27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti, Dusun Batu Pandang, Desa Sapit, Kecamatan Swela, Lombok Timur di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Lombok merupakan sebuah kegiatan seni dan budaya. Kegiatan itu muncul di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat Mataram, Lombok yang multikultur. Kehidupan masyarakat multikultur Mataram, Lombok dibentuk atas dasar pergulatan identitas yang diproduksi oleh kepentingan budaya wetu telu dan agama Islam. Dalam pergulatan identitas itu budaya wetu telu dikonstruksi dan direpresentasikan melalui berbagai cara yang bermakna, antara lain dalam bentuk pertunjukan wayang orang. Wayang orang sebagai simbol untuk menyampaikan pesan tentang nilai tradisi direkonstruksi dan direpresentasikan sebagai sebuah identitas. Wayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan ajaran agama antaretnis, sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Sasak. Sebagai bagian budaya wetu telu, pertunjukan wayang orang saat ini kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat Mataram, Lombok. Banyak warga masyarakat Mataram, Lombok tidak mengetahuai pertunjukan wayang orang secara pasti. 1

1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti, Dusun Batu Pandang, Desa

Sapit, Kecamatan Swela, Lombok Timur di Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD), Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram,

Lombok merupakan sebuah kegiatan seni dan budaya. Kegiatan itu muncul di

tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat Mataram, Lombok yang multikultur.

Kehidupan masyarakat multikultur Mataram, Lombok dibentuk atas

dasar pergulatan identitas yang diproduksi oleh kepentingan budaya wetu telu

dan agama Islam. Dalam pergulatan identitas itu budaya wetu telu dikonstruksi

dan direpresentasikan melalui berbagai cara yang bermakna, antara lain dalam

bentuk pertunjukan wayang orang. Wayang orang sebagai simbol untuk

menyampaikan pesan tentang nilai tradisi direkonstruksi dan direpresentasikan

sebagai sebuah identitas.

Wayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah

yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan ajaran

agama antaretnis, sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Sasak. Sebagai

bagian budaya wetu telu, pertunjukan wayang orang saat ini kurang mendapatkan

perhatian dari masyarakat Mataram, Lombok. Banyak warga masyarakat

Mataram, Lombok tidak mengetahuai pertunjukan wayang orang secara pasti.

1

Page 2: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

2

Beberapa orang Lombok yang pernah diwawancarai, seperti Mustahin

mahasiswa S-3 Kajian Budaya, Salman Alfarisi mahasiswa S-3 Kajian Budaya

dan seniman teater, Yuspianal dan Ayu Mulyasari mahasiswa ISI Denpasar

mengatakan tidak pernah mendengar bahwa di Lombok terdapat pertunjukan

wayang orang. Menurut mereka pertunjukan wayang kulit memang ada di

Lombok yang disebut dengan wayang menak. Informasi itu membuktikan

bahwa wayang orang dipinggirkan oleh kondisi sosial yang multietnis dan

pergulatan identitas. Untuk melestarikan wayang orang seniman, budayawan

dan pihak UPTD Taman Budaya Mataram, Lombok melakukan rekonstruksi

terhadap Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang, Lombok Timur.

Menurut Ulfi, nama Darma Kerti pada kesenian Wayang Orang

Dusun Batu Pandang digunakan karena cerita pokok yang sering dipentaskan

adalah kisah Prabu Darma Kerti (Wawancara, 10 Oktober, 2015). Wayang

Orang Darma Kerti, Dusun Batu Pandang itu dipilih untuk direkonstruksi

karena masih ada penari dan tokoh-tokoh yang dapat memberikan penjelasan

tentang cerita, bentuk pertunjukan, tari, dan kondisinya saat ini. Di Desa Sade,

Kecamatan Pujut, Lombok Tengah juga pernah ada wayang orang, tetapi saat

ini telah punah tanpa ada bekas yang dapat dijadikan petunjuk rekonstruksi

(Fathurrahman, 2009: 4).

Dari hasil pengamatan terhadap gejala hampir punahnya Wayang Orang

Darma Kerti Dusun Batu Pandang, dapat diketahui bahwa gamelannya telah di

gampil dalam sebuah ruangan dengan kondisi yang kurang dirawat. Penari-

penarinya kebanyakan mencari pekerjaan ke luar daerah, bahkan ke luar negeri

Page 3: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

3

sehingga sulit mencari penari. Generasi muda di Dusun Batu Pandang tidak ada

yang berkeinginan mempelajari wayang orang karena dialog-dialognya

berbahasa Jawa Kuno dianggap sulit untuk dipelajari. Mereka juga telah

dicekoki oleh pemikiran baru tentang ajaran Islam yang dianggap benar (syariah).

Ulfi, salah seorang penari Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu

Pandang juga mengatakan bahwa Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu

Pandang sudah tidak pernah pentas lagi sejak Amaq Marni meninggal pada tahun

2010. Akan tetapi, pentas gamelan masih dilakukan atas permintaan orang yang

mempunyai hajatan, hal itupun sangat jarang, paling banyak setahun sekali

(Wawancara, 10 Oktober 2015).

Menurut Ulfi, Amaq Marni sebagai pimpinan grup Kesenian Darma

Kerti Dusun Batu Pandang terus menerus mengajak para pendukung wayang

orang agar bersabar dan tetap mempertahankan seni wayang orang. Artinya terus

menerus mencari jalan agar dapat pentas dan memproleh perhatian dari

pemerintah. Ini dimaksudkan agar generasi muda tetap tertarik untuk

mempertahankan wayang orang (Wawancara, 10 Oktober 2015). Menurut

Kantun, prerjuangan Amaq Marni bersama dengan seniman dan budayawan

Mataram, Lombok agar wayang orang itu tetap dapat dilestarikan telah

mendorong munculnya program kegiatan UPTD Taman Budaya Mataram,

Lombok untuk melestarikan kesenian tradisional Sasak. Melalui program itu,

maka perjuangan seniman dan budayawan Sasak dapat diakomodasi agar

Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang direkonstruksi dan

dipentaskan pada 14 November 2009.

