02.Dibalik Serangan Thd Perempuan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perempuan

Citation preview

1

DI BALIK SERANGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN SYARIAH ISLAM

Syaikh Taqiyuddin An Nabhani, dalam salah satu karya monumentalnya Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir mengingatkan bahwa negara-negara imperialis di bawah pimpinan AS, menjadikan konferensi-konferensi gender untuk memutuskan keterikatan kaum muslimin dengan peradaban dan budaya Islam. Analisis yang dikemukakan tahun 1950-an itu ternyata masih relevan dengan kondisi kekinian. Dalam salah satu dokumen yang digagas lembaga think tank AS, RAND Corporation: Building Moderate Muslim Network (2007) disebutkan bahwa isu kesetaraan gender adalah salah satu medan pertempuran utama dalam perang pemikiran melawan Islam. Karena itulah promosi kesetaraan gender menjadi komponen penting dari setiap proyek kafir imperialis untuk kian menjauhkan kaum muslimin dari syariah kaaffah. Institusi internasional berkomitmen untuk memastikan bahwa kesetaraan gender terintegrasi dalam pembangunan demokrasi. Sebagai dimensi lintas sektor, demokrasi dan gender ditangani melalui dua pendekatan yang saling melengkapi yakni pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan. Keduanya diimplementasikan melalui program global, regional, nasionaldan lokal untuk mendukung transfer pemahaman dan pengembangan kapasitas perempuan dalam agenda neoimperialis.

Strategi AS dalam Penancapan Isu Gender

Kesetaraan gender memang menjadi salah satu agenda penting demokratisasi AS sebagaimana yang diungkapkan Menteri Luar Negerinya, John Kerry. Kerry menyatakan, Tidak ada negara (yang) bisa maju jika ia meninggalkan setengah orang-orang di belakang. Inilah sebabnya mengapa Amerika Serikat percaya kesetaraan gender sangat penting untuk tujuan kita bersama yakni kemakmuran, stabilitas, dan perdamaian. Jadi, mengapa berinvestasi pada perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia sangat penting untuk kebijakan luar negeri AS.Beberapa strategi yang dilancarkan AS untuk mempercepat proyek penjajahannya lewat program-program gender antara lain:1. mempercepatpartisipasi ekonomi perempuan.Program ini diarahkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan memperkuat kewirausahaan perempuan dan menciptakan peluang bagi perempuan untuk berpartisipasi penuh dalam ekonomi global. Departemen Luar Negeri AS secara khusus telah bermitra dengan APEC WEF (Asia-Pacific Economic Cooperation - Women and the Economic Forum) dalam menyebarluaskan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menegah) perempuan. 2. mencegah dan menanggapi kekerasan berbasis genderAS bersama PBB dan lembaga internasional lainnya berkeinginan untuk mengatasi kekerasan berbasis gender karena hal ini secara signifikan menghambat kemampuan individu untuk memberi partisipasi dan kontribusi maksimal dalam program ekonomi, politik, dan sosial. 3. mempromosikan partisipasipolitik dan kepemimpinan perempuanMelalui upaya seperti menumbuhkan komunitas demokratis(Community of Democracies), AS bekerja untuk memastikan bahwa suara perempuan terdengar di seluruh negara-negara demokrasi yang muncul di mana-mana.Tentu saja AS tidak bekerja sendiri. Publik internasional telah mengetahui bahwa PBB pada hakekatnya didirikan untuk mempercepat proyek-proyek penjajahan AS. Demikian pula mimpi AS untuk memobilisasi perempuan sedunia bergerak seiring rencana mereka, dipermudah melalui gerakan internasional. Gerakan feminis internasional mulai mendapatkan momentum selama tahun 1970, diawali saat Majelis Umum PBB menyatakan tahun 1975 sebagai Tahun Perempuan Internasional dan menyelenggarakan Konferensi Dunia pertama tentang Perempuan di Mexico City. Atas desakan Konferensi itu,tahun 1976-1985 dideklarasikan sebagai Dekade PBB untuk Perempuan. Dalam perjalanannya,kebijakan gender PBB terus mengalami perkembangan hingga diproklamirkan Deklarasi Milenium pada September 2000. Pada pertemuan Millennium Summit tersebut isu-isu gender terintegrasi dalam program Millenium Development Goals (MDGs) yang secara eksplisit tertuang dalam tujuan (Goal)nomor 3 yakni mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.Sistem PBB melengkapi tujuan tersebut melalui ketetapan tertanggal 2 Juli 2010. Majelis Umum PBB dengan suara bulat memutuskan untuk membuat badan PBB secara tunggal yang bertugas mempercepat kemajuan dalam mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Badan itu adalahUNWomenyang mulai beroperasi pada 1 Januari 2011. Melalui UNWomenitulah kebijakan-kebijakan penjajahan melalui pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dikeluarkan, dikontrol dan dipastikan untuk dijalankan oleh seluruh anggota PBB. Secara khusus, prioritas program UNWomen 2014 - 2017 adalah melanjutkan rencana strategis tahun 2011 -2013, yakni meningkatkanpartisipasi politik perempuan; pemberdayaan ekonomi perempuan (PEP); mengakhiri kekerasan terhadap perempuan; partisipasi perempuan dalam proses perdamaian; serta responsivitas gender dalam rencana dan anggaran.

