1
RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH
Oleh : Zulkifli AK, Adli Yusuf, Amrizal,T. Iskandar, M. Adil, M. Nasir Ali,
Buchari Sulaeman, Roswita, A.Azis, T.M. Fahrizal, Zulkifli Umar, T.Djuanda
PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicum annuum L.) memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah
untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi Nasional maupun komoditas ekspor. Dengan makin beragamnya kebutuhan
manusia dan makin berkembangnya teknologi obat-obatan, kosmetik, zat warna,
pencampur an minuman dan lainnya, maka kebutuhan bahan baku cabai merah akan terus
meningkat setiap tahunnya. Menurut Lukmana (1995) di pasaran Internasional setiap
tahunnya diperdagangkan sekitar 30.000 sampai 40.000 ton cabai merah.
Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai skala nasional adalah
keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki karena kurangnya informasi teknologi.
Pada umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang ditanam terus menerus serta
masih banyak komponen teknologi pra-panen lainnya belum diterapkan secara tepat guna
seperti pemupukan berimbang melalui akar, aplikasi PPC/ZPT melalui daun, pemeliharaan
tanaman secara intensif, penggunaan mulsa plastik atau jerami, pengendalian
hama/penyakit serta gulma.
Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan pengembangan cabai secara intensif :
a. Peningkatan produksi sehingga mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional
maupun ekspor.
b. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya lahan baik lahan perkarangan, lahan
kering/tegalan kebun maupun lahan sawah.
c. Peningkatan pemanfaatan tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia seperti pupuk
kandang, jerami padi, kayu sokongan, dan lain-lain.
d. Peningkatan konsumsi sayuran sebagai sumber vitamin untuk kebutuhan hidup setiap
individu manusia.
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta keluarganya.
f. Dapat meningkatkan kesuburan tanah pasca panen cabai bila dirotasi dengan komoditas
alternatif lain.
Untuk melaksanakan intensifikasi cabai merah diperlukan rakitan teknologi
sederhana yang mudah diadopsi petani dengan pertimbangan secara teknis mudah
diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan
tidak merusak lingkungan.
Tulisan ini dirangkum dari hasil pengkajian SUT Cabai Merah LPTP Banda Aceh
Tahun 2000 dan hasil-hasil penelitian lain yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian
Nasional.
PERMASALAHAN
Beberapa masalah yang masih dijumpai pada sistem usahatani cabai merah yang
diusahakan petani adalah sebagai berikut :
Varietas Masih banyak petani menggunakan varietas lokal setempat yang diturunkan terus
menerus tanpa pemuliaan. Kelemahan menggunakan varietas lokal ini selain produksi
rendah dan umur genjah juga kurang tahan terhadap hama dan penyakit. Selama kurun
waktu 1995 - 2000 telah banyak beredar varietas Hibrida baik yang dihasilkan dari dalam
2
maupun impor. Kebanyakan varietas impor berasal dari KnowYou- Seed, Taiwan yang
memiliki potensi hasil tinggi dan spesifikasi lain, seperti Hot Beauty (457), Hero (459),
Long Chili (455), Ever Flavor (462), Passion (451), TM.999 dan lain-lain masih cukup
banyak.
Cara dan Waktu Tanam Penanaman yang dilakukan petani beberapa tahun terakhir ini nampak ada perubahan
perilaku ke arah perbaikan, namun demikian penanaman sistem tradisional masih umum
dilakukan terutama pada lahan-lahan kering, lereng-lereng gunung pada musim hujan.
Demikian juga pada penanaman dengan menggunakan teknologi anjuran masih banyak
dijumpai kendala sehingga menyebabkan penurunan produksi, kendala ini tidak lepas
kaitannya dengan penerapan komponen teknologi yang belum tepat sebagaimana
diharapkan.
Pengolahan Tanah dan Penggunaan Mulsa Pada penanaman sistem tradisional belum melakukan pengolahan tanah, hanya saja
menggali menjelang tanam. Sedangkan pada teknologi anjuran pengolahan tanah baru
dilakukan 1-2 kali dan dibuat bedengan, drainase yang baik serta pemasangan mulsa
MPHP maupun jerami.
