Upload
kamdibayan88
View
48
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sdfguetr
Citation preview
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN; TERMOREGULASI
(HIPERTERMI) PADA AN. A DENGAN OBS. FEBRIS
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
HARI RATNA AROEM
NIM. P.09022
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
iSTUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN; TERMOREGULASI
(HIPERTERMI) PADA AN. A DENGAN OBS. FEBRIS
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
HARI RATNA AROEM
NIM. P.09022
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Hari Ratna Aroem
Nim : P. 09022
Proram Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KEAMANAN ATAU
PERLINDUNGAN; TERMOREGULASI
(HIPERTERMI) PADA AN. A DENGAN
OBS. FEBRIS DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Penulis
HARI RATNA AROEM
NIM P.09022
iii
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Hari Ratna Aroem
Nim : P. 09022
Proram Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN; TERMOREGULASI
(HIPERTERMI) PADA AN. A DENGAN OBS. FEBRIS DI
RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Kamis, 3 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK. 201187086
Penguji II : Diyah Eka Rini, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK. 200179001
Penguji III : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK. 201185077
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S. Kep.,Ns
NIK. 201084050
vKATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN; TERMOREGULASI (HIPERTERMI)
PADA AN. A DENGAN OBS. FEBRIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
SUKOHARJO.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat membina ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
4. Diyah Eka Rini, S.Kep,.Ns, selaku dosen penguji yang berkenan memberikan
masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian sidang serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep,.Ns, selaku dosen penguji yang berkenan
memberikan masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian
sidang serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Progam Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi, doa dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Adikku tercinta, yang telah memberikan semangatnya untuk bisa
menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta, teman teman kos IKD serta tidak lupa kepada teman-
teman kelas 3A dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ............................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ..................................................................... 6
B. Pengkajian ........................................................................... 6
C. Perumusan Masalah Keperawatan ...................................... 13
D. Perencanaan Keperawatan .................................................. 13
E. Implementasi Keperawatan ................................................. 15
F. Evaluasi Keperawatan ......................................................... 16
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 18
B. Simpulan dan Saran............................................................. 24
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Genogram ................................................................................. 10
xDAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam
keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial,
politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah
kegagagalan, kerusakan, atau berbagai keadaan yang tidak di inginkan.
(Nuraeni, 2009).
Usia anak yang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, adalah
masa-masa yang sulit dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Ketidakmapuan tubuh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
dapat mengakibatkan anak dalam kondisi yang tidak di inginkan. Salah satu
kondisi tersebut yaitu demam (Soegijanto, 2002 : 45).
Dari penelitian ini dipaparkan rincian diagnosa medis yang di temukan
pada anak dengan suhu tubuh tinggi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang
menjadi subjek pada penelitian ini. Adapun diagnosa medis yang muncul ada
6 kategori/jenis yaitu : Febris Typoid, Obs febris, GE, DHF, Diare, dan kejang
demam. Rincian frekuensi anak yang sakit pada masing-masing kategori
antara lain Febris typoid frekuensi 7 dengan prosentase 23,1%, obs febris
frekuensi 9 dengan prosentase 30%, GE frekuensi 5 dengan prosentase 17%,
DHF frekuensi 6 dengan prosentase 20%, Diare frekuensi 2 dengan prosentase
6,6%, kejang demam frekuensi 1 dengan prosentase 3,3%. Kebanyakan anak
2yang dirawat di RSUD DR Moewardi Surakarta adalah Febris (Purwanti dan
Ambarwati, 2008 : 81- 82).
Febris atau demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas
setting normal yaitu di atas 380C. Namun demikian, panas yang sesungguhnya
adalah bila suhu lebih dari 380C Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh
akan memproduksi panas (Purwanti dan Ambarwati, 2008 : 81-82),
Sedangkan menurut Wong (2003), seseorang dikatakan demam apabila suhu
di atas 37,80C (suhu oral atau aksila) dan suhu rectal.
Hipertermia adalah keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara
intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound
atau obat-obatan (Jefferson, 2010), Sedangkan menurut Herdman (2011 :
400), Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
Febris atau demam dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab antara
lain adanya infeksi, pneumonia, malaria, otitis media, imunisasi, dan suhu
lingkungan. Dari etiolgi tersebut dapat menimbulkan beberapa tanda dan
gejala yang dapat kita ketahui seperti demam, temperatur lebih dari 380C
bahkan sampai 40,60C, menggigil, berkeringat, gelisah, nadi dan pernafasan
cepat serta timbul petechie (Suriadi dan Yuliani, 2006 : 63-64 ).
Komplikasi yang dapat terjadi apabila hipertermi tidak segera diatasi
antara lain kemungkinan dehidrasi, kekurangan oksigen, demam di atas 420C
dan kejang demam (Sarasvati, 2010 : 70).
3Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus mengenai pemenuhan kebutuhan keamanan atau
perlindungan ; termoregulasi khususnya Hipertermi. Pemenuhan kebutuhan
keamanan atau perlindungan termasuk dalam domain 11 yaitu gangguan
keamanan atau perlindungan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melaporkan kasus mengenai pemenuhan kebutuhan keamanan atau
perlindungan; termoregulasi khususnya hipertermi pada An. A dengan
observasi febris di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien obs. Febris
mengenai pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan;
termoregulasi khususnya hipertermi pada An. A di bangsal Flamboyan
Rumah Sakit Umum Sukoharjo.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien obs.