Page 4: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

4

Sumber cerita rekonstruksi wayang orang itu adalah Serat Menak,

sebuah karya sastra yang mengandung nilai agama Islam dan nilai lokal Sasak.

Salah satu lakon yang diambil dari Serat Menak adalah Jayengrana Merariq.

Lakon ini dipilih karena mengandung nilai agama, nilai estetik, dan nilai tradisi,

yang perlu diregenerasikan dan dilestarikan sebagai kearifan lokal (Faturrahman,

2009:6). Regenerasi dapat diartikan sebagai usaha untuk mempertahankan

wayang orang karena wayang orang mengimplementasikan ajaran agama Islam

dan nilai lokal Sasak, yang bersifat integratif.

Menurut Rusmadi, penggunaan kata wayang orang, dalam rekonstruksi

Wayang Orang Darma Kerti, Dusun Batu Pandang di UPTD Taman Budaya

Mataram, Lombok tidak berbeda dengan kata wayang wong. Akan tetapi,

dalam masyarakat Lombok pada umumnya istilah wong kurang lumrah karena

kata wong merupakan bahasa Jawa Kuno (Wawancara, 12 November 2013).

Dikatakan pula, bahwa kata wong hanya dikenal di lapisan dalang dan tokoh-

tokoh adat yang memiliki toleransi terhadap kebudayaan Jawa dan Bali yang

berkembang di Lombok.

Penggunaan kata orang dalam rekonstruksi wayang orang memberikan

kesan tersendiri tentang Sasak. Dikatakan demikian karena kata wong dalam

pertunjukan wayang wong di Jawa dan Bali menunjukan adanya kesan pengaruh

Majapahit. Di Dusun Batu Pandang, Desa Sapit, Kecamatan Swela, Lombok

Timur, juga disebut wayang wong, namun penonton sering menyebutnya

pertunjukan wayang orang. Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun

Page 5: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

5

Batu Pandang itu, dilihat dari gerak tarinya merupakan gerak-gerak wayang

sedangkan yang di stilirisasi, sedangkan musik pengiringnya adalah lelinyikan.

Menurut Kantun, lelinyikan berarti musik untuk menghibur yang tidak

terikat dengan jumlah instrument. Artinya, musik yang sangat sederhana dan

gending-gendingnya adalah tawaq-tawaq, bebatelan, dan tangkilan, (Wawancara,

9 Oktober 2015). Penggunaan sumber cerita Serat Menak sangat sesuai dengan

kondisi sosial masyarakat Mataram, Lombok yang mayoritas beragama Islam.

Menurut Kantun, serat menak di Mataram, Lombok ada dua jenis yaitu,

Serat Menak Bel dan Serat Menak Parigan. Serat Menak Bel adalah serat menak

yang telah dibukukan sehingga tokoh penting yang telah meninggal dapat hidup

kembali sesuai dengan alur lakon (misalnya: hanya dengan diperciki air atau

dengan mantra-mantra tokoh itu bisa hidup kembali). Serat Menak Parigan

adalah serat menak pokok dalam bentuk lontar, tokoh apa pun kalau sudah

meninggal dalam pertunjukan tidak dapat hidup lagi sesuai dengan alur lakon

(Wawancara, 9 Oktober 2015). Dalam hal ini wayang termasuk wayang orang

merupakan warisan budaya tak benda, memiliki nilai kemanusian yang sangat

mulia, dilihat dari sumber cerita yang digunakan.

Sebagai warisan budaya yang memiliki nilai kemanusiaan universal telah

diakui oleh dunia, sehingga wayang mendapatkan perlindungan dari United

Nations Educational, Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO) sebagai

warisan budaya tak benda yang ditetapkan pada 7 November 2003 (Matsuura,

2003). Perlindungan ini dilakukan oleh UNESCO supaya wayang dipelihara,

Page 6: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

6

dipertahankan, dan dikembangkan sebagai warisan budaya tak benda untuk

menjadi sumber moral dalam mengembangkan nilai kemanusiaan.

Perlindungan itu diharapkan dapat mendorong agar semangat seniman dan

budayawan Sasak untuk mempertahankan seni budaya lokal lebih besar,

terutama mereka yang ingin menjadikan budaya wetu telu sebagai identitas Sasak.

Semangat ini terhalang karena adanya pengaruh yang sangat kuat dari Islam

Waktu Lima sebagai Islam modern yang ingin menolak budaya wetu telu. Sebagai

wahana perjuangan untuk mempertahankan seni dan budaya Sasak muncullah

Majelis Adat Sasak (MAS). Menurut Prima, salah seorang pengurus MAS,

penolakan terhadap tradisi termasuk kesenian itu merupakan pengingkaran

terhadap sejarah perkembangan Islam di Lombok (Wawancara, 12 November,

2013).

Prima juga mengatakan bahwa membangkitkan budaya wetu telu untuk

berperan dalam percaturan global sangat penting. Pemikiran itu merangsang

kelompok agama Islam Sasak yang semula menolak kesenian tradisional mulai

menyadari bahwa membangkitkan seni dan budaya tradisional merupakan upaya

untuk membangun identitas Sasak (Wawancara, 12 November 2013). Tuan

Guru Haji (TGH) yang berasal dari kelompok Nahlatul Ulama (NU), Nahlatul

Wathan (NW), dan Muhamadyah, sudah mulai memberikan sumbangan

terhadap kebangkitan kesenian tradisional sejak tahun 2013.

Atas perjuangan masyarakat Sasak melalui MAS, yang didukung oleh

para seniman untuk mengingatkan pemerintah tentang pentingnya budaya

wetu telu dan sejarah penyebaran Islam ke Lombok, maka saat ini Gubernur

Page 7: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

7

NTB, Tuan Guru Haji (TGH) Muhamad Zainul Majdi, mulai membuat program

pembangunan Lombok berdasarkan visi, beriman, berbudaya, kreatif dan,

sejahtera. Melalui konsep berbudaya dan kreatif ini pemerintah mulai

mengulurkan tangan untuk melestarikan dan mengembangkan seni tradisi

termasuk wayang orang.

