Upload
egas-xavier
View
115
Download
26
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Maternitas
Citation preview
Gangguan Orientasi Realita
By : Byba Melda Suhita, S.Kep. Ns,M.Kes
Gangguan Orientasi Realita
Gangguan Orientasi Realita adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons terhadap realita.
Klien tidak mampu membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan.
Klien tidak mampu memberi respon secara akurat, shg tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan
Gangguan Orientasi Realita disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan fungsi pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial
Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu
Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yg tampak dari perilaku verbal maupun non verbal
Oleh karena gg. Orientasi realita terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula “Respon Neurobiologik”
Gangguan orientasi realita umumnya ditemukan pada klien Skizofrenia dan psikotik lain.
Rentang Respon Neurobiologik
Respon adaptif Respon maladaptif
*Pikiran logis *Kadang2 proses pikir *Gg.Proses pikir/ waham
*Persepsi akurat terganggu *Halusinasi*Emosi konsisten *Ilusi *Kesukaran emosi dgn pengalaman *Emosi berlebihan / *Perilaku tdk terorganisir*Perilaku cocok kurang *Isolasi sosial*Hub.sosial harmonis *Perilaku tidak biasa *Menarik Diri
Faktor Predisposisi
Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat dapat menimbulkan gg.orientasi realita, seperti :
Hambatan perkembangan otak khususnya kortek frontal, temporal, dan limbik. Gejala yg mungkin timbul adalah hambatan belajar, berbicara, daya ingat dan mungkin muncul perilaku menarik diri atau PK
Pertumbuhan dan perkembangan individu pranatal, perinatal, neonatus, dan kanak – kanak
Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis dari klien
Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan yg terisolasi disertai stres yang menumpuk
Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala klien mengalami hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya
Gejala yang sering ditemukan
Penampilan diri tidak rapi, tidak serasi dan berubah dari biasanya
Pembicaraan tidak terorganisir
Aktivitas motorik meningkat / menurun, impulsif, katatonik, & beberapa gerakan yg abnormal / bizar
Alam perasaan : suasana emosi yg memanjang disertai perilaku apatis
Interaksi selama wawancara : bermusuhan, mudah tersinggung, curiga yg terkait dengan waham klien. Perilaku tidak kooperatif, kontak mata tidak ada dan cenderung menarik diri atau saat interaksi klien bicara / tertawa sendiri
Persepsi : kemampuan mengidentifikasi & menginterpretasi stimulus sesuai dengan informasi yang diterima melalui panca indera.
“ Halusinasi “
Halusinasi : Persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.Halusinasi ada beberapa macam :
Halusinasi Pendengaran ( Auditoric ) 70 %Halusinasi Penglihatan ( Visual ) 20 %Halusinasi Penghidu ( Olfactory ) Halusinasi Pengecapan ( Gustatory )Halusinasi Perabaan ( Tactile )Halusinasi Cinesthetic
Proses PikirSaat berkomunikasi kadang inkoheren, tidak berhubungan, berbelit dan tidak logis.Identifikasi respon verbal dan nonverbal klien dan validasi “penting” Isi Pikir Waham.Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Waham agama
Waham Kebesaran
Waham Somatik
Waham Curiga
Waham Nihilistik
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien
Tingkat Kesadaran : Orientasi waktu, tempat dan orang
Daya ingat : mudah lupa, kurang mampu menjalankan peraturan yg telah disepakati.
Tingkat konsentrasi / perhatian : terganggunya kemampuan mengobservasi dan konsentrasi terhadap relitas eksternal.
Penilaian Tilik Diri : Ketidakmampuan mengambil keputusan termasuk tilik diri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus.
HALUSINASIHALUSINASI
Fase – fase Halusinasi :
Fase I : Comforting ( Ansietas sedang, menyenangkan )
A. Karakteristik perilaku mendalam (ansietas,
kesepian, rasa bersalah, takut, berfokus pd pikiran senang ), mengenali pikiran dan
pengalaman sensori dalam kendali kesadaran. Non Psikotik
B. Perilaku KlienTersenyum, tertawa, menggerakkan bibir tanpa suara, gerak mata cepat, respon
verbal lambat, diam dan asyik sendiri
Fase II : Condeming ( ansietas berat, menjijikkan )A. Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikkan, menakutkan, mulai lepas kendali, mengambil jarak dengan sumber yg dipersepsikan, merasa dipermalukan, menarik diri. Psikotik Ringan
B. Perilaku KlienMeningkat tanpa sistem otonom akibat ansietas ( TD, nadi, RR ), rentang
perhatian menyempit, asyik pada pengalaman sensori, hilang kemampuan
membedakan realitas
Fase III : Controlling ( ansietas Berat, pengalaman sensori berkuasa )
A. KarakteristikBerhenti melawan / menyerah pada
halusinasi, isi halusinasi menarik, kesepian bila halusinasi berhenti. PsikotikB. Perilaku Klien
Kemauan dikendalikan / mengikuti halusinasi, kesukaran berhubungan dgn orang lain, rentang perhatian bbrp detik/menit, tanda fisik ansietas berat ( tremor, berkeringat, tidak
mampu memenuhi perintah )
Fase IV : Conquering ( Panik )
A. Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Psikotik Berat
B. Perilaku Klien
Perilaku teror akibat panik, potensi suicide. Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi
seperti PK, agitasi, menarik diri, atau katatonik. Tidak mampu berespon
terhadap perintah yg komplek. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
Mekanisme Koping pada Halusinasi
Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari – hari
Proyeksi, mencoba menjelaskan gg. persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda
Menarik diri, sulit mempercayai orang lain Keluarga mengingkari masalah yg dialami
klien
Validasi informasi tentang halusinasi :
Isi halusinasi
Waktu dan frekuensi halusinasi
Situasi pencetus halusinasi
Respon klien
Masalah Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perubahan persepsi sensori : halusinasi Isolasi sosial : menarik diri Gangguan konsep diri : HDR
Tindakan Keperawatan
Tujuan dari tindakan keperawatan pada klien dgn halusinasi :
Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
Klien dapat mengontrol halusinasinya
Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Membantu klien mengenal halusinasinyaDiskusi dgn klien tentang isi halusinasinya, waktu terjadi halusinasi, frekuensi, situasi yg menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat halusinasi munculMelatih klien mengontrol halusinasiAda 4 cara :
Menghardik halusinasiBercakap – cakap dengan orang lainMelakukan aktivitas yang terjadwalMenggunakan obat secara teratur
Menghardik Halusinasi
Tahapan tindakan meliputi :Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku klien
Bercakap – cakap dengan orang lain
Melakukan aktivitas terjadwal
Tahapan Intervensinya :Menjelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk mengatasi halusinasinya
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh klien
Melatih pasien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas sehari – hari sesuai dengan aktivitas yg telah dilatih
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku klien yang positif
Menggunakan Obat secara teraturJelaskan guna obatJelaskan akibat bila putus obatJelaskan cara mendapatkan obat / berobatJelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip lima benar ( benar : obat, pasien, cara, waktu dan dosis )
Evaluasi
Sejauh mana klien / keluarga mampu :Mengontrol halusinasinya ?
Memanfaatkan obat secara teratur dan sesuai program ?
Berperan aktif merawat klien di RS dan persiapan pulang ?
Make your day always beautiful