Upload
nursaid-fitria
View
44
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ARTIKEL KIMIA BAHAN MAKANAN
WASPADAI NATA DE COCO MENGANDUNG PEMUTIH DAN BORAKS
DISUSUN OLEH
NAMA : NURSA’ID FITRIA
NIM : 06101410022
DOSEN PEMBIMBING
Drs. Arief Rachman Ibrahim, M.Sc.Ed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
Waspadai Nata de Coco
Mengandung Pemutih
dan Boraks
Foto: lordbroken.files.wordpress.com
Jakarta - Nata de coco alias sari
kelapa banyak diminati sebagai minuman
segar, terutama di bulan puasa. Karena
tinggi serat dan rendah lemak, sari kelapa
baik untuk pencernaan. Namun,
sebaiknya waspada karena ada sari kelapa
dicampur dengan boraks dan pemutih.
Boraks atau pijer digunakan sebagai
pengawet nata de coco agar dapat
bertahan hingga 2-3 bulan. Pasalnya, sari
kelapa tanpa bahan pengawet menjadi
basi dalam waktu seminggu saja.
Konsumsi boraks dapat menyebabkan
gangguan syaraf hingga kanker ginjal.
Selain boraks, produsen juga sering
menggunakan formalin.
Tak cuma pengawet non pangan
yang digunakan dalam pembuatan sari
kelapa. Tanpa pewarna, sari kelapa
berwarna kuning kecokelatan. Agar
terlihat menarik, produsen menggunakan
hidrogen peroksida (H2O2) sehingga
warnanya putih seperti daging kelapa.
Jika stok sari kelapa tidak habis dan
mulai berwarna kecokelatan, produsen
memberi pemutih lagi.
Hidrogen peroksida adalah cairan
bening yang agak lebih kental daripada
air. Cairan ini digunakan sebagai
pemutih, disinfektan, dan bahan bakar
roket. Penggunaannya dalam kosmetik
dan makanan tidak dibenarkan karena
merupakan oksidator kuat serta bersifat
korosif (mengikis). Zat ini dapat
menggerogoti sistem kerja pencernaan.
Gejala seperti pusing, muntah, dan
diare dapat terlihat jika mengonsumsi sari
kelapa yang mengandung boraks dan
hidrogen peroksida. Jika dikonsumsi
dalam jangka panjang, sari kelapa
berbahaya ini dapat bersifat karsinogenik
(memicu kanker) dan mutagenik
(merusak DNA).
Tim Reportase Investigasi Trans
TV membeli 10 sampel sari kelapa dari
berbagai kota di Pulau Jawa untuk diuji
di laboratorium. Meski tidak ada yang
mengandung boraks, terbukti bahwa 8
dari 10 sampel mengandung hidrogen
peroksida. Ditambah dengan sampel
utama yang mengandung boraks dan
H2O2, persentase merek sari kelapa
berpemutih mencapai 82%.
Sampel ini tidak hanya mencakup sari
kelapa curah di pasar tradisional dan toko
manisan, melainkan juga merek ternama
yang dijual di swalayan. Lantas,
bagaimana cara membedakan sari kelapa
yang aman dan yang berbahaya? Pakar
kuliner sehat dan alami, Wied Harry
Apriadji, mengemukakan cirinya:
Perhatikan warnanya. Jika
berwarna putih cerah, bisa jadi itu
sari kelapa berpemutih. Pasalnya,
sari kelapa tanpa pemutih
berwarna agak kekuningan
(broken white).
Tekstur asli sari kelapa memang
kenyal, namun sari kelapa yang
berbahaya terasa kenyal keras jika
ditekan. "Kalau ditekan,
teksturnya 'melawan', seperti
sandal jepit," Wied
mendeskripsikan.
h ttp://food.detik.com/read/2012/08/01/154109/1980557/297/waspadai-nata-de-coco-
mengandung-pemutih-dan-boraks
KOMENTAR
Pada zaman sekarang ini sering sekali ditemukan kecurangan dalam proses
pengolahan makanan. Makanan sekarang sering ditemui mengandung zat-zat berbahaya
seperti boraks, formalin, pewarna tekstil, dan zat berbahaya lainnya. Tidak hanya pada
jajanan anak-anak yang sering ditemukan zat-zat berbahaya tersebut, tetapi juga ada pada
makanan yang kita konsumsi setiap hari. Seperti pada ikan dan ayam yang dijual dirumah
makan pun mengandung zat-zat tersebut. Pada artikel ini, ternyata nata de coco pun
mengandung pemutih dan boraks.
