12
1 RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH Oleh : Zulkifli AK, Adli Yusuf, Amrizal,T. Iskandar, M. Adil, M. Nasir Ali, Buchari Sulaeman, Roswita, A.Azis, T.M. Fahrizal, Zulkifli Umar, T.Djuanda PENDAHULUAN Cabai merah (Capsicum annuum L.) memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Nasional maupun komoditas ekspor. Dengan makin beragamnya kebutuhan manusia dan makin berkembangnya teknologi obat-obatan, kosmetik, zat warna, pencampur an minuman dan lainnya, maka kebutuhan bahan baku cabai merah akan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Lukmana (1995) di pasaran Internasional setiap tahunnya diperdagangkan sekitar 30.000 sampai 40.000 ton cabai merah. Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai skala nasional adalah keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki karena kurangnya informasi teknologi. Pada umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang ditanam terus menerus serta masih banyak komponen teknologi pra-panen lainnya belum diterapkan secara tepat guna seperti pemupukan berimbang melalui akar, aplikasi PPC/ZPT melalui daun, pemeliharaan tanaman secara intensif, penggunaan mulsa plastik atau jerami, pengendalian hama/penyakit serta gulma. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan pengembangan cabai secara intensif : a. Peningkatan produksi sehingga mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional maupun ekspor. b. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya lahan baik lahan perkarangan, lahan kering/tegalan kebun maupun lahan sawah. c. Peningkatan pemanfaatan tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia seperti pupuk kandang, jerami padi, kayu sokongan, dan lain-lain. d. Peningkatan konsumsi sayuran sebagai sumber vitamin untuk kebutuhan hidup setiap individu manusia. e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta keluarganya. f. Dapat meningkatkan kesuburan tanah pasca panen cabai bila dirotasi dengan komoditas alternatif lain. Untuk melaksanakan intensifikasi cabai merah diperlukan rakitan teknologi sederhana yang mudah diadopsi petani dengan pertimbangan secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan tidak merusak lingkungan. Tulisan ini dirangkum dari hasil pengkajian SUT Cabai Merah LPTP Banda Aceh Tahun 2000 dan hasil-hasil penelitian lain yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Nasional. PERMASALAHAN Beberapa masalah yang masih dijumpai pada sistem usahatani cabai merah yang diusahakan petani adalah sebagai berikut : Varietas Masih banyak petani menggunakan varietas lokal setempat yang diturunkan terus menerus tanpa pemuliaan. Kelemahan menggunakan varietas lokal ini selain produksi rendah dan umur genjah juga kurang tahan terhadap hama dan penyakit. Selama kurun waktu 1995 - 2000 telah banyak beredar varietas Hibrida baik yang dihasilkan dari dalam

02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

agribusiness

Citation preview

Page 1: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

1

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH

Oleh : Zulkifli AK, Adli Yusuf, Amrizal,T. Iskandar, M. Adil, M. Nasir Ali,

Buchari Sulaeman, Roswita, A.Azis, T.M. Fahrizal, Zulkifli Umar, T.Djuanda

PENDAHULUAN

Cabai merah (Capsicum annuum L.) memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah

untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi Nasional maupun komoditas ekspor. Dengan makin beragamnya kebutuhan

manusia dan makin berkembangnya teknologi obat-obatan, kosmetik, zat warna,

pencampur an minuman dan lainnya, maka kebutuhan bahan baku cabai merah akan terus

meningkat setiap tahunnya. Menurut Lukmana (1995) di pasaran Internasional setiap

tahunnya diperdagangkan sekitar 30.000 sampai 40.000 ton cabai merah.

Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai skala nasional adalah

keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki karena kurangnya informasi teknologi.

Pada umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang ditanam terus menerus serta

masih banyak komponen teknologi pra-panen lainnya belum diterapkan secara tepat guna

seperti pemupukan berimbang melalui akar, aplikasi PPC/ZPT melalui daun, pemeliharaan

tanaman secara intensif, penggunaan mulsa plastik atau jerami, pengendalian

hama/penyakit serta gulma.

Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan pengembangan cabai secara intensif :

a. Peningkatan produksi sehingga mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional

maupun ekspor.

b. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya lahan baik lahan perkarangan, lahan

kering/tegalan kebun maupun lahan sawah.

c. Peningkatan pemanfaatan tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia seperti pupuk

kandang, jerami padi, kayu sokongan, dan lain-lain.

d. Peningkatan konsumsi sayuran sebagai sumber vitamin untuk kebutuhan hidup setiap

individu manusia.

e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta keluarganya.

f. Dapat meningkatkan kesuburan tanah pasca panen cabai bila dirotasi dengan komoditas

alternatif lain.

