29
BAB I PENDAHULUAN Al-Quran adalah sumber tasyri’ pertama bagi umat Islam. Kemampuan setiap orang dalam memahami Al-Quran dan tafsir Al-Quran tidaklah sama. Perbedaan daya nalar adalah setiap orang, ilmuan dan Mufassir suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global. Sedang kalangan cerdik cendikia dan terpelajar akan dapat maenyimpulkan pula dari padanya makna-makna yang menarik. Ilmu tafsir sudah ada sejak nabi Muhammad SAW masih hidup. Tipologi tafsir berkembang sedemikian pesat dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman. Dasar tipologi atau pengelompokkan terhadap tafsir pun berbeda- beda. Al-Quran secara teks memang tidak berubah, tetapi penanfsirannya selalu cenderung berubah, sesuai dengan konteks ruang dan waktu manusia. Karenanya, Al-Quran selalu membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan berbagai alat, metode, dan pendekatan untuk menguak isi sejatinya. Aneka metode penafsiran diajukan sebagai jalan untuk membedah makna terdalam dari Al-Quran itu. Sehingga Al-Quran seolah menantang dirinya untuk dibedah. Akademisi islam dan intelektualis muda perlu memahami atau memilih metode penafsiran yang hasil penafsirannya dapat dipandang memuaskan, dengan tujuan berusaha memastikan 1

hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Quran adalah sumber tasyri’ pertama bagi umat Islam. Kemampuan setiap

orang dalam memahami Al-Quran dan tafsir Al-Quran tidaklah sama. Perbedaan daya

nalar adalah setiap orang, ilmuan dan Mufassir suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi.

Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-

ayatnya secara global. Sedang kalangan cerdik cendikia dan terpelajar akan dapat

maenyimpulkan pula dari padanya makna-makna yang menarik.

Ilmu tafsir sudah ada sejak nabi Muhammad SAW masih hidup. Tipologi

tafsir berkembang sedemikian pesat dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan

zaman. Dasar tipologi atau pengelompokkan terhadap tafsir pun berbeda-beda. Al-

Quran secara teks memang tidak berubah, tetapi penanfsirannya selalu cenderung

berubah, sesuai dengan konteks ruang dan waktu manusia. Karenanya, Al-Quran selalu

membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan

berbagai alat, metode, dan pendekatan untuk menguak isi sejatinya. Aneka metode

penafsiran diajukan sebagai jalan untuk membedah makna terdalam dari Al-Quran itu.

Sehingga Al-Quran seolah menantang dirinya untuk dibedah.

Akademisi islam dan intelektualis muda perlu memahami atau memilih metode

penafsiran  yang hasil penafsirannya dapat dipandang memuaskan, dengan tujuan berusaha

memastikan bahwa hasil penafsiran itu adalah benar-benar sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh Allah swt. Dari hasil penafsiran Al-Quran bukanlah semuanya

merupakan “kata pasti” yang harus diterima, tetapi sebagai perangkat yang membantu

seseorang dalam memahami maksud suatu ayat Al-Quran. Yang jelas untuk mengambil

hasil penafsiran seorang mufassir tidaklah bijaksana kalau diterima begitu saja atau

disalahkan/dikritik begitu saja, tanpa mengetahui dan meneliti metode tafsir yang

digunakan oleh mufassir.

Secara umum dan dalam berbagai literatur yang telah mudah ditemukan, para

ulama tafsir menyebutkan bahwa terdapat empat metode dalam menafsirkan Al-Quran.

Empat metode tersebut adalah:

1. Metode Tahlili

2. Metode Ijmali

3. Metode Perbandingan

1

Page 2: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

4. Metode Tematik.

Keempat metode penafsiran Al-Quran di atas kesemuanya dipakai oleh para

mufassir sesuai dengan kecenderungan yang mereka punyai masing-masing terhadap

metode tersebut. Dalam makalah ini metode penafsiran yang dibahas hanya Metode

Tematik saja, karena pada pertemuan dan pemakalah sebelumnya telah membahas metode

penafsiran sebelum Metode Tematik ini.

Untuk tidak terlalu luas dalam pembahasannya, pemakalah membatasi pembahasan

makalah ini pada materi metodologi, tokoh dan contoh yang menggunakan metode tafsir

maudhu’iy secara umum. Untuk lebih jelasnya mengenai pembahasan makalah ini, dapat

diperhatikan dan dibahas pada bab selanjunya dalam makalah ini.

2

Page 3: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

BAB II

PENDEKATAN TAFSIR MAUDU`IY (TEMATIK) METODOLOGI DAN

TOKOHNYA

Benar bahwa ada sekelompok ayat-ayat Al-Quran yang menarik perhatian para

mufassir, karena dalam ayat-ayat Al-Quran terdapat bagian-bagian tertentu yang

menyebabkan ayat-ayat tersebut saling berkaitan. Seperti ayat-ayat tentang hukum, kisah-

kisah tentang Al-Quran, Nasikh dan Mansukh, tentang manusia dan kehidupan sosialnya,

tentang pendidikan, dan lain-lain. Tetapi belum dipelajari seperti subjek mandiri, tetapi

dianggap karena adanya faktor kesamaan dan kekhususan bersama.

