24
TÊOI-Og 1997 SEKOLAH TINGGl TEOLOGIAMANAT AGUNG PENDIDIKAN KRISTEN UNTUK FEMBENTUKAN KARAKTER LEWAT PENUMBUHAN NILAIDALAM KONTEKS SEKOLAH TESIS Diajukan kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoieh Gelar Magister Divinitas Oleh Februari Wati 2011012056 029930 Jakarta 2013 PERPUSTAKAAN STTAMANATAGUNG !

029930 - repository.sttaa.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TÊOI-Og1997

SEKOLAH TINGGl TEOLOGIAMANAT AGUNG

PENDIDIKAN KRISTEN UNTUK FEMBENTUKAN KARAKTER LEWATPENUMBUHAN NILAIDALAM KONTEKS SEKOLAH

TESIS

Diajukan kepadaSekolah Tinggi Teologi Amanat AgungUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoieh Gelar Magister Divinitas

Oleh

Februari Wati

2011012056

029930

Jakarta2013

PERPUSTAKAAN

STTAMANATAGUNG !

SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG

JAKARTA

Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa tesis yang berjudulPENDIDIKAN KRISTEN UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER LEWAT PENUMBUHAN

NILAIDALAM KONTEKS SEKOLAH dinyatakan lulus setelah diuji oleh Tim DosenPenguj'i pada tanggal 15 Agustus 2013.

Dosen Penguji Tanda Tangan

1. Astri Sinaga, S.S., M.Th.

2. Johannes Lie Han Ing, S.Th., M.Min.

3. Rosyeline Tinggi, M.A., M.Th.

Jakarta, 15 Agustus 2013

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnyabahwa tesis yang beijudul PENDIDIKAN KRISTEN UNTUK PEMBENTUKANKARAKTER LEWAT PENUMBUHAN NILAIDALAM KONTEKS SEKOLAH, sepenuhnyaadalah hasi! karya tulis saya sendiri dan bebas dari plagiarisme.

Jika di kemudlan hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakanplagiarisme dalam penulisan tesis ini, saya akan bertanggung jawab dan siapmenerima sanksi apapun yang dijatuhkan oleh Sekolah Tinggi Teologi AmanatAgung.

Jakarta, 15 Agustus 2013

Mi-rtiwi

TijMPia

0254ABP75474422aeNAMViBtrpirriAM

ID^P

Februari Wati

NIM:2011012056

ABSTRAK

SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG

JAKARTA

(A) FebruariWati [2011012056)

(B) PENDIDIKAN KRISTEN UNTUK FEMBENTUKAN KARAKTER LEWATPENUMBUHAN NILAIDALAM KONTEKS SEKOLAH

(G) viii +120 hlm; 2013

(D) Konsentrasi Pendidikan Agama Kristen

(E) Tesis ini membahas tentang pendidikan Kristen untuk pembentukankarakter nara didik serupa Kristus lewat penumbuhan nilai. Saat ini tampaknyata bahwa nara didik sedang mengalami krisis karakter. Pendidikan yangdipandang gagal dalam membentuk dan menghasilkan nara didikberkarakter mulia menunjukkan ada yang salah dalam sistim pendidikansekolah. Sekoiah Kristen dalam menyelenggarakan pendidikan Kristen hanyaberorientasi pada pembelajaran dalam ranah kognitif akibatnya nara didikhanya belajar menghalal dan pengetahuan yang diajarkan tidak terhubungdalam kehidupan sehari-hari nara didik. Permasalahan tersebut perlu untukdijawab oleh sekolah Kristen berdasarkan pandangan Alkitab. SekolahKristen perlu memiliki pemahaman akan konsep karakter dalam perspektifteologi Kristen sehingga dapat merekonstruksi upaya pembentukan karakternara didik serupa Kristus. Upaya pembentukan irârakter serupa Kristushendaknya membantu nara didik mengalami persekutuan dengan Allah. Polapembelajaran nilai Kristen harus didesain sampai pada penumbuhan nilaidalam diri nara didik dengan memfasilitasi pola pembelajaran yangmenyentuh tiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.Pendidikan Kristen dalam orientasi penumbuhan nilai Kristen harusmerancang pendidikan holistik demi tercapainya pembentukan karakternara didik serupa Kristus. Pendidikan Kristen yang holistik melibatkanseluruh komponen pendidikan yaitu kurikulum, tujuan pembelajaran, guru,lingkungan holistik dan nara didik.

(F) BIBLIOGRAFI 63 (1956-2012)

(G) Astri Sinaga, S.S., M.Th.