Era Baru Penjajahan Perempuan Indonesia

Sejak tahun 2011, UNWomen Indonesia langsung mendampingi pemerintah dalam menjalankan amanat konfrensi internasional bersama LSM gender. Mereka mendampingi perempuan Indonesia terutama dalam menangani isu TKW, penetapan legalitas/akses hukum pro gender, isu-isu kekerasan, aplikasi Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination against Women/ CEDAWserta infiltrasi ide pemberdayaan di Aceh pasca tsunami dan rekonsiliasi pasca konflik.Secara sadar, pemerintah melaksanakan kebijakan-kebijakan yang memberi efek positif bagi kesetaraan gender. Penunjukan delapan menteri perempuan pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo Jusuf Kalla menjadi sinyalemen yang menobatkan Indonesia siap bertransformasi menjadi negara inklusif, yakni mengikutsertakan semua masyarakat, khususnya kaum perempuan pada posisi strategis. Karena itu pengarusutamaan gender terus menerus mendapatkan penguatan agar mencapai standar yang diinginkan. Standar yang diinginkan bukanlah kesejahteraan kaum perempuan, namun kesejahteraan dan kemakmuran kelompok elit tertentu. Maka sejatinya perempuan tidak pernah menjadi agen penting dalam sistem neolib. Namun perempuan adalah pelengkap penderita kerakusan sistem kapitalis yang menunggangi sistem demokrasi untuk menjajah semua sumber daya manusia dan sumber daya alam. Meminjam ungkapan peraih Nobel Ekonomi tahun 2012, Joseph E. Stiglitz, yang menungkapkan bahwa 99 persen manusia bekerjademi memenuhi kenyamanan dan kelayakan 1 persen golongan elite. Dan mereka (imperialis) tidak pernah peduli bahwa yang demikian itu akan merusak jati diri perempuan, menghancurkan keluarga dan membahayakan generasi. Sayangnya, pemerintah demikian tunduk terhadap agenda internasional dengan begitu seringnya meratifikasi kesepakatan internasional pro gender. Mereka menjadikan keadilan dan kesetaraan gender (KKG) sebagai bagian UU,menetapkan kebijakan kelembagaan dan program-program agar sesuai dengan Keppres no. 9/tahun 2000 tentang PUG (Pengarusutamaan Gender). Sehingga RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) menjadikan gender sebagai isu utama.