Pada dekade terakhir sejarah ilmu tafsir, ilmu tafsir berkembang dengan satu

metodologi baru dalam penafsiran dan pembahasan-pembahasan Al-Quran, yang

berlandaskan kepada usaha untuk mengetahui setiap pandangan Al-Quran dalam segala

bidang, apakah itu akidah, pemikiran, pengetaguan, syari’at maupun akhlak yang

dilakukan dengan memaparkan ayat-ayat tersebut pada tempatnya, yang letaknya berbeda

dalam Al-Quran. Metodologi inilah yang kemudian yang dikenal dengan metode tematik.

1. Konsep Dan Makna Metode Tafsir Maudu`iy (Tematik)

Dalam buku Baqir Hakim, Allamah Baqir Shadr mengemukakan bahwa ada tiga

arti dari kata Maudhu’iy:

1. Objektivitas, adalah sikap amanah dan konsistensi serta sikap berpegang teguh pada

ketentuan-ketentuan ilmiah yang berlandaskan kepada realitas peristiwa dalam

membahas setiap perkara dan kejadian yang sama, tanpa terpengaruh sedikitpun

dengan perasaan dan pendirian peribadinya, serta tidak memihak dalam menentukan

hukum-hukum serta hasil-hasil yang diperoleh dari pembahasannya.

2. Memiliki makna memulai pembahasan dari tema yang merupakan peristiwa nyata

yang dikembalikan kepada ayat-ayat Al-Quran, untuk mengetahui pendirian

(Mawqif) dari peristiwa nyata tersebut. Karena itulah, seorang mufassir yang

menggunakan Metode Tafsir Maudhu’iy (Tematik) harus memusatkan perhatiannya

pada tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan, akidah, sosial dan fenomena-

fenomena alam, di samping ia juga harus menguasai permasalahan-permaslahan

seputar tema-tema tersebut yang di dapatkan melalui pemikiran manusia, mengetahui

solusi permasalahan tersebut yang disambungkan oleh pemikiran manusia, serta

3

Page 4: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

mengetahui apa-apa yang tercatat dalam sejarah sebagai pertanyaan dan poin-poin

yang belum dijabarkan. Setelah itu barulah seorang mufassir memulai Tanya

jawabnya dengan Al-Quran, saat mufassir bertanya dan Al-Quran menjawab.

Dengan demikian diharapkan mufassir dapat mengetahui sikap Al-Quran terhadap

tema yang ditanyakan.

3. Terkadang istilah Maudhu’iy dimaksudkan untuk menyebutkan apa-apa yang

dinisbatkan kepada suatu tema. Saat seorang mufassir memilih tema tertentu,

kemudian mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan tema tersebut

dan menafsirkannya, serta berusaha menyimpulkan pandangan Al-Quran dari ayat-

ayat yang berkaitan dengan tema tersebut.1

Jika dilihat dari sejarahnya, Tafsir Maudhu’iy bukanlah merupakan fenomena baru.

Menurut Al-Farmawy, benih penafsiran seperti ini sudah ada sejak zaman Nabi saw. sebab

penafsiran Al-Quran dengan Al-Quran menurutnya merupakan embrio bagi munculnya

tafsir maudhu’iy selain merupakan tafsir bi al-ma’tsur.2

Metode Tafsir Maudu`iy (Tematik) merupakan salah satu cara menafsirkan Al-

Quran dengan mengggunakan metode mengumpulkan atau menyusun ayat-ayat Al-Quran

menjadi sebuah tema atau judul. Pencetus metode tafsir ini adalah Syeikh Mahmud Syaltut

(Grand Syeikh Al-Azhar). Pada Januari 1960, beliau menyusun kitab tafsir Al-Quran Al-

Karim. Dalam tafsir tersebut, beliau membahas surat demi surat, atau bagian-bagian

tertentu dalam satu surat, kemudian merangkainya dengan tema sentral yang terdapat

dalam satu surat tersebut.3 Kemudian pada tahun 1977, untuk mendalami Metode Tafsir

Maudu`iy (Tematik) ini Prof. Dr. Abdul Hay Al-Farmawiy menulis buku Al-Bidayah Fi

Al-Tafsir Al-Mawdhu’i.

Selain itu, Prof. Dr. Ahmad Sayyid Al-Kumiy, juga merupakan pencetus metode,

ketika metode tafsir ini ditetapkan sebagai mata kuliah di jurusan Tafsir Fakultas

Ushuluddin di Jami’ah al-Azhar pada tahun 1981. Beliau mencetuskan ide metode tafsir

dengan jalan menghimpun seluruh atau sebagian ayat-ayat, dari beberapa surat yang

berbicara tentang suatu topik, untuk dikaitkan satu dengan lainnya sehingga pada akhirnya

diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan Al-Quran.