Berbagai jenis seni pertunjukan yang saat ini berkembang di Lombok,

khususnya di Mataram didominasi oleh seni pertunjukan Bali. Jenis-jenis

kesenian Bali tersebut adalah Tari Joged Bumbung, Tari Pendet, Tari

Candrametu, Tari Panji Semirang, Tari Mergepati, Tari Wiranata, Tari Kebyar

Duduk, Tari Oleg Temulilingan, Tari Legong Kraton, Tari Tenun, Tari Nelayan,

Tari Trunajaya, Sendratari, Topeng, Arja, Rejang, Sanghyang, dan yang lainnya.

Untuk mengimbangi berbagai jenis kesenian Bali yang ada, maka rekonstruksi

wayang orang menjadi sangat penting sebagai ciri khas Sasak supaya identitas

Sasak muncul di Mataram, Lombok.

Wayang orang, termasuk golongan seni pertunjukan drama dan tari

(Monografi NTB Jilid II, 1977:137), merupakan salah satu bentuk tradisi yang

tidak dibenarkan oleh firkoh-firkoh baru Islam untuk dipentaskan pada saat

perayaan agama Islam. Pandangan itu didasarkan atas pemahaman bahwa seni

pertunjukan tradisional Sasak merupakan warisan tradisi yang melekat dengan

budaya wetu telu, dan bernapaskan budaya Hindu. Warisan budaya Hindu yang

melekat pada budaya wetu telu tidak benar dikembangkan oleh orang yang

beragama Islam. Hal ini menunjukan adanya sentimen lokal dan konflik etnis di

Lombok semakin menguat, dan merupakan sumber pergulatan identitas.

Page 8: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

8

Pergulatan identitas telah dimulai sejak Gajah Mada mengirimkan

pasukannya untuk menaklukan Selepawis atau Selesuwung (artinya=Lombok)

pada tahun 1344. Melalui penaklukan itu telah tertanam nilai-nilai Majapahit

yang bersifat sinkeritisme Hindu dan Budha (Bunyamin, 2011:5). Selepawis atau

Selesuwung adalah bahasa Kawi yang digunakan oleh pengarang dengan

berpedoman pada bahasa Jawa Kuno. Menurut Anggawa, bahasa Kawi berbeda

dengan bahasa Jawa Kuna karena bahasa Kawi adalah bahasa komunikasi antar

wilayah di Nusantara sehingga merupakan bahasa campuran antara Jawa, Bali,

dan Sasak, sedangkan bahasa Jawa Kuno adalah bahasa yang digunakan oleh

masyarakat Jawa, pada jaman kejayaan kerajaan Hindu Jawa (Wawancara, 12

November 2013).

Kedatangan Islam ke Lombok pada sekitar abad XVI yang dibawa oleh

Sunan Giri dan Pangeran Sangupati telah menyebar luaskan nilai-nilai Islam.

Selain itu, masuknya usaha dagang Belada yaitu Verenigde Oost Indische

Compagnie (VOC) ke wilayah timur yaitu ke Makasar tahun 1633 menyebabkan

terjadinya perang antara VOC dan kerajaan Goa di Makasar. Perang antara VOC

dan Makasar berimplikasi terhadap kehidupan masyarakat Lombok karena

perdagangan di Lombok berada di bawah pengaruh Makasar (Bunyamin, 2011:9).

Mundurnya supremasi Makasar di Lombok menyebabkan kerajaan Seleparang

mengakui kekuasaan VOC di Lombok sesuai dengan perjanjian yang

ditandatangani pada tahun 1675 di Benteng Ritterdam Makasar (Bunyamin,

2011: 9). Keadaan Lombok yang kacau-balau, dimanfaatkan oleh Raja

Karangasem Bali untuk menyerang Lombok pada tahun 1677. Pada waktu itu

Page 9: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

9

kekuatan Raja Karangasem Bali dapat dihalau oleh kerajaan Seleparang,

Lombok, bahkan penyerangan pada tahun 1678 pun juga gagal (Bunyamin,

201:9).

Pada tahun 1692 kerajaan Karangasem Bali kembali menyerang Lombok

dengan bantuan Banjar Getas untuk menaklukkan Pejanggik. Kerajaan Pejanggik

dapat ditaklukan dan secara berangsur-angsur kerajaan Karangasem Bali

berkuasa di Lombok. Hal ini menyebabkan nilai budaya Bali yang bernapaskan

Hindu sangat kuat di Lombok (Bunyamin, 2011: 9--10). Kekuasaan kerajaan

Karangasem Bali di Lombok dianggap sebagai penjajah. Hal itu menyebabkan

munculnya perlawanan-perlawanan dari orang Sasak.

Perlawanan itulah kemudian menyebabkan terjadinya konflik yang

berkepanjangan sampai sekarang. Proses sejarah itu telah diwariskan sebagai

budaya Sasak yang bersifat sinkeritisme antara budaya asli sebelum masuknya

pengaruh Majapahit dan nilai Islam yang masuk pada sekitar abad XVI. Warisan

sejarah itulah yang dikenal dengan budaya wetu telu. Ketika penganut budaya

Sasak yang beragama Islam meneruskan konsep wetu telu, maka mereka disebut

dengan Islam Wetu Telu.

Sejak tahun 1968 terjadi konsolidasi Islam karena semua Islam adalah

Islam Waktu Lima sehingga tidak ada lagi istilah Islam Wetu Telu (Supratno,

1996:141). Masyarakat yang tidak memahami asal-usul wetu telu, sering

menyebutnya Islam Waktu Telu. Menurut Anggawa, kelompok yang

mempertahankan budaya wetu telu disebut dengan Islam Kultural, sedangkan

Islam yang tidak mempertahankan budaya wetu telu disebut dengan Islam Waktu

Page 10: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

10

Lima yang berorientasi Syariah. Anggawa, mengatakan bahwa konsolidasi

Islam itu terjadi sebagai dampak dari G. 30. S pada tahun 1965. Kelompok yang

mempertahankan budaya wetu telu pada waktu itu dikafirkan, sehingga banyak

yang terbunuh (Wawancara, 15 Oktober, 2015).

