l a h 200 100

Data pada tabel VII menunjukkan manfaat yang dapat diambil dari belajar

kelompok. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (62 %)

menyatakan untuk menambah pengetahuan dan sebagian kecil, yaitu berturut-turut (19

%), (19 %) menyatakan supaya pintar dan meningkatkan nilai.

35

Page 36: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL VIIIPengaruh belajar kelompok terhadap proses belajar

No. Alternatif Jawaban F P %8. Ada pengaruhnya 96 48

Sedikit 36 18Banyak 68 34Tidak ada 0 0

J u m l a h 200 100

Data pada tabel VIII menunjukkan adanya pengaruh belajar kelompok terhadap

proses belajar. Pada tabel tersebut dapat dilihat hampir setengahnya (28 %) menyatakan

adanya pengaruh tersebut dan sebagian kecil yaitu (18 %) menyatakan sedikit

pengaruhnya, sedangkan hampir setengahnya (34 %) menyatakan banyak pengaruhnya

dan tidak seorangpun (0 %) yang menyatakan tidak ada pengaruhnya.

TABEL IXOrang tua mengharuskan ikut belajar kelompok

No. Alternatif Jawaban F P %9. Ya 94 47

Kadang-kadang 82 41Tidak pernah 24 12

J u m l a h 200 100

Data pada tabel IX menunjukkan bahwa hampir setengahnya yaitu berturut-turut

(47 %), (41 %) siswa menyatakan orang tuanya mengharuskan dan kadang-kadang

mengharuskan mengikuti belajar kelompok dan hanya sebagian kecil saja (12 %) orang

tua tidak siswa yang tidak pernah mengharuskan belajar kelompok.

TABEL XSikap orang tua apabila tidak mengikuti belajar kelompok

No. Alternatif Jawaban F P %10. Dimarahi 116 58

Dinasehati 24 12Dibiarkan 60 30

J u m l a h 200 100

36

Page 37: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Data pada tabel X menunjukkan sikap orang tua siswa apabila tidak mengikuti

belajar kelompok, sebagian besar (58 %) orang tua memarahi dan sebagian kecil (12 %)

siswa dinasehati, sedangkan sisanya, yaitu hampir setengahnya (30 %) menyatakan

bahwa orang tuanya membiarkan.

TABEL XIPeran guru dalam belajar kelompok

No. Alternatif Jawaban F P %11. Berperan aktif 116 58

Kadang-kadang 58 29Tidak pernah 26 23

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XI menunjukkan peranan guru dalam kelompok belajar. Pada

tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar (58 %) guru berperan aktif dan hampir

setengahnya (29 %) siswa yang menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang

menyatakan guru tidak pernah berperan aktif hanya sebagian kecil (13 %).

TABEL XIISikap guru apabila siswa menemui kesulitan dalam belajar kelompok

No. Alternatif Jawaban F P %12. Membantu 188 44

Memberikan bimbingan 112 56Bersikap acuh 0 0

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XII menunjukkan bahwa hampir setengahnya (44 %) guru

membantu kesulitan siswa, sedangkan sisanya sebagian besar (56 %) siswa menyatakan,

bahwa guru memberikan bimbingan dan tidak seorangpun (0 %) menyatakan bahwa guru

bersikap acuh.

37

Page 38: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL XIIIKeadaan orang tua siswa dalam pekerjaan

No. Alternatif Jawaban F P %13. Selalu sibuk 56 28

Kadang-kadang 96 48Tidak 48 24

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XIII menunjukkan bahwa hampir setengahnya (28 %) orang tua

selalu sibuk, namun sebagian besar (46 %) menyatakan kadang-kadang dan sisanya

sebagian kecil (24 %) orang tua siswa tidak sibuk dengan pekerjaannya.

TABEL XIVSikap dan perhatian orang tua dalam keluarga

No. Alternatif Jawaban F P %14. Memperhatikan 148 74

Acuh 32 16Tidak pernah 20 10

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XIV menunjukkan sikap perhatian orang tua dalam keluarga.

Pada tabel tersebut sebagian besar (74 %) orang tua memperhatikan, dan hanya sebagian

kecil yaitu (16 %), (10 %) menyatakan bahwa orang tua acuh dan tidak pernah

memperhatikan anak dalam keluarga.

TABEL XVMakan, bercengkrama dan rekreasi bersama keluarga

No. Alternatif Jawaban F P %15. Selalu 88 44

Kadang-kadang 90 45Tidak pernah 22 11

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XV menyatakan, bahwa hampir setengahnya, yaitu berturut-turut

(44 %0, (45 %) orang tua selalu dan kadang-kadang mengajak makan dan bercengkrama

38

Page 39: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

bersama, sedangkan sebagian kecil sisanya (11 %) menyatakan tidak pernah berkumpul

bersama.

TABEL XVIPerhatian orang tua dalam masalah sekolah

No. Alternatif Jawaban F P %16. Selalu 118 59

Kadang-kadang 2421Tidak pernah 40J u m l a h 200 100

Data pada tabel XVI menunjukkan adanya perhatian orang tua dalam masalah

sekolah. Pada tabel tersebut dapat dilihat sebagian besar (59 %) orang tua selalu

memperhatikan, sebagian kecil, yaitu berturut-turut (21 %), (20 %) menyatakan kadang-

kadang dan tidak pernah memperhatikan.

TABEL XVIIPerhatian orang tua mengenai berangkat dan pulang sekolah

No. Alternatif Jawaban F P %17. Diperhatikan 108 54

Tidak selalu 60 30Tidak pernah 32 16

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XVII menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua (54 %)

memperhatikan, dan hampir setengahnya (30 %) orang tua yang tidak selalu

memperhatikan, sedangkan sisanya sebagian kecil (16 %) tidak pernah memperhatikan.

TABEL XVIIIJumlah yang bersekolah di tempat tinggal siswa

No. Alternatif Jawaban F P %18. Banyak 108 54

Sedikit 28 14Kurang 44 22Kurang sekali 20 10

J u m l a h 200 100

39

Page 40: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Data pada tabel XVIII menunjukkan bahwa sebagian besar (54 %) di lingkungan

tempat tinggal siswa banyak yang bersekolah, sebagian kecil yaitu (14 %) jumlah yang

sekolah sedikit dan (22 %) kurang, sedangkan sisanya sebagian kecil (10 %) menyatakan

tidak ada yang sekolah.

TABEL XIXTempat tinggal siswa di daerah yang taat beragama

No. Alternatif Jawaban F P %19. Taat 152 76

Kurang 48 24Tidak 0 0

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XIX menunjukkan bahwa pada umumnya (76 %) siswa berada di

daerah yang taat beragama dan sisanya sebagian kecil (24 %) di daerah yang kurang taat,

dan tidak ada seorangpun (0 %) yang berada di daerah yang tidak taat beragama.