Persemaian Benih Persemaian benih pada paket usahatani tradisional masih menggunakan sistem
cabutan, sedangkan pada teknologi anjuran sebahagian sudah dilakukan sistem
bumbungan.
Pemupukan melalui Akar dan Daun Pada sistem usahatani tradisional pupuk yang digunakan Urea 100-150 kg/ha, SP-36
antara 75-100 kg/ha. Sedangkan pada sistem teknologi anjuran, pemupukan juga belum
dilakukan secara optimal serta belum menggunakan PPC/ZPT yang tepat.
Pemangkasan/Perempelan Pemangkasan/perempelan tunas bawah pada usahatani tradisional belum dilakukan
sama sekali, akan tetapi pada teknologi anjuran sudah dilakukan walaupun belum
sempurna seperti yang diharapkan.
Pemberantasan Hama Pada umumnya pemberantasan hama yang dilakukan belum sesuai dengan konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH
Syarat Tumbuh Cabai Merah Tanaman cabai merah memiliki daya adaptasi yang luas, karena itu dapat ditanam
di berbagai lahan dan sembarang waktu (Siswanto, dkk. 1995), tanaman ini dapat
diusahakan baik di lahan sawah, kering, pinggir laut (dataran rendah ataupun pegunungan
(dataran tinggi). Pengusahaannya juga dapat dilakukan pada musim kemarau, musim hujan
maupun rendengan. Namun demikian ada beberapa persyaratan tertentu yang harus
diperhatikan.
a. Jenis Tanah Tanah yang paling sesuai untuk tanaman cabai merah (terutama cabai hibrida) adalah tanah yang bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya
bahan organik. Tanah yang terlalu liat kurang baik karena sulit diolah, drainasenya
jelek, pernafasan akar tanaman dapat terganggu dan dapat menyulitkan akar dalam
mengadopsi unsur hara. Tanah yang terlalu poros/banyak pasir juga kurang baik, karena
mudah tercucinya pupuk oleh air. Penambahan pupuk kandang 20-25 ton/ha dapat
memperbaiki tanah terlalu liat atau terlalu poros.
3
b. Derajat Kemasaman (pH) Derajat kemasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5,5-6,8 dengan pH optimum 6,0-6,5. Cendawan berkembang pada hampir semua tingkatan pH, cendawan
penyebab layu Fusarium dan cendawan penyebab rebah kecambah seperti Rhizoctoma
sp, Phythium sp. berkembang baik pada tanah-tanah asam. Cendawan yang hidup pada
pH > 5,5 kehidupannya bersaing dengan bakteri, karena bakteri berkembang baik pada
pH > 5,5. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan penambahan kapur pertanian pada pH
rendah dan belerang (S) pada pH tinggi.
c. A i r Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman, air berperan dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) dan proses respirasi (pernafasan).
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang bersih yang
membawa mineral atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman, bukan air yang berasal
dari suatu daerah penanaman cabai yang terserang penyakit, karena air ini dapat
menyebabkan tanaman cabai yang sehat akan segera tertular, dan bukan air yang berasal
dari limbah pabrik yang berbahaya bagi tanaman cabai.
d. I k l i m Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai merah adalah angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Angin sepoi-sepoi akan membawa uap air dan
melindungi tanaman dari terik matahari sehingga penguapan yang berlebihan akan
berkurang. Selain lebah, angin juga berperan penting sebagai perantara penyerbukan,
namun angin yang kencang justru akan merusak tanaman. Curah hujan yang diperlukan adalah 1500-2500 mm/tahun. Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim A, B, C, dan D (tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson). Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga tidak terserbuki dan banyak rontok. Lamanya penyinaran (foto periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam/hari, intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 25-30
0C. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28
0C. Pada suhu <15
0C
>32 0C buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu dingin menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama. Kelembaban relatif yang diperlukan 80% dan sirkulasi udara yang lancar. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar serta merangsang perkembang biakan cendawan dan bakteri. Untuk mengurangi kelembaban yang tinggi jarak tanam diperlebar dengan sistem tanam segitiga (zigzag) dan gulma-gulma dibersihkan.
