Upload
dimas-alan-setiawan
View
20
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anak
Citation preview
Laporan Kasus
SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 4 TAHUN 6 BULAN DENGAN
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DEMAM BERDARAH DENGUE)
GRADE II DAN GIZI BAIK
Oleh :
Fitria Rahma N. G99141151 / A 10 2015
Bani Zakiyah G99141152 / A 11 2015
Pembimbing :
dr. Noor Alifah, SpA.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Presentasi
kasus dengan judul :
“SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 4 TAHUN 6 BULAN DENGAN
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DEMAM BERDARAH DENGUE)
GRADE II DAN GIZI BAIK”
Hari/tanggal : Februari 2015
Oleh:
Fitria Rahma N. G99141151 / A 10 2015
Bani Zakiyah G99141152 / A 11 2015
Mengetahui dan menyetujui,
Pembimbing Laporan Kasus
dr. Noor Alifah, Sp.A
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MS
Tanggal Lahir : 28 Agustus 2010
Umur : 4 tahun 6 bulan
Berat badan : 15 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cilak Blagung Simo Boyolali
Tanggal Masuk : 8 Februari 2015
Tanggal Pemeriksaan : 8 Februari 2015
No. CM : 15482962
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang (Alloanamnesis dari
ibu pasien)
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi terus menerus sejak 4
hari SMRS. Pasien sudah memeriksakan ke bidan desa dan diberi obat,
tetapi panas hanya turun sementara saja kemudian naik lagi. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut di seluruh lapang perut. Sejak satu hari SMRS
muncul bintik-bintik merah cukup banyak pada pergelangan tangan
pasien. pasien tidak mengalami mimisan atau gusi berdarah. Pasien merasa
mual, tetapi tidak sampai muntah. Nafsu makan dan minum menurun.
Pasien tidak batuk atau pilek, tidak mengeluh nyeri tenggorok atau nyeri
telan, buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat rawat inap : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Riwayat sakit serupa di keluarga : disangkal
Riwayat sakit serupa di lingkungan : ada beberapa tetangga yang
mengalami hal yang serupa
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
E. Pohon Keluarga
I
II
III
An MS 4,5 tahun 15 kg
F. Riwayat Pemeliharaan Kehamilan
Ibu pasien kontrol teratur ke dokter pada trimester I satu kali saat
usia 1 bulan kehamilan, satu kali saat trimester II dan kontrol ke dokter
dua kali saat trimester III. Selama kehamilan ibu tidak menderita sakit dan
tidak mengkonsumsi obat.
G. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan ditolong dokter pada usia kehamilan 38 minggu,
dengan berat badan lahir 3100 gram, panjang badan 49 cm, dan langsung
menangis kuat.
H. Riwayat Post Natal
Rutin ke posyandu tiap bulan untuk menimbang badan dan
mendapat imunisasi.
I. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi:
BCG : < 1 bulan
Hepatitis B : 0, 2, 4 bulan
Polio : 0, 2, 3, 4 bulan
DPT : 3, 4, 5 bulan
Campak : 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar sesuai jadwal Depkes RI
J. Perkembangan Anak
Mulai senyum : 2 bulan
Mulai miring : 4 bulan
Mulai tengkurap : 4 bulan
Mulai duduk : 6 bulan
Gigi keluar : 8 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Kesan : perkembangan baik.
K. Riwayat Asupan Gizi Anak
Usia 0 – 6 bulan : ASI eksklusif lama tiap menyusui 10 – 15 menit,
bergantian kanan dan kiri.
Usia 6 – 9 bulan : ASI 8-10 kali sehari dan makanan pendamping ASI 2-3
kali sehari tiap makan 4 - 6 sendok makan.