TABEL XXKegiatan siswa dalam melakukan belajar bersama

dengan teman yang bersekolah

No. Alternatif Jawaban F P %20. Ya 66 33

Kadang-kadang 94 47Tidak pernah 40 20

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XX menunjukkan bahwa hampir setengahnya (33 %)

menyatakan Ya, itu berarti mereka suka melakukan belajar bersama dan hampir

setengahnya pula (47 %) menyatakan kadang-kadang, sedangkan sebagian kecil (20 %)

yang menyatakan tidak pernah belajar bersama dengan teman yang bersekolah.

40

Page 41: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL XXIKegiatan siswa dalam mengikuti pengajian rutin

No. Alternatif Jawaban F P %21. Sering 82 41

Kadang-kadang 94 47Tidak pernah 24 12

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XXI menunjukkan bahwa siswa suka mengikuti pengajian. Pada

tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir setengahnya, yaitu berturut-turut (41 %), (47

%) menyatakan sering mengikuti dan kadang-kadang mengikuti pengajian rutin,

sedangkan sisanya sebagian kecil (12 %) menyatakan tidak pernah mengikuti pengajian

rutin.

TABEL XXIIKegiatan siswa dalam mengisi waktu senggang

No. Alternatif Jawaban F P %22. Membantu orang tua 100 50

Belajar 44 22Bermain 56 23

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XXII menunjukkan bahwa setengahnya (50 %) siswa membantu

orang tuanya dan sebagian kecil (22 %) yang menyatakan belajar di rumah, sedangkan

sisanya hampir setengahnya (28 %) siswa mengisi waktu senggangnya dengan bermain.

TABEL XXIIITeman siswa dalam mengisi waktu senggang di rumah

No. Alternatif Jawaban F P %23. Ayah dan ibu 56 28

Adik/Kakak 50 25Teman-teman 64 32Pacar 30 15

J u m l a h 200 100

41

Page 42: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Data pada tabel XXIII menunjukkan bahwa hampir setengahnya, yaitu berturut-

turut (28 %), (25 %) siswa mengisi waktu senggangnya dengan ayah dan ibu serta

dengan adik/kakak dan hampir setengahnya pula (32 %) menyatakan bersama teman-

teman, sedangkan sisanya sebagian kecil (15 %) mengisi waktu senggang dengan

pacarnya.

TABEL XXIVOrang tua memberi uang jajan untuk pergi ke sekolah

No. Alternatif Jawaban F P %24. Ya 148 74

Kadang-kadang 32 16Tidak pernah 20 10

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XXIV menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua (74 %)

memberi uang jajan kepada anaknya, dan hanya sebagian kecil, yaitu berturut-turut (16

%), (10 %) yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah diberi uang jajan.

TABEL XXVUang jajan tersebut mencukupi

No. Alternatif Jawaban F P %25. Cukup 112 56

Pas-pasan 52 27Tidak cukup 36 18

J u m l a h 200 100

Data pada tabel XXV menunjukkan bahwa sebagian besar (%^ %) uang itu cukup

dan sebagian kecil (26 %) uang itu pas-pasan, sedangkan sisanya sebagian kecil lagi (18

%) menyatakan tidak cukup.

42

Page 43: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

2. Data Dari Orang Tua Siswa

TABEL IPeran orang tua dalam membina anak di rumah

No. Alternatif Jawaban F P %1. Berperan aktif 120 60

Kalau ada waktu 60 30Tidak, karena sibuk 20 10Cukup oleh pembantu 0 0

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar (60 %) orang

tua berperan aktif dan hampir setengahnya (30 %) menyatakan kalau ada waktu,

sedangkan sisanya (10 %) orang tua tidak membina anak karena sibuk dan tidak

seorangpun (0 %) yang menyatakan cukup oleh pembantu.

TABEL II

Perhatian bapak selaku kepala keluarga terhadap tingkah laku anak

No. Alternatif Jawaban F P %2. Selalu memperhatikan 100 50

Kadang-kadang 88 44Tidak ada waktu 12 6

J u m l a h 200 100Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel II menunjukkan bahwa setengahnya (50 %) bapak

selalu memperhatikan anaknya, dan hampir setengahnya (44 %) menyatakan kadang-

kadang, sedangkan sisanya (6 %) menyatakan tidak ada waktu untuk memperhatikan.

TABEL IIIOrang tua membina anak dalam kegiatan belajar di rumah

No. Alternatif Jawaban F P %3. Selalu membina 136 68

Kadang-kadang 64 32Tidak pernah 0 0

J u m l a h 200 100

43

Page 44: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel III menunjukkan sebagain besar (68 %) orang tua

selalu membina anaknya, sedangkan sisanya (32 %) menyatakan kadang-kadang, dan

tidak seorangpun (0 %) yang menyatakan tidak pernah membina.

TABEL IVOrang tua membantu anak dalam kegiatan belajar

No. Alternatif Jawaban F P %4. Suka membantu 100 50

Sering membantu 30 15Kadang-kadang 24 12Tidak pernah 16 8

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel IV menunjukkan bahwa setengahnya (50 %) orang

tua suka membantu belajar anak-anaknya, hampir setengahnya (30 %) sering membantu

dan sebagian kecil (12 %) orang tua menyatakan kadang-kadang membantu, sedangkan

sisanya (8 %) menyatakan tidak pernah membantu.

TABEL VPenyediaan tempat belajar khusus

No. Alternatif Jawaban F P %5. Menyediakan 134 62

TIdak menyediakan 76 38J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel V menunjukkan bahwa sebagian besar (62 %) orang

tua menyediakan tempat untuk belajar dan sisanya (38 %) menyatakan tidak

menyediakan.

44

Page 45: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL VITempat belajar tersebut, apakah memenuhi syarat?

No. Alternatif Jawaban F P %6. Memenuhi 92 46

Kurang memenuhi 72 36Tidak memenuhi 36 18

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data tabel VI menunjukkan hampir setengahnya (46 %) tempat

belajar itu memenuhi syarat, dan hampir setengahnya pula (36 %) menyatakan kurang

memenuhi syarat, sedangkan sisanya (18 %) menyatakan tidak memenuhi syarat.

TABEL VIIOrang tua memenuhi kebutuhan belajar anak

No. Alternatif Jawaban F P %7. Selalu memenuhi 140 70

Kalau ada uang 20 10Kadang-kadang 40 20Tidak pernah 0 0

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel VII menunjukkan bahwa sebagian besar (70 %)

orang tua selalu memenuhi kebutuhan belajar, dan sebagian kecil (10 %) yang

menyatakan kalau ada uang dan sebagian lagi (20 %) menyatakan kadang-kadang,

sedangkan sisanya tidak ada seorangpun (0 %) yang menyatakan tidak pernah memenuhi

kebutuhan belajar anak.

45

Page 46: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL VIIIAnak ibu suka belajar di rumah

No. Alternatif Jawaban F P %8. Suka 120 60

Kadang-kadang 56 28Tidak perna 24 12

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Bedasarkan data pada tabel VII menunjukkan bahwa sebagian besar (60 %) anak

suka belajar di rumah dan hampir setengahnya (28 %) yang menyatakan kadang-kadang,

sedangkan sisanya (12 %) menyatakan anak tidak pernah belajar di rumah.