Konsolidasi Islam ini telah menempatkan Islam Waktu Lima dengan

mayoritas pengikutnya, dan doktrin-doktrinnya menganggap warisan budaya

wetu telu itu tidak perlu dipertahankan. Implikasi dari konsulidasi itu, maka

pementasan kesenian tradisional Sasak sempat dilarang pada tahun 1970-an

(Supratno, 1996:315). Menurut Anggawa, Islam Kultural, adalah Islam yang

bersifat adaptif dengan budaya luar sehingga antarbudaya di Mataram, Lombok

dapat hidup berdampingan dengan damai. Kelompok Islam Sasak yang tidak

dapat menerima pertunjukan kesenian tradisional termasuk wayang orang adalah

kelompok Islam Sasak yang berorientasi pada budaya Arab, yang saat ini disebut

Islam Syariah. Kedua kelompok tersebut di Mataram, Lombok berasal dari Islam

Waktu Lima (Wawancara, 10 Oktober 2015). Hal itu menunjukkan ada

kelompok Islam Waktu Lima yang masih mempertahankan budaya lokal sebagai

warisan budaya wetu telu dan ada Islam Waktu Lima yang beraliran syariah.

Bagi penganut agama Islam Waktu Lima yang beraliran syariah

berorientasi pada budaya Arab, sangat fanatik pada simbol agama berdasarkan

budaya Arab. Menurut tokoh-tokoh agama Islam Syariah, melakukan hal-hal

yang tidak diwajibkan dianggap larangan oleh agama Islam. Tokoh-tokoh adat

Sasak yang menganut Islam Kultural menganggap bahwa tidak diwajibkan oleh

Page 11: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

11

agama, bukan dilarang karena tradisi merupakan kearifan lokal yang harus

dipelihara dengan baik sebagai identitas.

Prima dan Ibrahim mengatakan bahwa kalau tradisi, termasuk seni

pertunjukan wayang orang tidak dipelihara dengan baik oleh orang yang mengaku

dirinya orang Sasak, maka siapa lagi yang harus mempertahankan dan memelihara

tradisi tersebut (Wawancara, 12 November, 2013). Memang disadari bahwa saat

ini ada kecendrungan masyarakat untuk meninggalkan tradisi. Hal itu terkait

dengan perkembangan global mengarah pada kepentingan universalisme dan

homoginitas, yang cendrung mengaburkan nilai-nilai lokal sehingga memicu

munculnya perjuangan untuk membangun identitas (Turner, 2002: 102).

Wayang Kulit Bali dan Wayang Kulit Jawa pernah berkembang di

Lombok dengan cerita Mahabharata dan Ramayana yang disebut dengan Wayang

Lelendong (Supratno, 1996: 5), saat ini tidak berkembang lagi. Meskipun

Wayang Lelendong tidak berkembang, pengaruhnya juga nampak pada wayang

orang di Lombok. Pengaruh Wayang Wong Parwa Bali nampak pada Wayang

Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang karena semua penari tidak

menggunakan tapel.

Menurut Darmatif, pengaruh Wayang Wong Ramayana, yang sering

disebut dengan wayang wong saja tampak pada wayang wong atau wayang

orang, Desa Sembalun, Lombok Timur. Pengaruh itu tampak pada penari yang

hampir semuanya menggunakan tapel (topeng) sama seperti Wayang Wong

Bali. Menurut Darmatif, tapel-tapel wayang wong itu dibawa oleh leluhurnya

dari Majapahit ke Desa Sembalun. Kemudian mereka mendirikan pertunjukan

Page 12: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

12

wayang wong di Desa Sembalun, Lombok Timur (Wawancara, 12 November

2013).

Wayang orang umumnya di Lombok, dan Wayang Orang Darma Kerti

Dusun Batu Pandang khususnya, merupakan pertunjukan wayang orang yang

ceritanya bersumber dari Serat Menak. Sebagai sumber cerita Serat Menak

merupakan hasil perpaduan antara Hikayat Amir Hamzah dan cerita Panji.

Hikayat Amir Hamzah merupakan hikayat Melayu yang berasal dari kitab

Qissai Emr Hamza sebuah karya sastra Persia (Soekmono, 1981:97). Menurut

Reid (1992:270), hikayat Melayu merupakan karya sastra yang menggambarkan

keberanian pahlawan Persia. Di pihak lain cerita Panji adalah karya sastra yang

berkembang pada zaman Majapahit, mengisahkan Panji Inu Kertapati dengan

Candra Kirana. Menurut Kantun, salah satu lakon yang diambil dari Serat

Menak Parigan dalam rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu

Pandang di UPTD Taman Budaya Mataram, Lombok adalah Jayengrana

Merariq (Wawancara, 9 Oktober 2015)

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang itu

dilakukan oleh para seniman dan budayawan Lombok yang difasilitasi oleh

UPTD Taman Budaya Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam

proses rekonstruksi itu ditampilkan seniman-seniman Lombok, baik yang berasal

dari etnis Jawa beragama Islam, etnis Bali beragama Hindu, maupun etnis

Sasak, yang memahami Serat Menak, seni pewayangan, dan gerak-gerak wayang

Rekonstruksi wayang orang itu merupakan sebuah bangunan seni budaya

yang menggabungkan antara nilai-nalai agama Islam Waktu Lima dengan budaya

Page 13: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

13

wetu telu, menjadi kearifan lokal Sasak. Kearifan lokal yang terdapat dalam

wayang orang sesungguhnya telah menjadi praktik budaya dalam kehidupan

masyarakat Sasak sehari-hari dan diwarisi secara turun-temurun sebagai

pedoman perilaku.