Untuk melaksanakan intensifikasi cabai merah diperlukan rakitan teknologi

sederhana yang mudah diadopsi petani dengan pertimbangan secara teknis mudah

diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan

tidak merusak lingkungan.

Tulisan ini dirangkum dari hasil pengkajian SUT Cabai Merah LPTP Banda Aceh

Tahun 2000 dan hasil-hasil penelitian lain yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian

Nasional.

PERMASALAHAN

Beberapa masalah yang masih dijumpai pada sistem usahatani cabai merah yang

diusahakan petani adalah sebagai berikut :

Varietas Masih banyak petani menggunakan varietas lokal setempat yang diturunkan terus

menerus tanpa pemuliaan. Kelemahan menggunakan varietas lokal ini selain produksi

rendah dan umur genjah juga kurang tahan terhadap hama dan penyakit. Selama kurun

waktu 1995 - 2000 telah banyak beredar varietas Hibrida baik yang dihasilkan dari dalam

Page 2: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

2

maupun impor. Kebanyakan varietas impor berasal dari KnowYou- Seed, Taiwan yang

memiliki potensi hasil tinggi dan spesifikasi lain, seperti Hot Beauty (457), Hero (459),

Long Chili (455), Ever Flavor (462), Passion (451), TM.999 dan lain-lain masih cukup

banyak.

Cara dan Waktu Tanam Penanaman yang dilakukan petani beberapa tahun terakhir ini nampak ada perubahan

perilaku ke arah perbaikan, namun demikian penanaman sistem tradisional masih umum

dilakukan terutama pada lahan-lahan kering, lereng-lereng gunung pada musim hujan.

Demikian juga pada penanaman dengan menggunakan teknologi anjuran masih banyak

dijumpai kendala sehingga menyebabkan penurunan produksi, kendala ini tidak lepas

kaitannya dengan penerapan komponen teknologi yang belum tepat sebagaimana

diharapkan.

Pengolahan Tanah dan Penggunaan Mulsa Pada penanaman sistem tradisional belum melakukan pengolahan tanah, hanya saja

menggali menjelang tanam. Sedangkan pada teknologi anjuran pengolahan tanah baru

dilakukan 1-2 kali dan dibuat bedengan, drainase yang baik serta pemasangan mulsa

MPHP maupun jerami.

Persemaian Benih Persemaian benih pada paket usahatani tradisional masih menggunakan sistem

cabutan, sedangkan pada teknologi anjuran sebahagian sudah dilakukan sistem

bumbungan.

Pemupukan melalui Akar dan Daun Pada sistem usahatani tradisional pupuk yang digunakan Urea 100-150 kg/ha, SP-36

antara 75-100 kg/ha. Sedangkan pada sistem teknologi anjuran, pemupukan juga belum

dilakukan secara optimal serta belum menggunakan PPC/ZPT yang tepat.

Pemangkasan/Perempelan Pemangkasan/perempelan tunas bawah pada usahatani tradisional belum dilakukan

sama sekali, akan tetapi pada teknologi anjuran sudah dilakukan walaupun belum

sempurna seperti yang diharapkan.

Pemberantasan Hama Pada umumnya pemberantasan hama yang dilakukan belum sesuai dengan konsep

Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH

Syarat Tumbuh Cabai Merah Tanaman cabai merah memiliki daya adaptasi yang luas, karena itu dapat ditanam

di berbagai lahan dan sembarang waktu (Siswanto, dkk. 1995), tanaman ini dapat

diusahakan baik di lahan sawah, kering, pinggir laut (dataran rendah ataupun pegunungan

(dataran tinggi). Pengusahaannya juga dapat dilakukan pada musim kemarau, musim hujan

maupun rendengan. Namun demikian ada beberapa persyaratan tertentu yang harus

diperhatikan.

a. Jenis Tanah Tanah yang paling sesuai untuk tanaman cabai merah (terutama cabai hibrida) adalah tanah yang bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya

bahan organik. Tanah yang terlalu liat kurang baik karena sulit diolah, drainasenya

jelek, pernafasan akar tanaman dapat terganggu dan dapat menyulitkan akar dalam

mengadopsi unsur hara. Tanah yang terlalu poros/banyak pasir juga kurang baik, karena

mudah tercucinya pupuk oleh air. Penambahan pupuk kandang 20-25 ton/ha dapat

memperbaiki tanah terlalu liat atau terlalu poros.