Febris mengenai pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan;
termoregulasi khususnya hipertermi pada An. A di bangsal Flamboyan
Rumah Sakit Umum Sukoharjo.
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada klien obs. Febris
mengenai pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan;
4termoregulasi khususnya hipertermi pada An. A di bangsal Flamboyan
Rumah Sakit Umum Sukoharjo.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien obs. Febris
mengenai pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan;
termoregulasi khususnya hipertermi pada An. A di bangsal Flamboyan
Rumah Sakit Umum Sukoharjo.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien obs. Febris mengenai
pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan; termoregulasi
khususnya hipertermi pada An. A di bangsal Flamboyan Rumah Sakit
Umum Sukoharjo.
f. Penulis mampu menganalisa masalah yang muncul pada klien obs.
Febris mengenai pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan;
termoregulasi khususnya hipertermi pada An. A di bangsal Flamboyan
Rumah Sakit Umum Sukoharjo.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam
bidang penelitian.
52. Bagi instituti
a. Bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian
pelayanan kesehatan berkaitan dengan klien dengan gangguan
termoregulasi khususnya kasus hipertermi.
b. Bagi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi
keperawatan khususnya keperawatan anak dalam penanganan klien
dengan gangguan termoregulasi khususnya kasus hipertermi.
6BAB II
LAPORAN KASUS
Bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada An. A dengan observasi febris, dilaksanakan pada tanggal 6
sampai 8 April 2012. Asuhan keperawatan ini di mulai dari pengkajian, prioritas
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi dari prioritas
masalah keperawatan.
A. Identitas Klien
Dengan metode autoanamnessa dan alloanamnessa, mengadakan
pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan
medis dan catatan perawat. Identitas klien dalam studi kasus pengelolaan
asuhan keperawatan ini adalah klien bernama An. A, berusia 10 bulan, lahir
pada tanggal 16 Mei 2011, alamat Larangan Rt 3/2, Gayam, Sukoharjo,
dengan diagnosa observasi Febris. Klien dibawa ke Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo pada tanggal 6 April 2012 melalui IGD, Karena klien
mengalami panas naik turun selama satu minggu disertai diare 4 kali sehari,
kemudian dokter menyarankan klien untuk dirawat di rumah sakit untuk
perawatan lebih lanjut. Selanjutnya klien dirawat di bangsal Flamboyan
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, yang bertanggung jawab kepada klien
adalah Tn. S, berusia 38 tahun, alamat Larangan Rt 3/2, Gayam, Sukoharjo
dan hubungan dengan klien sebagai ayah.
7B. Pengkajian
Pengkajian hari pertama pada tanggal 6 April 2012, ibu klien
mengatakan keluhan An. A yaitu panas naik turun selama 5 hari dan pada hari
ke 4 buang air besar sebanyak 4 kali sehari dan muntah 1 kali. Riwayat
kesehatan saat ini menurut onset terjadinya panas terjadi sejak tanggal 2 April
2012 dan buang air besar 4 kali dalam sehari pada tanggal 5 April 2012. Panas
naik turun selama 5 hari dan terjadi setiap hari jika malam panas meningkat
hingga lebih dari 380C.
Riwayat kesehatan dahulu ibu klien mengatakan An. A merupakan
anak ke dua dari dua bersaudara dan ibu klien belum pernah melakukan
aborsi, usia kehamilan saat mengandung An. A 40 minggu. Saat hamil ibu
klien selalu memeriksakan kehamilanya secara rutin yaitu satu bulan sekali di
bidan setempat dan ibu klien juga mengkonsumsi obat yaitu Fe dan vitamin C
yang diberikan oleh bidan. An. A dilahirkan dengan proses persalinan normal
selama 4 sampai 5 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo dengan berat
badan 3000 gram, panjang badan 50 cm dengan kondisi kesehatan yang baik
ditunjukkan dengan APGAR SCORE bernilai 10 dengan rincian warna kulit
merah pink 2, tekanan nadi 2, respon rangsang menangis 2, rangsang gerak
aktif 2, pernapasan baik, teratur, dan kuat 2, An. A tidak mempunyai kelainan
bawaan dan selama 4 hari berada di rumah sakit.
Penyakit dahulu klien hanya menderita batuk pilek dan jika terjadi ibu
klien langsung membawa anaknya ke rumah sakit, dalam keluarga klien juga
tidak ada penyakit menular, saat di rumah sakit klien terlihat rewel. Ibu klien
8mengatakan kalau An. A tidak mempunyai alergi terhadap makanan, barang
atau obat-obatan tertentu.
Pengobatan sekarang yang di jalani yaitu infus RL 40 tpm, injeksi
cefotaxim 200 mg tiap 8 jam untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan,
injeksi ondancentron 1 mg tiap 8 jam untuk mengatasi mual muntah, injeksi
antalgin 80 mg jika perlu demam lebih dari 38,50
C meredakan demam,
paracetamol 3,75 ml tiap 4 jam jika perlu demam, lacto-B 2 kali sehari untuk
mengurangi diare, biocef 200 mg tiap 8 jam sebagai antibiotik (ISO, 2009).