Usia 9 – 12 bulan: ASI dan air putih ditambah dengan nasi tim 3 kali
sehari
>12 bulan : ASI dan makan 3 kali sehari (makanan pokok, lauk,
buah-buahan, susu) dan snack
1 tahun – sekarang: Makanan keluarga (nasi, sayur, telur, buah, susu)
Kesan : kualitas dan kuantitas nutrisi cukup
L. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah : baik
Ibu : baik
III. Pemeriksaan Fisik
8 Februari 2015
A. Keadaan umum: compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi baik
B. Tanda vital :
BB : 15 kg
TB : 105 cm
TD : 90/60mmHg
Nadi : 109x/ menit, reguler, isi,dan tegangan cukup
Laju nafas : 29x/ menit, kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal
Suhu : 37,1ºC (aksila)
C. Kepala : mesocephal
D. Mata : oedem palpebra (-/-), mata cekung (-/-), air mata (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
E. Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
F. Telinga : sekret (-/-)
G. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-), faring
hiperemis (-)
H. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
I. Thoraks : simetris, retraksi (-/-)
J. Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
K. Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan sama dengan dada kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
L. Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : pekak alih (-)
Pekak sisi (-)
Undulasi (-)
Palpasi : supel, hepar teraba 2-3 cm dibawah arcus costa dextra,
permukaan rata, tepi lancip. Lien tidak teraba, turgor kulit
kembali cepat
M.Ekstremitas :
Akral Dingin
- -
- -
Capillary refill time < 2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Petekie, ekimosis (-)
IV. Perhitungan Status Gizi
A. Secara Klinis
Oedem
- -
- -
Gizi kesan baik
B. Secara Antropometri
BB: 15kg TB: 105 cm Usia: 4 tahun 6 bulan
= (15:17,2) x 100% = 87,21% -2 < z score < 2
(BB normal)
= (105:107) x 100% = 98,13% -2 < z score < 2
(TB normal)
= (15:16,8) x 100% = 89,28% -2 < z score < 2
(Gizi baik)
Kesimpulan: Kesan gizi baik dengan BB dan TB normal berdasarkan
antropometri WHO
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Darah
8 Feb Satuan Rujukan
Hb 17,8 g/dl 11.5 – 12.5
Hct 49.7 % 34 – 40
AE 6.27 .106/uL 3.9 – 5.9
AL 4690 .103/uL 6 – 17
%Neutrofil batang 0 % 1 – 6
% Neutrofil Segmen 45.1 $ 50-70
% Limfosit 44.3 % 20 – 40
% Monosit 10.2 % 2 – 8
% Eosinofil 0 % 1 – 3
% Basofil 0.4 % 0 – 1
MCV 79.3 fL 80 – 100
MCH 28.4 Pg 27 – 32
MCHC 35.8 % 32 – 36
AT 54 .103/uL 150 – 450
Protein plasma 5.4 g/dl 6-8
II. Resume
4 hari SMRS pasien demam tinggi dan timbul mendadak, demam
terus-menerus sepanjang hari dan sedikit berkurang dengan pemberian obat
penurun panas, namun kemudian demam lagi. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nafsu makan menurun. Selain itu pasien mengeluhkan perut
terasa sakit diseluruh lapang perut. Batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorok (-),
nyeri telan (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Timbul bintik-bintik
kemerahan di tangan sejak satu hari SMRS, gussi berdarah (-), mimisan (-).
Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga yang
berkaitan dengan riwayat penyakit sekarang tidak ditemukan. Riwayat
pemeliharaan kehamilan dan prenatal baik. Riwayat kelahiran berat badan
lahir cukup, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan, dan
menangis kuat. Riwayat imunisasi, pasien mendapatkan imunisasi dasar
sesuai jadwal DEPKES. Riwayat perkembangan pasien baik sesuai dengan
usia. Status gizi pasien kesan baik berdasarkan pemeriksaan klinis dan
antropometri.
Hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan composmentis, tampak
sakit sedang,status gizi kesan baik. Tanda vital pasien didapatkan nadi
109x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, pernafasan 29x/menit,
kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal, suhu 37,1º C (aksila), tekanan
darah 90/60 mmHg. Hepar teraba 2-3 cm dibawah arcus costa dextra dengan
permukaan rata dan tepi lancip. Hasil pemeriksaan laboratorium darah
menunjukkan penurunan trombosit yaitu 48.000/uL, kenaikan Hb 17.8 g/dl,
kenaikan Ht 49,7 %, dan penurunan Protein plasma 5.4 g/dl.
