Upload
dinaalmaidaniyyah
View
942
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1. ASUHAN KEPERAWATAN
SIROSIS HEPATIS
1. DEFENISI
Sirosis adalah radang pada hati (liver) yang disebabkan oleh jangkitan virus.
Sirosis hepatis ditandai oleh adanya radang difus yang menahun pada hati, diikuti
dengan jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan
dalam susunan parenchim hati.
2. KLASIFIKASI
Ada 3 tipe atau pembentukan perut dalam hati yaitu :
1. Sirosis portal (alkoholik adultrisional)
Dimana saringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirhosis ini
paling sering disebabkan alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirnosis yang
paling sering ditemukan.
2. Sirosis polscanekrotik
Dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sehingga akibat lanjut dan
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis Burer
Dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar empedu, tipe ini
biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis & infeksi.
3. ETIOLOGI
Penyakit yang di duga dapat menyebabkan sirnosis hati antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Penyakit Wilson
5. Hemokramatosis
6. Zat toksik
7. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica.
1
4. PATOFISIOLOGI
Nutrisi tdk seimbang Alkohol Obat-obatan seperti paracetamol Virus hepatitis
Nekrosis pada sel-sel hati
Sel-sel hati yang dilakukan secara berangsur-angsurDiganti oleh jaringan parut
Penurunan metabolisme lemak & Mengaktifkan ADH & Bendungan vena portalprotein anti diuretic
Retensi Na & air Perdarahan esophagus
- kelemahan Penumpukan cairan intra muntah darah - penurunan BB abdomen - mual- anoreksia
- Ascites Resiko terjadinya- Edema perifer Hemoragie
pola nafas tdk efektif
Perubahan nutrisi kurang dari Gangguan kelebihan volume cairan kebutuhan tubuh
kerusakan integritas kulit
2
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala :
Rasa lelah
Demam
Diare
Mual
Nyeri perut
Mata kuning dan hilangnya nafsu makan
Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi
hepatitis A kebal terhadap penyakit tersebut.
2. Hepatitis B
Gejala mirip dengan hepatitis A yaitu :
Hilangnya nafsu makan
Mual
Muntah
Rasa lelah
Mata kuning
Muntah dan demam
Tanda - tanda dari kesan dari pada sirosis hepatis adalah :
1. Rasa lemah badan
2. Hilangnya selera makan
3. Pening dan muntah
4. Hati membengkak
5. Badan gatal disebabkan penumpukan bile di dalam hati.
6. Joudice atau kuning pada bagian kulit dan putih mata
7. Air kencing/urine gelap, fases menjadi cerah
8. Pembentukan batu karang karena kekurangan bile didalam good bladder
9. Air berkumpul di dalam perut ascites
3
10. Oedem di kaki
11. Mudah terjadi bengkak dan perdarahan
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Bisa dijumpai Hb rendah. Anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer atau hipokrom makrositer.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase/SGOT, SGPT akibat kebocoran dari
sel yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel yang kurang, penurunan kadar albumin dan peningkatan
kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya tahan hati.
d. Pemeriksaan CHE (colinestrase) penting dalam penilaian kemampuan sel
hati. Bila terjadi kerusakan sel hati maka kadar CHE akan menurun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
f. Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya penurunan
fungsi hati.
g. Peningkatan KGD pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
kemampuan sel hati membentuk glikogen.
2. Pemeriksaan jasmani
a. Hati
Biasa hati membesar pada awal sirosis N =7-10 cm, pada sirosis hati
konsistensi hati biasanya kenyal, pinggir hati biasanya tumpul dan ada sakit
tekan pada perabaan hati.
b. Limfa
Pembesaran limpa diukur dengan 2 cara :
- Schuffner : hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S1 -
IV) dan umbilicus sias kanan (SV - VIII).
- Hacket, bila limfa membesar ke arah bawah saja (H I - V)
4
c. Perut dan extra abdomen
Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asites.
3. Pemeriksaan Penunjang lain :
a. Radiologi
Dengan barium swallau dapat dilihat adanya varises esophagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
b. Esofagoskopi
Dapat melihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis hepatis.
c. Ultrasonografi
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan
hati dan hipertensi portal.
1. Istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak secukupnya.
2. Untuk menghambat perkembangan kologenik dapat diberikan D- pemellamine
dan colchicines.
3. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
4. Untuk asites diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5 l/hr.
Spironolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari dinaikkan sampai 800
ml sehari.