TABEL IXAnak ibu mempunyai jadwal belajar

No. Alternatif Jawaban F P %9. Ya 120 60

Tidak 80 40J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel IX menunjukkan bahwa sebagian besar (60 %) anak

mempunyai jadwal belajar di rumah dan sisanya (40 %) menyatakan tidak mempunyai

jadwal.

TABEL XOrang tua menekankan anak untuk belajar

No. Alternatif Jawaban F P %10. Selalu 120 60

Kadang-kadang 52 26Tidak pernah 28 14

J u m l a h 200 100

46

Page 47: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel X menunjukkan bahwa sebagian besar (60 %) orang

tua selalu menekankan anaknya untuk belajar, kemudian hampir setengahnya (26 %)

kadang-kadang, dan sebagian kecil (14 %) orang tua tidak pernah menekankan anaknya

untuk belajar.

TABEL XITindakan orang tua apabila anak tidak belajar

No. Alternatif Jawaban F P %11. Menasehati 100 50

Membiarkan 44 22Memarahi 56 28

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XI menunjukkan bahwa setengahnya (50 %)

tindakan orang tua menasehati, sebagian kecil (22 %) orang tua membiarkan dan sisanya

(28 %) menyatakan orang tua memarahinya.

TABEL XIIOrang tua menanamkan sikap disiplin pada anak

No. Alternatif Jawaban F P %12. Menanamkan 112 56

Kadang-kadang 48 24Jika dianggap perlu 40 20Tidak 0 0

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XII menunjukkan bahwa sebagian besar (56 %)

orang tua menanamkan sikap disiplin dan sebagian kecil, yaitu berturut-turut (24 %)

kadang-kadang dan (20 %) menyatakan jika dianggap perlu dan tidak ada seorangpun (0

%) yang menyatakan tidak menanamkan sikap disiplin pada anak.

47

Page 48: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL XIIIOrang tua menanamkan sikap disiplin di rumah saja

No. Alternatif Jawaban F P %13. Ya 52 26

Kadang-kadang 0 0Tidak pernah 148 74J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XIII menunjukkan bahwa hampir setengahnya (26

%) orang tua menjawab Ya, artinya sikap disiplin cukup diterapkan di rumah saja dan

tidak ada seorangpun (0 %) yang menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya (74 %)

sebagian besar orang tua menyatakan bahwa tidak hanya di rumah saja sikap disiplin

diterapkan.

TABEL XIVOrang tua menerapkan sikap disiplin dalam belajar

No. Alternatif Jawaban F P %14. Menerapkan 132 66

Bila perlu 68 24Tidak pernah 0 0

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XIV menunjukkan sebagian besar (66 %) orang tua

menerapkan sikap disiplin dalam belajar dan sisanya hampir setengahnya (34 %)

menyatakan bila perlu sikap disiplin diterapkan, dan tidak ada (0 %) yang menyatakan

tidak pernah.

48

Page 49: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL XVMenerapkan sikap disiplin apakah hanya dalam belajar saja

No. Alternatif Jawaban F P %15. Ya 68 34

Kadang-kadang 48 24Tidak 84 42

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XV menunjukkan bahwa hampir setengahnya (34 %)

orang tua menjawab Ya, artinya sikap disiplin hanya diterapkan dalam belajar saja dan

sebagian kecil (24 %) menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya (42 %)

menyatakan tidak, artinya sikap disiplin diterapkan tidak hanya dalam belajar saja, tetapi

dalam kegiatan lainpun tetap diperlukan.

TABEL XVIDalam menerapkan sikap disiplin

orang tua selalu memberikan contoh yang baik

No. Alternatif Jawaban F P %16. Selalu 92 46

Kadang-kadang 68 34Tidak pernah 40 20

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XVI menunjukkan bahwa hampir setengahnya (46

%) orang tua selalu memberi contoh yang baik dan hampir setengahnya (34 %) yang

menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya (20 %) menyatakan tidak pernah

memberikan contoh kepada anak.

49

Page 50: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL XVIIOrang tua mendikte anak untuk mematuhi

segala peraturan yang ada di rumah

No. Alternatif Jawaban F P %17. Selalu 48 24

Kadang-kadang 52 26Tidak pernah 100 50

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XVII menunjukkan bahwa hampir setengahnya (24

%) orang tua selalu mendikte anak dan (26 %) menyatakan kadang-kadang dan sisanya

setengahnya (50 %) orang tua menyatakan tidak pernah mendikte anak.

TABEL XVIIITindakan orang tua apabila anak tidak disiplin di rumah atau di sekolah

No. Alternatif Jawaban F P %18. Diberi hukuman 52 26

Dinasehati 108 54Dibiarkan 40 20

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XVIII menunjukkan bahwa hampir setengahnya (26

%) anak diberi hukuman dan sebagian besar (54 %) orang tua menyatakan anak

dinasehati, sedangkan sisanya yaitu sebagian kecil (20 %) menyatakan orang tua

membiarkannya.

TABEL XIXOrang tua membiarkan anak tidak disiplin di rumah dan di sekolah

No. Alternatif Jawaban19. Ya 24 12

Kadang-kadang 52 26Tidak 124 62

J u m l a h 200 100

50

Page 51: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XIX menunjukkan bahwa sebagian kecil (12 %)

orang tua membiarkan anaknya tidak disiplin, dan hampir setengahnya (26 %) orang tua

kadang-kadang membiarkannya, sedangkan sisanya yaitu ebagian besar (62 %)

orang tua menyatakan tidak membiarkan anaknya tidak disiplin.

TABEL XXOrang tua menentukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak

No. Alternatif Jawaban F P %20. Menentukan 52 26

Bila perlu 100 50Kadang-kadang 28 13Tidak pernah 20 10

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XX menunjukkan bahwa (50 %) menyatakan bila

perlu orang tua menentukan dan sisanya sebagian kecil, yaitu berturut-turut (14 %) orang

tua kadang-kadang menentukan dan (10 %) orang tua menyatakan tidak pernah

menentukan kegiatan yang dilakukan anak.

TABEL XXIOrang tua mendukung apabila anak mengikuti kegiatan di luar sekolah

No. Alternatif Jawaban F P %21. Ya 140 70

Kadang-kadang 40 20Tidak pernah 20 10

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XXI menunjukkan bahwa sebagian besar (70 %)

orang tua mendukung, sebagian kecil (20 %) kadang-kadang mendukung dan sisanya (10

%) tidak pernah mendukung kegiatan anak di luar sekolah.

51

Page 52: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

TABEL XXIIAnak suka ikut kegiatan-kegiatan di lingkungan masyarakat

No. Alternatif Jawaban F P %22. Selalu aktif 52 26

Kadang-kadang 120 60Tidak pernah 28 14

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XXII menunjukkan bahwa hampir setengahnya (26

%) anak selalu aktif dan sebagian besar (60 %) kadang-kadang, sedangkan sisanya yaitu

sebagian kecil (14 %) anak tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan masyarakat.