1 M. Baqir Hakim, Ulumul Quran, (Jakarta: Al-Huda, 2006), hal. 508-509 2Surga Makalah, Metode Maudhu’iy, http://www.surgamakalah.com/2011/08/material-makalah-

metode-maudhui.html, Ditelusuri, 20 November 20113 Abu Nizhan, Buku Pintar Al-Quran, (Cianjur: Qultum Media, 2008), hal. 52

4

Page 5: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

Sebagaimana yang difahami, mulai dari Metode Ijmali (Global), Metode Tahlili

(Analitis), Metode Muqarin (Perbandingan/Komparatif) sampai pada Metode Tafsir

Maudu`iy (Tematik) bahwa setiap metode penafsiran Al-Quran itu mempunyai ciri khas

masing-masing dan target tertentu yang akan dicapai oleh mufassirnya. Oleh karenanya

tidak ada metode yang “kadaluarsa” dalam menafsirkan Al-Quran.4 Dalam

penggunaannya Nashruddin Baidan membuat bagan yang membedakan penggunaan

metode-metode tersebut seperti di bawah ini:

No Metode Figur Figur

1. Metode Ijmali (Global)

2. Metode Tahlili (Analitis)

3. Metode Muqarin (Perbandingan/Komparatif)

4. Metode Tafsir Maudu`iy (Tematik)

Tanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di atas bentuk dan alur

penalaran masing-masing metode tersebut. Metode Global dan analitis, misalnya,

mempunyai bentuk yang sama terutama dari sudut bentuk penalaran dan proses berpikir,

perbedaannya terletak pada wacana. Pada metode global wacananya amat sedikit dan

ruang lingkupnya sedikit sekali.

Sebaliknya metode analitis wacananya sangat banyak dan ruang lingkupnya luas

sekali, karena itulah maka metode global digambarkan dengan sebuah garis lurus kecil.

Sementara metode analitis dengan garis lurus yang besar. Kecuali itu, narasi atau alur

berpikirnya berkesinambungan tanpa harus merujuk kepada ayat-ayat atau hadis-hadis

ataupun pendapat-pendapat yang pernah dikemukakan berkenaan dengan pebafsiran ayat

yang sedang dibahas. Artinya melakukan konsultasi kepada ayat-ayat, hadis-hadis atau

pendapat-pandapat para ulama dalam penafsiran suatu ayat bukan merupakan cirri khas

metode Tahlili. Karena semua metode pada umumnya menerapkan hal yang sama. Dengan

4 Prof. Dr. Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 3815

Page 6: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

perkataan lain seorang yang menerapkan metode analitis apalagi metode global tidak

diwajibkan (dituntut) untuk melakukan konsultasi semacam itu. Namun bila dilakukannya,

jelas penafsirannya akan lebih baik dan lebih kredibel karena di dukung oleh berbagai

argument dan falta yang tak mustahil, argument dan fakta tersebut lebih meyakinkan.

Penerapan pola pikir seperti ini ditemukan pada hampir semua tafsir tahlili baik yang

berbentuk riwayat maupun pemikiran.5

Adapun pola narasi pemikiran dalam menerapkan metode Komparatif (Muqarrin)

digambarkan dalam bentuk areal yang bundar melingkar sehingga membentuk tataran

horizontal yang lebih luas. Hal itu dimungkinkan karena yang menjadi cirri uta metode ini

ialah perbandingan, baik perbandingan ayat dengan ayat, ayat dengan hadis, ataupun

perbandingan pendapat para mufassir dalam menafsirkan suatu ayat. Perbandingan

semacam ini menjadi amat luas secara horizontal, sehingga seakan-akan membentuk suatu

lingkaran. Digambarkan pola piker narasinya dalam bentuk lingkaran agar menimbulkan

image bahwa agar apa yang dibandingkan itu berada pada dataran yang sama tidak ada

kelebihan yang satu dari yang lain. Kecuali itu gambaran tersebut mengisyaratkan bahwa

wacana yang dikembangkan dalam tafsir komparatif lebih mengacu pada upaya

memberikan informasi sebanyak mungkin kepada pembaca atau pendengar, kemudian

membiarkan membiarkan mereka mengambil kesimpulan sendiri secara bebas tanpa perlu

di giring pada konklusi tertentu. Itulah sebabnya pembahasan berbentuk meluas, dan

horizontal, tidak vertikal sebagaimana tafsir tematik, seperti terlihat pada bagan di atas.6

Metode tematik sebagaiaman digambarkan di atas terlihat ruang lingkup yang

relatif sempit, yakni membahas satu judul tertentu secara mendalam dan tuntas. Karena

itulah gambarannya tegak lurus dan menukik ke dalam. Makin ke dalam semakin lancip

dan bertemu pada satu titik simpul. Gambaran itu memberikan isyarat bahwa tafsir tematik

bertujuan menyelesaikan permasalahan yang diangkat secara tuntas sehingga diperoleh

suatu kesimpulan yang dapat dijadikan pegangan. Baik bagi mufassir sendiri maupun

pembaca serta pendengar bahkan oleh ummat ummat keseluruhan. Karena tujuan tafsir

tematik ini untuk dapat menyelesaikan permaslahan ummat, maka di abad modern ini para

ulama lebih menggandrungi metode tematik daripada metode-metode yang lain.