Page 3: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

3

b. Derajat Kemasaman (pH) Derajat kemasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5,5-6,8 dengan pH optimum 6,0-6,5. Cendawan berkembang pada hampir semua tingkatan pH, cendawan

penyebab layu Fusarium dan cendawan penyebab rebah kecambah seperti Rhizoctoma

sp, Phythium sp. berkembang baik pada tanah-tanah asam. Cendawan yang hidup pada

pH > 5,5 kehidupannya bersaing dengan bakteri, karena bakteri berkembang baik pada

pH > 5,5. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan penambahan kapur pertanian pada pH

rendah dan belerang (S) pada pH tinggi.

c. A i r Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman, air berperan dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) dan proses respirasi (pernafasan).

Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.

Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang bersih yang

membawa mineral atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman, bukan air yang berasal

dari suatu daerah penanaman cabai yang terserang penyakit, karena air ini dapat

menyebabkan tanaman cabai yang sehat akan segera tertular, dan bukan air yang berasal

dari limbah pabrik yang berbahaya bagi tanaman cabai.

d. I k l i m Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai merah adalah angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Angin sepoi-sepoi akan membawa uap air dan

melindungi tanaman dari terik matahari sehingga penguapan yang berlebihan akan

berkurang. Selain lebah, angin juga berperan penting sebagai perantara penyerbukan,

namun angin yang kencang justru akan merusak tanaman. Curah hujan yang diperlukan adalah 1500-2500 mm/tahun. Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim A, B, C, dan D (tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson). Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga tidak terserbuki dan banyak rontok. Lamanya penyinaran (foto periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam/hari, intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 25-30

0C. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28

0C. Pada suhu <15

0C

>32 0C buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu dingin menyebabkan

pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama. Kelembaban relatif yang diperlukan 80% dan sirkulasi udara yang lancar. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar serta merangsang perkembang biakan cendawan dan bakteri. Untuk mengurangi kelembaban yang tinggi jarak tanam diperlebar dengan sistem tanam segitiga (zigzag) dan gulma-gulma dibersihkan.

Teknik Budidaya a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah menjadi gembur sesuai untuk

perkembangan akar tanaman, menstabilkan peredaran air, peredaran udara dan suhu di

dalam tanah. Sebelum dibajak lahan digenangi sehari semalam agar tanah menjadi lunak

dan tidak melekat pada mata bajak saat pembajakan. Setelah dibajak lahan dikeringkan dan

digaru, kemudian diangin-anginkan selama 5-7 hari. Plot dibuat dengan ukuran panjang 10-

12 m. lebar 110-20 cm, tinggi 30-40 cm (untuk musim kemarau) 50-70 cm (untuk musim

hujan), lebar parit 50-55 cm (musim kemarau), dan 60-70 cm (musim hujan).

b. Pengapuran

Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah, selain itu juga untuk menambahkan

Page 4: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

4

unsur hara Calsium (Ca) maupun unsur Magnesium (Mg). Kebutuhan Kapur sangat

tergantung tinggi rendahnya pH. Pada pH < 5 dibutuhkan kapur 5-10 ton/ha, sedangkan

pada pH > 6 diperlukan kapur 1- 4 ton.

c. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang di butuhkan tanaman, unsur tersebut

terdiri dari unsur makro yaitu N, P, K, Ca, S, C, H dan Mg dan unsur mikro yaitu Fe, B, Zn, Cu

dan Mo. Jenis dan dosis pupuk makro dan mikro, yang diberikan melalui akar maupun melalui

daun.

Tabel 1. Jenis, Dosis dan Jumlah (kali) Pemberian Pupuk pada Tanaman Cabai Merah.

Jenis Pupuk Dosis Jumlah Pemberian (kali)

Pupuk kandang

Urea

ZA

SP-36

KCl

NPK

Boret PPC Gandasil D&B

ZPT Dharmasri

ZPT Hidrasil

Atonik Furadan

15-20 ton/ ha

100 kg/ ha

300 kg/ ha

200 kg/ ha

150 kg/ ha

150 kg/ ha

10 kg/ ha

1,5 gr/ liter air

60 ml/ 500 liter air

0,2 ml/ liter air

750 cc/ ha

10 kg/ ha

1

2

2

2

2

2

1

8

3

4

4

1

d. Waktu dan Cara Pemupukan

Pemupukan pertama masing-masing pupuk kandang (pupuk organik) sebanyak 100%,

pupuk buatan (an-organik) sebanyak 40% dan nematisida furadan diberikan 7-10 hari

sebelum tanam menjelang pemasangan mulsa. Pemupukan kedua dan ketiga masing-

masing 30% pupuk buatan diberikan pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam melalui

lubang yang dibuat antar tanaman.