TABEL XXIIIJenis kegiatan yang diikuti anak di lingkungan masyarakat

No. Alternatif Jawaban F P %23. Kesenian 36 13

Pengajian 52 26Olahraga 80 40Kursus 32 16

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XXIII menunjukkan bahwa sebagian kecil (18 %)

anak mengikuti kegiatan kesenian, hampir setengahnya (26 %) mengikuti pengajian, (40

%) lagi anak memilih olahraga, sedangkan sisanya sebagian kecil (16 %) anak mengikuti

kursus.

TABEL XXIVKegiatan yang diikuti siswa mendukung kegiatan belajar

No. Alternatif Jawaban F P %24. Mendukung 52 26

Kadang-kadang 120 60Mengganggu 28 14

J u m l a h 200 100

52

Page 53: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XXIV menunjukkan bahwa hampir setengahnya (44

%) kegiatan siswa mendukung, dan hampir setengahnya lagi (42 %) menyatakan kadang-

kadang, sedangkan sisanya yaitu sebagian kecil (14 %) menyatakan mengganggu belajar.

TABEL XXVTindakan orang tua jika anak tidak mengikuti kegiatan yang sifatnya positif

No. Alternatif Jawaban F P %25. Menegurnya 32 16

Memberikan dorongan 68 34Menasehati 100 50Mengacuhkan 0 0

J u m l a h 200 100

Penafsiran :

Berdasarkan data pada tabel XXV menunjukkan bahwa sebagian kecil (16 %)

orang tua menegurnya, hampir setengahnya (34 %) memberikan dorongan dan sisanya

(50 %) orang tua menasehati dan tidak seorangpun (0 %) yang menyatakan bahwa orang

tua mengacuhkan anaknya apabila ia tidak mengikuti kegiatan yang positif.

B. Pembahasan

1. Pertanyaan yang berhubungan dengan orang tua, guru dan siswa aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, maka proses kedisiplinan siswa akan mudah

tercapai.

Pada tabel I dapat dilihat bahwa siswa-siswi di SMP N 3 Subang menyatakan

sebagian besar (60 %) siswa suka belajar di rumah, dan pada tabel II menunjukkan

bahwa sebagian besar (62 %) siswa dalam belajarnya kadang-kadang menemui kesulitan,

pada tabel III sebagian besar (54 %) siswa menyatakan sekali-kali dibantu orang tua

53

Page 54: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

dalam kegiatan belajar, sedangkan dalam masalah belajar pada tabel IV menunjukkan

bahwa sebagian besar (63 %) siswa dalam belajar meminta bantuan kepada teman dan

pada tabel V sebagian besar (58 %) menunjukkan bahwa guru mengharuskan siswa

untuk ikut belajar kelompok guna meningkatkan prestasi belajar.

Dalam masalah sikap atau perasaan siswa, maka dapat dilihat pada tabel VI yang

menunjukkan bahwa sebaian besar (60 %) perasaan siswa merasa rugi jika tidak ikut

belajar kelompok bersama teman sekelasnya, dan pada tabel VII menunjukkan manfaat

dari belajar kelompok sebagian besar (62 %) untuk menambah pengetahuan siswa di

kelas dan di luar kelas, dan pada tabel VIII hampir setengahnya (48 %) siswa

menyatakan ada pengaruh dari belajar kelompok terhadap proses belajar mengajar,

sedangkan ada tabel IX dapat dilihat hampir setengahnya (47 %) orang tua

mengharuskan siswa untuk ikut belajar kelompok dan pada tabel X menunjukkan sikap

orang tua sebagian besar (58 %) memarahi anak apabila tidak mengikuti belajar

kelompok, sedang pada tabel XI sebagian besar (56 %) menyatakan memberikan

bimbingan pada siswanya yang menemui kesulitan dalam belajar.

Dalam kehidupan sehari-hari, pada tabel XIII menunjukkan bahwa orang tua

sebagian besar (48 %) menyatakan kadang-kadang sibuk dengan pekerjaannya dan pada

tabel XIV sebagian besar (74 %) orang tua menyatakan memperhatikan anak dalam

lingkungan keluarga, pada tabel XV orang tua hampir setengahnya (45 %) kadang-

kadang mengajak dan bercengkrama bersama dengan anggota keluarga dan pada tabel

XVI sebagian besar (59 %) orang tua selalu memperhatikan anak dalam masalah

sekolah, pada tabel XVII sebagian besar (54 %) orang tua menyatakan bahwa anak

diperhatikan mengenai berangkat dan pulang sekolahnya, pada tabel XVIII sebagian

besar (54 %) di tempat tinggal siswa banyak yang bersekolah, sedangkan pada tabel XIX

pada umumnya (76 %) siswa tinggal di daerah yang taat beragama.

54

Page 55: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Selanjutnya analisa data dari orang tua siswa. Pada tabel I sebagian besar (60 %)

orang tua berperan aktif dalam membina anak di rumah dan di luar rumah, pada tabel II

menunjukkan bahwa setengahnya (50 %) bapak selalu memperhatikan tingkah laku anak,

pada tabel III sebagian besar (68 %) orang tua selalu membina anak dalam kegiatan

belajar di rumah dan pada tabel IV setengahnya (50 %) orang tua suka membantu anak

dalam kegiatan belajar di rumah, pada tabel V menunjukkan bahwa sebagian besar (62

%) orang tua menyediakan tempat belajar di rumah, sedangkan pada tabel VI hampir

setengahnya (46 %) orang tua menyatakan bahwa tempat belajar yang tersedia

memenuhi syarat untuk belajar.

Dalam masalah kebutuhan sekolah, dapat dilihat pada tabel VII yang menunjukkan

bahwa sebagian besar (70 %) orang tua menyatakan selalu memenuhi kebutuhan belajar

anak, baik di rumah maupun di sekolah, pada tabel VIII sebagian besar (60 %) orang tua

berpendapat bahwa anaknya suka belajar di rumah dengan tekun, dan pada tabel IX

sebagian besar (60 %) orang tua menyatakan anak mempunyai jadwal belajar di rumah,

sedangkan masalah belajar pada tabel X sebagian besar (60 %) orang tua selalu

menekankan untuk belajar di rumah, dan pada tabel XI menunjukkan bahwa setengahnya

(50 %) tindakan orang tua memberikan nasehat pada anak jika anak tidak belajar.

Mengenai sikap disiplin, pada tabel XII dapat dilihat bahwa sebagian besar (56 %)

orang tua menyatakan menanamkan sikap disiplin pada anak, baik di rumah maupun di

luar rumah, pada tabel XIII menunjukkan bahwa sebagian besar (74 %) orang tua

menerapkan sikap disiplin hanya dalam belajar saja, dan pada tabel XIV sebagian besar

(66 %) orang tua menerapkan sikap disiplin dalam belajar, pada tabel XV hampir

setengahnya (42 %) orang tua berpendapat tidak, artinya sikap disiplin diterapkan tidak

hanya dalam belajar saja tetapi juga dalam kegiatan lain sikap disiplin tetap harus

diterapkan.