Teknik Budidaya a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah menjadi gembur sesuai untuk
perkembangan akar tanaman, menstabilkan peredaran air, peredaran udara dan suhu di
dalam tanah. Sebelum dibajak lahan digenangi sehari semalam agar tanah menjadi lunak
dan tidak melekat pada mata bajak saat pembajakan. Setelah dibajak lahan dikeringkan dan
digaru, kemudian diangin-anginkan selama 5-7 hari. Plot dibuat dengan ukuran panjang 10-
12 m. lebar 110-20 cm, tinggi 30-40 cm (untuk musim kemarau) 50-70 cm (untuk musim
hujan), lebar parit 50-55 cm (musim kemarau), dan 60-70 cm (musim hujan).
b. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah, selain itu juga untuk menambahkan
4
unsur hara Calsium (Ca) maupun unsur Magnesium (Mg). Kebutuhan Kapur sangat
tergantung tinggi rendahnya pH. Pada pH < 5 dibutuhkan kapur 5-10 ton/ha, sedangkan
pada pH > 6 diperlukan kapur 1- 4 ton.
c. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang di butuhkan tanaman, unsur tersebut
terdiri dari unsur makro yaitu N, P, K, Ca, S, C, H dan Mg dan unsur mikro yaitu Fe, B, Zn, Cu
dan Mo. Jenis dan dosis pupuk makro dan mikro, yang diberikan melalui akar maupun melalui
daun.
Tabel 1. Jenis, Dosis dan Jumlah (kali) Pemberian Pupuk pada Tanaman Cabai Merah.
Jenis Pupuk Dosis Jumlah Pemberian (kali)
Pupuk kandang
Urea
ZA
SP-36
KCl
NPK
Boret PPC Gandasil D&B
ZPT Dharmasri
ZPT Hidrasil
Atonik Furadan
15-20 ton/ ha
100 kg/ ha
300 kg/ ha
200 kg/ ha
150 kg/ ha
150 kg/ ha
10 kg/ ha
1,5 gr/ liter air
60 ml/ 500 liter air
0,2 ml/ liter air
750 cc/ ha
10 kg/ ha
1
2
2
2
2
2
1
8
3
4
4
1
d. Waktu dan Cara Pemupukan
Pemupukan pertama masing-masing pupuk kandang (pupuk organik) sebanyak 100%,
pupuk buatan (an-organik) sebanyak 40% dan nematisida furadan diberikan 7-10 hari
sebelum tanam menjelang pemasangan mulsa. Pemupukan kedua dan ketiga masing-
masing 30% pupuk buatan diberikan pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam melalui
lubang yang dibuat antar tanaman.
Aplikasi ZPT masing-masing jenis diberikan tiap 10 hari sekali secara bersamaan.
Sedangkan pupuk daun Gandasil D diberikan pada awal pertumbuhan vegetatif dan
Gandasil B diberikan pada akhir masa vegetatif sampai akhir masa generatif.
e. Pemasangan Mulsa
Selain mulsa plastik hitam-perak (MPHP) mulsa jerami dapat juga diberikan sebanyak 5
ton/ha. Pemasangan mulsa dikerjakan setelah penyiraman secukupnya dan pemberian
pupuk dasar.
f. Pembuatan Lubang Tanaman
Bedengan yang telah ditutup mulsa dibiarkan selama 5-7 hari agar unsur hara dengan
pupuk bereaksi dan dalam bentuk tersedia hingga segera dapat diserap tanaman muda.
Satu atau dua hari sebelum penanaman, lubang tanaman sudah dipersiapkan dengan
ukuran diameter 10cm.
g. Pemilihan Varietas
Berbagai varietas hibrida cabai merah introduksi yang telah beredar di Indonesia, antara
lain dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
5
Tabel 2. Beberapa Varietas Hibrida, Negara Asal dan Produksi/Batang Cabai Merah.