Klien sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B1 saat lahir, BCG saat usia 1
bulan, Hepatitis B2, DPT 1, Polio1 saat usia 2 bulan, Hepatitis B3, DPT2, Polio2
saat usia 3 bulan, DPT3, Polio3 saat usia 4 bulan, campak dan polio4 belum
dilakukan.
Pertumbuhan dan perkembangan berat badan saat lahir 3000 gr, usia
enam bulan 5000 gram, berat badan saat ini 7 kg. Klien tumbuh gigi saat
berumur 4 bulan dengan jumlah gigi sekarang 4 dan tidak ada masalah dalam
pertumbuhan gigi, An. A sudah bisa mengoceh Ayah dan ibu. Nilai WAZ -
27,7 (interpretasi gizi normal), HAZ -0,23 (intrepetasi tinggi badan normal),
WHZ -2,8 (intrepetasi berat badan kurus) serta An. A tidak mempunyai
kebiasaan tertentu.
Pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pada pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan tidak dilakukan pengkajian, sedangkan
pada pola nutrisi dan metabolik, sebelum sakit An. A makan 3 kali sehari
(bubur, sayur, dan makanan ringan sereal) dalam porsi sedang. Minum susu
9formula 4 kali perhari, air putih kurang lebih 3 gelas dan minum teh 1
botol kecil perhari. Sedangkan selama sakit, An. A makan menu rumah sakit
(bubur, sayur dan lain-lain), minum air putih kurang lebih 2 kali, susu formula
4 kali dan minum teh 1 kali perhari.
Pola eliminasi, sebelum sakit ibu An. A mengatakan buang air besar 1
kali perhari, dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, dan berbau
khas. Buang air kecil kurang lebih 8 kali sehari dengan konsistensi warna
kuning dan berbau khas. Sedangkan selama sakit, Buang air besar kurang
lebih 4 kali sehari dengan konsistensi cair terdapat sedkit lendir, warna
kecoklatan dan berbau khas, buang air kecil kurang lebih 8 kali sehari dengan
konsistensi warna kuning dan berbau khas.
Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit aktivitas An. A masih dibantu
oleh orang lain karena klien berumur 10 bulan. Sedangkan selama sakit An. A
selalu berada di tempat tidur dan digendong.
Pola kognitif perceptual, pola persepsi konsep diri dan pola hubungan
peran tidak dilakukan pengkajian. Pada pola seksual reproduksi, An. A
merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dan An. A berjenis kelamin laki-
laki. Pada pola koping-stress, An. A selalu rewel karena An. A berusia 10
bulan. Pola nilai dan keyakinan, An. A beragama islam dan An. A belum
mengerti sholat karena masih berusia 10 bulan.
Riwayat nutrisi An. A di beri susu formula SGM baru selama 3 bulan
diberikan 4 kali perhari, dan terkadang oleh ibu diberikan teh, An. A juga
makan makanan sereal yang dibuat sendiri oleh ibunya dan diberikan jika
10
siang hari, An.A tidak diberi vitamin apapun dan nafsu makan An. A tetap
baik, ibu klien juga membiasakan An. A untuk makan pagi dan siang,
makanan yang sering diberikan yaitu bubur dan sayur.
Riwayat kesehatan keluarga pada keluarga klien tidak ada yang
menderita penyakit keturunan, kebiasaan dalam keluarga An. A yaitu ayahnya
merokok, lokasi geografis rumah klien tidak jauh dari rumah sakit kira-kira
hanya 1,5 km rumah klien juga terletak di tengah kampung.
Genogram :
An. A 10 bulan
Gambar 1. Genogram
Keterangan :
: laki-laki : tinggal satu rumah
: perempuan
: garis perkawinan
: garis keturunan
: klien
Riwayat sosial struktur keluarga An. A tinggal satu rumah dengan ke
dua kakek dan neneknya dirumah tersebut juga tinggal adik dari ayah An. A
usia 23 tahun dalam satu rumah terdapat tujuh orang, rumah yang di tempati
11
keluarga An. A adalah joglo dengan empat kamar. Kedua kakek dan nenek
An. A bekerja sebagai petani, adik ayah An. A bekerja disebuah pabrik tekstil,
sedangkan kedua orang tua An. A sebagai pedagang baju, keluarga An. A
semua beragama islam.
Fungsi keluarga An. A keluarga hidup rukun antar anggota keluarga,
saling menghargai dan menghormati satu sama lain, kedua orang tua An. A
juga hidup harmonis. Jika ada masalah dalam keluarga selalu di bicarakan
secara kekeluargaan dengan sistem langsung dan jelas. Klien berjenis kelamin
laki-laki.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan hari pertama pada
tanggal 6 April 2012 di dapatkan tinggi badan An. A 73 cm, berat badan 7 kg,
lingkar kepala 43 cm, lingkar dada 47 cm, lingkar lengan 14 cm. Sedangkan
pemeriksaan tanda vitalnya suhu tubuh 37,80C, pernafasan 35 kali per menit,
nadi 128 kali per menit.