55

Page 56: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Untuk menerapkan sikap disiplin pada anak, pada tabel XVI menunjukkan hampir

setengahnya (46 %) orang tua selalu memberikan contoh yang baik, dan pada tabel XVII

menunjukkan setengahnya (50 %) orang tua menyatakan tidak pernah mendikte anak

untuk mematuhi peraturan yang ada di rumah, sedangkan pada tabel XVIII sebagian

besar (54 %) orang tua menyatakan memberi nasehat pada anak jika anak tidak disiplin,

baik di rumah maupun di luar rumah, dan pada tabel XIX sebagian besar (62 %) orang

tua menyatakan tidak membiarkan anak tidak disiplin.

2. Pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan siswa yang

dilakukan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah bersifat positif dan

menunjang terhadap proses belajar mengajar, usaha pengembangan sikap

disiplin anak didik akan mudah dicapai.

Pada tabel XX menunjukkan hampir setengahnya (47 %) menyatakan siswa

kadang-kadang melakukan belajar bersama dengan teman yang berseolah di

lingkungannya, dan pada tabel XXI kegiatan siswa hampir setengahnya (47 %)

menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian, sedangkan pada tabel XXII

menunjukkan siswa setengahnya (50 %) menyatakan suka membantu orang tua, dan

pada tabel XXIII menunjukkan teman siswa dalam waktu senggang hampir setengahnya

(32 %) menyatakan bersama teman-teman. Pada tabel XXIV sebagian besar (74 %)

orang tua menjawab Ya, artinya setiap pergi ke sekolah anak diberi uang jajan,

sedangkan pada tabel XXV sebagian besar (56 %) menyatakan bahwa uang jajan mereka

mencukupi.

Selanjutnya analisa data dari orang tua siswa pada tabel XX menunjukkan

setengahnya (50 %) orang tua menyatakan bila perlu menentukan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan anak, pada tabel XXI sebagian besar (70 %) orang tua menyatakan

56

Page 57: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

mendukung anak apabila mengikuti kegiatan di luar rumah. Sedangkan pada tabel XXII

sebagian besar (60 %) orang tua menyatakan anak kadang-kadang mengikuti kegiatan di

lingkungan masyarakat, dan pada tabel XXIII hampir setengahnya (40 %) menyatakan

bahwa jenis kegiatan yang diikuti anak adalah olahraga.

Pengaruh dari kegiatan yang diikuti anak, dapat dilihat pada tabel XXIV yang

hampir setengahnya (44 %) menyatakan mendukung terhadap belajar, sedangkan pada

tabel XXV setengahnya (50 %) tindakan orang tua adalah memberi nasehat pada anak

apabila tidak mengikuti kegiatan yang sifatnya positif, baik di sekolah maupun di

lingkungan masyarakat.

C. Pengujian Hipotesis

Dalam pembahasan di atas, penulis memberikan penafsiran, baik siswa maupun

orang tua yang berupa angket. Pada bagian ini penulis mencoba lebih lanjut mengolah

data tersebut, baik dari siswa maupun dari orang tua, untuk dijadikan bahan

perbandingan. Untuk jelasnya penulis akan menguji hipotesis dari siswa dan dari orang

tua.

1. Hipotesis pertama

Jika orang tua, guru dan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, maka proses

kedisiplinan anak didik akan mudah tercapai. Sebagai perbandingan dalam hipotesis

pertama penulis akan mengemukakan angket siswa dan orang tua mulai dari tabel I

sampai dengan tabel XIX.

57

Page 58: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

a. Data hasil angket dari siswa SMP N 3 Subang.

Tabel I : Membuktikan bahwa siswa sebagian besar (60 %) belajar di

rumah, hampir setengahnya (30 %) menyatakan kadang-

kadang, sisanya sebagian kecil (10 %) tidak pernah belajar.

Tabel II : Membuktikan bahwa sebagian kecil (5 %) siswa menemui

kesulitan dalam belajar dan sebagian besar (62 %)

menyatakan kadang-kadang, sisanya hampir setengahnya (33

%) menyatakan tidak pernah menemui kesulitan dalam

belajar.

Tabel III : Membuktikan bahwa sebagian kecil siswa, yaitu berturut-

turut (9 %), (22 %) siswa menyatakan selalu dibantu dan

pernah dibantu, sebagian besar (54 %) siswa menyatakan

sekali-kali dibantu, sedangkan sisanya sebagian kecil (15

%) siswa tidak pernah dibantu dalam belajar.

Tabel IV : Membuktikan bahwa sebagian kecil, yaitu berturut-turut

(6 %), (14 %) siswa minta bantuan guru dan para siswa,

sebagian kecil (17 %) siswa minta bantuan pada tetangga,

sedangkan sisanya sebagian besar (63 %) menyatakan minta

bantuan kepada teman.

Tabel V : Membuktikan bahwa sebagian besar guru (58 %)

mengharuskan ikut belajar kelompok dan hampir

setengahnya (31 %) menyatakan bila dianggap perlu,

sedangkan sisanya sebagian kecil (11) guru tidak

mengharuskan belajar kelompok.

58

Page 59: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Tabel VI : Membuktikan bahwa sebagian besar siswa (60 %) merasa

rugi apabila tidak mengikuti kelompok belajar, hampir

setengahnya (25 %) menyatakan biasa-biasa saja, sedangkan

sisanya sebagian kecil (15 %) siswa bersikap acuh.

Tabel VII : Membuktikan bahwa sebagian besar siswa (62 %) me-

nyatakan untuk menambah pengetahuan dan sebagian kecil,

yaitu berturut-turut (19 %), (19 %) menyatakan supaya

pintar dan meningkatkan nilai.

Tabel VIII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (48 %) me-

nyatakan adanya pengaruh tersebut dan sebagian kecil yaitu

(18 %) menyatakan sedikit pengaruhnya, sedangkan hampir

setengahnya (34 %) menyatakan banyak pengaruh-nya dan

tidak seorangpun (0 %) yang menyatakan tidak ada

pengaruhnya.

Tabel IX : Membuktikan bahwa hampir setengahnya yaitu berturut-

turut (47 %), (41 %) siswa menyatakan orang tuanya

mengharuskan dan kadang-kadang mengharuskan mengikuti

belajar kelompok, hanya sebagian kecil saja (12 %) orang

tua siswa yang tidak pernah mengharuskan belajar

kelompok.

Tabel X : Membuktikan bahwa sebagian besar (58 %) orang tua

memarahi dan sebagian kecil (12 %) siswa dinasehati,

sedangkan sisanya yaitu hampir setengahnya (30 %) me-

nyatakan bahwa orang tuanya membiarkan.

