Upload
saswin-usman
View
3.120
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI
REMAJA MENJADI PEROKOK DI SMA NEGERI 1 PALU
KECAMATAN PALU TIMUR TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan
Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu
Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Palu
Disusun Oleh :
AYU WANDIRA
NIM : PO7120109 002
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI KEPERAWATAN PALU
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas
yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun
terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada
kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa
Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad
16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah
Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke
Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa.
Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa
orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang
Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara
Islam.
Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan
ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung,
penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema
(Wikipedia, 2012)
Di dunia setiap tahunnya ditemukan 2,2 juta kematian akibat Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK). Dan penyakit itu mereka dapat dari kebiasaan merokok
yang sudah mereka lakukan selama bertahun-tahun. Angka kematian akibat rokok ini
setiap tahun akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah perokok.
Mengapa konsumsi rokok yang terus menerus bisa memicu timbulnya
penyakit? Zat-zat kimia apa saja yang sebernarnya terdapat di dalam sebatang rokok
sehingga menimbulkan efek yang mengerikan?
Jika Anda berpikir bahwa nikotin adalah satu-satunya kandungan rokok
yang berbahaya di dalam rokok itu sangatlah salah. Nikotin Ini adalah komponen
adiktif tembakau. Hal ini diserap ke dalam darah dan mempengaruhi otak dalam
waktu 10 detik. Hal ini menyebabkan perokok untuk merasa relax karena
neurotransmitter. Ini juga menyebabkan gelombang denyut jantung, tekanan darah,
dan adrenalin (yang juga merasa baik). Akibatnya, sifat ketergantungan nikotin pada
otak dan tubuh untuk sementara hilang. Perokok merasa lebih buruk jika mereka
tidak merokok. Ini yang memperkuat keinginan untuk merokok lagi.
Secara keseluruhan rokok adalah campuran senyawa kompleks yang
dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Terlepas dari stimulan nikotin
biasa, asap rokok juga mengandung tar yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia
termasuk sekitar 60 bahan kimia karsinogenik yang berbahaya. Hampir semua jenis
zat tersebut mematikan. Zat-zat inilah yang menyebabkan penyakit paru-paru,
jantung, emphysema dan penyakit berbahaya lainnya.
Berhenti merokok sekarang berarti Anda bisa menjalani hidup lebih sehat dan
bahagia. Seperti yang Anda sudah tahu bahwa bahaya merokok buruk bagi diri
sendiri dan semua orang yang ada di sekitarnya. Pelan tapi pasti bahaya merokok
pasti bisa dirasakan(Andywijaya, 2007)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja menjadi perokok di SMA Negeri 1 Palu
kecamatan palu timur tahun 2011
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja menjadi perokok di SMA Negeri 1 Palu
kecamatan palu timur tahun 2011
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya informasi yang melatarbelakangi siswa/remaja menjadi perokok di
sma negeri 1 palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan pengatahuan.
b. Diketahuinya informasi yang melatarbelakangi siswa/remaja menjadi perokok di
sma negeri 1 palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan perilaku.
c. Diketahuinya informasi yang melatarbelakangi siswa/remaja menjadi perokok di
sma negeri 1 palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan lingkungan.
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa/pelajar
Memberi informasi dan masukan kepada pelajar, khususnya siswa sma negeri 1
palu kecamatan palu timur tahun 2011 berdasarkan perilaku
b. Bagi institusi memberikan informasi mengenai hasil penelitian yang dilakukan,
dan sebagai masukan informasi perpustakaa, khususnya program studi
keperawatan POLTEKKES KEMENKES palu.
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang bahaya rokok, khususnya pada
siswa SMA Negeri 1 Palu kecamatan palu timur tahun 2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Rokok
1. Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
(Wikipedia,2012)
Secara keseluruhan rokok adalah campuran senyawa kompleks yang
dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Terlepas dari stimulan nikotin
biasa, asap rokok juga mengandung tar yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia
termasuk sekitar 60 bahan kimia karsinogenik yang berbahaya. Hampir semua jenis
zat tersebut mematikan. Zat-zat inilah yang menyebabkan penyakit paru-paru,
jantung, emphysema dan penyakit berbahaya lainnya. (Andywijaya, 2007)
Beberapa zat kandungan rokok lainnya dikenal mempunyai efek yang merugikan
tulang dan kulit. Anda mungkin terkejut untuk menemukan nama beberapa bahan
kimia dalam asap rokok. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Nikotin
Nikotin adalah kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks.
Nikotina merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan
baku berbagai jenis insektisida. Pada konsentrasi rendah, zat ini dapat
menimbulkan kecanduan, khususnya pada rokok. Nikotina memiliki daya
karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk
melawan sel-sel kanker, akan tetapi nikotina tidak menyebabkan
perkembangan sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker.
Nikotina adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan
secara alami pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan
(Solanaceae) seperti tembakau dan tomat. Nikotina berkadar 0,3 sampai 5,0%
dari berat kering tembakau berasal dari hasil biosintesis di akar dan
terakumulasi di daun. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nikotina)
Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia
di antaranya bersifat karsinogenik.
Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah
terbakar dan tidak berwarna.
Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.
Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal
sebagai metil alkohol.
Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan
hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam
kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat.
Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh
semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus
2. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh rokok
Sebagian masih menyimpulkan dampak merokok adalah yang paling
sederhana dan cepat terlihat yaitu batuk dan asma (59%) presentase yang
menyebutkan dampak kebiasaan merokok yang berkaitan dengan reproduksi
seperti impotensi dan gangguan kehamilan dan janin masih rendah yaitu sebesar
(13,7%), untuk impotensi (13,2) untuk gangguan kehamilan dan janin(Depkes,RI
1999)
3. Dampak Perokok Pasif Terhadap Kesehatan
Perokok Pasif Mempunyai Risiko Lebih Besar Dibandingkan Perokok Aktif.
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat
menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok
tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun
juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar
adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena
ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko
lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia.
Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk
menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi
rongga telinga dan asthma.
Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok
sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari
bahaya perokok aktif.
Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk
ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko
masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.
Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena
racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun
rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. "Namun
konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup
asap rokok yang ia hembuskan."
Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok
yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran
tembakau yang tidak sempurna (Kosmo, 2011)
Pasioen-pasien perokok juga berisiko tinggi mengalami komplikasi atau
sukarnya penyembuhan luka setelah pembedahan termasuk bedah plastik dan
rekonstruksi, operasi plastik pembentukan payudara dan operai yang menyangkut
anggota tubuh, bagian bawah.
Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang
sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri
dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini
dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi.
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari seconhandsmoke yaitu asap
rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar
perokok atau bisa disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan
dari bahan baku pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah
cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek
tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa
dan tambakau tanpa asap (tembakau kunyah) (argamakmur, 2009)
A. Tinjauan Umum Tentang Variabel Pengetahuan, Sikap, dan Lingkungan
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak
seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala
informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau
bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk
mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
(Wikipedia, 2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2010).
Sedangkan menurut Talbot (1995), yang dikutip oleh Potter dan Perry
(2005) pengetahuan adalah informasi, dan penemuan adalah proses kreatif
untuk mempertahankan pengetahuan baru.
2. Komponen Pengetahuan
Menurut Benjamin Bloom (1908), pengetahuan dibagi menjadi beberapa
tingkatan yang selanjutnya disebut dengan Taksonomi Bloom. Menurut Bloom,
pengetahuan dibagi atas: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation)
(Notoadmojo, 2008).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri dari enam
tingkatan sebagai berikut :
1) Tahu (Know)
Mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingat
kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Misalnya dapat
melaksanakan atau menggunakan prinsip–prinsip pemecahan masalah kesehatan dari
kasus yang ada.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen–komponen tetapi masih ada kaitannya. Misalkan dapat
membedakan tanda persalinan normal atau tidak normal.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian–bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi–formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penilaian
tetap terhadap suatu materi objek. Penilaian–penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan
kehamilan atau persalinan normal dengan kehamilan atau persalinan tidak normal
(pathologi). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara,
menanyakan materi–materi yang akan diukur dari responden ke dalam pengetahuan
yang kita ketahui (Notoadmojo, 2008).
3. Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya :
Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu
mencerdaskan manusia.
Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
Informasi
Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of
which one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa
informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti
yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya
sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program
komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada
hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan
terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi (Meliono.dkk, 2007)
4. Sikap
a. Pengertian sikap
Menurut Alport (1994) dalam Notoatmodjo (2003), salah seorang ahli
psikologi sosial mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Akan tetapi adalah merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).
b. Proses terbentuknya sikap
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2008).
c. Diagram sikap
Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.
Stimulus Reaksi
Rangsangan Proses Stimulus Tingkah laku
(Terbuka)
Sikap (Tertutup)
d. Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1994) dalam Notoatmodjo (2003),
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu obyek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga kamponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh
misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya,
akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa
ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam
berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut
herniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak
terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap obyek yang berupa
penyakit polio (Notoatmodjo, 2003).
e. Berbagai Tingkatan Sikap
Gambar 2.1 : Proses terbentuknya sikap (Notoatmodjo, 2008).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah
tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas, yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing).
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: Seorang ibu
yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya)
untuk pergi membawa anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang
gizi dan imunisasi, adalah bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap kesehatan anak.
4. Bertanggungjawab (Responsible).
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pemyataan
responden terhadap suatu obyek. Misalnya, bagaimana pendapat Anda
tentang pelayanan imunisasi di Posyandu? (Notoatmodjo, 2003).
3. Lingkungan
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah
yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada
di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur
tangan manusia yang berlebihan.
Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang
mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi
oleh manusia.