Pemeriksaan umum didapatkan klien terlihat rewel. Pemeriksaan kulit
warna sawo matang, turgor kulit baik elastis, kulit teraba hangat. Struktur
asesoris rambut berwarna hitam, bersih, tidak terdapat lesi, kuku warna putih
bersih. Kelenjar limfe tidak ada pembesaran. Kepala berbentuk meshosepal.
Mata simetris kanan kiri, sklera putih, konjungtiva tidak anemis. Telinga
terdapat sedikit serumen, tidak ada gangguan pendengaran. Hidung letak
septum berada di tengah. Mulut membran mukosa mulut basah, jumlah gigi
ada empat, warna gigi putih bersih, tidak sianosis dan tidak ada stomatitis.
Leher tidak pembesaran kelenjar tiroid, arteri karotis teraba, tidak terjadi
12
distensi pada vena leher. Dada bentuk datar, tidak terlihat penggunaan otot
bantu napas, dada simetris kanan kiri.
Pemeriksaan paru-paru dengan inspeksi dada simetris kanan kiri,
pengembangan dada kanan sama dengan kiri, perkusi sonor, palpasi vocal
fremitus kanan sama dengan kiri, auskultasi tidak terdengar suara tambahan.
Pemeriksaan jantung, Inspeksi ictus cordis tidak tampak, Palpasi ictus
cordis teraba di sub inter costae v, tidak terlalu kuat, Perkusi pekak,
Auskultasi bunyi jantung I dan II reguler.
Pemeriksaan abdomen, Inspeksi perut datar, warna sama dengan kulit
lainya, tidak ada pembesran umbilikus, Auskultasi peristaltik 40 kali per
menit, Palpasi tidak ada nyeri tekan, Perkusi hypertimpani. Sedangkan pada
genetalia dan anus tidak terjadi masalah.
Pemeriksaan punggung dan ekstremitas, bentuk punggung datar,
ekstremitas kanan dan kiri simetris, kekuatan otot ekstremitas atas kanan kiri
5, ektremitas bawah kanan kiri 5, jumlah jari tangan kanan dan kiri 10, kaki
kanan dan kiri 10.
Pemeriksaan diagnostik penunjang, saat dilakukan uji widal didaptkan
hasil S. Typhi O negatif, S Paratyphi AO 1/80 , S Parathyphi BO negatif, S
Thypi H negatif, S Parathypi AH negatif, S Para Typhi BH 1/80. Feses Rutin di
dapatkan hasil Warna coklat, konsistensi cair, terdapat lendir, darah dan
parasit tidak ada.
13
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Perumusan masalah keperawatan yang menjadi prioritas masalah di
dapatkan data data sebagai berikut; dari data subyektif dan obyektif yaitu ibu
klien mengatakan panas An. A naik turun selama 5 hari, Panas meningkat jika
malam hari, panas mencapai 37,80C, ibu klien juga mengatakan An. A sempat
menggigil sebelum dibawa ke rumah sakit, An.A juga terlihat rewel atau
gelisah, An. A juga terlihat lemah, suhu mencapai 37,80C, kulit An. A juga
teraba hangat. Jadi untuk perumusan masalah yang menjadi prioritas penulis
mendapatkan masalah keperawatan yaitu pemenuhan kebutuhan keamanan
atau perlindungan ; termoregulasi khususnya hipertermi.
D. Perencanaan Keperawatan
Prioritas masalah keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan
keamanan atau perlindungan; termoregulasi khususnya hipertermi. Kemudian
menyusun intervensi keperawatan, melakukan implentasi dan evaluasi
tindakan.
Tujuan yang dibuat oleh penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal
dan stabil dengan kriteria hasil yang sesuai NOC suhu tubuh dalam rentang
normal yaitu 36,50C 37,5
0C, nadi dan respirasi dalam rentang normal yaitu
80 150 kali per menit, temperatur kulit sesuai dengan rentang yang
diharapkan, tidak ada sakit kepala, tidak ada nyeri otot, tidak ada perubahan
warna kulit, tidak ada tremor, berkeringat saat kepanasan, dan melaporkan
kenyamanan suhu tubuh (Willkinson, 2006 : 220-221).
14
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan NIC dengan sistematika
ONEC (Observasi, Nursing, Education, Colaborasi), sedangkan rasional
tinjauan teori penulis mengambil dari Doenges, 2000. Observasi dengan
pantau suhu pasien setiap 4 jam sekali dengan rasional suhu 38,90C sampai
41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut, Nursing menganjurkan
untuk minum banyak dengan rasional untuk mengurangi terjadinya penguapan
dan dehidrasi, memberikan kompres hangat pada dahi dan pada lipatan
lipatan tubuh (aksila) dengan rasional air hangat dapat menurunkan suhu
tubuh. Education menganjurkan memberikan penjelasan kepada keluarga
tentang adanya peningkatan suhu rasional agar keluarga bisa menangani jika
terjadi peningkatan suhu, menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan
pakaian tipis dan menyerap keringat dengan rasioanal agar klien merasa
nyaman dan pakaian tipis dapat membantu untuk mengurani penguapan,
Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik dengan rasional antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi serta
antipiretik untuk mengurangi panas.