No
Nama Variet as
Negara Asal Produksi Buah/ Bat ang ( Kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Hot beauty (457)
Long Chili (455)
Hero (459)
Ever flavor (462)
Passion (451)
Amando
Red beauty
Hot chili
Wonder Hot
Arimbi
TM.999
TM.888
Maraton
CTH-01
Taiwan
Taiwan
Taiwan
Taiwan
Taiwan
Belanda
Taiwan
Korea
Korea
Thailand
Korea
Korea
Taiwan
Taiwan
1,2 - 1,4
1,5 - 2,0
1,9 - 2,1
1,2 - 1,5
1,3 - 1,4
0,8 - 1,2
1,0 - 1,15
1,2 - 1,4
1.2 - 1,5
1,0 - 1,2
0,8 - 1,2
1,1 - 1,4
1,0 - 1,5
1,2 - 1,6 Sumber : Prajnanta (1995) ; (1998).
h. Persiapan Polybag
Sebaiknya persemaian cabai merah dilakukan dalam polybag sebelum penanaman ke
lapangan. Media tanam dalam polybag merupakan campuran tanah yang telah diayak
terlebih dahulu kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau kompos, dengan dosis
1:1. Pemberian pupuk an-organik dan kapur pada media persemaian masing-masing
pupuk majemuk NPK sebanyak 2 kg dan kapur 10 kg/ton media kompos dan tanah.
Setelah media tanam diisi dalam polybag, lalu dibiarkan antara 5-7 hari sebelum benih
disemai.
i. Persemaian Benih
Sebelum disemai, benih yang terpilih terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida
sampai 12 jam dan dikering-anginkan hingga airnya kering. Setelah itu, benih ditebarkan ke
dalam media tanam (polybag) sebanyak 1 biji benih per polybag. Perawatan persemaian
terdiri dari penyiraman, pengaturan cahaya, dan pemberantasan hama/penyakit.
j. Penanaman dan Model Tanam
Setelah umur bibit di persemaian 18-25 hari, bibit sudah dapat dipindahkan ke
lapangan, pemindahan sebaiknya dilakukan pagi-pagi sebelum terik matahari atau sore
hari. Jarak tanam dianjurkan bervariasi 60 x 50 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, hal ini
tergantung tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan. Bentuk pertanaman
sebaiknya dengan sistem tanam segitiga (zigzag).
k. Penyulaman
Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Bibit sulaman yang baik
diambil dari tanaman yang sehat dan tepat waktu (umur bibit) untuk penanaman.
Penyulaman dilakukan pada minggu pertama atau selambat-lambatnya minggu kedua.
Sebaiknya penyulaman dilakukan pagi atau sore hari.
l. Perempelan
Perempelan bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas produksi. Bagian
yang dirempel yaitu tunas samping, yang keluar di ketiak daun pada saat tanaman
berumur 10-20 hari. Perempelan dilakukan 2-3 kali sampai terbentuk percabangan
utama yang ditandai dengan munculnya bunga pertama, sekitar umur 18-22 HST
dataran rendah, dan 25-30 HST dataran tinggi.
6
Selain perempelan tunas, perempelan bunga pertama dan bahkan sampai bunga
kedua pada tanaman yang cukup sehat perlu dilakukan. Perempelan bunga bertujuan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dengan menunda pertumbuhan generatif.
m. Pemasangan Ajir (sokongan)
Sokongan harus dipasang sedini mungkin, yaitu dimulai pada saat tanam atau maksimal
1 (satu) bulan setelah penanaman. Sokongan dipasang sekitar 10 cm dari pangkal batang
tanaman. Ukuran sokongan 125 - 150 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2,5 cm. Sisi ajir perlu
dihaluskan untuk mengurangi kerusakan mekanis pada tanaman akibat gesekan.
n. Pengairan
Pengairan harus senantiasa diperhatikan, karena air merupakan faktor vital bagi
tanaman cabai. Penyiraman yang paling banyak (2 hari sekali) yaitu, pada fase vegetatif
< 40 HST. Sistem pengairan dapat dengan menggunakan selang yang dimasukkan ke
mulsa plastik melalui lubang tanaman, hingga posisi selang air tepat di tengah-tengah
tempat tanaman cabai. Untuk pertanaman pada lahan sawah, sistem pengairan dilakukan
dengan cara penggenangan pada saluran drainase antar bedengan dengan ketinggian air
sekitar 3/4 tinggi bedengan.
o. Pengendalian Hama/penyakit
Berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT), pestisida merupakan salah satu
teknik atau komponen PHT yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi.
Pestisida ini bukanlah suatu obat, melainkan bahan racun yang berbahaya bagi manusia,
hewan peliharaan, dan lingkungan bila salah dalam penggunaannya. Oleh sebab itu,
dalam penggunaan pestisida harus tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan
tepat guna.