Saat ini perubahan-perubahan terjadi dalam skala dan kecepatan yang

sangat tinggi, telah menyebabkan perubahan struktural dan kultural tidak

sejalan sehingga terjadilah anomie perangkat nilai (Kuntowijoyo, 1999:10--11).

Anomie terjadi karena terdapat kesenjangan nilai antara struktur sosial dan nilai

budaya yang diwarisi sebagai sebuah tradisi. Sebagai reaksi terhadap perubahan

yang terjadi saat ini, maka masyarakat Sasak di Mataram-Lombok berjuang untuk

menemukan kembali jati diri dan identitas yang terpinggirkan oleh proses sejarah

dan ideologi kekuasaan.

Doktrin agama Islam modern dengan firkoh-firkoh baru di Mataram,

Lombok telah memengaruhi ideologi kekuasaan sehingga tradisi yang

dipertahankan oleh penganut budaya wetu telu kurang mendapatkan perhatian.

Usaha-usaha untuk membangkitkan kembali nilai-nilai lokal ini dilakukan dengan

mengadakan rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang,

oleh para seniman dan budayawan Sasak. Dengan membangkitkan seni dapat

dimunculkan semua potensi secara penuh untuk mendobrak situasi lingkungan itu

sendiri (Turner, 2002:165).

Menurut Prima dan Ibrahim, T.G.H. Muhamad Zainul Majdi yang

sering dikenal dengan T.G.H. Bajang sama sekali tidak memperhatikan seni

tradisi pada periode pertama jabatannya sebagai gubernur. Sebagai T.G.H. dan

Page 14: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

14

menjabat sebagai gubernur tetap menganggap bahwa agama Islam tidak wajib

melestarikan tradisi. Tokoh T.G.H. lainnya yang menganggap tradisi wetu telu

tidak perlu dipertahankan adalah, T.G.H. Hasanain Juaini, T.G.H. Makhali Fikri,

T.G.H. Subki Sasaki, dan T.G.H. Muhid Al Lapaki (Wawancara, 12 November,

2013).

Penjelasan ini menunjukkan bahwa ideologi kekuasaan yang diterapkan

dalam sistem pemerintahan di NTB kurang memperhatikan keragaman budaya.

Keragaman nilai budaya merupakan ciri integritas nasional sebagai tanda

persatuan Indonesia yang telah dijadikan lambang negara Indonesia dan dikenal

dengan Bhineka Tunggal Ika. Keragaman budaya dijadikan landasan untuk

menciptakan integritas bangsa, sehingga melahirkan konsep persatuan dan

kesatuan. Konsep ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang

bersifat multikultural.

Nilai persatuan dan kesatuan yang muncul akibat tekanan kolonialisme

dan impresialisme merupakan cerminan kebersamaan. Hal itu dapat dijadikan

kekuatan untuk menangkal pengaruh global yang menyebabkan terjadinya

sentimen lokal dan konflik etnis. Nilai-nilai kebersamaan yang berakar pada

tradisi, sering ditampilkan melalui seni pertunjukan. Salah satu seni pertunjukan

yang dapat menampilkan nilai kebersamaan dan dijadikan objek kajian dalam

tulisan ini adalah Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang yang

direkonstruksi di UPTD Taman Budaya Mataram.

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang

merupakan sebuah bentuk penggalian dan pelestarian seni tradisi yang kemudian

Page 15: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

15

dapat dikembangkan sebagai identitas Sasak. Pengembangan identitas melalui

seni dan budaya menjadi sangat penting untuk menyambut kepentingan

pemerintah Indonesia yang mencanangkan Lombok sebagai daerah tujuan wisata.

Wisatawan yang datang pada umumnya ingin mencari kekhasan lokal, baik untuk

dinikmati sebagai sajian estetik maupun untuk diteliti dan dikaji sebagai kajian

ilmiah.

Untuk kepentingan pembangunan dan pengembangan Lombok sebagai

daerah wisata yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia, masih banyak

kelompok Islam Sasak yang bersifat moderat dapat menerima budaya wetu telu

termasuk pertunjukan wayang orang. Kelompok Islam Sasak yang dapat

menerima budaya wetu telu termasuk pertunjukan wayang orang sebagian besar

berada di Mataram pada khususnya, dan di Lombok Barat pada umumnya.

Perkembangan Islam di Lombok memiliki akar yang kuat pada tradisi dan

budaya Sasak, sehingga terjadi jalinan antara Islam dan tradisi seni budaya.

Rekonstruksi ini menumbuhkan jalinan tersebut sebagai identitas sasak, bukan

identitas yang lain seperti Jawa, Bali, Bugis, atau Barat. Sebagai wujud dari

jalinan antara Islam dan tradisi seni budaya Sasak, Wayang Orang Darma Kerti,

Dusun Batu Pandang yang direkonstruksi di UPTD Taman Budaya Mataram,

Lombok tidak menggunakan cerita Mahabharata dan Ramayana seperti wayang

wong Bali dan di Jawa.

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang itu

merupakan persoalan budaya dalam hubungannya dengan masyarakat untuk

menciptakan sistem nilai sebagai identitas budaya. Persoalan budaya sangat erat

Page 16: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

16

terkait dengan pembentukan budaya, perubahan budaya, dan benturan budaya

(Kuntowijoyo, 1999:13). Pembentukan budaya dapat dipahami sebagai sebuah

proses simbolis, yaitu kegiatan manusia dalam memberikan makna yang merujuk

pada realitas pengalaman sehari-hari meliputi agama, filsafat, seni, ilmu, sejarah,

mitos, dan bahasa (Kuntowijoyo, 1999:13).