Penulis melakukan intervensi selama 3 x 24 jam karena setiap
pernyataan tujuan dan hasil yang diharapkan harus mempunyai batasan waktu
untuk evaluasi. Tujuan harus tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi
juga harus mencakup pencegahan dan rehabilitasi. Dua tipe tujuan
dikembangkan untuk klien; yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. Penulis menggunakan jangka pendek yaitu sasaran yang diharapkan
tercapai dalam periode waktu singkat, biasanya kurang dari satu minggu serta
15
tujuan jangka pendek diarahkan untuk rencana perwatan mendesak (Carpenito
cit Potter dan Perry, 2005). Sedangkan tujuan jangka panjang mungkin lebih
sesuai untuk penyelesaian masalah setelah pemulangan (Carpenito cit Potter
dan Perry, 2005).
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi diberikan pada hari pertama tanggal 6 April 2012 antara
lain pada pukul 09.45 wib memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
peningkatan suhu ; termoregulasi respon subyektif keluarga mengatakan
setuju, respon obyektif keluarga tampak memperhatikan penjelasan yang
diberikan. Pada pukul 09.50 wib menganjurkan kepada keluarga untuk
memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat respon subyektif keluaraga
mengatakan setuju, respon obyektif keluarga setuju untuk memberikan
pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pada pukul 11.45 wib
mengobservasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali respon subyektif keluarga
mengatakan setuju, respon obyektif suhu tubuh 37,80C dan menganjurkan
kepada keluarga untuk memberikan minum banyak respon subyektif keluarga
mengatakan setuju, respon obyektif keluarga memberikan minum air putih.
Implementasi hari ke dua dilakukan pada tanggal 7 April 2012 pada
pukul 17.00 wib antara lain mengobservasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali
respon subyektif keluarga mengatakan setuju dengan tindakan yang dilakukan,
respon obyektif suhu tubuh 380C. Pada pukul 17.10 wib memberikan kompres
hangat respon subyektif keluarga mengatakan setuju, respon obyektif kompres
air hangat pada dahi dan lipatan-lipatan tubuh (aksila). Pada pukul 20.00 wib
16
mengkolaborasikan dengan dokter tentang pemberian terapi respon subyektif
keluarga mengatak setuju, respon obyektif injeksi antalgin 80 mg dan
paracetamol 3,75 ml.
Implementasi hari ke tiga dilakukan pada tanggal 8 April 2012 antara
lain mengobservasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali pada pukul 11.45 wib
respon subyektif keluarga mengatakan setuju, respon obyektif suhu tubuh 38,4
0C. Pada pukul 12.00 wib memberikan kompres hangat respon subyektif
keluarga mengatakan setuju, respon obyektif kompres air hangat pada dahi
dan lipatan tubuh (aksila). Pada pukul 13.00 wib mengkolaborasikan dengan
dokter tentang pemberian terapi respon subyektif keluarga mengatakan setuju,
respon obyektif injeksi antalgin 80 mg dan paracetamol 3,75 ml.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan proses SOAP, S (Subyektif), O (obyektif), A
(assesment), P (Planing). Evaluasi dilakukan hari pertama pada tanggal 6
April 2012 pada pukul 11.45 wib, Subyektif ibu klien mengatakan An. A
panas naik turun selama satu minggu, panas meningkat jika malam hari, An. A
juga sempat menggigil sebelum dibawa ke rumah sakit, Obyektif An. A
terlihat rewel atau gelisah, An. A terlihat lemah, kulit teraba hangat,
Assesment masalah belum teratasi, Planing intervensi dilanjutkan antara lain
berikan penjelasan kepada keluarga tentang peningkatan suhu, anjurkan
kepada keluarga untuk memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat,
observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali, anjurkan kepada keluarga untuk
memberikan minum banyak.
17
Evaluasi hari ke dua dilakukan pada tanggal 7 April 2012 pukul 20.00
wib, Subyektif ibu klien mengatakan panas An. A naik turun, obyektif An. A
tampak rewel atau gelisah, kulit teraba hangat, suhu tubuh 380C, Assesment
masalah belum teratasi, Planning intervensi dilanjutkan antara lain observasi
tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali, berikan kompres hangat, kolaborasi dengan
dokter tentang pemberian terapi.
Evaluasi hari ke tiga di lakukan pada tanggal 8 April 2012 pukul 13.00
wib, Subyektif ibu klien mengatakan panas An. A masih naik turun, Obyektif
An. A tampak rewel, kulit teraba hangat, suhu tubuh 38,40C, Assesment
masalah belum teratasi, Planning intervensi di lanjutkan antara lain observasi
tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali, berikan kompres hangat, kolaborsi dengan
dokter tentang pemberian terapi antibiotik dan antipiretik.
18
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
Pada bab ini penulis akan membahas apakah ada kesenjangan antara teori
dan kasus yang dikelola pada pasien observasi febris dengan pemenuhan
kebutuhan keamanan atau perlindungan ; termoregulasi khususnya Hipertermi.
Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, prioritas diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi dari prioritas masalah keperawatan. Di
lakukan pada tanggal 6 sampai 8 April 2012 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit
Umum Daerah Sukoharjo.