DAFTARISI

ABSTRAK i

DAFTARISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH v

BAB SATU: PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Permasalahan 1

Pokok Permasalahan 6

Tujuan Penulisan 8

Pembatasan Penulisan 8

Metodologi Penulisan 10

Sistematika Penulisan 11

BAB DUA: PEMBENTUKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF TEOLOGI 12KRISTEN

Konsep Karakter dalam Perspektif Teologi Kristen 12

Pembentukan Karakter dalam Pendidikan Kristen 27

lii

BAB TIGA: PENUMBUHAN NILAI - NILAIKRISTEN DALAM UPAYA 49PEMBENTUKAN KARAKTER

Nilai 50

Nilai - Nilai Kristen 53

Pembelajaran untuk Penumbuhan Nilai 63

Pembelajaran Nilai dalam Ranah Kognitif 70

Pembelajaran Nilai dalam Ranah Afektif 75

Pembelajaran Nilai dalam Ranah Psikomotorik 82

BAB EMPAT: KOMPONEN PENDIDIKAN KARAKTER KRISTEN DALAM 87PENUMBUHAN NILAI

Kurikulum Penumbuhan Nilai Kristen 88

Tujuan Pembelajaran Nilai Kristen 94

Guru sebagai Model Pendidikan Karakter Kristen 98

Lingkungan Holistik 102

Nara Didik sebagai Pembelajar Aktif 106

BAB LIMA: KESIMPULAN DAN REFLEKSI 110

BIBLIOGRAFI HO

DAFTARGAMBAR

Gambar 1: Diagram Dimensi Jiwa Manusia 26

Gambar 2: Korelasi Antara Pendidikan-Dialog-Penyelidikan 46

Gambar 3: Korelasi Antara Lo^os-Dlalog-Penyelidikan 47

Gambar 4: Gambaran Proses Pembelajaran Nilai 69

IV

BAB SATU

PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional di

Indonesia.^ Sejaktahun 2010, Kementerian Pendidikan Nasional sudah merancang

konsep dan implementasi pembentukan karakter melalui pendidikan bagi semua

tingkatan pendidikan. Penerapan pembentukan karakter melalui pendidikan

dicanangkan bukan tanpa alasan. Dunia pendidikan dinilai kurang berhasil dalam

membentuk dan menghasilkan karakter pada nara didik. Dewasa ini tampak nyata

nara didik sedang dirundung krisis karakter yang lekas marah jika dikritik, tidak

mau dikalahkan, terkesan kurang hormat kepada orangtua, guru, maupun orang-

orang yang lebih tua, menyontek, berkelahi, senang menghakimi orang lain, perilaku

penyimpangan sosial yang mereka lakukan dalam bentuk pergaulan bebas, tawuran,

merokok, dan penyalahgunaan obat - obat terlarang. Fenomena ini menggambarkan

pendidikan yang memiliki tujuan untuk membangun pribadi yang holistik justru

menghasilkan nara didik dengan karakter yang tidak diharapkan. Dengan demikian

apabila pendidikan dipandang gagal dalam membentuk dan menghasilkan nara

1. A. Feny T. Indratno, éd., Kurikulumyang Mencerdaskan Visi 2030 dan PendidikanAlternatif Qakàrtà: Kompas Media Nusantara, 2007), 15. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003tentang Sistem Pendldilrân Nasional, Pasal 1, menyatakan tujuan pendidikan nasional adalahmengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

didik yang berkarakter mulia berarti ada sesuatu yang salah dalam sistim

pendidikan yang dijalankan oleh sebuah sekolah.

Krisis karakter yang sedang dialami nara didik menurut Agus Zaenul Fitri

yaitu, "secara langsung dan tidak langsung kegagalan pendidikan disebabkan oleh

dîsorientasi pendidikan."^ Pendidikan memiliki tujuan untuk memanusiakan

manusia menjadi pribadi-pribadi yang utuh dan unggul. Nara didik mengecap

pendidikan sekolah bukan hanya sekedar membuat dirinya menjadi orang

terpelajar namun juga mampu mengenal dirinya sendiri dengan menemukan

identitas diri, makna, dan tujuan hidupnya melalui interaksi dengan sesama, alam,

dan lingkungannya. Pencapaian hal tersebut dalam pendidikan di sekolah dapat

dilakukan lewat pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Namun pada kenyataannya telah teijadi disorientasi pendidikan yaitu

proses pembelajaran hanya berkembang pada aspek kognitif saja.3 Dari hal tersebut

dapat dikatakan nara didik yang dihasilkan tidak terbangun korelasi antara

kecerdasan intelektual dengan kecerdasan karakter dalam kehidupannya. Sekolah

sebagai institusi pendidikan lebih terfokus meningkatkan nilai kecerdasan

intelektual dan telah mengabaikan nilai kecerdasan perilaku. Sebagai akibatnya

perilaku nara didik tidak mampu mencerminkan karakter yang mulia.