Aplikasi ZPT masing-masing jenis diberikan tiap 10 hari sekali secara bersamaan.

Sedangkan pupuk daun Gandasil D diberikan pada awal pertumbuhan vegetatif dan

Gandasil B diberikan pada akhir masa vegetatif sampai akhir masa generatif.

e. Pemasangan Mulsa

Selain mulsa plastik hitam-perak (MPHP) mulsa jerami dapat juga diberikan sebanyak 5

ton/ha. Pemasangan mulsa dikerjakan setelah penyiraman secukupnya dan pemberian

pupuk dasar.

f. Pembuatan Lubang Tanaman

Bedengan yang telah ditutup mulsa dibiarkan selama 5-7 hari agar unsur hara dengan

pupuk bereaksi dan dalam bentuk tersedia hingga segera dapat diserap tanaman muda.

Satu atau dua hari sebelum penanaman, lubang tanaman sudah dipersiapkan dengan

ukuran diameter 10cm.

g. Pemilihan Varietas

Berbagai varietas hibrida cabai merah introduksi yang telah beredar di Indonesia, antara

lain dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Page 5: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

5

Tabel 2. Beberapa Varietas Hibrida, Negara Asal dan Produksi/Batang Cabai Merah.

No

Nama Variet as

Negara Asal Produksi Buah/ Bat ang ( Kg)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Hot beauty (457)

Long Chili (455)

Hero (459)

Ever flavor (462)

Passion (451)

Amando

Red beauty

Hot chili

Wonder Hot

Arimbi

TM.999

TM.888

Maraton

CTH-01

Taiwan

Taiwan

Taiwan

Taiwan

Taiwan

Belanda

Taiwan

Korea

Korea

Thailand

Korea

Korea

Taiwan

Taiwan

1,2 - 1,4

1,5 - 2,0

1,9 - 2,1

1,2 - 1,5

1,3 - 1,4

0,8 - 1,2

1,0 - 1,15

1,2 - 1,4

1.2 - 1,5

1,0 - 1,2

0,8 - 1,2

1,1 - 1,4

1,0 - 1,5

1,2 - 1,6 Sumber : Prajnanta (1995) ; (1998).

h. Persiapan Polybag

Sebaiknya persemaian cabai merah dilakukan dalam polybag sebelum penanaman ke

lapangan. Media tanam dalam polybag merupakan campuran tanah yang telah diayak

terlebih dahulu kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau kompos, dengan dosis

1:1. Pemberian pupuk an-organik dan kapur pada media persemaian masing-masing

pupuk majemuk NPK sebanyak 2 kg dan kapur 10 kg/ton media kompos dan tanah.

Setelah media tanam diisi dalam polybag, lalu dibiarkan antara 5-7 hari sebelum benih

disemai.

i. Persemaian Benih

Sebelum disemai, benih yang terpilih terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida

sampai 12 jam dan dikering-anginkan hingga airnya kering. Setelah itu, benih ditebarkan ke

dalam media tanam (polybag) sebanyak 1 biji benih per polybag. Perawatan persemaian

terdiri dari penyiraman, pengaturan cahaya, dan pemberantasan hama/penyakit.

j. Penanaman dan Model Tanam

Setelah umur bibit di persemaian 18-25 hari, bibit sudah dapat dipindahkan ke

lapangan, pemindahan sebaiknya dilakukan pagi-pagi sebelum terik matahari atau sore

hari. Jarak tanam dianjurkan bervariasi 60 x 50 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, hal ini

tergantung tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan. Bentuk pertanaman

sebaiknya dengan sistem tanam segitiga (zigzag).

k. Penyulaman

Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Bibit sulaman yang baik

diambil dari tanaman yang sehat dan tepat waktu (umur bibit) untuk penanaman.

Penyulaman dilakukan pada minggu pertama atau selambat-lambatnya minggu kedua.

Sebaiknya penyulaman dilakukan pagi atau sore hari.

l. Perempelan

Perempelan bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas produksi. Bagian

yang dirempel yaitu tunas samping, yang keluar di ketiak daun pada saat tanaman

berumur 10-20 hari. Perempelan dilakukan 2-3 kali sampai terbentuk percabangan

utama yang ditandai dengan munculnya bunga pertama, sekitar umur 18-22 HST

dataran rendah, dan 25-30 HST dataran tinggi.