III. Daftar Masalah
a. Demam
b. Bintik-binti merah di tangan
c. hepatomegali
d. Trombositopenia
e. Kenaikan Hematrokrit
IV. Diagnosis Kerja
1. Observasi febris hari ke 5 dengan dd DBD Grade II
DD
2. Gizi baik (antropometri)
V. Penatalaksanaan
1. Rawat bangsal anak
2. Diet nasi dan lauk 1500 kal/hari
3. IVFD Asering 105 cc/jam
4. Inj. Cefotaxim 2x300 mg
5. Inj. Ranitidin ½ ampul /12 jam
6. Paracetamol tab 3x1 (k/p)
VI. Planning
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan IgG/IgM anti dengue
3. Pemeriksaan urin
VII.Monitoring
1. KUVS/6 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
3. Cek Lab darah/12 jam
VIII. Edukasi
Edukasi keluarga tentang:
1. Kondisi pasien
2. Penyakit pasien
3. Tatalaksana
4. Higiene
IX. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
FOLLOW UP PASIEN
A. Tanggal 9 Februari 2015 (DPH I)
S : demam (-), perdarahan aktif (-)
O : tampak sakit sedang. komposmentis, gizi kesan baik
Tanda vital : TD: 90/60 mmHg HR: 96x/menit
T: 36,80C RR: 22x/menit
Kepala : mesocephal
Mata : oedem palpebra (-/-), mata cekung (-/-),konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik(-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis(-), tonsil T1-T1
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi (-/-)
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, hepar teraba 2-3 cm dibawah arcus costa dextra dan
lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas :
Akral Dingin
- -
- -
Capillary refill time< 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Petekie (+), ekimosis (-)
Lab darah:
4 Feb Satuan Rujukan
Hct 44.7 % 37 – 47
AT 56 .103/uL 150 – 450
Assesment :
1. Observasi febris h 6 dengan RL (+)
2. Gizi baik (antropometri)
Terapi :
1. Diet nasi dan lauk 1500 kal/hari
2. IVFD Asering 75 cc/jam
3. Inj. Cefotaxim 2x300mg
4. Inj. Ranitidin ½ ampul / 12 jam
5. Paracetamol tab 3x1 (k/p)
Pukul 12.00 IVFD Asering dinaikkan 105 cc/jam
Plan :
1. Pemeriksaan darah lengkap/24 jam
2. Pemeriksaan AT,HT,PP /12 jam
Oedem
- -
- -
Monitoring :
1. KUVS/6 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
B. Tanggal 10 Februari 2015 (DPH II)
S : demam (-), perdarahan aktif (-), BAB hitam seperti pasta
O : tampak sakit berat. somnolen, gizi kesan baik
Tanda vital : TD: 90/60 mmHg HR: 89x/menit
T: 38.10C RR: 68x/menit
Kepala : mesocephal
Mata : oedem palpebra (-/-), mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik(-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis(-), tonsil T1-T1
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : retraksi (+/+)
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : redup/redup
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan ronki basah
halus(+/+)
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : pekak alih (+)
Pekak sisi (+)
Tes undulasi (+)
Palpasi : distended, hepar teraba mengalami pembesaran, turgor
kulit kembali cepat
Ekstremitas :
Akral Dingin
- -
- -
Capillary refill time< 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Petekie (+), ekimosis (-)
Oedem
- -
- -
Lab darah:
5 Feb Satuan Rujukan
Hct 38.5 % 37 – 47
Protein plasma 5 g/dl 6-8
AT 34 .103/Ul 150 – 450
Hemoglobin 44.3 g/dl 11.5-12.5
Assesment :
1. DBD Grade II
2. melena
Terapi :
1. IVFD Asering 45 cc/jam
2. Tranfusi Trombosit 4 Unit
3. Extra Furosemid 10 mg
4. Pasang NGT
5. Inj. Atrain 200 mg/8jam
6. Inj. Transamin 3x150 mg
7. Spooling /8 jam
Plan :
1. Pemeriksaan darah lengkap/24 jam
2. Pemeriksan AT,HT,PP /12 Jam
Monitoring :