Krisis karakter pada nara didik sesungguhnya bukan hanya semata-mata

menjadi tanggung jawab sekolah. Apabila dilihat dari aspek kuantitas waktu,

menurut Zaenul, "peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah han}^ sekitar 7

2. Agus Zaenul Fitri, Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai danEtika di Sekolah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 12.

3. Fitri, Reinventing Human Character, 12.

jam per hari, atau kurang dari 30 %. Selebihnya 70%, peserta didik berada dalam

lingkungan keluarga dan masyarakat'"^ Dengan demikian pembentukan karakter

pada nara didik dalam lingkungan keluarga memiliki peran yang lebih besar

daripada sekolah yang hanya berkontribusi sebesar 30 %. Tetapi pada

kenyataannya keluarga kurang siap dan lebih cenderung mempercayakan

pendidikan anak-anak mereka sepenuhnya pada sekolah. Alasan yang dikemukakan

antara lain; keluarga tidak memiliki waktu untuk mendampingi dan mendidik anak-

anak mereka oleh karena kesibukan kerja sehingga alokasi waktu untuk berjumpa

dan berkumpul bersama dengan anak-anak di rumah menjadi terbatas. Menanggapl

hal ini Doni Koesoema berpandangan bahwa kondisi tersebut akan, "membuat

sekolah merasa terbebani sebab pendidikan karakter yang diusahakan di sekolah

tidak memiliki kesinambungan dengan pendidikan yang diterima di rumah.

Akibatnya pendidikan karakter yang sudah mati-matian diusahakan di sekolah tidak

menghasilkan buah-buah secara signifïkan."5 Dari hal tersebut dapat dipahami

bahwa parameter krisis karakter nara didik bukan hanya dikarenakan kelemahan

sistim pendidikan sekolah yang masih menggunakan pembelajaran konvensional

namun di rumah belum dapat menjadi wadah yang dapat mendorong tumbuh dan

berkembangnya karakter nara didik.

Berkenaan dengan karakter, Derek Wright berpendapat bahwa "karakter

yang terbentuk pada pribadi seseorang tidak terlepas dari peran interpretasi dan

implementasinya dalam realita hidup yang dialami dari satu tahap usia ke usia

4. Fitri, Reinventing Human Character, 13.5. Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:

Grasindo, 2010), 128.

berikutnya."^ Emmanuel Mounier juga menekankan hal senada bahwa pada

hakikatnya "kehidupan psikologis merupakan sebuah kehidupan yang dilakoni,

bukan sebuah kenyataan yang mendasarkan diri pada abstraksi semata, melainkan

berkaitan erat dengan peristiwa - peristiwa3rang dilalui, yang lakon pribadinya

adalah pribadi itu sendiri."^ Jika pemikiran ini dikaîtkan pada krisis karakter nara

didik maka dapat dikatakan terdapat hal yang rusak atau terputus di dalam proses

pembentukan karakter yang dilakoni nara didik.

Proses pembentukan karakter melalui pembelajaran nilai hendaknya

dilakoni nara didik dengan proses belajar yang lebih dari sekedar menghafal. Nilai

itu sendiri berbeda dengan norma.» Norma adalah "aturan atau patokan (baik

tertulis atau tidak tertulis) yang berftmgsi sebagai pedoman bertindak atau juga

sebagai tolak ukur benar-salahnya suatu perbuatan yang berlaku secara universal."^

Sedangkan nilai bukan hanya sekedar tolak ukur atau standar namun dî dalam nilai

mengandung proses. Menurut Hunter Lewis, "nilai-nilai harus identik dengan

keyakinan pribadi, khususnya keyakinan pribadi mengenai 'kebaikan', 'keadilan',

dan 'keindahan', keyakinan pribadi yang mendorong kita untuk bertindak, untuk

jenis perilaku tertentu dan kehidupan.''^® Pandangan ini memberikan makna bahwa

6. Derek Wright The Psychology of Moral Behaviour (Australia: Penguin Books, 1978), 205.7. Emmanuel Mounier, The Character ofMan, terj. Cynthia Rowland (New York: Harper &