Page 6: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

6

Selain perempelan tunas, perempelan bunga pertama dan bahkan sampai bunga

kedua pada tanaman yang cukup sehat perlu dilakukan. Perempelan bunga bertujuan

untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dengan menunda pertumbuhan generatif.

m. Pemasangan Ajir (sokongan)

Sokongan harus dipasang sedini mungkin, yaitu dimulai pada saat tanam atau maksimal

1 (satu) bulan setelah penanaman. Sokongan dipasang sekitar 10 cm dari pangkal batang

tanaman. Ukuran sokongan 125 - 150 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2,5 cm. Sisi ajir perlu

dihaluskan untuk mengurangi kerusakan mekanis pada tanaman akibat gesekan.

n. Pengairan

Pengairan harus senantiasa diperhatikan, karena air merupakan faktor vital bagi

tanaman cabai. Penyiraman yang paling banyak (2 hari sekali) yaitu, pada fase vegetatif

< 40 HST. Sistem pengairan dapat dengan menggunakan selang yang dimasukkan ke

mulsa plastik melalui lubang tanaman, hingga posisi selang air tepat di tengah-tengah

tempat tanaman cabai. Untuk pertanaman pada lahan sawah, sistem pengairan dilakukan

dengan cara penggenangan pada saluran drainase antar bedengan dengan ketinggian air

sekitar 3/4 tinggi bedengan.

o. Pengendalian Hama/penyakit

Berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT), pestisida merupakan salah satu

teknik atau komponen PHT yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi.

Pestisida ini bukanlah suatu obat, melainkan bahan racun yang berbahaya bagi manusia,

hewan peliharaan, dan lingkungan bila salah dalam penggunaannya. Oleh sebab itu,

dalam penggunaan pestisida harus tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan

tepat guna.

Gangguan hama pada tanaman cabai merah dapat berbahaya bila tidak segera diatasi,

jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman cabai merah dan sistem

pengendaliannya seperti dalam Tabel 3. Demikian juga, penyakit pada cabai merah pun

banyak ragamnya, jenis penyakit dan sistem pengendaliannya dapat dilihat pada Tabel 3

dan Tabel 4.

Tabel 3. Jenis Hama, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian pada Tanaman Cabai Merah.

No Jenis Hama Gejala Serangan Sistem Pengendalian

1 Gansir

(Brachyt ypes

portentosus

Licht)

Memotong batang tana-man

muda yang baru ditanam.

Jangan menanam bibit yang terlalu

muda. Penyiraman dengan insektisida pada

liang gangsir.

2 Ulat tanah

(Agrotis ipsilon

hufn)

Memotong batang atau tangkai

bibit tanaman muda yang baru

ditanam §

Mengisap cairan daun muda

sehingga menimbulkan bercak-

bercak keperakan dan daun

menjadi keriting.

Daun meranggas dan berlu-

bang-lubang.

Penyemprotan insektisida pada sore

hari.

Penanaman harus serentak dalam

minggu.

3 Kutu thrips

(Thrips

parvispinus

Karny).

Terdapat luka titik t usukan

pada buah.

§ Penyemprotan insektisida se-cara

bergilir. § Sanitasi lingkungan

4 Ulat gerayak

(Spodop-tera

litura F.)

Buah yang terserang tampak

berlubang.

§ Penyemprotan insektisida

§ Pemasangan perangkap sex-

pheromone

Page 7: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

No

Jenis Hama

Gejala Serangan

Sistem Pengendalian

§

5 Lalat buah

(Dacus

dorsalin

Hend)

Daun mengulung, keriting, klorosil

menguning dan akhirnya gugur.

§ Penyemprotan insektisida secara

selang seling.

§ Bersihkan buah yang ter-serang

dan penyiagan gulma

6 Ulat buah

(Helicoverpa

spp.HSN)

Warna daun kecoklatan, daun yang

terserang menebal dan ujung

tanaman mati.

§ Penyemprotan I nsektisida

§ Pemberian tanaman inang

§ Pemanfaatan musuh alami

(pemangsa kutu daun)

7 Kutu

persik/ aphid

hijau (Myzus

persicae

Sulz)

Daun-daun menguning, pertum-

buhan lambat, layu serta ujung

tanaman mati

§ Penyemprotan dengan I n-sektisida

§ Pencabutan tanaman dan

memotong pucuk daun

8 Tungau/ mite

s

§ Penyemprotan I nsektisida dan

Akarisida

§ Mensterilkan media semai

§ Pembersihan gulma

§ Pencabutan tanaman yang

terserang

§ Perotasian tanaman

9 Nematoda

puru akar

(Meloidogyn

e incognita

Kof et Wh)

7

Page 8: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

8

Tabel 4. Jenis Penyakit, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian pada Tanaman Cabai

Merah.