Gangguan hama pada tanaman cabai merah dapat berbahaya bila tidak segera diatasi,
jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman cabai merah dan sistem
pengendaliannya seperti dalam Tabel 3. Demikian juga, penyakit pada cabai merah pun
banyak ragamnya, jenis penyakit dan sistem pengendaliannya dapat dilihat pada Tabel 3
dan Tabel 4.
Tabel 3. Jenis Hama, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian pada Tanaman Cabai Merah.
No Jenis Hama Gejala Serangan Sistem Pengendalian
1 Gansir
(Brachyt ypes
portentosus
Licht)
Memotong batang tana-man
muda yang baru ditanam.
Jangan menanam bibit yang terlalu
muda. Penyiraman dengan insektisida pada
liang gangsir.
2 Ulat tanah
(Agrotis ipsilon
hufn)
Memotong batang atau tangkai
bibit tanaman muda yang baru
ditanam §
Mengisap cairan daun muda
sehingga menimbulkan bercak-
bercak keperakan dan daun
menjadi keriting.
Daun meranggas dan berlu-
bang-lubang.
Penyemprotan insektisida pada sore
hari.
Penanaman harus serentak dalam
minggu.
3 Kutu thrips
(Thrips
parvispinus
Karny).
Terdapat luka titik t usukan
pada buah.
§ Penyemprotan insektisida se-cara
bergilir. § Sanitasi lingkungan
4 Ulat gerayak
(Spodop-tera
litura F.)
Buah yang terserang tampak
berlubang.
§ Penyemprotan insektisida
§ Pemasangan perangkap sex-
pheromone
No
Jenis Hama
Gejala Serangan
Sistem Pengendalian
§
5 Lalat buah
(Dacus
dorsalin
Hend)
Daun mengulung, keriting, klorosil
menguning dan akhirnya gugur.
§ Penyemprotan insektisida secara
selang seling.
§ Bersihkan buah yang ter-serang
dan penyiagan gulma
6 Ulat buah
(Helicoverpa
spp.HSN)
Warna daun kecoklatan, daun yang
terserang menebal dan ujung
tanaman mati.
§ Penyemprotan I nsektisida
§ Pemberian tanaman inang
§ Pemanfaatan musuh alami
(pemangsa kutu daun)
7 Kutu
persik/ aphid
hijau (Myzus
persicae
Sulz)
Daun-daun menguning, pertum-
buhan lambat, layu serta ujung
tanaman mati
§ Penyemprotan dengan I n-sektisida
§ Pencabutan tanaman dan
memotong pucuk daun
8 Tungau/ mite
s
§ Penyemprotan I nsektisida dan
Akarisida
§ Mensterilkan media semai
§ Pembersihan gulma
§ Pencabutan tanaman yang
terserang
§ Perotasian tanaman
9 Nematoda
puru akar
(Meloidogyn
e incognita
Kof et Wh)
7
8
Tabel 4. Jenis Penyakit, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian pada Tanaman Cabai
Merah.
No Jenis
Penyakit
Gej ala
Serangan
Sist im Pengendalian
1. Rebah
semai
Bibit tidak
berkecambah
dan tiba-tiba
mati
§ Perendaman benih selama 4-6 jam dalam larutan
fungisida
§ Sterilkan media semai dengan Basamid G
2. Layu
fusarium
Memucatkan
tulang daun
disebelah atas
dan
menundukkan
tangkai
§ Penyemprotan dengan fungisida
§ Pengapuran lahan sebelum penanaman
§ Pengaturan sistem irigasi
§ Pencabutan tanaman yang terserang Pembuangan air
secara tuntas
3. Layu
bakteri
(Pseudomo
nas
solancearu
m)
Layu pada muda
dan menguning
pada daun tua
§ Penyemprotan dengan bakt erisida Agrimycin 1,2 g/ l.