5 Nashruddin Baidan, hal. 382 6 Nashruddin Baidan, hal. 383

6

Page 7: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

Al-Farmawi di dalam kitab al-Bidayah fi al-Tafsir al-maudhu’iy secara rinci

mengemukakan cara kerja yang harus ditempuh dalam menyusun suatu karya tafsir

berdasarkan Metode Maudhu’iy (Tematik). Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Memilih atau menetapkan masalah Al-Qur’an yang akan dikaji secara maudhu’iy

(tematik)

2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah

ditetapkan, ayat Makiyyah dan Madaniyyah

3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya,

disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau asbab al-nuzul

4. Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-masing

suratnya

5. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh

(outline)

6. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadits, bila dipandang perlu, sehingga

pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara

menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan

antara pengertian ‘am dan khash, antara yang muthlaq dan yang muqayyad,

mengsingkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat

nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu muara, tanpa

perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada

makna yang kurang tepat

8. Menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Qur’an terhadap masalah

yang dibahas.7

Abdul Djalal menyebutkan makna Metode Tafsir Mudhu’iy ini yaitu:

1. Akan mengetahui hubungan dan persesuaian antara beberapa ayat dalam satu judul

bahasan, sehingga bisa menjelaskan arti dan maksud-maksud ayat-ayat A1-Quran

dan petunjuknya, ketinggian mutu seni, sastra dan balghahnya

2. Akan memberikan pandangan pikiran yang sempurna, yang bisa mengetahui seluruh

nash-nash Al-Quran mengenai topik tersebut secara sekaligus, sehingga ia bisa

menguasai topik tersebut secara lengkap

7 Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), hal. 48 7

Page 8: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

3. Menghindari adanya pertentangan dan menolak tuduhan yang dilontarkan oleh

orang-orang, yang mempunyai tujuan jahat terhadap Al-Quran, seperti dikatakan

bahwa ajara Al-Quran bertentangan dengan ilmu pengetahuan

4. Lebih sesuai dengan selera zaman sekarang yang menuntut adanya penjelasan

tuntutan-tuntutan Al-Quran yang umum bagi semua pranata kehidupan sosial dalam

bentuk peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang sudah difahami,

dimanfaatkan dan diamalkan

5. Mempermudah bagi para muballigh dan penceramah serta pengajar untuk

mengetahui secara sempurna berbagai macam topik dalam Al-Quran

6. Akan bisa cepat sampai ke tujuan untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu topik

bahasan Al-Quran tanpa susah payah

7. Akan menarik orang untuk mempelajari, menghayati dan mengamalkan isi Al-

Quran, sehingga Insya Allah tidak ada lagi semacam kesenjangan antara ajaran-

ajaran Al-Quran dengan pranata kehidupan mereka

8. Silabus pelajaran tafsir di madrasah-madrasah dan silabi mata kuliah tafsir di

fakultas-fakultas, bisa dijabarkan dalam buku-buku pelajaran sehingga menunjang

pendidikan yang merupakan program nasional.8

2. Bentuk kajian Metode Tafsir Maudhu’iy (Tematik)

Metode Tafsir Maudhu’iy (Tematik) mempunyai dua bentuk, yaitu:

1. Tafsir yang membahas satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan

maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai

masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-

betul utuh dan cermat. Tafsir maudhu’iy dalam bentuk pertama ini sebenarnya sudah

lama dirintis oleh ulama-ulama tafsir periode klasik, seperti Fakhr al-Din al-Razi.

Namun, pada masa belakangan beberapa ulama tafsir lebih menekuninya secara

serius.

2. Tafsir yang menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama

membicarakan satu masalah tertentu; ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa dan

diletakkan di bawah satu tema bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan secara

maudhu’iy. Upaya mengaitkan antara satu ayat dengan ayat yang lainnya itu pada

8 Maragustan Siregar, Metode Tafsir Mudhu’i (Tematik), http://maragustamsiregar.wordpress.com/ 2011/01/10/metode-tafsir-maudhui-tematik-oleh-h-maragustam-siregar-prof-dr-m-a/, Ditelusuri, 20 November 2011

8

Page 9: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

akhirnya akan mengantarkan mufassir kepada kesimpulan yang menyeluruh tentang

masalah tertentu menurut pandangan Al-Quran. Mufassir dapat mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di dalam benaknya dan menjadikannya sebagai

tema-tema yang akan dibahas dengan tujuan menemukan pandangan Al-Quran

mengenai hal tersebut.9

3. Kelebihan dan kekurangan Metode Tafsir Maudhu’iy (Tematik)

Kelebihan Metode Tafsir Maudhu’iy (Tematik) antara lain Adalah:

1. Hasil tafsir maudhu’iy memberikan pemecahan terhadap permasalahan-

permasalahan hidup praktis, sekaligus memberikan jawaban terhadap

tuduhan/dugaan sementara orang bahwa Al-Quran hanya mengandung teori-teori

spekulatif tanpa menyentuh kehidupan nyata

2. Sebagai jawaban terhadap tuntutan kehidupan yang selalu berobah dan berkembang,

menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap Al-Quran

3. Studi terhadap ayat-ayat terkumpul dalam satu topik tertentu juga merupakan jalan

terbaik dalam merasakan fasahat dan balaghah Al-Quran

4. Kemungkinan untuk mengetahui satu permasalahan secara lebih mendalam dan lebih

terbuka

5. Tafsir maudhu’iy lebih tuntas dalam membahas masalah.

Menurut pemakalah kekurangan Metode Tafsir Maudhu’iy (Tematik) adalah

sebagai berikut:

1. Mungkin melibatkan pikiran dalam penafsiran terlalu dalam

2. Tidak menafsirkan segala aspek yang dikandung satu ayat, tapi hanya salah satu

aspek yang menjadi topik pembahasan saja

4. Tokoh Dan Metodologi Tafsir Maudu`iy (Tematik)

Banyak para mufassir yang memiliki karya tulis atau berpartisipasi dalam

pengembangan Metode Tafsir Maudhu’iy (Tematik) ini, namun pemakalah tidak dapat

menemukan semua mufassir tersebut dan metodologi yang mereka gunakan. Pada

pembahasan ini pemakalah memaparkan beberapa tokoh Metode Tafsir Maudhu’iy

(Tematik) seperti di bawah ini:

9 Farida Ari, Metode Tafsir Al-Quran, http://munfarida.blogspot.com/2010/03/metode-tafsir-al-quran.html, Ditelusuri, 20 November 2011

9

Page 10: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

1. Di samping tafsir-tafsir dengan pola umum, pada masa tadwin, tafsir yang mengkaji

masalah-masalah khusus secara tematik berjalan. Ibnul Qaayim menulis kitan At-

Tibyan Fi Aksamil Quran, Abu Ubaidah menulis sebuah kitab tentang majas Al-

Quran, Ar-Raghib Al-Ashfahani melahirkan mufrodat Al-Quran, Abu Ja’far An-

Nahas An-Nasikh Wal Mansukh, Abul Hasan Alwahidi menulis Asbab An-Nuzul

dan Al-Jasshash menulis Ahkam Al-Quran. Dalam konteks modern, studi Al-Quran

semakin meluas dan kompleks sehingga tak satupun ayat-ayat Al-Quran yang

terlepas dari penafsiran dengan pola tematiknya.10

2. Syeikh Mahmud Syaltut (Grand Syeikh Al-Azhar). Pada Januari 1960, beliau

menyusun kitab tafsir Al-Quran Al-Karim. Dalam tafsir tersebut, beliau membahas

surat demi surat, atau bagian-bagian tertentu dalam satu surat, kemudian

merangkainya dengan tema sentral yang terdapat dalam satu surat tersebut

3. Prof. Dr. Abdul Hay Al-Farmawiy menulis buku Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Al-

Mawdhu’i

4. Al-Futuhat Al-Rabbaniyah Fi Al-Tafsir Al-Mawdhu’i Li Al-Ayat Al-Quraniyah

karya Dr. Al-Husaini Abu Farhah

5. Al-‘Aqad yang berjudul Al-Insan Fi Al-Quran dan Al-Mar’at Fi Al-Quran, begitu

pula Al-Riba Fi Al-Quran tulisan Al-Maudhudi

6. Dr. Ahzami Sami’un Jazuli, MA yang menulis kitab Al-Hayah Fi Al-Quran Al-

Karim: Dirasah Maudhu’iyah Penerbit Dar At-Thuwaiq pada Thaun 1997, atau

dalam terbitan dan terjemahan indonesianya Menjelajah Kehidupan Dalam Al-

Quran: Tafsir Maudhu’iy Atas Tema-Tema Kehidupan Dalam Al-Quran, yang

diterjemahkan Oleh Tim Penerbit Wahdah di Jakarta pada tahun 2005 dan

diterbitkan oleh Al-‘Itishom Cahaya Umat.

7. Prof. M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi dan Wawasan Al-Quran: Tafsir

Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Ummat

5. Contoh Tafsir Maudu`iy (Tematik)

Contoh tafsir tematik yang diuraikan pemakalah dalam menjelaskan dan

memperkaya pemahaman pembaca dalam memahami tafsir tematik ada dua macam, yaitu

contoh yang berkenaan dengan objek dan subjek. Contoh yang berkaitan dengan subjek

10 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hal. 430

10

Page 11: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

maksudnya adalah contoh yang berkenaan dengan manusia serta perbuatannya, atau yang

lebih dikenal dengan istilah hukum privat. Contoh yang berkaitan dengan objek misalnya

adalah contoh yang langsung disandarkan pada suatu benda, yang dapat langsung kita lihat

zahir dari contoh itu sendiri.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini dipaparkan contoh dari tafsir tematik tersebut

baik secara objektif maupun secara subjektif.

1. Contoh Berdasarkan Subjek

Misalnya adalah sikap perbutan manusia yang berkaitan dengan Istiqamah (teguh

pendirian). Dalam Al-Quran pemakalah mengambil ayat-ayat seperti di bawah ini:

a) Surat Yunus Ayat 89

Artinya: AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui".

b) Surat Hud ayat 112

Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

c) Fusshilat ayat 6

Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia

seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.

11

Page 12: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

d) Surat Al-Ahqaf Ayat 13

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.