No Jenis

Penyakit

Gej ala

Serangan

Sist im Pengendalian

1. Rebah

semai

Bibit tidak

berkecambah

dan tiba-tiba

mati

§ Perendaman benih selama 4-6 jam dalam larutan

fungisida

§ Sterilkan media semai dengan Basamid G

2. Layu

fusarium

Memucatkan

tulang daun

disebelah atas

dan

menundukkan

tangkai

§ Penyemprotan dengan fungisida

§ Pengapuran lahan sebelum penanaman

§ Pengaturan sistem irigasi

§ Pencabutan tanaman yang terserang Pembuangan air

secara tuntas

3. Layu

bakteri

(Pseudomo

nas

solancearu

m)

Layu pada muda

dan menguning

pada daun tua

§ Penyemprotan dengan bakt erisida Agrimycin 1,2 g/ l.

§ Lakukan pergiliran tanaman

4. Antraknosa

/ potek

Terdapat bintik

kecil pada buah

yang berwarna

kehitaman dan

berlekuk

§ Merendam benih dalam larutan fungisida Derosal 60

WP

§ Pemisahan buah yang terserang

5. Busuk

Phytophtho

ra

Busuk pada

batang warna

coklat

kehitaman,

tanaman layu

dan mati

§ Penyemprotan fungisida Pemotong-an tanaman yang

terserang

§ Sanitasi lingkungan

6. Bercak

daun

Bercak bulat

kecil kebasah-

basahan,

berwarna pucat

§ Membuang daun terserang

§ Penyemprotan fungisida

§ Pemusnahan daun dan dibakar

7. Busuk

kuncup/

teklik

Ranting

berwarna kehi-

taman

§ Sterilkan media semai dengan fumigan Basamid G

§ Pengaturan aerasi udara/ air

§ Penyemprotan fungisida

8. Bercak

bakteri

Gugurnya daun,

pada buah

terdapat bercak

putih dan coklat

kehitaman

§ Pengaturan jarak tanam

§ Pembuagan daun yang terserang

§ Penyemprotan fungisida

9. Penyakit

tepung

(Oidiopsis

sicula Scal.)

Daun

menguning,

daun bercak

seperti tepung

§ Hindari merokok dilahan

§ Pembersihan semua gulam

§ Membakar tanaman terserang

10 Penyakit

virus

Daun keriting,

belang-belang

kuning,

pertumbuhan

kerdil

§ Penyemprotan insektisida

Page 9: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

9

Tabel 5. Analisa Usahatani Cabai Merah per Hektar pada Petak Paket Teknologi Petani,

Teknologi Badan Litbang dan Teknologi Modifikasi Pengkajian Paket Teknologi Cabai

Merah LPTP Banda Aceh TA.2000.

No

Uraian

Perlakuan

Teknologi Petani Teknologi Badan Litbang Teknologi Modifikasi

Vol Nilai (Rp) Vol Nilai (Rp) Vol Nilai (Rp)

1 Biaya Variabel

A. Tenaga Kerja (HOK)

§ Pengolahan tanah

§ Semai benih

§ Pembuatan

bedengan

§ Pemupukan

§ Pembuatan lobang

§ Pemasangan mulsa

§ Penanaman

§ Pemberantasan H/ P

§ Pemeliharaan

§ Panen

35

2

-

5

10

-

25

10

40

40

420.000

24.000

-

60.000

120.000

-

300.000

120.000

600.000

600.000

70

20

50

20

20

15

35

25

90

120

840.000

240.000

600.000

240.000

240.000

180.000

420.000

300.000

1.080.000

1.440.000

70

20

50

20

20

20

25

25

110

120

840.000

240.000

600.000

240.000

240.000

240.000

420.000

300.000

1.320.000

1.440.000

Jumlah Biaya Variabel 167 2.044.000 465 5.580.000 490 5.880.000

2 B. Sarana Produksi

§ Benih (gr)

§ Pupuk :

- Urea (kg)

- ZA (kg)

- SP-36 (kg)

- KCl (kg)

- Kandang (ton)

§ Kapur (ton)

§ PPC Gandosil D dan B

§ ZPT :

- Dharmasri (ltr)

- Bayfolan (ltr)

- Atonik (ltr)

§ Pestisida (ltr)

§ Sokongan (btg)

§ Hand sprayer (bh)

§ Mulsa (kg)

§ Tranportasi dll.