§ Lakukan pergiliran tanaman
4. Antraknosa
/ potek
Terdapat bintik
kecil pada buah
yang berwarna
kehitaman dan
berlekuk
§ Merendam benih dalam larutan fungisida Derosal 60
WP
§ Pemisahan buah yang terserang
5. Busuk
Phytophtho
ra
Busuk pada
batang warna
coklat
kehitaman,
tanaman layu
dan mati
§ Penyemprotan fungisida Pemotong-an tanaman yang
terserang
§ Sanitasi lingkungan
6. Bercak
daun
Bercak bulat
kecil kebasah-
basahan,
berwarna pucat
§ Membuang daun terserang
§ Penyemprotan fungisida
§ Pemusnahan daun dan dibakar
7. Busuk
kuncup/
teklik
Ranting
berwarna kehi-
taman
§ Sterilkan media semai dengan fumigan Basamid G
§ Pengaturan aerasi udara/ air
§ Penyemprotan fungisida
8. Bercak
bakteri
Gugurnya daun,
pada buah
terdapat bercak
putih dan coklat
kehitaman
§ Pengaturan jarak tanam
§ Pembuagan daun yang terserang
§ Penyemprotan fungisida
9. Penyakit
tepung
(Oidiopsis
sicula Scal.)
Daun
menguning,
daun bercak
seperti tepung
§ Hindari merokok dilahan
§ Pembersihan semua gulam
§ Membakar tanaman terserang
10 Penyakit
virus
Daun keriting,
belang-belang
kuning,
pertumbuhan
kerdil
§ Penyemprotan insektisida
9
Tabel 5. Analisa Usahatani Cabai Merah per Hektar pada Petak Paket Teknologi Petani,
Teknologi Badan Litbang dan Teknologi Modifikasi Pengkajian Paket Teknologi Cabai
Merah LPTP Banda Aceh TA.2000.
No
Uraian
Perlakuan
Teknologi Petani Teknologi Badan Litbang Teknologi Modifikasi
Vol Nilai (Rp) Vol Nilai (Rp) Vol Nilai (Rp)
1 Biaya Variabel
A. Tenaga Kerja (HOK)
§ Pengolahan tanah
§ Semai benih
§ Pembuatan
bedengan
§ Pemupukan
§ Pembuatan lobang
§ Pemasangan mulsa
§ Penanaman
§ Pemberantasan H/ P
§ Pemeliharaan
§ Panen
35
2
-
5
10
-
25
10
40
40
420.000
24.000
-
60.000
120.000
-
300.000
120.000
600.000
600.000
70
20
50
20
20
15
35
25
90
120
840.000
240.000
600.000
240.000
240.000
180.000
420.000
300.000
1.080.000
1.440.000
70
20
50
20
20
20
25
25
110
120
840.000
240.000
600.000
240.000
240.000
240.000
420.000
300.000
1.320.000
1.440.000
Jumlah Biaya Variabel 167 2.044.000 465 5.580.000 490 5.880.000
2 B. Sarana Produksi
§ Benih (gr)
§ Pupuk :
- Urea (kg)
- ZA (kg)
- SP-36 (kg)
- KCl (kg)
- Kandang (ton)
§ Kapur (ton)
§ PPC Gandosil D dan B
§ ZPT :
- Dharmasri (ltr)
- Bayfolan (ltr)
- Atonik (ltr)
§ Pestisida (ltr)
§ Sokongan (btg)
§ Hand sprayer (bh)
§ Mulsa (kg)
§ Tranportasi dll.
500
100
-
100
-
5
-
-
-
-
2
1400
0
1
-
-
50.000
100.000
-
180.000
-
150.000
-
-
-
-
-
300.000
700.000
200.000
-
200.000
300
100
300
200
150
20
1
1
0,5
-
-
4
1800
1
400* )
-
1500.000
100.000
450.000
360.000
450.000
600.000
250.000
100.000
100.000
-
-
600.000
1.800.000
200.000
6.000.000
500.000
300
-
300
150
100
15
1
1
0,5
1,5
1
4
1800
1
5000
* * )
1.500.000
-
450.000
270.000
300.000
450.000
250.000
100.000
100.000
150.000
150.000
600.000
1.800.000
200.000
1.000.000
400.000
Jumlah Sarana Produksi 1.880.000 13.010.000 7.720.000
Jumlah Biaya
Operasional 3.884.000 18.590.000 13.600.000
3 Hasil Panen (ton/ ha) 4,74 11.850.000 16 40.000.000 16 40.000.000
4 Keuntungan Bersih 7.966.000 21.410.000 26.400.000
5 B/ C Ratio 3,05 - 2,15 2,94
6 NPKB - - 1,68 - 2,31
7 BEP (Rp/ kg) 819 1.162 850 *) MPHP **) Jerami
1010
Deskripsi Paket Teknologi
Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah
No Komponen Teknologi
Cara Aplikasi
1 Pengolahan tanah - Sebelum dibajak sebaiknya digenangi 1 malam.
- Setelah dibajak dikeringkan lalu digaru.