1. KUVS/2 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
0
C. Tanggal 11 Februari 2015 (DPH III)
S : demam (-), perdarahan aktif (-), BAB hitam seperti pasta
O : tampak sakit berat. somnolen, gizi kesan baik
Tanda vital : TD: 90/60 mmHg HR: 112x/menit
T: 38.10C RR: 56x/menit
Kepala : mesocephal
Mata : oedem palpebra (-/-), mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik(-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis(-), tonsil T1-T1
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : retraksi (+/+)
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : redup/redup
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan ronki basah
halus(+/+)
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : pekak alih (+)
Pekak sisi (+)
Tes undulasi (+)
1
Palpasi : distended (56,5 cm), hepar teraba mengalami pembesaran,
turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas :
Akral Dingin
- -
- -
Capillary refill time< 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Petekie (+), ekimosis (-)
Lab darah:
5 Feb Satuan Rujukan
Hct 32 % 37 – 47
Protein plasma 4.2 g/dl 6-8
AT 46 .103/Ul 150 – 450
Assesment :
1. DHF Grade II
Terapi :
1. IVFD Asering 45 cc/jam
2. Inj. Atrain 200 mg/8jam
3. Inj. Transamin 3x150 mg
4. Spooling /8 jam
5. Chloramfenicol 3x300 mg
6. Metronidazol 3x100 mg
7. Sukralfat 3x150 mg
Plan :
1. Pemeriksaan darah lengkap/24 jam
2. Pemeriksan AT,HT,PP /12 Jam
Oedem
- -
- -
2
Monitoring :
1. KUVS/8 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
D. Tanggal 12 Februari 2015 (DPH IV)
S : demam (-), perdarahan aktif (-), BAB sudah tidak hitam
O : tampak sakit sedang, compos mentis, gizi kesan baik
Tanda vital : TD: 90/60 mmHg HR: 130x/menit
T: 36.40C RR: 58x/menit
Kepala : mesocephal
Mata : oedem palpebra (-/-), mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik(-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis(-), tonsil T1-T1
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : retraksi (+/+)
Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : redup/redup
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan ronki basah
halus(+/+)
3
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : pekak alih (+)
Pekak sisi (+)
Tes undulasi (+)
Palpasi : distended (lingkar perut 54.5cm), hepar teraba mengalami
pembesaran, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas :
Akral Dingin
- -
- -
Capillary refill time< 2 detik, Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Petekie, ekimosis (-)
Lab darah:
5 Feb Satuan Rujukan
Hct 32.7 % 37 – 47
Protein plasma 5.2 g/dl 6-8
AT 55 .103/Ul 150 – 450
Assesment :
1. DHF Grade II
Terapi :
1. IVFD Asering 45 cc/jam
2. Inj. Cefotaxime 3x300 mg
3. Inj. Ranitidin ½ amp /12 jam
4. Extra Furosemid 10 mg
Oedem
- -
- -
4
5. Inj. Atrain 200 mg/8jam
6. Inj. Transamin 3x150 mg
7. Paracetamol tab 3x1
8. Spooling /8 jam
9. O2 canal nasal 5 lpm
10. Aff NGT
Plan :
1. Pemeriksaan darah lengkap/24 jam
2. Pemeriksan AT,HT,PP /12 Jam
Monitoring :
1. KUVS/12 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
BAB II
5
ANALISIS KASUS
Diagnosis DBD pada kasus ini ditegakkan pada hari ke 5 febris,
berdasarkan :
a. Kriteria klinis :
1. Demam terus menerus selama 4 hari (kriteria demam 2-7 hari)
2. Adanya tanda-tanda perdarahan : terdapat tanda perdarahan, yaitu adanya
keluhan bintik-bintik merah ditangan.
3. Hepatomegali
b. Kriteria laboratoris :
Terdapat penurunan trombosit
Kami setuju dengan dimasukkannya diagnosis kerja sebagai DBD derajat II.