5. Bila terjadi perdarahan varises esophagus dilakukan pemasangan NGT untuk
mengetahui apakah perdarahan terjadi dari saluran cerna.
Bila perdarahan banyak lakukan pemberian IVFD dengan pemberian
dextrose/salin dan transfusi darah secukupnya. Berikan vasopresin 2 amp 0,19
dalam 500 cc cairan D 5%.
6. Operasi pintas dilakukan pada chnd AB atau dilakukan transeksi esofagus.
5
8. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lemah
Tanda : Latergi, penurunan massa otot/tonus.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat gak, perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker,
distrimia, bunyi jantung ekstra (33.54).
3. Eliminasi
Gejala : Flatus
Tanda : Distensi abdomen (Hepatomegali, spienomegali, asites),
penurunan/tidak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena,
urine gelap, pekat.
4. Makanan / cairan
Gejala : Anorexia, tidak toleran terhadap makanan / terdapat mencerna,
mual/muntah.
Tanda : Penurunan BB/peningkatan cairan, penggunaan jaringan, edema
umum pada jaringan, kulit kering, turgor buruk, ikterik, nafas berbau,
perdarahan gusi.
5. Neuro sensori
Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan
mental.
Tanda : Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/tidak
jelas.
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas, pruritas, neuritis
periper.
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
7. Pernafasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru
terbatas, hipoksia.
6
8. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam, ikterik, ekimosis, perakie, angioma spider, eritema palmar.
9. Seksualitas
Gejala : Gangguan menstruasi, impotensi.
Tanda : Atrofi testis, kehilangan rambut.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang/penyalahgunaan, penyakit
hati, alkoholik, riwayat penyakit empedu, hepatitis, penggunaan obat
yang mempengaruhi fungsi hati.
Pertimbangan
Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan bantuan dengan tugas perawatan/
pengaturan rumah.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diet yang tidak adekuat, gangguan
metabolisme makanan, intake yang kurang d/d penurunan berat badan,
perubahan bunyi dan fungsi usus, tonus otot buruk.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan BB progresif, dengan nilai laboratorium normal.
- Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
INTERVENSI RASIONAL » Ukur masukan diet harian dengan
jumlah kalori» Bandingkan perubahan status cairan,
riwayat BB, ukuran kulit trisep.
» Bantu pasien untuk makan, jelaskan tipe diet. Beri pasien makan bila mudah lelah, pertimbangkan pilihan makanan yang disukai.
» Anjurkan pasien untuk makan-makanan tambahan missal : susu, roti.
» Beri pasien makan sedikit tapi
» Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan defisiensi.
» Lipatan trisep berguna dalam mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan.
» Diet yang tepat penting untuk penyembuhan bila keluarga terlibat dan makanan yang disukai mungkin makan lebih baik.
» Pasien mungkin hanya makan sedikit karena kehilangan minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan umum, malaise.
» Buruknya toleransi terhadap makan
7
sering
» Berikan tambahan garam bila diizinkan, hindari yang mengandung ammonium.
» Batasi masukan kafein, makanan yang menghaisilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin.
» Berikan makanan lunak, hindari makanan keras sesuai indikasi
» Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
» Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan, khususnya sebelum makan.
» Anjurkan untuk menghentikan merokok.
Kolaborasi » Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh : Glukosa serum, albumim, total protein.
» Pertahankan status puasa bila diindikasikan.
» Berikan makanan dengan selang, hipereimentasi, lipid sesuai indikasi
» Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi dalam kalori dan karbohidrat sederhana rendah
banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
» Tambahan garam meningkatkan rasa makanan dan membantu meningkatkan selera makan : Amonia potensial resiko ensetalopan.
» Menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen yang dapat menganggu pemasukan oral/pencernaan.
» Pasien cenderung mengalami perdarahan dari varises esophagus dapat terjadi pada sirosis berat.
» Pasien cendrung mengalami luka dan perdarahan gusi dan rasa tidak enak pada mulut dimana menambah anorexia.
» Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan metabolic pada hati dan meningkatkan regenerasi seluler.
» Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan resiko iritasi/perdarahan.
» Glukosa menurun menurun karena gangguan glikogenesis, penurunan penyimpanan glikogen atau masukan tak adequate, protein menurun karena gangguan metabolisme, penurunan sistem hepatic atau kehilangan kerongga peritoneum, peningkatan kadar ammonia perlu pembatasan masukan protein untuk mencegah komplikasi serius.