500

100

-

100

-

5

-

-

-

-

2

1400

0

1

-

-

50.000

100.000

-

180.000

-

150.000

-

-

-

-

-

300.000

700.000

200.000

-

200.000

300

100

300

200

150

20

1

1

0,5

-

-

4

1800

1

400* )

-

1500.000

100.000

450.000

360.000

450.000

600.000

250.000

100.000

100.000

-

-

600.000

1.800.000

200.000

6.000.000

500.000

300

-

300

150

100

15

1

1

0,5

1,5

1

4

1800

1

5000

* * )

1.500.000

-

450.000

270.000

300.000

450.000

250.000

100.000

100.000

150.000

150.000

600.000

1.800.000

200.000

1.000.000

400.000

Jumlah Sarana Produksi 1.880.000 13.010.000 7.720.000

Jumlah Biaya

Operasional 3.884.000 18.590.000 13.600.000

3 Hasil Panen (ton/ ha) 4,74 11.850.000 16 40.000.000 16 40.000.000

4 Keuntungan Bersih 7.966.000 21.410.000 26.400.000

5 B/ C Ratio 3,05 - 2,15 2,94

6 NPKB - - 1,68 - 2,31

7 BEP (Rp/ kg) 819 1.162 850 *) MPHP **) Jerami

Page 10: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

1010

Deskripsi Paket Teknologi

Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

No Komponen Teknologi

Cara Aplikasi

1 Pengolahan tanah - Sebelum dibajak sebaiknya digenangi 1 malam.

- Setelah dibajak dikeringkan lalu digaru.

2 Bedengan - Panjang 10 - 12 m dan lebar 110 - 120 cm.

- Tinggi 30 - 40 cm (kemarau) 50 - 70 cm (hujan).

3 Pengapuran - Pada pH < dari 5 dibutuhkan kapur 5 - 10 ton.

- Pada pH > dari 6 dibutuhkan kapur 1 - 4 ton/ha.

4 Pemupukan Pupuk kandang 15 – 20 ton, Urea 100 kg, ZA 300 kg, Sp-36 200 kg, Kcl 150 kg, NPK 150 kg, Borat 10 kg, PPC dan ZPT.

5 Waktu dan cara pemupukan

Pupuk kandang 100 %, pupuk buatan 40 % diberikan 7 - 10 hari sebelum tanam, 30 % pada umur 30 hari dan 30 % pada umur 60 HST.

6 Aplikasi ZPT/PPC Masing - masing jenis diberikan tiap 10 hari sekali sejak awal pertumbuhan sampai akhir masa generatif.

7 Pemasangan mulsa

- Mulsa MPHP atau mulsa jerami diberikan sebelumnya dilakukan pemupukan dan penyiraman secukupnya.

- Dibiarkan selama 7-10 hari sebelum penanaman.

8 Pembuatan lobang tanam

3 hari sebelum penanaman.

9 Pemilihan varietas TM-999, CTH-01, TM-888, Hero (459, Long Chili (455), Hero (459). Hot Chili, Wonder Hot, dll.

10 Persipan polybag - Media polybag adalah campuran tanah dan pupuk kandang 1:1 dan pupuk an organik NPK 2 kg, kapur 10 kg/ton, campuran tanah dan pupuk kandang.

- Dibiarkan 5 – 7 hari sebelum benih disemai.

11 Persemaian benih - Perendaman dalam fungisida selama 12 jam.

- Disemai 1 biji/polybag.

- Penyiraman, pengaturan cahaya dan pengendalian hama dan penyakit.

12 Penanaman dan model tanam

- Umur bibit dipindahkan 18 - 25 hari.

- Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari.

- Jarak tanam 50 x 60 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm.

- Bentuk penanaman segi tiga (zigzag).

13 Penyulaman - Umur bibit susulan sama dengan umur bibit penanaman.

- Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari.

- Penyulaman minggu pertama atau minggu kedua.

14 Perempelan - Bagian yang dirempel yaitu tunas samping yang keluar dari katiak daun pada umur 10 - 12 hari.

- Perempelan berakhir sampai terbentuk percabangan dan munculnya bunga pertama.

15 Pemasangan ajir (sokongan)

- Maximal 1 bulan setelah penanaman.

- Dipasang sekitar 10 cm dari pangkal batang.

- Ukuran sokongan 125-150 cm.

16 Pengairan - Pada fase vegetatif (< 40 HST) dari 2 x sehari.

- Pengairan sistem pengenangan ¾ tinggi bedengan.

17 Pengendalian Hama/ Penyakit

- Pengendalian hama menganut sistem PHT.

- Yang paling penting mengenal jenis hama/penyakit, gejala serangan dan sistem pengendalian.

18 Pemanenan dan penanganan hasil

- Sesuai dengan tujuan, sebagai cabe sayur atau bumbu.

- Penempatan hasil panen harus bebas sirkulasi udara, kering dan tidak lembab.

Page 11: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

1111

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik, 1993. Statistik Indonesia. Jakarta. 1993.