Brothers, 1956), 6.8. Fitri, Reinventing Human Character, 89.9. A. Atmadi dan Y. Setiyaningsih, éd., Transformasi Pendidikan: Memasuki Milenium Ketiga

(Yogyakarta: Kanisius, 2000), 37.10. Hunter Lewis, A Question of Values: Six Ways We Make The Personal Choices thatShape

Our Lives (New York: Harper & Row, 1990), 7. Lihat B.S Sidjabat, Membangun Pribadi UngguI: SuatuPendekatan Teologis terhadap Pendidikan Karakter (Yogyakarta: ANDl, 2011), 8 - 9. Pandangan nilaimenurut B. S Sidjabat yaitu ukuran kita dalam bertindak, bersikap, dan berpikir yang membentukdiri kita, cara kita hidup dan memperlakukan sesama manusia. Nilai-nilai baik tentunya membentukpribadi dan kelompok manusia yang lebih baik, kehidupan yang lebih baik, serta cara kitamemelihara orang lain secara lebih baik pula.

a

nilai memiliki kaitan yang sangat erat dengan keyakinan seseorang secara pribadi.

Nilai untuk menjadi keyakinan membutuhkan proses untuk olah pikir dan olah rasa

dalam diri nara didik sehingga nilai yang diyakini dapat menjadi pendorong dan

membentukpola tingkah laku nara didik. Pola berpikir dan pola tingkah laku akan

menjadi karakter pada nara didik apabila dilakukan secara konstan dan konsisten.

Dengan pemahaman demikian dapat dipahami bahwa karakter dapat terbentuk

dalam diri nara didik hendaknya melalui pembelajaran nilai yang harus sampai

pada penumbuhan nilai.

Kegagalan penumbuhan nilai dalam diri nara didik yang mengakibatkan

terjadinya krisis karakter yang umum terjadi di sekolah seperti: menyontek,

berkelahi, buUying dan sebagainya, sesungguhnya juga terjadi di sekolah Kristen.

Salah satu realita bullying yang terjadi di sekolah umum juga terjadi di sekolah

Kristen yaitu, kasus bullying yang dilakukan oleh kurang lebih 18 siswa SMA Don

Bosco sebagai kakak kelas terhadap seorangadik kelas mereka.ii Kasus bullying ini

merupakan salah satu contoh tindakan yangbertentangan dengan nilai-nilai

Kekristenan. Dapat dikatakan, nilai-nilai Kristen yang diajarkan tidak dimaknai,

dihidupi dan diintegralkan dalam diri anak didik. Nilai-nilai Kristen tidak tumbuh

dari diri anak didik sehingga fenomena krisis karakter ini juga meliputi sekolah

Kristen.

Sekolah Kristen sebaiknya perlu memahami dengan jelas konsep

pembentukan karakter Kristen dan bagaimana mengimplementasikannya dalam

konteks sekolah. Konsep dari pembentukan karakter Kristen yang berfondasi pada

11. Lih. dari Harian Analisa tanggal 15 Agustus 2012. Kasus bullying di SMA Don Boscoterjadi pada tanggal 24 juli 2012.

Alkitab dapat semakin memperjelas visi sebuah sekolah Kristen. Visi sebuah sekolah

Kristen menginginkan nara didik yang mampu memilih dan mengarabil keputusan

berdasarkan nilai-nilai Kristen di tengah realîta hidup yang dlhadapi. Bentuk

identitas diri yang diharapkan terbentuk dalam diri nara didik adalah karakteryang

mencerminkan Kristus, bukan berpikir dan bertindak yang bertentangan dengan

firman Tuhan.

Penelitian daiam tesis ini dibatasi pada konteks sekolah. Sekolah Kristen

perlu memikirkan proses pembentukan karakter Kristen yang membutuhkan

bentuk-bentuk pembelajaran nilai supaya dapat menumbuhkan nilai-nilai Kristen

pada nara didik, Penumbuhan nilai menjadi bagian intégral dari penyelenggaraan

pendidikan Kristen di sekolah. Nilai mencakup segala bal yang dianggap bermakna

bagi kehidupan nara didik di sekolah Kristen yang pertimbangannya berorientasi

pada Theocentris yaita karakter Kristus. Nilai yang nantinya akan membentuk

identitas diri nara didik sebagai anak Tuhan yang hidup berdasarkan firman Tuhan.

Di dalam tesis ini, penulis akan melakukan studi terhadap Pendidikan Kristen untuk

pembentukan karakter lewat penumbuhan nilai dalam konteks sekolah. Sebuah

studi yang diharapkan dapat memberikan arah baru bagi sekolah Kristen untuk

dapat menghasilkan nara didik berkarakter serupa Kristus.