» Pada awalnya pengistirahatan GI diperlukan untuk menurunkan kebutuhan pada hati dan produksi ammonia/urea GI.
» Mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu mual atau anorexia untuk makan atau varices esophagus mempengaruhi masukan oral.
» Makanan tinggi kalori di butuhkan pada kebanyakan pasien yang pemasukannya dibatasi, karbohidrat
8
lemak dan tinggi protein.
» Berikan obat sesuai indikasi
memberikan energi yang siap pakai, lemak diserap dengan buruk karena disfungsi hati dan mungkin memperberat ketidaknyamanan abdomen, protein diperlukan untuk perbaikan kadar protein serum untuk menurunkan edema dan untuk meningkatkan regenerasi sel hati.
» Pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet yang buruk sebelumnya.
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
intake cairan d/d edema, peningkatan berat badan, pemasukan lebih besar
dari pengeluaran, oliguria, perubahan TD, reflek hepatoaugular positif,
gangguan elektrolit, perubahan status mental.
Tujuan : Keseimbangan volume cairan tubuh pasien dapat dicapai
Kriteria hasil :
- Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan
pengeluaran.
- Berat badan stabil
- Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.
INTERVENSI RASIONAL » Ukur masukan dan haluaran,
timbang BB tiap hari dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari.
» Awasi TD dan CVP catat JVD/distensi vena
» Auskultasi paru, catat penurunan/tak adanya bunyi nafas dan terjadinya bunyi tambahan contoh krekeis.
» Awasi distrimia jantung, auskultasi bunyi jantung, catat terjadinya irama gallop S3/S4
» Kaji derajat perifer/edema dependen.
» Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya perpindahan cairan dan respon terhadap terapi.
» Peningkatan TD biasanya ber-hubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler, distensi jugular eksternal berhubungan dengan kongesti vaskuler.
» Peningkatan kongesti pulmonal dapat meningkatkan konsolidasi, gangguan pertukaran gas dan komplikasi.
» Mungkin disebabkan oleh gejala, penurunan perfusi arteri koroner dan ketidakseimbangan elektrolit.
» Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin dan
9
» Ukur lingkar abdomen
» Anjurkan pasien untuk turah baring bila ada asites.
» Berikan perawatan mulut sering, kadang-kadang beri es batu (bila puasa).Kolaborasi
» Awasi albumin serum dan elektrolit khususnya kalium dan natrium.
» Awasi seri foto dada
» Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
» Berikan albumin bebas garam/plasma ekspander sesuai indikasi
» Berikan obat sesuai indikasi» Diuretik
penurunan ADH.» Menunjukkan akumulasi cairan
(asites) diakibatkan oleh kehilangan protein plasma/cairan kedalam area peritoneal.
» Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.
» Menurunkan rasa halus
» Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
» Kongesti vaskuler, edema paru dan efusi pleuru sering terjadi.
» Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler, pembatasan cairan untuk memperbaiki pengenceran hiponatremia.
» Albumin mungkin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam kompertemen vaskuler sehingga meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan terjadinya asites.
» Diberikan/digunakan dengan perhatian untuk mengontrol edema dan asites, menghambat efek aldosteron, meningkatkan eksresi air sambil menghemat kalium.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d gangguan sirkulasi,
akumulasi garam empedu pada kulit, turgor kulit buruk, penonjolan
tulang, edema, asites
Kriteria hasil :
- Mempertahankan integritas kulit
- Mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan prilaku/teknik untuk
mencegah kerusakan kulit
10
INTERVENSI RASIONAL » Lihat permukaan kulit/titik tekanan
secara rutin, pijat penonjolan tulang atau area yang tertekan terus-menerus, gunakan losion minyak : batasi penggunaan sabun untuk mandi
» Ubah posisi pada jadwal teratur, saat di kursi/tempat tidur : Bantu dengan latihan rentang gerak aktif/pasif.
» Tinggikan eksremitas bawah
» Pertahankan seprey kering dan bebas lipatan
» Gunting kuku jari hingga pendek : berikan sarung tangan bila di indikaisikan
» Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi.
» Berikan kasur bertekanan tertentu, kasur karton telur, kasur air, kulit domba, sesuai indikasi
» Edema jaringan lebih cendrung untuk mengalami kerusakan dan terbentuk dekubitus. Asites dapat meregangkan kulit sampai pada titik robekan pada sirosis berat
» Pengubahan posisi menurunkan tekanan pada saringan edema untuk memperbaiki sirkulasi, latihan meningkatkan sirkulasi dan perbaikan/mempertahankan mobilitas sendi
» Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan edema pada ekstremitas.