Hal ini berdasarkan anamnese yaitu demam 4 hari, dari pemeriksaan fisik
terdapat adanya tanda perdarahan spontan yaitu bintik-bintik merah ditangan
(+), dan terdapat hepatomegali serta dari pemeriksaan laboratorium didapatkan
penurunan jumlah trombosit, yaitu dibawah 100.000.
Dari hasil anamnese, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, maka
penyakit pasien ini dimasukkan kedalam DBD derajat II.
Kami setuju dengan penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberi infus asering
7 cc/kgBB/jam pada perawatan hari pertama di rumah sakit karena untuk
mengatasi hemokonsentrasi. Dari hasil perhitungan berdasarkan berat badan 15
kg, maka jumlah tetesan cairan asering adalah 105cc/jam. Hal ini sesuai dengan
prosedur penatalaksanaan kasus DBD derajat II, yaitu pemberian cairan 6-7
cc/kg/hari. Cairan yang diberikan adalah cairan isotonis yaitu asering. RL juga
dapat diberikan namun karena laktat dimetabolisme di hati maka akan
memperberat kerja hati. Oleh karena itu asering yang tidak mengandung laktat
dipilih dalam kasus ini. Karena klinis pasien membaik, nilai hematokrit menurun,
maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5 cc/kg/hari. Pada hari ketiga trombosit
pasien turun, nafas pasien semakin cepat,dinding dada terjadi lebih retraksi dari
biasanya, dan perut pasien lebih distended dari biasanya. Pada pemeriksaan
perkusi dinding dada didapatkan redup dan auskultasi didapatkan ronki basah
6
halus. Sedangkan pada pemeriksaan abdomen didapatkan pekak alih, pekak sisi,
dan tes undulasi positif. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ekstravasasi
cairan ke dalam cavum pleura dan cavum peritoneum akibat perembesan plasma.
Untuk menangani kasus ini maka diberikan furosemide kepada pasien untuk
mengurangi kelebihan cairan yang ada ditubuh pasien.. Untuk mengatasi
penurunan trombosit dilakukan tranfusi trombosit pada pasien. Tetapi tubuh
pasien bereaksi terhadap pemberian trombosit tersebut, suhu meningkat, pasien
menjadi somnolen keungkinan disebabkan karena peningkatan suhu terssebut,
maka tranfusi trombosit di stop. Pada pasien juga terdapat melena pada BAB
malam menunjukkan kemungkinan terjadi perdarahan pada saluran cerna. Untuk
itu pada pasien dipasang NGT untuk membantu spooling, membantu
mengeluarkan darah dari tubuh pasien. selanjutnya terjadi perbaikan Keadaan
umum pasien, jumlah cairan yang diberikan 3 cc/kg/hari. Pada DPH selanjutnya
di monitoring terus keadaan umum pasien, Vital sign dan hasil labnya.
Jumlah kalori yang dibutuhkan berdasarkan umur adalalah 47 kal/kgBB/hari,
sehingga jumlah kalori yang dibutuhkan dalam sehari adalah 1500 kal/hari.
Paracetamol diberikan sebagai antipiretik dengan dosis pemberian 10-
15mg/kgBB/kali. Pada pasien ini juga diberikan sukralfat untuk melindungi
mukosa lambung dengan melapisi. Sedangkan ranitidine sebagai antihistamin
yang mencegah H2 sehingga tidak terjadi HCl (asam lambung).