Berdasarkan kontekstual beberapa ayat di atas, dengan mudah dapat dipahami satu akhlak yang baik yang menjadi isyarat perintah bagi manusia agar selalu memiliki sifat Istiqomah, apa lagi dalam hal memeluk agama. Pemakalah mendefinisikan istiqamah sebagai satu sifat teguh pendirian, dalam ranah tauhid istiqomah berarti tetap beramal yang saleh kepada Allah.

2. Contoh berdasarkan objek

Misalnya adalah pengharaman memakan daging babi. Dalam Al-Quran, dan

berkaitan, pemakalah menemukan ada empat ayat dalam Al-Quran dan pada surat berbeda

yaitu:

a) Q.S. Al-Baqarah ayat 173

Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,

dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi

Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b) Q.S. Al-Maidah ayat 3

12

Page 13: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)

yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh,

yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu

menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan

(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan

anak panah itu) adalah kefasikan.

c) Q.S. Al-An’am ayat 145

Artinya: Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu,

sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau

makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena

Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain

Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya

Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

d) Q.S. An-Nahl ayat 115

Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah,

daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi

Barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak Menganiaya dan tidak pula

melampaui batas, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Dari ayat-ayat Al-Quran di atas, pemakalah memahami bahwa secara kontekstual

ayat Allah telah begitu jelas mengharamkan daging Babi, namun menurut pemakalah hal

ini masih dipandang perlu untuk ditafsirkan lagi, khususnya secara tematis. Sehingga

masyarakat muslim (baik dari kalangan cendikiawan maupun masyarakat awam) lebih

memahami secara harfiah apa yang menyebabkan keharaman hewan ini dikonsumsi.

Lemak punggung babi tebal, babi memiliki back fat (lemak punggung) yang

lumayan tebal. Konsumen babi sering memilih daging babi yg lemak punggungnya tipis,

karena semakin tipis lemak punggungnya, dianggap semakin baik kualitasnya. Sifat lemak

13

Page 14: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

punggung babi adalah mudah mengalami oxidative rancidity, sehingga secara struktur

kimia sudah tidak layak dikonsumsi. Daging babi adalah daging yang sangat sulit dicerna

karena banyak mengandung lemak. Meskipun empuk dan terlihat begitu enak dan lezat,

namun daging babi sulit dicerna.

Ibaratnya racun, seperti halnya kholesterol! Selain itu, daging babi menyebabkan

banyak penyakit : pengerasan pada urat nadi, naiknya tekanan darah, nyeri dada yang

mencekam (anginapectoris), dan radang pada sendi-sendi. Babi adalah hewan yang

kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain. Ia makan semua makanan yang

ada di depannya. Jika perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan

memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan kerakusannya. Ia

tidak akan berhenti makan, bahkan memakan muntahannya. Ia memakan semua yang bisa

dimakan di hadapannya. Memakan kotoran apa pun di depannya, entah kotoran manusia,

hewan atau tumbuhan, bahkan memakan kotorannya sendiri, hingga tidak ada lagi yang

bisa dimakan di hadapannya. Kadang ia mengencingi kotorannya dan memakannya jika

berada dihadapannya, kemudian memakannya kembali. Ia memakan sampah busuk dan

kotoran hewan.

Babi adalah hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya

dalam jumlah besar dan dalam waktu lama jika dibiarkan. Kulit orang yang memakan babi

akan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Penelitian ilmiah modern di dua negara Timur &

Barat, yaitu Cina dan Swedia. Cina (mayoritas penduduknya penyembah berhala) &

Swedia (mayoritas penduduknya sekuler) menyatakan: “Daging babi merupakan penyebab

utama kanker anus & kolon”. Persentase penderita penyakit ini di negara negara yang

penduduknya memakan babi, meningkat secara drastis, terutama di negara-negara Eropa,

dan Amerika, serta di negara-negara Asia (seperti Cina dan India). Sementara di negara-

negara Islam, persentasenya amat rendah, sekitar 1/1000.

Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1986, dalam Konferensi Tahunan Sedunia

tentang Penyakit Alat Pencernaan, yang diadakan di Sao Paulo. Babi banyak mengandung

parasit, bakteri, bahkan virus yang berbahaya, sehingga dikatakan sebagai Reservoir

Penyakit. Gara-gara babi, virus Avian Influenza jadi ganas. Virus normal AI (Strain H1N1

dan H2N1) tidak akan menular secara langsung ke manusia. Virus AI mati dengan

pemanasan 60oC lebih-lebih bila dimasak hingga mendidih. Bila ada babi, maka dalam

tubuh babi, Virus AI dapat melakukan mutasi & tingkat virulensinya bisa naik hingga

menjadi H5N1. Virus AI Strain H5N1 dapat menular ke manusia. Virus H5N1 ini pada

14

Page 15: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

Tahun 1968 menyerang Hongkong dan membunuh 700.000 orang (diberi nama Flu

Hongkong). Sekitar tahun 2001 pernah terjadi para dokter Amerika berhasil mengeluarkan

cacing yang berkembang di otak seorang perempuan, setelah beberapa waktu mengalami

gangguan kesehatan yang ia rasakan setelah mengkonsumsi makanan khas meksiko yang

terkenal berupa daging babi, hamburger (ham berarti babi, sebab aslinya, hamburger

adalah dari daging babi). Sang perempuan menegaskan bahwa dirinya merasa capek-capek

(letih) selama 3 pekan setelah makan daging babi. Telur cacing tersebut menempel di

dinding usus pada tubuh sang perempuan tersebut, kemudian bergerak bersamaan dengan

peredaran darah sampai ke ujungnya, yaitu otak. Dan ketika cacing itu sampai di otak,

maka ia menyebabkan sakit yang ringan pada awalnya, hingga akhirnya mati dan tidak

bisa keluar darinya.