» Kelembaban meningkatkan pruritas dan meningkatkan resiko kerusakan kulit
» Mencegah pasien dari cedera tambahan pada kulit khususnya bila tidur
» Mencegah ekskoriasi kulit dari garam empedu
» Menurunkan tekanan kulit, meningkatkan sirkulasi dan menurunkan resiko iskemia (kerusakan jaringan)
4. Resiko tinggi terhadap pola nafas tidak efektif b/d pengumpulan cairan
intra abdomen (asites), penurunan ekspansi paru akumulasi secret
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan pernafasan yang efektif
Kriteria hasil :
- Mempertahankan pola pernafasan efektif, bebas dispnea dan sianosis,
dengan nilai GDA dan kapasitas vital dalam rentang normal.
INTERVENSI RASIONAL» Awasi frekwensi, kedalaman, dan
upaya pernafasan
» Auskultasi bunyi nafas, catat krekeis, meni, ronki.
» Pernafasan dangkat cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen.
» Menunjukkan terjadinya komplikasi contoh adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan,
11
» Selidiki perubahan tingkat kesadaran
» Pertahankan kepala tempat tidur tinggi posisi miring.
» Ubah posisi dengan sering: anjurkan nafas dalam, latihan dan batuk.
» Awasi suhu, catat adanya meninggil, meningkatkan batuk, perubahan warna/karakter sputumKolaborasi
» Awasi seri GDA, nadi oksimetri, ukur kapasitas vital, foto dada
» Berikan tambahan 02 sesuai indikasi
» Bantu dengan alat-alat pernafasan contoh : spirometri intensif, tiupan botol
meningkatkan resiko infeksi.» Perubahan mental dapat me-
nunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan yang sering disertai koma hepatik
» Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan menimbulkan ukuran aspirasi sekret
» Memantau timbulnya infeksi, contoh: pneumonia
» Menyatakan perubahan status pernafasan, terjadinya komplikasi paru
» Mungkin perlu untuk mengobati/ mencegah hipoksia. Bila pernafasan tidak adequate, ventilasi mekanik sesuai indikasi/ kebutuhan.
» Menurunkan insiden atelektosis, meningkatkan mobilitas secret
5. Resiko tinggi terhadap hemogragi b/d gangguan pembentukan faktor
pembekuan darah (protrombin, fibrinogen, faktor VIII, XI, X, gangguan
absorbsi vitamin K dan pengeluaran tromboplastin)
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan haemostasis dengan tanpa
perdarahan
Kriteria hasil :
- Mempertahankan homeostatis dengan tanpa perdarahan
- Menunjukkan prilaku penurunan resiko perdarahan
INTERVENSI RASIONAL » Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-
gejala erdarahan GI observasi warna dan konsistensi feses, drainase NG atau muntah
» Observasi adanya petakle, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber
» Awasi TD, nadi, CVP bila ada
» Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak dan gangguan dalam hemostosis karena sirosis
» K/D subkutan dapat terjadi sekunder terhadap gangguan faktpr pembekuan
» Peningkatan nadi dengan penurunan TD & Cup dapat menunjukkan
12
» Catat perubahan mental/tingkat kesadaran
» Hindari pengukuran suhu rectal : hati-hati memasukkan selang Gl
» Anjurkan menggunakan sikat gigi halus, pencukur elektrik, hindari mengejan saat defekasi, meniupkan hidung dengan kuat dan sebagainya
» Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih lama pada bekas suntikan
» Hindarkan penggunaan produk yang mengandung aspirin
Kolaborasi :» Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan
» Beri obat sesuai indikasi- Vitamin tambahan contoh : K, D &
C. - Pelunak feces.
» Berikan lavase gaster dengan cairan garam faal bersuhu kamar.
» Bantu dalam memasukkan/ mem-pertahankan selang Gl
kehilangan volume darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut
» Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipovotemia, hipoksemia
» Rektal dan vena esophageal paling rentan untuk robek
» Pada awalnya gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan mukosa
» Meminimalkan kerusakan jaringan, menurunkan resiko perdarahan/ hematoma.
» Koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko perdarahan
» Indikator anemia, perdarahan aktif atau terjadinya komplikasi
» Meningkatkan sintesis protombin dan koagulan bila hati berfungsi.
» Mencegah mengejan yang akhirnya meningkatkan tekanan intraabdomen dan resiko robekan perdarahan.