Lukmana, A. 1995. Agroindustri Cabai Selain Untuk Keperluan Pangan Dalam Agribisnis

Cabai. Penebar Swadaya, hal: 6.

Siswanto, A.B., K. Sudarman dan S. Kusumo. 1995. Kesesuaian Lahan untuk

Pengembangan Cabai. Dalam: Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya, hal: 82-97.

Basuki, R.S. 1988. “Analisa Biaya dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Desa Kemurang Kulon, Brebes. “Bulletin Penelitian Hortikultura., Vol. XVI (2): 115, 1993.

Buurma, J.S., R. Sinung Basuki, M. Ameriana and R. Majawisastra. 1989. Information

System for Location of Vegetable Production in Indonesia. Internal Communication

LEHRI/ATA-395. No. 6. Lembang.

Direktorat Bina Program Tanaman Pangan, 1993. Luas Panen, Rata-rata hasil dan Produksi

Tanaman Hortikultura di Indonesia. Jakarta. 1993.

Duriat, A.S. 1996. Cabai Merah Komoditas Prosfektif dan Andalan. Dalam: Teknologi

Produksi Cabai Merah. Penyunting: Ati Srie Duriat, A. Widjaja W.H, Thomas A.

Soetiarso, dan L. Prabaningrum. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbangtan. 1996: hal 1.

Knott, J.E. 1962. Hand Book For Vegetable Growrs. John Willey & Sons, Inc. New York,

London, Sydney. 28-46p.

Nurmalinda dan Suwandi. 1992. Wilayah dan Jenis Sayuran yang Cocok Untuk

Pengembangan Skala Perkebunan. Makalah Seminar KADIN, Jakarta, 27 Oktober

1992.

Nurtika, N dan Y. Hilman. 1991. Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Pupuk Daun Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. Bulletin Penelitian Hortikultural. Ed. Khusus.

No. 1. 1991.

Pasandaran , E dan P.U. Hadi . 1994. Prospek Komoditas Hortikultura di Indonesia dalam

Kerangka Pembangunan Ekonomi. Prosiding Raker Puslitbang. Hortikultura di

Solok. 17-19 Nopember 1994. Hal : 65-96.

Rachmat, M dan M. Ameriana. 1990. Alternatif Pengembangan Bawang Putih di Pulau

Jawa. Bulletin Penelitian Hortikultura. XVIII (2): 28-39.

Prajnanta. F, 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setuadi, 1995. Bertanam Cabai. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Singarimbun, M dan Sofyan Efendi. 1988. Metoda Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Stallen, M.P.K., T.K. Moekasan and Arifin A.T. 1990. Evaluation of Perfomance of Knapsack Sprayer Use for Cultivation of Hot Pepper and Shallot in Farmer Field. In: Improving Spraying Techniques For Lowland Vegetables, a Com-pilation of

Research Paper. Internal. Comm. LEHRI/ATA 395 No. 22:9-13.

Sumarni, N. 1996. Budidaya Tanaman Cabai Merah Dalam Teknologi Produksi Cabai

Merah. Penyunting: Ati Srie Duriat, A. Widjaja W.H, Thomas A.

Suryani, 1982. Pengaruh Penggunaan Darma Sri terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Cabai Merah. Thesis Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Soetiarso, dan L. Prabaningrum. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbangtan. 1996: hal 43

Suwandi dan Azis Azirim Asandhi. 1986. Penelitian Pemupukan Berimbang dalam

Meningkatkan Produksi dan Mutu Hasil Hortikultura. Makalah disajikan dalam

Pertemuan Teknis Evaluasi Teknologi Produksi, Direktorat Bina Produksi Tanaman

Pangan, Cisarua, 4-6 Februari 1986. 28 hal.

Page 12: 02-Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah

1212

Suwandi, Nani Sumarni, dan Farid A. Bahar. 1995. Aspek Agronomi Cabai. Dalam:

Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. hal 53-65.

Untung, K. 1994. Pengantar Pengendalian Hama Terpadu. Gajah Mada. University Press.

200 hal.

Vos, J.G.,M. 1995. Intergrated crop management of hot pepper (Capsicum annuum. L) in

tropical lowland.

Welles, G.W.H. 1990. Pepper. International Agric.Center. Waginengen, The Netherlands.

Yusdar,H., Nani Sumarni dan Ahmad Hidayat. 1993. Interaksi Pemberian Tembaga dan Waktu Aplikasi Dua Sumber Pupuk Nitrogen Pada Cabai Merah. Bulletin Penelitian Hortikultura Balithort. Lembang. Bandung Vol:XXVI. No. 1.1993.