POKOK PERMASALAHAN

Berdasarkan pemaparan latar belakang penulisan, maka penulis

merumuskan tiga pokok pemasalahan di dalam penulisan tesis ini, yaitu:

1. Krisis karakter Kristen nara didik yang terjadi di sekolah Kristen

menggambarkan bahwa pendidikan Kristen pada umumnya diselenggarakan

dengan berorientasi pada materi, hafalan, informasi, konsep dan teori-teori

yanghanya menyentuh ranah kognitif seorangnara didik. Hal ini sebenarnja

yang membuat pendidikan Kristen tidak menumbuhkan nilai-nilai Kristen

pada nara didik. Nilai-nilai Kristen yang ditanamkan tidak menyentuh sampai

pada afektif dan psikomotorik nara didik sehingga nilai-nilai Kristen yang

telah diajarkan tidak menyatu, tidak diimani dan tidak mempenganihi pola

berpikir, perasaan, dan sikap sehari-hari nara didik dalam menjalankan

kehidupannya.

2. Nilai-nilai Kristen yang berdasarkan pandangan Alkitab sangat terkait

dengan pengajaran mengenai iman kepada Allah sebagai Sang Pencipta.

Apabila Sekolah Kristen tidak memikirkan dengan balk proses pembelajaran

untuk penumbuhan nilai-nilai Kristen pada diri nara didik maka pendidikan

Kristen yang diselenggarakan tidak akan sampai pada pembentukan

karakter.

3. Pendidikan Kristen di sekolah harus mengalami perubahan orientasi atau

paradigma bahwa pola-pola pembelajaran yang diberikan tidak terkotak

dalam ranah kognitif namun pola-pola pembelajaran yang dibangun harus

dapat membentuk karakter Kristen nara didik. Perubahan orientasi

hendaknya terjadi pada seluruh komponen pendidikan supaya sekolah

Kristen dapat menghasilkan nara didik yang berkarakter Kristen dalam

hidupnya.

TUJUAN PENULISAN

Adapun maksud dan tujuan penulisan tesis inî adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan konsep teologis praktis mengenai bagaimana karakter Kristen

dapat tumbuh dalam diri seorang nara didik dan bagaimana pendidikan

Kristen lewat penumbuhan nilai dapat menjadi aspek penting dalam

pembentukan karakter Kristen

2. Menjelaskan berbagai pola-pola pembelajaran berupa teori dan model

pembelajaran sebagai cara atau upaya menumbuhkan nilai dalam diri nara

didik untuk menghasîlkan karakter Kristen dalam konteks sekolah.

3. Memperlihatkan bagaimana seluruh komponen pendidikan yang terkait

dalam sekolah Kristen dapat terlibat dalam pergerakan perubahan sekolah

demi tercapainya pembentukan karakter Kristen nara didik.

Pembatasan Penulisan

Dalam penulisan tesis ini, penulis fokus pada pendidikan Kristen yang bukan

berbicara mengenai mata pelajaran agama Kristen. Pelajaran agama Kristen lebih

bersifat pengetahuan dan hanya sebagai satu bidang studi yaitu mata pelajaran

agama Kristen. Dalam mata pelajaran agama Kristen berkaitan pada pengetahuan

Alkitab yang diajarkan dan diuji dalam kelas, guru agama Kristen, kurikulum

pelajaran agama Kristen. Sedangkan, Pendidikan Kristen terkait erat pada

pendidikan umum yang diselenggarakan sekolah. Maksudnya, pendidikan umum

diberikan kepada nara didik dengan dasar dari perspektif Kristen. Pendidikan

umum memiliki landasan berupa nilai-nilai Kristen. Nilai-nilai Kristen mengikuti

pendidikan umum dalam proses pembelajarannya. Praktik pendidikan Kristen yang

berorientasi pada penumbuhan nilai Kristen memiliki cakupan luas dalam sebuah

sekolah yaitu melibatkan semua komponen pendidikan seperti: sekolah dengan

sistemnya atau aturannya, guru, kurikulum, nara didik dan orang tua.

Sekolah sebagai institusi pendidikan formai merupakan tempat dimana

proses belajar mengajar yang terjadi secara sistematis dengan kurikulum yang jelas

dan berjenjang dari tingkatTaman Kanak-Kanak sampai pada Perguruan Tinggi.

Sekolah yang dibicarakan dalam tesis ini bukan sekolah tertentu atau khusus.

Namun sekolah sebagai konteks formai belajar dengan berbagai komponen di

dalamnya yaitu guru, kelas, kurikulum, konten pelajaran, nara didik, peraturan, dan

sebagainya.