Kartodirdjo (1981:125), mengatakan bahwa hubungan antara seni budaya,

khususnya pertunjukan wayang dengan kehidupan kolektif merupakan

komunikasi estetik yang dapat mempersatukan pengalaman kolektif berbagai

kelompok. Wayang merupakan ekpresi estetik dan media komunikasi budaya di

dalam menawarkan nilai-nilai moral sebagai pedoman perilaku. Sebagai media

komunikasi budaya wayang orang dapat mempersatukan pengalaman kolektif

dan integrasi sosial dalam masyarakat Mataram,Lombok.

Rekonstruksi wayang orang itu dianggap sebagai sebuah bangunan

budaya untuk menawarkan nilai-nilai moral keagaman sebagai identitas Sasak.

Upaya mengembangkan kesenian sebagai identitas budaya akan menjadi

persoalan ideologi karena harus berhadapan dengan otoritas atau hegemoni

kekuasan yang ada dalam masyarakat Sasak di Mataram, Lombok. Hegemoni dan

otoritas yang dimotori oleh kekuatan agama Islam telah menimbulkan resistensi

dari kekuatan sosial yang tersubordinasi untuk mempertahankan budaya dan

kesenian tradisional Sasak. Rekonstruksi wayang orang sebagai media resistensi

memiliki ideologi yang besar, yaitu mengembalikan identitas Sasak melalui

pembangunan seni tradisional dan adat istiadat Sasak.

Page 17: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

17

Usaha mengembangkan seni pertunjukan sebagai sebuah identitas akan

dibayangi oleh otoritas-otoritas tertentu yang dapat membangun ciri khas lokal

untuk membedakan diri dengan yang lain. Di Jawa seni pertunjukan sebagai

identitas dibayangi oleh otoritas istana dan keraton, pendidikan pedalangan

tradisional, otoritas para dalang yang popular, otoritas pemerintah dan para

pejabat, serta organisasi menjadi agennya (Kayam, 2001:69)

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang UPTD

Taman Budaya Mataram, Lombok dibayangi oleh beberapa otoritas, seperti

otoritas tokoh-tokoh adat Sasak dan seniman, ajaran agama Islam, dan

kepentingan untuk membangun identitas lokal di Lombok. Menurut Kantun,

dengan dukungan UPTD Taman Budaya Mataram, Provinsi NTB, serta keinginan

seniman dan tokoh-tokoh adat untuk membangkitkan seni budaya lokal yang

telah tertinggal dapat diwujudkan kembali.1

Sebagai sebuah UPTD, Taman Budaya Mataram, Lombok berada di

bawah pemerintah daerah dan secara struktural merupakan perpanjangan tangan

pemerintah daerah dalam bidang seni dan budaya. Dalam hal ini seniman dan

tokoh adat merupakan kelas sosial yang berada di bawah kekuasaan pemerintah.

Oleh karena itu, keingina untuk merekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti

Dusun Batu Pandang, bisa diwujudkan karena ada pengaruh kekuasaan formal

pemerintah daerah.

1 I Komang Kantun, merupakan informan kunci yang dapat memberikan penjelasantentang latar belakang Wayang Orang Darma Kerti, Dusun Batu Pandang, Desa Sapit, KecamatanSwela, Lombok Timur. Ia dapat menampilkan bagaimana Wayang Orang itu direkonstruksi, sertabentuk pertunjukan sebelum direkonstruksi dan hasil rekonstruksi.

Page 18: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

18

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang di

UPTD Taman Budaya Mataram disutradarai oleh Rusmadi; musik pengiringnya

ditata oleh I Komang Kantun; tata rias, tata busana, dan gerak tarinya ditata oleh

I Ketut Astika (Faturrahman, 2009:ii). Rekonstruksi Wayang Orang Darma

Kerti, Dusun Batu Pandang menggambarkan nilai-nilai kehidupan yang dapat

diamati melalaui karakter tokohnya yang berwatak baik dan buruk. Tokoh tokoh

wayang orang yang digambarkan berkarakter baik adalah Jayengrana atau Wong

Menak, Umar Maya, Umar Madi, Maktal, Tamtanus dan Selandir. Sebaliknya

yang digambarkan berkarakter buruk adalah Baktak, Prabu Nursiwan dan Prabu

Jubil (Supratno, 1996:7).

Sadarudin, seorang guru SD dan sebagai seorang dalang mengatakan

bahwa: “Wayang di Lombok menggunakan lakon yang diambil dari Serat

Menak”. Oleh karena itu Wayang Sasak sering disebut “Wayang Menak”

(Wawancara 12 November 2013). Wayang orang sebagai bagian dari tradisi

budaya wetu telu, mengandung nilai-nilai sinkritisme yang dapat menciptakan

keharmonisan bagi masyarakat Mataram yang multibudaya. Ciri khas Wayang

Orang Darma Kerti, Dusun Batu Pandang, adalah sumber ceritanya adalah Serat

Menak, lakon yang ditampilkan adalah Prabu Darma Kerti, dan nilai-nilai yang

tawarkan adalah sinkritisme antara budaya wetu telu dan ajaran agama Islam.

Berdasarkan nilai dan identitas yang dikandung oleh wayang orang, tetapi

keberadaannya kurang mendapatkan tempat dalam masayarakat Mataram

Lombok, menjadi alasan tersendiri rekonstruksi wayang orang itu diteliti.

Page 19: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

19

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa wayang orang mengandung

nilai-nilai tradisi Sasak yang dianggap sebagai pembentuk identitas dan

karakteristik orang Sasak. Rekonstruksi wayang orang merupakan media untuk

membangkitkan nilai-nilai kesasakan yang telah lama terpinggirkan akibat

terjadinya pergulatan antara nilai-nilai tradisi dan nilai-nilai baru yang dinegosiasi

oleh ajaran agama Islam modern.

Nilai-nilai apa yang mau dibangun dalam rekonstruksi wayang orang dan

kepentingan-kepentingan apa yang melatarbelakangi rekonstruksi tersebut

merupakan fokus penelitian ini dengan judul “Rekonstruksi Wayang Orang

Darma Kerti Dusun Batu Pandang : Sebuah Pergulatan Identitas” di Mataram-

Lombok . Dalam rekonstruksi wayang orang di UPTD Taman Budaya Mataram,

Lombok dengan cerita Jayengrana Merariq, dapat diamati adanya nilai kesetiaan,

kejantanan, dan kepahlawanan. Merariq merupakan tradisi perkawinan Sasak.