» Evakulasi darah dan traktus Gl menurunkan produksi ammonia dan resiko ansepalopah hepatik
» Sementara mengontrol perdarahan varises edofagus bila kontrol yang lain tak mampu dan stabilitas hemodinamik tak dapat ditingkatkan
6. Kurang pengetahuan pasien dan keluarga tetang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan dan perawatan pasien b/d kurang informasi,
kesalahan interpretasi, ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber informasi
Tujuan : Pasien dan keluarga mengutarakan pemahamannya tentang
kondisi, prognosis, pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan
oleh pasien
Kriteria hasil :
- Klien menyatakan mengerti tentang kondisi penyakitnya
- Klien tenang dengan ekspresi wajah yang rileks
13
INTERVENSI RASIONAL» Kaji ulang proses penyakit/prognosis
harapan yang akan datang
» Tekankan pentingnya menghindari alkohol. Berikan informasi tentang pelayanan masyarakat yang ada untuk membantu dalam rehabilitas alkohol sesuai indikasi
» Informasikan pasien tentang efek gangguan karena obat pada sitosis dan pentingnya penggunaan obat hanya yang diresepkan atau dijelaskan oleh dokter yang mengenal riwayat pasien
» Kaji ulang prosedur untuk mempertahankan fungsi pisau peritoneovena
» Tekankan pentingnya nutrisi yang baik anjurkan menghidari bawang dan keju padat, berikan intruksi diet khusus
» Tekankan perlunya mengevaluasi kesehatan dan mentaati program terpeutik
» Diskusikan pembatasan natrium dan garam serta perlunya membaca label makanan/obat yang dijual bebas
» Memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang dapat membuat pilihan informasi
» Alkohol menyebabkan terjadinya sitosis
» Beberapa obat bersifat hepatotoksik (khususnya narkotik, sedatif dan hipnotik ). Selain itu kerusakan hati telah menurunkan kemampuan metabolisme semua obat, potensi efek akumulasi atau meningkatnya kecenderungan perdarahan
» Pemasangan pirau Denver memerlukan pemompaan bilik untuk mempertahankan potensi alat. Pasien dengan pirau leveen dapat menggunakan pengikat abdomen atau melakukan gerakan valsalua untuk memepertahankan fungsi paru
» Pemeliharaan diet yang tepat dengan menghindari makanan tinggi amonia membantu perbaikan gejala dan membantu mencegah kerusakan hati. Instruksi tertulis akan membantu pasien sebagai rujukan dirumah
» Sifat penyakit kronis mempunyai potensial untuk komplikasi mengancam hidup. Memberikan kesempatan untuk evaluasi keefektifan program termasuk potensi pirau yang digunakan
» Meminimalkan asites dan pembentukan lema penggunaan berlebihan bahan tambahan mengakibatkan ketidak seimbangan elektrolit lain makanan pruduk yang dijual bebas/ pribadi (contoh antasida, beberapa pembersih mulut)
14
» Dorong menjadwalkan aktivitas dengan periode istrihat ade kuat
» Tingkatkan aktivitas hiburan yang dapat dinikmati pasien
» Anjurkan menghindari infeksi khususnya ISK
» Identifikasi bahaya lingkungan contoh karbon tetraklorida tipe pembersih, terpajan pada hepatitis
» Anjurkan pasien/orang terdekat melihat tanda/gejala yang perlu pemberitahuan pada pemberi perawatan. Contoh peningkatan lingkar abdomen penurunan/ peningkatan berat badan cepat ; peningkatan edema priver ; peningkatan dispenea ; demam ; darah pada feses atau urine
» Intruksi orang terdekat untuk memberitahu pemberi perawatan akan adanya bingung, tidak rapi, tidur berjalan, fremor, atau perubuahan kepribadian
dapat mengandung natrium tinggi atau alkohol
» Istirahat adekuat menurunkan kebutuhan metabolik tubuh dan meningkatkan simpangan energi untuk regenerasi jaringan
» Mencegah kebosanan dan meminimalkan ansietas dan depresi
» Penurunan pertahanan gangguan status nutrisi dan responsium (contoh leucopenia, dapat terjadi pada splenomegali) potensial risiko infeksi
» Dapat mencetus kekambuhan
» Pelaporan segera tentang gejala menurunkan resiko kerusakan hati lebih lanjut dan memberikan kesempatan untuk mengatasi komplikasi sebelum mengancam hidup
» Perubahan (menunjukan penyimpangan) dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien
15
16