Pembatasan dalam tesis ini juga pada pembentukan karakter. Pembentukan

karakter yang dimaksud adalah pembentukan karakter Kristen yang didasari oleh

keyakinan dan penghargaan kepada nilai-nilai Kristen. Nilai-nilai Kristen berfondasi

pada kebenaran yang tertulis dalam Alkitab. Oleh sebab itu, hal penting yang perlu

dipahami seperti pada nilai murah hati yang dimiliki seseorang bukan dipahami

secara universal. Secara universal, pengajaran tentang karakter diekspresikan

dengan ekspresi yang sama. Namun yang membedakan adalah nilainya. Nilai moral

universal adalah didasari kepada humanisme di mana semua manusia di muka bumi

ini mengupayakan memilikinya. Sedangkan pendidikan Kristen dalam

menumbuhkan nilai nilai itu bukan berdasarkan humanisme semata melainkan

10

nilai-nilai Kristen yang ditumbuhkan dalam pendidikan Kristen adalah inti sari

dalam firman Tuhan yang berelasi kuat kepada Yesus Kristus hingga terbentuknya

karakter serupa Kristus. Karakter serupa Kristus merupakan sasaran pembentukan

karakter yang diupayakan oleh sekolah Kristen dalam pendidikan Kristen lewat

penumbuhan nllai-nilai kebenaran firman Tuhan.

Metodologi Penulisan

Metode penelltian yang dipakai dalam tulisan tesis ini adalah kualitatlf

deskriptif. Metode penelitian kualitatif deskriptif akan memaparkan penjelasan

yang lebih menekankan pada kekuatan analisa data pada sumber-sumber data yang

ada. Dalam tesis ini, penulis akan melakukan analisa kritis melalui kajian pustaka

terhadap pembentukan karakter nara didik dalam konteks sekolah yang memiliki

kaitannya dengan penumbuhan nilai. Kajian pustaka dari berbagai buku berusaha

untuk menemukan konsep dan teori-teori yang berkaitan pada setiap variabel

dalam judul tesis ini untuk diinterpretasikan secara jelas dan mendalam untuk

menghasilkan tesis dan anti tesis. Selain dari buku, penulis juga melakukan kajian

pustaka dengan melakukan identifikasi wacana dari buku-buku, makalah atau

artikel, jumal, koran, Internet, ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan

judul penulisan. Sehingga pada akhimya tulisan dalam tesis dapat berkontribusi

memberikan arah baru bagi sekolah Kristen dalam menyelenggarakan pendidikan

Kristen untuk pembentukan karakter melalui penumbuhan nilai.

11

Sistematika Penulisan

Tesis ini akan disusun dalam lima bab, Dalam Bab Satu, tulisan yang tercakup

di dalamnya meliputi latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan

penulisan, pembatasan penulisan, metodologl penulisan dan juga sistematika

penulisan tesis ini. Dalam Bab Dua, penulis akan menggali konsep karakter dalam

perspektif teologl Kristen. Konsep karakter yang telah dipahami dalam perspektif

teologl Kristen akan diteruskan pada bagian pembentukan karakter dalam

pendidikan Kristen. Selanjutnya dalam Bab Tiga, penulis akan membahas konsep

nilai terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan nilai-nilai Kristen dan

pembelajaran untuk penumbuhan nilai yang dapat dilihat dalam bentuk

pembelajaran nilai dalam ranah kognitif, pembelajaran nilai dalam ranah afektif,

dan pembelajaran nilai dalam ranah psikomotorik. Konstruksi untuk pembentukan

karakter nara didik yang serupa dengan Kristen perlu untuk melibatkan seluruh

komponen pendidikan maka dalam Bab Empat akan memaparkan lima komponen

yaitu: kurikulum penumbuhan nilai Kristen, tujuan pembelajaran nilai Kristen, guru

sebagai model pendidikan karakter Kristen, lingkungan holistik, serta nara didik

sebagai pembelajar aktif. Sebagai Penutup, dalam Bab Lima, penulis akan

memberikan kesimpulan dan refleksi terhadap seluruh kajian yang telah

dipaparkan dengan tulisan dalam tesis ini.