BAB III
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi virus yang
menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan dan
berpotensi menimbulkan renjatan yang dapat menimbulkan kematian.1
Demam berdarah dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) adalah
penyakit yang terdapat pada anak dan pada dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari
pertama. Uji tourniquet akan positif dengan atau tanpa ruam disertai
beberapa atau semua tanda perdarahan.2
B. Epidemologi
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
masih menimbulkan masalah kesehatan di negara berkembang khususnya
Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka morbiditas
dan mortalitas.3
Penyakit ini terdapat di daerah tropis, terutama di negara ASEAN
dan pasifik barat. Penyakit ini disebabkan oleh penyakit dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk
Aedes yaitu Aedes aegypty dan Aedes albopictus.3
Secara nasional, insiden DBD pernah dilaporkan selama tahun 1973
(10.189 kasus) dan tahun 1977 (8141 kasus), jumlah DBD yang
mengalami renjatan berkisar antara 25-65%.3
Sejak tahun 1993-1997 sebagian besar penderita DBD pada kelompok
usia > 15 tahun.4
C. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk group B Arthropod borne virus (arbo virus) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae.4
8
Setidaknya ada 4 tipe virus Dengue yang berbeda yang telah
diisolasi dari penderita demam berdarah.5 Keempat jenis tersebut adalah :
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, sedang di Indonesia di dominasi oleh
DEN-3 tapi akhir-akhir ini juga didominasi DEN-2.3
Virus dengue ditularkan kepada manusia gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa
spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini tapi merupakan vector
yang kurang berperan.4
D. Patogenesis
Menurut sejarah perkembangan patogenesis DBD dalam kurun
waktu 100 tahun ini, dapat dibagi dua kelompok besar teori patogenesis
yaitu :
1. Teori virulensi virus
Teori ini mengatakan seseorang akan terkena virus dengue dan
menjadi sakit kalau jumlah dan virulensi cukup kuat.4 Keempat serotipe
virus mempunyai potensi patogen yang sama dan syok sindrom terjadi
sebagai akibat serotipe virus yang paling virulen.2
2. Teori imunopatologi (The Secondary Heterologous Dengue Infection
Hypothesis)
Teori ini mengatakan DBD dapat terjadi apabila seseorang yang
telah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali, mendapat infeksi
ulangan dengan tipe virus dengue tipe yang berlainan. Akibat infeksi
kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seseorang penderita dengan
kadar antibodi anti dengue rendah maka respon antibodi anamnestik
yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
transformasi limfosit sistem imun dengan menghasilkan titer antibodi
IgG anti dengue. Selain itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limfosit yang bertranformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam
jumlah yang banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya
9
komplek antigen antibodi (komplek virus-antibodi) yang selanjutnya
akan:
a. Merngaktifasi system komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat
aktivasi C3 dan C5 menyebabkan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endothel
dinding itu. Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan
menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir
dengan kematian.
b. Dengan terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah
maka akan mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan
mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh system RE
sehingga berakibat terjadinya trombositopenia hebat dan pendarahan.
Disamping itu, trombosit yang mengalami metamorfosis akan
melepaskan faktor trombosit 3 yang dapat mengaktivasi sistem
koagulasi.
c. Aktivasi faktor hageman (Faktor XII) yang selanjutnya juga
mengaktivasi sistem koagulasi sehingga berakibat terjadinya
pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses ini maka
plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada
pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin
degradation Product (FDP).3
Secara skematis dapat dilihat pada gambar terlampir
3. Manifestasi Klinik
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus dengue juga
merupakan suatu self limiting infecting disease yang akan berakhir sekitar
2-7 hari.3
Gambaran Klinis yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Panas
Panas biasanya langsung tinggi dan terus menerus dengan sebab yang
tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap pemberian anti piretik
10
(mungkin hanya turun sedikit kemudian naik kembali). Panas ini
biasanya berlangsung 2-7 hari. Bila tidak disertai syok maka panas akan
turun dan penderita sembuh sendiri..3
2. Tanda Pendarahan
a. Pendarahan karena manipulasi
Uji torniket / rumple leed test yaitu dengan mempertahankan manset
tensimeter selama 5 menit, kemudian dilihat apakah timbul petekie
atau tidak di daerah volar lengan bawah.3 Sekarang ini banyak dianut
RL (+) bila dalam 1 inchi persegi petekie berjumlah > 10 bukan 20
seperti sebelum tahun 1975.6
b. Pendarahan spontan
Petekie
Pendarahan gusi
Epistaksis
Hematemesis dan melena
3. Pembesaran hepar
Untuk gambaran laboratories biasanya kelainan hematologis yang
paling sering adalah kenaikan hematokrit 20% atau lebih melebihi nilai
hematokrit penyembuhan, trombositopenia, leukositosis ringan,
perpanjangan waktu pendarahan dan penurunan kadar protrombin.