A. Pembahasan
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan
aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik,
emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagagalan,
kerusakan, atau berbagai keadaan yang tidak di inginkan (Nuraeni, 2009).
Febris atau demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas
setting normal yaitu di atas 380C. Namun demikian, panas yang sesungguhnya
adalah bila suhu lebih dari 380C Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh
akan memproduksi panas (Purwanti dan Ambarwati, 2008 : 81 - 82).
Hipertermi sendiri adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi
titik set, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
menciptakan lebih banyak panas yang dapat dikeluarkan oleh tubuh seperti
19
sengatan panas, kejang, atau hipertiroidisme (Bruner dan Sudart, 2002 : 377)
sedangkan menurut (Herdman, 2011 : 400), hipertermi adalah peningkatan
suhu tubuh diatas kisaran normal.
An. A datang ke Rumah Sakit pada tanggal 6 April 2012 melalui IGD
pada pukul 00.45 WIB, saat An. A dibawa ke IGD suhu tubuhnya mencapai
39,50C diukur dengan termometer digital pada aksila, An. A mendapatkan
terapi infus RL 40 tpm (mikro) karena saat itu An. A juga buang air besar
sebanyak 4 kali sehari dan muntah 1 kali. Pada pukul 06.15 WIB klien
dipindahkan ke ruang perawatan di bangsal Flamboyan. Klien mendapatkan
terapi obat cefotaxim 200 mg, ondancentron 1 mg, antalgin 80 mg, paracetamol
3,75 sendok teh, lacto B dua kali sehari, zinc satu kali sehari, biocef 200 mg
(ISO, 2009).
Hasil pengkajian yang diperoleh pada An. A saat pemeriksaan fisik
adalah pada pemeriksaan kulit, kulit teraba hangat, tekstur elastis dan warna
kulit sawo matang. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan peristaltik 40 kali
setiap menit dan hypertympani pada Auskultasi dan perkusi karena saat
pengkajian klien masih buang air besar sebanyak 4 kali sehari. Di hari ke tiga
buang air besar sudah kembali normal yaitu satu kali sehari. Selama pengkajian
tiga hari penulis mendapatkan hasil pemeriksaan diagnostik yaitu uji widal dan
feaces rutin. Saat uji widal didapatkan hasil S. Typhi O negatif, S Paratyphi
AO 1/80 , S Parathyphi BO negatif, S Thypi H negatif, S Parathypi AH negatif,
S Para Typhi BH 1/80. Feses Rutin di dapatkan hasil warna coklat, kosnsistensi
cair, terdapat lendir, darah dan parasit tidak ada.
20
Dari hasil pemeriksaan di atas penulis memperoleh prioritas masalah
keperawatan yaitu hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dan
menurut Herdman (2011 : 400) hipertermi termasuk dalam gangguan
pemenuhan keamanan atau perlindungan; termoregulasi khususnya hipertermi.
Penulis mengambil diagnosa tersebut karena pada demam terjadi peningkatan
set poin yang mempengaruhi respon pengaturan tubuh yang adaptif terhadap
rangsangan pada sistem imun dan jika tidak segera ditangani akan
menimbulkan kejang pada anak (Thompson, 2005).
Diagnosa yang muncul dalam teori antara lain hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit, resiko injuri berhubungan dengan infeksi
mikroorganisme, resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output
yang berlebih, tetapi pada prakteknya diagnosa yang ada adalah hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit dan resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan output yang berlebih karena pada saat pengkajian klien
masih mengalami panas yang cukup tinggi dan belum stabil serta bisa
berpotensi kejang, sedangkan diagnosa yang ke dua karena saat pengkajian
klien buang air besar 4 kali sehari dengan konsistensi cair dan sedikit lendir
dan sempat mual satu kali tetapi pada hari ke tiga pengkajian klien sudah
buang air besar satu kali sehari dengan konsistensi agak padat dan sudah tidak
berlendir.
Intervensi yang direncanakan antara lain berikan penjelasan tentang
peningkatan suhu, anjurkan kepada keluarga untuk menggunakan pakaian tipis
dan menyerap keringat pada An. A, observasi tanda tanda tanda vital tiap 4
21
jam sekali, anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum banyak pada
An. A, berikan kompres hangat, Menurut Purwanti dan Ambarwati (2008 : 82)
kompres hangat dapat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan menjadi hangat
sehingga tubuh akan mengintrepetasikan bahwa suhu diluaran cukup panas,
sehingga tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak, dengan suhu
diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan
mengalami vasodilatasi sehingga pori pori akan membuka dan
mempermudah pengeluaran panas., kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian terapi antibiotik dan antipiretik (Doenges, 2000).
Implementasi yang dilakukan hari pertama pada tanggal 6 April 2012
adalah berikan penjelasan kepada keluarga tentang peningkatan suhu,
menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat, mengobservasi tanda tanda vital tiap 4 jam sekali
diperoleh suhu tubuh 37,80C, menganjurkan kepada keluarga untuk
memberikan minum banyak. Saat hari pertama penulis belum memberikan
tindakan mengompres air hangat karena saat hari pertama suhu tubuh An. A
masih naik turun.