BAB LIMA

KESIMPULAN DAN REFLEKSI

Kesimpulan

Sekolah Kristen dalam menyelenggarakan pendidikan Kristen memiliki

tujuan untuk pembentukan karakter nara didik serupa Kristus. Namun pada

kenyataannya banyak sekolah Kristen kurang berhasil membentuk dan

menghasilkan nara didik yang memiliki karakter serupa Kristus. Berangkat dari

masalah ini penulis melakukan penelusuran yang dikaji dalam perspektif teologi

Kristen. Sejauh penelusuran yang telah penulis Iakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Sekolah Kristen sebagal komunitas Kristen seharusnya memiliki pemahaman

konsep karakter dalam perspektif teologi Kristen. Konsep pembentukan

karakter yang telah dipahami akan menjadi dasar bagi sekolah Kristen dalam

merumuskan visi misi sekolah maupun dalam perencanaan program-

program kegiatan sekolah bagi nara didik yang semuanya bermuara pada

tujuan pembentukan karakter nara didik serupa Kristus

2. Sekolah Kristen perlu melakukan perubahan paradigma dalam mendidik

nara didik. Sekolah Kristen seharusnya lebih menyadari akan eksistensi

panggilannya dalam dunia pendidikan. Sekolah Kristen hendaknya tidak

terikut arus yang hanya terkotak dalam pengembangan ilmu pengetahuan

110

111

dan teknologi nara didik. Dalam upaya pembentukan karakter nara didik

serupa Kristus maka pendidikan sekolah harus disandingkan dengan

memberikan pembelajaran nilai-niai karakter Kristen. Sekolah Kristen

merupakan tempat yang dapat mendorong, menfasilitasi tumbuh dan

berkembangnya karakter nara didik lewat pembelajaran nilai Kristen. Nilai-

nilai Kristen untuk menjadi keyakinan dalam diri nara didik harus difasilitasi

dengan proses pembelajaran nilai yang bukan hanya menekankan kognisi

namun nara didik hendaknya diberikan kesempatan untuk mengafeksikan

nilai-nilai Kristen yang diajarkan, dengan menggali lebih dalam untuk

menemukan makna yang terkait dalam diri nara didik. Dengan demikian

nilai-nilai Kristen tumbuh dan berkembang menjadi sesuatu yang

terintemalisasi dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari nara

didik.

3. Pendidikan Kristen memiliki perbedaan dengan pendidikan non-Kristen.

Perbedaan yang menjadi keunikan dalam pendidikan Kristen adalah fondasi

yang berpusat kepada Allah {Theocentris). Para guru Kristen yang mengajar

harus menjadikan dirinya sebagai teladan yang mencerminkan karakter

Kristen. Lingkungan sekolah yang holistik menjadi tempat nara didik

menemukan dan mengembangkan teladan yang dapat diikuti serta

mengimplementasikan nilai-nilai Kristen yang diperoleh. Kurikulum didesain

dengan membuat nara didik melihat, membaca, mendengar, berbicara,

merasakan, mengalami, memahami, dan melakukannya melalui interaksi

dengan berbagai konteks atau lingkungan nara didik berada, Dengan

112

demikiati tujuan pembelajaran memerlukan kreativitas dalam mencîptakan

suasana dan proses belajar yang membawa nara didik paham secara koginitf

dan terekspresi dalam kehidupannya sehari-hari seita alat ukur bukan

hanya berdasarkan indikator nilal prestasi.

Refleksi

Persoalan krisis karakter yang merundung nara didik pada saat ini

merupakan fenomena yang telah dilihat, dirasakan dan dialami penulis sembilan

tahun yang lalu. Sembilan tahun yang lalu, penulis mengenyam dan menyelesaikan

pendidikan dari tingkat TK sampai SMU di sekolah Kristen. Penulis mencoba untuk

memikirkan, membandingkan dan menganalisa bahwa sesungguhnya krisis

karakter seperti pela berulang yang teijadi pada diri nara didik di sekolah Kristen.

Ketika penulis melakukan penelusuran krisis pada pola berpikir dan pola bersikap

yang semakin merebak pada saat ini penulis menyadari bahwa perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin maju dan nara didik mengikuti perkembangan

zaman tersebut tanpa disokong atau diseimbangkan dengan pembekalan sistim

berpikir yang reflektif.

Sembilan tahun lalu penulis mengalami proses pembelajaran bersifat kaku

yang lebih berorientasi pada hafalan, teori-teori, aktivitas belajar dengan duduk,

diam, menerima pengetahuan tanpa ada proses interaksi, setiap hari pulang sekolah

mengerjakan PR yang banyak, saat ujian berupaya menghafal dengan tepat seperti

materi yang telah diberikan dan juga bersaing dengan teman dalam kompetisi nilai

113

tertinggi supaya menempati posisi rangking terbaik di kelas. Pada realitanya proses

pembelajaran konvensional tersebut masih dîtemukan pada sistim pendidikan di

sekolah Kristen saat inl. Proses pembelajaran yang melakukan dlkotomi antara nilal

Kristen dengan materi mata pelajaran dan nilai Kristen dengan lingkungan holistik

sekolah

Penulisan tesis ini membuat penulis semakin menyadari bahwa krisis

karakter yang terjadi dalam diri seseorang memiliki kaitan kuat dengan krisis nilai.