59

Page 60: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Tabel XI : Membuktikan bahwa sebagian besar (58 %) guru berperan

aktif dan hampir setengahnya (29 %) siswa yang menyatakan

kadang-kadang, sedangkan sebagian kecil (13 %)

menyatakan guru tidak pernah berperan aktif dalam belajar

kelompok.

Tabel XII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (44 %) guru

membantu kesulitan siswa, sedangkan sisanya sebagian

besar (56 %) siswa menyatakan, bahwa guru memberikan

bimbingan dan tidak seorangpun (0 %) menyatakan bahwa

guru bersikap acuh.

Tabel XIII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (28 %) orang tua

selalu sibuk, namun sebagian besar (48 %) menyatakan

kadang-kadang dan sisanya sebagian kecil (24 %) orang tua

siswa tidak sibuk dengan pekerjaannya.

Tabel XIV : Membuktikan bahwa sebagian besar (74 %) orang tua

memperhatikan, dan hanya sebagian kecil berturut-turut

yaitu (16 %), (10 %) menyatakan bahwa orang tua acuh dan

tidak pernah memperhatikan anak dalam keluarga.

Tabel XV : Membuktikan bahwa hampir setengahnya, yaitu berturut-

turut (44 %), (45 %) orang tua selalu dan kadang-kadang

mengajak makan dan bercengkrama bersama, sedangkan

sebagian kecil sisanya (11 %) menyatakan tidak pernah

berkumpul bersama.

Tabel XVI : Membuktikan bahwa sebagian besar (59 %) orang tua selalu

memperhatikan, sebagian kecil, yaitu berturut-turut (21 %),

60

Page 61: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

(20 %) menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah

memperhatikan.

Tabel XVII : Membuktikan bahwa sebagian besar orang tua (54 %)

memperhatikan, dan hampir setengahnya (30 %) orang tua

yang tidak selalu memperhatikan, sedangkan sisanya

sebagian kecil (16 %) tidak pernah memperhatikan.

Tabel XVIII : Membuktikan bahwa sebagian besar (54 %) di lingkungan

tempat tinggal siswa banyak yang bersekolah, sebagian kecil

yaitu (14 %) jumlah yang sekolah sedikit dan (22 %) kurang,

sedangkan sisanya sebagian kecil (10 %) me-nyatakan tidak

ada yang sekolah.

Tabel XIX : Membuktikan bahwa pada umumnya (76 %) siswa berada di

daerah yang taat beragama dan sisanya sebagian kecil (24 %)

di daerah yang kurang taat, dan tidak ada seorangpun (0 %)

yang berada di daerah yang tidak taat beragama.

b. Data hasil angket dari orang tua siswa SMP N 3 Subang.

Tabel I : Membuktikan bahwa sebagian besar (60 %) orang tua

berperan aktif dan hampir setengahnya (30 %) menyatakan

kalau ada waktu, sedangkan sisanya (10 %) orang tua tidak

membina anak karena sibuk dan tidak seorangpun (0 %)

yang menyatakan cukup oleh pembantu.

Tabel II : Membuktikan bahwa setengahnya (50 %) bapak selalu

memperhatikan anaknya, dan hampir setengahnya (44 %)

menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya (6 %) me-

nyatakan tidak ada waktu untuk memperhatikan.

61

Page 62: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Tabel III : Membuktikan bahwa sebagain besar (68 %) orang tua selalu

membina anaknya, sedangkan sisanya (32 %) menyatakan

kadang-kadang, dan tidak seorangpun (0 %) yang

menyatakan tidak pernah membina.

Tabel IV : Membuktikan bahwa setengahnya (50 %) orang tua suka

membantu belajar anak-anaknya, hampir setengahnya (30 %)

sering membantu dan sebagian kecil (12 %) orang tua

menyatakan kadang-kadang membantu, sedangkan sisanya

(8 %) menyatakan tidak pernah membantu.

Tabel V : Mebuktikan bahwa sebagian besar (62 %) orang tua

menyediakan tempat untuk belajar dan sisanya (38 %)

menyatakan tidak menyediakan.

Tabel VI : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (46 %) tempat

belajar itu memenuhi syarat, dan hampir setengahnya pula

(36 %) menyatakan kurang memenuhi syarat, sedangkan

sisanya (18 %) menyatakan tidak memenuhi syarat.

Tabel VII : Membuktikan bahwa sebagian besar (70 %) orang tua selalu

memenuhi kebutuhan belajar, dan sebagian kecil (10 %)

yang menyatakan kalau ada uang dan sebagian lagi (20 %)

menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya tidak ada

seorangpun (0 %) yang menyatakan tidak pernah memenuhi

kebutuhan belajar anak.

Tabel VIII : Membuktikan bahwa sebagian besar (60 %) anak suka

belajar di rumah dan hampir setengahnya (28 %) yang

62

Page 63: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya (12 %)

menyatakan anak tidak pernah belajar di rumah.

Tabel IX : Menbuktikan bahwa sebagian besar (60 %) anak mempunyai

jadwal belajar di rumah dan sisanya (40 %) menyatakan

tidak mempunyai jadwal.

Tabel X : Membuktikan bahwa sebagian besar (60 %) orang tua selalu

menekankan anaknya untuk belajar, kemudian hampir

setengahnya (26 %) kadang-kadang, dan sebagian kecil (14

%) orang tua tidak pernah menekankan anaknya untuk

belajar.

Tabel XI : Membuktikan bahwa setengahnya (50 %) tindakan orang tua

menasehati, sebagian kecil (22 %) orang tua mem-biarkan

dan sisanya (28 %) menyatakan orang tua memarahinya.

Tabel XII : Membuktikan bahwa sebagian besar (56 %) orang tua

menanamkan sikap disiplin dan sebagian kecil, yaitu

berturut-turut (24 %) kadang-kadang dan (20 %) me-

nyatakan jika dianggap perlu dan tidak ada seorangpun (0

%) yang menyatakan tidak menanamkan sikap disiplin pada

anak.

Tabel XIII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (26 %) orang tua

menjawab Ya, artinya sikap disiplin cukup diterapkan di

rumah saja dan tidak ada seorangpun (0 %) yang

menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya (74 %)

sebagian besar orang tua menyatakan bahwa tidak hanya di

rumah saja sikap disiplin diterapkan.

63

Page 64: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Tabel XIV : Membuktikan bahwa sebagian besar (66 %) orang tua

menerapkan sikap disiplin dalam belajar dan sisanya hampir

setengahnya (34 %) menyatakan bila perlu sikap disiplin

diterapkan, dan tidak ada (0 %) yang menyatakan tidak

pernah.

Tabel XV : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (34 %) orang tua

menjawab Ya, artinya sikap disiplin hanya diterapkan dalam

belajar saja dan sebagian kecil (24 %) menyatakan kadang-

kadang, sedangkan sisanya (42 %) menyatakan tidak, artinya

sikap disiplin diterapkan tidak hanya dalam belajar saja,

tetapi dalam kegiatan lainpun tetap diperlukan.