2 Bedengan - Panjang 10 - 12 m dan lebar 110 - 120 cm.
- Tinggi 30 - 40 cm (kemarau) 50 - 70 cm (hujan).
3 Pengapuran - Pada pH < dari 5 dibutuhkan kapur 5 - 10 ton.
- Pada pH > dari 6 dibutuhkan kapur 1 - 4 ton/ha.
4 Pemupukan Pupuk kandang 15 – 20 ton, Urea 100 kg, ZA 300 kg, Sp-36 200 kg, Kcl 150 kg, NPK 150 kg, Borat 10 kg, PPC dan ZPT.
5 Waktu dan cara pemupukan
Pupuk kandang 100 %, pupuk buatan 40 % diberikan 7 - 10 hari sebelum tanam, 30 % pada umur 30 hari dan 30 % pada umur 60 HST.
6 Aplikasi ZPT/PPC Masing - masing jenis diberikan tiap 10 hari sekali sejak awal pertumbuhan sampai akhir masa generatif.
7 Pemasangan mulsa
- Mulsa MPHP atau mulsa jerami diberikan sebelumnya dilakukan pemupukan dan penyiraman secukupnya.
- Dibiarkan selama 7-10 hari sebelum penanaman.
8 Pembuatan lobang tanam
3 hari sebelum penanaman.
9 Pemilihan varietas TM-999, CTH-01, TM-888, Hero (459, Long Chili (455), Hero (459). Hot Chili, Wonder Hot, dll.
10 Persipan polybag - Media polybag adalah campuran tanah dan pupuk kandang 1:1 dan pupuk an organik NPK 2 kg, kapur 10 kg/ton, campuran tanah dan pupuk kandang.
- Dibiarkan 5 – 7 hari sebelum benih disemai.
11 Persemaian benih - Perendaman dalam fungisida selama 12 jam.
- Disemai 1 biji/polybag.
- Penyiraman, pengaturan cahaya dan pengendalian hama dan penyakit.
12 Penanaman dan model tanam
- Umur bibit dipindahkan 18 - 25 hari.
- Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari.
- Jarak tanam 50 x 60 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm.
- Bentuk penanaman segi tiga (zigzag).
13 Penyulaman - Umur bibit susulan sama dengan umur bibit penanaman.
- Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari.
- Penyulaman minggu pertama atau minggu kedua.
14 Perempelan - Bagian yang dirempel yaitu tunas samping yang keluar dari katiak daun pada umur 10 - 12 hari.
- Perempelan berakhir sampai terbentuk percabangan dan munculnya bunga pertama.
15 Pemasangan ajir (sokongan)
- Maximal 1 bulan setelah penanaman.
- Dipasang sekitar 10 cm dari pangkal batang.
- Ukuran sokongan 125-150 cm.
16 Pengairan - Pada fase vegetatif (< 40 HST) dari 2 x sehari.
- Pengairan sistem pengenangan ¾ tinggi bedengan.
17 Pengendalian Hama/ Penyakit
- Pengendalian hama menganut sistem PHT.
- Yang paling penting mengenal jenis hama/penyakit, gejala serangan dan sistem pengendalian.
18 Pemanenan dan penanganan hasil
- Sesuai dengan tujuan, sebagai cabe sayur atau bumbu.
- Penempatan hasil panen harus bebas sirkulasi udara, kering dan tidak lembab.
1111
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik, 1993. Statistik Indonesia. Jakarta. 1993.
Lukmana, A. 1995. Agroindustri Cabai Selain Untuk Keperluan Pangan Dalam Agribisnis
Cabai. Penebar Swadaya, hal: 6.
Siswanto, A.B., K. Sudarman dan S. Kusumo. 1995. Kesesuaian Lahan untuk
Pengembangan Cabai. Dalam: Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya, hal: 82-97.