Kadar fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk pecahan
fibrin naik.5ss
Patogenesis DBD menurut The Secondary Heterologous Dengue Infection
Hypothesis
11
Sumber :Hendarwanto, 1996
4. Diagnosis
12
Untuk menegakkan diagnosis DBD didasarkan pada Kriteria menurut
WHO (1997),yaitu :
a) Kriteria Klinis
1. Panas tinggi mendadak, terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
yang jelas (tipe demam bifasik)
2. Manifestasi perdarahan
Uji Turniquet (+)
Petechie, ekhimosis, purpura
Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis dan atau melena
3. Hepatomegali
4. Kegagaln sirkulasi (syok) yang ditandai dengan
Nadi cepat dan lemah
Penurunan tekanan darah
Akral dingin
Kulit lembab
Pasien tampak gelisah
b) Kriteria Laboratoris
1. Trombositopenia (AT<100.000/ul)
2. Hemokonsentrasi ditandai dengan nilai hematokrit lebih dari atau
sama dengan 20% dibandingkan dengan masa konvalesen yang
dibandingkan dengan nilai Hct sesuai umur, jenis kelamin dari
populasi.
Diagnosis DBD ditegakkan minimal 2 kriteria klinis dan 1 kriteria
laboratoris (hemokonsentrasi). Demam merupakan gejala yang harus
ada.1
Mengingat derajat beratnya penyakit yang bervariasi dan sangat erat
kaitannya dengan pengelolaan dan prognosis maka WHO (1997)
membagi DBD dalam derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu:
13
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu – satunya
manifestasi peradarahan adalah uji turniquet (+)
Derajat II :Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain
Derajat III : Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi
cepat dan lemah , tekanan nadi menurun ( < 20 mm Hg) /
hipotensi (tekanan sistolik < 80 mmHg) disertai kulit yang
dingin, lembab dan penderita gelisah.
Derajat IV : Derajat IV ditambah renjataqn berat dengan nadi yang
tidak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur, dapat
disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis dan
asidosis.1
5. Komplikasi yang harus diwaspadai
Sepsis, enchepalopati, gagal jantung, gagal paru, gagal ginjal, DIC.
6. Penatalaksanan
Terdapat 5 hal yang harus dievaluasi yaitu keadaan umum, renjatan
kebocoran cairan,perdarahan terutama perdarahan gastrointestinal dan
komplikasi.
Pada dasarnya terapi DBD bersifat supportif yang mengatasi kehilangan
cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat
perdarahan.
Adapun penatalaksanan DBD menurut derajatnya adalah sebagai berikut :
PENATALAKSANAAN KASUS TERSANGKA
DEMAM BERDARAH DENGUE DBD (Bagian I)
14
PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAT I
(Bagan 2)
15
(Anonim, 2000)
PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAT II
(Bagan 3)
16
PENATALAKSANAAN KASUS SSD ATAU DERAJAT III DAN IV
(Bagan 4)
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2000. Protap Ilmu Kesehatan Anak, FK UNS. Surakarta
18
2. Hendarwanto, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam I, Penerbit FK UI. Jakarta
3. Rampengan, T.H., 1997 Demam berdarah Degue. Penyakti Infeksi Troppik
Pada Anak. EGC. Jakarta
4. Sri Rejeki, 2004. Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap. Pelatihan Bagi
Pelatihan Dokter Spesiallis anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
tatalaksana Kasus DBD. Penerbit FK UI. Jakarta.
5.Behrem RE, kliegman RM, 1992. Nelson Texbook of Pediatrics.WB
sauders.Philadelpia.
6. Rustam, S., 2004. Diagnosis dan Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
(DBD), Bagian Anak FK UNS/RSUD Dr. Moewardi. Surakarta.
19