Di dalamnya tercantum nilai-nilai di atas sehingga ada sifat kepahlawanan,

kesetiaan, kejujuran, dan kejantanan dalam merariq di Lombok. Kondisi itu

ternyata ingin didorong sebagai nilai lokal untuk menjadi identitas Sasak dan bisa

disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat melalui media pertunjukan wayang

orang.

Pergulatan itu berimplikasi pada terpinggirkannya seni pertunjukan

wayang orang termasuk Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang

karena dianggap sebagai produk tradisi yang bertentangan dengan ajaran agama

Islam. Adanya rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang

Page 20: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

20

merupakan fenomena kesenian dan juga sebagai salah satu bentuk perlawanan

(resistensi) terhadap kondisi sosial yang dihegemoni oleh agama Islam dengan

orientasi pada budaya Arab.

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang,

Lombok Timur dapat dianggap sebagai kekuatan lokal, nilai-nilai lokal, dan

kearifan lokal (lokalitas) yang berhadapan dengan penyatuan budaya atau

homogenitas budaya (universalitas). Pergulatan nilai lokal dengan nilai-nilai

global telah memicu permasalahan untuk menjadi objek kajian dalam penelitian

ini. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Ideologi apakah yang ada di balik rekonstruksi Wayang Orang Darma

Kerti Dusun Batu Pandang ?

2. Bagaimanakah proses rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti

Dusun Batu Pandang itu dilakukan?

3. Apakah implikasi rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun

Batu Pandang itu bagi masyarakat Mataram, Lombok ?

Untuk menjawab permasalahan di atas maka penelitian ini menggali nilai-

nilai yang ada dalam pertunjukan Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu

Pandang yang dibangkitkan oleh para seniman dan budayawan di Mataram,

Lombok. Penelitian ini juga menggali kondisi sosial budaya dan perkembangan

nilai-nilai agama yang sedang bergulat di Mataram, Lombok. Sejauhmana

rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang itu berimplikasi

Page 21: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

21

pada pengembangan Sasak sebagai wilayah budaya yang memiliki keragaman

budaya.

Bagaimana keragaman budaya yang bersumber dari tradisi dapat

diekspresikan melalui berbagai bentuk kesenian. Wayang Orang Darma Kerti

Dusun Batu Pandang merupakan salah satu di antara berbagai jenis dan bentuk

kesenian tradisional dapat mengekpresikan nilai-nilai agama dan nilai nilai adat

sebagai satu kesatuan yang harmonis.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui latar belakang dan

alasan dilakukannya rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu

Pandang, Lombok Timur di UPTD Taman Budaya Mataram, Provinsi NTB.

Rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang itu merupakan

wujud dari keinginan seniman dan budayawan Sasak untuk menampilkan seni

budaya Sasak sebagai identitas. Kesenian tradisional dianggap sebagai sumber

kearifan lokal yang dapat mencegah pengaruh globalisasi yang mengarah pada

hegemoni kultural.

Pro dan kontra terhadap keberadaan seni tradisional merupakan

pergulatan kelompok yang memiliki fanatisme terhadap ajaran agama dan

budaya Islam modern dengan kelompok yang ingin mempertahankan adat dan

budaya Sasak tradisional. Pergulatan ini tidak semata-mata karena kepentingan

agama, tetapi pergulatan untuk membangun identitas karena yang bergulat dalam

Page 22: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

22

hal ini adalah mereka yang sama-sama beragama Islam, tetapi aliran dan

kepentinganya dalam membangun budaya Sasak di Lombok berbeda.

Dari segi agama, sesungguhnya identitas mereka adalah sama yaitu sama-

sama beragama Islam dan berpegang pada Alquran, tetapi dari segi budaya

mereka mempunyai kepentingan yang berbeda karena simbol budaya agama

Islam adalah budaya Arab. Perbedaan dalam membangun budaya inilah yang

sering mengarah pada pergulatan yang dapat disebut dengan pergulatan identitas.

Dikatakan demikian karena pergulatan di antara mereka yang beragama Islam

adalah pergulatan dalam pemanfaatan simbol-simbol agama.

Pergulatan tersebut berdampak pada pergulatan berbagai macam identitas

yang ada di Lombok, yaitu mulai dari identitas pribadi, identitas kelompok,

identitas etnis, identitas budaya sampai pada agama. Pergulatan yang sangat

kompleks ini telah mencerminkan Pulau Lombok sebagai wilayah budaya yang

penuh dengan konflik. Untuk memahami pergulatan identitas dan munculnya

kegiatan rekonstruksi wayang orang Sasak, maka tujuan penelitian ini dapat

dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil rekonstruksi

Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang, baik dari segi cerita yang

digunakan, tokoh-tokoh yang ditampilkan, merupakan nilai-nilai yang ingin

direpresentasikan. Penelitian ini juga ingin mengetahui harapan-harapan

masyarakat Sasak terhadap kebangkitan kesenian tradisional sebagai identitas

Page 23: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

23

Sasak. Orientasi masyarakat Sasak untuk berkesenian didorong oleh keinginan

untuk mempertahankan identitas, ternyata mendapatkan hambatan-hambatan dari

firkoh-firkoh baru di Mataram, Lombok.

Selanjutnya penelitian ini ingin menemukan nilai-nilai yang ditampilkan

dalam rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang sebagai

sebuah sinkritisme antara nilai kearifan lokal yaitu tradisi wetu telu dengan nilai

agama Islam yang berkembang di Lombok. Tradisi wetu telu merupakan kearifan

lokal yang telah diwarisi secara turun temurun dan membentuk prilaku orang

Sasak dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga ingin mengetahui

rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang merupakan

salah satu bentuk resistensi untuk membangun kesenian tradisional sehingga

tidak ada lagi seni tradisional sebagai produk budaya Sasak yang terpinggirkan.