Implementasi hari ke dua dilakukan pada tanggal 7 April 2012 adalah
mengobservasi tanda tanda vital tiap 4 jam sekali diperoleh suhu tubuh 380C,
memberikan kompres hangat pada dahi dan lipatan tubuh (aksila),
mengkolaborasikan dengan dokter pemberian terapi.
Implementasi hari ke tiga pada tanggal 8 April 2012 dilakukan tindakan
yang sama dengan hari ke dua karena pada hari ke tiga suhu tubuh masih tinggi
22
dan memerlukan tindakan seperti diatas. Penulis tidak memberikan kompres air
dingin karena air dingin tidak effektif untuk menurunkan suhu tubuh anak
demam, dan menyebabkan suhu tubuh tidak turun, anak bisa menggigil karena
terjadi vasokontriksi pembuluh darah (Hartanto cit Purwanti dan Ambarwati,
2008 : 82).
Setelah dilakukan implementasi suhu klien tambah naik karena pada
klien dengan observasi febris tubuh mengalami infeksi dengan cara menaikan
suhu tubuh oleh karena itu demam sengaja dibuat oleh tubuh untuk
menyingkirkan infeksi. Pada saat terserang infeksi maka tentunya tubuh harus
membasmi infeksi tersebut dengan cara mengerahkan sistem imun. Sistem
imun tersebut yaitu sel darah putih dan pirogen, pirogen mempunyai peranan
yang komplek terhadap mekanisme pengaturan yang ada dalam tubuh manusia,
dengan cara demam tersebutlah virus akan dibunuh karena virus tidak tahan
suhu tinggi (Purwanti dan Ambarwati, 2008 : 81).
Evaluasi yang dilakukan selama 3 x 24 jam yaitu ibu klien mengatakan
panas An. A masih naik turun bahkan makin naik, klien tampak rewel, kulit
teraba hangat, suhu 38,40C, masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan
dengan observasi tanda tanda vital tiap 4 jam sekali, berikan kompres hangat,
kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi.
Kebanyakan demam pada anak-anak disebabkan oleh virus, berakhir
dengan singkat dan efeknya terbatas. Namun, anak-anak masih memiliki
mekanisme kontrol suhu yang imatur dan dapat naik dengan cepat pada anak-
anak di bawah lima tahun. Beberapa penelitian meyakini bahwa jumlah
23
kenaikan lebih penting daripada suhu sebenarnya dalam mencentuskan kejang
(Potter dan Perry, 2005). Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh
yang penting. Peningkatan ringan suhu mencapai 390C meningkatkan sistem
imun tubuh. Selama episode febris, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu
yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam plasma darah,
menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan infeksi karena
virus menstimulasi interveron, substansi ini yang bersifat melawan virus. Pola
demam juga berbeda-beda tergantung pada pirogen, pola pola dalam demam
sebagai berikut:
1. Terus- menerus yaitu tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 10C
sampai 20C.
2. Intermiten yaitu demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
Suhu kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
3. Remiten yaitu demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu
normal.
4. Relaps yaitu periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal,
episode demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
(Potter dan Perry, 2005).
Manifestasi klinis yang ada pada teori antara lain demam, temperatur
suhu 38,90C sampai 40
0C, menggigil, berkeringat, gelisah atau letarghi, tidak
ada nafsu makan, nadi dan pernafasan cepat, dan petechiae. Sedangkan pada
praktiknya An. A tidak mengalami penurunan nafsu makan serta tidak ada
24
ptechiae berarti tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek klinik, penulis
juga belum mengetahui penyebabnya.
Penatalaksanaan dalam teori disebutkan pemeriksaan fisik,
laboratorium; pemeriksaan darah rutin kultur urine dan kultur darah, lumbal
fungsi. Sedangkan pada prakteknya An. A hanya dilakukan pemeriksaan
laboratorium uji widal dan uji feses berarti terdapat kesenjangan antara teori
dan praktiknya karena saat penulis melakukan pengkajian An. A masih dalam
proses observasi febris selama satu minggu serta pemeriksaan itu dilakukan
karena untuk mengetahui An. A apakah terkena typoid atau tidak serta untuk
mengetahui apakah An. A mengalami diare atau tidak karena saat itu An. A
buang air besar 4 kali sehari dengan konsistensi cair dan sedikit lendir.
Menurut Rachman, Arkhaesi, Hardian (2011) Tes serologi Widal tidak
memiliki nilai akurasi yang tinggi untuk mendiagnosa demam tipoid. Uji widal
dapat digantikan dengan uji kultur darah karena memiliki nilai akurasi yang
lebih tinggi.
B. Simpulan dan saran
1. Simpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, Analisa Data, Prioritas
Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan
Keperawatan gangguan pemenuhan keamanan atau perlindungan;
termoregulasi khususnya hipertermi pada An. A dengan Observasi Febris
di bangsal Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo secara
metode studi kasus.
25
Hasil pengkajian yang didapatkan antara lain data subyektif ibu
klien mengatakan panas An. A naik turun selama satu minggu, Panas
meningkat jika malam hari, panas mencapai 37,80C, ibu klien juga
mengatakan An. A sempat menggigil sebelum dibawa ke rumah sakit.
Data obyektif An.A juga terlihar rewel atau gelisah, An. A juga terlihat
lemah, suhu mencapai 37,80C, kulit An. A juga teraba hangat.