Hal ini menyebabkan dis-fungsi yang sangat keras pada susunan organ di daerah

yang mengelilingi cacing itu di otak. Penyakit-penyakit “cacing pita” merupakan penyakit

yang sangat berbahaya yang terjadi melalui konsumsi daging babi. Ia berkembang di

bagian usus 12 jari di tubuh manusia, dan beberapa bulan cacing itu akan menjadi dewasa.

Jumlah cacing pita bisa mencapai sekitar “1000 ekor dengan panjang antara 4 – 10 meter”,

dan terus hidup di tubuh manusia dan mengeluarkan telurnya melalui BAB (buang air

besar). Islam telah melarang segala macam darah, analisis kimia dari darah menunjukkan

adanya kandungan yang tinggi dari uric acid (asam urat ), suatu senyawa kimia yang

berbahaya bagi kesehatan manusia, bersifat racun.11

Dengan kata lain uric acid sampah dalam darah yang terbentuk akibat metabolisme

tubuh yang tidak sempurna yang diakibatkan oleh kandungan purine dalam makanan.

Dalam tubuh manusia, senyawa ini dikeluarkan sebagai kotoran, dan 98% dari uric acid

dalam tubuh, dikeluarkan dari dalam darah oleh ginjal, dan dibuang keluar tubuh melalui

air seni. Dalam Islam dikenal prosedur khusus dalam penyembelihan hewan, yaitu

menyebut nama Allah Yang Maha Kuasa dan membuat irisan memotong urat nadi leher

hewan, sembari membiarkan urat-urat dan organ-organ lainnya utuh.

Dengan cara ini menyebabkan kematian hewan karena kehabisan darah dari tubuh,

bukannya karena cedera pada organ vitalnya, sebab jika organ-organ misalnya jantung,

hati, atau otak dirusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan

menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging, mengakibatkan daging

11 Yoga Permana Wijaya, Fakta Ilmiah Tentang Haramnya Babi, h ttp://y og apw .w or dpr ess.c om, Ditelusuri, 11 Agustus 2010

15

Page 16: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

hewan akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun, dan pada masa-

masa kini lah para ahli makanan baru menyadari akan hal ini, subhanallah. Apakah kita

tahu kalau babi tidak dapat disembelih di leher? karena mereka tidak memiliki leher,

sesuai dengan anatomi alamiahnya? Bagi orang muslim beranggapan kalau babi memang

harus disembelih dan layak bagi konsumsi manusia, tentu Sang Pencipta akan merancang

hewan ini dengan memiliki leher.

Ilmu kedokteran mengetahui bahwa babi sebagai inang dari banyak macam parasit

dan penyakit berbahaya, sistem biochemistry babi mengeluarkan hanya 2% dari seluruh

kandungan uric acidnya, sedangkan 98% sisanya tersimpan dalam tubuhnya. Saya pernah

membaca sebuah artikel yang mengatakan : ”Bahwa seseorang itu berkelakuan sesuai

dengan apa yang dimakannya.” Melihat tayangan di salah satu TV swasta, seorang

profesor dari IPB telah meneliti struktur DNA babi. Sesuatu yang mengejutkan ternyata,

struktur gen babi itu mirip dengan struktur gen manusia. Jadi dapat dikatakan gen babi =

gen manusia, jadi sama dengan kita memakan daging manusia (kanibal), na’udzubillah.

Jadi ada betulnya kalau kita memakan babi bukan tidak mungkin karakter babi menempel

pada kita, tidak pada kita, bisa jadi pada keturunan kita.

BAB III

PENUTUP

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa metode penafsiran perlu

dipelajari dengan seksama oleh mereka yang ingin beertindak menafsirkan Al-Quran. Hal

ini dimaksudkan agar mereka tidak salah memilih jalan yang akan di tempuh. Dengan

demikian, mereka akan dapat mencapai tujuan denganselamat dan memperoleh dengan

16

Page 17: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

hasil yang benar dan memuaskan. Sebaliknya, jika mereka tidak menguasai metodologi

penafsiran lalu dengan keberanian berspekulatif Al-Quran ditafsirkan, maka tidak mustahil

mereka tersesat di tengah jalan. Sehingga jangankan akan mendapatkan cita-cita yang di

inginkan, malah membuat dirinya kecpaian tanpa hasil.