Serangan Masif terhadap Islam Keberadaan komunitas demokrasi seperti lembaga nasional (NationalHuman Right Institution/NHRI) yang ada di setiap negara mampu menjadi mekanisme nasional untuk memperkuat agenda yang telah diaruskan di level internasional.Komnas Perempuan yang menjadi salah satu NHRI di Indonesia selain Komnas HAM dan Komnas Perlindungan Anak- dengan apik menjalani peran itu, dan telah menjadi rujukan isu perempuan di kawasan AsiaTenggara maupun internasional.Isu-isu yang mereka mainkan untuk mengokohkan feminisasi di Indonesia melalui Pemberdayaan Ekonomi Perempuan (PEP), Pemberdayaan Politik Perempuan (PPP), kampanye kekerasan publik dan domestik, serta pelemahan identitas muslimah. Semua itu sejatinya bukanlah program untuk mengangkat derajat perempuan, namun hanya sarana untuk menghisap potensi dan kemampuan yang dimiliki perempuan hingga memberikan hasil yang optimal bagi pemilik modal ataupun figur tertentu saja. Pada saat yang sama, isu feminism menjadi alat Barat untuk melakukan serangan terhadap syariat Islam.Reportase dan advokasi Komnas Perempuan acapkali secara terang-terangan menyerang Islam. Seperti catatan tahunannya yang memaparkan bahwa hingga Agustus 2014, ada 365 perda diskriminatif atas dasar moralitas dan agama. Karena itu sorotan Komite HAM PBB mengarah pada praktek-praktek kekerasan publik yang bernuansa Islam seperti interpretasi hukum syariah di Aceh dan Qanun Jinayah di Aceh yang memberlakukan hukuman cambuk, qanun khalwat, qanun maisir, dan eksekusi pelanggaran kriminal oleh polisi Syariah (Wilayatul Hisbah). Dan mereka menuntut pemerintah untuk mencabut aturan-aturan tersebut.UNWomen menyebut sunat perempuan (female genital mutilation) dan child brides bagi pernikahan di bawah usia 18 tahun- sebagai praktek berbahaya (harmful practices). Menurut mereka, aturan-aturan itu mengandung pemaksaaan, pembatasan dan pembedaan sehingga mengurangi jaminan rasa aman bagi perempuan. Karena itu pemerintah diharuskan membuat mekanisme perlawanan dan membentuk komunitas yang mampu menunjukkan tentang konsekuensi (buruk) nikah muda, melaporkan data poligami dan nikah dini kepada Komite HAM PBBdalam laporan periodik mendatang. Isu kekerasan pada perempuan juga digunakan untuk mendiskreditkan Islam. Dengan pemaksaan definisi kekerasan yang mereka rancang, segala macam perbedaan peran yang ditetapkan Islam dipandang sebagai diskriminasi dan termasuk dalam kategori kekerasan. Demikian pula keharusan berbusana muslim, larangan khalwat dan mendekati zina akan dianggap sebagai pengekangan terhadap kebebasan dan hak asasi manusia dan bisa dikategorikan sebagai kekerasan.Mengangkat isu VAW/Violence Againts Women (kekerasan terhadap perempuan), mendaftar berbagai jenis kekerasan termasuk kekerasan yang dibuat-buat-, meng-up date setiap kasus, sehingga membuatnya seakan-akan menjadi masalah darurat, adalah cara untuk memaksa pembuatan payung hukum. Inilah buah penetrasi dan implementasi demokrasi pada isu kekerasan perempuan. Undang-undang dianggap sebagai pelindung dari tindak kekerasan. Tiap negara, terutama yang telah menerima CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women)akan dipaksa untuk menyusun perangkat hukum untuk melindungi perempuan dan memperbaiki peranannya agar tidak mudah menjadi korban kekerasan. Secara bersamaan, sebagai konseskuensi demokrasi, mereka menderaskan pemikiran dan praktek-praktek yang berasal dari Barat yang berusaha ditunjukkan tidak diskriminatif, toleran, lebih menghargai hak asasi dan ramah kepada perempuan. Masyarakat yang tak dekat dengan Islam, makin mudah ter-Baratkan oleh sistem. Lambat laun, masyarakat akan mentolerir semua perilaku-perilaku impor itu, hingga mereka menjadi permisif terhadap semua penyimpangan. Itulah hakekat kampanye kekerasan yang hendak menipu umat dan masyarakat dunia secara keseluruhan. Semuanya khas kapitalistik, menghalalkan segala cara demi keuntungan ideologinya.