Melalui penelitian ini akan dapat dipahami adanya kepentingan ideologi

tertentu di balik rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang

itu dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesenian tradisional Sasak. Pada

akhirnya penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan sebuah disertasi dalam

rangka memenuhi tugas-tugas akademik sebagai mahasiswa Program S3 Kajian

Budaya Universitas Udayana.

1.3.2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ideologi yang

ada di balik rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti, Dusun Batu Pandang itu

di UPTD Taman Budaya Mataram, Lombok. Tujuan penelitian ini juga terkait

Page 24: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

24

dengan latar belakang munculnya wayang orang di Lombok, dan dipilihnya

Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang untuk direkonstruksi. Untuk

mengetahui ideologi di balik rekonstruksi tersebut, maka penelitian ini juga ingin

mengetahuai gambaran sejarah tentang perkembangan agama dan budaya Sasak

yang telah menjadi tradisi Sasak.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui proses rekonstruksi

Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang, mulai dari dipilihnya

Wayang Orang Darma Kerti itu sampai pada implemetsinya sebagai sebuah

seni pertunjukan. Disamping untuk mengetahuai ideologi dan proses rekonstruksi

itu maka penelitian ini juga ingin mengetahuai kebutuhan masyarakat Lombok

terhadap identitas Sasak sebagai ciri khas masyarakat Lombok di dalam wilayah

budaya Indonesia. Salah satu penciri identitas Sasak adalah seni pertunjukan

wayang orang yang ceritanya bersumber dari Serat Menak. Penelitian ini juga

bertujuan untuk menggali nilai-nilai dalam seni pertunjukan Wayang Orang

Darma Kerti Dusun Batu Pandang, yang bermakna untuk mewujudkan identias

Sasak.

Di samping itu penelitian ini juga ingin mengetahui implikasi

rekonstruksi Wayang Orang Darma Kerti Dusun Batu Pandang terhadap

masyarakat Sasak. Rekonstruksi wayang orang itu dapat menyadarkan

pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya seni tradisional sebagai sumber

kreativitas dalam membangun kesejahteraan masyarakat Sasak.

Page 25: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

25

1.4. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat Lombok untuk

memperkaya khazanah budaya Sasak dalam bentuk bangkitnya jenis-jenis

kesenian tradisional yang telah lama ditinggalkan. Melalui rekonstruksi wayang

orang itu dapat dikenali dan dihayati nilai-nilai lokal secara lebih replektif.

Penyeragaman budaya dan konsumerisme yang diciptakan oleh paham

universalisme dapat mengguncang budaya lokal, bahkan menggilas nilai-nilai

tradisi. Penelitian ini bermanfaat untuk mengkritisi fenomena penyeragaman

budaya melalui ajaran agama Islam yang menolak keberadaan budaya tradisional.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa, guncangan terhadap budaya

lokal telah memancing bangkitnya kesadaran lokal untuk membangun identitas

lokal yang mengarah pada gerakan untuk melawan produk budaya yang mengarah

pada homogenitas. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan untuk

memahami pentingnya identitas lokal di tengah-tengah guncangan penyeragaman

budaya melalui doktrin-doktrin agama Islam

Konsep penyeragaman menjadi sumber kekhawatiran seniman dan

budayawan Sasak tentang lenyapnya tradisi dan seni budaya Sasak. Gerakan lokal

untuk menumbuhkan identitas lokal telah memicu gerakan kesenian di Lombok

dan mendorong muncul seni Ale-Ale yang tampilannya menunjukkan protes

terhadap fanatisme Islam yang dimotori oleh firkoh-firkoh Islam yang baru.

Dominasi kekuatan-kekuatan Islam melalui firkoh-firkoh baru itu menolak adat

dan seni budaya tradisional yang dianggap mudah menerima budaya global yang

disajikan lewat pariwisata.

Page 26: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

26

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pentingnya nilai

tradisi yang dipancarkan melalui rekonstruksi wayang orang sebagai kearifan

lokal untuk membentengi masyarakat dari tekanan global. Penelitian ini juga

diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep multikulturalisme

untuk membangun kebersamaan dan kedamainan antaretnis di Mataram,

Lombok.

Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran

lokal dalam membangun identitas Lombok sebagai wilayah yang dikenal penuh

dengan konflik. Dengan demikian, penelitian ini bemanfaat, baik secara teoretis

maupun secara praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran mengenai konsep-konsep estetik dan nilai-nilai moral

yang terdapat pada rekonstruksi wayang orang. Rekonstruksi wayang orang

merupakan refleksi terhadap kehidupan sosial yang dapat dijadikan cermin dalam

mengahadapi dinamika pembaruan, konflik, dan integrasi.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menangkal nilai-nilai

global yang berpotensi untuk menghancurkan identitas masyarakat Lombok yang

bersumber dari nilai-nilai lokal seperti seni pertunjukan wayang termasuk wayang

orang. Agama Islam yang menjadi payung sebagian besar etnik di Lombok

sering dijadikan acuan untuk menentukan identitas Lombok sehingga nilai-nilai

adat Sasak sering dipinggirkan. Dengan demikian, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan penyadaran pada orang Sasak tentang pentingnya

kesatuan adat dan agama Islam dalam mewujudkan identitas.

Page 27: 1 BAB I PENDAHULUAN - sinta.unud.ac.id 1.pdfWayang orang sebagai warisan budaya dibangun melalui proses sejarah yang cukup panjang. Di dalamnya terdapat percampuran nilai budaya dan

27

Artinya rekonstruksi Wayang Orang dapat dianggap sebagai alternatif

yang dapat mengakomodasi nilai-nilai Islam, baik Islam modern maupun Islam

tradisi dengan nilai-nilai Sasak yang bersumber pada budaya wetu telu.