Jadi penguasaan metodologi penafsiran merupakan suatu keharusan bagi siapa saja

yang ingin menafsirkan Al-Quran agar penafsiran yang disampaikan sesuai dan tepat

mengenai sasaran. Mereka yang tidak menguasai metodologi tafsir maka akan kesulitan

dalam mencocokkan penafsirannya dengan audiens yang akan menerima penafsiran

tersebut, di isinilah terletak, antara lain, urgensi pemakaian metode penafsiran secara

proporsional dan propesional. Hal itu tidak akan mengekang pemikirannya untuk

berkreasi. Silahkan berfikir sedalam-dalamnya dan seradikal mungkin, kemudian

tumpahkan pemikiran yang brilian itu ke dalam wadah-wadah metode penafsiran yang

tersedia sesuai sasaran yang di tuju sebagaimana telah dijelaskan di muka.

Mufassir pada hakikatnya adalah komunikator (juru bicara) bagi Al-Quran. Sebagai

seorang komunikator, dia harus berusaha sebaik mungkin agar pesan Al-Quran mencapai

sasaran (komunikan) secara tepat dan jitu. Untuk itu tidak ada jalan lain kecuali

penguasaan metodologi tafsir secara baik dan memadai sehingga hasil penafsiran yang

diberikan terhadap suatu ayat tidak melenceng dari tujuan atau target yang di ingini.

Apakah sekedar pemahaman kosa kata, atau pembahasan yang luas maupun perbandingan

penafsiran dan penyelesaian kasus perkasus sesuai tema yang di angkat. Semua itu

tergantung keinginan mufassir atau kebutuhan ummat. Yang penting dan harus

diperhatikan ialah kecocokan metode yang dipakai dengan tujuan yang akan di raih. Tanpa

cara seperti itu sulit sekali bagi mufassir akan dapat menyampaikan pesan-pesan Al-Quran

kepada ummat atau komunikan dalam bahasa yang lugas dan akurat.

Tafsir Maudhu’iy (tematik) adalah metode penafsiran dengan cara menghimpun

seluruh ayat-ayat Alquran yang membahas masalah tertentu dari berbagai surat dan diurut

sesuai dengan masa turunnya dengan memperhatikan sebab turunnya dan munasabah antar

ayat. Selanjutnya menganalisisnya lewat ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang

dibahas dan kemudian melahirkan kesimpulan dari masalah yang dibahas sebagai konsep

yang utuh dari Alquran dengan langkah-langkah operasional yang jelas.

Saat ini metode Maudhu’iy dipandang sangat relevan dalam menemukan petunjuk-

petunjuk Ilahiyyah (Al-Hidayah Al-Ilahiyyah) diantara teks-teks Al-Quran tentang

berbagai problematika kontemporer, apalagi metode Maudhu’iy ditopang dan dijalankan

17

Page 18: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

berdasarkan prinsip-prinsip penelitian ilmiah modern yang tidak berseberangan dengan

prinsip-prinsip Qur’aniyyah dan Risalah Al-Nabawiyyah.

Siapapun yang hendak menemukan berbagai jawaban atas problematika yang

dihadapinya dari teks-teks Al-Quran seyogyanya dapat memahami dan menjalankan secara

amanah dan ilmiah metode Maudhu’iy sebab metode ini tidak hanya dapat dijalankan oleh

para peneliti tafsir yang mendedikasikan dirinya pada studi Al-Quran secara akademis,

tetapi juga dapat dijalankan dengan mudah oleh para peneliti muslim yang berkecimpung

dalam bidang studi lainnya.

Semoga isi makalah ini bermanfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan

dalam diri semua pembaca, dan semoga kita bisa menyampaikan isi Al-Quran kepada

seluruh ummat, agar apa yang menjadi ajaran dalam Al-Quran benar-benar bisa diamalkan

dan diajarkan. Sebagaiman hadis Rasulullah SAW bahwa orang yang baik adalah orang

yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta, Pustaka Al-

Kautsar, 2008.Hakim, M. Baqir, Ulumul Quran, Jakarta, Al-Huda, 2006.

Ari, Farida, Metode Tafsir Al-Quran, http://munfarida.blogspot.com/2010/03/metode-

tafsir-al-quran.html, Ditelusuri, 20 November 2011

Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yoyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

18

Page 19: hamdanhusein.files.wordpress.com  · Web viewTanpa berpikir panjang tampak denga jelas dalam bagan di ... Menyusun tema bahasan di dalam kerangka ... setelah beberapa waktu mengalami

Makalah, Surga, Metode Maudhu’iy, http://www.surgamakalah.com/2011/08/material-

makalah-metode-maudhui.html, Ditelusuri, 20 November 2011.

Maragustan, Metode Tafsir Mudhu’i (Tematik), http://maragustamsiregar.wordpress.com

/2011/01/10/metode-tafsir-maudhui-tematik-oleh-h-maragustam-siregar-prof-dr-m-

a/, Ditelusuri, 20 November 2011.

Nizhan, Abu, Buku Pintar Al-Quran, Cianjur, Qultum Media, 2008.

Suryadilaga, Alfatih, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta, Teras, 2005.

Wijaya, Yoga Permana, Fakta Ilmiah Tentang Haramnya Babi, http://yogapw.wordpress.

com, Ditelusuri, 11 Agustus 2010.

19