Mengaburkan Identitas MuslimahMembentuk muslim menjadi moderat, sehingga tidak memiliki identitas khas sebagai muslim adalah tujuan utama penjajah. Dokumren RAND Corporation berjudul Building Moderate Muslim Network (2007)sesungguhnya merupakan penelitian tentang bagaimana menciptakan "Jaringan Muslim Moderat" di berbagai belahan dunia.Karakter Islam moderat menurut RAND adalah muslim yang mendukung demokrasi, pengakuan terhadap HAM -termasuk kesetaraan gender dan kebebasan beragama-, menghormati sumber hukum yang non sektarian, dan menentang terorisme. Prioritas yang akan dirangkul oleh AS untuk membangun saluran propaganda hegemonis mereka dan memerangi ekstremisme Islam adalah kelompok perempuan yang aktif dalam propaganda kesetaraan gender. Identitas seorang muslimah, tampak dari cara berbusana. Namun nilai-nilai Islami ini sangat amat mudah disusupi liberalisasi. Lihat saja pertumbuhan mode baju muslimah, tidak lagi mengacu pada kaidah syariah sesuai Al Quran surat an Nuur ayat 31 dan al Ahzab ayat 59, serta hadits-hadits terkait, namun mengadopsi mode busana dari Milan, New York atau Paris. Walhasil, dorongan mengenakan busana muslimah bukan lagi dorongan Taqwa, melainkan lebih kepada seni dan tren masa kini yang mendukung gaya hidup permisif dan pluralis. Memang, selain tujuan mengaburkan para muslimah terhadap tatanan busana yang benar, industri baju muslim cukup menggiurkan para pengusaha. Karena itu dalam Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC), pemerintah dan para pelaku industri mode menargetkan Indonesia sebagai kiblat mode muslim dunia pada 2020. Sebab saat ini Indonesia tercatat memiliki tingkat ekspor busana muslim yang besar ke negara-negara muslim seperti Malaysia, Turki, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, dan negara-negara lainnya di Timur Tengah.Sejatinya, Islam memberi tuntunan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk berpikir dan berbuat selama syariat membolehkannya. Syariat tidak memperkenankan kebebasan secara mutlak karena akan mengganggu institusi masyarakat yang dibangun melalui asas kehormatan dan ketinggian martabat kemanusiaan. Islam melarang kebebasan yang hanya dikendalikan oleh akal dan perasaan. Al Qur'an dan As Sunnah mengendalikan kebebasan pribadi agar tidak membahayakan komunitas. Kondisi inilah yang mengharuskan kita, segenap masyarakat terutama kaum muslim agar meningkatkan kewaspadaaan terhadap ide liberal beserta segala derivatnya, baik yang dikemas dengan halus ataupun terang-terangan. Menjaga masyarakat agar tetap yakin dan bersemangat untuk memperjuangkan Islam.

KhatimahPengaruh ideologi kapitalis memang telah meredup, Amerika Serikatpun kelihatan makin kewalahan mengatasi problem dalam dan luar negerinya. Namun sayangnya, belum ada satu kekuatanpun yang mampu menandingi raksasa global yang mulai ringkih dan renta. Bukan tak ada, tapi belum muncul. Niscaya akanada the emerging state kekuatan raksasa-, yang akan menggantikan semua penjajahan Kapitalis, serangan dan keburukannya yang menimpa semua bangsa, termasuk perempuan. Khilafah Islamiyyah-lah yang akan kembali berjaya, mengembalikan kecermelangan Islam dan kemuliaan seluruh umat manusia. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An Nuur ayat 55)