Tabel XVI : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (46 %) orang tua

selalu memberi contoh yang baik dan hampir setengahnya

(34 %) yang menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya

(20 %) menyatakan tidak pernah memberikan contoh kepada

anak.

Tabel XVII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (24 %) orang tua

selalu mendikte anak dan (26 %) menyatakan kadang-

kadang dan sisanya setengahnya (50 %) orang tua

menyatakan tidak pernah mendikte anak.

Tabel XVIII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (26 %) anak diberi

hukuman dan sebagian besar (54 %) orang tua menyatakan

anak dinasehati, sedangkan sisanya yaitu sebagian kecil (20

%) menyatakan orang tua membiarkannya.

64

Page 65: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Tabel XIX : Membuktikan bahwa sebagian kecil (12 %) orang tua

membiarkan anaknya tidak disiplin, dan hampir setengahnya

(26 %) orang tua kadang-kadang membiarkannya, sedangkan

sisanya yaitu sebagian besar (62 %) orang tua menyatakan

tidak membiarkan anaknya tidak disiplin.

2. Hipotesis kedua

Apabila kegiatan-kebiatan siswa yang dilakukan di lingkungan keluarga dan

sekolah bersifat positif dan menunjang terhadap proses belajar mengajar, usaha

pengembangan sikap disiplin anak didik akan mudah dicapai. Sebagai perbandingan di

dalam hipotesis yang kedua, penulis akan mengemukakan hasil angket dari siswa dan

orang tua mulai dari tabel XX sampai dengan XXV.

a. Dari hasil angket dari siswa-siswi SMP N 3 Subang.

Tabel XX : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (33 %) me-

nyatakan Ya, itu berarti mereka suka melakukan belajar

bersama dan hampir setengahnya pula (47 %) menyatakan

kadang-kadang, sedangkan sebagian kecil (20 %) yang

menyatakan tidak pernah belajar bersama dengan teman

yang bersekolah.

Tabel XXI : Membuktikan bahwa siswa suka mengikuti pengajian. Pada

tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir setengahnya, yaitu

berturut-turut (41 %), (47 %) menyatakan sering mengikuti

dan kadang-kadang mengikuti pengajian rutin, sedangkan

sisanya sebagian kecil (12 %) menyatakan tidak pernah

mengikuti pengajian rutin.

65

Page 66: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Tabel XXII : Membuktikan bahwa setengahnya (50 %) siswa membantu

orang tuanya dan sebagian kecil (22 %) yang menyatakan

belajar di rumah, sedangkan sisanya hampir setengahnya (28

%) siswa mengisi waktu senggangnya dengan bermain.

Tabel XXIII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya, yaitu berturut-

turut (28 %), (25 %) siswa mengisi waktu senggangnya

dengan ayah dan ibu serta dengan adik/kakak dan hampir

setengahnya pula (32 %) menyatakan bersama teman-teman,

sedangkan sisanya sebagian kecil (15 %) mengisi waktu

senggang dengan pacarnya.

Tabel XXIV : Membuktikan bahwa sebagian besar orang tua (74 %)

memberi uang jajan kepada anaknya, dan hanya sebagian

kecil, yaitu berturut-turut (16 %), (10 %) yang menyatakan

kadang-kadang dan tidak pernah diberi uang jajan.

Tabel XXV : Membuktikan bahwa sebagian besar (%^ %) uang itu cukup

dan sebagian kecil (26 %) uang itu pas-pasan, sedangkan

sisanya sebagian kecil lagi (18 %) menyatakan tidak cukup.

Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya

(berdasarkan data-data dari tabel XX sampai dengan tabel XXV).

b. Data hasil angket dari orang tua siswa SMP N 3 Subang.

Tabel XX : Membuktikan bahwa (50 %) menyatakan bila perlu orang

tua menentukan dan sisanya sebagian kecil, yaitu berturut-

turut (14 %) orang tua kadang-kadang menentukan dan (10

%) orang tua menyatakan tidak pernah menentukan kegiatan

yang dilakukan anak.

66

Page 67: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Tabel XXI : Membuktikan bahwa sebagian besar (70 %) orang tua

mendukung, sebagian kecil (20 %) kadang-kadang men-

dukung dan sisanya (10 %) tidak pernah mendukung

kegiatan anak di luar sekolah.

Tabel XXII : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (26 %) anak selalu

aktif dan sebagian besar (60 %) kadang-kadang, sedangkan

sisanya yaitu sebagian kecil (14 %) anak tidak pernah

mengikuti kegiatan di lingkungan masyarakat.

Tabel XXIII : Membuktikan bahwa sebagian kecil (18 %) anak mengikuti

kegiatan kesenian, hampir setengahnya (26 %) mengikuti

pengajian, (40 %) lagi anak memilih olahraga, sedangkan

sisanya sebagian kecil (16 %) anak mengikuti kursus.

Tabel XXIV : Membuktikan bahwa hampir setengahnya (44 %) kegiatan

siswa mendukung, dan hampir setengahnya lagi (42 %)

menyatakan kadang-kadang, sedangkan sisanya yaitu

sebagian kecil (14 %) menyatakan mengganggu belajar.

Tabel XXV : Membuktikan bahwa sebagian kecil (16 %) orang tua

menegurnya, hampir setengahnya (34 %) memberikan

dorongan dan sisanya (50 %) orang tua menasehati dan tidak

seorangpun (0 %) yang menyatakan bahwa orang tua

mengacuhkan anaknya apabila ia tidak mengikuti kegiatan

yang positif.

Dengan demikian hipotesis kedua dapat dibuktikan kebenarannya. (berdasarkan

data dari tabel XX sampai dengan tabel XXV).

67

Page 68: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

D. Temuan Hasil Penelitian dan Hasil Wawancara

Penulis dalam hal ini mengadakan penelitian terbatas pada masalah disiplin

siswa-siswi di SMP N 3 Subang. Oleh karena itu penulis mencoba menarik kesimpulan

mengenai temuan Hasi Penelitian yang telah penulis lakukan, adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis dari tanggal 17 s/d 24 Januari

1999 penulis memperoleh temuan hasil penelitian khususnya mengenai

kedisiplinan siswa SMP N 3 Subang.

Pada umumnya siswa bersikap disiplin, terbukti dengan kurangnya tindakan-

tindakan dari siswa yang mengarah ke segi negatif dalam lingkungan sekolah. Hal

ini dapat dibuktikan selama penulis mengadakan penelitian terlihat pembinaan aktif

dari guru.

2. Dalam masalah pembinaan terhadap siswa yang tidak disiplin, guru memberikan

tindakan yang sangat tegas pada siswa, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

sikap tidak disiplin dalam lingkungan sekolah. Misalnya siswa yang datang

terlambat terlebih dahulu lapor pada piket untuk minta izin, apabila terlambat lebih

dari 15 menit siswa tidak diperkenankan untuk mengikuti pelajaran pertama.