F. KERANGKA KONSEP / DEFINISI OPERASIONAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep yang
satu dengan konsep lainnya yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 1993). Adapun
variabel karakteristik tersebut hanya meneliti factor-faktor yang melatarbelakangi
siswa SMA Negeri 1 Palu menjadi perokok ditinjau dari segi pengetahuan, perilaku,
dan lingkungan. Dari uraian tersebut maka kerangka konsep yang akan digunakan
dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
D. Variabel dan definisi operasional
Yang dimaksud dengan remaja perokok adalah remaja yang sudah terbiasa
menghisap rokok atau remaja yang sudah ketrgantungan terhadap rokok.
Variabel yang diteliti :
1. Pengetahuan
Yang dimaksud pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
responden sehubungan dengan pengertian, dampak, dan pengaruh dari rokok.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur: 0. Kurang baik (jika skor < median)
1. Baik (jika skor ≥ median)
2. Sikap
Yang dimaksud dengan sikap adalah pernyataan yang didasarkan atas pendirian,
pendapat atau keyakinan responden tentang perilaku merokok.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0. Tidak menerima (bila < median)
1. menerima(bila median)
3.Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah keadaan disekitar dimana para siswwa
berada, baik lingkungan rumah, pergaulan diluar rumah, maupun diseekolah.
Cara ukur : wawancara
Alat ukur : kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0. Tidak mendukung (bila < median)
2. mendukung (bila median)
F. Pengolahan dan analisa data
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan dengan
menggunakan komputer yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
a. Editing Data : Yaitu memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan data
yang diperoleh dari lapangan.
b. Coding Data : Yaitu memberikan kode nomor jawaban yang untuk
memudahkan peneliti dalam menganalisa data.
c. Tabulating : Menghitung dan mentabulasi data secara manual.
d. Cleaning Data : Melakukan pengecekan kembali, bila ada kesalahan yang
dihitung
e. Entry Data :Memasukkan data ke program komputer untuk keperluan
analisis
f. Describing : Menggambarkan atau menerangkan data (Hastono, 2001)
2. Analisis data
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisa univariat yaitu
untuk mengetahui distribusi frekwensi dan proporsi masing – masing variabel
yang diteliti baik variabel independen, maupun variabel dependenden. Rumus
yang digunakan
P= fN
x 100
Keterangan P : Persentase
F : Frekwensi
N : Jumlah responden (Sabarguna, 2008)
G. Penyajian data
Untuk penyajian data hasil penelitian, peneliti menggunakan cara
penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi objek yang diteliti
yaitu faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja menjadi perokok di SMA Negeri 1
Palu Kecamatan Palu timur tahun 2011
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di di SMA Negeri 1 Palu Kecamatan Palu timur pada bulan
juni sampai agustus tahun 2011.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2003).
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Palu
Kecamatan Palu timur pada bulan juni sampai agustus tahun 2011, berjumlah
130 orang.
2. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003)
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara Proportional
Random Sampling yaiti pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan
seimbang atau sebanding dengan jumlah subjek dalam masing-masing wilayah
(Notoatmodjo, 2005).
Besar sampel diambil sesuai rumus Slovin sebagai berikut :
n = N
1 + N (d2)
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d2 : Tingkat ketepatan yang diinginkan (0,1)
Jumlah sampel secara keseluruhan:
n = 130
1 + 130 (0,12)
n = 130
1 + 130 (0,01)
n = 130
1+ 1,3
n = 130
2,3
n = 56,5
n = 57
Jadi, jumlah sampel secara keseluruhan adalah 57 responden.
D. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri yang diperoleh dari hasil pengisian
kuisioner secara langsung oleh responden, kuisioner yang telah diisi oleh responden
langsung dikumpul kembali tidak ada tenggang waktu yang diberikan oleh peneliti
dalam melakukan pengisian kuisioner.
E. Pengolahan Data
Agar data yang dikumpulkan menjadi data yang bermakna atau berarti, maka data
mentah diolah terlebih dahulu sebelum disajikan, adapun tahap pengolahan data yaitu
sebagai berikut:
1. Editing data : memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan apa ada kesalahan
atau tidak.
2. Coding : pemberian nomor kode atau bobot pada rawatan yang bersifat kategori.
3. Transfering : yakni memindahkan jawaban atau kode jawaban kedalam media
tertentu, misalnya master tabel atau kartu kode
4. Tabulating : penyusunan atau perhitungan data berdasarkan variabel yang diteliti.
5. Cleaning : membersihkan dengan melihat variabel-variabel yang digunakan
apakah datanya sudah benar atau belum.
6. Describing: menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah dikumpulkan.
F. Analisis Data
Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan, maka teknik yang digunakan
adalah analisa deskriptif dimana analisis deskriptif akan memberikan gambaran
secara rinci tentang perilaku ibu post partum menurut pengetahuan, pendidikan, dan
umur.
Jumlah jawaban yang benar selanjutnya dimasukkan kedalam rumus:
P = X 100 %
Keterangan:
P = presentase
X = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah nilai maksimum
G.Penyajian Data
Setelah diolah kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang
disertai penjelasan.