Basuki, R.S. 1988. “Analisa Biaya dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Desa Kemurang Kulon, Brebes. “Bulletin Penelitian Hortikultura., Vol. XVI (2): 115, 1993.
Buurma, J.S., R. Sinung Basuki, M. Ameriana and R. Majawisastra. 1989. Information
System for Location of Vegetable Production in Indonesia. Internal Communication
LEHRI/ATA-395. No. 6. Lembang.
Direktorat Bina Program Tanaman Pangan, 1993. Luas Panen, Rata-rata hasil dan Produksi
Tanaman Hortikultura di Indonesia. Jakarta. 1993.
Duriat, A.S. 1996. Cabai Merah Komoditas Prosfektif dan Andalan. Dalam: Teknologi
Produksi Cabai Merah. Penyunting: Ati Srie Duriat, A. Widjaja W.H, Thomas A.
Soetiarso, dan L. Prabaningrum. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbangtan. 1996: hal 1.
Knott, J.E. 1962. Hand Book For Vegetable Growrs. John Willey & Sons, Inc. New York,
London, Sydney. 28-46p.
Nurmalinda dan Suwandi. 1992. Wilayah dan Jenis Sayuran yang Cocok Untuk
Pengembangan Skala Perkebunan. Makalah Seminar KADIN, Jakarta, 27 Oktober
1992.
Nurtika, N dan Y. Hilman. 1991. Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Pupuk Daun Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. Bulletin Penelitian Hortikultural. Ed. Khusus.
No. 1. 1991.
Pasandaran , E dan P.U. Hadi . 1994. Prospek Komoditas Hortikultura di Indonesia dalam
Kerangka Pembangunan Ekonomi. Prosiding Raker Puslitbang. Hortikultura di
Solok. 17-19 Nopember 1994. Hal : 65-96.
Rachmat, M dan M. Ameriana. 1990. Alternatif Pengembangan Bawang Putih di Pulau
Jawa. Bulletin Penelitian Hortikultura. XVIII (2): 28-39.
Prajnanta. F, 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setuadi, 1995. Bertanam Cabai. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Singarimbun, M dan Sofyan Efendi. 1988. Metoda Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
Stallen, M.P.K., T.K. Moekasan and Arifin A.T. 1990. Evaluation of Perfomance of Knapsack Sprayer Use for Cultivation of Hot Pepper and Shallot in Farmer Field. In: Improving Spraying Techniques For Lowland Vegetables, a Com-pilation of
Research Paper. Internal. Comm. LEHRI/ATA 395 No. 22:9-13.
Sumarni, N. 1996. Budidaya Tanaman Cabai Merah Dalam Teknologi Produksi Cabai
Merah. Penyunting: Ati Srie Duriat, A. Widjaja W.H, Thomas A.
Suryani, 1982. Pengaruh Penggunaan Darma Sri terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Cabai Merah. Thesis Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Soetiarso, dan L. Prabaningrum. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbangtan. 1996: hal 43
Suwandi dan Azis Azirim Asandhi. 1986. Penelitian Pemupukan Berimbang dalam
Meningkatkan Produksi dan Mutu Hasil Hortikultura. Makalah disajikan dalam
Pertemuan Teknis Evaluasi Teknologi Produksi, Direktorat Bina Produksi Tanaman
Pangan, Cisarua, 4-6 Februari 1986. 28 hal.
1212
Suwandi, Nani Sumarni, dan Farid A. Bahar. 1995. Aspek Agronomi Cabai. Dalam:
Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. hal 53-65.
Untung, K. 1994. Pengantar Pengendalian Hama Terpadu. Gajah Mada. University Press.
200 hal.
Vos, J.G.,M. 1995. Intergrated crop management of hot pepper (Capsicum annuum. L) in
tropical lowland.
Welles, G.W.H. 1990. Pepper. International Agric.Center. Waginengen, The Netherlands.
Yusdar,H., Nani Sumarni dan Ahmad Hidayat. 1993. Interaksi Pemberian Tembaga dan Waktu Aplikasi Dua Sumber Pupuk Nitrogen Pada Cabai Merah. Bulletin Penelitian Hortikultura Balithort. Lembang. Bandung Vol:XXVI. No. 1.1993.