Apabila siswa terus-menerus terlambat datang ke sekolah, maka piket langsung

memberitahu wali kelas siswa untuk diberi nasehat/bimbingan dan jika siswa tidak

ada perubahan maka guru beserta kepala sekolah mengadakan rapat untuk memberi

tindakan para siswa. Adapun tindakan yang diberikan adalah berupa skor selama 3

hari, dan jika siswa tidak jera juga, maka kepala sekolah memutuskan untuk

mengeluarkan anak tersebut dari sekolah.

3. Temuan lain adalah masalah peran guru dan orang tua siswa sangat aktif dalam

membina anak, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

68

Page 69: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

Adapun kegiatan siswa di lingkungan SMP N 3 Subang ada berbagai macam,

misalnya olahraga, pramuka, paskibra, kesenian dan sebagainya.

4. Hal lain yang penulis temukan dalam penelitian ini yaitu mengenai penyebaran

angket sebanyak 200 eksemplar semua dapat terkumpul kembali.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden maka penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut :

1. Apa peranan bapak/ibu sebagai pendidik dalam membina anak didik di lingkungan

sekolah?

Mengenai peranan guru dalam lingkungan sekolah yaitu meningkatkan mutu

belajar siswa dengan cara memberikan bimbingan dan pengarahan ke arah positif

dan juga memberikan perhatian pada siswa, di samping memperhatikan mutu

belajar juga meningkatkan disiplin siswa terhadap peraturan-peraturan yang ada di

sekolah, misalnya tata tertib sekolah.

2. Apa yang menyebabkan anak tidak disiplin dalam lingkungan sekolah?

Penyebab anak tidak disiplin dalam lingkungan sekolah antara lain karena

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang dari lingkungan keluarga, misalnya

orang tua kurang memperhatikan anak, baik dari segi materil maupun segi spiritual.

Disamping pengaruh lingkungan keluarga, ada juga yang datang dari faktor luar,

misalnya faktor lingkungan masyarakat dimana siswa tinggal, misalnya siswa

bergaul dengan anak berandalan dan tidak bersekolah.

3. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat menumbuhkan sikap disiplin, baik di

rumah maupun di luar rumah?

Kegiatan yang diikuti siswa dalam menumbuhkan sikap disiplin antara lain : siswa

mengikuti pramuka, kesenian, olahraga, paskibra serta PKS yang fungsinya

menjaga keamanan dalam lingkungan sekolah.

69

Page 70: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

4. Usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan bapak/ibu dalam mengembangkan

sikap disiplin pada anak didik?

Dengan memberikan mata pelajaran etika dan bimbingan karir, diharapkan siswa

dapat mengembangkan sikap disiplin baik di rumah maupun di luar rumah.

5. Bagaimana cara bapak/ibu guru dalam menanggulangi anak didik yang tidak

disiplin di sekolah?

Guru memberikan bimbingan dan perhatian pada anak untuk tidak melakukan hal-

hal negatif, dan jika anak tetap tidak disiplin, maka anak dihadapkan pada wali

kelas untuk diberi nasehat. Dan apabila siswa masih tidak disiplin maka masalah

tersebut diajukan pada BP dan kepala sekolah untuk diambil keputusan bersama

dengan cara mengadakan rapat.

70

Page 71: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

BAB VKESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ketidakdisiplinan siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intern

ataupun faktor ekstern, sedangkan faktor yang sangat besar pengaruhnya

terhadap siswa adalah faktor ekstern, khususnya teman di lingkungan

masyarakat.

2. Tindakan/penyebab timbulnya tidak disiplin siswa pada usia remaja, terutama

lebih banyak bersumber dari konflik psikologis yang ada pada diri siswa (anak),

dengan dimotifisir oleh faktor-faktor lain yang berasal dari lingkungan keluarga

dan lingkungan sosialnya.

3. Pembentukan serta pembinaan nilai-nilai moral di lingkungan keluarga lebih

banyak tersisihkan oleh kekuatan faktor lingkungan masyarakat/teman.

4. Pembentukan sikap atau kepribadian seorang anak, baik di lingkungan keluarga

ataupun di lingkungan sekolah sangat membutuhkan lingkungan masyarakat

yang mendukung terhadap proses belajar sebagai syarat mutlak.

5. Pembinaan dari orang tua dan guru sangat penting bagi anak didik (siswa),

karena dengan adanya pembinaan yang aktif dari mereka, anak akan merasa

diperhatikan, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.

71

Page 72: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

B. Implikasi Hasil Penelitian

Yang menjadi implikasi dalam penelitian yang telah penulis laksanakan di SMP

N 3 Subang adalah sebagai berikut :

1. Keberadaan siswa SMP N 3 Subang pada dasarnya mempunyai sikap disiplin yang

mantap, karena guru-guru memberikan arahan yang sifatnya menunjang terhadap

siswa untuk dapat mengembangkan sikap disiplin, baik di rumah maupun di

sekolah.

2. Peranan guru dan orang tua sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin

anak didik, karena dengan adanya perhatian dari guru dan orang tua, anak akan

merasa diperhatikan sehingga sikap disiplin akan tumbuh pada diri anak.

3. Dorongan dari orang tua dan guru sangat dibutuhkan, karena dapat dijadikan

sebagai motivasi bagi siswa untuk lebih meningkatkan prestasi, baik di lingkungan

sekolah maupun di lingkungan keluarga.

4. Aktivitas dan kreativitas siswa di sekolah dapat disalurkan melalui kegiatan-

kegiatan yang sifatnya positif dan dapat menunjang terhadap proses belajar.

5. Pembinaan dari orang tua dan guru terhadap siswa mutlak diperlukan, untuk

menumbuhkan sikap yang baik pada diri anak serta mengembangkan kepribadian

yang luhur.

C. Saran

1. Dalam mengembangkan kedisiplinan anak, diharapkan orang tua lebih

memperhatikan tingkah laku anak, baik di rumah maupun di luar rumah.

72

Page 73: hendraprijatna68.files.wordpress.com  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Banyak realita kehidupan siswa yang sering terjadi pada masa sekarang ini, baik yang secara langsung

2. Diharapkan orang tua lebih memperhatikan lingkungan bergaul serta teman

bermain anaknya dalam masyarakat.

3. Agar orang tua lebih banyak menyisihkan waktu untuk anaknya dalam masalah

pendidikan.

4. Untuk meningkatkan prestasi di seoklah, diharapkan agar orang tua lebih

banyak memberikan dorongan pada anak yang kurang dalam prestasi

belajarnya agar lebih maju.

5. Untuk guru agar lebih berperan secara aktif dalam membimbing anak didik

untuk menjadi siswa yang berdisiplin dan bertanggung jawab.

6. Agar pihak sekolah lebih aktif dalam mendeteksi perkembangan kejiwaan

siswa melalui bimbingan dengan orang tuanya.

Dengan arahan serta bimbingan secara aktif dari orang tua dan guru, maka anak

akan merasa diperhatikan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan

masyarakat. Dan dengan pembinaan dari orang tua dan guru secara terus menerus, maka

upaya pengembangan sikap disiplin anak didik dan tercapai.

73