Nata de coco bukanlah makanan yang bergizi tiniggi, namun kadar kalorinya yang
rendah dan memiliki kandungan serat yang tinggi membuatnya sangat baik sebagai
makanan cemilan yang baik untuk pencernaan, khususnya bagi orang yang sedang
menjalani diet. Nata de coco sering sekali dikombinasikan dengan minuman seperti es
buah, puding, koktail, dan nata de coco juga dibuat sebagai manisan. Namun dengan
adanya pemutih dan boraks dalam nata de coco ini membuat kita harus lebih berhati-hati
dalam membeli nata de coco.
Dalam artikel ini pemutih yang dipakai yaitu hidrogen peroksida (H2O2), fungsi
pemutih ini ialah memutihkan nata de coco agar terihat lebih menarik, karena warna yang
dihasilkan dari nata de coco tanpa pemutih berwarna putih kekuningan. Namun setelah
saya mencari informasi, hidrogen peroksida (H2O2) juga bisa digunakan dalam memproses
makanan.
Hidrogen Peroksida memiliki jenis-jenis berdasarkan kegunaannya, ada yang untuk
kepentingan medis, teknis dan untuk makanan. WHO telah mengijinkan H2O2 food grade
utk makanan dalam batas tertentu. Menurut Victoria dan Eugenia, 2008, “Essential Guide
to Food Additive” Hidrogen Peroksida dapat digunakan utk memproses makanan
(membersihkan dan memutihkan) dengan syarat residu lebih kecil dari 5mg/kg. Perlu
ditekankan bahwa Hidrogen Peroksida bukanlah racun yang berbahaya (dalam kadar sesuai
peruntukannya), malah sistem immun tubuh memproduksinya untuk membunuh kuman
dan membersihkan racun dari dalam tubuh. Jadi artikel ini seharusnya lebih memberikan
penjelasan lebih lanjut lagi.
Selanjutnya masalah pengawet boraks. Boraks merupakan bahan berbahaya yang
bersifat beracun. Boraks banyak digunakan dalam industri non pangan sebagai pengawet
kayu, pembasmi kecoa, dan juga sebagai deterjen. Menurut PerMenkes
No.722/Menkes/Per/IX/ tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, penggunaan
boraks sebagai bahan tambahan pangan dilarang. Boraks merupakan senyawa yang dapat
memperbaiki tekstur makanan sehingga akan menghasilkan rupa dan kekenyalan yang
baik. Boraks dapat dibeli dengan harga murah dan bisa didapat dengan mudah. Sehingga
masyarakat banyak menggunakan bahan berbahaya ini. Dalam memilih pengawet, saya
sarankan menggunakan pengawet yaitu natrium benzoat. Natrium Benzoat adalah salah
satu pengawet makanan standar yang paling aman, tubuh relatif bisa mengolahnya.
Terkakhir memilih dan mengkomsumsi produk nata de coco. Pertama, sebaiknya
pilihlah produk-produk yang telah memiliki ijin resmi dari Dinkes dan/atau Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Kedua, Warna nata de coco tidak bisa dijadikan standar
aman atau tidak, karena banyak faktor-faaktor yang menentukan putih atau tidaknya nata,
misalnya jenis starter, jenis media, dan jumlah suplemen yang ditambahkan saat produksi
nata de coco tersebut. Ketiga, khusus untuk produk yang tidak berlabel/resmi, seandainya
memiliki keraguan yang kuat, sebaiknya tidak usah dikonsumsi. Demikian juga di cafe
atau restoran. Keempat, cara yang paling efektif untuk meminimalisir jumlah pengawet
dan pemanis buatan nata de coco adalah dengan membuang airnya, dan mencampurnya
dengan larutan gula dan sirup dengan rasa sesuai selera. Kelima, khusus untuk anak-anak
(3-7 tahun), dibatasi jumlah konsumsinya, cukup satu gelas perhari.