Diagnosa Keperawatan yang muncul dari data hasil pengkajian
adalah hipertermi berhubungan proses penyakit sedangkan untuk masalah
Keperwatannya penulis mendapatkan pemenuhan kebutuhan keamanan
atau perlindungan ; termoregulasi khususnya hipertermi.
Intervensi yang direncanakan antara lain Observasi dengan pantau
suhu pasien setiap 4 jam sekali, Nursing menganjurkan untuk minum
banyak, memberikan kompres hangat pada dahi dan pada lipatan lipatan
tubuh (aksila), Education memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
adanya peningkatan suhu, menganjurkan kepada keluarga untuk
memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat, Kolaborasi dengan
dokter mengenai pemberian terapi antiotik dan antipiretik. Implementasi
yang dilakukan oleh penulis antara lain memberikan penjelasan kepada
keluarga tentang peningkatan suhu ; termoregulasi, menganjurkan kepada
keluarga untuk memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat,
mengobservasi tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali, kepada keluarga untuk
memberikan minum banyak, memberikan kompres hangat,
mengkolaborasikan dengan dokter tentang pemberian terapi.
26
Implementasi yang dilakukan oleh penulis antara lain
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang peningkatan suhu ;
termoregulasi, Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan
pakaian tipis dan menyerap keringat, Mengobservasi tanda-tanda vital
tiap 4 jam sekali, kepada keluarga untuk memberikan minum banyak,
Memberikan kompres hangat, Mengkolaborasikan dengan dokter tentang
pemberian terapi.
Evaluasi hari terakhir yang dilakukan dengan proses SOAP, S
(Subyektif), O (obyektif), A (assesment), P (Planing). Subyektif ibu klien
mengatakan panas An. A masih naik turun, Obyektif An. A tampak rewel,
kulit teraba hangat, suhu tubuh 38,40C, Assesment masalah belum teratasi,
Planning intervensi di lanjutkan antara lain observasi tanda-tanda vital
tiap 4 jam sekali, berikan kompres hangat, kolaborsi dengan dokter
tentang pemberian terapi antibiotik dan antipiretik.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang
diharapkan bermafaat antara lain:
a. Bagi rumah sakit
Diaharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien
seoptimal mungkin dan meningkatakan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan
prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
27
mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui
praktek klinik dan pembuatan laporan.
c. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan
waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa:
Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncoro, I Made Karyasa. Jakarta:
EGC. Hal 337.
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Doenges, ME., Moorhouse dan M.F., Geisster A. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, Heather. (2011). Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi. Alih Bahasa: Sumarwati Made, Widiarti Dwi, Tiar Estu,
Translate: Ester Monica. Jakarta: EGC. Hal : 400.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2009). Informasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia. Jakarta: PT. ISFI.
Jefferson, Thomas. (2010). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta.
Nuraeni, Dini. (2009). Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan.
http://en.wikipedia.org/wikiisafety. diakses pada tanggal 10 April 2012.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.
Purwanti, Sri, Ambarwati Nur W. (2008). Pengaruh Kompres Hangat terhadap
Perubahan Suhu Tubuh pada Pasien Anak Hipertermi di Ruang Rawat
Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. UMS Surakarta.
http://journalanak.org/pdf. Di akses pada tanggal 10 April 2012.
Purwoko, Jauhari Ismail, Soetaryo. (2003). Demam pada Anak: Perabaan Kulit,
Pemahaman dan Tindakan Ibu. Volume 35 No. 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada/RS Dr. Sardjito. Yogyakarta. Diakses pada
tanggl 16 April 2012.
Rahman, Arkhaesi, Hardian. (2011). Uji Diagnostik Tes Serologi Widal
Dibandingkan Dengan Kultur Darah Sebagai Baku Untuk Diagnosis
Demam Tifoid Pada Anak Di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
http://edprint.undip.ac.id_pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2012.
Rudolf, Pediatric. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph. Alih Bahasa: Wahab
Samik, Translate: Nojo Moeljono, Pendit Bahmn U, Prasetyo Awal,
Sugiyarto. Edisi 20. Volume I. Jakarta: EGC.
Sarasvati, Yuliani. (2010). Menjadi Dokter bagi Anak Anda. Kalibayem.
Yogyakarta. Bahtera Buku. Hal : 70.
Suriadi, Yuliani. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi 2. Jakarta. Sagung Seto. Hal : 63 64.
Thomson H.J. (2005). Fever: A Concept Analysis Journal of Advanced Nursing.
http://journalanak.org/pdf. Diakses tanggal 12 April 2012.
Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC. Hal : 220 221.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hari Ratna Aroem
Tempat, Tanggal Lahir : Martapura, 17 Agustus 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Taraman Rt 13/04, Sidoharjo, Sragen
Riwayat pendidikan :
1. TK : TK Pertiwi 1 Taraman Lulus 1997
2. SD : SDN 1 Taraman Lulus 2003
3. SMP : SMP N2 Sidoharjo Lulus 2006
4. SMA : SMA N2 Sragen Lulus 2009
Riwayat Pekerjaan : Tidak Ada
Riwayat Organisasi : Tidak Ada