Nara didik melewati proses belajar di sekolah seperti batu loncatan dan tidak

menelurkan nilai-nilai hidup yang diyakîni untuk diintegralkan dalam menghadapi

realita kehidupan yang dijalani. Pembelajaran pada semua aspek pelajaran menjadi

terpisah-pisah dan tidak menyatu dalam intra dan inter-relasi diri nara didik. Hal ini

menjadi bagian yang dialami sendiri oleh penulis. Sejalan dengan menggali konsep

karakter dan konsep nilai dalam tulisan tesis, penulis belajar dan berusaha untuk

meninggalkan cara belajar yang bersifat kaku. Penulis merasakan kesukaran belajar

untuk berpikir reflektif dan aplikatif terhadap pemahaman-pemahaman baru yang

ditemukan serta menemukan makna nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam

hidup. Penulis menanggapi kesukaran ini oleh karena tidak adanya pembiasaan

proses belajar yang mengaktifkan dimensi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pembelajaran yang didapatkan dalam penulisan topik tesis ini membuat

penulis merefleksikan dan mengidentifikasi diri bahwa kemiskinan berpikir

menyebabkan miskinnya nilai yang diyakini untuk dimiliki sehingga pribadi yang

terbentuk pada akhimya pribadi yang tidak konsisten yang sesungguhnya

berpengaruh pada beberapa karakter diri yang terlalu kaku dan labil dalam

114

menghadapi sesuatu yang baru. Dalam proses penulisan tesis, penulis bersjnikur

mendapatkan kesempatan untuk mengalami kegagalan namun di balik kegagalan

tersebut penulis menjadi belajar untuk melatlh dlri dalam berpikir dan berefleksi

sehingga penulis dapat belajar untuk mengambil nilai rileks untuk diyakini dan

bukan kaku dalam menghadapi sebuah kegagalan. Maka dari itu penulis sangat

menikmati proses penulisan tesis ini sebab penulis bukan sekedar menghasilkan

sebuah tulisan namun memperoleh pembaruan dalam olah pikir, olah rasa, dan olah

sikap. Terkait dengan pemahaman tentang tujuh kriteria dalam proses menilai.

Tujuh kriteria bukan sekedar untuk mendukung pembahasan tulisan tesis ini

namun penulis menggunakannya sebagai pertanyaan-pertanyaan dalam

merefleksikan nilai-nilai hidup penulis yang belum atau sudah atau ragu-ragu

meyakininya khususnya terhadap nilai kasih kepada Allah, nilai panggilan hidup

sebagai hamba Tuhan, dan nilai-nilai karakter yang dikehendaki Allah. Belajar

secara berkesinambungan untuk berpikir dengan tujuh kriteria tersebut dan

mengukur dengan delapan indikator sangat menolong penulis untuk ke depannya

dapat lebih mengenal dan mengukur diri dan orang lain juga. Bahkan selama proses

pengerjaan tesis ini, penulis mendapatkan pembelajaran bahwa untuk menuliskan

setiap kalîmat dalam pengerjaan tesis ini juga dibutuhkan keyakinan. Keyakinan

terhadap Ide, konsep, apa yang dilihat serta segala informas! yang didapatkan untuk

diolah dan bukan hanya untuk dipahami namun dapat diaplikasikan.

Interaksi bersama Allah dalam perjalanan menyelesaikan tesis tidak dapat

ditemukan dalam literatur-literatur namun proses perjalanan mengerjakan tesis ini

menjadi sebuah pengalaman belajar yang berharga. Tesis ini bukan sekedar

memperkaya wawasan penulis namun belajar berdialog serta merefleksikan nilai-

nilai ilahi yang terkandung dalam fîrman Tuhan dan literatur-literatur yang ditulis

para teolog dan edukator membuat penulis semakin mengenal Allah. Dalam refleksl

penutup inl, penulis meyakini bahwa penulisan tesis dari satu bab demi satu bab

sama seperti Allah akan berkarya lewat fîrman-Nya yang hidup untuk berproses

satu bab demi satu bab dalam kehidupan penulis untuk mengalami pembentukan

karakter serupa dengan Kristus.